9 tradisional, yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi; dan (3) musik populer, dibawakan oleh kalangan profesional, disebarkan melalui media elekt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "9 tradisional, yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi; dan (3) musik populer, dibawakan oleh kalangan profesional, disebarkan melalui media elekt"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam landasan teori ini, penulis akan membahas dan menjelaskan beberapa teori yang berhubungan atau berkaitan dengan masalah pokok yang akan an dibahas berdasarkan studi kepustakaan yang penulis telaah: 2.1. Musik Sebagai Saluran Komunikasi Massa Musik adalah bentuk seni yang melibatkan penggunaan bunyi secara terorganisir melalui kontinum waktu tertentu. Musik memainkan peran dalam tiap masyarakat, memiliki sejumlah besar gaya, dan tiap gaya merupakan ciri dari wilayah geografis atau sebuah era sejarah. Namun ada area perbatasan yang tak jelas antara musik dengan seni berdasarkan bunyi lainnya seperti puisi. Maka dari itu, masyarakat memiliki pendapat berbeda-beda mengenai musikalitas dari berbagai macam bunyi. Karenanya, irama berulang, gaya bernyanyi yang separo berbicara atau teks bunyi yang diciptakan program komputer bisa diterima sebagai musik oleh sebuah masyarakat atau kelompok, dan bisa juga tidak. Ada bermacam-macam tingkat seni musik yang mungkin ada. Dalam tingkatan seni musik kita sendiri, ada tingkatan berikut ini: (1) musik klasik, digunakan dan dimainkan oleh kalangan profesional terlatih, yang awalnya ada dibawah lindungan kaum bangsawan dan lembaga religius; (2) musik 8

2 9 tradisional, yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi; dan (3) musik populer, dibawakan oleh kalangan profesional, disebarkan melalui media elektronik (radio, televisi, album rekaman, film) dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Namun, batasan antarstrata ini tidak jelas, misalnya, melodi dari wilayah musik klasik terkadang diambil oleh komunitas musik tradisional dan pop, dan sebaliknya. 11 Jamalus berpendapat bahwa musik adalah karya seni bunyi berbentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. 12 Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia musik adalah bunyibunyian (terutama bunyi-bunyian barat). 13 Musik termasuk dalam komunikasi massa yang cara penyampaiannya melalui media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi masa tidak menghasilkan feed back ( umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu: (1) jumlah besar, (2) antara individu, 11 Marcel Danesi, loc.cit 12 Moh. Mottaqin, Dan Kustap, Seni Musik Klasik, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm 664

3 10 tidak ada hubungan/organisatoris,dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda. 14 Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. 15 Komunikasi massa pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Hadirnya media baru seperti internet perspektif pandangan yang baru terhadap komunikasi massa. Kenyataan menunjukan bahwa pengguna internet memiliki peluang untuk memberikan tanggapan atau umpan-balik secara segera. 16 Maka penulis menyimpulkan bahwa musik merupakan saluran komunikasi massa karena didalam musik terdapat pesan-pesan yang akan 14 Franciscus Theojunior Lamintang, Pengantar Ilmu Broadcasting & Cinematography, In Media, Jakarta, 2013, hlm Elvinaro Ardianto, loc.cit, hlm 3 16 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta, 2007, hlm 16

4 11 disampaikan kepada khalayak dan cara penyampaiannya seringkali melalui media massa seperti televisi, radio, dan internet Media Massa Media massa adalah media yang digunakan untuk penyampaian pesan kepada khalayak dalam jumlah besar atau sering disebut massa. Secara etimologis kata Media berasal dari bahasa Latin Medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tau dengan kata lain media adalah alah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Sedangkan massa merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris mass, yang artinya massa atau jumlah besar dan sering diartikan dengan massa, rakyat, atau masyarakat. Dengan kata lain massa merupakan masyarakat atau publik, dalam hal ini penerima pesan media. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Burhan Bungin, 2006:72). Seperti yang dikatakan oleh Lasswell, media digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, terlebih apabila pesan yang

5 12 disampaikan oleh komunikator itu akan disampaikan kepada khalayak yang berjauhan atau dalam jumlah yang banyak. 17 Fungsi utama media massa bagi individu: (Denis McQuail, 1972) a. Informasi 1. mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. 2. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. 3. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. 4. Belajar, pendidikan diri sendiri. 5. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. b. Identitas Pribadi 1. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. 2. Menemukan model perilaku. 3. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). 4. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. c. Integrasi dan Interaksi Sosial 1. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial. 2. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. 17 Rini Darmastuti, Media Relations Konsep, Strategi, & Aplikasi, C.V Andi Offset, Yogyakarta, hlm 57-58

6 13 3. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. 4. Memperoleh teman selain diri manusia. 5. Membantu menjalankan peran sosial. 6. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanakkeluarga, teman dan masyarakat. d. Hiburan 1. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. 2. Bersantai dan mengisi waktu luang. 3. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. 4. Penyaluran emosi. 5. Membangkitkan gairah seks Lirik Lagu Sebuah lagu tanpa lirik, pastilah kurang karena nyawa sebuah lagu adalah alah lirik yang di buat oleh pencipta lagu. Lirik Lagu merupakan ekspresi seseorang seorang tentang suatu hal yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya. Dalam mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pencipta Lagu melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan bahasa ini dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun penyimpangan makna kata dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar 18 Rosmawaty H.P, Mengenal Ilmu Komunikasi, Widya Padjadjaran, Bandung, 2010, Hlm

7 14 semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pengarangnya (Awe, 2003, p.51). Definisi lirik atau syair Lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya. Hal serupa juga dikatakan oleh Jan van Luxemburg (1989) yaitu definisi mengenai teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyansemboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa. 19 Sedangkan lagu tanpa musik juga terdengan kurang sempurna, karena lagu dan musik adalah unsur yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Secara mendasar musik dapat dikatakan suatu kelompok bunyi-bunyian terdiri dari beberapa berapa alat mengeluarkan suara dengan irama yang di rangkai yang bertujuan menimbulkan suatu bunyi berirama yang harmonis dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Sedangkan pengertian Lagu adalah : ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya). 20 Dari tersebut diatas penulis simpulkan bahwa lirik lagu adalah alah sesuatu yang saling berkaitan satu sama lain Pemaknaan Heroisme Istilah makna memang merupakan istilah yang membingungkan. Maka itu, batasannya pun bisa macam-macam. Bahkan, didalam bukunya The Meaning of Meaning, Ogden dan Richards mencatat tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Tapi, menurut Aubrey Fisher, definisi langsung 19 Diakses Pada Tanggal 20 maret 2015 pukul 11:00 WIB 20 Anton M. Moebilo, loc.cit

8 15 tentang konsep makna bukanlah permasalahan. Kita, kata Fisher, dibiarkan dengan penafsiran makna yang berbeda, seringkali dalam bentuk aturan kaitan (correspondence rules) atau definisi operasional, dan tidak mencapai konsensus yang jelas tentang hakikat konsep makna tersebut (Fisher, 1986: ). 21 Dahulu gelar pahlawan atau disebut juga heroisme diberikan kepada siapa saja yang mati dimedan peperangan, baik mati karena membela bangsa, negaranya, maupun agamanya. Namun di era modern ini julukan heroisme menjadi lebih luas tidak ada batasan yang jelas. Misalkan saja seorang guru dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa. Secara umum pahlawan dapat diartikan seseorang seorang yang telah mengorbankan waktu, materi, jasa, bahkan nyawa untuk kebaikan sesama. 22 Heroisme merupakan tindakan seseorang yang mempunyai keberanian yang sangat luar biasa, perjuangannya dalam membela kebenaran dan keadilannya. Di Indonesia ada banyak sosok yang melakukan tindakan Heroisme, keberaniannya rela mengorbankan jiwa dan raganya hanya untuk membebaskan bangsa Indonesia dari para penjajah. 23 Nilai-nilai kepahlawanan adalah keberanian, toleransi, dan kesediaan berkorban. Kepahlawanan melibatkan kesediaan mengambil resiko. Pahlawan 21 Alex Sobur, Ibid, hlm Diakses pada tanggal 21 maret 2015 pukul 12:10 WIB 23 Tony Buzan, loc.cit

9 16 merasakan kewajiban terhadap sesuatu yang lebih dari pada sekedar mengejar kebahagiaan diri. 24 Heroisme dapat mendatangkan efek positif yaitu menguatkan karakter tegas dalam cerita anda. Jika tidak pernah sekalipun bertindak heroik bisa dipastikan mental orang tersebut dengan mudah, tertekan, lain halnya dengan orang yang sudah biasa bertindak heroik. 25 Dari ulasan diatas, penulis menyimpulkan makna heroisme atau kepahlawanan adalah suatu individu yang secara fisik sama dengan individu lainnya, namun memiliki keberanian yang luar biasa untuk mencapai tujuan, memperjuangkan sesuatu, atau pun keberanian mengorbankan waktu, materi, jasa, a, bahkan nyawanya untuk suatu kebaikan Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16). Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik infrensial (Sinha, dalam Kurniawan, 2001:49). Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Sedangkan 24 Simon Sebag Montefiore, Pahlawan Dalam Sejarah Dunia, Erlangga, Jakarta, 2008, hlm 6 25 Nugroho Tejo Mukti, loc.cit

10 17 definisi semiotika menurut Van Zoest: Ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya oleh mereka yang mempergunakannya. 26 Sedangkan menurut Rachmat Kriyanto Semiotika adalah Ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segalanya yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. 27 Menurut Alex Sobur, semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap memiliki sesuatu suatu yang lain. 28 Semiologi menurut saussure seperti dikutip Hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem 26 Alex Sobur, Ibid, hlm Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm Alex Sobur, Ibid, hlm 95

11 18 pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda disana ada sistem. 29 Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ilmu filsafat dan logika penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. 30 Dari pengertian-pengertian diatas, penulis mengartikan semiotika adalah alah ilmu yang mempelajari tentang tanda yang berisi informasi dan bersifat komunikatif, baik tanda secara individu, maupun kelompok, yakni sebagai suatu sistem tanda untuk merujuk kepada suatu hal. Ada pun penulis mengambil analisis semiotika karena, dengan menggunakan semiotika, kita dapat memaknai suatu kejadian atau peristiwa melalui tanda-tanda yang ada seperti simbol atau bahasa. Sebab tanda dan bahasa mampu menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi. Seperti yang diketahui dalam berkomunikasi, kita sering menggunakan tanda (sign) untuk memperkuat pesan komunikasi kita. Oleh karena itu semiotika digunakan untuk menganalisis isi media. Karena pesan dalam media mengandung berbagai tanda yang memiliki makna atau pesan tertentu yang perlu dimaknai guna mengetahui maksud dari isi pesan tersebut. 29 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Jakarta, 2008, hlm Sumbo Tinarbuko, Ibid, hlm 16

12 19 Dalam penelitian yang menggunakan analisis semiotika terdapat tiga model analisis semiotika yang populer yang dapat diterapkan. Model-model tersebut diantaranya: Pragmatisme Charles Sander Peirce, Teori Tanda Ferdinand Saussure, dan Semiologi dan Mitologi Roland Barthes. Namun dalam melakukan penelitian ini penulis hanya menggunakan pemikiran Charles Sander Peirce saja. Karena disini penulis ingin mengungkap makna yang tersembunyi didalam lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran, sehingga nantinya penulis dapat menemukan makna sebenarnya yang terdapat pada lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran tersebut Semiotika Charles Sander Peirce Charles Sander Peirce adalah seorang fisuf yang ahli logika berkebangsaan Amerika. Peirce sangat terkenal dengan teori tandanya, dan sering di pandang sebagai semiotika Amerika. Peirce mengusulkan kata semiotika sebagai sinonim dari logika. Menurut Peirce, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang di tampilkan oleh alam semesta. Kita mempunyai kemungkinana yang luas dalam keanekaragaman tanda ; diantaranya tanda

13 20 tanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya ketegori." 31 Tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batasan-batasan tertentu (Eco, 1979:59). Tanda akan selalu mengacu kesesuatu yang lain, oleh peirce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dari penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground,, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat hubungan ketiga unsur yang dikemukakan peirce terkenal dengan segitiga semiotik. 32 Peirce lebih jauh menjelaskan bahwa tipe-tipe tanda seperti ikon, indeks, dan symbol memiliki nuansa-nuansa yang dapat dibedakan. Ikon sesuatu suatu melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya, indeks sesuatu melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya, symbol sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. 33 Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik. 31 Alex Sobur, Ibid, hlm Sumbo Tinarbuko, Ibid, hlm Alex Sobur, Ibid, hlm 98

14 21 Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi stukrutual dari semua sistem penandaan. 34 Rachmat Kriyanto dalam bukunya Teknik Praktis Riset Komunikasi, mengutip Charles Sanders Pierce yang mengatakan semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang disebut teori segitiga makna atau triangle meaning. Elemen ini terbagi atas: - Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek. - Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. - Pengguna Tanda (Interpretant) Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. 35 Segi tiga makna (triangle meaning) yang terdiri dari sign (tanda), object (objek), dan interpretant (interpretant). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang 34 Alex Sobur, Ibid, hlm Rachmat Kriyanto, Op. cit, hlm 263

15 22 tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. yang dikupas dari teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan sebagai tampak dalam gambar berikut (Fiske, 1990:42): 90:42): 36 SIGN INTERPRETANT OBJECT Gambar 2.1 : Elemen makna Peirce Model Semiotika Makna Charles Sander Peirce (triangle meaning) Apabila dikatakan dengan penelitian penulis, maka segitiga makna yang didapat dapat sebagai berikut: 36 Alex Sobur, Ibid, hlm

16 23 SIGN Lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran INTERPRETANT Pola pemikiran Iwan Fals sebagai pencipta lagu OBJEK Heroisme Gambar 2.2 Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant dalam Lirik Lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran (triangle of meaning) Segitiga makna merukapan Triadik, seperti apa yang dikutip dalam buku Alex Sobur Semiotika Komunikasi : Bagi Pierce, tanda is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut-sebut ground konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm 41

17 24 Penulis menggunakan semiotika model Charles Sander Peirce karena Peirce mengupas tentang bagaimana makna heroisme muncul dari sebuah tanda dan tanda tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Dengan menggunakan teori segitiga makna, peneliti dapat menjelaskan kembali lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran berdasarkan tanda atau simbol yang tersembunyi dalam lirik lagu tersebut. Melalui tanda (sign) yang muncul dalam lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran, kemudian tanda tersebut akan an dikaji kembali dengan cara mempelajari dan mengkaitkan tanda tersebut dengan objek (object) yang terhubung dengan tanda dan masalah yang ada dalam penelitian ini. Sehingga nanti akan didapatkan hasil berupa makna heroisme yang diinterpretasikan dalam tanda tersebut (interpretant) Tanda dan Makna Dalam buku Marcel Denis yang berjudul pesan,tanda, dan makna; tanda adalah segala sesuatu warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus matematika, dan lain-lain yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain dirinya. inya. Kata red,, seperti yang kita lihat, dikategorikan sebagai tanda karena ia bukan merepresentasikan bunyi r-e-d yang membangunnya, melainkan sejenis warna dan hal lainnya. 38 Atas dasar hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. 38 Marcel Denis, Ibid, hlm 6

18 25 1. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Kata keras menunjukkan kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan. 2. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. 3. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. 39 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). 1. Ikon Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. 2. Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Didalam indeks, hubungan antara 39 Alex Sobur. Op.cit., hal 41

19 26 tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contohnya jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat disana, ketukan pintu merukan indeks dari kehadiran seseorang tamu dirumah kita. 3. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvensional sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda- tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana ini. Gambar 2.3 Tabel 2.1. Jenis Tanda dan Cara Kerja 40 Jenis Tanda Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja Ikon - persamaan (kesamaan) Gambar, foto, - dilihat - kemiripan dan patung Indeks - hubungan sebab - asap ---api - akibat - gejala --- diperkirakan - keterkaitan peyakit Simbol - konvensi atau - kesepakatan sosial - kata-kata - isyarat - dipelajari Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign, atau dicisign, dan argument. 40 Indiwan Seto Wahyu Widodo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm 18-19

20 27 1. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata. 2. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. 3. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya, seseorang berkata gelap, orang itu berkata gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. 41 Sedangkan makna, sebagaimana dikemukakan oleh Fisher, merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Dari mana datangnya makna? makna ada dalam diri manusia, kata DeVito. Menurutnya makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita, lanjut DeVito, menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang kita ingin komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksud. Demikian pula, makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Bagi orang awam untuk memahami makna kata tertentu ia dapat mencari kamus, sebab didalam kamus terdapat makna yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari, orang sulit menerapkan makna yang 41 Alex Sobur. Op.cit., hal 42

21 28 terdapat dalam kamus, sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada dalam satuan kalimat. Dengan kata lain, setiap kata kadang-kadang mempunyai makna luas. Itu sebabnya kadang-kadang orang tidak puas dengan makna kata yang tertera didalam kamus. Banyak jenis makna yang dikemukakan para ahli, pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna kata yang bersifat konotatif.. Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut kata denotatif,, atau maknanya disebut makna denotatif,, sedangkan makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum, dinamakan makna konotatif atau konotasi. 1. Makna denotatif Disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau proposisional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna ini menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak membicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindera (kesadaran) dan radio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau

22 29 pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata. 2. Makna konotatif Disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senag-tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar, dipihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama Kerangka Pemikiran Beragam media komunikasi masa, musik merupakan salah satu dari media yang dapat digunakan sebagai komunikasi masa, dalam komunikasi dengan menggunakan musik. Sorang musisi dapat menyampaikan pesannya dalam benyuk ungkapan perasaan, pendapat, bahkan kritikan. Karna dalam setiap lagu terdapat makna yang ingin di sampaikan kepada khalayak. Musik bukan haya sekedar nyanyian yang menghibur saja, tetapi seorang musisi dapat berkomunikasi dengan para pendengarnya. Berdasarkan permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini. Mengenai lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran. Maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut: 42 Alex Sobur, Ibid, hlm 19-27

23 30 Lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran Teori Segitiga Makna Charles Sanders Pierce SIGN OBJECT INTERPRETANT Makna Heroisme dalam lirik lagu Iwan Fals Sore Tugu Pancoran" Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan

Lebih terperinci

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana eksistensi manusia direpresentasikan melalui penggambaran dalam film Life

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Media massa merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat Kualitatif. Metode ini adalah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Foto jurnalistik sangat penting dalam menunjang pemberitaan dalam sebuah situs media online maupun surat kabar dan media lainnya. Seorang fotografer mempunyai

Lebih terperinci

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG ALFIAN NUR 41807056 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG LATAR BELAKANG Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, actual, informative dan lain sebagainya. Sebuah foto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualtatif.penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku tentang kejadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku tentang kejadian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna Pesan Dalam Komunikasi 2.1.1. Definisi pesan Pesan merupakan peristiwa simbolis yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

43 Pengertian Paradigma selanjutnya dijelaskan :Penulisan menggunakan paradigma konstruksivis untuk mengetahui pendapat para komunitas maupun penikmat

43 Pengertian Paradigma selanjutnya dijelaskan :Penulisan menggunakan paradigma konstruksivis untuk mengetahui pendapat para komunitas maupun penikmat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu bagaimana komunikasi narsisme agnezmo direpresentasikan dalam akun instagram @Agnezmo. Maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Paradigma Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat dihadapkan pada banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut Communication berasal dari bahasa Latin Communicare yang artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode Analisis Semiotik dengan paradigma konstruktivitis. Yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma kontruktivist sebagai interpretatif menolak obyektifitas. Obyektifitas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka anda haruslah mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan adanya motivasi

BAB I PENDAHULUAN. maka anda haruslah mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan adanya motivasi 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bilamana anda ingin meraih suatu mimpi anda yaitu menjadi orang sukses, maka anda haruslah mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan adanya motivasi yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon ( dalam Moleong, 2004: 49 ), Paradigma adalah cara mendasar untuk persepsi berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan kelonggaran dalam pendirian perusahaan pers, serta dihapusnya penyensoran, pembredelan atau

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir berdasarkan fakta atau gejala hasil interpretasi. Kuhn mendefinisikan paradigma merujuk pada teori yang

Lebih terperinci

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya imajinasi yang menggambarkan kehidupan bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat. Hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma berpikir dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yang memandang bahwa kehidupan sosial bukanlah sebuah realita yang natural akan tetapi hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disini dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Denzin & Lincoln (1998:105) mendefinisikan paradigma sebagai sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti, tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan mutlak yang dilakukan seluruh umat manusia selama mereka masih hidup di dunia, karena manusia sebagai makhluk sosial perlu saling melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas

Lebih terperinci

Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan

Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan Prosiding Hubungan Masyarakat ISSN: 2460-6510 Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan Augusto Ardy Anggoro Bidang Kajian Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung

Lebih terperinci

Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi. Alimuddin A. Djawad STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam, Komp. H.

Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi. Alimuddin A. Djawad STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam, Komp. H. Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi Alimuddin A. Djawad STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning). Ketika kita berkomunikasi dengan orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu konflik kemanusiaan yang berujung kepada perang atau tindak

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu konflik kemanusiaan yang berujung kepada perang atau tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu-isu konflik kemanusiaan yang berujung kepada perang atau tindak kekerasan tidak hanya terjadi di zaman dulu. Di era zaman modern seperti sekarang, isu-isu perang

Lebih terperinci

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan pendekatan paradigma kritis, gagasan utama teori kritis ialah bahwa tidak ada sebuah kebetulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Lazimnya manusia mulai dari lahir sudah ditakdirkan untuk berkomunikasi, karena komunikasi merupakan hak lahiriah dari setiap individu. Komunikasi sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian kualitatif merupakan proses penelitian dan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci