PERANAN PAJAK DAN SEIGNIORAGE TERHADAP KETAHANAN FISKAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN PAJAK DAN SEIGNIORAGE TERHADAP KETAHANAN FISKAL"

Transkripsi

1 PERANAN PAJAK DAN SEIGNIORAGE TERHADAP KETAHANAN FISKAL Muhammad Tahwin* Abstract Success of the economic development is influenced by fiscal and monetary management with their regulations. Fiscal role is carried out in two basic corridors, fiscal consolidation which is carried out by controlling budget deficit, and strategy of budget funding which is intended to decrease the burden and risk of the government debt. This fact shows that fiscal and monetary policies in Indonesia is not carried out in a good harmony and synchronization. So, increasing of fiscal and monetary policies coordination is needed by synchronizing policies goal to stabilize monetary sectors. The source of government income which derives from tax or seigniorage has important role to increase fiscal endurance. So, it is important for the government to synchronize fiscal and monetary policies by equalizing the increasing of tax and price level. Key Words : Tax, Seigniorage PENDAHULUAN Tujuan pembangunan jangka panjang suatu negara adalah untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya. Namun keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masingmasing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumberdaya, teknologi, efisiensi, budaya, kualitas manusia dan kualitas birokrasi. Selain itu sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan me- nentukan besarnya peranan pemerintah dalam proses pembangunan serta pola kebijakan yang dilaksanakan Terlepas dari ideologi politik yang dianutnya setiap pemerintahan akan berperan serta dalam mobilisasi dan alokasi sumberdaya-sumberdaya, stabilisasi perekonomian nasional, dan inovasi teknologi. Dalam perkembangannya suatu pemerintahan akan mempunyai peranan yang bervariasi didalam pembangunan yaitu: sebagai stabilisator ekonomi yang merupakan prasyarat pertumbuhan ekonomi, sebagai instrumen hukum dan tatanan, sebagai investor, sebagai sumber pembiayaan pembangunan, sebagai agen perubahan sosial, sebagai kekuatan pendorong bagi keputusan investasi sektor privat, dan sebagai penjaga dari kesejahteraan sosial. Prioritas yang diberikan pada berbagai peran pemerintah yang bermacam-macam tersebut adalah sangat bervariasi sepanjang waktu sesuai dengan perubahan tekanan-tekanan pasar dan perubahan lingkungn bisnis Menurut Guritno Mangkoesoebroto (2001:2) dalam perekonomian modern peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan yaitu: peran alokasi, peran distribusi dan peran stabilisasi. Sedangkan World Bank dalam Triyono dan Utomo, (2004:80) mengemukakan terdapat lima tugas pokok yang menjadi inti dari misi pemerintah yaitu: (1). Membangun suatu landasan hukum (2). Memelihara suatu lingkungan kebijakan yang bersifat tidak mendistorsi, termasuk didalamnya stabilisasi perekonomian secara makro (3). Melakukan investasi dalam layanan-layanan dan infrastruktur sosial (4). *Dosen Tetap STIE YPPI Rembang 1

2 Melindungi kelompok lemah (5). Melindungi lingkungan. Walaupun pentingnya kelima tugas pokok tersebut telah lama dan secara luas diterima, beberapa pandangan baru muncul berkenan dengan tingkat kombinasi yang tepat antara peran pasar dan aktivitas pemerintah di dalam mencapai kelima hal tersebut. Yang terpenting adalah mulai diterimanya bahwa pasar dan pemerintah adalah komplementer. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam meletakkan fondasi-fondasi kelembagaan yang tepat bagi pasar. Kredibilitas dari aturan-aturan dan kebijaksanaannya serta konsistensi dalam aplikasinya dapat menjadi sama pentingnya dengan isi dari aturan-aturan dari kebijakan tersebut dalam menarik investasi swasta. Dalam konsep ekonomi dikenal dua kebijakan ekonomi yang utama, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan pengendalian sektor moneter yang ditujukan untuk mempengaruhi kinerja perekonomian lewat instrumen jumlah uang. Kebijakan pertama dinamakan kebijakan uang ketat, kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah uang beredar, melalui fasilitas kredit perbankan yang sangat selektif. Kebijakan yang kedua adalah kebijakan uang longgar, kebijakan ini dimaksudkan untuk memperbanyak jumlah uang beredar dengan melalui pemberian kredit yang lebih dipermudah. Sedangkan kebijakan fiskal merupakan pengelolaan anggaran pemerintah (budget) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan lewat instrumen penerimaan (pajak) dan pengeluaran pemerintah. Realisasi dari kebijakan fiskal tertuang dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN bertibdak sebagai alat pengatur urutan prioritas pembangunan dengan mempertimbangkan tujuan - tujuan yang ingin dicapai oleh usaha pembangunan tersebut.. Sebuah kebijakan tentu tidak hadir sebagai sesuatu yang langsung jadi. Sebuah kebijakan adalah hasil dari sebuah proses politik yang bisa dilatarbelakangi oleh berbagai macam ideal politik yang dianut oleh para pembuat kebijakan (baik eksekutif maupun legeslatif). Persoalannya kemudian yang muncul adalah ketika kebijakan yang dihasilkan menimbulkan kontroversi dan resistensi di dalam masyarakat. Kontroversi dan resistensi ini muncul lebih disebabkan karena kebijakan yang dihasilkan dianggap hanya memuat kepentingankepentingan particular (khusus, spesifik) dari sipembuat kebijakan. Padahal kebijakan yang dihasilkan akan digunakan untuk mengatur kepentingan rakyat. Di negara maju, kebijakan fiskal merujuk pada ukuran-ukuran yang diambil pemerintah untuk menstabilkan perekonomiannya pada tingkat pengerjaan dan out put yang tinggi melalui perpajakan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal memiliki berbagai tujuan dalam menggerakkan aktivitas ekonomi negara, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga serta pemerataan pendapatan. Namun demikian, dampak kebijakan fiskal kepada aktivitas ekonomi negara sangatlah luas. Pelaksanaan kebijakan fiskal akan membawa pengaruh pada perubahan berbagai indikator ekonomi lainnya. Dimana dampak kebijakan fiskal pada pertumbuhan ekonomi diharapkan selalu positif, sedangkan dampak pada inflasi diharapkan negatif. Namun secara teori, kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan dengan peningkatan sumber pajak, sebagai sumber keuangan utama pemerintah, akan mengakibatkan peningkatan defisit anggaran (Sriyana, 2007:48) 2

3 Sebagaimana negara yang sedang membangun, pada umumnya, kebijakan fiskal yang dilaksanakan Indonesia adalah kebijakan fiskal ekspansif dengan instrumen anggaran defisit. Hal penting yang perlu dikaji adalah dampak defisit anggaran ini, karena akan memiliki pengaruh yang berantai pada berbagai variabel makro ekonomi. Masalah pertama yang perlu dikaji adalah bagaimana pemerintah memenuhi pembiayaan untuk mengatasi defisit anggaran (method of financing) tersebut. Secara teori, ada dua metode yang biasa dianut oleh pemerintah yaitu, cara pembiayaan dengan penambahan uang (printing money) dan pembiayaan dengan utang (debt). Kedua metode pembiayaan tersebut akan memiliki dampak yang penting terhadap ekonomi, baik dampak positif atau negatif. Metode penambahan uang dalam ekonomi akan menimbulkan permasalahan yaitu meningkatnya tingkat harga barang dan jasa, sehingga akan menyebabkan peningkatan inflsi. Pembiayaan defisit anggaran dengan cara penambahan uang beredar juga akan memiliki dampak pada semakin meningkatnya permintaan uang oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya penuru-nan nilai uang dalam ekonomi. Dengan kata lain, masyarakat perlu menambah uang untuk pengeluarannya. Dengan demikian, pembiayaan defisit anggaran oleh pemerintah dengan cara menambah uang dalam ekonomi dapat meningkatkan jumlah penerimaan pemerintah. Sumber peningkatan jumlah penerimaan pemerintah dari penambahan uang inilah yang dikatakan sebagai seigniorage. Sumber penerimaan pemerintah baik dari pajak maupun seigniorage memiliki peranan penting untuk meningkatkan ketahanan fiskal. Namun demikian, terjadinya sumber penerimaan dari seigniorage yang berlebihan juga menunjukkan terlalu bergejolaknya sektor moneter. Jika hal ini terjadi dapat menimbulkan beban yang berlebihan untuk masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu pula menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan untuk menyeimbangkan peningkatan pajak dan tingkat harga yang terjadi. Tulisan ini bermaksud untuk menguraikan bagaimana pentingnya peranan pajak dan seigniorage terhadap ketahanan fiskal Indoneisia dengan berdasar pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan bebarapa ahli. Dampak Anggaran Belanja Indonesia merupakan satu negara yang relatif belum sukses mengatasi dampak negatif krisis, baik dengan kebijakan fiskal maupun moneter. Bahkan dalam jangka panjang masih memiliki beban hutang yang cukup besar. Selain itu, kebijakan moneter yang dilakukan juga belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perbaikan kegiatan ekonomi disektor riil. Upaya reformasi kebijakan fiskal sering dilakukan agar perekonomian berjalan pada jalur yang benar (on the traack), namun hasilnya lain oleh karena pengaruh kebijkan non ekonomi relatif lebih dominan. Bambang Soedibyo mengemukakan agar defisit anggaran dengan kebijakan fiskal yang sehat, kredibel dan berkesinambungan yang artinya defisit APBN dapat ditekan menjadi satu atau dua persen dari PDB dapat dicapai dengan beberapa alternatif yaitu pertama, mengupayakan penerimaan dalam negeri dapat ditingkatkan, kedua melakukan rencana ketergantungan pada hutang luar negeri terus berkurang dan ketiga menekan pengeluaran negara dengan jalan melalui skala prioritas tinggi. Alternatif pertama merupakan salah satu kunci keberhasilan kebijakan fiskal karena 3

4 menjadi barometer kemampuan negara dalam merealisasikan secara optimal dari potensi atau kapasitas sumber-sumber penerimaan negara (Susetyo, 2001). Berkaitan dengan hal tersebut Snyder melakukan penelitian untuk mengetahui dampak anggaran belanja terhadap pertumbuhan dan kestabilan ekonomi Indonesia selama periode waktu Ia berhasil menunjukkan bahwa pengaruh total anggaran belanja pemerintah merupakan faktor utama dalam pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selama periode secara rata-rata anggaran belanja pemerintah menyumbang sekitar setengah dari laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia. Hal ini berarti bahwa tanpa pengaruh perluasan anggaran belanja pemerintah, laju pertumbuhan pendapatan nasional bruto (GDP) hanya akan mencapai setengah dari laju pertumbuhan yang sesungguhnya terjadi. Selain itu Snyder juga menyatakan bahwa fluktuasi murni perekonomian akan lebih tajam daripada yang sesungguhnya terjadi jika perekonomian bekerja tanpa pengaruh anggaran belanja pemerintah. Sedangkan Barro menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki pengaruh negatif baik terhadap pertumbuhan ekonomi maupun investasi. Menurutnya konsumsi pemerintah tidak memiliki efek langsung pada produktivitas sektor swasta, tetapi menurunkan tabungan dan pertumbuhan melalui pajak dan program-program pengeluaran pemerintah. Sementara Arief menyakinkan mengenai keunggulan tingkat pertumbuhan pengeluaran pemerintah dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode (Triyono dan Utomo, 2004:80). Stasioneritas Pajak dan Seigniorage Menurut pandangan Keynes stabilisasi ekonomi diperlukan melalui kebijakan fiskal. Hal ini disebabkan karena tanpa campur tangan pemerintah dikhawatirkan perekonomian akan mengalami kegagalan pasar (market failure). Apabila perekonomian sepenuhnya diatur dan dijalankan oleh mekanisme pasar bebas, maka bukan saja perekonomian tidak selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh akan tetapi juga kestabilan ekonomi tidak dapat diwujudkan. Kebijakan fiskal dalam perekonomian dituangkan dalam bentuk besaranbesaran yang tercantum pada dua sisi yaitu penerimaan dan belanja pemeintah. Secara simultan fungsi fiskal bertujuan untuk untuk menciptakan kondisi makroekonomi secara kondusif dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja yang sekaligus menekan jumlah pengganguran, pengendalian tingkat inflasi, dan mendorong distribusi pendapatan yang semakin merata (Susetyo, 2001). Bentuk-bentuk kebijakan fiskal yang bertujuan menstabilkan kegiatan ekonomi dapat dicapai dengan melakukan perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan perubahan dalam penerimaan pemerintah seperti pajak. Kebijakan fiskal dengan menambah pengeluaran pemerintah akan membawa implikasi pada kegiatan ekonomi dan harga, baik yang dibiayai dengan pinjaman dari masyarakat maupun pinjaman dari bank sentral. Demikian juga kebijakan fiskal dengan menurunkan pajak dapat dilakukan dengan mengurangi sejumlah tertentu pajak yang dibayar oleh individu dan menurunkan persentase pajak yang harus dibayar. Sebaliknya efek kebijakan fiskal dengan mengurangi pengeluaran pemerintah dan menaikan pajak dapat mengerem laju defisit anggaran yang besar tetapi kegiatan ekonomi akan bersifat kontraktif. Ketahanan fiskal sebuah negara dapat dicapai dengan 4

5 mengoptimalkan penerimaan dari sumber pajak dan seignioare. Kedua sumber keuangan tersebut akan optimal jika biaya (distortionary cost) pada kedua sumber keuangan tersebut adalah minimal. Ketahanan fiskal berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan pemerintah akan terjadi pada tingkat pengeluaran yang optimum. Untuk mencapai pengeluaran yang optimum, pemerintah dapat mengkombinasikan kebijakan fiskal dalam satu koordinasi (syncronization). Pada kondisi demikian, variabel pengeluaran, penerimaan dan tingkat inflasi akan memiliki sifat stasioner (trend stochastic) bersama (Sriyana 2007:50). Terjadinya stasioneritas bersama antara penerimaan yang meliputi pajak dan seigniorage dengan pengeluaran menunjukkan bahwa pertumbuhan pengeluaran akan diikuti oleh pertumbuhan penerimaan pemerintah. Ini berarti bahwa pemerintah tidak akan menghadapi peningkatan defisit anggaran, yang pada umumnya diatasi dengan hutang atau printing money. Data menunjukkan tingkat pengeluaran pemerintah Indonesia sebagai implementasi kebijakan fiskal mengalami pertumbuhan yang besar. Pada kurun waktu memiliki rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan tahun (Sriyana 2007:53). Peranan Pajak dan Seigniorage K e m a n d i r i a n pembiayaan anggaran merupakan faktor penting dalam pembangunan sebuah negara. Hal itu berkait erat dengan berbagai sumber penerimaan pemerintah. Kekurangan dalam sumber penerimaan pemerintah akan menyebabkan meningkatnya hutang pemerintah untuk membiayai pengeluarannya. Walaupun tingkat hutang berhubungan dengan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya tentang fiskal ekspansif, namun tetap menjadi masalah dalam jangka panjang. Fenomena hutang banyak dialami oleh negara yang sedang membangun untuk membiayai defisit anggaran, termasuk Indonesia. Baik hutang yang berasal dari dalam negeri maupun hutang luar negeri, semua memerlukan pengembalian yang tentu saja akan mengurangi berbagai sumber keuangan negara. Apabila komponen hutang lebih banyak didominasi hutang dalam negeri dibanding hutang luar negeri, ini berarti bahwa sumber pembiayaan defisit anggaran berasal dari dalam negeri pula, yang berarti pula bahwa dampak negatif akan lebih kecil, serta kemanfaatannya pun akan dinikmati oleh masyarakat dalam negari. Implikasi dari meningkatnya hutang pemerintah adalah beban pengembalian pada kemudian hari. Tingkat beban hutang dapat dilihat dari nilai debt ratio yang merupakan nisbah antar hutang, baik hutang dalam negeri atau hutang luar negeri dengan GDP. Beban pereknomian makin besar apabila nilai debt ratio makin tinggi. Analisis terhadap beban hutang ini dapat digunakan untuk menjelaskan tentang ketahanan fiskal pada masa berikutnya. Pertumbuhan hutang akan memiliki keterkaitan dengan inflasi, tingkat bunga dan debt ratio. Oleh karena itu, analisis mengenainya harus melibatkan berbagai variabel ekonomi tersebut. Pada tahun perkembangan data-data variabel utama fiskal Indonesia, yaitu perkembangan defisit/surplus anggaran pemerintah menunjukkan kinerja yang tidak lebih baik. Perkembangan defisit meningkat tajam pada era tahun 2000-an, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun Tingginya defisit tersebut harus dibiayai dengan berbagai cara, diantaranya adalah utang pemerintah. Tingginya defisit ini tentu 5

6 akan sangat berpengaruh pada berbagai indikator makroekonomi yang pada akhirnya akan berpotensi pada kinerja fiskal. Hasil analisa yang dilakukan Sriyana (2007:59) menjelaskan terjadi hubungan kointegrasi pada set variabel pengeluaran pemerintah, pajak dan seignioare. Sedangkan pada set variabel pengeluaran pemerintah, pajak dan tingkat harga tidak menunjukkan terjadinya hubungan kointegrasi. Ini bermakna bahwa kebijakan fiskal dan moneter tidak dilakukan dalam satu kordinasi. Hubungan negatif antara pajak dan pengeluaran pemerintah menerangkan bahwa peningkatan pengeluaran tidak diikuti oleh peningkatan pajak, sedangkan hubungan positif antara seigniorage dengan pengeluaran menunjukkan bahwa seigniorage merupakan sumber hasil yang penting untuk membiayai peningkatan pengeluaran pemerintah. Sedangkan sumber pajak tidak memiliki kontribusi yang besar untuk membiayai peningkatan pengeluaran pemerintah, sedangkan seigniorage memiliki kontribusi yang besar. Pendekatan lain yang berkaitan dengan beban hutang dapat dilakukan dengan membuat perbandingan antara pertumbuhan hutang dan pertumbuhan ekonomi yang mengambil sudut pandang kemampuan membayar beban hutang tersebut. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang pemerintah memiliki peningkatan kemampuan membayar hutang relatif lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan beban yang harus dibayar. Atas kebijakan ini, maka beban telah menjadi burden dalam perekonomian, serta perlu untuk dikurangkan agar kelangsungan kebijakan fiskal (fiscal sustainability) dapat bertahan. Selain itu terjadinya hubungan kausalitas antara pajak dan pengeluaran pemerintah hanya dalam jangka panjang. Artinya, peningkatan pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pada periode berikutnya, begitu juga peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan penerimaan pajak dalam beberapa tahun berikutnya SIMPULAN Keberhasilan pembangunan ekonomi sangat dipengaruhi oleh pengelolaan fiskal maupun moneter, serta berbagai regulasi yang mengarah kepada penataan aktivitas fiskal maupun moneter, serta berbagai regulasi yang mengarah kepada penataan aktivitas ekonomi masyarakat. Pengelolaan fiskal harus dapat mempertahankan fiskal sustainability maupun fiscal strength agar dampak kebijakan tersebut dapat efektif. Langkahlangkah kebijakan fiskal harus dilengkapi dengan kebijakan lainnya terutama untuk pengembalian confidence pelaku ekonomi dan pembenahan institusiinstitusi serta penghapusan hambatan sisi penawaran. Dengan upaya tersebut berarti akan terjadi persinggungan antara kebijakan yang berkaitan dengan faktorfaktor ekonomi dan noeknomi. Fakta menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dilakukan tidak dalam satu harmonisasi dan sinkronisasi yang baik. Maka harus dilakukan peningkatan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah, baik dengan cara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Karena ketahanan fiskal terancam dalam jangka panjang, maka peningkatan pajak sebaiknaya berasal dari pajak barang konsumtif. Untuk itu perlu adanya peningkatan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dengan menyelaraskan tujuan kebijakan untuk stabilisasi sektor moneter. Serta peningkatan kualitas pengelolaan anggaran dengan meningkatkan luasan cakupan alokasi anggaran (degree of publicness), serta meningkatkan alokasi 6

7 anggaran untuk sektor produktif. DAFTAR PUSTAKA Adnan, Muhammad, (2006), Negara, Pelayanan Publik dan Perlindungan Hak Publik dalam Publid Services, Majalah FORUM, Juni vol. 34. No. 2,. Asmanto, Priadi dan Komaidi, (2006), Analisis Komparasi Efektivitas Kebijakan Moneter dan Kebjiakan fiskal Jangka Pendek dan Jangka Panjang Dalam Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Jurnal Ventura, Agusutus Vol 9 No. 2,. Hanani, Retna, (2006), Atas Nama Kepentingan Publik Bernama Moralitas (Perda-Perda Anti Maksiat Ditinjau Dari Teori Kebijakan Publik, Majalah FORUM, Juni vol. 34. No. 2. Susetyo, Didiek, (2001), Reformasi Kebijakan Fiskal: Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap Pertumbuhan Eknomi, Jurnal Kajian Bisnis dan Ekonomi, Vol.3. no. 1. Simarmata, Djamester A., (2007), Keberlanjutan Fiskal Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Indonesia, Juni, no. 1. Sriyana, Jaya, (2007), Ketahanan Fiskal Dan Prestasi Ekonomi: Kasus Malaysia Dan Indonesia, Jurnal Ekonomi Indonesia, Juni, no. 1. Triyono dan Utomo, Yuni Prihadi, (2004), Studi Komparasi Efektivitas Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, April Vol. 5, No, 1.a. 7

BAB I PENDAHULUAN. promosi inovasi teknologi. Lebih jauh, suatu pemerintah memainkan peran yang

BAB I PENDAHULUAN. promosi inovasi teknologi. Lebih jauh, suatu pemerintah memainkan peran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pemerintah, lepas dari ideologi politiknya, terlibat dalam mobilisasi dan alokasi sumberdaya-sumberdaya, stabilisasi perekonomian nasional, dan promosi inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bentuk peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, siklus ekonomi merupakan

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1999-2 2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1999-2005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan makro yang dijalankan oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi membutuhkan dana yang relatif besar. Namun usaha pengerahan dana tersebut banyak mengalami kendala yaitu kesulitan mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: 11Fakultas Ekonomi & Bisnis Perekonomian Indonesia Kebijakan Fiskal dan Moneter Janfry Sihite Program Studi Manajemen Tujuan Sesuai rapem Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7 By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7 Menjelaskan faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bisnis. Menjelaskan bagaimana harga pasar ditentukan. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara maju maupun negara berkembang adalah Inflasi. Dimana inflasi merupakan indikator stabilitas perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA 1. Arti penting dan peran analisis kebijakan belanja publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu kondisi utama bagi kelangsungan ekonomi di Indonesia atau suatu negara, sehingga pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengeluaran Pemerintah memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi dari penerimaan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI DAN KEBIJAKAN

SISTEM EKONOMI DAN KEBIJAKAN SISTEM EKONOMI DAN KEBIJAKAN Pengertian Sistem Sistem menunjuk kepada suatu kumpulan tujuan, gagasan, kegiatan yang dipersatukan oleh beberapa bentuk saling hubungan dan adanya ketergantungan yang teratur

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit EKONOMI KHUSUS 01. Dalam rangka menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dalam perekonomian, bank sentral dapat melakukan penjualan dan pembelian surat-surat berharga di bursa efek. Kebijaksanaan bank

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari skripsi ini, akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan disampaikan pula saran yang didasarkan pada hasil kesimpulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di segala bidang, dan juga guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

FUNGSI PEMERINTAH Peran pemerintah dibutuhkan karena perekonomian tidak dapat secara efisien menghasilkan barang/jasa yang mengoptimalkan kepuasan masyarakat. Kegagalan pasar merupakan muara dari tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/2002 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

Malang Study Club. Latihan Ekonomi SMA XII IPS

Malang Study Club. Latihan Ekonomi SMA XII IPS 1. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara berikut ini: (1) Membuka lokasi baru/cabang. (2) Meningkatkan kualitas SDM. (3) Menambah mesin-mesin baru. (4) Penataan posisi peralatan dan petugas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1981-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia telah mengakibatkan perekonomian mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah Indonesia terbelit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH

HAND OUT MATA KULIAH HAND OUT MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Ekonomi Publik Kode Mata Kuliah : KP 402 Semester / SKS : 6 / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Dosen : (1170) Drs. Ani Pinayani, MM. Siti Parhah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia yang dimulai dari tahun 2001 merupakan sebuah gebrakan (big bang) dari semula pemerintahan yang bersifat sentralistis menjadi

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan pendapatan dan pengeluaran negara yang di Indonesia lebih dikenal

I. PENDAHULUAN. dengan pendapatan dan pengeluaran negara yang di Indonesia lebih dikenal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran negara yang di Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Kuliah SEI pertemuan 11 NANANG HARYONO, S.IP., M.Si DEPARTEMEN ADMINISTRASI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 Perencanaan Pembangunan Ekonomi ARTHUR LEWIS dalam buku DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec. Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.Dev 1 Alamat: Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Jl. Sosio-Justisia,

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah harus diperhatikan upaya untuk peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal Kebijakan Moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis, merupakan dunia yang ramai dibicarakan di berbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan masalah ini disebabkan,

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1

Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1 I. Pendahuluan Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1 Kebijakan konsolidasi fiskal dipandang sangat mendesak untuk mengatasi krisis keuangan global. Para pemimpin pemerintahan negara anggota

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci