Pengaruh Pemberian Infusa Sirih Merah Secara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Pemberian Infusa Sirih Merah Secara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar"

Transkripsi

1 Prosiding Pendidikan Dokter IN: X Pengaruh Pemberian Infusa irih Merah ecara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ) Muhammad Dicky Hidayatullah, ) Nugraha utadipura, 3) Dadi Argadireja Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. Bandung ) m.dicky.hidayatullah@gmail.com, ) nugrahasutadipura@yahoo.com Abstrak: irih merah merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan luka. Kandungan yang terdapat di dalam daun sirih merah seperti flavonoid dan tanin memiliki aktivitas sebagai anti oksidan, katalase, menghambat pembentukan mediator-mediator dan enzim yang menyebabkan terjadinya inflamasi. Aktivitas-aktivitas inilah yang nantinya akan berperan dalam membantu penyembuhan luka. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan metode rancang acak lengkap terhadap 30 tikus putih jantan galur Wistar yang terbagi dalam 5 kelompok: kelompok kontrol (kelompok I dan II) yang masing-masing diberikan akuades steril dan povidone iodine 0% dan 3 kelompok perlakuan (kelompok III, IV dan V) yang masing-masing diberikan infusa sirih merah dengan dosis 0%, 0% dan 40%. Pengukuran dilakukan selama 4 hari yang dimulai satu hari setelah pemberian perlakuan. Data di analisis dengan metode statistik ANOVA test dan Post Hoc test menggunakan Tukey menunjukkan hasil yang signifikan. Pemberian infusa sirih merah secara topikal dengan konsentrasi 0%, 0% dan 40% menghasilkan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibanding pemberian akuades steril dan povidone iodine 0%. Pengaruh paling signifikan ditunjukkan oleh pemberian infusan sirih merah dengan dosis 40%, dengan tikus sembuh paling pertama pada hari ke delapan pengamatan dan total sembuh sebanyak lima tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa sirih merah membantu mempercepat waktu penyembuhan luka insisi, dengan pengaruh paling tinggi dihasilkan oleh infusa daun sirih merah dengan konsentrasi 40%. Kata kunci: Infusa sirih merah, topikal, luka insisi, waktu penyembuhan luka. A. Pendahuluan Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, atau gigitan hewan. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain dalam pengaturan keseimbangan air serta elektrolit, termoregulasi, dan dapat berfungsi sebagai barier terhadap lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 3 fase utama, yaitu respon inflamasi akut terhadap cedera yang mencakup hemostasis dan inflamasi, fase proliferatif, fase maturasi yang mencakup re-epitelisasi serta remodeling. emua jenis luka perlu melewati fase-fase penyembuhan luka tersebut untuk dapat mengembalikan integritas jaringan sehingga pentingnya penanganan luka yang optimal mendorong berkembang pesatnya ilmu tentang luka, penyembuhan dan penanganan luka. 3,4 Mikroorganisme yang menginfeksi luka akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme yang berbeda, seperti produksi terusmenerus dari mediator inflamasi, limbah metabolik, dan racun, serta menjaga netrofil dalam keadaan teraktivasi sehingga menghasilkan enzim sitolitik dan radikal bebas. elain itu, bakteri bersaing dengan sel inang untuk nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk penyembuhan luka. aat ini, ada banyak obat yang digunakan dalam penyembuhan luka, diantaranya adalah obat yang mengandung senyawa iodine, hidrogen peroksida, asam asetat dan perak. enyawa-senyawa ini digunakan karena memiliki efek antiseptik yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga terjadi peningkatan laju proses penyembuhan

2 868 Muhammad Dicky Hidayatullah, et al. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Obat-obatan tradisional tersebut tidak hanya digunakan dalam fase kuratif, namun juga untuk fase preventif, promotif dan rehabilitasi. Obatobatan tersebut banyak digunakan karena keberadaannya yang mudah didapat, ekonomis dan menurut penelitian memiliki efek samping yang relatif rendah serta memiliki efek yang saling mendukung secara sinergis. 6 irih merupakan tanaman terna, yaitu tanaman yang memiliki batang lunak karena tidak membentuk kayu, tumbuh merambat atau menjalar menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman sirih bisa mencapai 5 m, tergantung pada kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar. 7 Ada berbagai macam jenis tanaman sirih, diantaranya sirih hijau, sirih merah, sirih kuning, sirih gading, sirih hutan, sirih belanda dan sirih hias. Jenis sirih yang sering digunakan dalam pengobatan antara lain sirih merah, sirih hijau dan sirih hitam. 8,9 Bagian tanaman yang dimanfaatkan manusia adalah daunnya. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim diastase, gula serta tanin. Tanin merupakan senyawa yang ditemukan pada banyak tanaman yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka, seperti daun teh, cocor bebek, kopi dan lidah buaya. 7 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kandungan flavonoid dan tanin pada sirih merah memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan jenis sirih lainnya. 0 Kandungan yang tinggi tersebut yang membuat sirih merah dipercaya memiliki berbagai efek yang baik untuk kesehatan. 7-9 Penelitian yang dilakukan mendapatkan bahwa sirih merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif, aktivitas antioksida, menghambat proliferasi sel MCF-7 dan meningkatkan aktivitas katalase dan superoksida dismutase pada kanker payudara. 3 elain itu, penelitian lain menemukan efek antiinflamasi, yakni menghambat siklooksigenase, fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamine oksidase, protein kinase, DNA polymerase dan lipooksigenase pada sirih merah 4 Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian infusa sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka insisi pada tikus putih galur Wistar yang sehat. Pengaruh infusa sirih merah sebagai antioksida, antiinflamasi dan antibakteri diduga dapat mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan semakin tinggi konsentrasi pemberian maka semakin cepat waktu penyembuhan luka tersebut. B. Metode Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) secara in vivo. Bahan penelitian ini meliputi daun sirih merah (Piper cf. fragile, Benth.), akuades steril, povidone iodine 0% dan ketamine. Alat-alat yang digunakan meliputi timbangan analitik, satu set peralatan bedah, syringe, gelas ukur, penggaris dan kompor listrik. ubjek penelitian yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar dengan kriteria inklusi yaitu tikus putih jantan galur wistar dengan jenis kelamin jantan berumur -3 bulan, berat badan tikus gram, tikus dalam keadaan sehat dan aktif dan kriteria eksklusi yaitu tikus yang memiliki cacat fisik bawaan atau sakit selama masa adaptasi. Besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 30 tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif yang diberi akuades steril pada daerah perlukaan dan kontrol positif yang diberi povidone iodine 0% pada Prosiding Penelitian ivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

3 Pengaruh Pemberian Infusa irih Merah ecara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan 869 daerah perlukaan, dan 3 kelompok perlakuan yang diberi infusa sirih merah secara topikal dengan dosis masing-masing 0%, 0% dan 40%. Penelitian ini dilakukan dalam periode bulan Desember 04 sampai Juni 05 di Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Langkah pertama adalah pembuatan infusa sirih merah. ebelumnya, daun sirih merah yang akan digunakan harus dipilih sesuai dengan kriteria, yaitu tidak rusak, tidak menguning dan tidak busuk. Daun sirih merah yang masuk dalam kriteria selanjutnya dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir, lalu dikeringkan. Daun sirih merah yang telah kering kemudian dihaluskan dengan cara di blender hingga menjadi serbuk. Untuk membuat infusa sirih merah dengan konsentrasi 0%, serbuk sirih merah sebanyak 0 gr ditambahkan akuades steril sebanyak 00 ml. elanjutnya campuran serbuk sirih merah dan akuades steril direbus selama 5 menit terhitung saat suhu 90 0 C dengan sesekali diaduk. etelah dingin, larutan disaring dan volumenya dicukupkan menjadi 00 ml dengan ditambahkan akuades. Pembuatan infusa sirih merah dengan konsentrasi 0%, dan 40% menggunakan prinsip yang sama. Langkah awal pembuatan luka dilakukan dengan menyuntikkan ketamine, obat golongan anastesi, pada tikus melalui subkutan dengan dosis 0 mg/kg BB. etelah itu rambut tikus di cukur di daerah punggung bagian atas lalu setelah dicukur kemudian dibersihkan dengan alkohol 70%. etelah alkohol kering, Dibuat luka insisi sepanjang,5 cm dengan kedalaman mm mencapai subkutan menggunakan pisau bedah. Pemberian perlakuan dilakukan segera setelah pembuatan luka dilakukan dengan meneteskan bahan uji yaitu akuades steril, povidone iodine 0% dan infusa sirih merah pada daerah luka dan dibiarkan hingga kering. Pemberian perlakuan dilakukan satu kali setiap hari. Pengukuran penyembuhan luka dilakukan satu hari setelah pembuatan luka dan bahan uji diberikan (hari ke - 0). Pengamatan waktu penyembuhan luka adalah sejak hari ke (sehari setelah pemberian bahan uji) sampai dengan hari ke 4 atau panjang luka insisi adalah 0 cm yang diukur dengan menggunakan penggaris. Hasil pengukuran penyembuhan luka di analisis menggunakan metode ANOVA dengan nilai α=0,05 untuk uji lanjut Tukey. Kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer. C. Hasil Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dinilai penyembuhan lukanya melalui pengukuran panjang luka tikus setelah pemberian perlakuan setiap hari selama 4 hari. Hasil pengukuran panjang luka tikus hari ke 0-4 dapat dilihat pada Tabel, persentase kesembuhan luka tikus hari ke -4 dapat dilihat pada Tabel, uji analisis terhadap rata-rata penyembuhan luka tikus menggunakan ANOVA dan Post-Hoc Tukey dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Tabel. Pengukuran Panjang Luka Tikus Panjang isa Luka (cm) I II Tikus Tikus Tikus Tikus ,,,,,,,0,0,0, Pendidikan Dokter, Gelombang, Tahun Akademik 04-05

4 870 Muhammad Dicky Hidayatullah, et al. III IV V Tikus Tikus Tikus Tikus Tikus Tikus ,3,,,,3,,4 = Luka sembuh (Panjang luka 0 cm),,,,,3,,,,3,,,3,,,,,0,,,0,,,,0, K.I K.II K.III K.IV K.V Tabel. Rerata Persentase Penyembuhan Luka Tikus Hari Persentase Penyembuhan Luka (%) Rerata 8,00 0,00 6,67 7,33 8,00 9, ,67 36,00 48, ,00 84,67 88,00 Rerata 8,00 3 6,67 8,00 9, ,33 36,67 49,33 54,00 56,67 50,00 57,33 67,33 Rerata 8,00 9,33 6,00 7,33 9,33 3,00 33,33 34,00 34,67 38,00 4,67 48,67 78,00 87,33 Rerata 8,67 8,67 4,67 45,33 46, ,67 56,67 6,00 68,00 78,67 86,00 90,00 94,00 Rerata 30, ,67 50, ,33 56,67 7,00 80,00 8,67 8,67 89, ,33 Tabel 3. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Penyembuhan Luka eluruh Perlakuan dengan One Way ANOVA. Mean D p value I 4 33 II 06 III ,040* IV 0,9 5 V 5 7 Catatan : * bermakna secara statistik Tabel 4. Hasil Uji Post-Hoc Tukey. Perlakuan Mean Difference Nilai p Kontrol negatif - Kontrol positif - Kontrol positif Dosis Dosis Dosis 3 Dosis Dosis Dosis 3 0,033 0,008-0,07-0,07-0,05-0,060-0, , ,08* Prosiding Penelitian ivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

5 Pengaruh Pemberian Infusa irih Merah ecara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan 87 Dosis - 0,035 Dosis - Dosis 3-0,079 3 Dosis - Dosis 3-0, D. Pembahasan Daun sirih merah memiliki kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, senyawa polifenolat, tanin dan minyak atsiri. 7 enyawa yang berperan dalam proses penyembuhan luka adalah senyawa flavonoid dan tanin. Flavonoid berperan dalam aktivitas anti inflamasi dengan cara menghambat enzim pro-inflamasi seperti COX-, lipooksigenase dan NO serta menghambat sitokin yang berperan dalam proses inflamasi seperti TNF-α, IL-α dan IL-. 8 elain flavonoid, senyawa tanin berperan dalam membantu penyembuhan luka. Aktifitas anti inflamasi, astringen, antiseptik akan memicu terjadinya kontraksi di daerah luka dan peningkatan tonus pembuluh dara serta aksi penghancuran radikal bebas sehingga menyebabkan percepatan periode epitelisasi daerah luka. Pemberian infusa sirih merah dapat dinilai manfaatnya sejak hari ke- perlakuan. Pada lampiran, dapat dilihat bahwa rata-rata penyembuhan pada kelompok I yang diberi akuades steril, kelompok II yang diberi betadine dan kelompok III yang diberi infusa sirih merah dengan dosis 0% pada hari ke- memiliki nilai yang sama yaitu 5 cm atau 8%. IV yang diberi infusa sirih merah dengan dosis 0% memiliki rata-rata penyembuhan luka 7 cm atau 8,67%, naik 0,0 cm dibanding kelompok I,II dan III. V yang diberi infusa sirih merah dengan dosis 40% pada hari ke- menunjukkan hasil yang lebih baik daripada kelompok perlakuan lainnya. Rata-rata penyembuhan luka sebesar 5 cm atau 30%, naik 0 cm dibanding kelompok I, II, III dan IV. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke- setelah perlakuan, pemberian infusa sirih merah dengan dosis 0% dan 0% tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan pemberian akuades steril dan povidone iodine 0%. Perbedaan yang bermakna ditunjukkan oleh kelompok yang diberikan infusa sirih merah dengan dosis 40%, terutama bila dibandingkan dengan kelompok yang diberikan akuades steril, povidone iodine 0% dan infusa sirih merah dengan dosis 0%. Pada pengukuran luka sembuh didapatkan waktu sembuh paling cepat terjadi pada tikus nomor 3 di kelompok V pada hari ke delapan pengukuran. etelah itu, tikus nomor 5 di kelompok II serta tikus nomor dan 4 di kelompok V pada hari ke sembilan, kemudian tikus nomor 3 di kelompok I serta tikus nomor dan 6 di kelompok IV pada hari ke. elanjutnya, tikus nomor 3 di kelompok I, tikus nomor dan 5 di kelompok IV serta tikus nomor 6 di kelompok V pada hari ke, kemudian tikus nomor dan 6 di kelompok serta tikus nomor di kelompok V pada hari ke 3 dan tikus nomor 5 di kelompok III pada hari ke 4. Tingkat kesembuhan luka tikus setelah 4 hari pengukuran didapatkan kelompok V memiliki rata-rata persentase paling tinggi yaitu 97,33%, kemudian kelompok IV sebesar 94%, kelompok I sebesar 88%, kelompok III sebesar 87,33% dan kelompok II sebesar 67,33%. Pada pengukuran per hari dari masing-masing kelompok dapat diambil catatan bahwa peningkatan persentase paling signifikan tiap kelompoknya terjadi pada hari yang berbeda. Pada kelompok I, peningkatan persentase yang signifikan terjadi pada hari ke pengukuran, yaitu dari 48% menjadi 73% atau naik 3,33%. Pada kelompok III, peningkatan persentase yang paling signifikan terjadi pada hari ke 3 pengukuran, yaitu dari 48,67% menjadi 78% atau naik 9,33%. Pada kelompok IV dan V, peningkatan paling signifikan sudah terjadi pada hari ke pengukuran, yaitu masing-masing sebesar 8,67% dan 30%, kemudian pada Pendidikan Dokter, Gelombang, Tahun Akademik 04-05

6 87 Muhammad Dicky Hidayatullah, et al. hari ke 3 untuk kelompok IV sebesar 4% dan hari ke 8 sebesar 5,33% dengan ratarata peningkatan penyembuhan sekitar 6% per hari untuk kelompok IV dan 5% untuk kelompok V. II pada hari ke pengukuran didapatkan penurunan rata-rata persentase penyembuhan dari 56,67% menjadi 50% atau turun 6,67%, kemudian mengalami peningkatan kembai pada hari ke 3 menjadi 57,33% atau naik 7,33%. Rata-rata penyembuhan luka per tikus setiap kelompok penelitian paling rendah terjadi pada tikus nomor 3 di kelompok II sebesar 0,047 cm per hari sedangkan rata-rata penyembuhan luka paling tinggi terjadi pada tikus nomor 3 di kelompok V sebesar 3 cm per hari. Penghitungan rata-rata penyembuhan luka adalah dengan melihat panjang sisa luka setiap hari. Bila sampai hari ke-4 panjang sisa luka belum sampai pada angka 0, maka nilai rata-rata penyembuhan diambil dari penjumlahan penyembuhan luka per hari dari mulai hari ke satu sampai 4, kemudian dibagi 4. Bila belum sampai hari ke-4 panjang sisa luka sudah 0 cm, maka nilai rata-rata penyembuhan diambil dari penjumlahan penyembuhan luka per hari dari mulai hari sampai hari dimana panjang sisa luka 0 cm, kemudian dibagi jumlah hari dimana didapatkan panjang sisa luka 0 cm tersebut. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa infusa sirih merah memberikan pengaruh terhadap waktu penyembuhan luka. ebanyak tikus dari 5 tikus sembuh berasal dari kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirih merah. Waktu penyembuhan paling cepat terjadi pada tikus yang diberi infusa sirih merah dengan konsentrasi 40% yang dimulai pada hari ke 8, sedangkan paling lambat terjadi pada tikus yang diberi konsentrasi 0% yang dimulai pada hari ke 3. Namun jumlah penyembuhan yang didapatkan oleh kelompok tikus yang diberi konsentrasi 0% lebih baik bila dibandingkan dengan tikus kontrol negatif maupun positif. Rata-rata penyembuhan kelompok kontrol positif yang diberi Povidone Iodine 0% merupakan yang terendah sehingga dapat dinilai bahwa penyembuhan terendah terjadi pada kelompok kontrol positif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi infusa daun sirih merah berpengaruh terhadap waktu penyembuhan luka. Konsentrasi 40%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa sirih merah memberikan pengaruh terhadap waktu penyembuhan luka insisi, yaitu mempercepat penyembuhan luka. Pengaruh tersebut sudah dapat dilihat pada pemberian infusa dengan dosis 0%. emakin tinggi dosis infusa maka efek yang dihasilkan akan semakin baik, dilihat dari pemberian infusa dengan dosis 40% memiliki efek yang paling baik diantara dosis 0% dan 0%. Keterbatasan yang dialami peneliti antara lain pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengukuran waktu penyembuhan luka insisi setiap jam untuk menentukan mula kerja infusa sirih merah tersebut. elain itu, keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian ini sehingga pengukuran penyembuhan luka insisi tidak dilakukan pada jam yang sama setiap hari selama penelitian sehingga belum mendapat data akurat mengenai durasi efek yang dihasilkan infusa sirih merah tersebut. E. impulan Infusa sirih merah mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada tikus putih jantan galur Wistar. emakin tinggi konsentrasi infusa, maka waktu penyembuhan luka akan semakin cepat. Prosiding Penelitian ivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

7 Pengaruh Pemberian Infusa irih Merah ecara Topikal Terhadap Waktu Penyembuhan 873 Daftar Pustaka R. jamsuhidajat, W. de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 3). Jakarta : ECG, 00. Junquiera LC, Jose Carneiro. Basic histology: text and atlas. th. New York : McGraw-Hill, 005. Cohen IK, Diegelmann RF, Yager DR, Wornum IL, Graham M, Crossland MC. chwartz's Principles of urgery. 8th. New York : McGraw-Hill, 004. Moya J. Morison. Manajemen Luka. [ed.] Florinda, Monica Ester and ari Kurnianingsih. [trans.] Tyasmono A.F. Jakarta : ECG, 004. Anna Drosou, MD, Anna Falabella, MD and Robert. Kirsner, MD. Medscape. [Online] Health Management Publications, Inc., 003. Available: [Accessed: Februari 0, 05.] Oktora L. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Rini Damayanti Moeljanto, Mulyono. Khasiat dan manfaat daun sirih: obat mujarab dari masa ke semasa. s.l. : AgroMedia, 003. Werdhany, W. Indri,, Anthoni Marton and W, etyorini. irih Merah. Yogyakarta : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 008 Bambang udewo. Basmi Penyakit dengan irih Merah. s.l. : AgroMedia Pustaka, 00. D. Pradhan, et al. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. 6, 03, Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, Vol., pp Farida Juliantina, et al. Manfaat irih Merah (Piper crocatum) ebagai Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. 0, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. oerya Dewi Marliyana, Nestri Handayani. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun irih Merah (Piper CrocatumRuiz & Pav.). 03, ALCHEMY jurnal penelitian kimia, Vol. IX, pp Noor Nazirahanie Abrahim, M Kanthimathi, Azlina Abdul-Aziz. Piper betle shows antioxidant activities, inhibits MCF-7 cell proliferation and increases activities of catalase and superoxide dismutase. 0, BMC Complementary and Alternative Medicine. Atik Fitriyani, et al. Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun irih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Pada Tikus Putih. 0, Majalah Obat Tradisional, Vol. 6, pp Pendidikan Dokter, Gelombang, Tahun Akademik 04-05

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus atau mukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka adalah hilangnya atau rusaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan (Arif Mansjoer, 2000). Luka merupakan hal yang sering dialami oleh seseorang. Luka bisa terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2004). Luka sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari dan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu. Zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ozon terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Pengaruh Pemberian Ozon terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Pengaruh Pemberian Ozon terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar 1 Ahmad Fauzi, 2 Sutadipura, 3 Tinni Rusmartini 1,2,3 Pedidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman dahulu hingga sekarang ini, banyak sekali individu yang sering mengalami luka baik luka ringan maupun luka yang cukup serius akibat dari kegiatan yang dilakukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam dunia modern ini dirasa baik, namun keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang disebabkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Luka sering sekali terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Biasanya luka yang terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya

Lebih terperinci

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka 1 Rita Andiyani, 2 Umi Yuniarni, dan 3 Dina Mulyanti 1,2,3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Pengujian aktivitas analgetika infusa daun alpukat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari risiko terjadinya luka. Luka dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu luka yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tanaman Sirih Merah 2.1.1.1 Deskripsi Tanaman Tanaman sirih merah memiliki nama latin Piper cf fragile, Benth, berasal dari genus Piper

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUAH MAHKOTA DEWA Nama :NURANI NIM :11.11.5256 Kelas :11-S1TI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAKSI Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk memberitahukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Kategori Penelitian dan Rancangan Percobaan 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen eksploratif dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang sekarang ada. Merebaknya

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi lingkungan yang semakin memburuk seperti berlubangnya lapisan ozon, asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari industri menyebabkan makin mudahnya terbentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh, baik lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica juncea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan pada tubuh makhluk hidup. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbandingan Volume Ekspirasi Paksa (FEV1) serta Nilai Hemoglobin antara Karyawan Rumah Sakit di Dataran Tinggi dan Karyawan Rumah Sakit di Dataran Rendah 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu. Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50 i PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50 Penggalian, Pelestarian, Pemanfaatan dan Pengembangan Berkelanjutan Tema Khusus Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dan Tabat Barito (Ficus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang melapisi seluruh bagian tubuh, dan membungkus daging dan organ-organ yang berada di dalamnya. Ratarata luas kulit pada manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan rancangan post

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini angka kejadian penyakit kanker dan penyakit degeneratif semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya kanker adalah karena kerusakan DNA akibat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dijumpai pada klinik dokter gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan prosedur umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbandingan efek Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan povidone iodine 10% terhadap penyembuhan luka pada mencit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental laboratorium dalam menguji aktivitas analgetik pada mencit putih jantan. B. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control group

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009). Prevalensi terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka atau vulnus adalah putusnya kontinuitas kulit jaringan dibawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran dapat berisiko menimbulkan luka, hal ini yang membuat ketidaknyamanan pasien. Luka dapat terjadi secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ilmu Farmasi, Farmakologi dan Kimia Randomized Post Test Control Group Design dengan hewan coba sebagai objek penelitian tikus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah dilakukan dari dulu, sejak peradaban manusia itu ada. Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Tumbuhan yang

Lebih terperinci

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka 1 Edriani Fitri 1 Ratih Annisa 1 Dian Nitari 1 Dewi K. Mubela 1 Kasih Santika 2 Hendra Sutysna 1 Program

Lebih terperinci

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci