BAB 1 PENDAHULUAN. dunia merupakan profesi yang menghadapi resiko yang sangat tinggi. Auditor

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hery (2013:30) mengatakan bahwa profesi Akuntan Publik di seluruh dunia merupakan profesi yang menghadapi resiko yang sangat tinggi. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Menurut American Acounting Assosiation (AAA) dalam Sunyoto (2014:7) menyebutkan bahwa definisi auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi, untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Hery (2013:40) menyatakan bahwa audit bertujuan sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangandan Pembangunan Nomor: PER- 211/K/JF/2010 dijelaskan bahwa kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek pengetahuan 1

2 2 (knowledge), keterampilan/keahlian (skill), dan sikap perilaku (attitude) untuk dapat melakukan tugas dengan hasil yang baik. Mulyadi (2006:19) mengatakan bahwa kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme yang tinggi seperti diisyaratkan oleh Prinsip Etika. Menurut Agoes (2012:149) pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Sesuatu dianggap material apabila dapat mempengaruhi putusan para pemakai laporan keuangan. Hery (2013:21) menjelaskanbahwa materialitas merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan, dalam menentukan secara tepat jenis laporan yang akan diterbitkan pada situasi-situasi tertentu. Sunyoto (2014:289) menjelaskan bahwa laporan audit adalah satu-satunya hal yang ingin dilihat oleh sebagian besar pengguna dalam proses audit, dan konsekuensi dari menerbitkan laporan audit yang tidak benardapat sangat berat, maka penting untuk menerbitkan laporan yang benar. Kasus yang terjadi di Jakarta yang diberitakan dalam Okezone.com, menurut Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah bahwa Bank Indonesia (BI) bisa saja memasukkan kantor akuntan publik ke dalam daftar hitam (blacklist), bila terbukti tidak menjalakan tugasnya dengan profesional. BI sendiri sekarang dalam

3 3 pengawasannya memastikan lapis satu dan lapis dua pertahanan perbankan itu berjalan dengan baik. Adapun pertahanan pertama melalui internal kontrol, pengetatan SOP (Standard Operational Procedure) dan audit internal, sementara untuk pertahanan kedua itu merupakan audit eksternal melalui akuntan publik. Fenomena tersebut memunculkan pertanyaan apakah auditor telah melakukan kode etiknya dengan baik atau tidak, tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu melakukan kode etik yang berlau maka inti permasalahannya adalah kompetensi dan tingkat pemahaman serta pengetahuan auditor tersebut dalam menjalankan prosedur audit. Selain itu fenomena yang terjadi di Indonesia yang diberitakan dalam Okezone.com bahwa peran anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat ini belum maksimal di setiap melakukan audit. Sehingga, kualitas temuan pemeriksaan BPK belum bermakna dalam upaya penyelamatan keuangan negara. Menurut Ivone Crolina Nalley, Pensiunan Badan Pemeriksa Keuangan bahwa peran anggota BPK belum maksimal dan banyak analisa BPK yang masih keliru, permasalahan yang dihadapi BPK saat ini adalah mengenai kualitas temuan pemeriksaan yang belum maksimal dalam upaya penyelamatan keuangan negara. Menurutnya, BPK saat ini harus meningkatkan disiplin pegawai sesuai tupoksinya, serta melakukan evaluasi pegawai. Setiap tim yang dikirimkan oleh BPK sebanyak kurang lebih empat orang harus diminta dahulu mengenai apa saja yang nantinya akan dikerjakan ketika melakukan audit. Sehingga nantinya saat melakukan pemeriksaan hasilnya dapat optimal.

4 4 Selain itu kasus yang diungkapkan oleh Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hasan Bisri dalam diskusi bertajuk Kekayaan Negara yang Dipisahkan: Apakah Tidak Termasuk Keuangan Negara? di Gedung BPK, yang diberitakan dalam Tempo.co menyatakan bahwa, sampai hari ini masih ada kantor akuntan publik yang bandel. Mereka tidak melaporkan temuan pelanggaran dalam laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam audit yang dilakukan BPK terhadap perusahaan-perusahaan BUMN masih terdapat banyak rekayasa yang dilakukan. Hasan menjelaskan, salah satu modusnya, BUMN mencatat piutang sebagai pendapatan. Tujuannya, agar bonus untuk manajemen dan laba naik. Metode tersebut merupakan modus yang relatif kuno masih dilakukan, ternyata masih sering kantor akuntan publik tidak mengoreksi atau menuliskan dalam laporan auditnya. Menurut penelitian Zu amah (2009) dengan sampel auditor yang berkerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan Provinsi Jawa Tengah terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi dan kompetensi auditor terhadap hasil opini audit. Maka auditor disarankan untuk tetap konsisten terhadap sikap independen dan kompetensinya sehingga hasil yang dikeluarkan akan lebih maksimal. Tjandrawinata dan Pudjolaksono (2013) dengan sampel auditor yang berkerja di KAP Surabaya terdapat pengaruh yang signifikan antara prinsip profesionalisme ruang lingkup dan sifat jasa auditor dengan pemahaman tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.

5 5 Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pertimbangan Tingkat Materialitas terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar kompetensi auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. 2. Seberapa besar pertimbangan tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. 3. Seberapa besar kompetensi auditor dan pertimbangan tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari sampai sejauh mana pengaruh kompetensi auditor dan pertimbangan tingkat materialitas dalam menemukan solusi atas masalah ketepatan pemberian opini audit. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui seberapa besar kompetensi auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. 2. Mengetahui seberapa besar tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit.

6 6 3. Mengetahui seberapa besar kompetensi auditor dan pertimbangan tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat juga informasi yang akurat dan relevan yang dapat digunakan oleh: 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir, menambah kemampuan intelektual, dan memperdalam pengetahuan penulis berkenaan ketepatan pemberian opini audit pada Kantor Akutan Publik di Bandung. 2. Pembaca Diharapkan hasil penelitian ini sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan pembelajaran dan untuk kemajuan pendidikan serta sebagai bahan referens idan data tambahan bagi penelitian lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini. 3. Instansi Terkait Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan dalam mengevaluasi dan menentukan kebijakan dimasa yang akan dating bagi Kantor Akuntan Publik Kota Bandung.

7 7 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada beberapa Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Bandung dengan cara menyebarkan kuesioner yang telah disusun untuk mengukur variabel yang diteliti. Dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.