BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Sonny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap yang terdapat dalam nilai karakter. Menurut Mustari (2011: 103) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Setiap orang termasuk anak kecil memiliki rasa ingin tahu. Anak akan selalu bertanya tentang hal-hal yang dilihat, didengar, diraba, dikecap bahkan dirasakan. Menurut Mustari (2011: 104) Kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu menurut Suyadi (2013: 9) yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. Menurut Zubaedi (2013: 75) rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 8
2 9 Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 138) mengungkapkan bahwa rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Terdapat dua indikator yang dikembangkan yaitu indikator sekolah dan indikator kelas. Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Rasa Ingin Tahu. No Nilai Indikator 1. Rasa Ingin Tahu Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang bari terjadi. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru di dengar. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang di bahas di kelas. (Daryanto dan Darmiatun, 2013: 147) Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sifat yang dimiliki seseorang sejak lahir sampai tua dilakukan melalui berbagai tindakan seperti cara berfikir dan cara bertingkah laku seseorang yang mencerminkan keingintahuan dalam dirinya dan sikap penasaran yang lebih luas terhadap segala hal baik yang belum pernah dipelajarinya
3 10 maupun hal yang sudah pernah dilihat, didengar serta yang pernah dipelajarinya. 2. Pemahaman Konsep Pemahaman menurut Bloom dalam (Susanto, 2014: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Pemahaman atau Comprehension menurut Sardiman (2011: 42-43) dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
4 11 Menurut Carin dan Sund dalam (Susanto, 2014: 7-8) pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau menafsirkan secara luas sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu meghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang. 2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai. 3) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis, dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.
5 12 4) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Mengetahui sejauh mana penyerapan materi yang diajarkan, siswa tidak hanya sekedar mengenal materi pembelajaran melainkan melalui tahap yang lebih tinggi yaitu pemahaman. Pemahaman siswa yang diperoleh ketika pembelajaran nantinya akan membuat siswa mampu menguasai materi pembelajaran yang diajarkan dan hasil belajar akan diperoleh secara maksimal. Konsep yang dipaparkan menurut Suyono (2014: ) yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang dapat timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588) adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang dinyatakan dalam suatu kata yang diabstrakkan dari sekelompok fakta. 3. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika merupakan bidang studi yang penting dan terdapat dalam setiap jenjang pendidikan. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) matematika berasal dari bahasa latin mathematiak yang
6 13 mulainya diambil dari perkataan Yunani mathemathike yang berarti mempelajari. Perkataan itu berasal dari kata matem yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Menurut Ruseffendi dalam (Heruman, 2010: 1) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Soedjadi dalam (Heruman, 2010: 1) mengungkapkan bahwa matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut James dan James dalam (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang. Maka secara informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan
7 14 secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi (Hariwijaya, 2009: 29). Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lebih menekankan pada penalaran serta mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya mengenai bahasa simbol, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya. Matematika digunakan untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisaran antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun (Heruman, 2010: 1). Menurut Piaget dalam Heruman (2010: 1) mereka berada dalam fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Menurut Dimyati dalam (Susanto 2014: 186), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.
8 15 Menurut Susanto (2014: 186) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang baik terhadap materi matematika. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar dilaksanakan pada anak yang berusia sekitar 6 sampai 13 tahun dan dalam fase operasional konkret kemampuan berfikir dengan objek yang bersifat konkret. Dalam pembelajaran guru yang mendesain kegiatan pembelajaran, guru harus bisa membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan kemampuan yang dimiliki siswa. Guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif yaitu terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa diharapkan dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Guru yang akan membawa siswa dalam kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika menurut Depdiknas (2009:1) terdapat beberapa tahap aktivitas yang harus
9 16 dikuasai dalam materi pembelajaran matematika di dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut: 1) Tahap penanaman konsepmerupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga. 2) Tahap pemahaman konsepmerupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi. 3) Tahap pembinaan keterampilanmerupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Tahap penerapan konsepyaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian tindakan kelas ini dalam proses belajar mengajar akan lebih ditekankan pada pemahaman konsep pembelajaran matematika. Penekanan terhadap pemahaman konsep diharapkan siswa mampu menguasi pembelajaran matematika. Membangun pemahaman konsep pembelajaran matematika pada siswa maka akan menambah
10 17 serta memperluas pengetahuan yang dimiliki siswa dan dapat mengasah kemampuan berfikir siswa. c. Tujuan pembelajaran matematika Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara umum adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika ( Susanto, 2014: 189). Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas dalam (Susanto, 2014: 190) adalah sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkanmasalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sehari-hari.
11 18 Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. d. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika di sekolah dasar berbeda dengan pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:25) mengemukakan bahwa ciriciri pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut: 1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merukapakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman
12 19 yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika. 2) Pembelajaran matematika bertahap. Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya pada konsep abstrak. Untuk mempermudah siswa memahami objek matematika maka bendabenda konkrit digunakan pada tahap konkrit, kemudian ke gambargambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap abstrak. 3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-peryataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.
13 20 5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contohcontoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya. 4. Materi Pembelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan silabus untuk menentukan lebih lanjut materi yang akan digunakan pada setiap siklus penelitian. Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri dan Pengukuran 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris. Sumber: Silabus kelas IV SD Negeri 1 Somagede
14 21 Jaring-jaring Kubus dan Balok - Jaring-jaring Kubus - Jaring-jaring Balok Mengenal bangun datar simetris Persegi panjangmerupakan benda simetris karena mempunyai garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat. Sedangkan jajargenjang bukan merupakan benda simetris karena tidak ada garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat.
15 22 Benda-benda bentuk simetris dan tidak simetris Bangun simetris adalah bangun yang dapat dilipat (dibagi) menjadi dua bagian yang sama persis baik bentuk maupun besarnya. Sedangkan bangun tidak simetris disebut bangunasimetris. Garis lipat yang menentukan benda simetris disebut garis simetri atau sumbu simetri. 5. Media Pembelajaran Guru sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran guna memudahkan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Pengertian media pembelajaran menurut Arsyad (2007: 2) media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Anitah (2009:2) media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat
16 23 menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan, merangsang pikiran siswa sehingga membantu siswa dalam menerima ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap siswa dalam pembelajaran. Leshin, Pollock, & Reigeluth dalam Azhar Arsyad (2007: 36) mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu media berbasis manusia (guru, instruktor, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, fieldtrip), media berbasis cetak (buku, buku penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, lembaran lepas), media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, tranparansi, slide), media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi), dan media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext). Terdapat nilai dan manfaat praktis dari media pembalajaran seperti yang dikemukakan menurut Arsyad (2007: 25-27) antara lain: a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
17 24 b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, waktu dan ruang, dan waktu: 1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, slide, realita, film, radio, atau model. 2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film slide atau gambar. 3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan taun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal. 4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, atau simulasi computer. 5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video. 6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik
18 25 rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer. d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. Terdapat berbagai manfaat praktis dalam penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran menjadikan guru lebih mudah dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran. Manfaat media pembelajaran juga memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa dalam menerima materi yang diajarkan. Penyampaian materi pembelajaran matematika dibantu dengan penggunaan media pembelajaran. Media yang digunakan dalam membantu menyampaikan materi matematika ini yaitu dengan menggunakan alat peraga yang dibuat dengan kertas karton dan bufalo. Media peraga yang digunakan dalam pembelajaran yaitu dengan membuat jaring-jaring kubus, balok, gambar benda simetris dan gambar bangun datar simetris. Berikut gambar media pembelajaran materi geometri: Gambar 2.1 Jaring-jaring kubus
19 26 Gambar 2.2 Jaring-jaring kubus dan balok Gambar 2.3 Bangun datar simetris dan asimetris. Media peraga yang baik digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu yang sesuai dengan materi dan dapat membantu memudahkan siswa untuk menerima materi yang diberikan guru. Selain itu dengan adanya media peraga juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi dan membantu mempercepat pemahaman siswa ketika terdapat hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti. 6. Metode Discovery a. Pengertian Metode Discovery Pengertian metode penemuan (discovery) menurut Sund dalam (Suryosubroto, 2009: 179) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Sedangkan menurut Ruseffendi dalam (Heruman, 2010: 4) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
20 27 pengetahuan yang diperlukannya. menemukan disini terutama adalah menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Menurut Bruner dalam (Trianto, 2012: 38) bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Metode discovery merupakan metode yang melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari, menemukan serta menyelidiki sendiri secara sistematis. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri pengetahuan dalam proses pembelajaran dan guru hanya bertugas membimbing serta mengarahkan ketika proses pembelajaran. Menurut Bruner dalam (Soekamto, 1997: 24) dalam proses belajar siswa melewati tiga tahap, yaitu: 1) Tahap Enaktif Tahap enaktif adalah suatu tahapan individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Konsep pembelajaran matematika dipelajari secara aktif yang direpresentasikan melalui benda-benda konkret atau situasi nyata.
21 28 Menurut pendapat di atas, tahap enaktif merupakan suatu tahap pembelajaran matematika yang menekankan pada pemahaman konsep melalui benda-benda yang konkret atau nyata, sehingga siswa dapat mengalami secara langsung proses pemahaman konsep tersebut. 2) Tahap Ikonik Tahap ikonik adalah suatu tahapan melihat melalui gambargambar dan visualisasi verbal. Konsep pembelajaran matematika tersebut direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan situasi konkret atau nyata yang terdapat pada tahap enaktif. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa tahap ikonik merupakan tahap pembelajaran matematika dalam bentuk diagram atau gambargambar yang merupakan bentuk gambaran dari benda konkret yang terdapat pada tahap enaktif, sehingga siswa sudah mulai memahami konsep secara abstrak. 3) Tahap Simbolik Tahap simbolik adalah suatu tahapan yang mempunyai gagasan-gagasan abstrak. Konsep matematika direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol yang verbal maupun lambang-lambang matematika atau lambang-lambang abstrak yang lain.
22 29 Menurut pendapat di atas, bahwa tahap simbolik merupakan tahap pembelajaran matematika dalam bentuk simbol atau angka, sehingga siswa tidak lagi dibantu dengan benda nyata tetapi mulai berpikir secara abstrak. b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Dicovery Menurut Scuhman dalam Suryosubroto (2009: ) menyimpulkan bahwa langkah-langkah metode penemuan (discovery) dapat disederhanakan sebagai berikut: 1) Indentifikasi kebutuhan siswa. 2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi bahan, dan problema/tugas-tugas. 4) Membantu memperjelas tugas/problem yang akan dipelajari, dan peranan masing-masing siswa. 5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa. 7) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa. 9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. 10) Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.
23 30 11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. 12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya. c. Fungsi Metode Discovery Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 78) ada beberapa fungsi metode discovery, yaitu sebagai berikut: 1) Membangun komitmen (commitment bulding) dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran. 2) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. 3) Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya. d. Keunggulan dan kelemahan metode discovery. Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 79) terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan pada metode discovery. Beberapa keunggulan dari metode discovery sebagai berikut: 1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan, serta penguasaan keterampilan dala proses kognitif. 2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
24 31 3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. 4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. 5) Memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas. Kelemahan dari metode discovery sebagai berikut: 1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2) Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. 3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode discovery akan mengecewakan. 4) Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Peneliti menemukan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode discovery yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Lusi Palupi (2013) tentang pengaruh metode inquiry discovery terhadap hasil belajar matematika dalam
25 32 penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika yang positif dan signifikan yang diajar dengan metode inquiry discovery dibandingkan dengan yang diajar metode diskusi. Hasil belajar matematika menggunakan metode inquiry discovery lebih baik dibandingkan dengan metode diskusi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014) tentang pengaruh metode pembelajaran guided discovery terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDK Soverdi Tuban. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan kretivitas antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan secara simultan kreativitas dan hasil belajar IPA antara siswa yangmengikuti metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2013) tentang pengaruh metode discovery berbantuan media realita terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Anturan kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng. Pada peneltian menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita cenderung tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah hasil belajar cenderung lebih rendah.
26 33 Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode discovery yang dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery memberikan pengaruh yang lebih baik dengan ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa yang meningkat dan memberikan pengaruh baik pada sikap positif siswa. Dari penelitian tersebut terdapat relevansi pada penggunaan metode discovery untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. C. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, terdapat masalahmasalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV bahwa matematika adalah dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa belum dapat menyelesaikan soal dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi hal itu, antara lain kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan dan pemahaman konsep dan siswa tidak bisa memahami soal secara benar. Pembelajaran di kelas kurang optimal guru hanya memberikan soalsoal latihan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dan membuat kesalahan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa hanya menghafal dalam penyelesaian tugasnya sedangkan kemampuan memahami pada diri siswa masih kurang. Penggunaan metode ceramah menyebabkan siswa cepat merasa bosan, serta mudah lupa dengan materi yang diajarkan, rendahnya rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran matematika. Membangun pemahaman pada
27 34 pembelajaran matematika sangat dibutuhkan untuk menguasai materi pembelajaran dan memperluas pengetahuan matematika yang dimiliki. Dengan pemahaman diharapkan tumbuh kemampuan siswa untuk menerapkan konsep dengan baik dalam penyelesaian permasalahan dalam pembelajaran matematika. Melihat permasalahan tersebut penerapan metode discovery diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep matematika. Metode discovery merupakan metode yang menitikberatkan peran siswa untuk menemukan sendiri informasi dalam pembelajaran sehingga siswa akan mudah mengingat materi dan lebih memahami materi dalam mata pelajaran matematika. Hal ini penting dilakukan, karena dengan meningkatnya rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep matematika, siswa akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya.
28 35 dilakukan: Berikut bagan kerangka pikir penelitian tindakan kelas yang akan Kondisi Awal Rasa ingin tahu siswa masih rendah. Pemahaman konsep matematika siswa masih kurang. Melakukan Tindakan Penerapan Metode Didcovery Kondisi Akhir Siklus II Siklus I Melalui penerapan metode discovery dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep matematika. Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pikir dalam Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
29 36 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian dan kerangka pikir, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Melalui metode discovery dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas IV SD Negeri 1 Somagede. 2. Melalui metode discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika kelas IV SD Negeri 1 Somagede. E. Validitas Data Kegiatan penelitian diperlukan adanya validitas data, peneliti harus melakukan triangulasi dalam menggali informasi. Triangulasi yang digunakan menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2010: 127). Peneliti melakukan triangulasi teknik untuk mengecek keabsahan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan observasi, dokumentasi, angket.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Media Pembelajaran. a. Pengertian Media Pembelajaran
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Arsyad (2007:4) media itu membawa pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD
Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata pelajaran matematika adalah salah satu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM
PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada dimuka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Menurut Reber ( Suprijono, 2013) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar secara umum diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika sudah menjadi pembelajaran yang paling penting bila dibandingkan mata pelajaran lain. Selain diujikan dalam ujian nasional sebagai salah satu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan di Indonesia telah dimasukkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejak usia dini. Matematika adalah salah satu mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui
1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep Sudut a. Pengertian Pemahaman Dalam uraian ini penulis akan mengulas pengertian pemahaman dalam kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Pembelajaran Menurut Ali (2000:13), pembelajaran adalah suatu upaya memberi rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk memahami dengan baik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran. Menurut Arsyad (2000:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
Lebih terperincibanyak cara baik disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada seseorang akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciKata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan kompleks. Pembelajaran pada hakekatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktivitas profesional
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai (A) Kajian Teori, (B) Kajian Peneliti yang Relevan, dan (C) Kerangka Pikir. A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika 1.1 Hakikat Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Karena ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG Devi Afriyuni Yonanda deviyonanda1990@gmail.com Universitas Majalengka Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil peningkatan hasil belajar
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN. Oleh. MARTEN MOKO NIM (SDN 6 Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango)
1 JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 6 SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MARTEN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan
Lebih terperinciPENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA Abu Syafik Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo Abstrak Matematika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
Lebih terperinciMenurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Matematika Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD SRI RAHAYU Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu pelajaran yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri, permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam berbagai kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau disampaikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengembangan Media Gambar 1. Pengertian Pengembangan Media Gambar Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan. Sebab masing-masing media itu mempunyai kelemahan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk
Lebih terperinciKata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciBAB II Kajian Pustaka
BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problemproblem numerik. Matematika membahas fakta-fakta dan hubungannya, serta membahas problem ruang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika
Lebih terperinciTeori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran merupakan dasar yang utama. Agar siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya (2013:1) menyatakan, Pentingnya orang belajar matematika tidak terlepas dari perannya dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Metode Penemuan Terbimbing a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing Menurut Suryosubroto (2009 : 178) Metode Penemuan Terbimbing diartikan sebagai suatu prosedur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein, yang berarti mempelajari. Kebanyakan orang mengatakan bahwa matematika merupakan suatu pelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan Sumberdadi membosankan, rumit dan siswa sering tidak mengetahui materi yang dipelajarinya untuk apa. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan alam. Ruang lingkup IPA berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT
8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pengertian belajar dalam kamus besar B. Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut fontana (Erman Suhaerman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan perubahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep belajar Menurut Daryanto (2010: 2), belajar adalah suatu proses perubahan yaitu yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku perubahan tingkah laku
Lebih terperinci2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Disadari atau tidak aktivitas manusia selalu membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram dan persamaan semakin menjadikan pembelajaran matematika sebagai suatu kajian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Matematika 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal (Susanto, 2013:183).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tinggi rendahnya
Lebih terperinci