BAB I PENDAHULUAN. kajian teoritis dengan selalu berdasarkan pada metode ilmiah. Rangkaian

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran IPA dapat diwujudkan dengan menggunakan kegiatan percobaan (Experimental method), maupun kajian teoritis dengan selalu berdasarkan pada metode ilmiah. Rangkaian kegiatan itu akan dapat dihasilkan suatu kebenaran berupa konsep, prinsip, teorema ataupun hukum serta teori yang dapat diakui secara umum. Pendekatan pengajaran IPA melalui penemuan merupakan strategi belajar mengajar yang menuntut siswa melakukan sesuatu agar selama proses belajar mengajar berlangsung dapat memahami konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori IPA secara benar. Sehingga siswa tertarik dalam mengembangkan minat dan kemampuan untuk mempelajari IPA secara mendalam. Percobaan (Experimental method) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh karena itu, dalam pendidikan IPA tentu saja kedudukan percobaan sangat penting, karena penyampaian materi dengan metode ceramah tanpa percobaan menjadikan pembelajaran IPA terkesan monoton dan membosankan bagi siswa. Metode percobaan merupakan salah satu metode yang sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA, hal ini sesuai dengan Roestiyah yang menyatakan bahwa metode percobaan memiliki beberapa keunggulan diantaranya: mengurangi bahaya ceramah dalam proses pembelajaran, memberi peluang lebih besar kepada siswa untuk melatih daya nalar, imajinasi dan berpikir rasional dalam 1

2 2 mencari kebenaran, melatih siswa menerapkan sikap dan metode ilmiah dalam menghadapi segala persoalan sehingga tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang belum pasti kebenarannya, menjadikan siswa lebih aktif berpikir dan berbuat dalam berusaha mencari kebenaran atau bukti dari suatu teori yang dipelajarinya (Iis Siti Jahro dan Susilowati, 2009: 29-30). Pada kenyataannya proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode percobaan untuk mengajarkan konsep IPA di SMP jarang ditemui, sehingga keterampilan proses sains belum berkembang dengan baik. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan percobaan, seorang guru dituntut mempunyai wawasan yang luas tentang pemilihan strategi belajar mengajar, sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan pengajaran tersebut. Pembelajaran IPA di SMP kelas VIII seharusnya mempelajari dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan penemuan ilmiah. Salah satunya adalah mempelajari tentang zat makanan sumber tenaga untuk aktivitas manusia yaitu karbohidrat, protein dan lemak dan materi zat aditif makanan seperti bahan pewarna dan bahan pengawet. Seiring dengan meluasnya pemakaian bahan pewarna sintetik di masyarakat, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan jenis ini. Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti: arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun bagi tubuh manusia (Rinie Pratiwi P., dkk., 2008: 186).

3 3 Selain bahan pewarna makanan, akhir-akhir ini juga telah banyak terjadi penyalahgunaan bahan pengawet, misalnya formalin. Formalin sering digunakan pada pengolahan seperti tahu putih, ikan asin dan ikan teri. Formalin yang dikonsumsi terus-menerus dapat mengiritasi saluran pencernaan yang menyebabkan muntah darah, kejang, kesulitan bernapas, serta kerusakan pada ginjal. Rinie Pratiwi P., dkk. (2008: 190), f ormalin dengan kadar sekitar 40%, biasa digunakan pada proses pengawetan spesimen biologi atau proses pengawetan mayat. Berdasarkan permasalahan di atas sangat penting bagi siswa untuk mengetahui bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari bahan pewarna dan bahan pengawet sintetik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembelajaran di kelas dengan dasar pemecahan masalah dalam IPA dan metode ilmiah untuk memperkenalkan adanya zat aditif baik alami maupun sintetik yang terkadung didalam makanan. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan fenomena di atas, maka hal-hal yang dapat diidentifikasi dari permasalahan diatas adalah : 1. Penyampaian materi dengan metode ceramah tanpa percobaan menjadikan pembelajaran IPA terkesan monoton dan membosankan bagi siswa. 2. Percobaan pada pembelajaran IPA terpadu tentang zat aditif yang terkandung didalam makanan belum banyak dilakukan. 3. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran percobaan IPA terpadu berdasarkan penemuan ilmiah.

4 4 C. Batasan Masalah Penelitian ini difokuskan pada pengaruh penerapan metode percobaan IPA terpadu terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar IPA siswa kelas VIII di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan. Dalam pembelajarannya, digunakan keterampilan dasar proses sains, sesuai dengan Muhammad Nur (2 007: 8-86) menyatakan bahwa keterampilan dasar proses sains, yaitu observasi kualitatif, klasifikasi, komunikasi, inferensi, dan prediksi sedangkan untuk hasil belajarnya difokuskan kedalam ranah kognitif menurut Bloom. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat aditif makanan (bahan pewarna dan bahan pengawet) dan zat makanan sumber tenaga (karbohidrat, protein dan lemak). Standar kompetensinya adalah memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan dan memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan dan mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. D. Perumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:

5 5 1. Apakah ada pengaruh positif penerapan metode percobaan IPA terpadu terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VIII di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan? 2. Apakah ada pengaruh positif penerapan metode percobaan IPA terpadu terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VIII di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan? 3. Apakah ada sumbangan variabel respon yaitu hasil belajar kognitif awal siswa terhadap hasil belajar kognitif akhir siswa pada pembelajaran IPA dengan tema makanan di SMP N 1 Kalasan? 4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan metode percobaan IPA terpadu di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh penerapan metode percobaan IPA terpadu terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VIII di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan. 2. Mengetahui pengaruh penerapan metode percobaan IPA terpadu terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VIII di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan. 3. Mengetahui sumbangan variabel respon yaitu hasil belajar kognitif awal siswa terhadap hasil belajar kognitif akhir siswa pada pembelajaran IPA dengan tema makanan di SMP N 1 Kalasan.

6 6 4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan metode percobaan IPA terpadu di SMP N 1 Kalasan dengan tema makanan. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Sebagai sumber untuk menambah pengalaman wawasan serta khasanah pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan media pembelajaran yang layak untuk dipakai. 2. Bagi SMP N 1 Kalasan Memberikan informasi dan masukan pada pihak SMP untuk bisa menerapkan pembelajaran dengan menggunakan IPA terpadu dan menggunakan alat percobaan dalam pembelajaran dikelas. 3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian atau referensi bagi mahasiswa di UNY dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk penelitian lanjutan sesuai dengan topik-topik yang relevan. G. Definisi Istilah Untuk menambah kejelasan dalam skripsi ini, maka perlu didefinisikan beberapa kata dan istilah berikut: 1. Metode Percobaan (Experimental method) Metode percobaan adalah metode dengan memberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu

7 7 proses dengan menggunakan peralatan mengajar dengan desain sederhana untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran terutama dalam percobaan IPA. Percobaannya dilakukan didalam laboratorium IPA di SMP N 1 Kalasan. 2. IPA Terpadu Depdiknas (2009: 3), mendefinisikan IPA terpadu sebagai sebuah pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian untuk memecahkan permasalahan. Model pembelajaran terpadu yang digunakan adalah model penghubungan (connected). 3. Pembelajaran Zat Aditif Makanan Komite gabungan ahli FAO dan WHO mendefinisikan zat aditif makanan sebagai suatu substansi bukan gizi yang ditambahkan kedalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada umumnya dalam jumlah kecil, untuk memperbaiki kenampakan, cita rasa, tekstur atau sifat-sifat penyimpanannya (Norman W. Desrosier, diterjemahkan Muchji Mulijohardjo (2008: 369). Pembelajaran zat aditif makanan ini, menggunakan metode ilmiah dengan percobaan untuk mentransfer pengetahuan pada siswa. Pada penelitian dibatasi zat aditif makanan yang dibahas yaitu bahan pewarna dan bahan pengawet baik sintetik maupun yang alami. 4. Zat Makanan Djoko Pekik Irianto (2007: 5), secara umum ada 3 kegunaan makanan bagi tubuh (triguna makanan), yakni sumber tenaga (karbohidrat, lemak dan protein), sumber zat pembangun (protein dan air), dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Namun, dalam penelitian ini hanya akan membahas

8 8 sumber tenaga untuk aktivitas manusia saja, yaitu: karbohidrat, lemak dan protein. 5. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains adalah dasar pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Funk menyatakan ada dua hal yang terkait dengan keterampilan proses sains, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan terintegrasi (Uus Toharudin, dkk., 2011: 36-38). 6. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan gambaran tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan diukur dengan nilai yang diperoleh. Tes yang digunakan adalah tes formatif yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dilihat dari ranah kognitifnya menurut Bloom. Menurut Addison Wesley Longman (2010: 43), meny ebutkan untuk ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar terdiri dari enam aspek, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.