ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014"

Transkripsi

1 i ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 214 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Industri CLARA AMALIARESI LIARDI NIM. D PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 214 i

2 ii 214 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis ii

3 iii iii

4 iv iv

5 v v

6 vi Persembahan untuk kedua Orang tuaku: Semoga amalan ini menjadi salah satu penyejuk hati beliau berdua Jazakumullah khairan atas pemeliharaan dan pendidikan yang dicurahkan hingga hari ini... Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dengan seni hidup menjadi indah. Dengan taqwa hidup menjadi berguna dan terarah. (H. Mukti Ali) vi

7 vii Barang siapa menghendaki kesejahteraan hidup didunia, maka harus ditempuh dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki kebahagiaan hidup diakhirat, hendaklah ditempuh dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki kedua-duanya, maka hendaklah ditempuh dengan ilmu. (Hadits Nabi) vii

8 viii RIWAYAT HIDUP Nama : Clara Amaliaresi Liardi Tempat, tanggal lahir : Pekanbaru, 25 April 1991 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl. T. Bay Komplek Peputra Indah 1 Blok C Nomor 72 Simpang tiga Pekanbaru, Riau Riwayat Pendidikan : 1. TK Ratu Sima 2 Dumai, tahun SD Negeri 5 Bukit Raya Pekanbaru, tahun SMP Negeri 13 Pekanbaru, tahun SMA Negeri 9 Pekanbaru, tahun Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 29. viii

9 ix PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 214. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu dengan hati yang tulus, harapan penulis untuk mendapatkan koreksi agar Skripsi ini dapat diterima. Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Ibu Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Suharyo, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang sekaligus wali dosen. ix

10 x 4. Bapak Supriyono Asfawi, SE, M.Kes selaku Pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 5. Ibu Nurjanah, S.KM, M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 6. Ibu MG Catur Yuantari, S.KM, M.Kes selaku Penguji 1 7. Ibu Eni Mahawati, SKM, M.Kes selaku Ketua Peminatan K3LI sekaligus Penguji Ibu Eko Hartini, ST, M.Kes selaku Koordinator skripsi. 9. Bapak Kepala Biro Umum yang telah memberikan izin penelitian di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 1. Bapak Staff Sarana Prasarana yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. 11. Bapak Kepala Teknisi Universitas Dian Nuswantoro yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian. 12. Kedua orang tuaku, Bapak Ir. Suwardi dan Dra. Sri Bendah Liani yang tak henti mencurahkan semangat, doa, restu dan segalanya. 13. Saudara kandung tercinta Iqbal Prakoso Liardi dan Sasha Geganaresi Liardi yang selalu memberikan semangat dan menghibur. 14. Jeffriadi Ma, SE, yang selalu memberikan dukungan, doa dan segalanya. 15. Seluruh keluarga Semarang, Klaten, Tegal yang selalu memberikan doa dan dukungan. 16. Sahabat terbaikku Dayita, Riri, Nanda, Ika yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat. x

11 xi 17. Teman-teman peminatan K3LI serta teman seangkatan Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, mendoakan dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis memohon kehadirat Allah SWT, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 27 Februari 214 Penulis xi

12 xii PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 214 ABSTRAK Clara Amaliaresi Liardi ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 214 xxiv+19 halaman+72 tabel+3 gambar+9 lampiran Kebakaran merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat menyebabkan banyak kerugian. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis risiko kebakaran dalam pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 214. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode wawancara dan observasi dimana peneliti menggunakan lembar observasi berupa daftar pertanyaan yang ditujukan kepada staff sarana prasarana dan kepala teknisi listrik dan lembar checklist sebagai alat pengumpul data. Variabel penelitian ini ialah identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gedung UDINUS belum memiliki manajemen penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan standart. Sistem protektif aktif sudah cukup sesuai dengan standart. Struktur bangunan sudah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk pintu darurat dan tempat berhimpun sementara tidak diberi tanda. Gedung UDINUS belum memiliki akses pemadaman khusus serta program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana kebakaran. Kesimpulan penelitian ini ialah pemenuhan sistem tanggap darurat di gedung Universitas Dian Nuswantoro masih belum memenuhi standar yang xii

13 xiii berlaku. Saran penelitian ini ialah pemenuhan sistem tanggap darurat di gedung UDINUS masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal manajemen tanggap darurat kebakaran. Kata kunci : Analisis resiko, kebakaran, sistem tanggap darurat, UDINUS Kepustakaan : 34 ( ) xiii

14 xiv UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCE DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 214 ABSTRACT Clara Amaliaresi Liardi ANALYSIS OF FIRE RISK AND EMERGENCY RESPONSE SYSTEM IN DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY OF SEMARANG YEAR 214 xxiv +19 pages +72 tables + 3 figures + 9 appendixes Fire is an event could cause a lot of loss. This study aims to analyze fire risk and fulfillment of fire emergency response system in Dian Nuswantoro University Year 214. This was descriptive research that used interviews by observation guide and questionnaire on maintenance staff and head of electrical unit. The variables of this study were risk and emergency response system in Dian Nuswantoro University of Semarang. Results showed that Dian Nuswantoro University did not have standard fire prevention management. Protective system was appropriate with standard. The building structure was good for fire protection but there were no way finding to emergency door and assembly point. Dian Nuswantoro University did not have special fire fighter and programs for checking and maintenance of firefighter tools. Researcher recommend the fulfillment of emergency response system in Dian Nuswantoro University, particularly on fire emergency response management. xiv

15 xv Keywords: risk analysis, fire, emergency response systems, UDINUS References : 34 ( ) xv

16 xvi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN HAK CIPTA... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii PRAKATA... viii ABSTRAK... xi DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xxiii DAFTAR LAMPIRAN... xxiv xvi

17 xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 F. Lingkup Penelitian... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Bahaya dan Risiko... 1 B. Manajemen Risiko C. Konsep Terjadinya Api D. Kebakaran E. Bangunan Gedung F. Tanggap Darurat G. Teori Perilaku H. K3 Kelistrikan... 4 I. Kerangka Teori BAB III. METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian B. Jenis Penelitian C. Variabel Penelitian xvii

18 xviii D. Definisi Operasional E. Subjek dan Objek F. Instrumen Penelitian G. Pengumpulan Data H. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Umum UDINUS B. Data Gedung... 5 C. Profil Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di UDINUS 52 D. Hasil Observasi Gedung A E. Hasil Observasi Gedung B F. Hasil Observasi Gedung C G. Hasil Observasi Gedung D H. Hasil Observasi Gedung E I. Hasil Observasi Gedung F J. Hasil Observasi Gedung G K. Hasil Observasi Gedung Poliklinik L. Perbandingan Elemen Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku M. Perbandingan Elemen Sarana Penyelamat Jiwa Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku N. Perbandingan Elemen Sistem Proteksi Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku O. Rangkuman Hasil Observasi Gedung UDINUS xviii

19 xix P. Data Pemeriksaan Ruangan BAB V. PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian B. Identifikasi Bahaya Kebakaran C. Manajemen Penanggulangan Kebakaran D. Sarana Penyelamat Jiwa E. Sistem Proteksi Aktif F. Data Pemeriksaan Ruangan BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xix

20 xx DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN 1.1 Keaslian Penelitian Kategori kualitatif dari kemungkinan berdasar standar AS/NZS Kategori Kualitatif dari Tingkat Keparahan Berdasar Standar 14 AS/NZS Pemeringkat Risiko Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Ukur dan Instrumen Penelitian Rincian Instrumen Penelitian Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di UDINUS Identifikasi Bahaya Kebakaran Unsur Bahan Bakar Unsur Sumber Panas Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung A Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung A Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung A Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung A 64 xx

21 xxi 4.9 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung A Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung B Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung B Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung B Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung B Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung B Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung C Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung C Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung C Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung C Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung C Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung D Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan 86 xxi

22 xxii Perlengkapan Gedung D 4.22 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung D Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung D Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung D Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung E Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung E Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung E Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung E Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung E Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung F Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung F Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung F Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung F 16 xxii

23 xxiii 4.34 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung F Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung G Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung G Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung G Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung G Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung G Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung Poliklinik Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung Poliklinik Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung Poliklinik Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung Poliklinik Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Mesin dan Peralatan Gedung Poliklinik Perbandingan Elemen Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Organisasi Penanggulangan Kebakaran 128 xxiii

24 xxiv di gedung UDINUS Semarang 4.47 Perbandingan Elemen Prosedur Tanggap Darurat di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Sarana Jalan Keluar di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Pintu Darurat di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Tangga Darurat di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Lampu Darurat di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Detektor Kebakaran di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Alarm Kebakaran di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Springkler di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Sistem Pipa Tegak dan Selang Kebakaran di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen Hydrant di Gedung UDINUS Semarang Perbandingan Elemen APAR di Gedung UDINUS S emarang Data Hasil Observasi Umum Di Semua Gedung UDINUS Data Hasil Observasi Listrik dan Perlengkapan Di Semua 16 xxiv

25 xxv Gedung UDINUS 4.61 Data Hasil Observasi Sarana Penyelamat Jiwa Di Semua Gedung UDINUS Data Hasil Observasi Proteksi Kebakaran Di Semua Gedung UDINUS Data Hasil Observasi Mesin dan Peralatam Di Semua Gedung UDINUS Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Umum Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Listrik dan Perlengkapan Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Mesin dan Peralatan Kerja 167 xxv

26 xxvi DAFTAR GAMBAR GAMBAR HALAMAN Gambar 2.1 Kerangka Teori 43 Gambar 3.1 Alur Penelitian 44 Gambar 4.1 Layout UDINUS 51 xxvi

27 xxvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan 2. Lembar Observasi 3. Foto Copy Surat Izin Penelitian 4. Struktur Organisasi Biro Administrasi Umum 5. Daftar Tabung Pemadam di UDINUS Semarang 6. Surat Rekomendasi Survey/Riset 7. Shop Drawing Gedung Auditorium UDINUS 8. As Built Drawing Gedung G UDINUS 9. Dokumentasi xxvii

28 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negeri yang memiliki tingkat kerawanan akan bencana yang cukup tinggi. Menurut analisa WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), 83% kawasan Indonesia rawan akan bencana, dan dari 22 juta jiwa penduduk, 98% warga Indonesia berada dalam kondisi yang tidak siap dalam menghadapi ancaman bencana. Hal ini disebabkan karena masyarakat beranggapan bahwa bencana sebagai hal yang memang seharusnya terjadi, bukan sebagai hal yang bisa dikurangi resikonya. Kondisi ini juga berkaitan oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang bencana. Pengetahuan yang rendah terhadap bencana ini kemudian mengakibatkan tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, akibatnya tiap kali terjadi bencana, banyak korban jiwa yang berjatuhan. 1 Bencana yang sering mengancam keselamatan penghuni gedung antara lain ialah kebakaran. Kampus yang dibangun dengan konsep gedung bertingkat atau kumpulan gedung berisiko menimbulkan situasi gawat darurat. Kerusakan fisik, kerugian materi, dan ancaman korban jiwa akibat bencana alam berisiko tinggi terjadi di lingkungan kampus. Pada September 21, kebakaran besar menghanguskan kampus Magister Manajemen (S2) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

29 2 Politik (FISIP) Universitas Riau sehingga belasan ruang kelas dan ruang perpustakaan termasuk jurnal habis terbakar. 2 Kebakaran gedung kampus juga terjadi pada September 211 di Akademi Kebidanan Kota Bekasi akibat korsleting di salah satu ruang kelas sehingga menimbulkan kerugian materi dan trauma bagi penghuni kampus. 3 Bangunan gedung sebagai sebuah aset/properti yang dimanfaatkan untuk tempat beraktifitas dan melakukan segala kegiatan, seharusnya memiliki syarat keamanan, khususnya terhadap bahaya kebakaran, dan harus dapat menjamin keamanan penghuni selama berada didalamnya agar dapat melakukan kegiatan dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidupnya. Untuk mengamankan sebuah bangunan gedung dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran, perlu upaya melaksanakan ketentuan dan persyaratan teknis dalam mengatur dan mengendalikan bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung, termasuk pemeliharaan kelayakan fungsi dan keandalan bangunan terhadap bahaya kebakaran. 4 Berdasarkan hasil penelitian Woro Sulistianingrum pada bulan Juli 211 di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran, tidak ada hubungan antara kontrol perilaku aktual dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni

30 3 gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran, dan tidak ada hubungan antara kepercayaan normatif dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran. 5 Kampus Universitas Dian Nuswantoro Semarang telah berdiri tanggal 3 Agustus 21. Universitas ini memiliki 5 fakultas antara lain Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Bahasa dan Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Tehnik dan Fakultas Kesehatan. Masing-masing fakultas memiliki gedung tempat perkuliahan sendiri-sendiri. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang mendapatkan data di Universitas Dian Nuswantoro Semarang terdapat 8 gedung yaitu gedung A, B, C, D, E, F, G dan Gedung Poliklinik. Dengan klasifikasi Gedung A : Biro Akademik, Biro Mahasiswa, Biro Umum dan Perpustakaan; gedung B: digunakan tempat perkuliahan Fakultas Tehnik dan kantor Humas, KPM dan P3M; gedung C : tempat perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kesehatan; gedung D: tempat perkuliahan Fakultas Tehnologi Informatika, Laboratorium Komputer, Manajemen Informatika, Sistem Informatika, Broadchasting, Desain Komunikasi Visual; gedung E: gedung TVKU, Aula, warnet Dinustech, Laboratorium Kesehatan; Gedung F : gedung unit kegiatan mahasiswa (UKM); gedung G: gedung rektorat, Biro Keuangan dan Fakultas Bahasa; Gedung Poliklinik. Dari 3 gedung yaitu gedung D, C dan B diantaranya memiliki sarana seperti Alat Pemadam Api Ringan tetapi jarang dilakukan

31 4 pengecekan apakah apabila pada saat terjadi kebakaran bisa berfungsi dengan baik, hanya dilakukan pengisian APAR setiap 1 tahun sekali, mengingat bahwa prasarana yang dipakai untuk universitas sangat rentan sekali terhadap bahaya kebakaran maupun konsleting listrik, misalnya komputer, lift dan air conditioner (AC). Gedung D, C dan B terdiri dari 4 lantai. Pada gedung ini ditunjang dengan lift dan tangga, letak lift dan tangga berdekatan dan tidak memiliki pintu darurat, sekat pemisah antar ruangan tidak menggunakan tembok tetapi menggunakan papan yang terbuat dari triplek. Hal ini bisa membahayakan apabila terjadi kebakaran karena bahan triplek dari kayu bisa langsung terbakar apabila terjadi kebakaran. Sedangkan 5 gedung lainnya yaitu gedung A, E, G, Poliklinik dan Unit Kegiatan Mahasiswa memiliki sarana dan prasarana yang sama tetapi gedung-gedung tersebut hanya terdiri dari 2-3 lantai saja dan tidak memiliki lift. B. Perumusan Masalah Dalam wawancara singkat dengan penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro, rata-rata penghuni mengaku bahwa sampai saat ini pihak Universitas tidak pernah melakukan pelatihan dan stimulasi yang terkait dengan keselamatan kerja khususnya pelatihan pemadam kebakaran dan juga tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan apabila ancaman bahaya kebakaran tersebut tiba-tiba terjadi, hanya beberapa waktu yang lalu pihak fakultas kesehatan mengadakan pelatihan pemadam kebakaran untuk mahasiswa

32 5 kesehatan. Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, bahwa gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang memiliki sumber potensi bahaya kebakaran dan pada penelitian terdahulu belum dilakukan identifikasi risiko kebakaran dan sistem tanggap darurat. Sehingga peneliti tertarik untuk membahas mengenai analisis risiko kebakaran dalam pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran yang tersedia di gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang pada tahun 213 dibandingkan dengan standar acuan peraturan yang berlaku di Indonesia dengan teknik observasi menggunakan form check list. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana sistem tanggap darurat kebakaran yang terdapat di Universitas Dian Nuswantoro Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis risiko kebakaran dalam pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran yang ada di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis risiko bahaya kebakaran tiap gedung yang ada di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun Mengidentifikasi bahaya kebakaran yang ada di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 214.

33 6 3. Mendeskripsikan bahaya kebakaran yang ada di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Mendeskripsikan pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di tiap gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun Menganalisis pemenuhan sistem tanggap darurat berdasarkan risiko kebakaran di tiap gedung Universitas Dian Nuswantoro Tahun 214 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan dan pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja mengenai sistem tanggap darurat kebakaran yang meliputi manajemen tanggap darurat, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Diharapkan bisa menambah referensi tentang penerapan sistem tanggap darurat 3. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan untuk pengembangan sistem tanggap darurat.

34 7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti 1 Asih Dwi Hayu Pangesti. Tahun 212 Judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan Bencana Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Variabel Variabel bebas: Karakteristik Responden (Jenis Kelamin, Usia, Program Pendidikan, Pendidikan Bencana, Pengalama n Bencana) Rancangan penelitian Wawancara dan Observasional Hasil Sebanyak 99% responden belum mampu mengaplikasikan kesiapan bencana. Variabel terikat: Tingkat Pengetahuan (Definisi Bencana, Risiko Bencana Di Kampus, Teknik Penyelamatan Diri Saat Bencana, Sarana Pengamanan Gedung)

35 8 2 Woro Sulistiani ngrum Tahun 211 Kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang terhadap ancaman bahaya kebakaran Sasaran : Seluruh Mahasiswa/i aktif Fakultas Ilmu Keperawatan Variabel bebas: Sikap, Kontrol perilaku actual, Kepercayaa n Normatif Variabel terikat : Kesiapsiaga an. Sasaran: Mahasiswa dan Karyawan Aktif Universitas Dian Nuswantoro Semarang 211 Survei dan Kuesioner Ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran; tidak ada hubungan antara control perilaku actual dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran; tidak ada hubungan antara kepercayaan normatif dengan kesiapsiagaan tanggap darurat penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro terhadap ancaman bahaya kebakaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada objek penelitian dan variabel penelitian. Objek penelitian : Gedung

36 9 Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Variabel penelitian : identifikasi bahaya dan pengendalian risiko. F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja lingkungan industri. 2. Lingkup Materi Lingkup materi dalam penelitian ini adalah manajemen risiko. 3. Lingkup Lokasi Lokasi penelitian adalah Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Lingkup Metode Penelitian ini menggunakan metode Survei yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan dan lembar check list. 5. Lingkup Sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah Gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 214.

37 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Bahaya dan Risiko Potensi bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik harta, benda, lingkungan maupun manusia. Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya. Risiko adalah peluang kesempatan kerugian atau merupakan suatu ketidakpastian. Risiko terkadang dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan ketidakpastian hasil dengan harapan yang diinginkan. Risiko sering dikaitkan dengan bahaya. Bahaya dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau meningkatkan terjadinya peluang kerugian dari suatu bencana tertentu. 6 Pengenalan potensi bahaya dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti : 1

38 11 1. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur. Misalnya pada petunjuk teknis, brosur, leaflet dan sebagainya. 2. Menggunakan daftar periksa (checklist) atau berdasarkan pengalaman pada unit/bagian sejenis dan diskusi/brain storming. 3. Memakai metode identifikasi, sekaligus analisisnya yang berdasar pada macam, tahap, penyebab, atau akibat berupa: a. Preliminary Hazard Analysis (PHA) yang dilaksanakan sebagai analisis awal. b. Hazard and Operability Analysis (HAZOP) yakni suatu analisis yang lebih detail pada desain dan operasi. c. What If Analysis yang mengupayakan identifikasi rangkaian faktor penyebab dengan berbagai asumsi. d. Failure Models and Effects Analysis (FMEA) terutama pada analisis mendalam sebagai akibat kegagalan peralatan dan pengaruhnya. e. Fault and Event Tree Analysis (FTA/FTEA) yakni model analisis desain, prosedur, dan kesalahan faktor manusia. f. Human Realibility Analysis yang menitik beratkan analisis pada kemungkinan kesalahan yang dilakukan manusia (human error). 7 B. Manajemen Risiko 1. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya dalah proses pencarian terhadap semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit. Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut :

39 12 a. Mengetahui bahaya-bahaya yang ada. b. Mengetahui potensi bahaya, baik akibat maupun frekuensi terjadinya. c. Menunjukkan bahwa bahaya tertentu telah atau belum dilengkapi alat pelindung keselamatan kerja. d. Menganalisa lebih lanjut. Keuntungan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut : a. Menentukan sumber penyebab timbulnya bahaya. b. Menentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang atau tenaga kerja yang diberi tugas. c. Menentukan cara, prosedur, pengoperasian maupun posisi yang berpotensi bahaya dan mencari cara untuk mengatasinya. d. Menentukan hal-hal atau lingkup yang harus dianalisa lebih lanjut. e. Untuk tujuan non keselamatan kerja seperti peningkatan mutu dan keandalan Penilaian Risiko Penilaian resiko mencakup tiga tahapan penting yaitu analisis resiko (risk analysis) dan evaluasi resiko (risk evaluation). Analisis resiko dilakukan untuk mengetahui besaran resiko yang mencakup kemungkinan dan tingkat keparahan. Teknik yang digunakan dalam analisis resiko dapat dilakukan secara kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Semakin kuantitatif maka semakin

40 13 menjadi angka penilaian resiko yang kita lakukan, sedangkan kualitatif hanya berdasarkan kategorisasi semata. Langkah selanjutnya adalah pemeringkatan resiko. Berdasar atas definisi resiko sebagai satu gambaran besaran kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta tingkat keparahan maka kategorisasi yang ada, baik kualitatif, semi maupun kuantitatif adalah kategorisasi dari kemungkinan (P : Probability atau Likelihood) dan tingkat keparahan (C : Consequences atau Severity) maka akan didapatkan persamaan : Risk = P x C Kemudian yang harus dilakukan adalah evaluasi resiko. Evaluasi resiko adalah penilaian terhadap satu resiko apakah masih dapat diterima (ALARP : As Low As Possible Reasonably Practicable) berdasarkan standar yang digunakan atau juga didasarkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko tersebut. Contoh sederhana adalah sebagai berikut. Pertama dalam penilaian resiko, sebagai contoh secara kualitatif, adalah dengan menentukan kategorisasi masing-masing kemungkinan dan tingkat keparahan. Contoh kategori berikut adalah kategori kualitatif dari kemungkinan berdasar standar AS/NZS 436 :

41 14 Gambar 2.1 Kategori kualitatif dari kemungkinan berdasar standar AS/NZS 436 Level Deskripsi Keterangan A Almost Certain Ada kemungkinan terjadi setiap waktu B Likely Kemungkinan sering terjadi C Possible Kemungkinan sekali waktu terjadi D Unlike Kemungkinan terjadi jarang Contoh kategori berikut adalah kategori kualitatif dari tingkat keparahan berdasar standar AS/NZS 436 : Gambar 2.2 Kategori Kualitatif dari Tingkat Keparahan Berdasar Standar AS/NZS 436 Level Deskripsi Keterangan 1 Insignificant Tidak ada cedera, hanya ada kerugian finansial kecil. 2 Minor Cedera ringan, finansial ada

42 15 kerugian sedang. 3 Moderate Cedera sedang, perlu tindakan medis, kerugian finansial besar. 4 Major Cedera berat pada lebih dari satu orang, kerugian finansial besar, proses produksi terganggu. 5 Catastrophic Lebih dari satu orang mengalami fatalitas, kerugian finansial sangat besar, dampak luas, dan terhentinya seluruh kegiatan produksi. Langkah selanjutnya adalah mengombinasikan antara kemungkinan dengan tingkat keparahan guna keperluan pemeringkatan resiko misalkan pada contoh berdasar standar AS/NZS 436 :

43 16 Gambar 2.3 Pemeringkat Risiko Kemungkinan Tingkat Keparahan A H H E E E B M H H E E C L M H E E D L L M H E E L L M H H E : Extreme Risk Resiko sangat tinggi H : High Risk Resiko tinggi M : Moderate Risk Resiko sedang L : Low Risk Resiko rendah Sesudah dilakukan pemeringkatan resiko maka langkah selanjutnya adalah evaluasi terhadap resiko apakah dapat diterima atau tidak oleh perusahaan (masuk kategori ALARP). Pada contoh diatas dapat dimisalkan pada resiko L maka resiko dapat diterima sehingga kegiatan dapat dilanjutkan. Pada kategori M misalkan kegiatan dapat dijalankan dengan catatan semua pengamanan telah dijalankan. Pada kategori H-E misalkan resiko masuk kategori tidak dapat diterima sehingga perlu dilakukan kegiatan pengendalian resiko sebelum dapat dijalankan.

44 17 3. Pengendalian Risiko Suatu resiko dapat dikendalikan melalui beberapa strategi yang bertujuan pada dua hal. Pertama adalah mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya. Kedua adalah mengurangi tingkat keparahan apabila terjadi. Pengendalian pada kedua aspek tersebut akan dengan sendirinya mengurangi tingkat resiko yang didefinisikan sebagai kombinasi dari keduanya. Cara lain dapat digunakan dengan pengalihan resiko pada pihak ketiga seperti kontraktor dan dengan mengikuti asuransi. Pengurangan kemungkinan terjadinya bahaya dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan tekns, administratif, dan manusia. Pendekatan teknis dapat dilakukan dengan beberapa cara yang bertingkat sebagai berikut: a. Eliminasi : menghilangkan sumber bahaya tersebut sama sekali bila memungkinkan tanpa mengganggu kegiatan produksi. Bahaya akan hilang sepenuhnya bila hal ini dijalankan. b. Substitusi : penggantian sumber bahaya dengan hal lain yang tidak berbahaya atau yang memiliki resiko lebih rendah. c. Isolasi : memberi penghalang antara sumber bahaya dengan pekerja. d. Pengendalian jarak: jarak antara sumber bahaya dengan pekerja diatur sehingga dapat mencapai titik aman dengan alat kendali misalnya.

45 18 e. Pendekatan administratif dapat dilakukan terutama guna mengurangi lama pajanan pekerja dengan sumber bahaya. f. Pendekatan manusia adalah dengan memberi pelatihan dan penyadaran akan cara bekerja dengan aman dan membangun budaya keselamatan kerja di perusahaan. g. Pengurangan tingkat keparahan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu penyusunan rencana tanggap darurat yang memadai serta penggunaan alat perlindungan diri yang sesuai dengan bahaya yang ada di tempat kerja. 9 C. Konsep Terjadinya Api 1. Api Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran asap, panas, nyala dan gas-gas lainnya. Untuk bisa terjadi api diperlukan 3 (tiga) unsure yaitu bahan bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran Segitiga Api Apabila suatu molekul mengadakan kontak amat dekat dengan molekul oksidator (yaitu oksigen), maka pada umumnya akan terjadi reaksi kimia. Apabila tumbukan antar molekul hanya berenergi rendah, maka reaksi kimia tidak akan terjadi. Tetapi

46 19 apabila energi cukup besar maka reaksi akan berlangsung. Karena reaksi eksotermis, maka banyak panas yang terbentuk. Tiga sumber harus ada dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan api. Tiga bentuk struktur ini disebut dengan fire triangle. Bila salah satu dari elemen-elemen tersebut dihilangkan maka api apapun akan padam. Ketiga elemen tersebut yaitu : a. Oksigen Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. b. Panas Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain : panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las/potong, gas yang dikompresi. c. Bahan Bakar Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas

47 2 pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ketiga unsur diatas apabila bertemu akan terjadi api. Oleh karena itu disebut segitiga api. Prinsip segitiga api ini dipakai dasar untuk mencegah kebakaran dan penanggulangan api Bidang Empat Api Perkembangan dari teori segitiga api adalah ditemukannya unsur keempat yang menyebabkan timbulnya api. Unsur yang keempat ini adalah rantai-reaksi. Dalam teori ini dijelaskan bahwa pada saat energi diterapkan pada bahan bakar seperti hidrokarbon, beberapa ikatan karbon dengan karbon lainnya terputus dan menghasilkan radikal bebas. Sumber energi yang sama juga menyediakan kebutuhan energi untuk memutus beberapa rantai karbon dengan hidrogen sehingga menghasilkan radikal bebas lebih banyak. Selain itu, rantai oksigen dengan oksigen lainnya juga ikut terputus dan menghasilkan radikal oksida. Jika jarak antara radikal-radikal ini cukup dekat maka akan terjadi penggabungan kembali (recombining) radikal bebas dengan radikal lainnya atau dengan kelompok fungsional yang lain. Pada proses pemutusan rantai, terjadi pelepasan energi yang tersimpan di dalam rantai tersebut. Energi yang lepas dapat menjadi sumber energi untuk memutuskan rantai yang lain dan melepaskan energy yang lebih banyak lagi.

48 21 Kemudian model tersebut dikembangkan menjadi teori fire tetrahedron dengan menambahkan elemen reaksi kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila ketiga elemen api tersebut ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup Cara Memadamkan Api Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran/nyala api. Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api. Teknik pemadaman dilakukan dengan media yang sesuai dengan prinsip-prinsip pemadaman tersebut. a. Pemadaman Dengan Pendingin (Cooling) Salah satu metode pemadam kebakaran yang paling umum adalah pendinginan dengan air. Proses pemadaman ini tergantung pada turunnya temperatur bahan bakar sampai ke titik dimana bahan bakar tersebut tidak dapat menghasilkan uap/gas untuk pembakaran. Bahan bakar padat dan bahan bakar cair dengan titik nyala (flash point) tinggi bisa dipadamkan dengan mendinginkannya. Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas-gas yang mudah menyala yang rendah titik nyalanya tidak dapat dipadamkan dengan mendinginkannya dengan air karena produksi uap tidak tidak dapat cukup dikurangi. Penurunan temperatur tergantung pada

49 22 penyemprotan aliran yang cukup dalam bentuk yang benar agar dapat membangkitkan keseimbangan panas negative. b. Pemadaman Dengan Pembatasan Oksigen (Dilution) Pengurangan kandungan oksigen di area juga dapat memadamkan api. Dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam. Pembatasan ini biasanya adalah satu cara yang paling mudah untuk memadamkan api. Pengurangan kandungan oksigen dapat dilakukan dengan membanjiri area tersebut dengan gas lembam seperti karbondioksida yang menggantikan oksigen atau dapat juga dikurangi dengan memisahkan bahan bakar dari udara seperti dengan menyelimuti dengan busa. Namun, cara-cara ini tidak berlaku pada bahan bakar yang jarang dipakai yang bisa beroksidasi sendiri. c. Pemadaman Dengan Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation) Dalam beberapa kasus, kebakaran bisa dipadamkan dengan efektif dengan menyingkirkan sumber bahan bakar. Pemindahan bahan bakar ini tidak selalu dapat dilakukan karena dalam prakteknya mungkin sulit, seperti contoh : memindahkan bahan bakar yaitu dengan menutup/membuka kerangan, memompa minyak ketempat lain, memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain-lain. d. Pemadaman Dengan Memutus Reaksi Rantai Api

50 23 Cara terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi rantai di dalam proses pembakaran. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar. Beberapa bahan pemadam seperti bahan kimia kering dan hidrokarbon terhalogenasi (halon) akan menghentikan reaksi kimia yang menimbulkan nyala api sehingga akan mematikan nyala api tersebut. Cara pemadaman ini efektif untuk bahan bakar gas dan cair karena keduanya akan menyala dahulu sebelum terbakar. Bara api tidak mudah dipadamkan dengan cara ini, karena saat halon tertutup, udara mempunyai jalan masuk pada bahan bakar yang sedang membara dan berlanjut sampai membakar. Pendinginan adalah salah satu cara yang praktis untuk memadamkan api yang membara. 13 D. Kebakaran 1. Pengertian Kebakaran Kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik, deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain). 14

51 24 2. Penyebab Terjadinya Kebakaran Penyebab terjadinya kebakaran bersumber pada tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor teknis dan faktor alam. a. Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain : 1) Faktor Pekerja a) Kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran b) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran c) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan d) Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsure kesengajaan 2) Faktor Pengelola a) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja b) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja c) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya. d) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan b. Faktor Teknis 1) Melalui proses fisik atau mekanik timbul panas akibat kenaikan suhu atau timbul bunga api terbuka 2) Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan, penyimpanan, penanganan barang atau bahan kimia

52 25 berbahaya tanpa memperhatikan petunjuk yang telah ada (MSDS) 3) Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar komponen lain c. Faktor Alam 1) Petir dalah salah satu penyebab kebakaran 2) Letusan Gunung berapi, dapat menyebabkan kebakaran hutan dan juga perumahan yang dilalui oleh lahar panas Klasifikasi Kebakaran Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya. Klasifikasi ini sangat penting untuk diketahui karena merupakan syarat pokok dalam melaksanakan pemadaman awal dari suatu kejadian kebakaran dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Perlu diketahui bahwa APAR yang beredar tidak semuanya bisa untuk memadamkan segala jenis api atau kebakaran (masing-masing mempunyai karakteristik). Klasifikasi yang dipakai di Indonesia menggunakan standar Amerika (NFPA) dan hal ini juga sesuai dengan klasifikasi yang tercantum pada label APAR yang beredar di pasar terutama yang buatan Amerika atau Jepang. a. Klas A

53 26 Api atau kebakaran benda-benda padat kecuali logam yang setelah terbakar akan meninggalkan arang atau abu. Misal : kayu, kertas, kapas, karet, tekstil dan lain-lain. b. Klas B Api atau kebakaran benda-benda cair atau gas. Misal : bensin, alkohol, eter, spiritus, minyak tanah, LPG dan lain-lain. c. Klas C Api dari korsleting listrik dan listrik itu sendiri bertegangan. d. Klas D Api dari benda-benda logam yang mudah terbakar. Misal : potasium, titanium, calcium dan lain-lain. Klasifikasi ini mulai di berlakukan di Indonesia tanggal 14 April 198 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/men/198 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR. 15 E. Bangunan Gedung Bangunan gedung didefinisikan sebagai wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagaian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan khusus.

54 27 Bangunan diklasifikasikan menurut tingkat ketahanan struktur utamanya terhadap api yang terdiri dari 4 (empat) kelas, yaitu kelas A, B, C dan D. 1. Bangunan kelas A, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 (tiga) jam, yaitu meliputi bangunan-bangunan : a. Hotel b. Pertokoan dan Pasar-raya c. Perkantoran d. Rumah Sakit dan Perawatan e. Bangunan Industri f. Tempat Hiburan g. Museum h. Bangunan dengan penggunaan ganda/campuran. 2. Bangunan kelas B, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan api sekurang-kurangnya 2 (dua) jam, yaitu meliputi bangunan-bangunan : a. Perumahan Bertingkat b. Asrama c. Sekolah d. Tempat Ibadah 3. Bangunan kelas C, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan api sekurang-kurangnya ½ (setengah) jam, meliputi bangunan gedung yang tidak bertingkat dan sederhana.

55 28 4. Bangunan kelas D, yaitu bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C tidak diatur di dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus, misalnya instalasi nuklir, bangunanbangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahanbahan yang mudah meledak. 16 F. Tanggap Darurat 1. Sistem Tanggap Darurat Sistem tanggap darurat adalah salah satu kombinasi dari metode yang digunakan pada bangunan untuk memperingatkan orang terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, pemadaman kebakaran. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Kesiapsiagaan darurat adalah sebuah program kegiatan jangka panjang yang tujuannya adalah untuk memperkuat keseluruhan kapasitas dan kemampuan suatu Negara atau komunitas untuk mengelola secara efisien semua jenis keadaan darurat dan membawa transisi teratur dari bantuan melalui pemulihan dan

56 29 kembali ke pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini membutuhkan rencana keadaan darurat dikembangkan, personil pada semua tingkat dan di semua sektor dilatih, dan komunitas yang menghadapi risiko dididik, dan bahwa tindakan tersebut akan dipantau dan dievaluasi teratur Manajemen Tanggap Darurat a. Organisasi Tanggap Darurat Organisasi tanggap darurat adalah sebuah struktur yang memberikan tugas khusus dan tanggung jawab untuk semua personel yang terlibat dalam operasi darurat. Bentuk struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran tergantung pada klasifikasi risiko terhadap bahaya kebakarannya. Struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran terdiri dari penanggung jawab tim penanggulangan kebakaran, kepala bagian teknik pemeliharaan dan kepala bagian keamanan. Kriteria organisasi tanggap darurat kebakaran yang baik yaitu : adanya tim penanggulangan kebakaran, organisasi tanggap darurat kebakaran dan petugas yang bertanggung jawab dalam organisasi tersebut sudah terlatih serta mempunyai peran masing-masing ketika terjadinya kejadian darurat kebakaran. 18

57 3 b. Prosedur Tanggap Darurat Prosedur tanggap darurat adalah tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat dengan memanfaatkan sumber daya dan sarana yang tersedia untuk menanggulangi akibat dan situasi yang tidak normal dengan tujuan mencegah atau mengurangi kerugian yang lebih besar. Prosedur tanggap darurat merupakan cakupan dari rencana tanggap darurat yang harus ada. Di dalam prosedur tersebut haruslah terdapat koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat. Disamping itu terdapat juga pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terjadwal secara rutin. 19 c. Pelatihan Tanggap Darurat Keberhasilan penanggulangan kebakaran/keadaan darurat tergantung pada sistem pelatihan. Isi latihan tanggap darurat kebakaran diantaranya adalah latihan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran, cara pakai dan bagaimana caranya mengatasi api kebakaran. Latihan tanggap darurat juga berisikan tentang cara evakuasi sesuai dengan prosedur yang ada di area tersebut, untuk memastikan bahwa semua elemen yang terlibat benar-benar mampu bertindak dalam keadaan darurat. Latihan kebakaran merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu penanggulangan kebakaran dalam suatu tim tanggap darurat harus

58 31 melaksanakan atau mengikuti latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat praktek. Tujuan dari latihan kebakaran adalah menciptakan kesiapsiagaan anggota tim di dalam menghadapi kebakaran agar mampu bekerja untuk mananggulangi kebakaran secara efektif dan efisien. Latihan yang bersifat praktik harus diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan atau kecakapan anggota dalam melaksanakan tugas yang diharapkan. Latihan kebakaran harus dilakukan seolah-olah dalam keadaan sebenarnya (simulasi) untuk mengetahui prosedur yang khusus dalan keadaan demikian. Pada akhir latihan peralatan pemadam kebakaran harus disiapkan kembali sehingga dapat digunakan dengan cepat dan tepat jika terjadi kebakaran yang sesungguhnya. Dan di dalamnya juga terdapat program pelatihan evakuasi kebakaran yang harus dilakukan secara periodic minimal 1 tahun sekali Sarana Proteksi Aktif a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah suatu media yang berisi bahan pemadam api dan memiliki tekanan baik dalam bentuk cartridge maupun strore pressure. Jenis-jenis APAR adalah : 1) Water

59 32 a) Berisi Air Biasa b) Gas penekan dalam tabung Nitrogen (N2) atau CO₂ c) Digunakan untuk kebakaran kelas A d) Operasinya sistem catridge 2) Busa/Foam a) Dapat digunakan untuk kebakaran kelas A dan B b) Berisi Sodium Bicarbonat dan Ammonium Phospat c) Bersifat Penyelimutan (smothering) 3) Bubuk Kimia Kering a) Sistem Gas catridge b) Ada yang menggunakan tepung regular berbahan baku sodium bicarbonate/baking soda c) Tepung kimia serba guna (multi porpose) d) Secara fisik, memutus udara luar dengan benda yang terbakar. Secara kimiawi memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-partikel tepung kimia tersebut akan menyerap radikal hydroksil dan api, terutama yang berbahan baku potosium bicarbonate dan monoammonium. 4) Karbondioksida a) Tidak meninggalkan residu/bekas b) Digunakan untuk kebakaran kelas B dan C c) Bersifat Pendinginan (cooling) d) Jangan disimpan didalam suhu yang terlalu panas 5) Hallon

60 33 a) Tidak meninggalkan bekas b) Efisien untuk semua jenis kebakaran (kelas A, B dan C) c) Tidak menimbulkan kerusakan sekunder pada peralatan elektronik yang sensitif dan tidak menyebabkan kebakaran dingin pada kulit d) Cocok untuk memadamkan kebakaran mobil, listrik, rumah tangga, computer dan bengkel Penempatan dan penggunaan APAR sebagai berikut : e) Digantung di dinding maksimum ketinggian 1,2 m pada puncak tabung f) Mudah dilihat dan dijangkau g) Periksa apakah siap dipakai atau tidak h) Gunakan bila diperlukan i) Cabut segel pengaman dan semprotkan langsung ke arah titik api sampai api padam j) Tabung yang kosong atau sudah digunakan harus diisi kembali. 21 b. Alarm Alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran. Tujuan pemasangan alarm kebakaran adalah untuk memberikan peringatan kepada penghuni akan adanya bahaya kebakaran, sehingga dapat melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan dalam kondisi darurat dan juga untuk

61 34 memudahkan petugas pemadam kebakaran mengidentifikasi titik awal terjadinya kebakaran. c. Detektor Kebakaran Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan. Detektor dibagi menjadi 4 macam jenis, yaitu : a. Detektor asap Detektor asap adalah alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari suatu pembakaran. b. Detektor panas Detektor panas adalah alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau laju kenaikan temperature yang tidak normal. c. Detektor nyala api Detektor nyala api adalah detector yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api. d. Detektor gas kebakaran Detektor gas kebakaran adalah alat detektor yang bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lainnya yang mudah terbakar. 22 d. Sprinkler Sprinkler adalah alat pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap atau permanen di dalam bangunan yang dapat

62 35 memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadinya kebakaran. Sistem pemadam otomatis ini akan bekerja bila ada asap awal nyala api yang terdeteksi oleh pengindera elektronik (sensor). 23 e. Hydrant Fungsi utama hydrant adalah sebagai salah satu sumber air apabila terjadi kebakaran. Hydrant kebakaran terdiri dari dua jenis, yaitu : 1) Hydrant halaman Hydrant halaman adalah hydrant yang penempatannya berada pada halaman (bagian luar) gedung. 2) Hydrant gedung Hydrant gedung adalah hydrant yang penempatannya terdapat didalam gedung atau bangunan. Yang termasuk dalam lingkup hydrant adalah Siamese, kopling, pilar hydrant, selang gulung, box hydrant, nozzle dan pemipaan Sarana Penyelamat Jiwa 25 a. Sarana Jalan Keluar Sarana jalan keluar dari suatu bangunan harus disediakan agar penghuni gedung tersebut dapat menggunakannya untuk menyelamatkan diri dengan jumlah, lokasi dan dimensi yang

63 36 sesuai dengan jarak tempuh, jumlah dan karakter penghuni gedung, fungsi bangunan, tinggi bangunan, dan arah sarana keluar. Sarana jalan keluar harus ditempatkan terpisah dengan memperhitungkan : 1) Jumlah lantai bangunan yang dihubungkan oleh jalan keluar tersebut 2) Sistem proteksi kebakaran yang terpasang pada bangunan 3) Fungsi atau penggunaan bangunan 4) Jumlah lantai yang dilalui 5) Tindakan petugas pemadam kebakaran b. Petunjuk Arah Jalan Keluar Pada saat kondisi emergensi akibat bencana, penghuni gedung akan mengalami panic dan kebingungan untuk melakukan sesuatu, terutama baik penghuni gedung yang belum memahami secara pasti struktur gedung. Oleh karena itu, petunjuk arah jalan keluar diperlukan di setiap gedung. Sebuah tanda jalan keluar harus jelas terlihat bagi setiap orang dan harus terpasang di atas atau berdekatan pada setiap pintu yang menuju jalan keluar. Tanda petunjuk jalan keluar harus memiliki tulisan KELUAR atau EXIT dengan tinggi minimum 1 cm dan dapat terlihat jelas pada jarak 2 m. Warna tulisan tersebut hijau dan diatas dasar putih, tembus cahaya, atau diberi penerangan. 26

64 37 c. Pintu Darurat Pintu darurat atau pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran. Daun pintu harus membuka keluar dan jika pintu tertutup maka tidak bisa dibuka dari luar (self closing door). Pintu kebakaran tidak boleh ada yang menghalangi baik didepan pintu ataupun dibelakangnya dan tidak boleh di kunci. d. Komunikasi Darurat Komunikasi yang baik dianggap sebagai hal yang paling sulit dilakukan pada saat bencana. Tujuan utama dari membangun sistem komunikasi darurat adalah mengirimkan informasi yang benar kepada orang yang tepat di waktu yang tepat. Hal ini harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Sistem perencanaan bencana perlu mencamtumkan daftar nomor telepon yang akan dihubungi saat kondisi bencana. e. Tangga Darurat Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika terjadi kebakaran. Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Tangga kebakaran atau darurat harus dilengkapi dengan pintu tahan api minimal 2 jam dengan bukaan ke tangga kebakaran dan dapat menutup secara otomatis. Tangga

65 38 kebakaran minimal 1 meter dan tidak boleh menyempit kearah bawah, tinggi maksimum anak tangga 17,5 cm, lebar injakan minimal 22,5 cm. Tangga darurat harus dilengkapi dengan pegangan tangan (Handrail) yang kuat setinggi 1,1 meter dan bukan merupakan tangga berputar atau melingkar. f. Penerangan Darurat Pada peristiwa kebakaran biasanya disertai dengan padamnya listrik utama. Timbulnya produk kebakaran, seperti asap memperburuk keadaan karena kepekatan asap membuat orang sulit untuk melihat ditambah lagi orang tersebut menjadi panik. Oleh karena itu, penting disediakan sumber energi cadangan untuk penerangan darurat (Emergency Light), baik pada tanda arah jalan keluar maupun jalur evakuasi. Adapun persyaratan dari penerangan darurat antara lain : 1) Sinar lampu berwarna kuning, sehingga dapat menembus asap serta tidak menyilaukan 2) Ruangan yang disinari adalah jalan menuju ke pintu darurat saja 3) Sumber tenaga didapat dari battery atau listrik dengan instalasi kabel yang khusus sehingga saat ada api lampu tidak perlu dimatikan

66 39 g. Tempat Berhimpun Tempat berhimpun adalah tempat di area sekitar atau diluar lokasi yang dijadikan sebagai tempat berhimpun/berkumpul setelah proses evakuasi dan dilakukan perhitungan saat terjadi kebakaran. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi. G. Teori Perilaku Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif, psikomotor. Dalam perkembangannya, teori bloom ini di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : 1. Pengetahuan Menurut Soekamto pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang diperoleh dari ppendidikan, pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Perubahan perilaku baru adalah suatu proses yang komplek dan memerlukan waktu yang relatif lama. Tahapan yang pertama adalah pengetahuan, sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut Sikap

67 4 Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai suatu objek/situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon/berprilaku dalam cara yang dipilihnya Praktik Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). 29 H. K3 Kelistrikan 1. Landasan Hukum 3 Dalam pelaksanaan pemasangan instalasi listrik mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti : a. Undang-undang no. 1 tahun 197 tentang keselamatan kerja b. Undang-undang No. 3 Tahun 29 tentang ketenagalistrikan c. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1.P/4/M.PE/199 tentang Insalasi Ketenagalistrikan d. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2 (PUIL 2) 2. Komponen Pokok Instalasi Listrik Komponen instalasi listrik adalah perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian listrik. Komponen yang digunakan dalam pemasangan instalasi listrik banyak macam dan ragamnya.

68 41 Namun, pada dasarnya komponen instalasi listrik dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Bahan pengantar listrik; b. Bahan isolasi; c. Pipa instalasi; d. Kotak Sambung e. Sakelar; f. Fitting; g. Perlengkapan Bantu. 3. Sistem Proteksi Listrik Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari: a. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT) b. Relay c. Trafo arus (Current Transformer, CT) d. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT) e. Kabel kontrol f. Catu daya, Supplay (batere) 4. Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik 31

69 42 Pekerjaan-pekerjaan perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik meliputi : a. Membersihkan kotoran dan debu-debu yang menempel pada perlengkapan instalasi listrik. b. Memeriksa dan memperbaiki keadaan perlengkapan instalasi listrik lainnya, apabila ada yang kendor, maka skrupnya dikencangkan lagi. c. Menjauhkan perlengkapan instalasi listrik dari sumber yang membahayakan, misalnya sumber api, sumber air dan sebagainya. d. Memeriksa dan memperbaiki keadaan fisik perlengkapan instalasi listrik. 5. Perawatan dan Perbaikan Hubungan Kelistrikan Instalasi Listrik Sebelum melaksanakan perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik, sakelar pemutus daya dan MCB harus dibuka terlebih dahulu serta sekring dilepaskan. Pekerjaanpekerjaan dalam perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik meliputi : a. Kotak sekering / PHB. b. Sambungan kawat instalasi. 6. Perawatan dan Perbaikan Bangunan Instalasi Listrik Lama kelamaan gedung tempat instalasi dipasang akan mengalami proses penuaan yang jika dibiarkan dapat mengganggu perlengkapan instalasi listrik yang bersangkutan.

70 43 H. Kerangka Teori Hazard Identification (Identifikasi Bahaya) Calculated Risk (Risiko yang Diperhitungkan) Risk Assessment (Penilaian Risiko) Risk Control (Pengendalian Risiko) RISK MANAGEMENT (Manajemen Risiko) Sumber : Soehatman, Ramli. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Maanagement. Dian Rakyat. Jakarta. 21

71 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian Bahaya Kebakaran Gedung A Bahaya Kebakaran Gedung B Bahaya Kebakaran Gedung C Hazard Identification (Identifikasi Bahaya) Bahaya Kebakaran Gedung D Bahaya Kebakaran Gedung E Risk Control (Pengendalian Risiko) Bahaya Kebakaran Gedung F Bahaya Kebakaran Gedung G Bahaya Kebakaran Gedung Poliklinik Bahaya Kebakaran Gedung UDINUS Gambar 3.1 Alur Penelitian 44

72 45 B. Jenis Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mendeskripsikan risiko kebakaran dalam pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di Universitas Dian Nuswantoro. 2. Metode pengambilan data Penelitian ini menggunakan metode Wawancara (interview) dan Observasi, dimana peneliti menggunakan lembar observasi berupa daftar pertanyaan dan lembar checklist sebagai alat pengumpul data. C. Variabel Penelitian Adapun aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Identifikasi Bahaya 2. Pengendalian Risiko D. Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Ukur dan Instrumen Penelitian No Variabel Penelitian Definisi Operasional Instrumen Penelitian 1 Identifikasi Bahaya Mengidentifikasi bahaya kebakaran di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, seperti Lembar observasi dan kuesioner

73 46 3 Pengendalian Risiko : hubungan arus pendek dan proses memasak. Bagian yang diidentifikasi yaitu ruangan yang terdapat di UDINUS. Pengurang kemungkinan terjadinya bahaya dengan pendekatan teknis, seperti : Organisasi tanggap darurat, prosedur tanggap darurat, pelatihan tanggap darurat, sarana proteksi, sarana penyelamat jiwa Lembar Observasi dan Kuesioner E. Subjek dan Objek 1. Subjek dalam penelitian ini adalah : a. Staff bagian sarana dan prasarana 1 orang b. Kepala teknisi Listrik yang berjumlah 1 orang Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan subjek yaitu : 1) Responden yang bertugas sebagai pengadaan sarana dan prasarana sistem tanggap darurat yang terdapat di Universitas Dian Nuswantoro Semrang 2) Responden yang bertugas dalam pemeliharaan atau perbaikan sistem kelistrikan serta sistem proteksi aktif di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

74 47 2. Objek dalam penelitian ini adalah 8 gedung dan 92 ruangan yang terdapat Universitas Dian Nuswantoro Semarang F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan yang disiapkan untuk pedoman wawancara dan lembar checklist untuk panduan pengambilan data analisis risiko kebakaran dan pemenuhan sistem tanggap darurat di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. G. Pengumpulan Data Jenis pengumpulan data yang dilakukan di bagi menjadi dua yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Sumber data penelitian terdiri dari : a. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara observasi tentang analisis risiko kebakaran dan wawancara kepada teknisi listrik dan bagian pengadaan sarana dan prasarana sistem tanggap darurat. Observasi tentang pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang mencakup data umum, seperti jumlah alat pemadam kebakaran serta jumlah teknisi listrik yang diperoleh dari Biro Umum Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 214.

75 48 H. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif yang bersifat terbuka yaitu dengan menggunakan proses berfikir induktif, yang pengujiannya bertitik tolak dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Data deskriptif yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode pengolahan analisa deskripsi. Metode pengolahan analisa deskripsi yaitu pengumpulan data. Data disimpulkan dari wawancara mendalam dan observasi (hasil pengukuran). Hasilnya ditulis dalam bentuk catatan lapangan yang berbentuk lembar pengamatan. Tabel 3.2 Rincian Instrumen Penelitian Responden Subyek / Informan Data yang dikumpulkan Alat Metode/ Cara 1. Staff Sarana - Daftar Lembar daftar Wawancara dan Prasarana pertanyaan No (Sistem tanggap pertanyaan & Lembar checklist darurat) No bangunan gedung 2. Teknisi - Daftar Lembar checklist Wawancara Kelistrikan pertanyaan No. bangunan gedung 7, 8, 9.

76 49 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Universitas Dian Nuswantoro Semarang Lokasi penelitian ini berada di Kampus Universitas Dian Nuswantoro yang merupakan wilayah kampus yang padat penghuninya, tepatnya berada di Kelurahan Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah. Universitas Dian Nuswantoro terletak dipusat kota yang berdekatan dengan gedung pemerintahan, gedung sekolah, perkantoran dan pemukiman penduduk. Universitas Dian Nuswantoro berada di Jalan Nakula 1 No Semarang. Adapun batas geografi dari Universitas Dian Nuswantoro adalah : Utara Selatan Timur Barat : Jalan Indrapasta : Jalan Soegiyopranoto : Jalan Imam Bonjol : Jalan Soegiyopranoto Kampus Universitas Dian Nuswantoro berdiri tanggal 3 Agustus 211. Universitas Dian Nuswantoro memiliki 5 fakultas antara lain Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Bahasa dan Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Tehnik dan Fakultas Kesehatan serta 18 Program Studi yang ditunjang dengan beberapa fasilitas laboratorium dan poliklinik kesehatan. Universitas ini memiliki 8 gedung yang menaungi 5 fakultas diantaranya gedung A, B, C, D, E, F, G dan poliklinik. 49

77 5 B. Data gedung 1. Konstruksi bangunan Struktur konstruksi bangunan Universitas Dian Nuswantoro Semarang secara umum adalah sebagai berikut : a. Struktur Utama : Beton b. Dinding : Dinding dengan finishing plester tembok dan dicat, ada bebarapa yang menggunakan papan c. Lantai utama : Keramik d. Lantai ruangan : Keramik e. Jendela : Jendela kaca dengan kusen kayu dan baja f. Pintu : Pintu dengan kusen kayu, kaca dan baja 2. Bentuk dan Layout bangunan Gedung Universitas Dian Nuswantoro terbagi menjadi 8 gedung. Ada beberapa gedung yang saling terintegrasi namun ada juga gedung yang terpisah. Gedung yang terintegrasi yakni gedung A, gedung B, gedung C, gedung D, gedung E, gedung F dan gedung H. Sedangkan gedung yang terpisah yaitu gedung Poliklinik dan gedung G.Berikut layout gedung UDINUS :

78 51 Gambar 4.1 Layout UDINUS 3. Klasifikasi Bangunan Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/28, bangunan gedung UDINUS termasuk ke dalam klasifikasi kelas jamak, yaitu bila beberapa bagian dari bangunan gedung harus diklasifikasikan secara terpisah dan bila bagian bangunan gedung memiliki fungsi yang berbeda tidak lebih dari 1% dari luas lantai suatu tingkat bangunan gedung. Gedung UDINUS termasuk dalam klasifikasi tersebut karena pada beberapa lantai dari bangunan terdapat fungsi yang berbeda seperti fungsi ruang dosen, laborat dan ruang perkuliahan. Menurut KepMen PU No. 1 Tahun 2, gedung UDINUS termasuk klasifikasi kebakaran sedang I, yaitu memiliki ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan

79 52 bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga perjalanan api sedang. Menurut NFPA, klasifikasi kebakaran gedung UDINUS termasuk kelas A (kebakaran dengan bahan padat biasa) dan kelas C (kebakaran listrik). 4. Sumber Air Sumber utama air bersih yang digunakan di UDINUS berasal dari PDAM serta air sumur. C. Profil Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di UDINUS Dari hasil wawancara dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.1 Pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di UDINUS No Uraian Jawaban Ya Tidak Keterangan UDINUS memiliki ruang kerja listrik UDINUS mempunyai teknisi listrik Tidak terdapat ruang kerja listrik. Jumlah karyawan 7 orang UDINUS melakukan pemeliharaan instalasi listrik Waktu pemeliharaan rutin Program pemeliharaan listrik di UDINUS Audit kebakaran di UDINUS Proses perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik Pemeliharaan dilakukan apabila terjadi gangguan Hanya jika ada gangguan Pemeriksaan, perawatan serta perbaikan Tidak pernah dilakukan audit kebakaran. membersihkan kotoran dan debu-debu yang menempel pada

80 Proses perawatan dan perbaikan bangunan instalasi listrik Proses perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik perlengkapan instalasi listrik (lampu, fiting, sakelar, kotak kontak, PHB, dll) memeriksa dan memperbaiki keadaan perlengkapan instalasi listrik. Menjauhkan perlengkapan instalasi listrik dari sumber yang membahayakan, misalnya sumber api, sumber air dan lainnya Memeriksa dan memperbaiki keadaan fisik perlengkapan instalasi listrik Tidak dilakukan proses perawatan. Tabel hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa secara keseluruhan UDINUS sudah memenuhi sistem tanggap darurat kebakaran. Yang belum dilakukan dalam sistem tanggap darurat yakni pemeriksaan rutin setiap bulan serta belum adanya audit kebakaran dan tidak adanya ruang kerja listrik. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa UDINUS sudah memenuhi sistem tanggap darurat kebakaran. 5. Identifikasi Bahaya Kebakaran Berikut adalah tabel identifikasi bahaya kebakaran yang ada di beberapa ruang di gedung UDINUS yang diobservasi oleh peneliti :

81 54 Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Kebakaran No Gedung Lantai Fungsi lokasi 1. A 1 Ruang perkantoran dan dapur 2 Perpustakaan dan kamar mandi 2 B 1 Laborat dan ruang kerja 2 Tata usaha dan ruang kuliah 3 Laborat dan ruang kerja 4 Laborat dan ruang kuliah Sumber bahaya Listrik Panas Elektronik Kertas Plastik Air Listrik Elektronik Kertas Air Listrik Elektronik Kertas Listrik Elektronik Kertas Kayu Listrik Elektronik Kertas Kayu Listrik Elektronik Kertas Kayu 5 Laborat Listrik Elektronik 3 C 1 Ruang kerja, Ruang dosen, kamar mandi 2 Ruang dosen,ruang kuliah, lab pasar modal, lab akuntansi dan perpajakan 3 Ruang kuliah dan ruang BEM FE, kamar mandi Listrik Elektronik Kertas Kayu Listrik Elektronik Kertas Kayu Listrik Kertas Elektronik Kayu Penyebab klasifikasi bahaya Hubungan arus pendek dan proses memasak (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek (Sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1)

82 55 4 Ruang kuliah, kamar mandi dan rumah tangga, BEM F.Kesh 5 Ruang kerja, kamar mandi dan rumah tangga 4 D 1-5 Ruang kerja dan laborat, ruang perkuliahan, kamar mandi 5 E 1-3 Warnet, ruang kerja, kamar mandi dan rumah tangga Listrik Panas Kertas Elektronik Kayu Listrik Panas Kertas Elektronik Kayu Listrik Kertas Elektronik Kayu Listrik Kertas Elektronik Kayu Panas Hubungan arus pendek, memasak (Sedang 1) Hubungan arus pendek, memasak (sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek dan memasak (Sedang 1) 6 F 1-2 Ruang UKM Listrik Kertas 7 G 1-3 Ruang kerja, kuliah dapur, kamar mandi dan perkantoran Listrik Kertas Elektronik Panas Kayu 8 Poliklinik 1-3 Perkantoran Listrik Kertas Elektronik Kayu Hubungan arus pendek (sedang 1) Hubungan arus pendek dan memasak (Sedang 1) Hubungan arus pendek (sedang 1) Berdasarkan pada penelitian di beberapa ruangan gedung UDINUS, didapatkan tiga unsur segitiga api yang dapat mendukung terjadinya bahaya kebakaran, antara lain :

83 56 1. Bahan bakar atau bahan-bahan yang mudah terbakar Tabel 4.3 Unsur bahan bakar Jenis bahan 1. Padatan yang mudah terbakar a. Kayu b. Kertas c. Kain d. Benda elektronik 2. Cairan mudah terbakar Wujud benda a. Meja, rak buku, pintu, tangga b. Buku c. Sofa, lap, baju, karpet d. Laptop, komputer, ponsel, mesin panel, peralatan dapur. Minyak Letak a. Semua gedung yang terdapat di Udinus b. Semua gedung yang terdapat di Udinus c. Semua gedung yang terdapat di Udinus d. Semua gedung di UDINUS Gedung F dan Gedung E pada ruang Lab. Kesehatan 3. Gas LPG, gas bertekanan Ruang rumah tangga

84 57 2. Sumber panas Jenis bahan Tabel 4.4 Unsur Sumber Panas Wujud benda Letak 1. Listrik Mesin panel kontrol Laptop Komputer Peralatan dapur 2. Api terbuka Kompor Korek api Puntung rokok - Gedung A pada lantai 1 dan 2 - Gedung B pada lantai lantai 1, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 - Gedung C pada lantai 1, 2, dan 5 - Gedung D pada lantai 1, 2, dan 4 - Gedung E pada lantai 1, dan lantai 2 - Gedung F - Gedung G pada lantai 1, 2 dan 3 Rumah tangga Gedung A lantai 1, gedung B lantai 1 dan 5, gedung C lantai 1 dan 5, gedung D lantai 1 dan 2, gedung E lantai 1 dan 2, dan F

85 58 3. Oksigen Unsur oksigen merupakan unsur pelengkap dalam segitiga api. Oksigen yang banyak terdapat diudara yaitu sekitar 2,9% dari total seluruh gas yang ada di udara. Demikian pula di semua gedung UDINUS terdapat kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya proses penyalaan api atau bahaya kebakaran. D. Hasil Observasi Gedung A Gedung A merupakan gedung berlantai 2 dengan spesifikasi gedung sebagai berikut : 1. Lantai 1 Terdiri dari : a. Ruang Biro Umum (BIUM) b. Ruang Biro Akademik (BIAK) c. Ruang Biro Mahasiswa (BIMA) d. Ruang P3M & PSI e. Ruang Rumah Tangga f. Kamar mandi 2. Lantai 2 : Merupakan ruang perpustakaan pusat dan kamar mandi.

86 59 1. Umum Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung A Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 4 1 Ruang bebas asap rokok Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di gedung A UDINUS 5% memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Beberapa ruang yang kurang memadai dengan jumlah penghuninya, antara lain ruang BIUM dan ruang P3M&PSI Secara keseluruhan, semua ruangan di gedung A UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian lebih dari 8% ruangan di gedung A UDINUS bebas asap rokok. Hanya ruang rumah tangga yang terdapat di gedung A yang tidak bebas dari asap rokok.

87 6 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung A Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 5 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 5 1 Kondisi peralatan listrik baik 5 1 Kondisi kabel, penyalur baik 5 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 5 1 Stop kontak baik Portable baik 4 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi, instalasi listrik yang terdapat di 5 ruangan digedung A 1% instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Sambungan listrik di 5 ruang digedung A 1% terawat dengan baik. c. Kondisi peralatan listrik baik

88 61 Peralatan-peralatan listrik di 5 ruang di gedung A 1% dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Kabel, penyalur pada 5 ruang di gedung A terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Pada gedung A 1% tersedia sistem grounding. f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Sekring disemua ruang gedung A 1% memenuhi syarat, jenis dan kapasitasnya. g. Stop kontak baik Stop kontak di 4 ruang gedung A 8% baik dan 2% tidak baik yaitu pada ruang perpustakaan. Stop kontak ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik Sistem Perkabelan untuk peralatan kantor/portable di 4 ruang gedung A 1% dalam kondisi baik namun kurang tertata.

89 62 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung A Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 2 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 2 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 2 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 2 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 2 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 2 1 Terdapat komunikasi darurat 2 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 2 Lampu darurat tersedia 2 1 Tersedia tempat berhimpun 1 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar Berdasarkan hasil observasi mengenai sarana jalan keluar pada gedung A yaitu pada 2 tingkat lantai 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar

90 63 Berdasarkan hasil observasi yang mana menyatakan bahwa pada 2 lantai gedung A 1% tidak dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pada 2 lantai 1% jalan keluar di Gedung A UDINUS terlihat jelas namun tidak diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi diketahui 1% gedung A UDINUS tidak terdapat pintu darurat e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Hasil observasi menyebutkan bahwa 1% jalan darurat di gedung A UDINUS sudah memadai dan dalam keadaan aman serta bebas dari halangan f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi diketahui 1% gedung A UDINUS tidak terdapat pintu darurat g. Komunikasi darurat Hasil kuesioner menyebutkan bahwa 1% gedung A UDINUS tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Tabel diatas menjelaskan bahwa 1% gedung A UDINUS tidak dilengkapi dengan tangga darurat.. i. Lampu darurat

91 64 Berdasarkan hasi observasi diketahui bahwa 1% gedung A UDINUS belum terpasang lampu darurat. j. Tempat berhimpun Hasil observasi menjelaskan bahwa 1% gedung A UDINUS tersedia tempat berhimpun. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung A Uraian Ya Tidak Jml % Jml % APAR tersedia 2 1 APAR ditempatkan dengan baik dan mudah 2 1 dijangkau APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala 2 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 2 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 2 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 2 1 terawat dan diuji berkala Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 2 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 2 1

92 65 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Apar tersedia Berdasarkan hasil observasi menyebutkan bahwa pada gedung A UDINUS 1% tersedia APAR. Pada gedung A terdapat 6 buah APAR, yakni 5 buah APAR dilantai 1 dan 1 buah APAR dilantai 2 b. Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Semua APAR yang terdapat pada lantai 1 dan lantai 2 gedung A 1% ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala Semua APAR yang terdapat pada lantai 1 dan 2 gedung A 1% dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi 1% pada lantai 1 dan 2 gedung A tidak terdapat Springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi, 1% pada lantai 1 dan 2 gedung A tidak terdapat detector kebakaran.

93 66 f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi, 1% pada gedung A tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi, 1% pada gedung A tidak terdapat pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi, 1% pada gedung A tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdarakan hasil observasi, 1% pada gedung A tidak tersedia hydrant. 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.9 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung A Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 4 1 Kondisi komputer baik 4 1 Sumber : Data yang diolah, 214

94 67 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 4 ruang gedung A UDINUS 1% baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di gedung A UDINUS dalam keadaan baik. E. Hasil Observasi dan Wawancara Gedung B Gedung B merupakan gedung berlantai 5 dengan spesifikasi gedung sebagai berikut: 1. Lantai 1 Terdiri dari ruang : a. Ruang LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) b. Ruang Lab. Career Center c. Ruang Biro Promosi dan Administrasi 2. Lantai 2 Terdiri dari ruang : a. Ruang Tata Usaha Fakultas Teknik b. Ruang kuliah Fakultas Teknik 3. Lantai 3 Terdiri dari ruang : a. Ruang Dekanat Fakultas Teknik b. Ruang Rapat Fakultas Teknik c. Ruang Dosen Fakultas Teknik d. Ruang Kemahasiswaan Fakultas Teknik

95 68 e. Ruang Lab. Teknik (Lab. Simulasi, Lab. Analog, Lab. Digital, Lab. Instrumen) 4. Lantai 4 Terdiri dari ruang : a. Ruang Lab Robotik b. Ruang Lab Desain Produk c. Ruang Lab APK/Ergonomi 5. Lantai 5 terdiri dari ruang Lab. Broadcasting 1. Umum Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung B Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 17 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 17 1 Ruang bebas asap rokok 16 94,1 1 5,8 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan yaitu pada 17 ruaang di gedung B UDINUS 1% memiliki kapasitas yang memadai, sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, semua 17 di gedung B UDINUS 1% tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. 94,1% ruangan

96 69 di gedung B UDINUS bebas asap rokok. Hanya ruang Lab. Broadcast yang tidak bebas asap rokok. 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.11 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung B Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 17 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 17 1 Kondisi peralatan listrik baik 17 1 Kondisi kabel, penyalur baik 17 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 17 1 Stop kontak baik 17 1 Portable baik 17 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan observasi, instalasi listrik yang terdapat di 17 ruang gedung B 1% dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik

97 7 Sambungan listrik di 17 ruang digedung B 1% terawat dengan baik. c. Kondisi peralatan listrik baik Peralatan-peralatan listrik di 17 ruang di gedung B 1% dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Kabel, penyalur pada 17 ruang di gedung B 1% terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Pada gedung B 1% tersedia sistem grounding. f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Sekring di 17 ruang gedung B 1% memenuhi syarat, jenis dan kapasitasnya. g. Stop kontak baik Stop kontak di 17 ruang gedung B 1% baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik Sistem Perkabelan untuk peralatan kantor/portable di 17 ruang gedung B 1% dalam kondisi baik namun kurang tertata.

98 71 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.12 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung B Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 5 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 5 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 5 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 5 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 5 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 5 1 Terdapat komunikasi darurat 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 5 1 Lampu darurat tersedia 5 1 Tersedia tempat berhimpun 1 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar Berdasarkan hasil observasi mengenai sarana jalan keluar pada 5 lantai gedung B, 1% memiliki sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar

99 72 Berdasarkan hasil observasi mengenai petunjuk arah jalan keluar pada 5 lantai gedung B 1% memiliki petunjuk arah jalan keluar yaitu bertuliska JALUR EVAKUASI yang mengarah pada tangga. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi mengenai semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda pada 5 lantai gedung B 1% jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tidak terdapat pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan. f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tidak terdapat pintu darurat. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tidak terdapat komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tidak terdapat tangga darurat. i. Lampu darurat

100 73 Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tidak terdapat lampu darurat j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi 5 lantai pada gedung B 1% tersedia tempat berhimpun yang terletak pada halaman depan gedung A, namun tidak terdapat tanda bahwa lokasi tersebut adalah tempat berhimpun. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.13 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung B Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 5 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 5 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 5 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 5 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 5 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 5 1 terawat dan diuji berkala Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 1 1

101 74 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 5 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 5 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% APAR tersedia. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yaitu 4 bulan sekali dilakukan pengecekan serta 1 tahun sekali pengisian ulang. d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% tidak terdapat springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% detector kebakaran tidak tersedia.

102 75 f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung B 1% tidak tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung B 1% tidak tersedia hydrant. 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.14 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung B Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 17 1 Kondisi komputer baik 17 1 Sumber : Data yang diolah, 214

103 76 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 17 ruang gedung B UDINUS baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di 17 ruang gedung B UDINUS dalam keadaan baik. F. Hasil Observasi Gedung C Gedung A merupakan gedung berlantai 2 dengan spesifikasi gedung sebagai berikut : 1. Lantai 1 Terdiri dari ruang : a. Ruang Tata Usaha Ekonomi b. Ruang Dosen Akuntansi c. Ruang Sekretariat dan Pemimpin 2. Lantai 2 Terdiri dari ruang : a. Ruang Lab Akuntansi dan Perpajakan b. Ruang Lab Pasar Modal c. Ruang Dosen Manajemen 3. Lantai 3 Terdiri dari ruang: a. BEM Fakultas Ekonomi b. Ruang Perkuliahan c. Ruang Rumah Tangga 4. Lantai 4

104 77 Terdiri dari ruang: a. Ruang Perkuliahan b. Ruang HM dan BEM Fakultas Kesehatan c. Ruang Rumah Tangga 5. Lantai 5 Terdiri dari ruang: a. Ruang Tata Usaha Fakultas Kesehatan b. Ruang Kepala Poliklinik c. Ruang Dosen Fakultas Kesehatan d. Ruang Rapat e. Ruang Perkuliahan f. Ruang Rumah Tangga g. Ruang Kamar Mandi 1. Umum Tabel 4.15 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung C Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 13 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 13 1 Ruang bebas asap rokok 13 81,2 3 18,7 Sumber : Data yang diolah, 214

105 78 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas 13 ruang di gedung C UDINUS 1% memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, 13 ruangan di gedung C UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian lebih dari 81,2% ruangan di gedung UDINUS bebas asap rokok. Hanya ruang rumah tangga dan kamar mandi yang tidak bebas dari asap rokok. 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.16 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung C Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 13 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 13 1 Kondisi peralatan listrik baik 13 1 Kondisi kabel, penyalur baik 13 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 13 1 Stop kontak baik 13 8 Portable baik 13 1 Sumber : Data yang diolah, 214

106 79 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% instalasi instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% sambungan listrik terawat dengan baik c. Kondisi peralatan listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung C. f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% stop kontak semua baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik

107 8 Berdasarkan hasil observasi pada 13 ruang gedung C 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik namun tidak tertata. 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.17 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamatan Jiwa Gedung C Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 5 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 5 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 5 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 5 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 5 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 5 1 Terdapat komunikasi darurat 5 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 5 1 Lampu darurat tersedia 5 1 Tersedia tempat berhimpun 1 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar

108 81 Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% terdapat petunjuk arah jalan keluar berupa tanda JALUR EVAKUASI. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi diketahui 1% gedung A UDINUS tidak terdapat pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan. f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak terdapat pintu darurat. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak dilengkapi dengan tangga darurat.. i. Lampu darurat

109 82 Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% belum terpasang lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi 1% gedung C tersedia tempat berhimpun yang terletak di halaman depan gedung C, namun tidak terdapat tanda bahwa dilokasi tersebut adalah tempat berhimpun. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.18 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung C Uraian Ya Tidak Jml % Jml % APAR tersedia 5 1 APAR ditempatkan dengan baik dan mudah 5 1 dijangkau APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala 5 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 5 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 5 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 5 1 terawat dan diuji berkala

110 83 Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 1 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 5 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 5 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tersedia apar. Pada gedung C terdapat 12 buah APAR, yakni 2 buah APAR dilantai 1, 3 buah APAR dilantai 2, 2 buah APAR dilantai 3, 2 buah APAR dilantai 4, 3 buah APAR dilantai 5. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak terdapat Springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala

111 84 Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak terdapat detector kebakaran. f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung C 1% tidak tersedia hydrant. 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.19 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung C Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 13 1 Kondisi komputer baik 13 1 Sumber : Data yang diolah, 214

112 85 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 13 ruang gedung C UDINUS baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di 13 ruang gedung C UDINUS dalam keadaan baik G. Hasil Observasi Gedung D Gedung D merupakan gedung berlantai 5 dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Lantai 1 : Terdiri dari : a. Ruang TU. FIK b. Ruangan dosen FIK c. Ruangan galeri d. Ruangan rapat e. Ruangan BEM 2. Lantai 2 : Terdapat ruang Lab. Hardware 3. Lantai 3 : Terdapat ruang perkuliahan 4. Lantai 4 : Terdiri dari ruang : a) Ruang perkuliahan b) Ruang Lab RMIK 5. Lantai 5 : Terdapat ruang Perkuliahan

113 86 1. Umum Tabel 4.21 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung D Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 8 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 8 1 Ruang bebas asap rokok 7 87,5 1 12,5 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di gedung UDINUS memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, 8 ruang gedung D UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian lebih dari 87,5% bebas asap rokok. Hanya pada ruang kuliah tidak bebas dari asap rokok.

114 87 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.21 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung D Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 8 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 8 1 Kondisi peralatan listrik baik 8 1 Kondisi kabel, penyalur baik 8 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 8 1 Stop kontak baik 7 87,5 1 12,5 Portable baik 8 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% instalasi instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% sambungan listrik terawat dengan baik c. Kondisi peralatan listrik baik

115 88 Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung D f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 7 ruang gedung D 87,5% stop kontak semua baik, namun stop kontak pada ruang Tata Usaha Fakultas Ilmu Komputer 12,5% tidak baik dan ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik Berdasarkan hasil observasi pada 8 ruang gedung D 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik namun tidak tertata.

116 89 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.22 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelematan Jiwa Gedung D Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 5 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 5 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 5 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 5 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 5 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 5 1 Terdapat komunikasi darurat 5 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 5 1 Lampu darurat tersedia 5 1 Tersedia tempat berhimpun 1 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa petunjuk arah jalan keluar yang tersedia di

117 9 semua gedung D UDINUS terbuat dari plat besi yang bertuliskan JALUR EVAKUASI. Tanda ini dipasang ditempat yang mudah terlihat dan mengarah pada tangga darurat. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% pintu darurat membuka keluar. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% jalan darurat sudah memadai dan dalam keadaan aman serta bebas dari halangan f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi dijelaskan pada 5 lantai gedung D 1% jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% dilengkapi dengan tangga darurat. Kondisi tangga darurat di lantai 2 gedung D terhalang oleh tumpukan kursi dan komputer SIADIN yang sudah tidak terpakai.

118 91 i. Lampu darurat Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak tersedia lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi pada gedung D 1% tersedia tempat berhimpun. Tempat berhimpun tersebut terletak didepan gedung D, akan tetapi di lokasi tersebut belum terdapat tanda yang dapat menunjukkan tempat berkumpul atau assembly point atau muster point. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.23 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung D Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 5 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 5 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 5 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 5 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 5 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 5 1

119 92 terawat dan diuji berkala Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 1 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 5 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 5 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tersedia apar. Pada gedung D terdapat 14 buah APAR, yakni 4 buah APAR dilantai 1, 2 buah APAR dilantai 2, 3 buah APAR dilantai 3, 2 buah APAR dilantai 4, 3 buah APAR dilantai 5. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak terdapat Springkler.

120 93 e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak terdapat detector kebakaran. f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung C 1% tidak tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tidak tersedia hydrant.

121 94 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.24 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung D Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 8 1 Kondisi komputer baik 8 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 8 ruang gedung D baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di 8 ruang gedung D dalam keadaan baik. H. Hasil Observasi Gedung E Gedung E merupakan gedung berlantai 3 dengan spesifikasi sebagai berikut : Terdiri dari : 1. Lantai 1 : Terdiri dari ruang : a. Warnet UDINUS b. Ruangan server c. Ruangan kegiatan mahasiswa

122 95 d. Laborat kesehatan 2. Lantai 2 : Terdiri dari ruang : a. Ruang metting b. Ruang pimpinan c. Ruang redaksi d. Ruang editing e. Ruang dubbing f. Ruang ganti dan rias g. Ruang studio 1 h. Ruang studio 2 i. Ruang operator studio j. Ruang property dan dapur 3. Lantai 3 : Terdiri dari ruang : a. Ruang serbaguna b. Ruang operator

123 96 1. Umum Tabel 4.25 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 17 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 17 1 Ruang bebas asap rokok 13 76,4 4 23,5 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas 17 ruang di gedung E memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, 17 ruang di gedung E tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian lebih dari 76,4% ruangan di gedung E bebas asap rokok. Hanya ruang warnet, ruang kegiatan mahasiswa dan dapur yang tidak bebas dari asap rokok

124 97 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.26 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 17 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 17 1 Kondisi peralatan listrik baik 17 1 Kondisi kabel, penyalur baik 17 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 17 1 Stop kontak baik 17 1 Portable baik 17 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% sambungan listrik terawat dengan baik c. Kondisi peralatan listrik baik

125 98 Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung E f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Berdasarkan hasil observasi pada 18 ruang gedung E 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% stop kontak semua baik dan ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik Berdasarkan hasil observasi pada 17 ruang gedung E 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik namun tidak tertata.

126 99 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.27 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamat Jiwa Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 3 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 3 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 3 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 3 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 3 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 3 1 Terdapat komunikasi darurat 3 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 3 1 Lampu darurat tersedia 3 1 Tersedia tempat berhimpun 1 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa petunjuk arah jalan keluar yang tersedia di

127 1 semua gedung E terbuat dari plat besi yang bertuliskan JALUR EVAKUASI. Tanda ini dipasang ditempat yang mudah terlihat dan mengarah pada tangga darurat. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak terdapat pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% jalan darurat sudah memadai dan dalam keadaan aman serta bebas dari halangan f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak terdapat pintu darurat. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% dilengkapi dengan tangga darurat. Tangga darurat baik dan tidak terhalang. i. Lampu darurat

128 11 Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak tersedia lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi pada gedung E 1% tersedia tempat berhimpun. Tempat berhimpun tersebut terletak didepan gedung E, akan tetapi di lokasi tersebut belum terdapat tanda yang dapat menunjukkan tempat berkumpul atau assembly point atau muster point. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.28 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 3 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 3 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 3 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 3 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 3 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 1 1 terawat dan diuji berkala

129 12 Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 1 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 3 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 3 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tersedia APAR. Pada gedung E terdapat 9 buah APAR, yakni 4 buah APAR dilantai 1, 2 buah APAR dilantai 2, 3 buah APAR dilantai 3. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak terdapat springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala

130 13 Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tidak terdapat detector kebakaran. f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant yang terawatt dan diuji berkala. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung E 1% tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung E 1% tersedia hydrant. Pemeriksaan Hydrant dilakukan tiap 3 bulan sekali untuk diuji kelayakannya, tiap 1 tahun sekali dilakukan service ringan dan 3 tahun sekali dilakukan service berat.

131 14 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.29 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 16 1 Kondisi komputer baik 13 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 16 ruang gedung E baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di 16 ruang UDINUS dalam keadaan baik. I. Hasil Observasi Gedung F Gedung F terdapat ruang Unit Kegiatan Mahasiswa. 1. Umum Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung E Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 2 1

132 15 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 2 1 Ruang bebas asap rokok 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di gedung F tidak memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, semua ruangan di gedung F UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Lebih dari 1% tidak bebas dari asap rokok. 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.31 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung F Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 2 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 2 1 Kondisi peralatan listrik baik 2 1 Kondisi kabel, penyalur baik 2 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 2 1 Stop kontak baik 2 1

133 16 Portable baik 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% sambungan listrik terawat dengan baik c. Kondisi peralatan listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung F f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 87,5% stop kontak semua baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan.

134 17 h. Portable baik Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik namun tidak tertata. 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.32 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelamat Jiwa Gedung F Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 2 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 2 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 2 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 2 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 2 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 2 1 Terdapat komunikasi darurat 2 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 2 1 Lampu darurat tersedia 2 1 Tersedia tempat berhimpun 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar

135 18 Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% jalan keluar terlihat jelas namun tidak diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% jalan darurat sudah memadai namun tidak dalam keadaan aman serta tidak bebas dari halangan. f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi dijelaskan pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia pintu darurat. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia tangga darurat. i. Lampu darurat

136 19 Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi pada gedung F 1% tersedia tempat berhimpun. Tempat berhimpun tersebut terletak didepan gedung F, akan tetapi di lokasi tersebut belum terdapat tanda yang dapat menunjukkan tempat berkumpul atau assembly point atau muster point. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.33 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung F Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 2 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 2 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 2 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 2 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 2 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 2 1 terawat dan diuji berkala

137 11 Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 2 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 2 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tersedia APAR. Pada gedung F terdapat 2 buah APAR, yakni 1 buah APAR dilantai 1, 1 buah APAR dilantai 2. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak terdapat detector kebakaran.

138 111 f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung F 1% tidak tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung F 1% tidak tersedia hydrant. 5. Mesin dan Peralatan Tabel 4.34 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung F Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 2 1 Kondisi komputer baik 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214

139 112 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di seluruh gedung F UDINUS baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di gedung FVUDINUS dalam keadaan baik. J. Hasil Observasi dan Wawancara Gedung G Gedung G merupakan gedung berlantai 4 dengan spesifikasi sebagai berikut : Terdiri dari : 1. Lantai 1 : Terdiri dari ruang : a. Ruang rektor b. Ruang wakil rektor 1 c. Ruang wakil rektor 2 d. Ruang wakil rektor 3 e. Ruang BIKU f. Ruang rapat/sidang g. Ruang sekretariat h. Ruang Bank Jateng i. Ruang Data j. Ruang kontrol k. Rumah tangga 2. Lantai 2 : Terdiri dari ruang : a. Ruang dosen

140 113 b. Ruang perkuliahan c. Ruang direktur d. Ruang administrasi pasca sarjana e. Ruang rumah tangga f. Ruang kontrol g. Ruang Gudang 3. Lantai 3 : Terdiri dari ruang : a. Ruang administrasi Fakultas Bahasa b. Ruang dosen c. Ruang dekan d. Ruang rapat e. Ruang Perkuliahan 1. Umum Tabel 4.35 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung G Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 19 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 19 1 Ruang bebas asap rokok 19 1 Sumber : Data yang diolah, 214

141 114 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di 19 ruang gedung G UDINUS memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, semua ruangan di 19 ruang gedung G UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian 1% ruangan di gedung UDINUS bebas asap rokok. 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.36 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung G Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 19 1 Sambungan listrik terawat dengan baik 19 1 Kondisi peralatan listrik baik 19 1 Kondisi kabel, penyalur baik 19 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 19 1 Stop kontak baik 19 1 Portable baik 19 1 Sumber : Data yang diolah, 214

142 115 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% instalasi instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% sambungan listrik terawat dengan baik. c. Kondisi peralatan listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung G f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% stop kontak semua baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik

143 116 Berdasarkan hasil observasi pada 19 ruang gedung G 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik dan tertata. 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.37 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelematan Jiwa Gedung G Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 3 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 3 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 3 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 3 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 3 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 3 1 Terdapat komunikasi darurat 3 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 3 1 Lampu darurat tersedia 3 1 Tersedia tempat berhimpun 3 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar

144 117 Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa petunjuk arah jalan keluar yang tersedia di semua gedung G UDINUS terbuat dari plat besi yang bertuliskan JALUR EVAKUASI. Tanda ini dipasang ditempat yang mudah terlihat dan mengarah pada tangga darurat. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% tidak terdapat pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% jalan darurat sudah memadai dan dalam keadaan aman serta bebas dari halangan f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi dijelaskan pada 3 lantai gedung G 1% tidak terdapat pintu darurat. g. Komunikasi darurat Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% dilengkapi dengan komunikasi darurat.

145 118 h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% dilengkapi dengan tangga darurat. Kondisi tangga darurat baik dan tidak terhalang. i. Lampu darurat Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% tidak tersedia lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi pada gedung G 1% tersedia tempat berhimpun. Tempat berhimpun tersebut terletak didepan gedung G, akan tetapi di lokasi tersebut belum terdapat tanda yang dapat menunjukkan tempat berkumpul atau assembly point atau muster point. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.38 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung G Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 3 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 3 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 3 1

146 119 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 3 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 3 1 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 3 1 terawat dan diuji berkala Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 1 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 3 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 3 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 5 lantai gedung D 1% tersedia apar. Pada gedung D terdapat 14 buah APAR, yakni 4 buah APAR dilantai 1, 2 buah APAR dilantai 2, 3 buah APAR dilantai 3, 2 buah APAR dilantai 4, 3 buah APAR dilantai 5. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa

147 12 Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% tidak terdapat Springkler. e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% terdapat 45 detector kebakaran. f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung G 1% tersedia pompa pemadam kebakaran untuk air. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% tersedia 3 buah alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 3 lantai gedung G 1% tersedia 5 buah hydrant yaitu 3 buah hydrant berada di dalam gedung G, 1 buah hydrant berada di belakang gedung G, dan 1 buah hydrant berada di depan gedung G.Pemeriksaan hydrant dilakukan tiap 3 bulan sekali untuk diuji kelayakannya, 1 tahun sekali dilakukan service ringan dan 3 tahun sekali dilakukan service berat.

148 Mesin dan Peralatan Tabel 4.39 Distribusi Frekwensi Jawaban Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 19 1 Kondisi komputer baik 19 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di 19 ruang gedung G baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di 19 ruang dalam keadaan baik. K. Hasil Observasi dan Wawancara Gedung Poliklinik Gedung poliklinik terdiri dari 2 lantai dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Lantai 1 : Terdiri dari ruang : a. Ruang Obat-obatan dan Administrasi b. Ruang Dokter Umum c. Ruang Poli Gigi 2. Lantai 2 : Terdiri dari ruang perawatan kecantikan

149 Umum Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Data Umum Gedung Poliklinik Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kapasitas ruangan memadai 4 1 Terpasang poster dan petunjuk keselamatan 4 1 Ruang bebas asap rokok 4 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di gedung poliklinik UDINUS memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Secara keseluruhan, semua ruangan di gedung poliklinik UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun 1% ruangan di gedung poliklinik UDINUS bebas asap rokok. 2. Listrik dan Perlengkapan Tabel 4.41 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Listrik dan Perlengkapan Gedung Poliklinik Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Instalasi listrik baik 4 1

150 123 Sambungan listrik terawat dengan baik 4 1 Kondisi peralatan listrik baik 4 1 Kondisi kabel, penyalur baik 4 1 Sistem grounding tersedia 1 1 Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat 4 1 Stop kontak baik 4 1 Portable baik 4 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Instalasi listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% instalasi instalasi listrik dalam kondisi baik. b. Sambungan listrik terawat dengan baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% sambungan listrik terawat dengan baik c. Kondisi peralatan listrik baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poloklinik 1% peralatan listrik dalam kondisi baik. d. Kondisi kabel, penyalur baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik. e. Sistem grounding tersedia Sistem grounding tersedia pada gedung poliklinik f. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat

151 124 Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. g. Stop kontak baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% stop kontak semua baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan. h. Portable baik Berdasarkan hasil observasi pada 4 ruang gedung poliklinik 1% sistem perkabelan untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik dan tertata. 3. Sarana Penyelamat Jiwa Tabel 4.42 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Sarana Penyelematan Jiwa Gedung Poliklinik Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Terdapat sarana jalan keluar 2 1 Terdapat petunjuk arah jalan keluar 1 Semua jalan keluar terlihat jelas,diberi tanda 2 1 Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang 2 1 Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan 2 1 Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni 2 1 Terdapat komunikasi darurat 2 1 Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang 2 1

152 125 Lampu darurat tersedia 2 1 Tersedia tempat berhimpun 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sarana jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% terdapat sarana jalan keluar. b. Petunjuk arah jalan keluar Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak dilengkapi dengan petunjuk arah jalan keluar. c. Semua jalan keluar terlihat jelas dan diberi tanda Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% jalan keluar terlihat jelas namun tidak diberi tanda. d. Pintu darurat membuka keluar Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia pintu darurat. e. Jalan darurat aman, memadai dan bebas dari halangan Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% jalan darurat sudah memadai dan dalam keadaan aman serta bebas dari halangan f. Jumlah pintu darurat sesuai dengan kapasitas penghuni Berdasarkan hasil observasi dijelaskan pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia pintu darurat. g. Komunikasi darurat

153 126 Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak dilengkapi dengan komunikasi darurat. h. Tangga darurat tersedia, baik dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia dengan tangga darurat. i. Lampu darurat Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia lampu darurat. j. Tempat berhimpun Berdasarkan hasil observasi pada gedung poliklinik 1% tidak tersedia tempat berhimpun. 4. Proteksi Kebakaran Tabel 4.43 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi Mengenai Proteksi Kebakaran Gedung Poliklinik Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Apar tersedia 2 1 Apar ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau 2 1 Apar kondisi baik dan diperiksa secara berkala 2 1 Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa 2 1 Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, 2 1

154 127 dipelihara dan diuji berkala Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, 2 1 terawat dan diuji berkala Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia 2 1 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi 2 1 baik dan diuji berkala Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. APAR tersedia Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tersedia APAR. Pada gedung poliklinik terdapat 1 buah APAR. b. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. c. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% APAR dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala, yakni diperiksa 4 bulan sekali serta pengisian 1 tahun sekali d. Sprinkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak terdapat Springkler.

155 128 e. Detector kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak terdapat detector kebakaran. f. Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak terdapat sistem penyalur air, slang dan hydrant. g. Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia Berdasarkan hasil observasi pada gedung poliklinik 1% tidak tersedia pompa pemadam kebakaran. h. Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia alarm kebakaran. i. Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang Berdasarkan hasil observasi pada 2 lantai gedung poliklinik 1% tidak tersedia hydrant.

156 Mesin dan Peralatan Tabel 4.44 Distribusi Frekwensi Hasil Observasi mengenai Mesin dan Peralatan Gedung Poliklinik Uraian Ya Tidak Jml % Jml % Kondisi peralatan kerja, peralatan kantor baik 2 1 Kondisi komputer baik 2 1 Sumber : Data yang diolah, 214 Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di seluruh ruang gedung poliklinik UDINUS baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di gedung poliklinik UDINUS dalam keadaan baik. L. Perbandingan Elemen Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku Tabel 4.45 Perbandingan elemen manajemen penanggulangan kebakaran di gedung UDINUS Semarang Standart : Kepmen PU No.11/KPTS/2 1. Terdapat manajemen penanggulangan kebakaran Kondisi aktual Terdapat manajemen penanggulangan Keterangan Tidak sesuai

157 13 yang dilaksanakan dengan baik kebakaran namun belum sepenuhnya 2. Terdapat fungsi, pola organisasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta prosedur yang dilaksanakan dalam manajemen penanggulangan kebakaran dilaksanakan dengan baik Belum ada pola organisasi yang jelas, kurangnya sumberdaya manusia dan belum terdapat prosedur tanggap darurat Tidak sesuai 1. Organisasi penanggulangan kebakaran Tabel 4.46 Perbandingan elemen organisasi penanggulangan kebakaran di gedung UDINUS Semarang Standart : Kepmen PU No.11/KPTS/2 1. Terdapat organisasi penanggulangan kebakaran dalam bangunan gedung Kondisi aktual Belum terdapat organisasi penanggulangan kebakaran secara struktural Keterangan Tidak sesuai 2. Terdapat tim penanggulangan Belum terdapat tim Tidak sesuai

158 131 bahaya kebakaran penanggulangan 3. Tim penanggulangan kebakaran dibentuk oleh pemilik/pengelola bangunan gedung 4. Tim penanggulangan kebakaran menggunakan tanda pengenal khusus dalam bertugas 5. Setiap 1 karyawan/pengguna gedung diwajibkan menunjuk 1 orang untukmenjadi anggota tim penanggulangan kebakaran 6. Petugas penanggung jawab terlatih dan mempunyai peran masing-masing kebakaran Belum terdapat tim penanggulangan kebakaran Tim penanggulangan kebakaran tidak menggunakan tanda pengenal khusus Seluruh anggota tim penanggulangan kebakaran adalah tim keamanan dan tidak ada satupun karyawan tetap yang ditunjuk menjadi anggota tim penanggulangan kebakaran. Belum terdapat tim penanggulangan kebakaran Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai

159 132 Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa gedung UDINUS Semarang belum memiliki organisasi dan tim penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan standar yang berlaku. Petugas yang bertanggung jawab saat terjadi peristiwa kebakaran hanya tim pengaman (Security) gedung. Hal ini disebabakan karena sumber daya manusia yang ada di gedung UDINUS masih belum terlatih. 2. Prosedur tanggap darurat Tabel 4.47 Perbandingan elemen prosedur tanggap darurat di gedung UDINUS Semarang Standart : Kepmen PU No.11/KPTS/2 1. Terdapat prosedur tanggap darurat kebakaran 2. Prosedur harus dikoordinasikan dengan instansi pemadam kebakaran, minimal dengan Pos kebakaran setempat 3. POS dapat diganti atau disempurnakan sesuai dengan Kondisi aktual Tidak terdapat prosedur tanggap darurat kebakaran Tidak ada prosedur yang dikoordinasikan dengan instansi pemadam kebakaran maupun pos kebakaran setempat Belum ada POS yang dibuat untuk Keterangan Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai

160 133 kondisi saat ini dan antisipasi kondisi yang akan datang mengantisipasi kondisi yang akan 4. Memiliki kelengkapan prosedur mengenai pemberitahuan awal, pemadaman kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran dan sebagainya datang Belum memiliki prosedur yang lengkap mengenai pemberitahuan awal, pemadaman kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran dan sebagainya Tidak sesuai Dari hasil perbandingan, diperoleh hasil bahwa gedung UDINUS Semarang belum memiliki prosedur tanggap darurat yang sesuai dengan standar yang berlaku. Gedung UDINUS Semarang belum memiliki prosedur tanggap darurat lengkap mengenai pemberitahuan awal, pemadaman kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran. Selain itu, pihak pengelola gedung juga belum memiliki koordinasi dengan

161 134 instansi pemadaman kebakaran setempat jika sewaktu-waktu terjadi peristiwa kebakaran. 3. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi Tabel 4.48 Perbandingan elemen pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi di gedung UDINUS Semarang Standart : Kepmen PU No.11/KPTS/2 1. Terdapat program latihan penanggulangan kebakaran secara periodik minimal 1 tahun sekali 2. Tim penanggulangan kebakaran minimal sekali dalam 3 (tiga) bulan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan tentang masalah yang menyangkut kesiapan seluruh anggota dalam penanggulangan kebakaran Kondisi aktual Terdapat program latihan penanggulangan kebakaran secara periodik Belum dilaksanakan pertemuan yang menyangkut kesiapan seluruh anggota tim dalam penanggulangan kebakaran Keterangan Sesuai Tidak sesuai

162 Tim penanggulangan kebakaran minimal sekali dalam 6 (Enam) bulan mengadakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti seluruh penghuni bangunan 4. Pelaksanaan latihan penyelamatan kebakaran disusun dalam prosedur tertentu yang juga menyangkut tata cara komunikasi sehubungan dengan terjadinya kebakaran yang melibatkan instansi pemadam kebakaran Belum dilaksanakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan Belum ada prosedur yang jelas mengenai tata cara komunikasi dalam pelaksanaan latihan penyelamatan kebakaran Tidak sesuai Tidak sesuai Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa gedung UDINUS Semarang pernah mengadakan pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi secara periodik yaitu setahun sekali yang hanya diperuntukkan bagi karyawan, satpam (security), cleaning service dan mahasiswa fakultas kesehatan. Pelatihan hanya mengenai penggunaan APAR dan Hidran. Sedangkan untuk latihan penyelamatan kebakaran yang melibatkan seluruh penghuni belum pernah dilaksanakan, namun masih dalam proses perencanaan.

163 136 Belum adanya koordinasi dengan instansi pemadam kebakaran setempat juga memperparah kondisi tersebut. M. Perbandingan Elemen Sarana Penyelamatan Jiwa Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku 1. Petunjuk arah jalan keluar Petunjuk arah jalan keluar tersedia di 8 gedung UDINUS, hal ini sesuai dengan NFPA Sarana jalan keluar Tabel 4.49 Perbandingan elemen sarana jalan keluar di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat sarana jalan keluar yang dapat berfungsi dengan baik 2. Jalan keluar memiliki lebar minimal 2 m 3. Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari 1 dengan letak berjauhan Kondisi aktual Ya terdapat sarana jalan keluar serta berfungsi dengan baik Jalan keluar memiliki lebar kurang lebih 2 meter Hanya terdapat 1 jalan keluar Keterangan Sesuai Sesuai Tidak sesuai 4. Perabot, dekorasi atau Tidak terdapat perabot, Sesuai

164 137 benda-benda lain tidak boleh diletakkan pada dekorasi atau benda-benda lain pada lintasan jalur keluar lintasan jalur keluar 5. Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus, bebas dari segala hambatan atau rintangan pada saat kebakaran Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus, bebas dari hambatan. Sesuai Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa gedung UDINUS memiliki sarana jalan keluar yang masih berfungsi dengan baik. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam NFPA 11. Namun sarana jalan keluar pada gedung F tidak bebas dari hambatan atau rintangan. Seperti terdapat perabot, dekorasi atau benda-benda lain yang menghalangi jalan.

165 Pintu darurat Tabel 4.5 Perbandingan elemen pintu darurat di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat pintu darurat yang selalu dalam kondisi baik dan siap pakai 2. Pintu dapat dibuka tanpa anak kunci (self closing door) 3. Pintu darurat berhubungan dengan halaman luar 4. Setiap pintu pada setiap sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun dan harus mencapai posisi terbuka penuh 5. Pintu harus dapat dibuka dengan tidak Kondisi aktual Terdapat pintu darurat Ya, pintu dapat dibuka tanpa anak kunci Pintu darurat tidak berhubungan dengan halaman keluar Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel sisi atau pintu ayun dan mencapai posisi terbuka penuh Pintu dapat dibuka dengan tidak lebih dari satu operasi Keterangan Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai

166 139 lebih dari satu operasi pelepasan pelepasan 6. Bahan pintu tahan api minimal 2 jam 7. Terdapat tanda/petunjuk pintu darurat Ya, bahan pintu tahan api minimal 2 jam Tidak terdapat tanda/petunjuk pintu darurat Sesuai Tidak sesuai Dari hasil perbandingan, dapat dijelaskan bahwa gedung UDINUS Semarang yang dilengkapi dengan pintu darurat hanya pada gedung D. Sementara pada gedung lainnya tidak terdapat pintu darurat. 4. Komunikasi darurat Komunikasi darurat hanya terdapat pada gedung E dan G. Sedangkan pada gedung A, B, C, D dan F tidak terdapat komunikasi darurat. 5. Tangga darurat Tabel 4.51 Perbandingan elemen tangga darurat di Gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Setiap tangga langsung menuju ke Kondisi aktual Tangga langsung menuju ke jalan keluar atau ruang terbuka Keterangan Sesuai

167 14 jalan keluar atau ruang terbuka 2. Jika terdapat tangga darurat yang melayani lima lantai atau lebih harus terdapat penandaan yang menunjukkan tingkat lantai dan menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari setiap lantai. 3. Penandaan harus dicat atau dituliskan pada dinding atau pada penandaan terpisah yang terpasang kuat pada dinding 4. Tinggi anak tangga minimal 15,5 cm, lebar injakan tangga minimal 22,5 cm, lebar tangga minimal 1 m 5. Tinggi pegangan tangga 11 cm Tidak terdapat penandaan yang menunjukkan tingkat lantai dan menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari setiap lantai. Penandaan tidak dicat atau dituliskan pada dinding atau pada penandaan terpisah yang terpasang kuat pada dinding Tinggi anak tangga minimal 15,5 cm, lebar injakan tangga minimal 22,5 cm, lebar tangga minimal 1 m Tinggi pegangan tangga 11 cm Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai

168 Dilengkapi dengan pintu tahan api yang dapat menutup otomatis 7. Harus berhubungan langsung dengan jalan, halaman atau tempat terbuka yang langsung berhubungan dengan jalan umum Dilengkapi dengan pintu tahan api yang dapat menutup otomatis Tangga darurat berhubungan langsung dengan jalan, halaman atau tempat terbuka yang langsung berhubungan dengan jalan umum Sesuai Sesuai 8. Bukan tangga spiral Bukan tangga spiral Sesuai 9. Dilengkapi dengan handrails berbentuk bulat dan tidak Handrails berbentuk bulat dan tidak terputus serta tidak terbuat dari bahan yang licin terputus, serta tidak terbuat dari bahan yang licin 1. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang 11. Terdapat ventilasi berupa penghisap asap di tangga darurat Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang Terdapat ventilasi berupa penghisap asap di tangga darurat Sesuai Sesuai

169 142 Tangga darurat telah tersedia di gedung D, E dan G. Pada gedung A, B, C, F dan Poliklinik tidak terdapat tangga darurat. Semua tangga darurat berakhir dalam gedung. hal itu belum sesuai dengan NFPA 11. Namun tidak terdapat penandaan tingkatan lantai yang menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari setiap lantai, tinggi anak tangga sekitar 15,5 cm, lebar injakan tangga minimal 22,5 cm, lebar tangga minimal 1 m, tinggi pegangan tangga 11 cm, ukuran tangga msih belum sesuai dengan standart.. Bukan tangga spiral, Handrails berbentuk bulat dan tidak terputus serta tidak terbuat dari bahan yang licin. Handrails pada gedung B dan C terbuat dari kayu, sedangkan handrails pada gedung A, D, E, F dan G terbuat dari besi. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang. Terdapat ventilasi berupa penghisap asap di tangga darurat. Hanya pada gedung D yang dilengkapi dengan pintu tahan api yang dapat menutup otomatis, sementara pada gedung lainnya tidak terdapat pintu tahan api. Kondisi tangga darurat pada gedung D baik namun tangga terhalang oleh tumpukan kursi dan komputer SIADIN yang sudah tidak terpakai. Hal tersebut dapat menghalangi jalan keluar dan mengganggu proses evakuasi. 6. Lampu darurat Lampu darurat tidak tersedia, hal ini tidak sesuai dengan NFPA 11 dan Permen PU No. 26/PRT/M/28.

170 Tempat Berhimpun Tabel 4.52 Perbandingan elemen tempat berhimpun di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat tempat Kondisi aktual Terdapat tempat berkumpul Keterangan Sesuai berkumpul evakuasi setelah setelah evakuasi 2. Kondisi area aman, mudah dijangkau, dan cukup luas untuk Kondisi area aman, mudah dijangkau, dan cukup luas untuk menampung seluruh Sesuai menampung orang seluruh orang 3. Terdapat petunjuk Tidak terdapat petunjuk tempat Tidak tempat berkumpul berkumpul untuk menampung sesuai untuk menampung seluruh orang seluruh orang 4. Terdapat petunjuk tempat berkumpul Tidak terdapat petunjuk tempat berkumpul Tidak sesuai Dari hasil observasi, diperoleh data bahwa masing-masing gedung UDINUS Semarang memiliki area yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul sementara. Kondisi disekitar area tersebut cukup aman dan mudah dijangkau oleh penghuni gedung saat terjadi

171 144 keadaan darurat. Akan tetapi, tempat berkumpul tersebut belum diberi tanda petunjuk yang menunjukkan bahwa area tersebut adalah tempat berkumpul sementara. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar NFPA 11. N. Perbandingan Elemen Sistem Proteksi Di UDINUS Dengan Standar Yang Berlaku 1. Detektor kebakaran Tabel 4.53 Perbandingan elemen detektor kebakaran di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA 72 Kondisi aktual Keterangan 1. Terdapat detektor kebakaran Terdapat detektor Sesuai disetiap lantai gedung yang kebakaran pada dapat berfungsi dengan baik setiap lantai gedung 2. Detektor tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 1,5 m dari lubang udara masuk AC atau sesuai dengan rekomendasi yang terdapat pada detektor dan dapat berfungsi dengan baik Beberapa detektor dipasang dengan jarak yang kurang dari 1,5 m dari lubang AC Tidak sesuai

172 Untuk bangunan yang lebih dari 4 lantai digunakan detektor otomatis 4. Detektor asap dan panas digunakan untuk ruangan yang kondisi lingkungannya terkontrol dan terbebas dari debu 5. Tiap luas lantai 46 m 2 terdapat minimal satu buah detektor panas 6. Jarak antara detektor 9 m (3 ft) atau sesuai dengan rekomendasi yang terdapat pada detektor 7. Dalam suatu zona kebakaran, jumlah detektor panas pada suatu sistem tidak boleh dipasang lebih dari 4 buah disesuaikan dengan jumlah ruangan Seluruh detektor yang terdapat di gedung merupakan detektor otomatis Semua ruangan yang didalamnya terpasang detektor kebakaran merupakan ruangan yang kondisinya stabil dan tidak berdebu Setiap luas lantai 46 m 2 terdapat lebih dari tiga buah detektor panas Jarak antar detektor kurang lebih 1m Jumlah detektor panas yang ada pada suatu zona kebakaran di gedung ini lebih dari 4 buah Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

173 146 Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada gedung UDINUS telah terpasang detektor kebakaran otomatis yang masih berfungsi dengan baik.gedung yang terdapat detector kebakaran yaitu gedung E dan G, Namun pada gedung lainnya tidak terdapat detector kebakaran. Jenis detektor kebakaran yang digunakan dalam gedung UDINUS yaitu detektor panas dan detektor asap. Detektor panas dan detektor asap terdapat disetiap lantai dan ruangan yang ada dalam gedung, kecuali kamar toilet. Pada gedung E terdapat 52 buah detector dan pada gedung G terdapat 45 detektor. Semua ruangan yang ada di dalam gedung dalam kondisi terkontrol dan bebas dari debu. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Pada ruangan yang memiliki luas lantai 46 m 2 terdapat lebih dari tiga buah detektor panas. Terdapat 1 (satu) buah detektor setiap jarak ± 1m. Dalam suatu area, jumlah detektor panas pada suatu sistem tidak lebih dari 4 buah. Hal ini belum sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Beberapa detektor seperti detektor panas di koridor dan ruangan pimpinan terpasang dengan jarak kurang dari 1,5 m yaitu sekitar 2 cm dari lubang udara masuk AC. Menurut rekomendasi yang terdapat pada detektor, detektor boleh dipasang berdekatan dengan lubang masuk udara AC dengan jarak minimal 1 m. Dengan demikian jarak penempatan antara detektor dengan lubang masuk udara AC di gedung ini tidak memenuhi standart yang ditetapkan dalam NFPA 72 maupun rekomendasi yang terdapat pada detektor.

174 Alarm Kebakaran Tabel 4.54 Perbandingan elemen alarm kebakaran di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat sistem alarm kebakaran yang selalu dalam kondisi baik 2. Untuk bangunan yang lebih dari 4 lantai digunakan alarm otomatis 3. Tanda panggil manual (TPM) diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan tinggi 1,4 m dari lantai 4. Jarak tanda panggil manual (TPM) tidak boleh lebih dari 3 m dari semua bagian bangunan 5. Tanda panggil manual (TPM) dapat dilihat dengan jelas, mudah dijangkau, dan dalam Kondisi aktual Alarm yang terdapat di gedung UDINUS dapat berfungsi dengan baik Alarm yang terpasang di gedung ini merupakan alarm manual Titik panggil manual dipasang dengan ketinggian 1,4 m dari lantai Jarak titik panggil manual tidak lebih dari 3 m Titik panggil manual dapat terlihat dengan jelas, terjangkau dan Keterangan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

175 148 kondisi baik serta siap digunakan 6. Alarm dapat berbunyi pada tiap lantai dan terdengar ke seluruh ruangan 7. Jarak antar manual alarm tidak lebih dari 61 m 8. Elemen peka dalam keadaan bersih dan tidak dicat 9. Alarm otomatis terhubung dengan springkler 1. Alarm terpasang berdekatan dengan titik panggil manual 11. Alarm mempunyai sumber listrik cadangan dari baterai atau generator dengan kapasitas 4 jam dapat berfungsi dengan baik Saat terjadi kebakaran, alarm dapat berbunyi dan suaranya dapat terdengar ke seluruh ruangan di tiap lantai Ada manual alarm yang letaknya berjauhan, lebih dari 61 m Elemen dalam keadaan bersih dan tidak dicat Alarm otomatis tidak terhubung dengan springkler Alarm terpasang berdekatan dengan titik panggil manual Alarm mempunyai sumber listrik cadangan dengan daya tahan lebih Sesuai Tidak sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai

176 149 kurang 4 jam Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada gedung UDINUS telah terpasang alarm kebakaran yang dapat berfungsi dengan baik. Sistem alarm kebakaran yang ada di gedung UDINUS terdiri dari alarm otomatis dan titik panggil manual (manual call point) yang terpasang berdekatan. Alarm otomatis terhubung dengan detektor kebakaran namun tidak terhubung ke instalasi springkler dikarenakan pada gedung E dan G tidak terdapat springkler. Saat detektor kebakaran menangkap adanya tanda-tanda bahaya kebakaran seperti panas dan asap, detektor akan mengirim sinyal kepada fire alarm control dan kemudian alarm kebakaran akan menyala untuk memberi peringatan pada seluruh penghuni. Bunyi alarm ini dapat terdengar ke seluruh ruangan di setiap lantai gedung. Alarm kebaran ini dilengkapi dengan sumber listrik cadangan yang memiliki daya tahan selama 4 jam. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Titik panggil manual yang ditempatkan pada setiap koridor disetiap lantai gedung dan di beberapa ruangan dapat dilihat dengan jelas, mudah dijangkau, dan dalam kondisi baik serta siap digunakan. Setiap elemen dalam keadaan bersih dan tidak dicat. Titik panggil manual ini terpasang disetiap kotak hidran gedung yang diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan ketinggian 1,4 m dari permukaan lantai. Jarak penempatan titik panggil manual tidak lebih dari 3 m

177 15 yaitu sekitar 2 m. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Ada beberapa titik panggil manual yang letaknya dari 61 m dalam satu lantai. Hal ini tentu tidak sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Namun, secara keseluruhan alarm kebakaran yang digunakan pada gedung ini telah sesuai dengan standar yang berlaku. 3. Springkler Tabel 4.55 Perbandingan elemen springkler di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat instalasi springkler otomatis yang dipasang sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran bangunan 2. Setiap lantai bangunan dilindungi dengan springkler penuh 3. Kepala springkler mempunyai kepekaan Kondisi aktual Tidak terdapat instalasi springkler otomatis yang sesuai dengan klasifikasi bangunan Tidak terdapat instalasi springkler otomatis terdapat di seluruh lantai Kepala springkler memilih kepekaan Keterangan Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai

178 151 terhadap suhu yang pada suhu tertentu ditetukan (3 C atau diatas suhu rata-rata ruangan) berdasarkan perbedaan warna segel atau cairan tabung 4. Springkler minimal dapat menyemburkan air selama 3 menit 5. Jarak antara springkler tidak lebih dari 4,6 m dan kurang dari 1,8 m Springkler dapat mengeluarkan air selama ± 3 menit Jarak antar springkler yaitu ± 3 meter Sesuai Sesuai 6. Instalasi dicat warna merah Instalasi springkler Sesuai 7. Terdapat jaringan dan persediaan air bersih yang bebas lumpur dan pasir diberi cat berwarna merah Instalasi springkler terhubung dengan sumber air bersih utama gedung Sesuai Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada semua gedung UDINUS Semarang tidak dilengkapi dengan sistem springkler penuh yang bekerja otomatis. Hal ini tidak sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 13.

179 Sistem pipa tegak dan selang kebakaran Tabel 4.56 Perbandingan elemen sistem pipa tegak dan selang kebakaran di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA Terdapat sistem pipa tegak dan slang kebakaran pada bangunan gedung yang selalu dalam kondisi baik serta siap pakai 2. Sistem pipa tegak meliputi pemipaan dan gantungan, katup dan sambungan slang, serta pompa kebakaran hidran 3. Sambungan selang dan kotak hidran tidak terhalang 4. Selang harus tersedia pada saat hidran digunakan oleh personil gedung dan Kondisi aktual Gedung ini memiliki sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dapat berfungsi dengan baik Sistem pipa tegak yang ada di gedung UDINUS terdiri atas sistem pemipaan, gantungan, katup, sambungan slang dan pompa hidran. Selang dan kotak hidran tidak terhalang benda lain Terdapat selang pada hidran Keterangan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

180 153 pemadam kebakaran 5. Sistem pipa tegak tidak melewati daerah berbahaya dan harus pada tempat yang terlindung dari kerusakan mekanis dan api 6. Selang dan peralatan lain harus tersedia pada hidran Sistem pipa tegak ditempatkan pada dinding gedung dan terlindung dari api Terdapat selang dan peralatan lain pada hidran Sesuai Sesuai Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada gedung E dan G UDINUS telah dilengkapi dengan sistem pipa tegak dan selang kebakaran. Sistem pipa tegak yang terdapat di gedung ini meliputi pemipaan dan gantungan, katup dan sambungan selang, serta pompa hidran. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 14. Selang kebakaran dan peralatan lain telah tersedia pada kotak hidran serta dapat digunakan baik oleh personil gedung maupun petugas pemadam kebakaran. Sistem pipa tegak ini terpasang pada dinding dan ada pula yang tertanam pada dinding, serta tidak melewati daerah berbahaya dan terletak pada tempat yang terlindung dari kerusakan mekanis dan api. Hal tersebut telah sesuai dengan standart yang ditentukan NFPA 14.

181 Hydrant Tabel 4.57 Perbandingan elemen hydrant di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA 14 Kondisi aktual Keterangan 1. Tersedia hydrant di dalam dan diluar gedung yang selalu dalam kondisi baik serta siap pakai 2. Kotak hydrant terletak tidak kurang dari,9 m (3 ft) atau lebih lebih dari 1,5 m (5 ft) diatas permukaan lantai 3. Hydrant harus mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), keran pembuka serta kopling yang sesuai dengan sambungan dinas pemadam kebakaran Tersedia hydrant di dalam dan diluar gedung yang selalu dalam kondisi baik serta siap pakai Kotak hydrant terletak tidak kurang dari,9 m (3 ft) atau lebih lebih dari 1,5 m (5 ft) diatas permukaan lantai Hydrant mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), keran pembuka serta kopling yang sesuai dengan sambungan Sesuai Sesuai Sesuai

182 Diletakkan pada dinding beton yang datar 5. Kapasitas persediaan air minimal 3. liter 6. Selang hydrant berdiameter maksimal 1,5 inch dengan panjang 3 m 7. Kotak hydrant mudah dibuka, dilihat, dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda apapun 8. Terdapat petunjuk penggunaan yang dipasang pada tempat yang mudah terlihat 9. Semua peralatan hydrant dicat merah dan kotak hidran berwarna merah bertuliskan dinas pemadam kebakaran Diletakkan pada dinding beton yang datar Kapasitas persediaan air minimal 3. liter Selang hydrant berdiameter maksimal 1,5 inch dengan panjang 3 m Kotak hydrant mudah dibuka, dilihat, dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda apapun Tidak terdapat petunjuk penggunaan yang dipasang pada tempat yang mudah terlihat Semua peralatan hydrant dicat merah dan kotak hidran Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai

183 156 HYDRANT yang dicat warna putih. berwarna merah bertuliskan HIDRAN yang dicat warna putih. Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada gedung UDINUS telah dilengkapi dengan hydrant yang terletak di dalam dan diluar gedung/halaman serta masih dapat berfungsi dengan baik. Hydrant yang terdapat pada gedung mempunyai selang, sambungan selang, keran pembuka serta kopling yang digunakan untuk sambungan dinas pemadam kebakaran. Hydrant memiliki nozzle (pemancar air). Hal ini memenuhi standart yang ditentukan NFPA 14. Hydrant gedung diletakkan pada dinding beton yang datar dan kokoh. Disebelah hydrant tidak terdapat petunjuk penggunaanya. Kotak hydrant dberi cat berwarna merah dan terdapat tulisan HYDRANT yang dicat warna putih. Persediaan air yang digunakan untuk hydrant memiliki kapasitas 17 m 3 atau 17. liter. Selang hydrant memiliki diameter 1,5 dan panjang 3 m. Hal ini tentu saja sesuai dengan standar yang ditentukan NFPA 14. Kotak hydrant diletakkan dengan ketinggian sekitar,3 m diatas permukaan lantai. Kotak hydrant mudah dilihat dan dijangkau. Hal ini sesuai dengan standar NFPA 14.

184 Alat pemadam api ringan (APAR) Tabel 4.58 Perbandingan elemen APAR di gedung UDINUS Semarang Standar : NFPA 1 Kondisi aktual Keterangan 1. Terdapat APAR dengan jenis dan klasifikasi sesuai dengan jenis kebakaran yang selalu dalam kondisi baik serta siap pakai 2. Segel harus dalam kondisi baik dan tutup tabung harus terpasang kuat 3. APAR harus diletakkan menyolok mata, mudah dijangkau, dan diletakkan disepanjang jalur lintasan normal termasuk eksit Terdapat APAR dengan jenis dan klasifikasi sesuai dengan jenis kebakaran yang selalu dalam kondisi baik serta siap pakai Segel dalam kondisi baik dan tutup tabung harus terpasang kuat APAR diletakkan menyolok mata, mudah dijangkau, dan diletakkan disepanjang jalur lintasan normal termasuk eksit Sesuai Sesuai Sesuai 4. APAR tidak boleh APAR ditempatkan di Sesuai

185 158 ditempatkan di dalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari 49 C dan dibawah 4 C 5. APAR dengan berat tidak lebih dari 18 kg harus dipasang dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m diatas lantai 6. APAR dengan berat lebih dari 18 kg harus dipasang tidak lebih 1 m diatas lantai 7. APAR yang berada diluar ruangan terletak dalam lemari yang tidak boleh terkunci, kecuali untuk keamanan 8. APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan yang ditunjukkan oleh jarus penunjuk ada pada posisi ISI atau warna hijau dalam ruangan yang mempunyai suhu kurang dari 49º C dan diatas 4º C APAR dengan berat tidak lebih dari 18 kg dipasang dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m diatas lantai APAR dengan berat lebih dari 18 kg dipasang tidak lebih 1 m diatas lantai APAR yang berada diluar ruangan terletak dalam lemari yang tidak terkunci, kecuali untuk keamanan APAR selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan yang ditunjukkan oleh jarus penunjuk ada Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

186 APAR harus tampak jelas dan tidak terhalangi oleh benda lain 1. Terdapat label, kartu tanda pengenal, stensil atau indikator yang ditempelkan sebagai informasi yang berisi tentang nama produk dan isi APAR 11. Jumlah APAR sesuai dengan persyaratan (1 APAR setiap 2 m 2 ) dan berjarak < 2 m dari semua posisi dalam satu lantai 12. Tabung dan selang APAR tahan terhadap tekanan tinggi dan dalam keadaan tidak bocor pada posisi ISI atau warna hijau APAR tampak jelas dan tidak terhalangi oleh benda lain Terdapat label, kartu tanda pengenal, stensil atau indikator yang ditempelkan sebagai informasi yang berisi tentang nama produk dan isi APAR Jumlah APAR sesuai dengan persyaratan (1 APAR setiap 2 m 2 ) dan berjarak < 2 m dari semua posisi dalam satu lantai Tabung dan selang APAR tahan terhadap tekanan tinggi dan dalam keadaan tidak bocor Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

187 APAR tidak boleh terpajan dengan temperatur melebihi temperatur yang tercatat di label APAR tidak terpajan dengan temperatur melebihi temperatur yang tercatat di label Sesuai 14. APAR bersertifikat APAR bersertifikat Sesuai 15. Pada penempatan APAR terdapat tanda atau simbol 16. Instruksi pengoperasiannya terdapat pada label yang ditempel di tabung APAR Pada penempatan APAR terdapat tanda atau simbol Instruksi pengoperasiannya terdapat pada label yang ditempel di tabung APAR Sesuai Sesuai Dari hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa pada gedung UDINUS telah dilengkapi dengan APAR dengan jenis sesuai potensi kebakaran yang terjadi, yaitu APAR jenis dry chemical dan NAF untuk kebakaran kelas A dan C. Jenis APAR juga disesuaikan dengan bahaya yang ada di setiap ruangan. Hal ini sesuai dengan standar yang ditentukan NFPA 1.

188 161 O. Rangkuman Hasil Observasi Gedung UDINUS 1. Umum Tabel 4.59 Data hasil observasi umum di semua gedung UDINUS Uraian Kapasitas ruangan memadai. Gedung UDINUS A B C D E F G Poliklinik Terpasang poster dan petunjuk keselamatan. Ruang bebas asap rokok 2. Listrik dan perlengkapan Tabel 4.6 Data hasil observasi listrik dan perlengkapan di semua gedung UDINUS Uraian Gedung UDINUS A B C D E F G Poliklinik Instalasi listrik baik

189 162 Sambungan listrik terawat dengan baik. Kondisi peralatan listrik baik Kondisi kabel penyalur baik. Sistem grounding tersedia. Kapasitas dan jenis sekring memenuhi syarat. Stop kontak baik. Portable baik 3. Sarana penyelamat jiwa Tabel 4.61 Data hasil observasi sarana penyelamat jiwa di semua gedung UDINUS Uraian Gedung UDINUS A B C D E F G Poliklinik Terdapat sarana jalan

190 163 keluar. Terdapat petunjuk arah jalan keluar. Semua jalan keluar terlihat jelas, diberi tanda. Pintu darurat membuka keluar, tidak terhalang. - Jalan darurat aman, memadai, bebas dari halangan. Jumlah pintu darurat sesuai kapasitas penghuni. - Terdapat komunikasi darurat. Tangga darurat tersedia, baik, tidak terhalang Lampu darurat tersedia. Tersedia tempat berhimpun.

191 Proteksi kebakaran Tabel 4.62 Data hasil observasi proteksi kebakaran di semua gedung UDINUS Uraian Gedung UDINUS A B C D E F G Poliklinik APAR tersedia. APAR ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau. APAR kondisi baik dan diperiksa secara berkala. Springkler tersedia dan dalam kondisi baik, diperiksa. Detektor kebakaran tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala. - - Sistem penyalur air, slang dan hydrant cukup, terawat dan diuji berkala - - Pompa pemadam kebakaran untuk air tersedia. - -

192 165 Alarm kebakaran tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala. - - Hydrant tersedia, terawatt dan tidak terhalang Mesin dan peralatan Tabel 4.63 Data hasil observasi mesin dan peralatan di semua gedung UDINUS Uraian Kondisi peralatan kerja, Gedung UDINUS A B C D E F G Poliklinik peralatan kantor baik Kondisi computer baik

193 166 P. Data Pemeriksaan Ruangan 1. Umum Tabel 4.64 Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Umum Kondisi aktual gedung yang Uraian memenuhi syarat A B C D E F G Poli Kapasitas ruangan memadai Poster dan petunjuk keselamatan Ruang bebas asap rokok Jumlah ruang yang diobservasi Listrik dan perlengkapan Tabel 4.65 Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Listrik dan Perlengkapan Kondisi aktual gedung yang Uraian memenuhi syarat A B C D E F G Poli Instalasi listrik baik Sambungan listrik baik Kondisi peralatan listrik baik

194 167 Kondisi kabel, penyalur baik Sistem grounding tersedia Kapasitas, sekring sesuai standar Stop kontak baik Portable baik Jumlah ruang yang diobservasi Mesin dan peralatan kerja Tabel 4.66 Data Pemeriksaan Ruangan Bagian Mesin dan Peralatan Kerja Kondisi aktual gedung yang Uraian memenuhi syarat A B C D E F G Poli Kondisi peralatan kerja baik Kondisi komputer baik Jumlah ruang yang diobservasi

195 168 BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaanya, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain : 1. Karena keterbatasan data dan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada sistem proteksi kebakaran pasif, yaitu pintu keluar, jalan keluar, dan tangga darurat. Proteksi kebakaran aktif, yaitu Detektor kebakaran, alarm kebakaran, APAR dan Hidran. 2. Data yang didapatkan hanya berdasarkan hasil observasi atau wawancara. B. Identifikasi Risiko Kebakaran Gedung UDINUS merupakan gedung yang digunakan untuk kegiatan pendidikan. Ada beberapa kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya dan resiko kebakaran. Menurut KepMen PU No. 1 Tahun 2, potensi bahaya kebakaran di gedung UDINUS termasuk dalam klasifikasi bahaya kebakaran sedang I. 18 Lokasi yang memiliki bahaya dan resiko kebakaran cukup tinggi adalah di lantai 1 gedung A yaitu ruang BIUM dan BIAK terdapat sistem perkabelan tidak tertata rapi sehingga berpotensi terjadi hubungan arus pendek, rumah tangga dan lantai 2 gedung A merupakan pusat perpustakaan yang terdapat banyak rak yang berisi banyak sekali buku 168

196 169 berbahan dasar kertas yang mudah terbakar, lantai 3 dan lantai 4 gedung B merupakan lab fakultas teknik yang terdapat banyak kabel yang dapat menyebabkan hubungan arus pendek, lantai 5 gedung C karena pada ruang dosen terdapat sistem perkabelan tidak tertata rapi sehingga berpotensi terjadi hubungan arus pendek. Ruang dosen di lantai 1 gedung D dan lantai 2 gedung D karena berisi banyak barang elektronik dan kayu, sistem perkabelan tidak tertata rapi sehingga berpotensi terjadi hubungan arus pendek, gedung F lantai 1 dan 2 karena banyak mahasiswa yang merokok didalam gedung. Menurut NFPA, klasifikasi bahaya kebakaran gedung UDINUS termasuk kedalam resiko kebakaran kelas A (kebakaran dengan bahan bakar padat biasa, kecuali logam) dan kelas C (kebakaran listrik). 32 C. Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung UDINUS merupakan salah satu gedung besar di Semarang dengan luas lantai total mencapai 2. m 2. menurut Kepmen PU No.11/KPTS/2, setiap bangunan yang mempunyai luas minimal 5. m 2 wajib menerapkan manajemen penanggulangan kebakaran. 18 Berdasarkan data yang diperoleh, bangunan gedung UDINUS memiliki luas lantai lebih dari 5. m 2. Oleh karena itu, gedung UDINUS wajib menerapkan manajemen penanggulangan kebakaran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil perbandingan data penelitian dengan elemen manajemen penanggulangan kebakaran diketahui bahwa manajemen penanggulangan yang ada di gedung UDINUS belum sesuai dengan

197 17 peraturan yang berlaku. Pada dasarnya gedung UDINUS sudah mempunyai manajemen penanggulangan kebakaran, namun belum dilaksanakan dengan baik dan belum memenuhi persyaratan yang ada dalam Kepmen PU No.11/KPTS/2 mengenai manajemen penanggulangan kebakaran bangunan gedung. Persyaratan yang belum memenuhi standar yaitu pola organisasi yang ada di gedung UDINUS belum jelas dan terstruktur, kurangnya sumber daya manusia dalam organisasi penanggulangan kebakaran dan belum ada prosedur tanggap darurat secara tertulis. 1. Organisasi Penanggulangan Kebakaran Organisasi penanggulangan kebakaran merupakan salah satu komponen manajemen penanggulangan kebakaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap bangunan gedung sesuai dengan klasifikasi bangunan dan potensi bahaya kebakaran yang dimiliki tiap gedung. 18 Berdasarkan hasil perbandingan, didapatkan hasil bahwa gedung UDINUS Semarang belum memiliki organisasi dan tim penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan standar yang berlaku. Petugas yang bertanggung jawab saat terjadi peristiwa kebakaran hanya tim pengaman (Security) gedung. Hal ini disebabakan karena sumber daya manusia yang ada di gedung UDINUS masih belum terlatih. Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999, organisasi tanggap darurat adalah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional dibidang kebakaran. Petugas penanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan diberi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber

198 171 bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran unit kerjanya. 33 Sesuai dengan KepMen PU No.11/KPTS/2, besar kecilnya organisasi Manajemen Penanggulangan Kebakaran ditentukan oleh resiko bangunan terhadap bahaya kebakaran. Organisasi tim penanggulangan kebakaran dibentuk oleh pemilik atau pengelola bangunan gedung. Jumlah minimal anggota tim penanggulangan kebakaran didasarkan atas jumlah penghuni/penyewa dan jenis bahan berbahaya atau mudah terbakar/meledak yang disimpan dalam gedung tersebut. Setiap 1 (sepuluh) karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk 1 (satu) orang untuk menjadi anggota kelompok dalam organisasi tim penanggulangan kebakaran. Struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran antara lain terdiri atas penanggung jawab tim penanggulangan kebakaran, kepala bagian teknik pemeliharaan dan kepala bagian keamanan Prosedur tanggap darurat Prosedur tanggap darurat merupakan salah satu komponen penting dalam manajemen penanggulangan kebakaran yang tercantum dalam KepMen PU No.11/KPTS/2 dan harus dimiliki setiap bangunan gedung, khususnya bengunan gedung umum dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Gedung UDINUS Semarang sendiri adalah gedung umum yang wajib memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Dengan mengikuti prosedur tersebut diharapkan tidak terjadi kebakaran

199 172 atau peristiwa kebakaran dapat diminimalkan. Adapun ketentuan yang berlaku dalam prosedur ini adalah sebagai berikut : a. POS harus dimiliki oleh setiap bangunan gedung, khususnya bangunan gedung umum b. Setiap bangunan gedung harus memiliki kelengkapan POS, antara lain mengenai; pemberitahuan awal, pemadam kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemelihraaan peralatan proteksi kebakaran dan sebagainya c. POS dapat diganti dan atau disempurnakan sesuai dengan kondisi saat ni dan antisipasi kondisi yang akan datang d. POS harus dikoordinasikan dengan instansi pemadam kebakaran, minimal dengan Pos kebakaran setempat. 18 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa UDINUS Semarang belum memiliki prosedur tanggap darurat yang sesuai dengan standar yang berlaku. UDINUS Semarang belum memiliki prosedur tanggap darurat lengkap mengenai pemberitahuan awal, pemadaman kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran. Selain itu, pihak pengelola gedung juga belum memiliki koordinasi dengan instansi pemadaman kebakaran setempat jika sewaktu-waktu terjadi peristiwa kebakaran. 3. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi Pengadaan dan keikutsertaan seluruh personil tim penanggulangan dalam latihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi dapat menentukan kemampuan personil tim saat menghadapi kondisi darurat seperti

200 173 kebakaran. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi ini juga merupakan komponen penting dalam manajemen penanggulangan kebakaran yang tercantum dalam KepMen PU No.11/KPTS/2. 18 Tujuan dari pendidikan dan pelatihan penanggulangan kebakaran adalah untuk meningkatkan mutu dan kemampuan baik dalam bidang substansi penanggulangan kebakaran maupun kepemimpinan yang berorientasi pada kesamaan pola pikir dan keterpaduan gerak yang dinamis dn bernalar. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk menciptakan kesiapsiagaan anggota tim penanggulangan kebakaran dalam menghadapi kebakaran agar mampu bekerja secara efektif dan efisien. 18 Berdasarkan hasil perbandingan diketahui bahwa UDINUS Semarang pernah mengadakan pelatihan penanggulangan kebakaran dan evakuasi secara periodik yaitu setahun sekali yang hanya diperuntukkan bagi mahasiswa fakultas kesehatan. Pelatihan hanya mengenai penggunaan APAR dan Hidran. Sedangkan untuk latihan penyelamatan kebakaran yang melibatkan seluruh penghuni belum pernah dilaksanakan, namun masih dalam proses perencanaan. Belum adanya koordinasi dengan instansi pemadam kebakaran setempat juga memperparah kondisi tersebut. D. Sarana Penyelamatan Jiwa Menurut KepMen PU No.11/KPTS/2, sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran salam upaya penyelamatan jiwa

201 174 manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. 18 Sarana penyelamatan jiwa di UDINUS sudah dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang terdiri dari petunjuk arah jalan keluar, tangga darurat, pintu darurat, lobi, dan tempat berhimpun. Namun demikian belum dilengkapi dengan lampu darurat serta komunikasi darurat. Tangga darurat juga belum dilengkapi dengan petunjuk arah tangga. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa sarana penyelamatan jiwa yang ada di UDINUS : 1. Petunjuk arah jalan keluar Petunjuk arah jalan keluar tersedia di 8 gedung UDINUS, hal ini sesuai dengan NFPA Sarana jalan keluar Menurut Permen PU No.26/PRT/M/28, jalan keluar atau exit adalah : a. Bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit pelepasan b. Suatu jalan terusan dari suatu bangunan gedung kesatu daerah tempat berlindung didalam bangunan gedung lain pada ketinggian yang hampir sama, atau suatu jalan terusan yang melalui atau mengelilingi suatu penghalang api ke daerah tempat berlindung pada ketinggian yang hampir sama dalam bangunan gedung yang

202 175 sama, yang mampu menjamin keselamatan dari kebakaran dan asap yang berasal dari daerah kejadian dan daerah yang berhubungan. 34 Hasil observasi menjelaskan bahwa sarana jalan keluar telah tersedia, diberi tanda dengan jelas dan siap pakai, namun fungsinya juga sebagai jalan umum, hal ini sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/28. Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa gedung UDINUS memiliki sarana jalan keluar yang masih berfungsi dengan baik. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam NFPA 11. Namun sarana jalan keluar pada gedung F tidak bebas dari hambatan atau rintangan. Seperti terdapat perabot, dekorasi atau benda-benda lain yang menghalangi jalan. 3. Pintu darurat Pintu darurat atau pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran. Daun pintu harus membuka keluar dan jika pintu tertutup maka tidak bisa dibuka dari luar (self closing door). Pintu kebakaran tidak boleh ada yang menghalangi baik didepan pintu ataupun di belakangnya dan tidak boleh di kunci. 26 Pintu darurat termasuk ke dalam bagian dari sarana jalan keluar yang ada pada setiap gedung, begitu pula gedung UDINUS. Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa gedung UDINUS Semarang dilengkapi dengan tangga darurat pada setiap lantainya hanya

203 176 pada gedung D. Sementara pada gedung lainnya tidak terdapat pintu darurat. 4. Komunikasi darurat. Merupakan sistem tata suara yang digunakan untuk memberikan informasi keadaan darurat kebakaran kepada seluruh penghuni gedung maupun instansi penanggulangan bencana atau dinas pemadam kebakaran setempat. Menurut Kepmen PU No.1/KPTS/2, gedung yang memiliki ketinggian lebih dari 25m harus dipasang komunikasi darurat. 18 Gedung UDINUS Semarang adalah gedung yang memiliki tinggi lebih dari 25m. Dengan demikian gedung tersebut harus dilengkapi komunikasi darurat yang siap digunakan. Komunikasi darurat hanya terdapat pada gedung E dan G. Sedangkan pada gedung A, B, C, D dan F tidak terdapat komunikasi darurat. 5. Tangga darurat Tangga darurat telah tersedia di gedung D, E dan G. Pada gedung A, B, C, F dan Poliklinik tidak terdapat tangga darurat. Semua tangga darurat berakhir didalam gedung. hal itu belum sesuai dengan NFPA 11. Namun tidak terdapat penandaan tingkatan lantai yang menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari setiap lantai, tinggi anak tangga sekitar 15,5 cm, lebar injakan tangga minimal 22,5 cm, lebar tangga minimal 1 m, tinggi pegangan tangga 11 cm, ukuran tangga msih belum sesuai dengan standart.. Bukan tangga spiral, Handrails

204 177 berbentuk bulat dan tidak terputus serta tidak terbuat dari bahan yang licin. Handrails pada gedung B dan C terbuat dari kayu, sedangkan handrails pada gedung A, D, E, F dan G terbuat dari besi. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang. Terdapat ventilasi berupa penghisap asap di tangga darurat. Hanya pada gedung D yang dilengkapi dengan pintu tahan api yang dapat menutup otomatis, sementara pada gedung lainnya tidak terdapat pintu tahan api. Kondisi tangga darurat pada gedung D baik namun tangga terhalang oleh tumpukan kursi dan komputer SIADIN yang sudah tidak terpakai. Hal tersebut dapat menghalangi jalan keluar dan mengganggu proses evakuasi. 6. Lampu darurat Lampu darurat tidak tersedia, hal ini tidak sesuai dengan NFPA 11 dan Permen PU No. 26/PRT/M/28 Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/28, fasilitas pencahayaan darurat untuk sarana jalan keluar harus tersedia antara lain sebagai berikut : a. Bangunan gedung atau struktur dari seluruh klasifikasi hunian bangunan gedung yang disyaratkan b. Bangunan gedung bertingkat tinggi seperti disyaratkan oleh butir lain dari persyaratan keselamatan jiwa c. Pintu yang dipasang dengan kunci jalan keluar yang tertunda d. Staf tangga dan ruang antara dari ruang terlindung kedap asap e. Pintu jalan keluar dilengkapi akses kontrol

205 178 f. Akses eksit hanya ditujukan untuk, tangga, gang, koridor, ram, eskalator, dan jalur lintasan menuju suatu eksit g. Pencahayaan darurat harus disediakan dengan lampu dipasang tetap atau portabel dengan sumber daya batere, termasuk lampu senter h. Lampu pencahayaan darurat tidak boleh dihubungkan dengan batere untuk start motor penggerak Tempat berhimpun Tempat berkumpul sementara merupakan suatu area dengan luas tertentu yang dapat digunakan untuk menampung semua penghuni gedung saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi. 26 Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa masing-masing gedung UDINUS Semarang memiliki area yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul sementara. Kondisi disekitar area tersebut cukup aman dan mudah dijangkau oleh penghuni gedung saat terjadi keadaan darurat. Akan tetapi, tempat berkumpul tersebut belum diberi tanda petunjuk yang menunjukkan bahwa area tersebut adalah tempat berkumpul sementara. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar NFPA 11.

206 179 E. Sistem Proteksi Aktif 1. Detektor Kebakaran Detektor kebakaran merupakan salah satu sistem proteksi aktif kebakaran yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung. Detektor kebakaran ini bertujuan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda bahaya kebakaran seperti asap dan panas. Selain itu detektor juga dapat berfungsi untuk memberikan peringatan dini akan adanya bahaya kebakaran dalam suatu bangunan gedung. 23 Gedung UDINUS merupakan salah satu gedung umum yang termasuk dalam kategori bangunan tinggi karena memiliki 5 lantai dan dengan jumlah penghuni ± 5 orang setiap harinya. Oleh karena itu, gedung UDINUS wajib memiliki detektor kebakaran. Berikut ini adalah perbandingan detektor kebakaran di gedung UDINUS Semarang dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada gedung UDINUS telah terpasang detektor kebakaran otomatis yang masih berfungsi dengan baik.gedung yang terdapat detector kebakaran yaitu gedung E dan G, Namun pada gedung lainnya tidak terdapat detector kebakaran. Jenis detektor kebakaran yang digunakan dalam gedung UDINUS yaitu detektor panas dan detektor asap. Detektor panas dan detektor asap terdapat disetiap lantai dan ruangan yang ada dalam gedung, kecuali kamar toilet. Pada gedung E terdapat 52 buah detector dan pada gedung G terdapat 45 detektor. Semua ruangan yang ada di dalam gedung

207 18 dalam kondisi terkontrol dan bebas dari debu. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA Alarm Kebakaran Alarm dan detektor kebakaran merupakan sistem yang berjalan secara berkesinambungan untuk memberi peringatan dini terhadap adanya bahaya kebakaran. Alarm kebakaran ini harus dimiliki oleh setiap bangunan gedung sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran yang ada pada bangunan. 23 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada gedung UDINUS telah terpasang alarm kebakaran yang dapat berfungsi dengan baik. Sistem alarm kebakaran yang ada di gedung UDINUS terdiri dari alarm otomatis dan titik panggil manual (manual call point) yang terpasang berdekatan. Alarm otomatis terhubung dengan detektor kebakaran namun tidak terhubung ke instalasi springkler dikarenakan pada gedung E dan G tidak terdapat springkler. Saat detektor kebakaran menangkap adanya tanda-tanda bahaya kebakaran seperti panas dan asap, detektor akan mengirim sinyal kepada fire alarm control dan kemudian alarm kebakaran akan menyala untuk memberi peringatan pada seluruh penghuni. Bunyi alarm ini dapat terdengar ke seluruh ruangan di setiap lantai gedung. Alarm kebaran ini dilengkapi dengan sumber listrik cadangan yang memiliki daya tahan selama 4 jam. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72.

208 181 Titik panggil manual yang ditempatkan pada setiap koridor disetiap lantai gedung dan di beberapa ruangan dapat dilihat dengan jelas, mudah dijangkau, dan dalam kondisi baik serta siap digunakan. Setiap elemen dalam keadaan bersih dan tidak dicat. Titik panggil manual ini terpasang disetiap kotak hidran gedung yang diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan ketinggian 1,4 m dari permukaan lantai. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Ada beberapa titik panggil manual yang letaknya dari 61 m dalam satu lantai. Hal ini tentu tidak sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 72. Namun, secara keseluruhan alarm kebakaran yang digunakan pada gedung ini telah sesuai dengan standar yang berlaku. 3. Springkler Springkler merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk memadamkan dan mencegah penjalaran api pada bangunan gedung. Berikut ini adalah perbandingan springker di gedung UDINUS dengan peraturan yang berlaku. 24 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada semua gedung UDINUS Semarang tidak dilengkapi dengan sistem springkler penuh yang bekerja otomatis. Padahal bangunan yang memiliki lebih dari 4 tingkat wajib memiliki springkler. Hal ini tidak sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 13.

209 Sistem Pipa Tegak dan Selang Kebakaran Sistem pipa tegak dan selang kebakaran berfungsi untuk menyalurkan air dan mempermudah tindakan pemadam api. Sistem ini biasanya dimiliki oleh gedung bertingkat tinggi. Gedung UDINUS Semarang merupakan gedung bertingkat yang telah menggunakan sistem pipa tegak dan selang kebakaran sebagai satu satu upaya penanggulangan kebakaran. 25 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada gedung E dan G UDINUS telah dilengkapi dengan sistem pipa tegak dan selang kebakaran. Sistem pipa tegak yang terdapat di gedung ini meliputi pemipaan dan gantungan, katup dan sambungan selang, serta pompa hidran. Hal ini sesuai dengan standart yang ditentukan dalam NFPA 14. Selang kebakaran dan peralatan lain telah tersedia pada kotak hidran serta dapat digunakan baik oleh personil gedung maupun petugas pemadam kebakaran. Sistem pipa tegak ini terpasang pada dinding dan ada pula yang tertanam pada dinding, serta tidak melewati daerah berbahaya dan terletak pada tempat yang terlindung dari kerusakan mekanis dan api. Hal tersebut telah sesuai dengan standart yang ditentukan NFPA Hydrant Hydrant merupakan salah satu alat yang dapat menyalurkan air ke lokasi kebakaran. Pada umumnya setiap bangunan gedung memiliki hydrant kebakaran sesuai dengan klasifikasi bahaya yang

210 183 ada didalam gedung tersebut. Gedung UDINUS juga memiliki hydrant yang terdiri atas hydrant halaman dan hydrant gedung. 25 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada gedung UDINUS telah dilengkapi dengan hydrant yang terletak di dalam dan diluar gedung/halaman serta masih dapat berfungsi dengan baik. Hydrant yang terdapat pada gedung mempunyai selang, sambungan selang, keran pembuka serta kopling yang digunakan untuk sambungan dinas pemadam kebakaran. Hydrant memiliki nozzle (pemancar air). Hal ini memenuhi standart yang ditentukan NFPA 14. Hydrant gedung diletakkan pada dinding beton yang datar dan kokoh. Disebelah hydrant tidak terdapat petunjuk penggunaanya. Kotak hydrant dberi cat berwarna merah dan terdapat tulisan HYDRANT yang dicat warna putih. Persediaan air yang digunakan untuk hydrant memiliki kapasitas 17 m 3 atau 17. liter. Selang hydrant memiliki diameter 1,5 dan panjang 3 m. Hal ini tentu saja sesuai dengan standar yang ditentukan NFPA 14. Kotak hydrant diletakkan dengan ketinggian sekitar,3 m diatas permukaan lantai. Kotak hydrant mudah dilihat dan dijangkau. Hal ini sesuai dengan standar NFPA Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Alat Pemadam Api Ringan merupakan alat yang dapat memadamkan api dalam skala yang kecil. APAR ini biasanya dapat

211 184 digunakan oleh setiap orang ketika melihat adanya api kebakaran. APAR tidak hanya digunakan untuk menanggulangi kebakaran didalam gedung, tetapi bangunan gedung biasanya pasti memiliki APAR yang sesuai dengan jenis klasifikasi bahaya kebakaran. Di gedung UDINUS juga terdapat beberapa jenis APR. Berikut ini adalah perbandingan APAR di gedung UDINUS dengan peraturan yang berlaku. 22 Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada gedung UDINUS telah dilengkapi dengan APAR dengan jenis sesuai potensi kebakaran yang terjadi, yaitu APAR jenis dry chemical dan NAF untuk kebakaran kelas A dan C. Jenis APAR juga disesuaikan dengan bahaya yang ada di setiap ruangan. Hal ini sesuai dengan standar yang ditentukan NFPA 1. F. Data Pemeriksaan Ruangan 1. Umum Dari hasil analisa diketahui bahwa secara keseluruhan, kapasitas seluruh ruang di gedung UDINUS memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah penghuninya. Walaupun masih terdapat beberapa ruang yang kurang memadai dengan jumlah penghuninya, antara lain ruang BIUM, ruang P3M&PSI serta ruang UKM. Secara keseluruhan, semua ruangan di gedung UDINUS tidak terpasang poster dan petunjuk-petunjuk keselamatan. Namun demikian pada setiap ruang di gedung UDINUS bebas

212 185 asap rokok, hanya ruang UKM, ruang rumah tangga serta bebera lobi gedung yang tidak bebas asap rokok walaupun sudah ada peringatan. Hal tersebut menjelaskan bahwa dari sudut sarana umum UDINUS sudah memenuhi sistem tanggap darurat kebakaran. 2. Listrik dan Perlengkapan Secara keseluruhan kondisi listrik dan perlengkapannya baik. Walaupun terdapat beberapa ruangan yang dilengkapi dengan stop kontak yang kurang baik dan ada gejala pemanasan yang berlebihan. Hal tersebut ditemukan di ruang perkantoran gedung A, ruang perkantoran yang terdapat di gedung B, ruang perkantoran yang terdapat digedung C, ruang perkantoran yg terdapat di gedung D terdapat beberapa stop kontak yang rusak. 3. Mesin dan Peralatan Kerja Hasil observasi tersebut menjelaskan bahwa kondisi semua mesin dan peralatan kerja di seluruh ruang UDINUS baik. Mesin dan peralatan kerja meliputi peralatan kerja, peralatan kantor, dan semua komputer yang tersedia di UDINUS dalam keadaan baik. Alat elektronik dan komputer dapat memicu terjadinya kebakaran karena didalamnya terdapat aliran listrik walaupun kebakaran yang ditimbulkan dalam skala kecil. Selain itu, benda padat seperti meja, rak buku, buku-buku, pintu, sofa, ponsel, alat-alat elektronik serta peralatan dapur juga

213 186 merupakan sumber bahan bakar yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Sumber bahan bakar lainnya berupa gas yaitu LPG yang digunakan untuk memasak pada ruang rumah tangga. Sumber panas yang paling utama yaitu listrik yang berasal dari mesin kontrol panel, laptop, komputer, ponsel, serta alat elektronik lainnya. Sedangkan untuk sumber panas berupa api terbuka dapat berasal dari kompor, korek api dan punting rokok.

214 187 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian terhadap resiko dan pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di UDINUS, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Identifikasi bahaya kebakaran di gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang a. Gedung UDINUS termasuk dalam klasifikasi bahaya kebakaran sedang I. b. Sumber bahan bakar yang berasal dari benda padat yaitu : meja, kursi, rak buku, buku-buku, pintu, sofa, baju, plastik, laptop, komputer, ponsel, alat elektronik lainnya serta peralatan dapur. Untuk sumber bahan bakar berupa cairan yaitu minyak. Sedangkan sumber bahan bakar berupa gas yaitu LPG. c. Sumber panas berupa listrik yang berasal dari mesin kontrol panel, laptop, komputer, ponsel, Air Conditioner (AC) dan genset. Untuk sumber panas berupa api terbuka berasal dari kompor, korek api, dan puntung rokok. Sedangkan sumber panas berupa radiasi berasal dari mesin panel dan generator, peralatan masak dan ponsel. 2. Resiko bahaya kebakaran tiap gedung termasuk klasifikasi kebakaran gedung sedang 1.

215 Pemenuhan sistem tanggap darurat di UDINUS a. UDINUS belum menerapkan manajemen penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 187 b. Sistem proteksi aktif yang ada di UDINUS yaitu APAR, detector kebakaran, alarm kebakaran, hidran. Hanya gedung E dan G yang dilengkapi detector kebakaran, alarm kebakaran, serta hidran. APAR sudah tersedia disetiap bagian gedung. c. Sistem pasokan daya listrik darurat berupa genset telah tersedia. d. Sarana penyelamatan jiwa di semua gedung UDINUS sudah dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang terdiri dari tangga darurat, pintu darurat, petunjuk arah jalan keluar, tempat berhimpun. Walaupun ada beberapa gedung yang kelengkapannya masih kurang dan tidak sesuai. e. Akses khusus untuk pemadam kebakaran belum tersedia di gedung UDINUS. Namun, pada masing-masing gedung sudah tersedia akses jalan masuk ke dalam bangunan gedung. f. Program pemeriksaan dan pemeliharaan sistem proteksi kebakaran seperti detektor kebakaran dan alarm di gedung UDINUS belum dilaksanakan secara rutin ataupun berkala. B. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis mengenai sistem resiko dan pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di UDINUS antara lain :

216 Untuk manajemen gedung a. Sebaiknya sistem keselamatan kerja khususnya mengenai keadaan darurat didalam gedung UDINUS segera dirancang dan disosialisasikan ke seluruh karyawan dan penghuni gedung tanpa terkecuali. b. Lebih ditingkatkan rasa kepedulian dari pihak manajemen mengenai risiko dan pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran. 2. Untuk organisasi dan tim penanggulangan kebakaran Sebaiknya pihak UDINUS segera membentuk organisasi dan tim penanggulangan kebakaran yang melibatkan seluruh karyawan dan penghuni gedung. Organisasi dan tim penanggulangan kebakaran yang dibentuk sebaiknya disesuaikan dengan keahlian dan waktu masingmasing personil. 3. Untuk prosedur tanggap darurat Sebaiknya pihak UDINUS selaku pengelola gedung segera membuat, mengkoordinasikan dan mensosialisasikan prosedur tanggap darurat mengenai cara evakuasi kepada seluruh karyawan dan penghuni UDINUS. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan evakuasi dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 4. Untuk pelatihan kebakaran dan evakuasi a. Sebaiknya dilaksanakan pelatihan kebakaran yang meliputi cara penggunaan APAR dan hidran, prosedur evakuasi, prosedur komunikasi ketika kebakaran dan pertolongan pertama kepada seluruh penghuni gedung tidak terkecuali

217 19 b. Sebaiknya dilakukan latihan penyelamatan kebakaran yang melibatkan seluruh penghuni gedung secara rutin minimal setiap 6 (enam) bulan sekali. c. Untuk sistem proteksi kebakaran aktif, sebaiknya pihak UDINUS melengkapi sistem proteksi kebakaran aktif pada setiap gedung, seperti detector, alarm kebakaran, hydran, sistem pengendali pusat, lift kebakaran dan pusat pengendali kebakaran disemua gedung. 5. Sarana penyelamatan jiwa Pada dasarnya semua sarana penyelamatan jiwa yang disediakan oleh pihak pengelola gedung UDINUS sudah baik. Namun ada beberapa tangga darurat yang masih terhalang oleh benda-benda yang dapat menganggu evakuasi, serta belum adanya petunjuk berupa tulisan PINTU DARURAT yang dapat terlihat dengan jelas. 6. Untuk program pemeriksaan dan pemeliharaan Sebaiknya pihak UDINUS selaku pengelola gedung dapat segera menyusun prioritas biaya khusus yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan peralatan agar semua alat selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. 7. Untuk mahasiswa dan semua penghuni gedung a. Ikut serta dalam menjaga dan memelihara semua sarana dan prasarana yang ada di gedung UDINUS b. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan seperti kebakaran, contohnya tidak merokok disekitar area gedung, penggunaan listrik sesuai dengan kebutuhan dan lain sebagainya.

218 191 DAFTAR PUSTAKA 1. Ridha, M. Panduan Pendidikan Penanggulangan Bencana Untuk Sekolah. Yayasan Jambo Minda. Banda Aceh Suara Pembaruan (September 21). Kampus FISIP universitas riau terbakar. Diakses pada 2 Februari. e Okezone News. (September 211). Api melalap akademi kebidanan di bekasi. Diakses pada 2 Februari DPU. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Yayasan Badan Penerbit PU. Jakarta Woro S. Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Penghuni Gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang Terhadap Ancaman Bahaya Kebakaran Universitas Dian Nuswantoro Semarang 211. Skripsi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang Herman Darmawi. Manajemen Resiko. PT Bumi Aksara. Jakarta. 1994

219 Sugeng Budiono. Manajemen Resiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja, dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Pertamina. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Siswoyo. Evaluasi Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Gedung Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kampus Depok Tahun 27. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok Soehatman, Ramli. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Manajemen. Dian Rakyat. Jakarta International Fire Service Training Association (IFTA). Dasar- Dasar Penanggulangan Kebakaran (Essential of fire Fighting). Dinas Kebakaran. Jakarta Sari, Karla Juwita. Evaluasi Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Gedung Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kampus Depok Tahun 27. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok Depnakertrans. Materi Evaluasi dan Penunjukan Calon Ahli K3: Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran. Jakarta. 28

220 Dinas Kebakaran Kota Semarang. Materi Persentasi Pelatihan Kebakaran. Semarang Soedarto, G. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Grafindo Utama. Jakarta Dinas Pemadam Kebakaran dan FKM UNDIP. Basic Fire Fighting (Fire Fighting Training). Semarang Undang-Undang Republika Indonesia. Nomor 28 Tahun 22 Tentang Bangunan Gedung Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 1/KPTS/2. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan. Jakarta ERMC (Emergency Response Management Consulting). [accessed 1 th of July 21] Available on : 2. T. Lewis, Bernard. The Facility Manager s Emergency Preparedness Handbook. Amacom. New York Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT Bina Sumber Daya Manusia. Jakarta Quincy, Massachusetts. Standart for Portable Fire Checklist (NFPA 1). National Fire Protection Association (NFPA). USA Quincy, Massachusetts. National Fire Alarm Code Checklist (NFPA 72). National Fire Protection Association (NFPA). USA. 21

221 Quincy, Massachusetts. Standart for Installation of Sprinkler Systems (NFPA 13). National Fire Protection Association (NFPA). USA Quincy, Massachusetts. Standart Installation of Standpipe and Hose System and Hose System Checklist (NFPA 14). National Fire Protection Association (NFPA). USA Quincy, Massachusetts. Life Safety Code Checklist (NFPA 11). National Fire Protection Association (NFPA). USA Soekamto Toeti. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Pusat Antar Universitas. Jakarta Walgito Bimo. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Ando Offset. Jogjakarta Notoadmojo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Kerja. Rineka Cipta. Jakarta Yugo, Sulistyo. Pengawasan Norma K3-Listrik Electrical Engineering at PT Dolphin Indonesia. DITJEN BINWAS NAKERTRANS Tim Fakultas Teknik. Persyaratan Instalasi Listrik. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta Soehatman Ramli. Petunjuk Praktik Manajemen Kebakaran. Dian Rakyat. Jakarta Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 186/ MEN/ Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 1999

222 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/28. Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 28

223 LAMPIRAN-LAMPIRAN 196

224 197 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Daftar Pertanyaan 1. Apakah di Universitas Dian Nuswantoro terdapat ruang kerja listrik? 2. Apakah di Universitas Dian Nuswantoro mempunyai teknisi listrik? Berapa orang? 3. Apakah dilakukan pemeliharaan instalasi listrik? 4. Berapa bulan sekali dilakukan pemeriksaan pada instalasi listrik? 5. Program apa sajakah yang dilakukan pada pemeliharaan instalasi listrik? 6. Apakah di Udinus dilakukan audit kebakaran? 7. Apa saja yang dilakukan dalam proses perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik? 8. Apa saja yang perlu dilakukan dalam proses perawatan dan perbaikan bangunan instalasi listrik? 9. Apa saja yang dilakukan dalam proses perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik?

225 198 Lampiran 2. Lembar Observasi CHECKLIST PEMERIKSAAN KESELAMATAN BANGUNAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN Klasifikasi : Bangunan Gedung Tanggal Pemeriksaan : Lokasi : No Uraian Ya Tidak Keterangan A Umum Apakah kapasitas ruangan 1. memadai dengan jumlah penghuninya? Apakah terpasang poster dan 2. petunjuk-petunjuk keselamatan? 3. B Apakah ruangan bebas asap rokok? Listrik dan Perlengkapan Apakah instalasi listrik dalam kondisi baik? Apakah sambungansambungan listrik terawat

226 199 dengan baik? Apakah peralatan-peralatan listrik dalam kondisi baik? Apakah kabel, penyalur terpelihara dan kondisi baik? Apakah sistem grounding tersedia? Apakah sekring atau circuit 6. breaker memenuhi syarat, jenis dan kapasitasnya? Apakah stop kontak semuanya 7. baik dan tidak ada gejala pemanasan berlebihan? Apakah sistem perkabelan 8. untuk peralatan kantor/portable dalam kondisi baik dan tertata? C Sistem Tanggap Darurat Terdapat tim penanggulangan kebakaran? Terdapat organisasi tanggap darurat kebakaran? Petugas penanggung jawab 3. terlatih dan mempunyai peran masing-masing?

227 2 4. Terdapat prosedur tanggap darurat kebakaran? Terdapat koordinasi dengan 5. pihak pemadam kebakaran setempat? Terdapat pemeriksaan dan pemeliharaan sistem 6. pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terjadwal rutin? 7. Terdapat program latihan evakuasi kebakaran? D. Sarana Penyelamat Jiwa Apakah terdapat sarana jalan keluar? Apakah terdapat petunjuk arah jalan keluar? Apakah semua jalan keluar 3. (exit) terlihat jelas dan diberi tanda? Apakah semua pintu darurat 4. membuka ke luar dan tidak terhalang? 5. Apakah semua jalan darurat aman, memadai dan bebas

228 21 dari halangan? Apakah jumlah pintu darurat 6. sesuai dengan kapasitas penghuni ruangan? 7. Apakah terdapat komunikasi darurat? Apakah tangga darurat 8. tersedia, dalam kondisi baik dan tidak terhalang? 9. 1 E 1 Apakah lampu keadaan darurat tersedia? Apakah tersedia tempat berhimpun? Proteksi Kebakaran Apakah alat pemadam api ringan (APAR) tersedia? Apakah alat pemadam api 2 ringan ditempatkan dengan baik dan mudah dijangkau? Apakah alat pemadam api 3 ringan dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala? Apakah sprinkler tersedia dan 4 dalam kondisi baik, diperiksa berkala?

229 22 Apakah detector kebakaran 5 tersedia, cukup jumlahnya, dipelihara dan diuji berkala? Apakah sistem penyalur air 6 (pipa pemadam) slang dan hydrant tersedia cukup, terawat dan diuji berkala? Apakah pompa pemadam 7 kebakaran untuk mensuplai air tersedia? Apakah alarm kebakaran 8 tersedia, mencukupi, dalam kondisi baik dan diuji berkala? 9 F Apakah Hydrant tersedia, terawat dan tidak terhalang? Mesin dan Peralatan Apakah semua peralatan 1. kerja, peralatan kantor dalam kondisi baik dan aman? 2. Apakah semua komputer dalam kondisi baik dan aman?

230 23

231 24

232 25

233 26

234 27

235 LAMPIRAN 7. Dokumentasi 28

236 29

237 21

238 211

239 212

240 213

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014 ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014 Clara Amaliaresi Liardi 1, Supriyono Asfawi 2, Nurjanah 2 1 Alumni Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur

Lebih terperinci

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990-1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997-2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN DI GEDUNG PT. X JAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN DI GEDUNG PT. X JAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN DI GEDUNG PT. X JAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI RATRI FATMAWATI 0706218091 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA EKSTENSI DEPOK JUNI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat dan signifikan yang mendorong perusahaan meningkatkan produktivitas, kualitas, dan efisiensi

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan sekunder atau tersier dengan karakteristik tersendiri, yaitu padat modal, padat teknologi dan multiprofesi. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang didasari pada tuntutan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT. ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.PETROKIMIA GRESIK Diajukan Oleh: Septian Hari Pradana 2410100020 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan kerugian yang dialami

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : FRANGKY SEPTIADI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

SKRIPSI. Disusun Oleh : FRANGKY SEPTIADI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 093/FT.EKS.01/SKRIP/06/2008 ANALISA PERSIAPAN MENGHADAPI KEADAAN DARURAT DI GEDUNG BERTINGKAT DITINJAU DARI INTERNATIONAL SAFETY RATING SYSTEM (Studi Kasus : Gedung Pusat Telekomunikasi PT. SIEMENS-INDONESIA)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR Mohamad Hakam Prodi : Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah.keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. Gambar 1. Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif. Sebuah lembaga pendidikan tidak berbeda

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai penyebab terjadinya kebakaran. 2. Memahami prinsip pemadaman kebakaran. INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERENCANAAN PEMASANGAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG GEDUNG C

SKRIPSI PERENCANAAN PEMASANGAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG GEDUNG C PERENCANAAN PEMASANGAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG GEDUNG C Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2016 PERENCANAAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

Penggunaan APAR dan Kedaruratan Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan... 4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi... 4 5. Tanggungjawab...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum   Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API Regina Tutik Padmaningrum e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Alat Pemadam Api adalah semua jenis alat ataupun bahan pemadam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.

Lebih terperinci

ARINA ALFI FAUZIA

ARINA ALFI FAUZIA ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) bahaya kebakaran pada bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan ( bahan tidak mudah terbakar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang menempati posisi ke 4 (empat) dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pembangunan nasional pun mulai dilaksanakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Denpasar sebagaimana kota - kota besar di Indonesia juga mempunyai masalah yang sama di bidang kebencanaan. Bencana yang kerap timbul di kota besar Indonesia

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train 1), Area 2 (Train 2), Area 3 (Train 3), Area 6 (Addictive Palletezing Unit (APU)), Area 7 (Utility),

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01 PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01 Jabatan/ Nama Tanda Tangan Tanggal Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh Catatan REVISI No. Halaman Bagian / Sub Bagian Yang Direvisi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN KHUSUS INSTALASI APAR DAN FIRE ALARM SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA

LAPORAN KHUSUS INSTALASI APAR DAN FIRE ALARM SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA LAPORAN KHUSUS INSTALASI APAR DAN FIRE ALARM SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG Oleh Ari Rahayuningsih

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB Berlandasakan pada Surat Keputusan Kepala UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran masih menjadi masalah serius yang terjadi di Indonesia. Pada umumnya, kebakaran bersifat anthropogenic (kejadian yang tidak alami karena aktifitas manusia)

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi AGUS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015... TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN A. UMUM Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG) INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG) Furi Sari Nurwulandari *) Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI Nurhanifa Kaniaratri R0010072 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN DAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN Makalah disampaikan pada Pelatihan Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk Kepala atau Wakil Kepala SLTP/MTs sebagai Sekolah Target diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena sangat bermanfaat dalam kemajuan bangsa. Dalam pembangunan industri terdapat beberapa industri dengan

Lebih terperinci

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja... Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan perubahan skala dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Totok Aji Nugroho R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Totok Aji Nugroho R IMPLEMENTASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN DI PT. DHL SUPPLY CHAIN INDONESIA PROJECT P&G KARAWANG JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN 1 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci