BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya tersebut, akuntan juga dihadapkan pada situasi dilematis terutama

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan merupakan salah satu profesi yang memberikan jasa profesionalnya kepada pihak yang berkepentingan, baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan, termasuk pemerintahan. Dalam pemberian jasa profesionalnya tersebut, akuntan juga dihadapkan pada situasi dilematis terutama pada proses pengambilan keputusan. Graffikin dan Lindawati (2012) mengemukakan bahwa dilema pada akuntan dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan. Di satu sisi, akuntan ingin memberikan layanan sesuai dengan kepentingan klien, namun di sisi lain, terdapat nilai etika dan kode profesional yang juga harus dipenuhi. Brooks (2007) menyatakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan, adalah penting untuk menghindari adanya konflik kepentingan yang dapat terjadi untuk menjaga independensi. Telah banyak kasus pelanggaran etika di Indonesia yang dilakukan oleh profesi akuntan. Pelanggaran tersebut beragam bentuknya dan memiliki dampak, baik terhadap shareholder maupun stakeholder. Banyaknya kasus pelanggaran etika dapat dilihat dari berbagai macam pemberitaan, seperti kasus yang menjerat pada PT Telkom, PT Kereta Api Indonesia, PT Kimia Farma, dan lain sebagainya (Bachtiar, 2012). Kasus-kasus etika tersebut pada kenyataannya tetap terjadi walaupun IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) telah mencanangkan kode etik profesi bagi akuntan. Untuk merespon situasi tersebut, perlu adanya sensitivitas etis yang berfungsi untuk melatih kemampuan dalam mengakui adanya muatan etika ketika 1

2 sebuah persoalan ditemui (Shaub, 1993). Sensitivitas etis berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang etis, sehingga diharapkan individu dapat lebih peka dalam menghadapi kasus dan isu bermuatan etis. Akuntan, yang juga berisiko akan adanya masalah pelanggaran etika, tentu juga berkewajiban untuk meningkatkan kepekaan atau sensitivitas etis. Personal value merupakan dasar dalam pembentukan motivasi, yang berisi tujuan yang luas dengan tidak terbatas dalam konteks dan waktu (Bardi dan Schwartz, 2003). Personal value tersebut bermanfaat untuk memotivasi seseorang dalam mencapai segala tujuan dalam hidupnya. Rosenberg (1957) dalam Nisa (2015) menyatakan bahwa nilai dapat bersumber dari macro sense dan micro sense. Micro sense adalah hal yang berkaitan dengan diri seseorang seperti usia, jenis kelamin, agama, keluarga, kelas ekonomi sosial, dan perbedaan microcultural pada sistem nilai. Bigbee (2011), mahasiswa S3 Universitas George Mason melakukan sebuah penelitian terhadap case managers di Amerika. Dari penelitian Bigbee (2011), dihasilkan kesimpulan bahwa terdapat tiga sumber personal value yang dominan dalam diri seseorang, yaitu pendidikan, nilai keluarga, serta agama. Kelemahan dari penelitian Bigbee (2011) adalah kurangnya pemaparan secara mendetail mengenai pendidikan yang dimaksud. Oleh karena itu atas dasar kelemahan tersebut peneliti berniat untuk menggunakan hanya dua saja dari tiga sumber personal value. Variabel independen pertama yang penulis gunakan adalah mengenai agama. Inti dari agama adalah religiositas (Hardjana, 2005). Terdapat beberapa penelitian yang mendukung hubungan antara religiositas terhadap kepribadian 2

3 (e.g. Saroglou, 2002; Vitell dan Paolilo, 2003; Johnstone et al., 2012). Johnstone et al. (2012), melakukan analisis cross-sectional terhadap NEO-FFI (NEO-Five Factor Inventory) pada 160 individu dengan lima agama yang berbeda, yaitu Budha, Katolik, Yahudi, Muslim dan Protestan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa religiositas menunjukkan hubungan yang signifikan dengan dengan extraversion secara positif serta neuroticism dan conscientiousness secara negatif. Hasil yang tidak jauh berbeda juga terdapat pada review meta analisis Saroglou (2002) yang mengasosiasikan religiositas terhadap komponen FFM (Five Factor Model). Hasilnya, religiositas berkorelasi dengan psychoticism yang rendah, agreeableness, conscientiousness, serta extraversion yang tinggi dan pada akhirnya mencerminkan stabilitas emosional. Penelitian dari sudut pandang yang berbeda terdapat pada Vitell dan Paolilo (2003) yang menemukan bahwa religiositas dapat mempengaruhi idealisme dan relativisme, yang pada akhirnya menentukan keyakinan etis secara tidak langsung. Penelitian Vitell dan Paolilo (2003) dilakukan dalam bidang pemasaran (sisi konsumen) namun memberikan gambaran bahwa kepribadian dapat menjadi mediator antara religiositas dan sensitivitas etis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa religiositas menentukan namun secara tidak langsung terhadap sensitivitas etis seorang konsumen. Dalam hal nilai keluarga, Pervin dan John (2001) mengemukakan bahwa terbentuknya kepribadian dapat didukung oleh faktor lingkungan, diantaranya terdiri dari faktor budaya, kelas sosial, keluarga, teman sebaya dan situasi. Setiap individu sudah sepantasnya membutuhkan nilai dari keluarganya termasuk dalam bentuk dukungan sosial. Caplan (1975) dalam Seers et al. (1983) mengungkapkan 3

4 bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong orang lain yang termanifestasi ke dalam tiga bentuk, yaitu pertama, pemberian perhatian dan afeksi serta pemeliharaan yang membantu mempertahankan harga diri individu; kedua, bantuan informasi dan bimbingan dalam memecahkan masalah; dan yang terakhir dukungan dalam bentuk penilaian atau umpan balik. Penelitian lain yang sering dilakukan adalah mengenai faktor personal dihubungkan dengan sensitivitas etis, seperti penelitian Patterson (2001) dengan hasil hubungan positif namun tidak signifikan. Selain itu, Hadjichalarambous & Shi (2014), menyatakan bahwa personality dengan tiga atribut yang dipakainya, yaitu compliance, detached dan aggressiveness menghasilkan hubungan negatif (compliance), dan hubungan positif (detached dan aggressiveness) terhadap sensitivitas etis. Faktor personal tersebut dapat dikaitkan dengan pembentukan sikap, dan sikap tersebut dapat dilihat dari kepribadian. Penelitian ini akan menguji kembali beberapa penelitian terdahulu dengan modifikasi hubungan diantara keempat variabel tersebut sekaligus (religiositas, nilai keluarga, kepribadian, dan sensitivitas etis) dengan menjadikan kepribadian sebagai variabel pemediasi. Peneliti tertarik untuk menjadikannya bahan penelitian karena termotivasi untuk lebih mempelajari etika secara mendalam. Selain itu, belum pernah ada penelitian yang menggunakan kedua variabel independen tersebut sekaligus, dihubungkan dengan sensitivitas etis dengan kepribadian sebagai variabel pemediasi. Kedua variabel independen tersebut dipakai dalam rangka menangkap fenomena yang terjadi dalam pembentukan keputusan yang lebih beretika. 4

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka peneliti mengidentifikasi beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah religiositas berpengaruh terhadap kepribadian? 2. Apakah nilai keluarga berpengaruh terhadap kepribadian? 3. Apakah religiositas dan nilai keluarga berpengaruh terhadap sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi? 4. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi? 5. Apakah kepribadian memediasi hubungan antara religiositas dan nilai keluarga dengan sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, peneliti bertujuan untuk menguji mengenai: 1. Pengaruh religiositas terhadap kepribadian. 2. Pengaruh nilai keluarga terhadap kepribadian. 3. Pengaruh religiositas dan nilai keluarga terhadap sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi. 4. Pengaruh kepribadian terhadap sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi. 5. Kepribadian sebagai variabel pemediasi dalam hubungan antara religiositas dan nilai keluarga terhadap sensitivitas etis pengambilan keputusan akuntansi. 5

6 Selain tujuan penelitian, terdapat pula manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti, yaitu menambah pengetahuan dalam bidang etika sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti di masa depan terutama saat terlibat langsung dalam profesi akuntan. 2. Bagi akademisi, sebagai referensi atau dasar untuk penelitian lebih lanjut. 3. Bagi profesi, sebagai bahan masukan untuk lebih mengasah sensitivitas etis bagi para akuntan. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN; berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA; berisi pemaparan mengenai landasan teori yang relevan terhadap penelitian ini, termasuk penelitian terdahulu, perumusan hipotesis, serta kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN; berisi uraian mengenai sampel dan populasi penelitian, metode pengumpulan data, variabel penelitian beserta definisi operasionalnya, serta metode pengolahan data. 6

7 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN; berisi data hasil penelitian beserta pembahasannya yang terdiri dari gambaran umum penelitian, statistik deskriptif, hasil pengujian instrumen penelitian, serta hasil pengujian hipotesis. Setelah itu, terdapat interpretasi mengenai hasil penelitian. BAB V : PENUTUP; berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. 7