MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI PADA PENYEMBUHAN LUKA TIKUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI PADA PENYEMBUHAN LUKA TIKUS"

Transkripsi

1 ABSTRAK GEL EKSTRAK SARANG BURUNG WALET (Collocalia Fuciphaga) TOPIKAL MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI PADA PENYEMBUHAN LUKA TIKUS (Rattus Norvegicus) WISTAR JANTAN DIABETES MELITUS Salah satu komplikasi diabetes adalah berkembangnya luka kronis menjadi ulkus diabetikum, yang terjadi pada 15% orang yang menderita diabetes, dimana umumnya terjadi di daerah kaki. Sarang burung walet memiliki efek mitogenik dan dapat mempercepat penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus putih diabetes melitus dapat meningkatkan neovaskularisasi, jumlah fibroblas, dan epitelisasi. Penelitian ini menggunakan randomized post test only control group design yang menggunakan 36 ekor tikus galur wistar (Rattus norvegicus) dewasa yang diinduksi menjadi diabetes, berumur 4-5 bulan, dengan berat badan gram, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus. Untuk menginduksi diabetes tipe 2 pada tikus percobaan, seluruh kelompok tikus diberi suntikan nicotinamide (NA) 230 mg/kg bb dan streptozotocin (STZ) dosis tunggal 50 mg/kg bb secara intraperitoneal. STZ diketahui dapat merusak sel beta pankreas, sedangkan NA diberikan pada tikus untuk melindungi sebagian dari sel beta pankreas terhadap pengaruh STZ. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberikan gel plasebo + antibiotik oral + metformin oral (P0), dan kelompok kedua adalah kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan ekstrak sarang burung walet 40% + antibiotik oral + metformin oral (P1). Pada masing-masing kelompok dibagi menjadi dua kelompok lagi yang masing-masing berjumlah 9 ekor tikus untuk pemeriksaan neovaskularisasi dan fibroblas pada hari ke-5 dan pemeriksaan epitelisasi pada hari ke-10. Hasil penelitian menunjukkan rerata neovaskularisasi pada kelompok P0 adalah 6,67±0,707, sedangkan pada kelompok P1 adalah 10,22±1,093(p<0,001). Selain itu, rerata jumlah sel fibroblas pada kelompok P0 adalah 67,78±4,265, dan pada kelompok P1 adalah 91,89±3,100 (p<0,001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 10 hari perlakuan, pada kelompok P0 masih menunjukkan adanya celah luka, sedangkan pada kelompok P1 tidak teramati adanya celah luka yang menunjukkan bahwa epitelisasi telah sempurna. Dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus dapat meningkatkan neovaskularisasi, jumlah fibroblas, dan epitelisasi. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut ke tahap uji klinis sebelum digunakan pada manusia. Kata kunci: sarang burung wallet, luka, diabetes melitus, neovaskularisasi, fibroblas, dan epitelisasi. x

2 ABSTRACT TOPICAL SWIFTLET (Collocalia Fuciphaga) NEST EXTRACT GEL INCREASED THE NUMBER OF NEOVASCULARIZATION, FIBROBLAST AND EPITHELIALIZATION IN WOUND HEALING OF MALE DIABETIC WISTAR RATS (Rattus Norvegicus) One of the most common complication of diabetes is development of chronic wound known as diabetic ulcers, which occur in 15% diabetic patients, and usually located on the foot. The swiftlet nest has mitogenic effects and can accelerate wound healing. The purpose of this study was to prove that topical administration of 40% swiftlet nest extract gel in wound of wistar rats with diabetes mellitus is able to increase the number of neovascularization, fibroblasts, and epithelialization. This study was using randomized posttest only control group design,using 36 diabetic induced strains wistar rats (Rattus norvegicus), aged 4-5 months, weighing grams, which was divided into two groups respectively. To induce diabetes type 2 in the experimental rats all of the groups were administered with single dose of nicotinamide (NA) (230 mg/kgbw) and streptozotocin (STZ) (50 mg/kgbw) intraperitoneally. Streprozotocin is well known to caused pancreatic B-cell damage, whereas NA was administered to rats to partially protect pancreatic B-cell against STZ. The first group was the control group treated with placebo gel + metformin + oral antibiotics (P0), and the second group was the treatment group treated with 40% swiftlet nest extract gel + metformin + oral antibiotics (P1). Each group was redivided into two more groups with 9 rats respectively for examination of neovascularization and fibroblasts on the fifth day and examination epithelialization on the tenth day. The results showed the mean neovascularization of P0 group was 6.67 ± 0.707, while the P1 group was ± (p <0.001). In addition, the average number of fibroblasts in the P0 group was ± 4.265, while in the P1 group was ± (p <0.001). Results showed that after 10 days of treatment wound gaps were still visible in the P0 group, whereas it was not visible in P1group, indicating that the epithelialization was perfect. It can be concluded that topical administration of 40% swiftlet nest extract in wounds of rats with diabetes mellitus increased the number of neovascularization, fibroblasts, and epithelialization. This research needs to be further developed to the stage of clinical trials prior to use in humans. Keywords: swiftlet nest, wound, diabetes mellitus, neovascularization, fibroblast, and epithelialization. xi

3 DAFTAR ISI JUDUL... i SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Manfaat Praktis... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penuaan Anti Penuaan (Anti Aging ) Diabetes Melitus Klasifikasi Diabetes Melitus Komplikasi Pada Diabetes Melitus Luka Definisi Luka xii

4 2.3.2 Penyembuhan Luka Fase Penyembuhan Luka Fase Koagulasi dan Inflamasi Fase Proliferasi Fase Remodelling Parameter Penyembuhan Luka Luka Pada Diabetes Streptozotocin Growth Factor Dalam Penyembuhan Luka Glikosaminoglikan Ekstrak Sarang Burung Walet Penelitian Ilmiah Khasiat Ekstrak Sarang Burung Walet Kandungan Ekstrak Sarang Burung Walet Sialic Acid Hewan Percobaan Tikus Putih (Rattus Norvegicus ) Jantan Kriteria Tikus Diabetes Konversi Usia Tikus Terhadap Usia Manusia Gel...49 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis Penelitian...54 BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Variabilitas Populasi Kriteria Sampel...57 xiii

5 4.3.3 Penghitungan Besar Sampel Tehnik Penentuan Sampel Variabel Penelitian Klasifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Serta Hewan Percobaan Bahan Penelitian Instrumen Penelitian Hewan Percobaan Prosedur Penelitian Pembuatan Gel Sarang Walet Pengujian Gel Sarang Walet Pemeliharaan Hewan Percobaan Pelaksanaan Pemeriksaan Pengambilan Kulit Pembuatan Preparat Histopatologi Fiksasi Pembuatan Preparat Histologi Pewarnaan Penutup Sediaan Pengamatan Histopatologi Alur Penelitian Analisis Data...73 BAB V HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Uji Normalitas Data Uji Homogenitas Data Uji Komparabilitas...78 BAB VI PEMBAHASAN Subjek Penelitian xiv

6 6.2.. Hasil Analisa Kandungan Gel Ekstrak Sarang Walet Pemberian Gel Ekstrak Sarang Burung Walet 40% Pada Luka BAB VII SIMPULAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sinyal Growth Factor Pada Daerah Luka...37 Tabel 2.2 Distribusi Asam Amino (mg/g) Pada Ekstrak Sarang Burung Walet...45 Tabel 2.3 Konversi Usia Tikus Terhadap Manusia...49 Tabel 5.1 Rerata Nilai Variabel Antar Kelompok...77 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok...77 Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok...78 Tabel 5.4 Komparasi Rerata Variabel Antar Kelompok...78 xvi

8 DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN Gambar 2.1 Grafik Fase Penyembuhan Luka...15 Gambar 2.2 Penyembuhan Luka...15 Gambar 2.3 Luka Kulit Pada Hari Ke Gambar 2.4 Luka Kulit Pada Hari Ke Gambar 2.5 Collocalia Fuchipaga Dan Sarang Burung...41 Gambar 2.6 Collocalia Maxima Dan Sarangnya...42 Gambar 2.7 Collocalia Esculanta Dan Sarangnya...42 Gambar 2.8 Sarang Walet Collocalia Fuciphaga...43 Gambar 2.9 Rattus Norvegicus...48 Gambar 3.1 Kerangka Konsep...53 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian...56 Gambar 4.2 Alur Penelitian...72 Gambar 5.1 Pemeriksaan Histopatologi Kulit, Neovaskularisasi...75 Gambar 5.2 Pemeriksaan Histopatologi Kulit, Fibroblas...76 Gambar 5.3 Pemeriksaan Histopatologi Kulit, Celah Luka...76 Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Rerata Neovaskularisasi Antar Kelompok Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Rerata Fibroblas Antar Kelompok...81 DAFTAR SINGKATAN xvii

9 AAM ADP CTGF ECM EGF FGF GAGs HB EGF IGF-1 IL-1 IL-6 KGF MMP MRSA NA PDGF STZ TGF α TGF β TNF t-rna VEGF : Anti Aging Medicine : Adenosin diphosphate : Connective tissue growth factor : Extra Cellular matrix : Epidermal Growth Factor : Fibroblast Growth Factor : Glycosaminoglycan : Heparin binding Epidermal Growth Factor : Insulin like growth factor-1 : Inter Leukin-1 : Inter Leukin-6 : Keratinocyte Growth Factor : Matrix metalloproteinase : Methicillin-resistant Staphylococcus aureus : Nicotinamide : Platelet Derived Growth Factor : Streptozotocin : Transforming Growth Factor α : Transforming Growth Factor β : Tumor necrosis factor : transfer- Ribonucleic Acid : Vascular endothelial growth factor xviii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji kandungan Sialic Acid pada ekstrak sarang Walet Lampiran 2. Hasil Uji kandungan bahan aktif lain pada sarang burung Walet xix

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali orang hanya pasrah bahwa menjadi tua adalah suatu hal yang alami, dan menerima begitu saja akan segala penyakit dan kekurangan yang ditimbulkan akibat proses penuaan tersebut. Seiring dengan proses penuaan yang terjadi kita akan semakin sering atau mudah menderita suatu penyakit dan fungsi organ tubuh pun akan mengalami penurunan. Setelah mencapai usia tertentu, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya, justru terjadi kemunduran karena proses penuaan. Proses penuaan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain adalah radikal bebas, penurunan kadar hormon, metilasi, proses glikolisasi, apoptosis, penurunan sistem kekebalan dan genetik. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain adalah gaya hidup dan diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres dan kondisi ekonomi yang buruk (Pangkahila, 2007). Karena berbagai faktor tersebut maka seseorang mengalami proses penuaan, menjadi sakit dan akhirnya meninggal (Pangkahila, 2007). Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh proses penuaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat adalah diabetes melitus. 1

12 2 Dari data yang didapatkan pada tahun 2014, secara global ada 422 juta manusia usia dewasa yang menderita diabetes, sedangkan pada pada tahun 1980 jumlah penderita diabetes hanya sekitar 180 juta. Jumlah penderita diabetes meningkat cukup tinggi karena semakin banyaknya orang yang memiliki pola hidup tidak sehat. Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012 seiring dengan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular, stroke, dan komplikasi lainnya yang berkaitan dengan diabetes. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi dibandingkan dengan tipe 1, dan saat ini anak anak pun sudah mulai banyak yang menderita diabetes (WHO, 2016) Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan gula darah melebihi nilai normal yang direkomendasikan atau disebut juga dengan hiperglikemia. Faktor yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia adalah berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa, dan meningkatnya produksi glukosa (Powers et al., 2008). Ada banyak komplikasi dari diabetes melitus, salah satu komplikasi yang dapat mengurangi kualitas hidup seseorang adalah berkembangnya luka kronis menjadi ulkus diabetikum, yang terjadi pada 15% penderita diabetes. Umumnya ulkus diabetikum terjadi di daerah kaki. Apabila hal ini tidak ditangani dengan tepat, maka dapat berkembang menjadi lebih buruk dan memerlukan penanganan lebih jauh, seperti gangrene diabetikum hingga amputasi (Pradhan et al., 2007).

13 3 Terdapat empat fase dalam proses penyembuhan luka, yaitu: fase koagulasi, fase inflamasi, fase proliferasi migrasi dan fase remodelling. Fase koagulasi dan inflamasi sering dikelompokkan menjadi satu, karena mediator yang dikeluarkan dari fase tersebut sering tumpang tindih. Luka yang terjadi pada kulit merupakaan suatu tantangan yang unik, karena penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Luka akut dapat berkembang menjadi luka kronik, dengan adanya penyakit penyulit seperti diabetes maka luka kronik dapat berkembang menjadi lebih buruk lagi. Diperlukan tenaga profesional yang ahli dan memahami tahap penyembuhan luka untuk mendapatkan proses penyembuhan yang baik (Sood et al., 2014). Penyembuhan luka memerlukan integrasi yang baik antara kompleks biologi dan molekuler dari migrasi sel, proliferasi sel, dan deposisi matriks ekstraselular (Pradhan et al., 2007). Terjadinya luka akan mengaktifkan berbagai macam kompleks seluler dan reaksi biokimia untuk proses penyembuhan luka. Kegagalan penyembuhan luka dapat menjadi masalah besar yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, meningkatkan terjadinya morbiditas, mortalitas, serta biaya perawatan medis. Pada penderita diabetes peningkatan sel-sel radang pada fase inflamasi meningkat secara signifikan, dan hal ini menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang cukup tinggi, sehingga penyembuhan luka akan terganggu (Yen et al., 2012). Perawatan luka modern menekankan pada upaya meningkatkan

14 4 kapasitas regenerasi tubuh. Salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang serupa dengan embrio. Luka pada embrio mengalami lebih sedikit inflamasi karena mengandung lebih banyak glycosaminoglycan dan lebih cepat mengalami regenerasi. Ini menjadi fokus utama pada metode pengobatan yang menggunakan stem cells, growth factor, dan material bioaktif baru serta kombinasi dari metode-metode tersebut, walaupun masih sedikit penelitian uji klinis yang dilakukan terhadap metode-metode tersebut (Gunter, 2012). Kegagalan penyembuhan luka pada diabetes juga disebabkan adanya kegagalan fungsi leukosit akibat kondisi gula darah yang melebihi nilai normal atau disebut juga dengan hiperglikemia (Pradhan et al., 2007; Powers et al., 2008). Selain itu keadaan iskemi sekunder pada pembuluh darah dapat mengurangi distribusi oksigen dan nutrisi ke daerah luka sehingga mengakibatkan kondisi hipoksia yang kemudian menghambat penyembuhan luka diabetes (Singer dan Clark, 1999). Keadaan lainnya yang menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum adalah kegagalan fungsi granulosit dan kemotaksis sehingga menyebabkan terjadinya infeksi, berkurangnya aktivitas makrofag, memanjangnya waktu inflamasi, kegagalan angiogenesis, penurunan sintesis kolagen, peningkatan level proteinanse, dan kegagalan re-epitelisasi (Pradhan et al., 2007). Terdapat beberapa parameter dalam penyembuhan luka yang dapat diamati, baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara makroskopis dapat dilihat dari berkurangnya luas luka, sedangkan secara mikroskopis dapat diperiksa secara

15 5 histopatologi jumlah sel-sel radang (neutrofil, makrofag, dan limfosit), jaringan granulasi (Demir et al., 2007), jumlah neokapiler, persentase re-epitelisasi, dan kepadatan jaringan ikat (Prasetyo et al., 2010). Berbagai macam bahan dan metode, baik secara lokal maupun sistemik, digunakan untuk mencapai hasil yang terbaik. seperti: penggunaan obat-obat topikal, tekanan negatif, berbagai jenis plester luka, penggunaan antibiotik sebagai profilaksis, pengobatan alternatif dari alam atau herbal, dan laser (Al-Mutheffer, 2010). Untuk itu diperlukan adanya upaya dan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki proses penyembuhan luka diabetes dengan lebih efektif, sehingga lama perawatan luka dapat dipersingkat (Minimas, 2007). Growth factor penting dalam proses penyembuhan luka, berbagai macam growth factor seperti Epidermal growth factor (EGF), Platelet derived growth factor (PDGFs), transforming growth factors (TGF) α dan β, serta insulin-like growth factor-1 (IGF-1), baik digunakan secara tunggal maupun dikombinasi telah dicobakan pada proses penyembuhan luka dalam berbagai jaringan (Gope, 2007). Salah satu bahan dari alam yang ditemukan memiliki efek menyerupai growth factor dan memiliki efek mitogenik adalah sialic acid yang terdapat pada sarang burung walet. Dalam penelitian Kong et al. (1987) pada sarang walet ditemukan potensi mitogenik, dan terbukti memiliki epidermal growth factor yang menstimulasi sintesis DNA pada fibroblas. Penelitian Kyung (2012) ekstrak sarang burung walet dapat meningkatkan proliferasi dari stem cell yang diambil dari

16 6 jaringan adiposa manusia. Sialic Acid mewakili keluarga molekul gula dengan struktur kimia yang unik dan sangat bervariasi dan sering ditemukan dalam posisi terminal rantai oligosakarida pada permukaan sel dan molekul yang memungkinkan mereka untuk berperan dalam beberapa fungsi biologis penting (Schauer dan Traving, 1998). Sarang burung walet juga kaya akan glycosaminoglycan yang mirip dengan extracellular matrix (Nakagawa, 2007). Sarang burung walet sudah lama dikenal dalam pengobatan tradisional di China dan diklaim merupakan obat antiaging atau awet muda. Walaupun demikian belum banyak bukti ilmiahnya. Untuk itu diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek mitogenik dari sarang burung walet untuk aplikasi pada penyembuhan luka. Dari penelitian yang dilakukan oleh Irma pada tahun 2014 dilakukan pemberian ekstrak sarang burung walet topikal 10% untuk luka pada kulit mencit dalam bentuk krim. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemberian krim ektrak sarang burung walet 10% pada luka kulit mencit tidak menunjukkan peningkatan neovaskularisasi, tetapi terlihat adanya peningkatan epitelisasi. Hasil yang tidak signifikan ini bisa dibebabkan karena agen pembawa tidak dapat menghantarkan bahan aktif secara maksimal ke jaringan luka atau karena konsentrasi ekstrak sarang burung walet yang tidak optimal. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai agen pembawa dan konsentrasi ekstrak sarang burung walet untuk membantu proses penyembuhan luka diabetes (Irma et al., 2014). Pada

17 7 penelitian pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2016 mengenai konsentrasi ekstrak sarang burung walet yang optimal untuk membantu proses penyembuhan luka diabetes didapatkan konsentrasi ekstrak sarang burung walet 40% memberikan hasil yang paling signifikan dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak sarang burung walet 10% dan 20% (Quivedo, 2016). Gel adalah suatu kompleks hidrofilik organik, mengandung kandungan air yang cukup tinggi, sedangkan krim merupakan suatu komposisi yang mengandung minyak. Pada luka, dimana kulit yang mengandung minyak sudah rusak maka penyerapan akan lebih baik jika menggunakan sediaan yang hidrofilik. Sediaan dalam bentuk minyak dapat menghambat oksigenasi yang diperlukan oleh luka untuk proses penyembuhan. Gel dapat menyerap cairan dalam jumlah kecil, selain itu gel juga berguna untuk menjaga kelembaban luka, sehingga dapat membantu proses autolytic debridement. Gel juga dapat membantu granulasi dan epitelisasi serta menurunkan temperatur luka sekitar 5 o C (Soods et al., 2014) Pemberian gel sarang burung walet secara topikal pada luka penderita diabetes diharapkan mampu meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan luka sehingga dapat menurunkan angka morbiditas akibat komplikasi yang ditimbulkan. Hal ini sebagai salah satu tindakan anti-aging yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

18 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus dapat meningkatkan neovaskularisasi? 2. Apakah pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes mellitus dapat meningkatkan jumlah sel fibroblas? 3. Apakah pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus meningkatkan epitelisasi? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas pemberian gel ekstrak sarang burung walet pada proses penyembuhan luka diabetes Tujuan Khusus 1. Membuktikan pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus dapat meningkatkan neovaskularisasi. 2. Membuktikan pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus dapat meningkatkan jumlah sel fibroblas.

19 9 3. Membuktikan pemberian gel ekstrak sarang burung walet 40% secara topikal pada jaringan luka tikus diabetes melitus dapat meningkatkan epitelisasi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah a. Hasil penelitian dapat membuktikan bahwa pemberian gel ekstrak sarang burung walet secara topikal dapat memperbaiki kualitas proses penyembuhan luka pada tikus dengan diabetes mellitus. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai gel ekstrak sarang burung walet topikal yang diduga dapat meningkatkan neovaskularisasi, jumlah fibroblas dan epitelisasi yang lebih baik pada luka tikus dengan diabetes melitus. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut Manfaat Praktis Dapat digunakan sebagai pengobatan untuk memperbaiki proses penyembuhan luka pada diabetes melitus setelah terbukti melalui uji klinis.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : dr. Nani Widjaja NIM : 1490751072 PROGRAM STUDI : ILMU BIOMEDIK JUDUL TESIS :PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berdasarkan penelitian epidemiologi, Word Healty Organitation (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes mellitus di atas umur 20 tahun berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

PENGARUH SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU

PENGARUH SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU PENGARUH SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa sinensis Linn.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR DENGAN DIABETES MELLITUS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER Doni Surya; 2016 Pembimbing I Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Luka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu cenderung lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA Fredrica, 2016. Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr.,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH BUBUK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DALAM MEMPERSINGKAT DURASI PENYEMBUHAN LUKA MENCIT Swiss Webster JANTAN MODEL DIABETES MELITUS Agustian Ibrahim, 2011 Pembimbing I : Dr. Sugiarto

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, stem sel telah menjadi topik utama pembicaraan banyak ilmuwan, ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang menyusunnya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia) DAN AKAR PURWOCENG (Pimpinella pruatjan) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR JANTAN MODEL HIPERGLIKEMI

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI ABSTRAK PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa) DAN EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzigium polyanthum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR Balb/C YANG DIINDUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA ABSTRAK PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA L. (MENGKUDU) SECARA ORAL PADA MUKOSA LABIAL TIKUS WISTAR Luka adalah hal yang wajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit. tidak menular yang sering terjadi di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit. tidak menular yang sering terjadi di masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi di masyarakat belakangan ini, kemungkinan karena terjadi perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) DALAM MENGURANGI NEKROSIS HEPATOSIT TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI CCl 4 Gregorius Enrico, 2009 Pembimbing

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK KULIT BATANG SAGA TELIK (ABRUS PRECATORIUS LINN.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN ALLOXAN

EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK KULIT BATANG SAGA TELIK (ABRUS PRECATORIUS LINN.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN ALLOXAN EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK KULIT BATANG SAGA TELIK (ABRUS PRECATORIUS LINN.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN ALLOXAN INTAN PERMATASARI SUPRAPTO 2443005002 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Vincent Halim, 2008; Pembimbing I : Ellya Rosa Delima.dr., M.Kes Pembimbing II : Rosnaeni, dra., Apt.

ABSTRAK. Vincent Halim, 2008; Pembimbing I : Ellya Rosa Delima.dr., M.Kes Pembimbing II : Rosnaeni, dra., Apt. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Vincent Halim, 2008; Pembimbing I : Ellya Rosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Dimpuulina Erna M, 2011 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng Dra., M.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN Linda Lingas, 2016 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL ALSTONIA SCHOLARIS (KULIT KAYU PULAI) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN

EFEK EKSTRAK ETANOL ALSTONIA SCHOLARIS (KULIT KAYU PULAI) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL ALSTONIA SCHOLARIS (KULIT KAYU PULAI) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Yovita Stevina, 2009. Pembimbing : Diana Krisanti

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR

PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN Brilian Segala Putra, 2009; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes ABSTRAK EFEK INFUSA BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill), KUMIS KUCING (Orhtosiphon spicatus Backer), SERTA KOMBINASINYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Gede Mahatma,2010;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka ABSTRAK Luka di dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan pembedahan. Proses penyembuhan luka dapat secara alami, dan dapat dipercepat dengan bantuan obat-obatan, dalam bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp.) PADA TIKUS PUTIH GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp.) PADA TIKUS PUTIH GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp.) PADA TIKUS PUTIH GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN, Ratih Pratiwi Sari, Riza Alfian Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email:

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN Utarini Eka Putri, 2009. Pembimbing : Diana Krisanti Jasaputra,

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENURUNAN EKSPRESI TNF-α DAN PENINGKATAN JUMLAH PEMBULUH DARAH PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK GARDENIA JASMINOIDES (Penelitian Eksperimental dengan menggunakan binatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUAH PARE

PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUAH PARE ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordicae Fructus) TERHADAP JUMLAH SEL BETA PANKREAS DENGAN PEMBANDING JAMU D PADA MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN Ella Melissa Lawanto, 2009.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis, Park. Fsb.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Elizabeth Tanuwijaya, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.

Lebih terperinci

GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN

GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN ABSTRAK GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri) MENINGKATKAN EPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT TIKUS (Rattus norvegicus) PUTIH JANTAN WISTAR Luka pada kulit mengakibatkan hilangnya sebagian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT INDUKSI EKSTRAK ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP EKSPRESI IFN-γ PADA RADANG KRONIS INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT Background : Wound is a

Lebih terperinci

EFEK KOMBINASI HERBA JOMBANG

EFEK KOMBINASI HERBA JOMBANG ABSTRAK EFEK KOMBINASI HERBA JOMBANG (Taraxacum officinale Weber Et Wiggers) DAN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP REAKSI INFLAMASI PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster DENGAN DERMATITIS ALERGIKA

Lebih terperinci

EFEK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU

EFEK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU ABSTRAK EFEK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcocarpa (Scheff) Boerl) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MENCIT GALUR Swiss Webster

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam dekade terakhir. Minat penelitian tersebut dipicu oleh kemampuan sel punca untuk berdiferensiasi,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (TINOSPORAE CAULIS) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR BALB/C YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (TINOSPORAE CAULIS) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR BALB/C YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (TINOSPORAE CAULIS) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR BALB/C YANG DIINDUKSI ALOKSAN Natalia Cristyawati, 2007. Pembimbing I : Hana Ratnawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang BAB 1 PENDAHULUAN Gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan praktis, seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih ini menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap pola perilaku di masyarakat,

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS

AKTIVITAS ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS AKTIVITAS ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L) DAN EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodya pendens) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN SKRIPSI Skripsi diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ANGSANA

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ANGSANA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DI INDUKSI ALOKSAN DAN PERBANDINGANNYA DENGAN JAMU

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu keadaan metabolik abnormal, ditandai oleh intoleransi glukosa akibat kerja insulin tidak adekuat (Underwood, 1999). Berbagai penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Sriyani Indah Simanjuntak Pembimbing I : dr. Diana Krisanti Jasaputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya

Lebih terperinci

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. ii ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid Pet terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN ABSTRAK PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN Rahman Abdi Nugraha, 2015. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diderita. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat penuaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. diderita. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat penuaan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH NORMAL PADA MANUSIA

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH NORMAL PADA MANUSIA ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH NORMAL PADA MANUSIA Tommy Wibowo, 2013, Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, 2004 menyatakan Indonesia menempati urutan ke 4 di dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah / hiperglikemia. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI 120100185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam.) TERHADAP KADAR BILIRUBIN TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI CCL 4 Andre Setiawan Iwan, 2009. Pembimbing I : Hana

Lebih terperinci

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.). ABSTRAK Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme. Gangguan atau kerusakan pada struktur anatomi kulit dengan hilangnya fungsi yang berturut-turut

Lebih terperinci