RAHIMAH Guru SMPN 3 Tebing Tinggi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHIMAH Guru SMPN 3 Tebing Tinggi"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI KEDAULATAN RAKYAT DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BAGI SISWA KELAS VIII RAHIMAH Guru SMPN 3 Tebing Tinggi rahimah@gmail.com ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi yang diamati peneliti tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa siswa yang belajar tuntas Pendidikan Kewarganegaraan dan memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan persentasi 71%, siswa yang belajarnya tidak tuntas dan memperoleh nilai 0-74 rata-rata 29%. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatiftipe stad bagi siswa kelas VIII. Kata kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, pembelajaran Kooperatif tipe STAD PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner (Wetherington, 1986: ), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekaligus mempelajari pelajaran yang baik sehingga dapat memberikan pengalaman dan membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif Dalam siklus kehidupan manusia, pendidikan merupakan kebutuhan utama dan hak azasi. Manusia tidak dapat mengembangkan hidupnya tanpa memperoleh pendidikan minimum dan berkualitas. Proses pendidikan memang dapat berlangsung secara alamiah, seperti yang terjadi pada masyarakat primitif. Namun masyarakat dalam situasi ini tetap tidak akan berkembang meningkatkan mutu kehidupannya. Proses Transformasi Sosial dan kultural harus berlangsung agar terjadi peningkatan mutu hidupnya. Tanpa pendidikan, keduanya ini tidak dapat berlangsung, dan manusia akan tetap bodoh, tenggelam dalam kekuatan dan kekuasaan alam, terpenjara dalam dunia misteri. Dan tingkat kesadarannya hanya terbatas pada idle curiosity (instink), yaitu kegiatan hidupnya dilandasi oleh naluri binatang yang didominasi oleh rasionalitas murni. Hal ini tanpa pendidikan tidak akan berkembang kepada creative curiosity, yaitu manusia yang dalam aktivitas kehidupannya mengandalkan 103

2 kecerdasan intelektual, sehingga mampu untuk berfikir kritis, merangkai fenomena alam dan lingkungan sosial kemudian mengevaluasi yang mana dari fenomena tersebut dapat mendukung kualitas kehidupan selanjutnya. Dimanakah peran negara dalam mencapai tujuan tersebut?. Pada tahun 1972, The International Comission for Education Development dari UNESCO sudah mengingatkan bangsa di dunia, apabila ingin berusaha memperbaiki keadaan sebuah bangsa, mulailah dengan pendidikan. Karena pendidikan adalah kunci. Tanpa kunci ini semua upaya menjadi mubazir. Kesadaran terhadap pendidikan inilah membuat negara yang sudah maju berinvestasi secara besar-besaran terhadap dunia pendidikan. Negara maju berpendapat, investasi yang besar di bidang pendidikan akan mendapatkan hasil high rate of return di masa depan. Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang berkualitas yang berlangsung di masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain upaya peningkatan kualitas sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah terhenti, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa tumbuh 104

3 sesuai dengan potensinya masingmasing. Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau kembali. Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi pada tingkat Sekolah Menengah, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya. Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada model pengajaran dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda. Menurut Reigeluth (1983) bahwa ada tiga variabel dalam pembelajaran yaitu, kondisi pengajaran, model pengajaran dan hasil pengajaran. Dari ketiga variabel tersebut, model pengajaran yang dapat dimanipulasi dan disesuaikan dengan kondisi pengajaran, sehingga strategi itu tepat untuk meningkatkan hasil belajar. Model belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi selama ini adalah model ceramah, tanya jawab, kerja kelompok dan pemberian tugas. Model tersebut dirasakan kurang mendukung ketuntasan dan prestasi belajar yang maksimal. Sehingga guru harus melaksanakan remedial. Hasil evaluasi yang diamati peneliti tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa siswa yang belajar tuntas Pendidikan Kewarganegaraan dan memperoleh nilai rata-rata 71%, siswa yang belajarnya tidak tuntas dan memperoleh nilai 0-74 rata-rata 29%. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3Tebing Tinggi adalah 75 % untuk seluruh siswa atau minimal nilai

4 KAJIAN TEORI 1. Teori Prestasi Belajar Prestasi belajar secara teoritis dari berbagai sumber dapat disimpulkan adalah kemampuan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh Guru selama dalam proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mengalami peningkatan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya tersebut. Tingkat keberhasilan siswa tersebut dalam menyerap pengetahuan dinyatakan dalam bentuk Skor atau angka yang diberi nilai atau bobot tertentu. Apabila jumlah/persentase siswa dalam satu kelas mayoritas memperoleh angka atau bobot yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut maka proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil. Namun akan terjadi sebaliknya, yaitu jika sebagian besar siswa di kelas tersebut tidak mampu memperoleh nilai/bobot yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut maka proses pembelajaran tidak berhasil. Prestasi belajar menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Menurut Arifin dalam Kusumo (2004) Prestasi Belajar adalah hasil usaha dalam menguasai pelajaran dan dapat memberi kepuasaan tertentu kepada seseorang terutama bagi individu yang masih mengenyam pendidikan. Sedangkan menurut Mudjijana (2004), Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai seseorang yang belajar berupa perubahan dan peningkatan kualitas perilaku dari berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dicapai melalui aktifitasnya dalam proses belajar. Dengan demikian, Prestasi Belajar dapat dimaknai sebagai hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran. Keadaan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku siswa yang diperlihatkan dengan nilai melalui test tertulis maupun lisan atau ujian sebagai alat ukurnya. 2. Pengukuran Prestasi Belajar Prestasi belajar atau keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar perlu diukur agar Guru dan siswa mengetahui penguasaan dan pemahaman materi yang telah diajarkan sebelumnya. Penilaian prestasi belajar menekankan pada informasi tentang seberapa jauh siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Banyak alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar, diantaranya berupa test atau test prestasi. Menurut Azwar (1996), Test Prestasi Belajar merupakan bentuk instrumen pengukuran berupa test yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahanbahan atau materi yang telah diajarkan. Fungsi utama test prestasi 106

5 di kelas adalah mengukur prestasi belajar siswa. Prosedur test dalam mengukur prestasi mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat penting. Test membantu para Guru dalam memberikan nilai yang lebih akurat dan lebih dapat dipercaya. Selain itu test prestasi berfungsi sebagai pemicu atau faktor pendukung munculnya motivasi dalam belajar. Siswa akan belajar lebih giat dan lebih keras bila mereka mengetahui nilai dan prestasi mereka. Memperoleh nilai yang baik dari suatu test prestasi belajar merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan. Pada proses belajar mengajar, test prestasi dilakukan oleh Guru kepada siswanya, kemudian diolah menjadi nilai. Nilai yang baik dianggap menggambarkan keberhasilan dalam belajar, sebaliknya nilai yang kurang baik dianggap sebagai kegagalan dalam belajar. Untuk menyusun perangkat instrumen test prestasi harus mengikuti prinsip dasar pengukuran test prestasi. Menurut Gronlund dalam Azwar (1996), prinsip-prinsip pengukuran test prestasi belajar harus: a. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya alat ukur yang dibuat harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program pembelajaran, artinya walaupun alat ukur tidak menunjukkan seluruh permasalahan mengenai materi pelajaran, cakupan sampel tetap harus proporsional. c. Berisi butir-butir dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan, contohnya untuk mengukur proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan masalah dapat dipilih tipe essey. d. Dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya, misalnya test sumatif yang mengacu pada kriteria penguasaan materi (criterion referenced test) harus berisi butir yang secara komprehensip mencakup seluruh materi dengan tingkat kesukaran rendah. Sedangkan test sumatif untuk melihat posisi relatif pelajar dalam kelompoknya hendaknya terdiri dari butir-butir yang mempunyai taraf kesukaran bervariasi. e. Reabilitas test prestasi diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurannya harus ditafsirkan dengan hati-hati. Untuk meningkatkan reabilitas test dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah butir test yang disertai oleh penjelasan kualitasnya. Reabilitas test ini menjadi salah satu pertimbangan penting dalam melakukan interprestasi hasil ukur. f. Digunakan untuk meningkatkan belajar siswa, artinya hasil dari test prestasi tersebut dapat 107

6 digunakan sebagai balikan pembelajaran baik bagi siswa maupun Guru itu sendiri. 3. Teori Belajar Menurut Sardiman ( 2001:93) bahwa : Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Proses Belajar tidak ada kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Selanjutnya menurut pandangan ilmu jiwa modern Sardiman (2001:97) menerjemahkan bahwa : Jiwa manusia itu sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu secara alami siswa juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Siswa dipandang sebagai individu yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu tugas pendidik atau Guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini siswa harus dapat aktif dan berkembang secara optimal dan mandiri. Menurut Sardiman ( 2001:98) : Yang dimaksud dengan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dan dalam kegitan belajar kedua aktivitas ini harus selalu berkaitan. Sehubungan dengan pernyataan diatas Piaget dalam Sardiman (2001:98) menerangkan bahwa : Seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan. Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar menurut Paul B. Diedricch dalam Sardiman (2001: 99) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Visual activites, yang termasuk didalamnya misalnya: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik, pidato. d. Writing activities, seperti menulis : cerita, karangan, laporan, menyalin, angket. e. Drawing activities, seperti; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat kons/truksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak. g. Mental activities, seperti: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 108

7 h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Berdasarkan pembagian jenis-jenis aktivitas menurut Paul. B. Diedrich maka jenis aktivitas siswa tersebut dapat juga dibagi berdasarkan aktivitas verbal dan non verbal. a. Aktivitas verbal Adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan ucapan. Misalnya : bertanya, menjawab, menanggapi, bercanda, berdiskusi, dll. b. Aktivitas non verbal Adalah segala aktivitas yang dilakukan selain aktivitas verbal seperti aktivitas fisik maupun rohani. Misalnya : berinteraksi dengan buku sumber, memperhatikan, bersemangat, mengganggu teman, melamun, bersifat acuh, keluar kelas, merasa bosan, mengerjakan tugas lain, mencoret-coret, dll. Jadi dengan klasifikasi aktivitas dan jenis-jenis aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegitan tersebut di atas dapat diciptakan di sekolah tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal. Sehingga proses Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ( PAKEM ) dapat tercipta. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Clifford T. Morgan (1988) mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang telah berlalu. Menurut Slameto (2002) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Ngalim Purwanto (1992) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dari defenisi- defenisi tersebut pengertian belajar yang lebih moderen itu memuat tiga unsur penting belajar yaitu: perubahan tingkah laku, perubahan karena latihan atau pengalaman, dan hasilnya relatif menetap. Seseorang yang melakukan aktifitas belajar berarti telah melakukan aktifitas perubahan pada dirinya dan memiliki pengalaman baru. 4. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara 109

8 kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998]. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945). Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke- 20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi nonpemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. 110

9 1) Tujuan Mata Pelajaran Kewarganegaraan a) Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. b) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif c) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, menanggapi isu kewarganegaraan dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya d) Berinteraksi dengan bangsabangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 2) Kelebihan Model Pembelajaran STAD Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut: 1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok. 2. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. 3. Menerapkan bimbingan oleh teman. 4. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. 5. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. 2. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori Penelitian Tindakan (action research). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Rancangan penelitian ini menggunakan konsep aksi pada Action Research oleh Hopkin (1985), yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu, Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi dalam suatu konsep yang saling terkait. Detail rancangan penelitian ini mengalami modifikasi sesuai dengan tujuan yang dicapai dijelaskan pada bagan dihalaman berikut ini. Penelitian terdiri atas 2 111

10 siklus yang disebut dengan Siklus 1 dan Siklus 2 Kegiatan pada setiap tahapan siklus adalah sebagai berikut : 1. Siklus 1 a. Rencana tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa aktivitas yaitu Membuat RPP tentang materi meningkatkan kemampuan materi Memahami Kedaulatan Rakyat Dan Sistem Pemerintahan di Indonesia pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menganalisis materi pelajaran tersebut diatas. Menyiapkan objek lingkungan sebagai arena siswa untuk meningkatkan aspek sikap dan perilakunya dengan bimbingan guru. Menyiapkan siswa menjadi untuk merasa termotivasi saat proses Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dilakukan. Peneliti melakukan koordinasi untuk membuat kesepakatan dengan Kepala Sekolah (manager sekolah), agar dapat melaksanakan penelitian. Menyiapkan lembar pengamatan atau observasi. Menyusun lembar observasi mengenai hasil peningkatan aspek kemampuan siswa menjadi meningkat dalam proses penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas VIII SMP Negeri 3Tebing Tinggi. b. Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap implementasi pelaksanaan tindakan ini Guru melakukan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di ruangan kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat dengan menyusun kerangka dan jadwal rutin pelaksanaan model ini di dalam kelas sekolah. Suasana proses model belajar dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan kreatifitasnya, dan tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada dirinya sehingga menyebabkan aspek rendahnya kemampuan siswa. Siswa berinteraksi kepada Guru secara langsung, bebas, sesuai kondisi nyata dan menyenangkan. Pada saat proses Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berlangsung, Guru sebagai peneliti dibantu oleh alat perekam untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian, selain itu peneliti bertindak sebagai fasilitator, motivator dan sekaligus sebagai observator. c. Observasi Guru/Peneliti sekaligus sebagai observator dibantu oleh beberapa alat perekam, pencatat, dan lembar observasi untuk menyelesaikan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk Memahami Kedaulatan Rakyat Dan Sistem Pemerintahan di Indonesia pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. d. Refleksi Data yang diperoleh pada lembar observasi, dianalisis. 112

11 Kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi merupakan hasil observasi/ pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Data Kuantitatif yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan, selanjutnya dianalisis dengan teknik hasil observasi aktifitas siswa selama proses penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD secara deskriptif menggunakan persentase. Peningkatan aktivitas dan kemampuan dianalisis dengan melihat kecenderungan peningkatan kedua aspek tersebut terhadap materi Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan Di Indonesia dalam proses belajar di kelas. Setelah itu peneliti mencari dan mencatat masalah-masalah yang mungkin timbul, agar dapat dibuat rencana perbaikan pada siklus Kedua. 2. Siklus ke 2 Pada siklus kedua ini juga diadakan perencanaan seperti pada siklus satu yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu konsep yang saling terkait. Hanya saja pada siklus kedua ini ada perubahan yang menuju ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan Siklus Satu. Data yang diperoleh pada lembar observasi, dianalisis secara lebih dalam dan tajam pada Siklus ke dua ini. Kemudian dilakukan refleksi atau perenungan. Pelaksanaan refleksi merupakan hasil observasi/ pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi siswa di sekolah yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil proses model belajar yang telah dilakukan yaitu dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Data Kuantitatif yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan, selanjutnya dianalisis dengan teknik hasil observasi aktifitas siswa selama Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD secara deskriptif menggunakan persentase. Peningkatan aktivitas dianalisis dengan melihat kecenderungan peningkatan kemampuan dalam hal akademis dan proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas. Setelah catatan observasi dianalisis ternyata tidak ada masalah yang timbul karena persentase siswa yang aspek sikap dan perilakunya ternyata baik dalam materi Memahami Kedaulatan Rakyat Dan Sistem Pemerintahan Di Indonesia, maka dapat terjadi peningkatan yang sangat memuaskan dan sesuai dengan tujuan dan harapan proses model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus 113

12 Sillabus yang digunakan adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan model belajar di sekolah, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, kegiatan belajar mengajar, dan proses model belajar. 3. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan ini yang dipergunakan peneliti untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan model belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 4. Lembar Observasi Kegiatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Lembar observasi pengolahan hasil Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk mengamati kemampuan guru dalam melakukan model belajar tersebut. a. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berlangsung. 5. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan model belajar yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur peningkatan aspek sikap dan perilaku siswa dalam materi ajar Memahami Kedaulatan Rakyat Dan Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan daftar chek dan catatan lapangan. Untuk menilai hasil evaluasi peneliti melakukan ulangan-ulangan harian. Sedangkan observasi dilakukan dengan menggunakan daftar chek list dengan kriteria seperti yang tertra berikut ini: Baik (86 100), Cukup (75 85) dan Kurang ( 0 74). Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada kondisi awal terlihat hanya ada satu aspek yang diamati memenuhi kriteria keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu mendengarkan penjelasan Guru dengan tekun yaitu ada 33 siswa (82,5 %). Sedangkan aspek lainnya termasuk dalam kategori Kurang. Nilai rata-rata Partisipasi Siswa hanya mencapai 41,25 (Kurang). Ada dua aspek yang sangat rendah yaitu Mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa hanya dilakukan oleh 6 orang siswa (15 %). Kedua, Aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah hanya 114

13 dilakukan oleh 8 orang siswa (20 %). Hasil evaluasi siswa yang belajar tuntas hanya mencapai 25 siswa (62,5 %). Berdasarkan hasil Kondisi Awal ini terlihat, bahwasanya siswa Kelas VIII SMP Negeri 3Tebing Tinggi masih perlu ditingkatkan kemampuannya untuk Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh ini dengan melakukan tindakan Siklus 1 melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hasil Siklus 1 Dalam penelitian ini ada dua aspek yang ingin diukur yaitu Penilaian Proses Pembelajaran dan Hasil Pembelajaran. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Untuk Penilaian Proses Pembelajaran menggunakan teknik Tes. Sedangkan untuk menilai Hasil Pembelajaran menggunakan teknik Non Tes. Alat ukur yang digunakan berupa lembar observasi/pengamatan (teknik Tes) mencakup 8 aspek partisipasi yaitu : 1. Mendengarkan Penjelasan guru dengan tekun 2. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan oleh guru. 3. Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar pada akhir pelajaran. 4. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain 5. Mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa 6. Aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah. 7. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan Mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya. 8. Hasil Belajar Tuntas Tinggi rendahnya tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat diketahui dari nilai hasil pengamatan yang dilakukan. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diharapkan dapat mengefektifkan proses pembelajaran Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia karena dengan model ini siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran. Semakin tinggi kesempatan siswa untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran, maka semakin tinggi pula kualitas proses pembelajaran yang berlangsung. Meningkatnya kualitas proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Penilaian hasil pembelajaran dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tujuan penilaian ini untuk mengukur 115

14 tingkat keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Alat ukur yang digunakan ialah soal berbentuk pilihan ganda dan uraian yang dikerjakan siswa secara individual. Masing-masing butir soal (non Tes) digunakan untuk mengukur penguasaan tujuan yang telah dirumuskan. Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa berarti penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa untuk Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia Secara spesifik langkahlangkah yang akan dilakukan dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini adalah sebagai berikut: 1. Membentuk 8 kelompok siswa yang beranggota 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku ) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan sampai semua anggotanya dalam kelompok itu mengerti, tetapi dalam hal ini hasil pekerjaannya dikumpulkan secara individu. 4. Guru memberi kuis/pertanyan kepada seluruh siswa. 5. Pada saat siswa mengerjakan kuis, guru berkeliling melihat kerja kelompok, sesekali waktu memberikan penghargaan yang lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 6. Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk melakukan presentasi 7. Melakukan evaluasi sebagai penutup. 8. Kelebihan dengan cara ini seluruh siswa menjadi siap dan dapat melatih kerjasama siswa dengan baik Menurut pandangan konstruktivis, pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu adalah hasil konstruksi secara aktif dari individu itu sendiri. Individu tidak sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif individu itu menyeleksi, menyaring, memberi arti dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini dilandasi dengan teori Kontruktivisme. Siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan ini, dihadiri oleh 40 orang Siswa, dan dua orang observer (pengamat) sebagai kolabolator. Kriteria keberhasilan ditetapkan yang ditetapkan untuk mengukur tingkat Partisipasi Siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : % Mendengarkan Penjelasan guru dengan tekun % Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan oleh guru. 116

15 3. 86 % Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar pada akhir pelajaran % Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain % Mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa % Aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah % Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan Mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya % Hasil Belajar Tuntas Apabila kondisi ini tercapai maka rata-rata partisipasi Siswa dalam pembelajaran diharapkan mencapai 86 %, dan dapat disimpulkan siswa sudah terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hasil Penelitian Siklus 2 Sama dengan pelaksanaan pada Siklus Pertama, maka pada Siklus Kedua ini ada dua aspek yang ingin diukur yaitu Penilaian Proses Pembelajaran dan Hasil Pembelajaran. Indikator yang digunakan juga sama dengan yang diterapkan pada Siklus Pertama yaitu ada 8 aspek yang diharapkan pada Siklus ke dua ini sudah mencapai 86 % ke atas bobot atau nilainya. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat diketahui dari nilai hasil pengamatan yang dilakukan. Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diharapkan dapat mengefektifkan proses pembelajaran Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia karena dengan model ini siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran. Semakin tinggi kesempatan siswa untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran, maka semakin tinggi pula kualitas proses pembelajaran yang berlangsung. Meningkatnya kualitas proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Penilaian hasil pembelajaran dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tujuan penilaian ini untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Alat ukur yang digunakan ialah soal berbentuk pilihan ganda dan uraian yang dikerjakan siswa secara individual. Masing-masing butir soal (non Tes) digunakan untuk mengukur penguasaan tujuan yang telah dirumuskan. Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa berarti penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia 117

16 Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada Siklus Kedua ini terlihat banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan Siklus Pertama. Semua aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan.. Pada Siklus Kedua ini hanya dua orang siswa yang tidak Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan Mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya. Pada Siklus kedua, kemampuan dan kemauan siswa untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa sudah dilakukan siswa sejumlah 39 orang (97,5 %). Padahal pada Siklus Pertama hanya dilakukan oleh 18 siswa saja. Keadaan ini membuktikan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD semakin meningkat jumlah siswa yang berani untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa. Faktor penyebab hal ini diantaranya karena model pembelajaran ini membuat siswa nyaman dalam belajar dan terlibat dalam suatu proses pembelajaran.. Pada Siklus Pertama, hasil evaluasi siswa yang belajar tuntas hanya mencapai 30 siswa, sedangkan pada Siklus Kedua, siswa yang dapat belajar tuntas sudah mencapai 39 orang (97,5 %). Kriteria belajar Tuntas ini berdasarkan nilai yang dicapai siswa sudah mencapai atau melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) di SMP Negeri 3Tebing Tinggi yaitu 70 untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hasil Siklus Kedua dari aspek Partisipasi dan Keaktifan Siswa dalam proses pembelajaran sudah tercapai secara optimal, sebab rata-rata persentase yang dicapai sudah 93,43 %. Pencapaian ini sudah melebihi Indikator Keberhasilan yang ditetapkan yaitu 86 %. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data hasil Penelitian Tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa Memahami Kedaulatan Rakyat Dan Sistem Pemerintahan di Indonesia bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011/2012. Secara lebih rinci kesimpulan lainnya dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dari aspek Partisipasi siswa dalam pembelajaran pada Siklus ke dua semua aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Semua siswa sudah terlibat dan aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah sudah mencapai 39 siswa (97,5 %). Begitu juga kemampuan siswa untuk Mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa dari 18 orang meningkat menjadi 39 orang (97,5 %). Kemampuan dan 118

17 kemauan siswa untuk Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya juga meningkat menjadi 97,5 % atau 39 orang siswa. 2. Pada Siklus Kedua, siswa yang dapat belajar tuntas sudah mencapai 39 orang (97,5 %).Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hasil Siklus Kedua dari aspek Partisipasi /Keaktifan Siswa dalam proses pembelajaran sudah tercapai secara optimal, sebab rata-rata persentase yang dicapai sudah 93,43 %. Pada Siklus ke dua, persentase ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu dari 40 siswa pada Siklus pertama hanya 30 Siswa yang termasuk dalam kategori sudah tuntas belajar menjadi 39 siswa yang termasuk dalam kategori Tuntas Belajar. Sehingga pada Siklus Kedua ini persentase kelulusan siswa sudah mencapai 93,43 %, artinya model Kooperatif Tipe STAD sudah dapat meningkatkan kemampuan siswa Memahami Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011/2012. Saran Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran-saran yang bermanfaat pagi peneliti selanjutnya, Guru dan Sekolah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dapat dilakukan secara bervariasi, tidak monoton dan berorientasi kepada kebutuhan siswa sehingga hasil pembelajaran dapat mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran hendaknya dapat lebih ditingkatkan sehingga siswa dapat lebih memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan berdiskusi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menyenangkan. 3. Bagi Guru yang akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas hendaknya lebih memperhatikan aspek validitas instrumen penelitian agar hasil penelitiannya dapat lebih akurat dan berkualitas. 4. Pihak sekolah hendaknya selalu mendukung dan memfasilitasi para Guru yang akan melakukan PTK karena hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut. RUJUKAN Abdullah, A,E Pokok-pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang; Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Ujung Pandang. Abdurrahman, H Pengelolaan pengajaran. Bandung Tarsito. 119

18 Anonim, Garis-garis Besar Haluan Negara. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, S Prosedur Penelitian dan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bina Aksara , Dasar-dasar Evaluasi dan pendekatan Praktek. Jakarta :Bina Aksara. Ahmadi, Abu. Didaktik Metodik. Cet.II; Semarang: CV. Toha Putra Ali, M. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Boediono, Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia, Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bahri, D.S Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha nasional. Edward., J.D Statistik Matematika Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gie. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberti Hardjana. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius Hudoyo, H. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Usaha Nasional Loekmono. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia Mappa, S, Psikologi Pendidikan. Ujung pandang: Fakultas Ilmu pendidikan IKIP Ujung pandang. Mardanu, 1997 Peranan Orang Tua dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan anak. Jakarta: Cakrawala Pendidikan. Muhtar, Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PGK & PTK Dep.Dikbud Mathis dan Jackson Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat. 120

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI TEBING TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI 164522 TEBING TINGGI Asmawati Guru SD Negeri 164522 Email: asmawatilubis@gmail.com

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI TEBING TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI 168294 TEBING TINGGI Rotua Pasaribu Surel : pasaribu.rotua001@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang 31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX MERESPON MAKNA DALAM PERCAKAPAN TRANSAKSIONAL TENTANG UNGKAPAN KEPASTIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Roslince

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH.

MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH. MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH Wulyaningsih Kepala SDN Bendung I Kec. Jetis Kab. Mojokerto Email: wulyaningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar sendsiri atau aktivitas sendiri. Aktivitas belajar tidak hanya mencatat dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS V MIM WUMIALO KOTA GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain:

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain: C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Definisi dan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah suatu upaya sadar dan terencana mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya, BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga

Lebih terperinci

Penerapan Teori Konstruktivisme

Penerapan Teori Konstruktivisme Penerapan Teori Konstruktivisme untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Nilai Kebersamaan dalam Merumuskan Pancasila Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Sumberagung Eko Supriyadi 1 1 SDN 4 Sumberagung, Tulungagung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG Widia Ningsih 1, Niniwati 1, Fazri Zuzano 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pernyataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian 69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Abadi Penawar Jaya Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII A MTS MA ARIF AMBARWINANGUN Anggara Bari Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: INTAN PRATAMA WULANDARI A510090

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN No. 1 Labean Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN No. 1 Labean Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN No. 1 Labean Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi SYAMSINAR, A.Ma Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS III SEMESTER II SD NEGERI 2 RAWOH KECAMATAN KARANGRAYUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan bangsa Indonesia yang lahir pasca kemerdekaan yakni tanggal 17 Agustus 1945 yang silam, Indonesia dituntut untuk menciptakan warga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Orang Tua Pengertian orang tua menurut Syaroh (dalam http//munasyaroh. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci