4 GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU"

Transkripsi

1 35 4 GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU Sejarah Kawasan Ditetapkannya kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) diawali dengan dibentuknya Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas Hektar yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl No.90. Pada perkembangan selanjutnya kawasan ini mengalami perubahan bentuk dan status kawasan. Melalui surat Keputusan Menteri Pertanian No. 198/Kpts/Um/5/1981 tanggal 13 Maret 1981 kawasan ini ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam Tengger Laut Pasir dengan luas 2,67 Hektar. Hingga pada akhirnya kawasan ini pertama kali dinyatakan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas Hektar. Dalam proses perkembangan dan pemantapan kawasan, pengelolaan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dikelola secara intensif mulai tahun 1984/1985 oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV melalui Proyek Pengembangan Suaka Alam dan Hutan Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sampai dengan tahun 1992/1993. Pada tahun 1992 TNBTS resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1049/Kpts-II/1992 tanggal 12 Nopember Pada Tahun 1997 kawasan ini mengalami perubahan struktur organisasi menjadi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-VI/1997 yang dikeluarkan tanggal 23 mei 1997 kawasan Bromo Tengger Semeru ditunjuk sebagai kawasan taman nasional dengan luas 50,276,20 hektar. Sejak keluarnya surat penunjukan kawasan hingga kini TNBTS menjadi salah satu dari 50 kawasan taman nasional yang ada di Indonesia yang disamping berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam juga memiliki pemandangan alam yang menakjubkan dan kekayaan alam hayati yang sangat beragam (BTNBTS 2005). Berikut ini adalah rangkaian singkat sejarah pembentukan TNBTS dari berstatus sebagai cagar alam hingga menjadi taman nasional: 1. Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl No Cagar Alam Ranu Pani dan Ranu Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Desember 1922 No. 25 Sbtl.1922 No Cagar Alam Ranu Kumbolo seluas Hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Tanggal 4 Mei 1936 No. 18 Sbtl.1936 N

2 36 4. Taman Wisata Tengger Laut Pasir seluas 2,67 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 13 Maret 1981 No. 198.Kpts/Um/5/ Taman Wisata Ranu Darungan seluas 380 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 2 Mei 1981 No. 508/Kpts/Um/6/ Taman Wisata Ranu Pani-Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Juni 1981 No. 442/Kpts/Um/6/ Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 14 Oktober 1982 No. 736/mentas/X/ Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas ,20 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal Kehutanan Nomor 278/Kpts-II/1997 tanggal 23 Mei Melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007, tanggal 01 Februari 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis TamanNasional Bromo Tengger Semeru menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan tipe IIB. Kondisi Fisik Lapangan Luas dan Letak Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-II/1997 tanggal 23 Mei 1997, luas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah ,20 hektar yang terdiri dari ,95 hektar daratan dan 10,25 perairan (danau). Secara geografis kawasan TNBTS terletak antara " 39' " 35' LS dan " 44' " 45' BT. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan TNBTS terdapat di Provinsi Jawa Timur dan masuk dalam 4 (empat) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Adapun batas-batas kawasan TNBTS adalah: Barat: Kabupaten Malang meliputi lima wilayah Kecamatan antara lain Tirtoyudo, Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Jabung. Timur: Kabupaten Probolinggo meliputi Kecamatan Sumber dan Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Gucialit dan Senduro. Utara: Kabupaten Pasuruan wilayah Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo dan Lumbang. Kabupaten Probolinggo wilayah Kecamatan Lumbang dan Sekarpura. Selatan: Kabupaten Malang antara lain wilayah Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo serta Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Untuk mencapai kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui empat pintu masuk, yaitu dari Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Sebagian jalan masuk menuju kawasan taman nasional cukup bagus dan mudah dilewati, dan sebagian lainnya masih berupa jalan makadam/tanah. Jalur masuk dan perhubungan menuju kawasan TNBTS dapat dilihat pada Tabel 5.

3 37 Tabel 5 Jalur/Rute Pintu Masuk menuju Kawasan TNBTS No Rute Transportasi Jarak Sarana Kondisi Jarak Keterangan (Km) Angkutan Jalan Tempuh I. Surabaya - Malang 89 Umum Aspal 90 Menit Bus/Taxi Malang - Tumpang 18 Umum Aspal 30 menit Taxi Tumpang-Gubugklakah 12 Umum Aspal 30 Menit Jeep/Taxi Gubugklakah - Ngadas 16 Sewa Aspal/Cor 40 Menit Jeep Ngadas - Jemplang 1 Sewa Beton/Cor 10 Menit Jeep Jemplang G. Bromo 10 Sewa Tanah/Pasir 1 Jam Jeep /Kuda Jemplang-Ranupani 6 Sewa Tanah/Aspal 1 Jam Jeep R.Pani-R.Kumbolo 10 - Setapak 4 Jam Jalan Kaki R.Kumbolo-Kalimati 5 - Setapak 3 Jam Jalan Kaki Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 Jam Jalan Kaki Arcopodo-Mahameru 2 - Setapak 3 Jam Jalan Kaki II. Surabaya-Pasuruan 40 Umum Aspal/Baik 45 Menit Bus/Taxi Pasuruan-Warungdowo 4 Umum Aspal/Baik 15 Menit Bus/Taxi Warungdowo-Tosari 36 Umum Aspal/Baik 60 Menit Taxi Wonokitri-Dingklik 6 Sewa Aspal/Baik 25 Menit Jeep Dingklik-Pananjakan 4 Sewa Aspal/Baik 20 Menit Jeep Dingklik-Laut Pasir 3 Sewa Aspal/Baik 20 Menit Jeep Laut Pasir-Gunung 4 Sewa Aspal/Baik Jeep/Kuda Bromo Menit III. Surabaya-Probolinggo 100 Umum Aspal/Baik 120 Menit Bus/Taxi (Tongas) Tongas-Sukapura 16 Umum Aspal/Baik 30 Menit Bus/Taxi Sukapura- 27 Umum Aspal/Baik 60 Menit Bus/Taxi Cemorolawang C.Lawang-G. Bromo 2,5 Sewa Batu/Pasir 40 Menit Kuda IV. Surabaya-Probolinggo- 170 Umum Aspal 150 Menit Bus/Taxi Lumajang Lumajang-Sundoro 22 Umum Aspal 45 Menit Taxi Sundoro-Burno 4 Sewa Aspal 15 Menit Taxi Burno-Ranupani 24 Sewa Aspal 75 Menit Taxi/Jeep R.Pani-R.Kumbolo 10 - Setapak 4 jam Jalan Kaki R.Kumbolo-Kalimati 4,5 - Setapak 3 jam Jalan Kaki Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 Jam Jalan Kaki Arcopodo-Mahameru 1,5 - Setapak 4 Jam Jalan Kaki Sumber: TNBTS (2005) Iklim Kawasan TNBTS memilki suhu yang relatif rendah dan kadar udara yang tipis. Suhu udara di kawasan TNBTS berkisar antara 5 0 sampai 22 0 C. Suhu terendah terjadi dini hari di puncak musim kemarau antara C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu di bawah 0 0 C (min), khususnya di Ranu Kumbolo dan Puncak Mahameru. Suhu maksimum berkisar antara C. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson adalah tipe iklim yang ada di TNBTS terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu Tipe A meliputi daerah Semeru bagian Tenggara, Tipe B dengan nilai Q sebesar 14,36% meliputi daerah Semeru bagian Selatan, Puncak, lereng Semeru bagian Timur. Tipe C daerah Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo, dan Jambangan dan Tipe D dengan nilai Q sebesar 43,86% meliputi daerah Laut Pasir, Ngadas, Ranupani, blok Watu Pecah sampai dengan Poncokusumo. Selain itu TNBTS di

4 38 sekitaran laut pasir mempunyai kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90-97% dan minimal 42-45% dengan tekanan udara ,7 mm Hg (TNBTS, 2005) Topografi Lokasi TNBTS pada dasarnya berada pada puncak pegunungan Tengger (kawasan Gunung Bromo) dan pegunungan Jambangan (kawasan Gunung Semeru) yang membentang dari utara ke selatan sepanjang ± 40 Km dan dari timur ke barat sepanjang ± Km. Topografi TNBTS didominasi gununggunung dan bukit terjal. Gunung-gunung yang terdapat di komplek pegunungan Jambangan antara lain yaitu Gunung Gentong (2.951 mdpl), Gunung Malang (2.491 mdpl), Gunung Widodaren (2.000 mdpl), Gunung Pengangon cilik (2.833 mdpl, Gunung Ayek-ayek (2.819 mdpl) dan Gunung Semeru (3.676 mdpl) yang merupakan gunung tertinggi di TNBTS. Gunung-gunung yang terdapat di komplek pegunungan Tengger adalah Gunung Jantur (2.705 mdpl), Gunung Ider- Ider (2.617 mdpl), Gunung Penanjakan (2.724 mdpl), Gunung Batok (2.470 mdpl), Gunung Widodaren (2.650 mdpl) dan Gunung Bromo (2.392 mdpl). Kemiringan kawasan TNBTS bervariasi mulai dari bergunung, berbukit-bukit dengan lereng landai sampai curam dan bergelombang. Geologi dan Tanah Secara umum kawasan TNBTS merupakan daerah vulkanis dengan formasi geologi dari kegiatan gunung api kuarter muda dan gunung api kuarter tua. Kawasan TNBTS memiliki jenis batuan abu pasir/tuf dan vulkan intermedia sampai basis dengan fisiografi vulkan dan asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu dengan bahan induk abu/pasir dan tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi ini menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, sehingga mudah tererosi terutama pada musim penghujan. Dari batuan yang ada membentuk jenis tanah yang cukup beragam di TNBTS. Jenis tanah yang ada adalah Andosol, Regosol, Latosol, Litosol, Komplek Meditarian Merah Kuning, Regosol dengan Latosol, Komplek Mediterian dengan Litosol. Jenis tanah yang ada merupakan tanah yang termasuk subur karena terbentuk dari abu vulkanis dan aktivitas gunung api yang ada di kawasan TNBTS (Rencana Pengelolaan TNBTS ). Hidrologi Sebagai daerah vulkanik kawasan TNBTS mempunyai pola tata air permukaan (Radical Drainage Pattern) dimana air terdapat berlimpah pada saat musim penghujan sedangkan pada saat musim kemarau air permukaan sulit diperoleh bankan tidak ada sama sekali. Hal ini disebabkan karena semua air yang menggenang dipermukaaan tanah selama musim hujan cepat hilang merembes atau terserap kedalam lapisan tanah yang lebih bawah. Air tanah yang ada

5 merupakan air hujan yang merembes melalui sebaran batu gunung, bergerak masuk ke dalam lapisan batuan di bawah yaitu batuan lempung yang kedap air. Pada musim penghujan, sungai yang ada di daerah batuan gunung api tidak akan langsung meluap tetapi sebagain air yang ada akan terserap dalam tanah dan akan mulai meluap jika air tanah di daerah rembesan mulai penuh. Pada saat musim kemarau, maka seluruh permukaan yang terdiri dari sebaran batu lempung akan terbuka dan daerah rembesan yang tidak terlalu terlindung akan cepat menjadi kering dan mata air yang ada debitnya akan menurun. Sumber air dari TNBTS berupa sungai dan anak sungai. Tercatat lebih dari 50 (lima puluh) sungai/mata air dan 6 (enam) ranu/danau di dalam kawasan TNBTS yaitu Ranu Pani, Ranu Kuning, Ranu Darungan, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Tompe (TNBTS, 2012). TNBTS mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, untuk keperluan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, hingga industri di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo. 39 Keadaan Biologi Ekosistem Ekosistem dari suatu kawasan ditentukan oleh unsur pendukung ekosistem itu sendiri, terutama jenis tumbuhan dan satwa yang dominan terdapat dalam area tersebut baik jumlah ataupun persebarannya. Secara umum ekosistem kawasan TNBTS terbagi menjadi ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Ekosistem Daratan Ekosistem daratan yang ada di TNBTS pada umumnya berupa hutan, meskipun demikian dapat dijumpai tipe-tipe khusus seperti Laut Pasir dan ekosistem puncak gunung (Bromo dan Semeru). Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan perbedaan suhu, formasi hutan TNBTS dibagi menjadi 3 tiga zona, yaitu: 1) Zona Sub Montane ( m.dpl) Pada zona ini secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi ini merupakan hutan primer dan bisa dijumpai di kawasan TNBTS bagian Semeru Selatan, Semeru Timur (Burno) dan Semeru Barat (Patok Picis). Kawasan ini termasuk dalam zona inti TNBTS. Tegakan pada hutan ini terdiri dari pohon-pohon besar dan tinggi berusia ratusan tahun, sehingga membentuk lapisan tajuk yang dominan. Pada zona ini lapisan tajuk didominasi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Sterculiaceae dan Rubiaceae. Jenis tumbuhan

6 40 bawah dan liana sangat melimpah, antara lain terdiri dari berbagai genus Calamus, Piper, Asplenium, Begonia, serta famili Anacardiaceae, Araceae, Poaceae dan Zingiberaceae. Di samping potensi di atas, pada zona ini terdapat ekosistem hutan bambu yang cukup luas (500 ha), serta merupakan habitat berbagai jenis anggrek alam baik yang tumbuh sebagai epifit maupun terestrial. 2) Zona Montane ( m.dpl) Pada zona ini sebagian besar merupakan hutan sekunder yang keanekaragaman jenisnya sudah mulai berkurang dan didominasi jenis tumbuhan pioner yang tidak dapat hidup di bawah tajuk yang tertutup. Secara umum jenis pohon yang mudah dijumpai di zona ini antara lain: cemara (C. junghuhniana), mentigi (V. varingifolium), kemlandingan gunung (A. lophanta), akasia (A. decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweis (A. longifolia), senduro (A. javanica), alang-alang (I. cylindrica), paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.) dan calingan/cantigi (C. asiatica). Jenis cemara (C. junghuhniana) di beberapa tempat/blok merupakan jenis pohon yang sangat dominan sehingga membentuk ekosistem hutan yang homogen (Blok Cemorokandang, Arcopodo). Di Kaldera Tengger terdapat ekosistem yang khas yaitu Ekosistem Laut Pasir yang massa tanahnya merupakan endapan vulkanik dengan bahan induk abu dan pasir/batuan hasil aktivitas Gunung Bromo yang sudah mengalami pelapukan bertahun-tahun. Laut Pasir Tengger ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari kawah Gunung Bromo, seperti: cemara gunung, mentigi, kemlandingan gunung, akasia (A. decurrens) dan tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweis, senduro (A. javanica), alang-alang, paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.), adas (F.vulgare) dll. Selain itu TNBTS merupakan habitat anggrek tanah tosari yang endemik yaitu Habenaria tosariensis. 3) Zona Sub Alpin (2.400 m.dpl. ke atas). Pada zona ini ditumbuhi pohon-pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin jenis. Jenis yang dominan pada ketinggian ini adalah mentigi (V. varingifolium), dan cemara gunung (C. junghuhniana). Di beberapa tempat juga dapat dijumpai kemlandingan gunung (A. lophanta), dan bunga edelweis (A. longifolia). Di Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari m.dpl kondisinya merupakan hamparan abu, pasir, dan batuan, tanpa vegetasi sama sekali. Ekosistem Perairan Di dalam kawasan TNBTS terdapat 5 buah Danau (Ranu), 2 buah Air Terjun, 28 Mata Air dan 25 Sungai. Tambahan 1 buah danau adalah setelah

7 dilakukan inventarisasi tersebut, yaitu danau Tompe (0,5 ha). Sebuah telaga terletak di ketinggian 900 m.dpl yaitu Ranu Darungan (Pronojiwo, Lumajang) dan 4 lainnya di atas ketinggian 2000 m.dpl yaitu Ranu Pani dan Ranu Regulo (Ds. Ranu Pani) serta Ranu Tompe dan Ranu Kumbolo (Lereng Gunung Semeru). Ranu Pani, Regulo, Tompe dan Kumbolo merupakan danau vulkanik yang secara geologis terbentuk dari celah kawat dari gunung berapi yang sudah mati. Danau yang berada di kawasan pada umumnya berupa danau tadah yang merupakan kubangan air, tidak mempunyai sumber sendiri. Ranu Kuning yang terletak di Desa Ranu Pani juga merupakan danau tadah hujan hanya Ranu Regulo yang diduga mempunyai sumber sendiri (TNBTS 2006) 41 Flora dan Fauna Hutan tropis di kawasan TNBTS adalah habitat bagi hampir sekitar jenis flora dimana 226 diantaranya merupakan famili Orchidaceae (anggrek) yang memiliki nilai ilmiah tinggi, serta 260 tanaman obat-obatan/tanaman hias. Dari 226 famili anggrek yang terdapat dalam kawasan TNBTS, 18 jenis diantaranya adalah jenis endemic Jawa Timur dan 7 jenis diantaranya merupakan jenis endemik TNBTS. Jenis lain yang banyak terdapat di kawasan TNBTS antara lain: C. junghuhniana, A. lophanta, A. decurrens, Quercus sp, E. pallescens, Crotalaria striata, A. javanica, A. longifolia, F. vulgare, V. varingifolium, S. pungeus, Sphagum sp, Mimosa sp, P. herba, Myrisca sp, dll. Selain itu dari famili anggrek terdapat beberapa jenis anggrek yang banyak terdapat di TNBTS antara lain yaitu M. purpureonervosa, M. wetteana, dan L. rhodocila yang merupakan anggrek langka dan khas kawsan semeru. Selain itu terdapat pula C. fornicatus (anggrek mutiara merah) dan M. petola yang merupakan anggrek yang dilindungi Undang- Undang. Sampai saat ini di kawasan TNBTS belum diketemukan adanya jenis satwa liar yang endemik. Potensi fauna yang terdapat di TNBTS relatif kecil baik dari jumlah jenis maupun kerapatannya. Dari berbagai macam satwa yang terdapat dalam kawasan TNBTS beberapa diantaranya merupakan satwa yang dilindungi baik yang termasuk dalam daftar CITES ataupun dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dari hasil inventarisasi terakhir tahun 1996 dan dari informasi yang diperoleh, di TNBTS terdapat 158 jenis satwa liar yang terdiri dari klas mamalia 22 jenis (20 jenis dilindungi Undang-Undang), aves 130 jenis (27 jenis dilindungi Undang-Undang) dan Reptilia 6 jenis. Dari hasil inventarisasi tahun 2007 di Ranupane ditemukan 47 jenis burung (Lapoan Tahunan TNBTS 2012). Berdasarkan hasil inventarisasi mamalia, tahun 2008, beberapa jenis yang terdapat di kawasan TNBTS baik yang ditemui langsung maupun tidak langsung ditemukan 8 (delapan) jenis mamalia (kecuali primata) yaitu : Macan Tutul

8 42 (Panthera pardus), Landak Jawa (Hystrix javanica), Babi Hutan (Sus scrofa), Musang Luwak (Paradosurus hermaproditus), Tupai (Annatana elliot), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Teledu Sigung (Mydaus javanensis). Kondisi Umum Masyarakat Sekitar TNBTS Kependudukan, Luas Wilayah dan Mata Pencaharian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara langsung berbatasan dengan 72 desa yang terletak di 18 Kecamatan yang termasuk dalam empat wilayah kabupaten yang berbeda. Secara administrasi desa-desa tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang sebanyak 25 desa (34,27%), Kabupaten Lumajang sebanyak 22 desa (30,56%), Kabupaten Pasuruan sebanyak 12 desa (16,67%) dan Kabupaten Probolinggo sebanyak 13 desa (18,06%). Selain itu terdapat dua desa yang berada di dalam kawasan (enclave) yaitu desa Ngadas (Kabupaten Malang) dan Ranupani (Kabupaten Lumajang). Desa di sekitar kawasan TNBTS memiliki ketinggian antara 300 mdpl sampai dengan mdpl dengan topografi yang berlereng dan berbukit-bukit Sampai dengan tahun 2011, total jumlah penduduk di seluruh desa sekitar kawasan TNBTS adalah jiwa yang terdiri dari jiwa pria (49,53%) dan jiwa wanita (50,47%) dengan kepadatan penduduk rata-rata 411,02 jiwa/km 2. Luas total desa sekitar kawasan TNBTS mencapai 941,02 Km 2, dengan desa-desa Argosari, Pasrujambe dan Burmo merupakan desa yang memiliki wilayah terluas yaitu masing masing 56,05 km 2, 43,89 km 2 dan 40,72 km 2. Desa yang memiliki wilayah terkecil yaitu desa Wonoayu, Bedayutalang dan Kenongo dengan masing-masing luas yaitu 2,61 km 2, 2,92 km 2 dan 3,38 km 2. Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka Desa Oro Oro Ombo merupakan desa dengan penduduk terpadat yaitu 245,99 jiwa/km 2 dengan luas wilayah yang termasuk kecil yaitu hanya 6,85 Km 2 sedanngkan Desa Ranupani merupakan desa dengan penduduk terjarang yaitu 36,18 jiwa/km 2 dengan wilayah yang cukup luas yaitu 35,79 Km 2. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada masing-masing kabupaten sebagian besar penduduk desa sekitar kawasan TNBTS mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani, dengan komoditi pertanian utama yaitu tanaman holtikultura (51,39%), tanaman perkebunan (15,28), petani padi (15,28), dan hanya sedikit yang bekerja di bidang peternakan (1,39%). Agama Sebagian besar desa di sekitar kawasan TNBTS memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam (79,17%) dan Hindu (19,44%). Dan terdapat satu desa (1,39%) dengan mayoritas penduduknya beragama Budha yaitu Desa Ngadas.

9 Desa dengan mayoritas beragama Hindu merupakan desa dengan masyarakat atau penduduk asli suku tengger yang masih teguh memegang adat istiadat mereka dan terletak relatif lebih dekat dengan kawasan TNBTS terutama kawasan Laut Pasir Tengger dan gunung Bromo. Meskipun secara umum masyarakat desa sekitar kawasan TNBTS memeluk agama yang beragam, namun masih mengikuti tata cara adat istiadat suku tengger baik dalam kehidupan sehari-hari (upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia) maupun hari besar yang juga merupakan upacara keagamaan umat Hindu Tengger. Pendidikan Masyarakat Sekitar Kawasan TNBTS Prasarana pendidikan dari TK sampai SMU tersedia di desa sekitar kawasan TNBTS baik berstatus negeri maupun swasta walaupun prasarana pendidik tersebut tidak tersedia di semua desa terutama di desa dengan akses transportasi yangn sulit dan jauh dari kota kecamatan. Bila dilihat dari partisipasi penduduk desa sekitar TNBTS semakin kecil dengan semakin tingginya jenjang pendidikannya. Hal ini berkaitan dengan fasilitas sekolah yang ada, yaitu semakin tinggi jenjang pendidikan maka fasilitas pendidikan yang tersedia semakin sedikit/terbatas. Tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar kawasan TNBTS berdasarkan data masing-masing kecamatan terdapat (0,66%) penduduk dengan tingkat pendidikan DI/DIII/S1/S2 dan (3,82%) penduduk tamat SLTA, sedangkan mayoritas penduduk lainnya tamat SLTP sebanyak orang (12,25%), tamat SD sebanyak orang (35,70%), tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar orang (17,07%) dan belum atau sedang sekolah sebesar orang (30,50%). Artinya sebagian besar penduduk minimal sudah mengenyam pendidikan dasar 6 tahun. Bahkan bila dilihat dari data ini tampak bahwa persentase penduduk yang mengenyam pendidikan 9 tahun jumalahnya sudah mencapai 47,95%. 43 Objek dan Kegiatan Wisata Alam Kawasan TNBTS Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu kawasan konservasi yang terkenal karena keindahan alamnya. Selain itu TNBTS telah menjadi salah satu tujuan wisata alam utama Provinsi Jawa Timur secara umum dan khususnya bagi keempat kabupaten yang berada di sekitarnya. Lokasi objek dan daya Tarik wisata alam di kawasab TNBTS secara umum dibagi menjadi dua komplek, yaitu Komplek Pegunungan Tengger dan Komplek Pendakian Gunung Semeru. Peta sebaran objek dan daya tarik wisata alam di kawasan TNBTS secara keseluruhan seperti pada Gambar 8.

10 44 Sumber: Balai Besar TNBTS (2012) Gambar 8 Peta Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru a. Komplek Gunung Semeru Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi (3.676 m.dpl) di Pulau Jawa. Mahameru adalah nama lain dari puncak Gunung Semeru dengan kawahnya yang menganga lebar yang disebut Jonggring Saloko. Beberapa obyek di sepanjang rute menuju Gunung Semeru yang biasa dilalui pendaki adalah: Ranu Kumbolo, merupakan danau yang terletak pada ketinggian 2390 m.dpl dengan luas 17 ha, merupakan tempat pemberhentian/istirahat sebelum ke puncak. Kalimati, merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru. Arcopodo, terletak pada pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arcopodo/recopodo. Disamping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada saat pendakian Gunung Semeru. Padang Rumput Jambangan, daerah padang rumput ini terletak di atas 3200 m.dpl, merupakan padang rumput yang diselang-selingi tumbuhan cemara, mentigi dan bunga edelweis. Oro-Oro Ombo, merupakan padang rumput yang luasnya sekitar 100 ha, berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput. Cemoro Kandang, merupakan hutan yang didominasi pohon cemara (Casuarina junghuhniana) dan paku-pakuan. Kelompok hutannya termasuk gugusan Gunung Kepolo (3.095 m) yang terletak di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo. Pangonan Cilik, merupakan kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang letaknya tidak jauh dari Ranu Kumbolo.

11 b. Komplek PegununganTengger Komplek Pegunungan Tengger terkenal dengan lautan pasirnya seluas 5.2 Ha yang dikellilingi oleh Gunung Bromo dan Gunung Batok. Komplek Pegunungan Tengger secara administrasi masuk ke dalam Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Pasuruan. Beberapa objek wisata yang ada di kompleks Pegunungan Tengger yaitu: Kaldera Tengger, Kaldera Tengger dengan 5 (lima) buah gunung yang berada di dalamnya merupakan daya tarik tersendiri, termasuk kisah geologi terbentuknya gunung-gunung tersebut. Gunung Bromo, merupakan salah satu gunung dari lima gunung yang terdapat di komplek Pegunungan Tengger di laut pasir. Daya tarik gunung ini adalah gunung masih aktif dan dapat dengan mudah didaki/dikunjungi. Gua/Gunung Widodaren, terletak di sebelah Gunung Batok dan merupakan potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Gunung Batok, Gunung Batok terletak di sebelah Gunung Bromo dan menjadi pemandangan yang menyatu dengan Gunung Bromo. Daya tarik utama adalah gunung ini merupakan habitat edelweis. Gunung Penanjakan, Puncak Gunung Penanjakan merupakan tempat yang tertinggi bila dibandingkan dengan tempat lainnya di Komplek Pegunungan Tengger dimana dapat disaksikan terbitnya matahari dan keindahan alam di bagian bawah seperti panorama laut pasir dengan komplek Gunung Bromo dsk yang dilatarbelakangi Gunung Semeru dengan kepulan asapnya yang tebal. c. Ranu Pani Ranu Regulo Ranu Pani (5,879 Ha data pengukuran citra tahun 2004, pengukuran citra tahun 2010 seluas 5,536 Ha, terjadi penyempitan karena sedimentasi) dan Ranu Regulo (3,640 Ha pengukuran citra tahun 2010) merupakan danau yang berada pada ketinggian m dpl, dan memiliki keindahan alam cukup menarik. d. Hutan Alam Hutan di sepanjang jalur Ledok Malang Ireng-ireng merupakan hutan alam tropis yang didominasi al.tumbuhan sepat, suren, rotan, piji, bambu, pisang. Satwa liar yang dapat dijumpai adalah jenis burung, macan tutul, babi hutan, rusa, lutung. Di Hutan alam sepanjang jalur pendakian (Ranu Pani-Watu Rejeng-Ranu Kumbolo) didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, liana, piji, cemara, senduro, anggrek dan edelweis. e. Ranu Darungan Ranu Darungan merupakan danau yang terdapat di Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo. Danau/Ranu Darungan mempunyai luas sekitar 0,534 Ha (pengukuran tahun 2011 dalam kegiatan Revitalisasi Ranu Darungan) terletak pada ketinggian di atas 750 m dari permukaan laut. Daya tarik Ranu Darungan terutama adalah kekhasan alam yaitu adanya hutan di sekitar danau yang relatif masih terjaga kondisinya. f. Hutan Pananjakan Dingklik Hutan di Blok Pananjakan-Dingklik merupakan hutan campuran yang didominasi cemara, akasia decuren dan tumbuhan daun lebar lainnya. Blok ini 45

12 46 merupakan habitat ayam hutan.selain itu juga terdapat sumber air yang sangat penting bagi masyarakat sekitar, pengusaha hotel, camp intelijen dan kantor SPTN Wilayah I. Pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jumlah Wisatawan yang datang mengunjungi TNBTS mengalami perubahan yang fluktuatif dalam setiap tahunnya. Perubahan kondisi alam pada periode tertentu dan untuk memulihkan keadaan ekosistem yang terganggu akibat aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung menyebabkan kegiatan wisata di kawasan TNBTS ditutup sementara waktu. Kegiatan wisata utama yang dilakukan di TNBTS ada wisata minat khusus pendakian gunung semeru. Selain itu wisata alam rekreasi di kawasan Pegunungan Tengger dapat dilakukan tanpa persiapan khusus. Peningkatan jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang ke TNBTS selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Pengunjung TNBTS Tahun berdasarkan Asal Wisatawan (Orang) Tahun Wisatawan Wisatawan Nusantara Mancanegara Total Sumber: Balai Besar TNBTS (2012) Secara umum kegiatan wisata alam di kawasan TNBTS tidak berlangsung setiap hari dengan jumlah dan aktivitas pengunjung yang sama. Kegiatan wisata di kawasan ini lebih ramai pada hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional seperti libur tahun baru atapun pada saat musim libur sekolah. Karena itu setiap bulannya jumlah pengunjung yang datang tidak sama atau mengalami fluktuatif yang cukup tinggi. Tingginya kunjungan wisatawan setiap bulannya di kawasan TNBTS dapat di lihat pada Gambar 9. Puncak kunjungan terjadi pada Bulan Juni sampai dengan Bulan September dan juga Bulan Desember setiap tahunnya untuk Kawasan Pegunungan Tengger dan untuk Kawasan Pendakian Gunung Semeru puncak kunjungan terjadi pada bulan Juli sampai dengan Desember setiap tahunnya. Waktu terbaik untuk mendaki Gunung Semeru adalah saat musim kemarau dan saat musim bungan eidelweis berbunga.

13 47 Sumber: Balai Besar TNBTS (2012) Gambar 9 Tingkat Kunjungan Wisatawan Setiap Bulan Kawasan Gunung Semeru merupakan gunung berapi yang masih aktif. Untuk itu pada bulan-bulan tertentu pendakian Gunung Semeru ditutup jika kondisi gunung sedang aktif. Selain itu pada saat musim penghujan dengan peluang hujan badai yang cukup tinggi, pendakian juga dilarang demi menjaga keselamatan pendaki itu sendiri. Karena itu terdapat bulan-bulan tertentu dimana pengunjung Pendakian Gunung Semeru sangat sedikit atau bahkan tidak ada pengunjung sama sekali. Untuk memasuki kawasan konservasi dengan tujuan berwisata terdapat karcis yang dikenakan kepada pengunjung berupa karcis masuk, karcis parkir kendaraan, karcis untuk penggunaan peralatan fotografi dan perekam video lainnya. Dari kegiatan wisata dan tiket masuk kawasan tersebut, Balai TNBTS mampu mendatangkan pendapatan yang cukup besar bagi Negara yaitu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari pungutan karcis masuk pengunjung dan kendaraan bermotor. Besarnya PNPB yang diperoleh dari karcis pengunjung dan karcis parkir kendaraan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Besarnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) TNBTS dari Karcis Masuk Pengunjung (Rp/Tahun) Tahun Pungutan Masuk (Rp) Karcis Pengunjung Kendaraan Sumber: Balai Besar TNBTS (2012)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Komodo 4.1.1. Sejarah Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan salah satu TN pertama di Indonesia. Kawasan TNK ditetapkan melalui pengumuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan potensi wisata bertujuan untuk meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan potensi wisata bertujuan untuk meningkatkan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam hayati dan non hayati. Kekayaan sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002, tanggal 10 Juni 2002. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

6 TINGKAT PERKEMBANGAN DESA-DESA SEKITAR KAWASAN DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

6 TINGKAT PERKEMBANGAN DESA-DESA SEKITAR KAWASAN DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 6 TINGKAT PERKEMBANGAN DESA-DESA SEKITAR KAWASAN DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 65 Hirarki Tingkat Perkembangan Desa Sekitar TNBTS Kegiatan ekonomi yang timbul dari kegiatan wisata alam di kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Lawu adalah gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian 3265 m.dpl. Gunung Lawu termasuk gunung dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI

III. KONDISI UMUM LOKASI III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4. 1 Letak dan Luas Kawasan hutan Gunung Simpang ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 41/Kpts/Um/1/179 tanggal 11-1-1979 (Dinas Kehutanan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

KONTRIBUSI TAMAN NASIONAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

KONTRIBUSI TAMAN NASIONAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) KONTRIBUSI TAMAN NASIONAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) Oleh : Elvida Yosefi S dan Subarudi 1) 2) ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang besar. Hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang besar. Hal ini yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang besar. Hal ini yang menjadikan Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar di dunia setelah Brazil dengan jumlah mencapai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari negara kawasan sub-tropis

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari negara kawasan sub-tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang berada di daerah khatulistiwa. Dengan letak Indonesia yang berda di kawasan khatulistiwa ini Indonesia memilki iklim tropis. Iklim

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pariwisata saat ini semakin menjadi sorotan bagi masyarakat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi andalan Indonesia untuk mendulang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupan liar lain yang mengundang perhatian berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat lebih dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau tersebut memiliki pulau-pulau berukuran kecil, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau tersebut memiliki pulau-pulau berukuran kecil, memiliki BAB I PENDAHULUAN I. I. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sejumlah besar dari pulau-pulau tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 17 IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 4.1. Sejarah dan Status Kawasan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu berasal dari tiga fungsi kawasan konservasi, yaitu : a. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta yang ditunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapikerep yaitu Gunung Bromo yang merupakan gunung terkenal di Jawa. Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang.

BAB I PENDAHULUAN. Sapikerep yaitu Gunung Bromo yang merupakan gunung terkenal di Jawa. Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Sapikerep adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Desa ini berada dalam wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Demografi Desa 1. Letak dan Luas wilayah Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Singkat Perum Perhutani dan KPH Banyumas Barat Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbasis sumberdaya hutan yang diberi tugas dan

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak

Lebih terperinci

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah 2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci