BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak Daerah 1. Pengertian Pajak Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah (Waluyo, 2011 : 12), sedangkan menurut S.I Djajadiningrat yang dikutip oleh Siti Resmi (2011 : 1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.69 tahun 2010 tentang tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2 2. Fungsi pajak 1. Fungsi budgetair (Pendanaan) Fungsi budgetair disebut juga fungsi utama pajak yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana ke kas negara secara optimal berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku 2. Fungsi regulair (Mengatur) Fungsi regulair disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. (Diaz Priantara, 2012 : 4) 3. Jenis-jenis Pajak Daerah Menurut peraturan daerah Kota Tangerang nomor 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah, jenis-jenis Pajak Daerah terdiri atas: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Parkir g. Pajak Air Tanah h. Pajak Sarang Burung Walet i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan j. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

3 4. Asas-asas Pemungutan Pajak Daerah Dalam melakukan pemungutan pajak baik yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak yaitu: a. Asas Domisili atau Asas Tempat Tinggal Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. (Mardiasmo, 2009 : 7) b. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. (Mardiasmo, 2009 : 7) c. Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia. (Siti Resmi, 2011 : 10) Disamping asas-asas berpedoman kepada hal tersebut diatas, pemungutan pajak yang dilaksanakan di Indonesia didasarkan atas beberapa teori yaitu:

4 1) Teori Kepentingan Dalam teori ini, pembebanan pajak kepada masyarakat didasarkan atas besarnya kepentingan masyarakat didasarkan atas besarnya kepentingan masyarakat dalam suatu negara. Kepentingan yang dimaksud adalah perlindungan masyarakat atas jiwa dan hartanya yang seharusnya diselenggarakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika pengeluaran negara untuk perlindungan ini dibebankan kepada masyarakat. (Suparmono, 2010 : 2) 2) Teori Bakti Masyarakat dianggap memiliki kewajiban mutlak, yaitu berbakti kepada negara. Untuk membuktikan baktinya, masyarakat harus menyadari bahwa pajak adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu, negara memiliki hak mutlak untu memungut pajak dari masyarakat. Teori bakti dikenal juga sebagai teori kewajiban mutlak. (Suparmono, 2010 : 3) 3) Teori Daya Beli Teori ini beranggapan bahwa pajak digunakan untuk menarik daya beli masyarakat. Pajak yang dipungut oleh negara dapat mengurangi penghasilan yang akan digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi sehingga akibat dari pemungutan pajak adalah berkurangnya daya beli masyarakat secara individu. Pada akhirnya, negara akan menyalurkan kembali daya beli yang

5 sudah ditarik ini kepada masyarakat secara umum dalam bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Suparmono, 2010 : 3) B. Pendapatan Asli Daerah 1. Sumber-sumber Pendapatan Asli daerah Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan Asli Daerah yang sah meliputi: 1) Hasil Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2) Jasa giro 3) Pendapatan bunga 4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau jasa oleh daerah. 2. Peranan Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang antara lain memberi kewenangan yang lebih besar melalui: a. Perluasan jenis dan cakupan pajak daerah dan retribusi daerah.

6 b. Pemberian fleksibelitas bagi daerah untuk memungut jenis pajak daerah dan retribusi daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di daerah serta dapat mengurangi ketergangtungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam melaksanakan otonomi daerah. C. Pajak Hotel 1. Pengertian Pajak Hotel Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui definisinya adalah: Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh. Sedangkan pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. 2. Objek Pajak Hotel Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui objek pajak hotel yaitu pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan

7 kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang yang dimaksud diatas adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. Yang tidak termasuk pajak hotel adalah jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah, jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya, jasa tempat tinggal di dalam lokasi pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan, jasa tempat tinggal dirumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis, jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. 3. Subjek Pajak Hotel Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. 4. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hotel Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui dasar pengenaan dan tarif pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Sedangkan tarif yang ditetapkan untuk pajak hotel sebesar 10%.

8 Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak hotel dengan dasar pengenaan pajak hotel. Pengusaha hotel harus menambahkan pajak hotel atas pembayaran pelayanan di hotel dengan menggunakan tarif pajak hotel yaitu 10%. Pajak hotel yang terutang dipungut di Daerah. D. Pajak Restoran 1. Pengertian Pajak Restoran Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui definisi pajak restoran: Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Sedangkan pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. 2. Objek Pajak Restoran Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.

9 Yang tidak termasuk objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp ,- (lima juta rupiah) per bulan. 3. Subjek Pajak Restoran Subjek pajak restoran adalah orang pribadi yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. 4. Dasar Pengenaan Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya dibayar kepada restoran. Besaran pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan dengan dasar pengenaan pajak. Pengusaha restoran harus menambahkan pajak restoran atas pembayaran pelayanan di restoran dengan menggunakan tarif pajak yang telah ditentukan. Pajak restoran yang terutang di pungut di daerah. 5. Tarif Pajak Restoran Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui tarif pajak restoran yang ditetapkan sebagai berikut: a. Restoran yang nilai penjualannya diatas Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima belas juta rupiah) per bulan sebesar 5%.

10 b. Restoran yang nilai penjualannya lebih dari Rp ,- (lima belas juta rupiah) per bulan sebesar 10%. E. Pajak Reklame 1. Pengertian Pajak Reklame Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 pengertian reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Sedangkan pengertian dari pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaran reklame. 2. Subjek Pajak Reklame Subjek pajak reklame adalah orang oribadi atau badan yang menggunakan reklame. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. 3. Jenis-jenis Pajak Reklame a. Reklame Papan adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan aluminium, kaca, fiber, dan lampu neon atau bahan lain sejenisnya dan dipasang pada tempat yang telah disediakan.

11 b. Reklame Billboard adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan logam/alumunium/plat besi atau bahan lain sejenisnya dengan menggunakan tiang konstruksi atau tiang penyangga yang telah disediakan berdiri sendiri. c. Reklame Megatrin/Videotron/Large Electronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. d. Reklame Kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet, atau bahan lain yang sejenis. e. Reklame Berjalan/Kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakandengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. f. Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan diudara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lainnya yang sejenis. g. Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat. h. Reklame Melekat/Stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau

12 dapat diminta untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200cm 2 per lembar. i. Reklame Selembaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain. j. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan barang dengan atau tanpa disertai suara. 4. Objek Pajak Reklame Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah penyelenggaraan reklame meliputi: a. Reklame Papan/Billboard b. Reklame Megatron/Videotron/Laerge Electronic Display (LED) c. Reklame Kain d. Reklame Berjalan/Kendaraan e. Reklame Udara f. Reklame Film/Slide Tidak termasuk sebagai objek pajak reklame: 1) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya.

13 2) Label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya. 3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut. 4) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. 5) Reklame kain berupa spanduk, umbul-umbul yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah/pemerintah daerah yang bekerjasama dengan pihak sponsor. 5. Dasar Pengenaan Pajak Reklame Dasar pengenaan pajak reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR), adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pajak reklame. Nilai Sewa Reklame (NSR) diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame. Nilai Sewa Reklame dihitung berdasarkan: 1. Besarnya biaya pemasangan reklame 2. Besarnya biaya pemeliharaan reklame 3. Lamanya pemasangan reklame 4. Nilai strategis lokasi reklame 5. Jenis reklame

14 6. Tarif Pajak Reklame Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap daerah diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak reklame yang mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang perlu diperhatikan besaran tarif tidak lebih dari 25%. F. Pajak Parkir 1. Pengertian Pajak Parkir Berdasarkan peraturan daerah kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui definisi pajak parkir: Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sedangkan pajak parkir adalah Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 2. Subjek Pajak Parkir Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

15 3. Objek Pajak Parkir Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui objek pajak parkir yaitu penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Dikecualikan dari pajak parkir adalah: a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. b. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawan sendiri. c. Penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik. 4. Dasar Pengenaan Pajak Parkir Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui dasar pengenaan pajak parkir yaitu jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan pengenaan pajak parkir. Pajak parkir yang terutang dipungut di daerah.

16 5. Tarif Pajak Parkir Berdasarkan peraturan daerah Kota Tangerang No.7 tahun 2010 tentang pajak daerah dapat diketahui tarif pajak parkir sebesar 25% (dua puluh lima persen). G. Kerangka Pemikiran Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosial. Pada umumnya teori sosial mengacu pada mekanisme dan keadaan kehidupan masyarakat pada tempat tertentu. Perkembangan sosial dalam masyarakat yang tidak pernah berhenti sehingga menuntut teori sosial juga tidak berhenti berkembang. Perkembangan yang terjadi akibat dari gaya hidup dan pola pikir dari suatu masyarakat yang ada. Kehidupan masyarakat terus menerus mengalami perubahan, menurut Max Weber sebagai pencetus teori sosial berasumsi bahwa perilaku kita merupakan respon dari tindakan orang lain terhadap diri kita, adanya sebuah interaksi yang dilakukan secara terus menerus oleh individu-individu sehingga dapat menciptakan kelompok masyarakat, institusi, hukum dan norma. Teori yang dilontarkan Max Weber ini dikembangkan lagi oleh Jurgen Habemas menjadi tindakan komunikatif, dimana komunikasi merupakan kemampuan alamiah manusia yang membentuk dan mendorong terjadinya interaksi dalam masyarakat.

17 1. Pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Hotel saat ini di Indonesia merupakan bisnis yang sangat menjanjikan untuk mendapatkan keuntungan bagi pengusaha, dengan adanya bangunan hotel, maka tiap hotel dikenakan tarif pajak hotel untuk untuk menambah Pendapatan Asli Daerah masing-masing daerah. Adanya suatu hotel disetiap daerah pasti memiliki obyek wisata yang dapat menarik para wisatawan untuk dapat menikmati masa liburan. Pembangunan hotel sangat strategis, jika suatu kota tersebut memiliki potensi objek wisata yang dimana dapat menarik wisatawan untuk datang dan menginap di hotel untuk beristirahat setelah berekreasi. Berdasarkan jenis tarif pajak, pajak hotel termasuk dalam ketegori jenis tarif proporsional, dimana suatu tarif tertentu berupa persentase yang konstan yang diterapkan terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya sehingga pajak terutang meningkat apabila dasar pengenaan pajak meningkat begitu juga sebaliknya. Kenaikan atau penurunan tersebut selalu proporsional atau sebanding. Semakin banyak subjek pajak menggunakan jasa hotel, semakin banyak pula wajib pajak menerima pendapatan atas usahanya dan semakin besar juga pajak yang diterima oleh suatu daerah. Dengan pendapatan pajak hotel, pemerintah daerah dapat memeratakan pembangunan daerahnya. Menurut penelitian Krida Laksana Putra (2013)hasil hipotesisnya sebagai berikut:

18 H1 : Tidak terdapat pengaruh peranan pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu. 2. Pengaruh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Restoran merupakan tempat yang sangat potensial untuk dibisniskan oleh para pengusaha. Restoran juga merupakan tempat yang pastinya banyak dikunjungi oleh orang banyak terutama untuk di berbagai kota ataupun daerah di Indonesia. Indonesia kaya akan kuliner dimana banyak sekali makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia, tidak lengkap rasanya jika wisatawan tidak mencicipi makanan khas daerah yang dikunjungi. Dari setiap daerah tidak sedikit pengusaha yang membuka usaha restoran, oleh karena itu dari usaha restoran pemerintah memperoleh pendapatan yang cukup besar dari pajak restoran, guna menambah Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membangun serta mensejahterakan masyarakat di daerahnya. Berdasarkan jenis tarif pajak, pajak hotel termasuk dalam ketegori jenis tarif proporsional, dimana suatu tarif tertentu berupa persentase yang konstan yang diterapkan terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya sehingga pajak terutang meningkat apabila dasar pengenaan pajak meningkat begitu juga sebaliknya. Kenaikan atau penurunan tersebut selalu proporsional atau sebanding. Menurut penelitian Fikri Zuhri (2011) hasil hipotesisnya sebagai berikut:

19 H2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang. 3. Pengaruh Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Banyak usaha periklanan yang berkembang saat ini, dimana para pengguna jasa iklan atau subjek pajak ingin memperkenalkan produknya kepada msyarakat luas baik melalui iklan elektronik maupun non elektronik. Para pengusaha periklanan juga menyediakan berbagai macam media yang ditawarkan untuk dapat melayani para pengguna jasa periklanan ini seperti melalui spanduk, banner, baliho dan sebagainya. Setiap daerah menyediakan beberapa tempat untuk memasang iklan tersebut sesuai dengan tempat yang telah ditentukan. Dengan usaha tersebut pemerintah dapat mengenakan pajak reklame kepada pengusaha periklanan atau wajib pajak sehingga pendapatan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup banyak terhadap Pendapatan Asli Daerah tersebut. Menurut penelitian Lingga Martina (2012) hasil hipotesisnya sebagai berikut: H3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang.

20 4. Pengaruh Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Usaha dibidang jasa parkir cukup potensial untuk dikelola oleh pengusaha, setiap tempat perkantoran, tempat perbelanjaan, tempat wisata, rumah sakit maupun tempat lainnya pasti menyediakan lahan parkir. Parkir merupakan tempat penting untuk dapat menitipkan kendaraan pribadi agar dapat terjaga lebih aman. Saat ini banyak subjek banyak yang masih parkir disembarang tempat atau di tempat parkir tidak resmi yang tidak dikelola oleh perusahaan jasa parkir sehingga mengalami risiko yang tinggi. Hal ini masih menjadi permasalahan yang belum usai di beberapa daerah dikarenakan lahan parkir yang minim dan meningkatnya jumlah kendaraan beredar, jika lahan parkir tidak resmi atau tidak dikelola oleh pengusaha jasa parkir, maka tidak adanya penerimaan pada pajak pakir. Oleh karena itu pajak parkir harus lebih digali potensinya oleh setiap daerah agar tata kotanya lebih rapi dengan tidak adanya kendaraan yang parkir disembarang tempat dan juga dapat menerima pendapatan dari hasil pajak parkir untuk dapat membangun daerah tersebut dan mensejahterakan masyarakatnya. Pada penelitian Agus Sandi (2009) memiliki hasil hipotesis sebagai berikut: H4 : Terdapat pengaruh positif pajak parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang.

21 Adapun kerangka berfikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Pajak Hotel Pajak Restoran Pendapatan Asli Daerah Pajak Parkir Pajak Reklame Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran H. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Untuk mendukung penelitian ini penulis menyajikan hasil penelitian sebelumnya yang membahas variabel tersebut.

22 1. Agus Sandi (2009) Pada penelitian Agus Sandi Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pajak reklame, pajak penerangan jalan umum, pajak atas penyelenggaraan parkir swasta, dan retribusi daerah. Variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang, data penelitian ini dari tahun 2006 sampai dengan tahun Dari hasil uji simultan (F-Test) untuk pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir, dan retribusi daerah, dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan dengan uji T reklame memiliki nilai signifikan 0,001 yg artinya berpengaruh terhadap PAD, Pajak Penerangan Jalan Umum memiliki nilai signifikan 0,000 yangartinya berpengaruh terhadap PAD, Pajak Parkir memiliki nilai signifikan 0,756 yang artinya tidak memiliki pengaruh terhadap PAD dan Retribusi daerah memiliki nilai signifikan 0,000 yang artinya memiliki pengaruh secara parsial terhadap PAD. 2. Eni Kusniawati (2010) Pada penelitian Eni Kusniawati variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pajak reklame dan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli DKI Jakarta. Eni Kusniati mengambil sampel PAD DKI Jakarta dari tahun 2004 sampai 2008.

23 Perkembangan realisasi terhadap rencana pajak reklame tahun 2004 sampai dengan 2008 mengalami peningkatan maupun penurunan dengan rata-rata 105,38% dan dapat dikatakan cukup optimal. Perkembangan realisasi terhadap rencana pajak reklame tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami penurunan yang disebabkan kawasan tanpa penyelenggaraan reklame (white area) dan pengurangan daerah pemasangan untuk reklame produk rokok dikawasan kendali ketat. Kontribusi realisasi penerimaan pajak reklame dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) rata-rata 2,66% dari rencana 2,49% ini berarti melebihi kontribusi yang direncanakan dan dapat dikatakan cukup optimal. 3. Irianti Kusuma Dewi (2011) Pada penelitian Irianti Kusuma Dewi variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pajak reklame dan pajak hiburan dan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi. Irianti Kusuma Dewi mengambil sampel PAD Kota Bekasi dari tahun 2005 sampai Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah meningkat setiap tahunnya, kenaikan pendapatan yang signifikan ditunjukan pada tahun Hal ini dikarenakan adanya peraturan daerah baru sehingga ketentuan tarif diperbesar pesentasenya. Hasil Uji R menunjukkan bahwa 91,2% Pendapatan Asli Daerah bisa dijelaskan oleh pajak reklame dan pajak hiburan, atau dengan kata

24 lain 8,8% perubahan nilai PAD dijelaskan oleh faktor selain pajak reklame dan pajak hiburan. Hasil uji simultan dengan F tes menunjukkan bahwa pajak reklame dan pajak hiburan secara bersama-sama berpengaruh terhadap PAD karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05. Hasil uji persial dengan T test menunjukkan pajak reklame berpengaruh terhadap PAD, sedangkan pajak hiburan juga berpengaruh terhadap PAD karena nilai probabilitasnya lebih besar dari pada 0, Balia Munazad (2012) Pada penelitian Balia Munazad Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak penerangan jalan umum. Variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah Kota Depok, data penelitian ini dari tahun 2006 sampai dengan tahun Dari hasil Uji simultan atau uji F Pajak Hote, Pajak Restoran, dan Pajak Penerangan Jalan berpengaruh secara simultan dengan nilai signifikan 0,000. Sedangkan hasil uji parsial atau uji T, Pajak Hotel memiliki nilai signifikan sebesar 0,046 yang artinya tidak berpengaruh terhadap PAD Kota Depok, Pajak Restoran memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 yang artinya memeiliki pengaruh terhadap PAD Kota Depok, dan Pajak Penerangan Jalan Umum memiliki nilai signifikan sebesar 0,035 yang artinya memiliki pengaruh terhadap PAD Kota Depok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hubungan antara Pajak dengan Pendapatan Dalam beberapa jenis pajak kita mengenal ada yang disebut dengan pajak proporsional, pajak progresif, dan pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN. TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN www.inilah.com I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang melakukan berbagai pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam sub bab tinjauan pustaka akan diuraikan tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pengelompokan pajak, sistem pemungutan pajak, pajak daerah, pengertian pajak reklame, objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, tiap tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pasal 1 angka 18, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senatiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PAJAK REKLAME Tugas ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pajak Daerah Dosen Pengampu : Redaktur Wau S.E., M.Ak Disusun Oleh : KELOMPOK V Daniel 1634030001 Rina Febriani 1634030017

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan, negara berkewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya baik dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang telah digulirkan dengan landasan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, diikuti dengan hadirnya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6). BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Pada Umumnya II.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Hotel merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efektifitas Istilah efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori 3.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak yang dikemukan oleh Prof. Dr Rochmat Soemitro, S.H : pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Bogor, yaitu pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA). Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober

Lebih terperinci

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan b. Pajak restoran Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan di pungut bayaran,yang mencakup rumah makan dan

Lebih terperinci

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN 1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH KHUSUSNYA PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar pada saat ini adalah bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI Yan Yan (yenyen_chan@yahoo.com) Lili Syafitri, Kardinal Akuntansi (S1) STIE MDP Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA KOTA PADANG PANJANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut mempunyai tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun. Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut mempunyai tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun. Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada kas negara.definisi pajak menurut beberapa ahli adalah : 1) Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1. Dasar Hukum Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan pada tatanan hukum, oleh karena itu segala sesuatu diatur dengan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Menurut Soemitro (1988) pengertian pajak adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Menurut Soemitro (1988) pengertian pajak adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU NO.32 Tahun 2004 tentang pemerintah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Nurmayani

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Nurmayani PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG Nurmayani Dosen dan Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fak. Hukum Unila Abstrak Perda Kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1. Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH UMUM Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 18

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II KAJIAN TEORI. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Pajak Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 175 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG F HASIL PEMBAHAN 21 NOPEMBER 2013) PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 22 TAHUN

PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 22 TAHUN BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah didanai dengan adanya Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling tidak terdapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak (M. Bakhrudin Effendi, 2006) Pengertian Pajak

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak (M. Bakhrudin Effendi, 2006) Pengertian Pajak BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Sesuai terminologi, pajak berasal dari bahasa Jawa, yaitu ajeg yang berarti pungutan teratur pada waktu tertentu. Pa-ajeg berarti pungutan teratur terhadap hasil bumi sebesar

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR 2.1 Pengertian Pajak Daerah Pada dasarnya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berupa iuran dari rakyat, guna untuk tercapainya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN2001 TENTANGPAJAKREKLAME DENGAN RAHMA T TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan efektif, maka pemerintah perlu mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia mempunyai tujuan akhir menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. membayar pengeluaran umum. Menurut Santoso (2005:2), Pajak adalah iuran

BAB II. Landasan Teori. membayar pengeluaran umum. Menurut Santoso (2005:2), Pajak adalah iuran BAB II Landasan Teori 2.1. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) balas jasa yang secara langsung

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU,

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU, BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,. Menimbang : a. bahwa kebijakan pajak daerah dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA f SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN: 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5049); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Perkembangan masyarakat dalam bidang sosial dan ekonomi sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan. Seiring berkembangnya masyarakat maka kepentingan dan kebutuhan masing-masing

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 95 ayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini sistem otonomi daerah sudah diberlakukan dan semakin berkembang, maka pada sistem otonomi daerah ini secara tidak langsung akan membahas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak hotel merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa Pajak Hotel merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang: a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah pemasukan. Warga masyarakat yang memiliki NPWP, yang memiliki kendaraan, yang memiliki usaha wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2011 SERI : B PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DAERAH (SSPD)

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DAERAH (SSPD) WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DAERAH (SSPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 2 ayat (4), Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (6)

Lebih terperinci

Diterbitkan Oleh : NOMOR 1 TAHUN 2O1O. Kabupaten Kolaka l.ltara. Bagian hlukum Sekretariat Daerah PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PAJAK HOTEI-

Diterbitkan Oleh : NOMOR 1 TAHUN 2O1O. Kabupaten Kolaka l.ltara. Bagian hlukum Sekretariat Daerah PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PAJAK HOTEI- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 1 TAHUN 2O1O TENTANG PAJAK HOTEI- Diterbitkan Oleh : Bagian hlukum Sekretariat Daerah Kabupaten Kolaka l.ltara PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Perpajakan karangan Mardiasmo (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Reklame merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Penerimaan Daerah Salah satu kemampuan yang dituntut terhadap daerah adalah kemampuan daerah tersebut untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (self supporting)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 3 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 3 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 3 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak bergulirnya era reformasi telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem pemerintahan di daerah. Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan Daerah dimanfaatkan untuk mendukung kelancaran pembangunan daerah. Pemerintah Daerah diberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci