PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN
|
|
- Indra Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN Disusun untuk memenuhi tugas Audit Sektor Pemerintah Semester VIII DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 KELAS 8A ALIH PROGRAM ASRI DWI HATMINI 11 FAJAR AL HADI 17 FERY ALBERTO MARPAUNG 20 NURKHOLIS RAFSANJANI 32 RONIE 33 TOYIB ABDULLOH 37 POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN 2016
2 I. PENDAHULUAN Organisasi yang diaudit memiliki kompleksitas operasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Kompleksitas operasi tersebut menuntut auditor untuk mengetahui kerumitan operasi yang diaudit baik pada saat audit mulai dilakukan maupun pada saat audit sudah selesai. Untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit maka para auditor perlu untuk melakukan Survei pendahuluan. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat yang akan menunjang keberhasilan audit. Jika Survei pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka Survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk pemahaman yang efektif melainkan menjadi penentu keberhasilan audit. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk Survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Laporan survei pendahuluan merupakan laporan atas hasil dari survei pendahuluan yang telah dilakukan. Laporan survei pendahuluan ini akan menjadi dasar usulan pengujian terinci yang akan dilaksanakan oleh tim auditor. Laporan ini diserahkan kepada manajemen organisasi audit. Jika diputuskan untuk tidak melanjutkan ke tahap pengujian terinci, hasil survei pendahuluan dapat dilaporkan kepada entitas yang diaudit. Pembahasan mengenai apa itu laporan survei pendahuluan dan penyusunan program pengujian terinci akan dibahas pada bab pembahasan. II. PEMBAHASAN II.1. Penyusunan Laporan Survei Pendahuluan II.1.1 Pengertian Laporan Survei Pendahuluan Laporan survei pendahuluan merupakan laporan yang diterbitkan mendahului atau sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini memuat identifikasi kelemahan-kelemahan organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, personalia, dan pengawasan internal yang terjadi pada satuan-satuan organisasi yang diaudit. Identifikasi masalah dan informasi yang diperoleh selama survei pendahuluan akan digunakan untuk menyusun program pengujian terinci. 1
3 Laporan survei pendahuluan tidak dikenal dalam audit laporan keuangan karena dalam audit laporan keuangan karena dalam audit laporan keuangan laporan audit hanya dibuat satu kali pada saat audit selesai. Dalam audit kinerja, penyusunan laporan survei pendahuluan menentukan apakah audit akan dilanjutkan ke tahap pengujian terinci atau hanya cukup pada tahap survei pendahuluan. Laporan survei pendahuluan akan menjadi dasar usulan pengujian terinci yang dilaksanakan oleh tim yang bersangkutan. Laporan ini diserahkan kepada manajemen akan organisasi audit. Jika diputuskan untuk tidak melanjutkan ke tahap pengujian terinci, hasil survei pendahuluan dapat dilaporkan kepada entitas yang diaudit. II.1.2. Manfaat Laporan Survei Pendahuluan Laporan survei pendahuluan memiliki beberapa manfaat. Manfaat tersebut meliputi: a. Memberikan penilaian/pertimbangan megenai perlu atau tidaknya melanjutkan ke tahap pengujian terinci. b. Menyampaikan alasan dan simpulan apaabila pengujian terinci tidak direkomendasikan. c. Membantu penyusunan program pengujian terinci. d. Mengumpulkan, mengorganisasikan, serta menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh dari tahap audit sebelumnya. II.1.3. Unsur Laporan Survei Pendahuluan Unsur laporan survei pendahuluan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan survei pendahuluan Dalam bagian tujuan survei pendahuluan ini akan dapat ditentukan perlu atau tidaknya audit dilanjutkan dengan pengujian terinci. b. Penjelasan kegiatan/program entitas yang diaudit Auditor menjelaskan kegiatan entitas berdasarkan data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan memahami entitas yang diaudit antara lain meliputi nama entitas yang diaudit dan gambaran umum dari entitas. c. Risiko audit Dalam hal ini yang dijelaskan merupakan risiko audit pada audit pendahuluan. Risiko ini meliputi risiko melekat pada entitas sesuai dengan sifat dan volume kegiatan serta kelemahan manusiawi yang diidentifikasikan dalam pelaksanaan kegiatan pemahaman entitas yang diaudit, risiko audit yang ditimbulkan dari kelemahan sistem 2
4 pengendalian internal, dan risiko audit yang melekat karena memilikh area-area kunci yang diidentifikasi dalam pelaksanaan kegiatan penetapan tujuan dan lingkup audit. d. Hasil penelaahan Sistem Pengendalian Internal Auditor menjelaskan hasil penelaahan Sistem Pengendalian Internal yang diperoleh selama pelaksanaan pendahuluan. e. Hasil penelaahan sistem peraturan perundang-undangan Pada bagian ini hal-hal yang dimuat meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku atau mendasari entitas yang diaudit. Hasil penelaahan tersebut berisi maksud dan tujuan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan, alasan adanya entitas, proyek/kegiatan, apakah tujuan yang hendak dicapai oleh entitas sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku diatasnya, dan apakah entitas memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. f. Identifikasi area audit Bagian ini memuat simpulan mengenai kriteria yang akan digunakan sebagai pembanding terhadap praktik yang dilakukan oleh entitas yang diaudit. g. Identifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan pengujian terinci Identifikasi ini diperoleh dari hasil penilaian atas sistem pengendalian manajemen yang berdampak pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. h. Usulan apakah apakah audit akan dilanjutkan atau tidak Alasan untuk meneruskan ke pengujian terinci pada dasarnya harus memenuhi syaratsyarat yaitu merupakan area kunci bagi entitas, teridentifikasi masalah yang signifikan yang diperoleh dari hasil penilaian atas SPI yang berdampak pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta auditabilitas dengan penekanan pada kondisi internal dari lembaga auditor. Apabila ketiga hal terebut tidak ditemukan maka auditor dapat mengusulkan untuk tidak melakukan pengujian terinci. II.1.4. Penulisan Laporan Survei Pendahuluan Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan survei pendahuluan. Hal tersebut meliputi: a. Tingkat pentingnya setiap bagian dalam laporan Berikan perhatian lebih besar pada bagian penilaian sistem pengendalian manajemen, pemilihan area kunci dan kriteria, serta penetapan tujuan audit, meskipun setiap bagian dalam laporan survei pendahuluan sama pentingnya. b. Kalimat Aturan pertama dalam menulis kalimat yang baik adalah menggunakan kalimat aktif. Dalam kalimat aktif, maksud kalimat akan tampak dengan segera c. Pengeditan Laporan 3
5 Dalam praktiknya hanya sedikit auditor yang dapat menyelesaikan laporannya tanpa mengedit atau menulis ulang. Dengan demikian, untuk menghasilkan laporan tertulis yang terorganisasi dengan baik, singkas, jelas, dan dapat diterima pembacanya, penulis laporan perlu meluangkan waktu dan tenaga untuk mengaudit laporannya. Dengan menyusun laporan survei pendahuluan maka penanggung jawab audit (supervisor) dapat memahami permasalahan entitas yang diaudit. Laporan ini akan menjadi dasar pertimbangan keputusan untuk melanjutkan audit ke tahap pengujian tercinci atau tidak. Jika diputuskan bahwa audit dilanjutkan dengan pengujian terinci maka tim audit menyusun program pengujian terinci. II.1.5. Kesesuaian Penulisan Laporan Survei Pendahuluan dengan Juklak Pemeriksaan Kinerja BPK Penulisan laporan survei pendahuluan ini tidak diatur dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja BPK yaitu Keputusan BPK RI Nomor 9/ K/1-XIII.2/12/2011 tanggal 30 Desember Dalam metodologi pemeriksaan kinerja BPK tersebut, setelah tahap penentuan kriteria pemeriksaan dilanjutkan dengan tahap pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan lalu penyusunan rencana kerja pemeriksaan dan pengujian pemeriksaan terperinci. Tidak disebutkan secara jelas mengenai keharusan dalam penyusunan laporan survei pendahuluan pada juklak pemeriksaan kinerja BPK tersebut. Namun pada bagian penyusunan rencana kerja pemeriksaan dan pengujian pemeriksaan terperinci disebutkan bahwa setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan pendahuluan dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan terinci, hal yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan program pemeriksaan atas pemeriksaan terinci. Maka tersirat bahwa pemeriksa sebenarnya perlu untuk melakukan survei pendahuluan dalam rangka untuk menentukan apakan audit akan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan terinci. II.2. Penyusunan Program Pengujian Terinci Tahap akhir dari survei pendahuluan adalah penyusunan program pengujian terinci yang merupakan bentuk nyata dari suatu perencanaan audit. Program pengujian terinci memuat hubungan antara tujuan audit dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, penyusunan program pengujian terinci didasarkan pada pendekatan audit yang telah ditetapkan oleh auditor. 4
6 Penyusunan program pengujian terinci sangat bergantung pada hasil survei pendahuluan. Apabila hasil survei pendahuluan menyatakan bahwa audit perlu dilanjutkan, dibuat program pengujian terinci. Sebaliknya, apabila hasil survei pendahuluan menyatakan audit tidak perlu dilanjutkan maka tidak dibuat program pengujian terinci. Pada prinsipnya, istilah program pengujian terinci memiliki pengertian yang sama dengan program audit. Agar konsisten, dalam pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah program pengujian terinci. II.2.1. Unsur dalam Program Pengujian Terinci Program pengujian terinci merupakan kombinasi dari tiga unsur yaitu: a. Program audit adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan audit. Program audit menjabarkan prosedur terinci untuk efektivitas biaya pengumpulan data. b. Teknik audit mengacu kepada teknik yang digunakan auditor untuk mengumpulkan data. Contohnya reviu dokumen, wawancara, kuesioner, analisis data, dan observasi fisik. c. Prosedur audit ialah langkah, pengujian, instruksi, dan rincian yang termasuk dalam program audit untuk dilaksanakan secara sistematis dan masuk akal. II.2.2. Tujuan Penyusunan Program Pengujian Terinci Adapun tujuan dan manfaat penyusunan program audit terinci adalah : a. Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan audit, metodologi audit, dan kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan. b. Mengidentifikasi dan mendokumentasi prosedur-prosedur audit yang harus dilaksanakan. c. Memudahkan supervisi dan reviu. d. Membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup, dapat diandalkan, dan relevan. II.2.3. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Program Pengujian Terinci Langkah-langkah penyusunan program pengujian terinci antara lain : a. Memahami istilah baku. Auditor harus mempunyai pemahaman yang memadai terhadap istilah-istilah baku sebelum membuat program audit, terutama yang terkait dengan teknik dan prosedur audit. b. Menetapkan pendekatan audit. Audit kinerja bersifat fleksibel dan membutuhkan kreativitas. Pendekatan yang digunakan juga tidak sama antara audit kinerja yang satu dan lainnya. Seperti halnya 5
7 kriteria audit, secara umum terdapat dua pendekatan dalam penyusunan program pengujian terinci, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil. 1. Pendekatan proses Pendekatan ini berfokus pada proses kegiatan/program entitas. Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah organisasi memiliki sistem pengendalian yang dapat memberikan keyakinan memadai bahwa sistem tersebut telah dirancang dan diimplementasikan secara memadai. Asumsi yang digunakan yaitu jika sistem pengendalian efektif berarti ada indikasi kuat bahwa hasil akan memuaskan. Pendekatan ini memberikan dasar yang kuat dalam membuat rekomendasi untuk meningkatkan sistem serta mengidentifikasi pengendalian yang tidak perlu. 2. Pendekatan hasil Pendekatan ini berfokus pada penilaian hasil yang akan dicapai dikaitkan dengan hasil yang diinginkan. Pendekatan ini tidak dibuat untuk menguji sistem pengendalian, melainkan untuk melihat output dan/atau outcome. Pendekatan ini dapat diterapkan jika kriteria yang tepat tersedia untuk menilai mutu, jumlah, dan biaya dari output. Asumsi yang digunakan adalah jika hasil memuaskan maka risiko eksalahan dalam merancang dan mengimplementasikan proses/kegiatan akan rendah. c. Memfokuskan pada pembuktian kriteria audit yang telah ditetapkan. Penyusunan program pengujian terinci dibatasi dari hal-hal di luar kriteria atau hal-hal kurang penting. d. Menetapkan prosedur audit yang tepat. Sebagai bagian dari program pengujian terinci, prosedur audit yang baik harus berkaitan dengan tujuan dan kriteria audit, dinyatakan dengan jelas dan dirinci serta memadai sehingga mudah dimengerti oleh auditor, disusun secara logis, dan berbentuk metode pengumpulan bukti yang efisien tanpa pengujian yang berlebih, di samping memperhatikan audit terkait sebelumnya. Penyusunan prosedur audit dapat didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan riset untuk setiap tujuan khusus pada masing-masing area kunci. e. Menetapkan format program audit. Konsep pengujian terinci disusun oleh ketua tim audit yang bersangkutan dengan dibantu oleh anggota tim. Program audit tersebut sebaiknya berisi informasi-informasi berikut yaitu: dasar penyusunan program, standar audit yang digunakan, entitas yang diaudit termasuk nama dan lokasi entitas, tahun anggaran yang diperiksa, identitas dan gambaran umum entitas yang diperiksa, alasan audit, tujuan audit, sasaran audit, kriteria atau standar yang akan digunakan untuk menulai entitas, pengarahan audit, 6
8 jangka waktu audit, susunan tim dan biaya audit, instansi penerima hasil audit, kerangka laporan hasil audit atas ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta memuat halhal lain yang dianggap perlu untuk diungkapkan. Untuk memulai pengujian terinci, tim audit membuat program pengujian terinci. Program pengujian terinci memuat hubungan antara tujuan audit dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Teknik audit yang digunakan dalam rangka pengumpulan bukti audit akan diidentifikasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh auditor. Setelah tim audit mengetahui kriteria dan prosedur audit yang akan dilakukan, tim audit akan merumuskan perkiraan teknik audit yang akan dijalankan oleh anggota tim. Setelah membaca kriteria dan sub-subkriteria, tim audit merumuskan garis besar teknik audit yang akan dilakukan, yaitu: a. Wawancara/interview b. Observasi c. Inspeksi d. Review dokumen e. Analisis prosedur f. Uji petik (sampling) atas berkas II.2.4. Penyusunan Program Pengujian Terinci dalam Juklak Pemeriksaan Kinerja BPK Penyusunan program pemeriksaan terinci dalam juklak pemeriksaan kinerja BPK merupakan hal yang harus dilakukan. Penyusunan program pengujian terinci pada juklak pemeriksaan kinerja BPK dinamakan program pemeriksaan (P2) terinci. Program ini dilakukan setelah melakukan penyusunan rencana kerja pemeriksaan (RKP). Input utama dalam menyusun RKP atas pemeriksaan terinci adalah usulan topik potensial pemeriksaan terinci yang bersumber dari hasil pemeriksaan pendahuluan. Output dari kegiatan penyusunan RKP atas pemeriksaan terinci adalah teridentifikasinya topik pemeriksaan terinci yang disertai dengan informasi berupa personil pemeriksa baik secara kuantitas maupun kualitas, jangka waktu pemeriksaan, serta jumlah anggaran yang diperlukan. P2 terinci adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan terinci. P2 menjabarkan prosedur terinci untuk efektivitas biaya pengumpulan data pada pelaksanaan pemeriksaan terinci. Seluruh kajian pemeriksa mengenai tahap penyusunan program pemeriksaan terinci di tingkat entitas harus didokumentasikan. Pendokumentasian P2 atas pemeriksaan terinci disimpan sebagai KKP indeks A. 7
9 Suatu program pemeriksaan dapat disebut memadai jika mampu mengidentifikasi aspek-aspek penting pemeriksaan; disusun berdasarkan informasi pendukung yang jelas dan cermat; memberikan panduan dalam melaksanakan pengujian secara efektif; membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup, dapat diandalkan, dan relevan untuk mendukung opini/pernyataan pendapat atau kesimpulan pemeriksaan; dan mencapai tujuan pemeriksaan. Kualitas bukti pemeriksaan juga sangat tergantung kepada program pemeriksaannya. Program pemeriksaan yang efektif akan sangat membantu dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan dan oleh karenanya harus mendapat perhatian pemeriksa sejak tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan akhir proses pemeriksaan. III. SIMPULAN Penyusunan laporan survei pendahuluan dan penyusunan program pengujian terinci merupakan tahap yang perlu dilakukan pada audit kinerja. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat yang akan menunjang keberhasilan audit. Jika Survei pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka Survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk pemahaman yang efektif melainkan menjadi penentu keberhasilan audit. Laporan survei pendahuluan ini akan menjadi dasar usulan pengujian terinci yang akan dilaksanakan oleh tim auditor. Penyusunan program pemeriksaan yang efektif akan sangat membantu dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan dan oleh karenanya harus mendapat perhatian pemeriksa sejak tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan akhir proses pemeriksaan. DAFTAR REFERENSI 1. Rai, I Gusti Agung Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus. Salemba Empat: Jakarta 2. Lampiran Keputusan BPK RI Nomor 9/ K/1-XIII.2/12/2011 tanggal 30 Desember 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kinerja 8
STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA
LAMPIRAN III PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA
Lebih terperincipemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah dinilai sukses dalam menjalankan programnya apabila tujuan dari program tersebut tercapai. Program dari organisasi pemerintah yang menggunakan
Lebih terperinciSTANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA
LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA
Lebih terperinci- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT
- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK
Lebih terperinciKERTAS KERJA DAN LAPORAN AUDIT MANAJEMEN
KERTAS KERJA DAN LAPORAN AUDIT MANAJEMEN Pola Relasi Pengendalian Internal dan Jenis Audit SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL JENIS DAN RUANG LINGKUP AUDIT untuk membangun dan memastikan Alat Manajemen untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan. independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis pemeriksaan, yaitu Pemeriksaan
Lebih terperinci1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi
Adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, personil lain, yang didesign untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan laporan
Lebih terperinciStandar Audit SA 610. Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 0 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGGUNAAN PEKERJAAN AUDITOR INTERNAL (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah berupaya menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian Undang-Undang
Lebih terperinciStandar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM AUDIT SISTEM ELEKTRONIK
-- 21 -- LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 201... TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK PEDOMAN UMUM AUDIT SISTEM ELEKTRONIK Penugasan Audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Pada tingkatan yang dominan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kinerja instansi pemerintah/bumd mendapat sorotan yang negatif dari masyarakat. Mereka menilai kinerja instansi pemerintah sangat jauh dari kata
Lebih terperinciINTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING 610 PENGGUNAAN PEKERJAAN AUDITOR INTERNAL
INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING 610 PENGGUNAAN PEKERJAAN AUDITOR INTERNAL Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing dan Atestasi Oleh : Robert Renovan (NIM. 2015250974) Yoga Pradana (NIM. 2015250975)
Lebih terperinciPertemuan Awal (entry meeting)
Pertemuan Awal (entry meeting) Pembicaraan pendahuluan hendaknya dipersiapkan dengan seksama dan dilakukan oleh Pengendali Mutu, Pengendali Teknis bersama Tim dengan pimpinan auditi. Agar pimpinan auditi
Lebih terperinciBUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,
BUPATI SOPPENG PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 35 TAHUN 2017 TAHUN TENTANG PEDOMAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.
No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP
Lebih terperinciMAKALAH INTERNAL AUDITING
MAKALAH INTERNAL AUDITING SURVEY PENDAHULUAN (PRELIMINARY SURVEY) OLEH : KEVIANTO JESSICA ALAMANDA KWIK KIAN GIE SCHOOL OF BUSINESS 2014 PENDAHULUAN Kompleksitas operasi dalam perusahaan menuntut auditor
Lebih terperinciTutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA
Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciStandar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 25, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Lampiran : Keputusan BPK-RI Nomor : 2/K/I-XIII.2/I/2009 Tanggal : 27 Februari 2009 BPK-RI 300/2009 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, auditor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, auditor bertanggung jawab untuk
Lebih terperinciMengingat. 1. Menimbang '. a. STANDAR AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA RI NOMOR \J 13912011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA RI,
Lebih terperinciBAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi.
BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ini membahas tentang ringkasan penelitian mulai dari bab satu sampai dengan bab enam. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas tentang
Lebih terperinciStandar Audit SA 230. Dokumentasi Audit
SA 0 Dokumentasi Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 DOKUMENTASI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indon
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1747, 2016 KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, penulis mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian Audit Internal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
Lebih terperinci- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);
Lebih terperinciPEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
LAMPIRAN I KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHANUMUM PEDOMAN EVALUASI
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENUGASAN
PELAKSANAAN PENUGASAN STANDAR KINERJA STANDAR 2300 PELAKSANAAN PENUGASAN Auditor internal harusmengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi yang memadai untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciTinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci
Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan
Lebih terperinciBAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si
BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan
Lebih terperinciSA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN
SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0058 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2013 DENGAN
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit. Mulyadi, (2002:9) menyatakan bahwa auditing adalah:
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit Perkembangan jasa audit sejalan dengan berkembangnya kebutuhan, baik bagi pihak manajemen maupun pihak luar manajemen yang
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
Lebih terperinciPIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL
PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.
PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 17 TAHUN 2016... TENTANG PEDOMAN KENDALI MUTU AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH INSPEKTORAT KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang
Lebih terperinciSTANDAR PERIKATAN AUDIT
EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia
Lebih terperinci2017, No.2-2- Keuangan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan dalam pemantauan pelaksanaan tindak lanjut sehingga perlu diganti; d. bah
No.2, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Hasil Pemeriksaan. Tindak Lanjut. Pemantauan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6011) PERATURAN
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciPROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENT ANG
WALIKOTA MOJOKERTO PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENT ANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTAHAP AUDIT, EKONOMISASI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ARDANIAH ABBAS, S.E., AK., C.A.
TAHAP AUDIT, EKONOMISASI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ARDANIAH ABBAS, S.E., AK., C.A. TAHAP-TAHAP AUDIT 1. Audit Pendahuluan 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Audit Terinci 4. Pelaporan 5.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk menilai hasil akhir pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang telah ditetapkan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N
LAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 700/2129/1.1/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PETUNJUK TEKNIS EVALUASI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciStandar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia didefinisikan dalam Undang-undang Republik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata di Indonesia didefinisikan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 9, tahun 1990 sebagai berikut : kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DEWAN KOMISARIS PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA TBK TANGGAL 11 DESEMBER 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 3 2. Fungsi, Tugas dan Tanggung
Lebih terperinciRINGKASAN MATA KULIAH BAB 2 LANGKAH-LANGKAH AUDIT
Nama : Sugeng Setya C. Jurusan : Akuntansi Angkatan : 2008 RINGKASAN MATA KULIAH BAB 2 LANGKAH-LANGKAH AUDIT I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam melakukan audit, seorang auditor haruslah mengetahui
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMANTAUAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
2013, No.1436 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN
Lebih terperinciPERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN
PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM
Lebih terperinciPROGRAM KERJA REVIU (PKR) KERTAS KERJA REVIU (KKR) CATATAN HASIL REVIU (CHR) IKHTISAR HASIL REVIU (IHR)
PROGRAM KERJA REVIU (PKR) KERTAS KERJA REVIU (KKR) CATATAN HASIL REVIU (CHR) IKHTISAR HASIL REVIU (IHR) ATAS REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH: GANA HADISURYA, SE, M.AK, QIA Auditor Madya Itjen Kemenristekdikti
Lebih terperinciSATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi yang semakin pesat beriringan dengan semakin berkembangnya sumber daya manusia, akan membawa dampak yang besar dan luas terhadap perubahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS. Kinerja Kelembagaan. Anggaran. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit. tedi last 11/16
Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit tedi last 11/16 PRINSIP PRINSIP LAPORAN HASIL AUDIT Manajemen Audit BPK-RI (2008) Laporan audit tertulis berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan eksternal untuk mengambil keputusan.
Lebih terperinciStandar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 0 Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 BUKTI AUDIT PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS UNSUR PILIHAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk
Lebih terperinciStandar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo
1 Menulis Laporan Hasil Audit Kinerja Sesuai Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo Pengantar Pada bagian pertama tentang apakah APIP telah melaksanakan audit sesuai Standar telah dibahas secara
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Penyelenggaraan Pemerintahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perguruan Tinggi merupakan entitas ekonomi yang mengelola dana dari perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi memiliki kewajiban
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu alternatif
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu alternatif yang sangat diandalkan oleh perusahaan dalam menghadapi tantangan yang semakin ketat dalam
Lebih terperinciCh.8. Mempertimbangkan Pengendalian Internal
Ch.8 Mempertimbangkan Pengendalian Internal Definisi Pengendalian Internal (SA 315.4) Proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh pihak yang bertanggungjawab atas kelola, manajemen, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Dalam bab ini juga akan dijelaskan
Lebih terperinciStandar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo
1 Sudahkah APIP melaksanakan Audit sesuai Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo Pengantar Pada bagian pendahuluan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 tahun 2008 tentang Standar
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
Lebih terperinciBUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA SALINAN
SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA SALINAN PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TELAAHAN SEJAWAT HASIL AUDIT APIP INSPEKTORAT KABUPATEN PADANG
Lebih terperinciNOMOR : 15 TAHUN 2010
1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan politik kini mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Perkembangan bukan hanya terjadi di bidang politik saja
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2017 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2017112015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSUMMARY CHAPTER 9-10
SUMMARY CHAPTER 9-10 Aloysius Aryayuda Kendratama I Gusti Ngurah Rayi Bhimantara W. Muhammad Naufal Z.R. Rayhan Baradi Yunita Orchideni Panuju FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2016
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN
Lebih terperinciStandar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperincilaporan hasil audit internal
laporan hasil audit internal UNIT PENJAMINAN MUTU POLTEKKES KEMENKES KEMENKES SURAKARTA 2016 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Kegiatan audit internal Poltekkes Kemenkes Surakarta dilakukan 2 kali dalam tahun 2016.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinci