BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sangat mengkhawatirkan. Ancaman, pemaksaan, pungutan liar,
|
|
- Yanti Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Keadaan sekarang ini, berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Ancaman, pemaksaan, pungutan liar, pemerasan, intimidasi, teror, penyiksaan, penculikan, dan pembunuhan merupakan realitas sosial sehari-hari, diberitakan oleh berbagai media cetak maupun media elektronik, belum lagi kekerasan antar-etnis, antar-agama, antarras, dan antar-kelompok. Keadaan ini bukan saja telah menimbulkan perasaan takut, cemas, terancam, putus-asa, gelisah, rasa tidak aman dan trauma bagi kebanyakan orang, bahkan dapat menjadi sebuah proses penghancuran diri bagi manusia Indonesia sendiri. Beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan sekeliling menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Setiap hari surat kabar memuat berita-berita tentang pencurian, perampokan, kekerasan, tawuran antar pelajar dan sebagainya. Pilihan tersebut sangat menentukan akan seperti apa pola kepribadian dan tingkah laku masyarakat seperti ini. Bila lingkungannya baik, maka hal itu akan menunjang keberhasilan seorang. Namun bila lingkungannya buruk, tidak jarang pelbagai kasus kekerasan dipraktekan oleh kaum pemuda dan hampir merata di negara ini. Pemuda merupakan usia produktif generasi penerus bangsa untuk masa depan, mereka adalah bagian dari masyarakat bangsa Indonesia, prestasi yang 1
2 2 dicapai dari keberadaannya saat ini merupakan kemajuan suatu bangsa itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa prestasi generasi muda adalah prestasi bangsa. Sebaliknya, jika generasi penerus bangsa mengalami suatu kemunduran, hal tersebut akan berdampak buruk pada kondisi masa depan bangsa. Oleh karena itu generasi muda menjadi unsur yang sangat penting dalam perkembangan bangsa dan Negara. Contoh kasus, Tangerang, Kompas.com (2010), kata Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Tangerang H. Zainudin, menurut dia, hampir tiap pekan para siswa di wilayah ini melakukan tawuran. Hanya karena urusan sepele, tawuran kerap memacetkan arus lalu lintas dan merepotkan petugas dalam mengamankannya. Bahkan, orang tua murid pun resah akibat anaknya melakukan tawuran meski sudah beberapa kali diberikan sanksi tegas dari kepala sekolah masing-masing. Akibat tawuran tersebut, Wali Kota Tangerang turun tangan dan meminta kepala sekolah memecat siswa yang terlibat tawuran. Menurut dia, jika memang sudah tiga kali terlibat tawuran, siswa itu harus dikeluarkan dan tidak boleh lagi sekolah di wilayah ini. Dia mengatakan, upaya itu dilakukan untuk menjaga kedisiplinan serta mengawasi tingkah laku siswa di luar sekolah, meski kadang mereka disiplin di sekitar sekolah tapi setelah keluar kadang tawuran. (dikutip dari diakses 07 April 2015: WIB). Tidak berhenti sampai disitu kasus tawuran antar pelajar ini pun sampai memakan korban. Tangerang, kompas.com. Alawy adalah siswa SMA Negeri 6, Bulungan, Jakarta Selatan, yang tewas dalam tawuran dengan siswa SMA Negeri 70 pada Senin kemarin. Kasus-kasus di atas menerangkan bahwa tingkat kekerasan generasi muda khususnya pelajar sudah sangat meresahkan masyarakat.
3 3 Kompas.com (2012) Tingkat kekerasan anak menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hasil tindak kekerasan secara psikis, fisik, ataupun kekerasan seksual masih cukup tinggi terjadi. Ketua KPAI Badriyah, Kami melakukan monev disembilan Provinsi untuk mengetahui tindak kekerasan yang sering terjadi sekaligus menyosialisasikan upaya pencegahannya, Kecuali DKI Jakarta, sembilan provinsi yang dijadikan sasaran KPAI adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat, Lampung, Jambi, dan Kalimantan Timur. Jakarta tak terpilih karena terlalu sering muncul di media. Total respondennya tercatat orang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat hingga pengelola dan penghuni pesantren, panti asuhan, pengelola mal, serta anggota masyarakat lainnya. Respondennya terbagi dua. Sebanyak 377 responden merupakan responden orangtua serta 328 responden guru untuk kuesioner kategori persepsi maupun kategori tindak kekerasan. Selain itu, ada 382 responden anak untuk kuesioner kategori persepsi anak dan responden untuk anak. Mereka ini berasal dari tingkat SD, SMP, SMA, dan madrasah. Hasilnya, tindak kekerasan secara psikis, fisik, ataupun kekerasan seksual masih cukup tinggi terjadi. Dari responden anak yang ditemui dan memberikan pengakuan, tercatat 91% mengaku masih mendapat tindak kekerasan di keluarga. Adapun 87,6% mengaku mendapat kekerasan di lingkungan sekolah. Hanya 17,9% yang mengalami kekerasan di masyarakat, tambah Badriyah. Yang (dikutip dari diakses 07 April 2015: WIB). Yogya, Tribun (2016) Dua Pelajar Jadi Tersanggka Aksi Tawuran. Dua pelajar SMA swasta di Yogya, AC dan Vd ditetapkan sebagai tersangka oleh
4 4 penyidik Polsek Umbulharjo. Kedua tersanggka kedapatan membawa senjata tajam saat tawuran dengan SMA swasta di wilayah Umbulharjo. Tawuran itu terjadi rabu (13/1) sore. Sebelumnya kedua tersangka bersama teman -temannya mengendarai sekitar 20 motor melintas di jalan Kapas. Rombongan pelajar itu berencana menyerang sekolah tersebut. Saat itu sekolah yang menjadi target penyerangan mengetahui kedatangan mereka. Akhirnya terjadi saling lempar batu antar kedua kelompok pelajar itu, kata Panit Reskrim Polsek Umbulharjo Iptu Wiyadi, kamis (14/1). Setelah mendapat laporan adanya tawuran, petugas mendatangi tempat kejadian perkara (TKP), mengetahui kedatangan petugas rombongan pelajar itu kemudian lari kocar- kacir. Namun ada enam pelajar yang tertinggal dapat diamankan. Dari enam pelajar, hanya dua orang yang kami tetapkan sebagai tersangka. Sedangkan empat pelajar hanya dilakukan pembinaan. Meski ditetapkan sebagai tersangka dua pelajar ini tidak ditahan akan tetapi perkara hukum terus berlanjut, katanya. Peristiwa tawuran pelajar di wilayah hukum Yogyakarta, dikatakan Wiyadi sudah terjadi beberapa kali, pemicu-pemicu permasalahannya saat diidentifikasi ternyata sangat sepele, hanya karena saling ejek atau saling pandang saat berpapasan. Pihaknya juga meminta kepada masyarakat jika mengetahui terjadinya tawuran, untuk langsung melaporkan kepada polisi agar permasalahan cepat diredam. Fenomena negatif yang melibatkan para pelajar seperti yang disebutkan di atas jelas memiliki banyak faktor penyebab. Meskipun seorang terpelajar secara denotasi sudah termasuk golongan orang-orang yang berpendidikan dan sejatinya dapat menjadi contoh bagi generasi-generasi muda maupun masyarakat luas,
5 5 namun faktanya, tidak sedikit ditemukan para pelajar yang memiliki kepribadian menyimpang seperti tergambar dalam beberapa kasus di atas. Menurut Ibrahim ( 2007) menganggap bahwa masa-masa remaja, sebagai masa latent. segala sesuatu yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan terus berlangsung untuk masa-masa setelahnya. Misalnya, jika selama masa kanak-kanak mereka dididik untuk menjadi pribadi yang disiplin maka setelah dewasa sikap mereka akan tetap berusaha untuk menjadi pribadi yang disiplin. Tahapan ini disebut sebagai usia kelompok (gang age). Pandangan Erikson dalam Frued (2006) tujuan masa remaja bukanlah seksualitas genital, melainkan pencapaian identitas ego. Anak-anak remaja yang mencapai identitas ego mengembangkan perasaan tertentu yang jelas dan kokoh tentang siapa mereka dan apa keyakinan mereka. Sedangkan anak-anak remaja yang hanyut tanpa tujuan atau tidak memiliki diri yang jelas berada dalam keadaan kekacauan peran dan sangat mudah dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh negatif dari teman-teman sebaya. Sikap dan prilaku kepribadian generasi bangsa ini haruslah dipupuk sejak dini untuk menjadi pribadi yang tangguh demi tercapainya cita-cita suatu Bangsa. Menurut Cox (2002), kepribadian adalah cara-cara yang konsisten dimana prilaku seseorang berbeda dari yang lain, terutama dalam situasi sosial. Menurut Kalat (1999), menyebutkan bahwa kepribadian adalah semua cara yang menetap dalam prilaku seseorang yang berbeda dengan orang lain, terutama dalam situasi sosial. Pengertian lain diungkapkan oleh Pervin (2001) diartikan sebagai
6 6 representasi dari karakteristik seseorang yang mengakibatkan pola yang menetap tentang perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan yang demikian pesat dalam semua bidang ilmu dan teknologi, maka hal yang sangat penting dan mendasar kembali pada manusia itu sendiri, yang dimaksud dengan kata mendasar disini ialah kepribadian. Salah satu cara untuk meredam perilaku yang menyimpang seperti tawuran antar pelajar dan menanamkan perilaku disiplin, para pelajar dibina, diberi arahan atau difasilitasi untuk bergabung atau mengikuti mereka kedalam suatu kegiatan. Membiarkan mereka berkecimpung dalam suatu kegiatan positif merupakan salah satu hal yang dapat memicu perubahan sikap dan perilaku mereka. Hal lain yang dapat dilakukan adalah memasukkan mereka kedalam kegiatan olahraga, baik olahraga bela diri maupun olahraga permainan. Berkaca pada masalah yang dipaparkan di atas, disinilah pentingnya peran organisasi cabang olahraga bela diri. Di luar rutinitas akademik sekolah yang benar-benar mampu membantu pembentukan kepribadian generasi muda sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sekitar. Boleh jadi, para siswa yang terlibat perbuatan menyimpang tersebut belum memperoleh pendidikan mengenai kepribadian secara komprehensif. Kepribadian yang terbentuk selama ini bisa jadi tidak datang dari sebuah tuntunan yang terintegratif dan kontinyu. Agar hobi mereka yang sering tawuran khususnya, bisa tersalurkan dalam kegiatan tersebut. Salah satu cabang olahraga yang digandrungi saat ini adalah
7 7 cabang olahraga Tarung Derajat. Karena lahirnya olahraga Tarung Derajat ini berawal dari tarung jalanan yang sangat brutal. Mengutip dari situs Tarung Derajat ( pada 14 April Cabang olahraga Tarung Derajat adalah seni beladiri praktis yang dikembangkan Achmad Dradjat, Bandung, Jawa Barat. Beladiri ini pada awalnya terkenal dengan tarung jalanan. Berjalannya waktu Achmad Dradjat secara resmi mengikrarkan Perguruan Beladiri BOXER, pada tanggal 18 Juli 1972, di Kota Bandung Jawa Barat, dan kini yang dikenal sebagai Keluarga Olahraga Tarung Derajat (KODRAT). Pendirian perguruan ini sekaligus sebagai tanda utama secara resmi lahirnya Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri yang bernama "Tarung Derajat". Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (Kodrat: 2013) bertujuan: Pertama, Mengkoordinasikan dan membina seluruh dan setiap kegiatan olahraga seni Ilmu Pembelaan Diri Tarung Derajat di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di Luar Negri. Kedua, melalui kegiatan pembinaan olahraga Tarung Derajat membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehat jasmani maupun rohani agar dapat memberikan sumbangsih setinggi-tingginya didalam pembangunan Bangsa dan Negara. Ketiga, memupuk dan membina persahabatan dan persaudaraan melalui olahraga untuk membina rasa persatuan dan kesatuan Bangsa. Keempat, memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat menuju kearah pencapaian budaya prestasi. Kelima, meningkatkan kualitas Ketahanan Nasional, kesadaran bela Negara, serta kecintaan akan hasil cipta, rasa, karsa dan karya Bangsa Indonesia. Melihat tujuan organisasi KODRAT di atas olahraga selalu melibatkan dimensi sosial yang melibatkan hubungan antar orang, di samping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk kebolehan. Olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga
8 8 olahraga memiliki arti yang cukup representatif dalam mengembangkan manusia seutuhnya. Olahraga memiliki tujuan kepada keselarasan antara tubuh dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk bangsa Indonesia yang sehat lahir dan batin. Selaras dengan ungkapan Siregar (2008) kita memiliki lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Supratman. Di sana ada kata-kata bangunlah jiwanya bangunlah badannya.... Mana ada lagu kebangsaan negara lain yang berbicara tentang jiwa dan badan? Enggak ada. Mengapa dicetuskan kalimat itu? jadi, ada semacam kesatuan antara jasmani dan rohani yang harus dibangun bersama-sama agar manusia Indonesia itu setelah dididik hasilnya utuh. Olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang mampu membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. Aktivitas olahraga secara umum memiliki peranan yang strategis, dapat digunakan membentuk karakter bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Komite Olahraga Nasional Indonesia menambahkan bahwa pembinaan olahraga merupakan salah satu upaya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang diarahkan pada peningkatan kondisi kesehatan fisi k dan mental manusia Indonesia (KONI, 1998). Peningkatan tersebut dalam upaya membentuk sikap mental positif serta pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya agar dapat meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional. Khusus aktivitas olahraga yang bertujuan pencapaian prestasi olahraga yang tinggi, Suharto (1998) dalam Nurkholis (2008)
9 9 menegaskan bahwa prestasi olahraga yang tinggi, secara langsung dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional dan dapat mengharumkan nama bangsa. Berprofesi sebagai atlet dituntut untuk memiliki need of achievement (n- Ach) yang tinggi. Hal ini sejalan dengan tujuan pada cabang olahraga Tarung Derajat. Penelitian ini berangkat dari tujuan program studi Ketahanan Nasional konsentrasi pengembangan kepemimpinan pada poin dua, yang bertujuan menghasilkan sarjana dengan kualifikasi S2, yang mempunyai jiwa kepemimpinan handal dan visioner, yang mampu memotivasi, membina, dan membimbing terutama generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa dan Negara, untuk berprestasi diberbagai bidang, terutama bidang keolahragaan, sehingga dapat mengharumkan nama bangsa dan negara di Dunia Internasional. Peneliti tertarik untuk mendalami fenomena tersebut dan merumuskannya ke dalam tesis, dengan judul Peran Cabang Olahraga Tarung Derajat Dalam Membentuk Kepribadian Atlet dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi (Studi pada Cabang Olahraga Tarung Derajat di Kota Tangerang Provinsi Banten)
10 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada beberapahal yang menurut peneliti sangat menarik diteleiti. Dengan dasar tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah peran cabang olahraga Tarung Derajat dalam membentuk kepribadian atlet? 2. Bagaimanakah implikasi peran cabang olahraga Tarung Derajat dalam membentuk kepribadian atlet terhadap ketahanan pribadi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui beberapa diantaranya: 1. Mengetahui bagaimana peran cabang olahraga Tarung Derajat dalam membentuk kepribadian atlet. 2. Mengetahui bagaimana implikasi peran cabang olahraga Tarung Derajat dalam membentuk kepribadian atlet terhadap ketahanan pribadi di Provinsi Banten. 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kepribadian pernah dilakukan sebelumnya, namun sejauh yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti peran olahraga Tarung Derajat dalam membentuk kepribadian atlet dan implikasinya pada ketahanan pribadi khususnya di Provinsi Banten, penelitian ini
11 11 merupakan permasalahan yang baru dan belum pernah diteliti sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kepribadian yaitu: 1. Peranan Kepribadian dan Stres Kehidupan Terhadap Gangguan Somatisasi (Hadjam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peranan kepribadian pada gangguan somatisasi serta memformulasikannya pada sebuah model yang menjelaskan gangguan somatisasi. Penelitian Hadjam lebih menekankan peran kepribadiannya. 2. Kepercayaan Diri Atlet PON DIY Menghadapi PON XVI di Palembang (Dimyati, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri dari semua atlet dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dipilih untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Nasional (PON) XVI di Palembang. Disimpulkan bahwa semua atlet Olimpiade Nasional (PON) dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki tingkat tinggi kepercayaan diri dalam menghadapi Olahraga Nasional (PON) XVI di Palembang. Penelitian yang dilakukan Dimyati ini lebih mengarah kepada tingkat keyakinan atlet dalam menghadapi PON ke-xvi di Palembang. 3. Apakah Kepribadian Menentukan Pemilihan Media Komunikasi? Metaanalisis Terhadap Hubungan Kepribadian Extraversion, Neuroticism, dan Openness to Experience dengan Penggunaan (Ramdani, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepribadian dan pilihan media komunikasi.
12 12 Penelitian terdahulu di atas berbeda fokus penelitiannya dengan judul peneliti, dimana dari penelitian tersebut belum ada yang membahas bagaimana sebenarnya peran cabang olahraga tarung derajat dalam membentuk kepribadian atlet yang berimplikasi terhadap ketahanan pribadi. Dasar inilah yang mendorong peneliti untuk lebih fokus pada penelitian peneliti. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam menekan angka berbagai kejahatan dan kekerasan yang terus melonjak dari waktu ke waktu. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini semoga memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan atau manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu manfaat bagi pembangunan negara dan bangsa khususnya bagi dunia olahraga di Indonesia. 1. Manfaat secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan kajian tentang peran cabang olahraga Tarung Derajat dalam hal ini olahraga Tarung Derajat sebagai bentuk upaya meningkatkan ketahanan pribadi, dalam membentuk kepribadian atlet dan menemukan kondisi ketahanan pribadi dari peran olahraga Tarung Derajat. 2. Manfaat secara praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada para praktisi dalam bidang olahraga agar terus memperbaiki kualitas generasi muda atau atlet sesuai dengan fungsinya dalam mendorong prestasi olahraga Indonesia. Kemudian memberi masukan kepada para elit dan pengambil kebijakan di daerah serta
13 13 pemerintahan pusat dalam menemukan bentuk ketahanan pribadi khususnya di Provinsi Banten agar tercipta ketahanan pribadi yang tangguh. 3. Manfaat bagi cabang olahraga Tarung Derajat di Provinsi Banten, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para atlitnya untuk lebih meningkatkan kreatifitas dalam hal pembentukan kepribadian bagi atlet Tarung Derajat yang berprestasai dan para anggota cabang olahraga Tarung Derajat secara umumnya. 4. Manfaat bagi atlet atau generasi muda, penilitian ini dapat menyadarkan atlet atau generasi muda mengenai pentingnya bergabung dengan cabang olahraga bela diri khususnya olahraga Tarung Derajat terutama dalam hal pembentukan kepribadian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan prestasi para atlet Indonesia dapat dilihat melalui event olahraga yang pada umumnya diikuti baik di tingkat nasional maupun Internasional yaitu
Lebih terperinci2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah yang sering dibicarakan dalam masyarakat, mengingat remaja adalah calon pengganti pemimpin dan menjadi harapan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bukti-bukti yang didapat dari pengalaman dan dari berbagai hasil penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bukti-bukti yang didapat dari pengalaman dan dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang aktif melakukan aktivitas jasmani disepanjang hidupnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinci2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini. Karena generasi muda Indonesia merupakan faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas. Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru, sekalipun pada
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tiap tahun fenomena tawuran antarpelajar di Indonesia masih sering terjadi dan terus bertambah. Menurut Munthe (2013) pada tahun 2013, kasus tawuran meningkat hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinciNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah yang berada di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota, yang memiliki tugas dan fungsi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional, eksistensinya sangat urgensif dalam rangka mewujudkan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga hakikatnya merupakan salah satu unsur pokok dan sangat berpengaruh di dalam pembangunan rohani dan jasmani setiap insan manusia dalam rangka pembangunan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model Pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Permasalahan moral banyak dibicarakan pada akhir abad 20 dan abad 21 ini. Dari hasil mengamati dan membaca fenomena yang akhir-akhir ini terjadi banyak peristiwa yang
Lebih terperinciMANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)
MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : TIYAS MAWI
Lebih terperinciGUMELAR ABDULLAH RIZAL,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehadiran anak seakan menjadi pelita yang terang benderang bagi orang tua dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Anak dilahirkan ke dunia adalah fitrah, masih suci,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki beragam karakteristik etnis budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai macam permasalahan yang kerap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lunturnya rasa solidaritas. Hampir setiap hari orang disibukkan dengan kegiatan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salim dan Kurniawan (dalam Kurniawan, 2013: 17) mengatakan bahwa kemajuan zaman yang terjadi saat ini, yang semula dipandang akan memudahkan pekerjaan manusia, kenyataannya
Lebih terperinciNO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU
NANGGROE ACEH SUMATERA SUMATERA KEPULAUAN SUMATERA BANGKA NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU DARUSSALAM UTARA BARAT RIAU SELATAN BELITUNG 1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 380 110 70
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah
14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah pimpinan seorang Wali Kota. Masyarakat Kota Medan terdiri dari beberapa golongan dan suku bangsa
Lebih terperinciPROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 8 13 Periode Wisuda November 2016 PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan mampu membentuk karakter suatu bangsa. Apabila pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyediakan kegiatan pendidikan intrakurikuler. Sekolah juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima itu negatif, yang nantinya dapat menjerumuskan siapapun. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang tercatat telah mencapai 237,6 juta jiwa, dimana 26,67% atau 63,4 juta diantaranya merupakan penduduk usia remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kesegaran jasmani maupun untuk mencapai prestasi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarung Derajat merupakan seni bela diri full body contact yang praktis dan efektif berasal dari Indonesia, Tarung derajat diciptakan dan dikembangkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani juga secara rohani. Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di era
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena memprihatinkan yang terjadi pada bangsa ini adalah meningkatnya angka kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Komnas Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang sedang banyak dibicarakan, baik di lingkungan masyarakat maupun di berbagai media massa. Pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka mewujudkan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan zaman. Pendidikan menjadi sarana utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciPENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda merupakan aset bagi sebuah negara, generasi muda adalah motor penggerak dan ujung tombak pembangunan serta perubahan dalam suatu negara. Sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seseorang mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa peningkatan kesehatan, kebungaran jasmani, aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciSEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)
SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI) Oleh : Farida Mulyaningsih A. Nama Kegiatan : Penelitian Sport Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Kriminalitas merupakan suatu kejahatan yang tergolong dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku dalam suatu negara). Berbagai macam jenis kejahatan yang
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:
PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anakanak
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anakanak dan orang dewasa, bahkan bayi yang berumur beberapa bulan saja sudah dapat mulai diajarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Aditya Nugraha, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang formal. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Dua pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai gencar mengembangkan pengadaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) atau disebut pula dengan sekolah
Lebih terperinci