BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yenny Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Proses Pembubutan Proses bubut adalah proses permesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Bentuk dasarnya dapat didefenisikan sebagai proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata. Adapun proses bubut permukaan adalah proses bubut yang identik dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan peakanan tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut tirus sebenarnya identik dengan proses bubut rata, hanya saja jalanya pahat dalam membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan dengan cara memvariasikan kedalaman potong sehingga menghasilkan bentuk yang sesuai dengan keinginan kita. Walaupun proses bubut secara khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut bermata potong ganda tetap termasuk proses bubut juga, karena ada dasarnya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain itu proses pengaturan pahatnya tetap dilakukan satu persatu. Dalam proses pembubutan, terdapat tiga parameter utama yaitu kecepatan putar spindle (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin bubut. Kecepatan putar selalu dihubungkan dengan spindle (sumbu utama) dan benda kerja. Karena percepatan putar diekspresikan sebagai putaran per menit (revolutions per minute rpm), hal ini menggambarkan kecepatan putarannya. Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja yang dikali dengan kecepatan dari putaran.
2 14...(2.1) Dimana : V = kecepatan potong ; m/menit d = diameter benda kerja ; mm n = putaran benda kerja; putaran/menit Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja, faktor bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja bahan Mild Steel dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 m/menit. Gerak makan, f (feed) adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali. Sehingga satuan dari gerak makan ini adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong a. gerak makan tersebut berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 a, atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki. Kedalaman potong, a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat memotong sedalam a, maka diameter benda kerja akan berkurang 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, hal itu dikarenakan benda kerja yang berputar.
3 15 Gambar 2.1 Mesin Bubut 2.2. AISI 4340 Baja AISI 4340 merupakan 1.8% nikel- chromium- molybdenum yang bisa diperkeras. Baja ini merupakan baja kekuatan tarik yang tinggi yang biasa diperkeras pada kekuatan tensile sekitar Mpa (Rc 28 36). Biasanya baja ini digunakan untuk poros, gear, spindle, kopling, dll. Baja ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 4340 Elemen Kadar Karbon, C 0,410 % Silika, Si 0,220 % Cu 0,050 % Mangan, Mn 0,650 % Fosfor, P 0,015 % Sulfur, S 0,006 % Nickel, Ni 1,790 % Chromium, Cr 0,790 % Molibdenum, Mo 0,220 % V 0,020 % Aluminium, Al 0,021 % Sumber: Sertifikat uji bahan PT. SUMINSURYA MESINDOLESTARI
4 16 Tabel 2.2 Sifat Mekanis Baja AISI 4340 Sifat Mekanis Besaran Kekuatan Tarik, Maks 935 MPa Kekuatan Tarik, lulur 795 MPa Elongasi pada saat patah (dalam 22.0% ukuran 50mm) Reduksi Area 55,0 % Modulus Elastisitas 190GPa 210GPa Modulus Bulk 140GPa Modulus Geser 80Gpa Sumber: Sertifikat uji bahan PT. SUMINSURYA MESINDOLESTARI 2.3. Pahat Karbida Untuk memenuhi kecepatan potong yang tinggi, carbides ( juga dikenal cemented / sintered carbides) diperkenalkan pada tahun 1930an. Karena nilai kekerasan yang tinggi pada jangkaun termperatur yang besar, modulus elastisitas yang tinggi, konduktivitas thermal yang tinggi, ekspansi termal yang rendah, carbide merupakan pahat yang penting, serba guna, pahat yang cost effective, dan dapat digunakan pada banyak material. Dua grup utama karbida yang digunakan adalah tungsten carbide dan titanium carbide. Tungsten carbide memiliki kekhasan yang terdiri dari partikel tungsten dan karbida yang diikat bersamaan di cobalt matix.pahat ini biasanya diproduksi dengan teknik powder metallurgy. Pahat ini biasanya digunakan untuk memotong baja, besi cor, dan material selain besi dan banyak menggantikan fungsi pahat HSS karena peformanya. Titanium carbide terdiri dari matrix nikel-molybdenum. Pahat jenis ini memiliki ketahanan aus yang lebih tinggi daripada tungsten carbide tapi tidak sekuat tungsten carbide. Titanium carbide cocok untuk pemesinan material keras dan memotong pada kecepatan yang lebih tinggi dari tungsten carbide. Pelapisan pahat yang biasa digunakan adalah titanium nitride (TiN), titanium carbide (Tic), titanium carbonitride (TiCN), dan aluminium oxide
5 17 (Al 2 O 3 ). Pelapis ini, biasanya memiliki ketebalan dari 2 15 mikro meter, dan diaplikasi dengan dua teknik: Chemical-capor deposition (CVD) Pysical-vapor deposition (PVD) Proses CVD biasanya digunakan untuk pahat karbida dengan metode multiphase dan lapisan keramik, dan pahat karbida lapis PVD dengan lapisan TiN yang memiliki kekuatan sudut pemotongan yang lebih tinggi, rendah gesekan, dan kecenderungan yang lebih rendah untuk membentuk Built up edge dan memiliki ketebalan yang lebih beragam antara 2-4 mikrometer). Pelapis dari pahat harus mempunyai karakteristik sebagai berikut: Kekerasan yang tinggi saat kenaikan temperatut, tahan terhadap aus. Kestabilan kimiawi terhadap benda kerja. Rendah konduktivitas thermal. Cocok dan ikatan yang bagus. Sedikit / tidak ada porosity. Keefektivitas dari pelapis dapat ditingkatkan dengan kekerasa, ketahan dan konduktivitas thermal yang tinggi dari substrat( seperti HSS atau carbide). [5] Ketersediaan pahat dengan sudut pemotongan yang tajam sangat diperlukan untuk melakukan pemesinan benda kecil, jadi operasi yang mulus dan gaya pemotongan yang minimal mencegah deformasi dan kesalahan dimensi. Proses dengan menggunakan pahat PVD bisa mendapatkan sudut pemotongan ynag tajam dikarenakan lapisan yang tebalnya beberapa micron, yang mana dapat mempertahankan sudut tersebut. Lapisan PVD memberikan ketahanan terhadap aus dikarenakan tingkat kekerasannya. Lapisan PVD diperlukan ketika kekuatan dan sudut pemotongan yang tajam diperlukan. Lebih lanjut penggunaan WC dengan ukuran butir dibawah atu micron meningkatkan kekuatan sudut pahat PVD. [6] 2.4. Keausan Pahat Keausan pahat memiliki pengaruh ekonomis dalam operasi pemesinan dan hubungan kepada integritas permukaan. Dan keausan pahat mempengaruhi umur pahat dan kualitas produk yang dihasilkan. [7]
6 18 Pahat potong memiliki stess lokalisasi yang tinggi, temperature yang tinggi, pergesekan antara chip dengan sudut buang, dan pergesekan antara pahat dengan permukaan saat proses pemotongan. Kondisi ini mempengaruhi keausan pahat yang mana mempengaruhi umur pahat, kualitas hasil pemesinan dan akurasi dimensi dan nilai ekonomis dari pemesinan. Nilai dri keausan pahat dipengaruhi dari pahat, material benda kerja, bentuk pahat, cairan pemotongan, parameter pemesinan, dan karakteristik pahat.[8] Telah kita ketahui bahwa pada pahat terjadi stress pada ujung pahat, temperature yang tinggi pada gesekan antara permukaan pahat dengan benda kerja, gesekan antara cjip dengan sudut bebas pada pahat. Kondisi ini merupakan keausan pada pahat, yang merupakan pertimbangan utama pada proses pemesinan. Keausan pahat mempengaruhi pada umur pahat, hasil permukaan pada benda kerja, akurasi dimensi dan ongkos produksi pada pemesinan. Ketika pemesinan, pahat berada dalam lingkungan yang tejadi kontak stress yang tinggi dan temperature yang tinggi, maka dengan itu keausan pahat merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Pada kecepatan dan temperature yang rendah, pahat biasanya tejadi keausan pada tepinya. Seharusnya eksperimen keausan pahat diulangi sebanyak 15 kali tanpa melakukan pergantian parameter.[9] Kriteria lain yang bisa digunakan untuk mendefinisikan kerusakan pahat sebagai tambahan dari keausan yaitu: - Ketika permukaan hasil benda kerja tidak dapat diterima - Ketika toleransi dimensi benda kerja tidak didapat. - Ketika konsumsi listrik atau gaya pemotongan meningkat hingga limit. - Waktu pemotongan atau kuantitas komponen Keausan adalah proses bertahap, kurang lebih seperti ujung pada pensil. Laju pada keausan pahat tergantung kepada pahat dan material benda kerja, geometri pahat, parameter proses, cairan pemotongan dan karakteristik dari pahat yang digunakan.keausan pahat dan perubahan pada geometry selama permesinan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu: keausan tepi (flank wear), keausan kawah (crater wear),keausan ujung (nose wear), Notching, deformasi
7 19 plastik dari ujung pahat (plastic deformation of tool tip), chipping dan gross fracture.[10] Keausan kawah terjadi pada permukaan beram pada pahat. Dapat terlihat bahwa keausan kawah mempengaruhi kotak pada geometry pahat dengan chip. Factor yang mempengaruhii keausan kawah adalah temperature antara chip dengan pahat, pengaruh kimia antara pahat dengfan benda kerja dan juga factor yang mempengaruhi keausan tepi juga mempengaruhi keausan kawah. Keausan kawah biasanya dikaitkan dengan mekanisme, yaitu perpindahan antara atomatom dari kontak antara pahat dengan geram benda kerja. Nilai difusi akan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur. Mengaplikasikan lapisan pada pahat akan mengurangi proses difusi dan mengurangi keausan pahat. Lapisan yang umum digunakan adalah: titanium nitride, titanium carbide, titanium carbonitride,dan aluminium oxide. Nose wear yaitu pembulatan dari pahat yang tajam dikarenakan efek dari temperature dan mekanis. Nose wear ini membuat pahat tumpul, mempengaruhi formasi chip, menyebabkan gesekan berlebih antara pahat dengan benda kerja sehingga terjadi kenaikan temperature dan mungkin terjadi stress sisa pada permukaan benda kerja. Takik (Notches) atau alur (grooves) juga biasanya terlihat pada pahat bisanya terjadi ketika chip tidak lagi terjadi kontak dengan pahat. Chipping juga merupakan keausan pahat yang berart terjadi pecahan dari sudut potong pahat. Fenomena ini biasanya terjadi pada material pahat yang getas seperti ceramics, sama dengan terpecahnya ujung pensil jika terlalu tajam. Bagian pahat yang terpecah bisa menjadi sangat kecil (microchipping / macrochipping) ataupun bisa menjadi ukuran yang relative besar yang disebut gross chipping, gross fracture dan catastrophic failure. Chipping bisa juga terjadi pada bagian pahat yang retak ataupun cacat. Tidak seperti aus, yang mana adalah proses bertahap. Chipping terjadi kehilangan material dari pahat secara tiba tiba dan berubah sesuai dengan bentuknya. Chipping bisa menjadi efek kerugian utama dalam hasil permukaan benda kerja, integritas permukaan, dan akurasi dimensi dari benda kerja Dua penyebab utama chipping adalah:
8 20 Shock mekanis (mechanical shock) : akibat proses pemotongan yang terputus. Kelelahan thermal (thermal fatigue) : variasi dari temperature pahat pada saat pemotongan terputus. Retak thermal biasanya tegak lurus dari pada sudut pemotongan dari pahat. Variasi utama dari komposisi atau sturktur/material benda kerja juga bisa menyebabkan chipping. Chipping bisa dikurangi dengan memilih material yang memiliki nilai impact yang tinggi dan tahan terhadap shock temperature. [11] 2.5. Pembubutan Keras Pembubutan keras merupakan proses permesinan dari material besi yang dikeraskan dengan nilai kekerasan diatas 45 HRC dengan tujuan untuk menyelesaikan benda kerja langsung dari material benda yang dikeraskan. Pertumbuhan dari proses pembubutan keras didapatkan dari perkembangan jenis pahat yang lebih baru seperti Cubic Boron Nitride (CBN), Polycristalline Cubic Boron Nitride (PCBN), Chemical Vapor Deposition (CVD), Physical Vapor Deposition (PVD), dan pahat ceramic sejak Pengurangan biaya permesinan, penghilangan cairan pemotongan, peningkatan efisiensi dan flexibility, dan pengurangan waktu set up dibandingkan dengan proses penggerindaan. Keuntungan besar dari permesinan keras adalah lingkungan yang kering, dikarenakan hilangnya cairan pemotongan. [12] Kita telah ketahui, jika kekerasan dari benda kerja meningkat, maka semakin sulit dilakukan pemesinan, keausan pahat, hasil permukaan dan integritas permukaan akan menjadi masalah yang signifikan. Namun masih dimungkinkan untuk menggunakans pemesinan tradisional untuk logam dan campuran yang keras dengan menggunakan pahat yang sesuai dengan material benda keras dan menggunakan pahat dengan kekakuan yang tinggi, kekuatan dan kepresisian yang tinggi. Contoh yang umum adalah proses permesinan akhir terhadap baja perlakuan panas (45-65 HRC) poros, roda gigi dan berbagai macam komponen menggunkan polycrystalline cubic-boron nitride (PcBN), cermet, pahat ceramic. Cara ini disebut pemesinan keras atau pembubutan keras, proses ini
9 21 menghasilkan benda kerja dengan dimensi yang akurat, yaitu dengan permukaan akhir ( dibawah 0,25) dan intregritas permukaan yang baik Pembubutan kering Pembubutan kering merupakan proses pembubutan yang masih tren sejak pertengahan 1990 untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan daripada cairan pemotongan. Proses ini mengajak industry manufaktur untuk melakukan proses dari pemesinan kering. Berikut ini adalah keuntungan melakukan pemesian kering, yaitu : 1. Mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat dari pengunaan cairan pemotongan, meningkatkan kualitas udara dalam pabrik dan menguangi resiko pada kesehatan. 2. Mengurangi ongkos produksi, terutama ongkos pemeliharaan, daur ulang dan pembuangan cairan pemotongan. 3. Meningkatkan kualitas permukaan produk. Teknik yang biasa digunakan dalam pembubutan keras ini adalah dengan menggunakan pahat Chemical Vapor Deposition (CVD) dan Physical Vapor Deposition (PVD). Akan tetapi pahat PVD lebih diunggulkan daripada CVD karena temperature proses yang lebih rendah dan lebih ramah lingkungan Waktu Produksi Produksi dan produktivitas adalah dua buah kata yang memiliki arti yang berbeda. Produksi lebih kepada kuantitas dari produksi sedangkan produktivitas lebih kepada efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai produksi. [13] produktivitas pabrik atau aktivitas manufaktur lainnya adalah konsep yang sangat penting. Seperti pertumbuhan yang baru di Jepang, dimana dikaitkan dengan tingkat produktivitas yang tinggi yang dicapai dengan kekhawatiran manufaktur mereka. Produktivitas saja akan membuat produk yang kompetitif sedangkan produksi saja tidak akan membantu bangsa menjadi besar. Waktu untuk menghasilkan produk untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (memotong bagian tertentu produk) dengan cara yang tertentu (menggunakan
10 22 suatu jenis pahat) adalah merupakan variabel yang penting dalam rangka penentuan kondisi pemesinan optimum. [14] Secara garis besar dapat dikelompokkan 2 macam komponen waktu yaitu : - Komponen waktu yang dipengaruhi oleh variable proses - Komponen waktu yang bebas Untuk menghasilkan satu produk, maka diperlukan komponen komponen waktu sebagai berikut : 1. Komponen waktu yang dipengaruhi oleh variable proses a. ; min/produk...(2.2) dimana, = waktu pemotongan sesungguhnya = panjang pemesinan, mm = kecepatan makan, mm/min b....(2.3) Yaitu waktu penggantian pahat yang dibagi rata untuk sejumlah produk yang dihasilkan sejak pahat yang baru dipasang sampai pahat tersebut harus diganti karena aus. Bagi mesin perkakas NC dengan ATC, maka pahat dapat diganti sewaktu pahat tersebut tidak digunakan (tersimpan pada tempatnya), dengan demikian siklus proses tidak terganggu, akibatnya komponen waktu ini dapat dihilangkan. dimana, = waktu penggantian atau pemasangan pahat; min T = umur pahat; min
11 23 = bagian dari umur pahat yang digunakan untuk menyelesaikan satu produk 2. Komponen waktu bebas (non produktif) c. ; min/produk...(2.4) dimana, = waktu non produktif ; min/produk = waktu pemasangan benda kerja ; min/produk = waktu penyiapan;yaitu waktu yang diperlukan untuk menggerakkan pahat dari posisi mula sampai pada posisi siap untuk memotong ; min/produk = waktu pengakhiran; yaitu waktu yang diperlukan untuk membaca/menggerakkan pahat kembali ke posisi mula; min/produk = waktu pengambilan produk ; min/produk = bagian dari waktu penyiapan mesin beserta perlengkapannyayang dibagi rata untuk sejumlah produk yang direncanakan untuk dibuat saat itu Ongkos produksi Bagi suatu industry pemesinan adalah mutlak untuk mengetahui beberapa ongkos sebenarnya dalam pembuatan suatu produk/komponen mesin. Dengan mengetahui harga jual produk atau harga penawaran kontrak pembuatan sejumlah produk maka dapat dibayangkan keuntungan yang akan diperoleh. Dalam kenyataan, penghitungan ongkos pembuatan tersebut tidak selalu mudah, tergantung pada ukuran perusahaan, ragam dan kompleksitas produk yang ditanganinya dan struktur perhitungan ongkos yang dianut oleh perusahaan yang bersangkutan. Ongkos pembuatan dapat ditentukan dari beberapa komponen ongkos yang menbentuknya. Berikut ini rumus rumus yang digunakan untuk menghitung ongkos produksi suatu benda :
12 24 1. Rumus untuk menghitung total ongkos produksi...(2.5) dimana, = ongkos jual ; Rp/produk = ongkos material; Rp/produk = ongkos persiapan/perencanaan produksi = ongkos salah satu proses produksi; Rp/produk 2. Rumus untuk menghitung Ongkos Material...(2.6) Dimana, = ongkos material; Rp/produk = harga pembelian; Rp/produk = ongkos tidak langsung; Rp/produk 3. Rumus untuk menghitung ongkos produksi...(2.7) Dimana, = ongkos produksi; Rp/produk = ongkos penyiapan dan peralatan; Rp/produk = ongkos pemesinan; Rp/produk = ongkos pahat; Rp/produk 4. Rumus untuk menghitung ongkos pemesinan...(2.8) Dimana, = ongkos pemesinan; Rp/produk = ongkos operasi mesin/persatuan waktu; Rp/min = waktu pemesinan; min/produk
13 25 5. Rumus untuk menghitung ongkos pahat...(2.9) Dimana, = ongkos pahat; Rp/produk = ongkos pahat permata potong; Rp/mata potong = sebagian dari umur pahat yang berkurang akibat pemakaiannya setiap menghasilkan satu produk; mata potong/produk Ongkos operasi persatuan waktu (menit) bagi suatu kesatuan produksi (mesin yang bersangkutan, operator dan seluruh bagian/kegiatan pabrik yang mendukungnya) dapat dihitung berdasarkan ongkos yangmembentuknya dalam satu periode (tahun) dibagi dengan jumlah menit kerja efektif pertahun. Ongkos operasi pertahun merupakan gabungan dari ongkos tetap dan ongkos variable....(2.10) Dimana, = ongkos operasi pertahun; Rp/tahun = ongkos tetap pertahun; Rp/tahun = ongkos variabel langsung pertahun; Rp/tahun = ongkos variabel tidak langsung pertahun; Rp/tahun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keausan Pahat Ujung pada pahat merupakan titik lokasi stress yang paling tinggi, temperatur yang tinggi pada gesekan antara permukaan pahat dengan benda kerja, gesekan antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Proses Bubut Proses bubut adalah suatu proses pemesinan terhadap permukaan benda kerja berbentuk silinder dan kerucut. Hal ini biasanya dilakukan oleh mesin perkakas disebut
Lebih terperinciPROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.
PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Bubut Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara memotong. Selain itu proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aus pahat Pada prinsipnya kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju saat berakhirnya masa guna pahat. Pertumbuhan keausan tepi pada umumnya mulai dengan pertumbuhan yang
Lebih terperinciANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.
Lebih terperinciPROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.
PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin
Lebih terperinciAplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS
Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik
Lebih terperinciTEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)
TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai pasaran. Dalam kegiatannya industri tersebut selalu berhubungan dengan pengerjaan logam,
Lebih terperinciBAB. 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi
BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi suatu paradigma dalam peningkatan produktivitas. Selain itu muncul satu masalah utama lagi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Pustaka Persiapan Spesimen dan Peralatan Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah Permesinan dengan Pemakaian Jenis Pahat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.
Lebih terperinciANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)
ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) IRVAN YURI SETIANTO NIM: 41312120037 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 PENDAHULUAN Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang memberikan umur pahat yang optimal dari pahat HSS dengan memvariasikan kecepatan potong
Lebih terperinciBAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut
BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi pemesinan saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula pada tahun 1940-an dimana pembuatan produk benda masih menggunakan mesin perkakas konvensional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam
Lebih terperinciMATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY
MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin
Lebih terperinciKARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8) Sri Nugroho* dan
Lebih terperinciIman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3
Pengaruh Lapisan TiN (Titanium Nitrida), TiAlN (Titanium Aluminium Nitrida) dan Non Coating Pahat Karbida Terhadap Kualitas Permukaan dan Ketahanan Keausan Pada Proses Pembubutan Baja Aisi 1045 Iman Saefuloh
Lebih terperinciProses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Proses Frais Metal Cutting Process Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Cutting tools review questions: Penentuan parameter pemotongan manakah yang paling mempengaruhi keausan alat potong?
Lebih terperinciOptimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed
ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik Jurusan Teknik mesin Universitas Lampung untuk pengukuran suhu luaran vortex tube,
Lebih terperinciVOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT
TUGAS SARJANA PROSES PEMOTONGAN LOGAM VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT OLEH: LILIK SULAIMANSYAH NIM : 020401007 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciJURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014
JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014 Aplikasi Cairan Pelumas Untuk Mengurangi Tingkat Keausan Mata Bor Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Anjar Tri Gunadi 1), Gusri Akhyar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembubutan Pembubutan (turning) adalah proses permesinan yang menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk silinder yang dikerjakan dengan mengunakan mesin bubut (lathe).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju saat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aus Pahat Dan Mekanisme Aus Pahat 2.1.1. Aus Pahat 2.1.1.1. Diagram Ragam Kegagalan Pahat Pada dasarnya kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju saat berakhirnya masa guna
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60
PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 Hasrin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pemotongan dengan Bubut Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara memotong.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH CRATER WEAR DAN FLANK WEAR PAHAT TUNGSTEN CARBIDE PADA GAYA MAKAN DAN GAYA POTONG PADA PEMBUBUTAN MATERIAL AL 2024-T4 TUGAS AKHIR GUNAWAN SETIAWAN KUSCAHYANTO L2E 007 039
Lebih terperinciAnalisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test
Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test Hendri Budiman dan Richard Laboratorium Proses Produksi, Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan
Lebih terperinci3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor
3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).
Lebih terperinciSTUDY PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PEMESINAN LAJU TINGGI, KERAS DAN KERING
Jurnal Dinamis Vol.II,No., Januari ISSN 1-79 STUDY PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PEMESINAN LAJU TINGGI, KERAS DAN KERING Berta br Ginting Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciBAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.
BAB II TEORI KEAUSAN 2.1 Pengertian keausan. Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya
Lebih terperinciANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING
ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING Iman Saefuloh 1*,Slamet Wiyono 2, Edwin Prasetya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam
Lebih terperinciMenentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais
MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan
Lebih terperinciB. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2
BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING) Tujuan : Setelah mempelajari materi ajar ini mahasiswa memilikim kompetensi: 1. Dapat merencanakan proses pemesinan pembuatan poros lurus dengan menggunakan mesin bubut 2. Dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang berpeluang menguasai pasaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu industri yang berpeluang menguasai pasaran dan perkembangannya makin pesat adalah industri pembuatan komponen mesin (Mike dan Grover, 1996). Dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340
26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Benda Kerja Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi pembuatan suatu produk manufaktur yang ada didunia hampir seluruhnya memerlukan proses pemesinan. Contoh produk yang memerlukan proses pemesinan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan para ahli mulai
Lebih terperinciSimulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Muhammad
Lebih terperinciMATERIAL MANUFAKTUR. Perbedaan sifat menyebabkan perbedaan yang mendasar pada proses manufaktur.
MATERIAL MANUFAKTUR Kategori dasar material yang paling banyak digunakan : 1. Metal/ logam Berbeda : - Sifat kimia 2. Keramik - Sifat fisika 3. Polimer - Sifat mekanis Perbedaan sifat menyebabkan perbedaan
Lebih terperinciAnalisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling
LJTMU: Vol. 02, No. 02, Oktober 2015, (01-06) ISSN Print : 2356-3222 ISSN Online : 2407-3555 http://ejournal-fst-unc.com/index.php/ljtmu Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling
Lebih terperinciPEMBUBUTAN KERING BAJA AISI 1070 TERHADAP PERTUMBUHAN AUS SISI PAHAT KARBIDA BERLAPIS (TiAlN/TiN)
78, Inovtek, Volume 6, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 78-86 PEMBUBUTAN KERING BAJA AISI 1070 TERHADAP PERTUMBUHAN AUS SISI PAHAT KARBIDA BERLAPIS (TiAlN/TiN) Sunarto Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyempurnaan performa dari suatu material sangat diperlukan, agar komponen mesin menjadi lebih tahan lama, namun perlu dicari proses yang optimal sehingga diperoleh
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB II PEMESINAN BUBUT B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING)
Lebih terperinciANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN
ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN Denny Wiyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Polnep Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciMesin Perkakas Konvensional
Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada
Lebih terperinciKAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS
KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PIETER 120401043
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium). Magnesium ditemukan dalam 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, diantara beberapa logam ringan yang biasa digunakan dalam struktur. Unsur magnesium ditemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembubutan Proses pemotongan dengan logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara memotong. Prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan dalam industri manufaktur terutama untuk pembuatan komponenkomponen mesin dari logam. Proses berlangsung karena
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR iv HALAMAN PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI 1 DAFTAR GAMBAR 4 DAFTAR TABEL 7 DAFTAR LAMPIRAN 8
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan teori tentang operasi pembubutan dan beberapa parameter yang berkaitan dengan proses pembubutan. Semua karakteristik, teori perhitungan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN Disusun Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Tugas Akhit Pada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini magnesium banyak digunakan sebagai salah satu bahan komponen otomotif dan elektronik. Sifat magnesium yang ringan berperan penting sebagai pengganti komponen
Lebih terperinciMATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007
MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007 Oleh: SUTOPO, M.T. Dalam bidang pemesinan, geometri alat potong biasanya didefinisikan sesuai dengan standar DIN 6580 dan 6581.
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun
Lebih terperinciSIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING
Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1)
Lebih terperinci28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen
27 BAB IV SOP PENGOPERASIAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL UNTUK MEMBUBUT PERMUKAAN 4.1. Ukuran Benda Kerja Sebelum melakukan proses pembubutan, langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang operator adalah
Lebih terperinciEFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR
EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR Joko Waluyo 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut
Lebih terperinciDosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.
Muhammad Iska Rahman 2110106012 Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D. Ir. Bobby Oedy P. Soepangkat, MSc M.Sc, Ph.D. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PEMBUATAN ALAT
BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR MOHAMMAD RIFQI L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI TINGKAT KEAUSAN PAHAT BUBUT JENIS HSS (HIGH SPEED STEEL) PRODUK AUSTRIA DAN PRODUK TAIWAN PADA PEMBUBUTAN BAJA ST 60 TUGAS AKHIR MOHAMMAD RIFQI L2E 006 064 FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd
BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 3 PURBALINGGA 2014 1 PRAKATA DEMI MASA Masa tersulit adalah saat roda pertama kali
Lebih terperinciHSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41
Tesis PEMODELAN TEMPERATUR PAHAT POTONG HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Mochamad Mas ud 2107 201 007 Pembimbing Ir. Bambang Pramujati, MSc Eng., Ph.D Dr.
Lebih terperinciIV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2
47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection
Lebih terperinciPENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045
PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.
Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting
Lebih terperinciKAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI
KAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAHRUL MUHARRAM 060401003 DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan
BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan
Lebih terperinciPrestasi Pahat Karbida Berlapis TiN-Al 2 O 3 -TiCN Pada Saat Pembubut Baja Perkakas AISI D2
Prestasi Pahat Karbida Berlapis TiN-Al 2 O 3 -TiCN Pada Saat Pembubut Baja Perkakas AISI D2 Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung gusri@unila.ac.id Abstrak Kajian terhadap pahat
Lebih terperinciMelakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais
MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais.
Lebih terperinciSMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A
TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong
Lebih terperinciPENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/1102520 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016 PENGARUH
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan
Lebih terperinciBudi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)
PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMESINAN KECEPATAN TINGGI TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM UNTUK BEBERAPA LOGAM DENGAN VARIASI NILAI KEKUATAN TARIK Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit di Indonesia seperti
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat - Syarat
Lebih terperinciANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY
ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Lebih terperinciOPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,
OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI 1045 Haryadi 1, Slamet Wiyono 2, Iman Saefuloh 3, Muhamad Rizki Mutaqien 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPOROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :
POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Kampus Bukit Jimbaran Telp/Faks: 0361-703321, Email: mesin@me.unud.ac.id SURAT KETERANGAN No :
Lebih terperinciSimulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness
Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan. Langkah langkah dalam proses pengerjaan Keausan pahat pada proses pemesinan dapat dilihat
Lebih terperinciPengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin
Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin PENGARUH JENIS PAHAT DAN CAIRAN PENDINGIN SERTA KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY
PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis 1, Erwin Siahaan 2 dan Kevin Brian 3 1,2,3 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data yang meliputi rotasi per menit ( RPM), kecepatan potong dan batas pahat. Data yang dikumpulkan
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN
BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN 3.1 Instalasi Alat Percobaan Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah mesin CNC 5 axis buatan Deckel Maho, Jerman dengan seri DMU 50 evolution. Dalam
Lebih terperinciBAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)
BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan
Lebih terperinci