BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI)"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata di setiap provinsi, hal ini menyebabkan adanya perbedaan suku, bahasa, agama, ras, adat istiadat, dan norma-norma yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka oleh sebab itu diperlukan adanya suatu landasan yang mencakup semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini bangsa Indonesia dilanda persoalan yang belum mendapatkan jalan keluarnya, seperti persoalan moralitas, nasionalisme, kenakalan remaja dan lain sebagainya. Maka dari itu penanaman empat pilar kebangsaan itu menjadi jalan keluarnya. Bentangan geografis Indonesia yang sangat panjang memiliki perbedaan waktu, keragaman suku dan agama. Selain menjadi potensi sangat luar biasa demi kemajuan bangsa ini, tetapi juga harus dilihat menjadi potensi negatif secara geografis dan ekonomis, karena bisa kapan saja di intervensi kekuatan asing. Oleh karena itu, pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR) mencanangkan menanamkan empat pilar kebangsaan, agar negeri ini tidak seperti beberapa Negara yang terpecah belah setelah sekian lama menyatu. Sosialisasi Empat pilar menjamin terwujudnya kebersamaan dalam hidup bernegara. Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa tenteram dan bahagia. Empat pilar tersebut juga fondasi dasar dimana dapat dipahami bersama 39

2 40 kokohnya suatu bangunan sangat bergantung dari fondasi yang melandasinya. Dasar atau fondasi bersifat tetap, statis sedangkan pilar bersifat dinamis. Salah satu tugas dari MPR adalah Sosialisasi Empat Pilar bernegara yang diamanatkan dalam UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf E, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar. 42 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) lahir seiring dengan berdirinya Negara Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Istilah Majelis Permusyawaratan Rakyat muncul pertama kalinya pada saat Sidang Kedua Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 11 Juli 1945 yang di pimpin oleh DR. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dengan acara Persiapan Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dasar Penyebutan MPR, merupakan usulan dari anggota BPUPKI Muhammad Yamin, yang dalam pembicaraannya menjelaskan mengenai usul konsep Undang-Undang Dasar yang telah diajukan tertulis pada tanggal 29 Mei Pada Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, selain mengesahkan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 yang di pimpin oleh Ir. Soekarno, pada siding tersebut MPR juga disetujui sebagai suatu badan Negara yang memegang kedaulatan rakyat, yang tidak terbatas kekuasaannya. MPR pertama kali di bentuk tahun 29 Agustus 1945 dimana saat itu lembaga yang menjalankan fungsi MPR telah memberikan 42 Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

3 41 sumbangan yang besar bagi pembangunan bangsa dan Negara sebagai sebuah Lembaga Tertinggi Negara, sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Bergulirnya reformasi yang menghasilkan reformasi konstitusi telah mendorong para pengambil keputusan untuk tidak menempatkan MPR dalam posisi sebagai lembaga tertinggi. Sebagai reformasi, MPR menjadi Lembaga Negara yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-lembaga Negara lainnya, bukan lagi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah mendorong kewenangan MPR yang dianggap tidak selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat sehingga system ketatanegaraan dapat berjalan optimal. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.Sebelum Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

4 42 Tahun 1945 pra Amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) tersebut mengatur berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya. Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa Badan Permusyawaratan berubah menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan anggapan bahwa majelis ini merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat, seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilah yang

5 43 akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen). Masa Orde Lama ( ) Pada awal masa Orde Lama, MPR belum dapat dibentuk secara utuh karena gentingnya situasi saat itu. Hal ini telah diantispasi oleh para pendiri bangsa dengan Pasal IV Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) menyebutkan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional. Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, terjadi perubahan-perubahan yang mendasar atas kedudukan, tugas, dan wewenang KNIP. Sejak saat itu mulailah lembaran baru dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Dengan demikian, pada awal berlakunya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) dimulailah lembaran pertama sejarah MPR, yaitu terbentuknya KNIP sebagai embrio MPR. Pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat ( ) dan Undang-Undang Dasar Sementara ( ), lembaga MPR tidak dikenal dalam konfigurasi ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada

6 44 tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota Konstituante yang diserahi tugas membuat Undang- Undang Dasar. Namun, Konstituante yang semula diharapkan dapat menetapkan Undang- Undang Dasar ternyata menemui jalan buntu. Di tengah perdebatan yang tak berujung pangkal, pada tanggal 22 April 1959 Pemerintah menganjurkan untuk kembali ke UUD 1945, tetapi anjuran ini pun tidak mencapai kesepakatan di antara anggota Konstituante. Dalam suasana yang tidak menguntungkan itu, tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisikan : 1. Pembubaran Konstituante, 2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara 1950, 3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Untuk melaksanakan Pembentukan MPRS sebagaimana diperintahkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 yang mengatur Pembentukan MPRS sebagai berikut : 1. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusanutusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan. 2. Jumlah Anggota MPR ditetapkan oleh Presiden. 3. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra Tingkat I dan Golongan Karya.

7 45 4. Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh Presiden. 5. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh Presiden. Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah. Pada tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa pemberontakan G-30- S/PKI. Sebagai akibat logis dari peristiwa pengkhianatan G-30-S/PKI, mutlak diperlukan adanya koreksi total atas seluruh kebijaksanaan yang telah diambil sebelumnya dalam kehidupan kenegaraan. MPRS yang pembentukannya didasarkan pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan selanjutnya diatur dengan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959, setelah terjadi pemberontakan G-30-S/PKI, Penetapan Presiden tersebut dipandang tidak memadai lagi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diadakan langkah pemurnian keanggotaan MPRS dari unsur PKI, dan ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1966 bahwa sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipilih oleh rakyat, maka MPRS menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan UUD 1945 sampai MPR hasil Pemilihan Umum terbentuk.

8 46 Rakyat yang merasa telah dikhianati oleh peristiwa pemberontakan G-30- S/PKI mengharapkan kejelasan pertangungjawaban Presiden Soekarno mengenai pemberontakan G-30-S/PKI berikut epilognya serta kemunduran ekonomi dan akhlak. Tetapi, pidato pertanggungjawaban Presiden Soerkarno yang diberi judul Nawaksara ternyata tidak memuaskan MPRS sebagai pemberi mandat. Ketidakpuasan MPRS diwujudkan dalam Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang meminta Presiden Soekarno melengkapi pidato pertanggungjawabannya. Walaupun kemudian Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS dalam suratnya tertangal 10 januari 1967 yang diberi nama Pelengkap Nawaksara, tetapi ternyata tidak juga memenuhi harapan rakyat. Setalah membahas surat Presiden tersebut, Pimpinan MPRS berkesimpulan bahwa Presiden Soekarno telah alpa dalam memenuhi kewajiban Konstitusional. Sementara itu DPR-GR dalam Resolusi dan Memorandumnya tertanggal 9 Februari 1967 dalam menilai Nawaksara beserta pelengkapnya berpendapat bahwa Kepemimpinan Presiden Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis membahayakan keselamatan bangsa, negara, dan Pancasila. Dalam kaitan itu, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan memilih/mengangkat Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden/Mandataris sesuai Pasal 3 Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966, serta memerintahkan Badan Kehakiman yang berwenang

9 47 untuk mengadakan pengamatan, pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum. Masa Reformasi (1999-sekarang) Bergulirnya reformasi yang menghasilkan perubahan konstitusi telah mendorong para pengambil keputusan untuk tidak menempatkan MPR dalam posisi sebagai lembaga tertinggi. Setelah reformasi, MPR menjadi lembaga negara yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara lainnya, bukan lagi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah mendorong penataan ulang posisi lembaga-lembaga negara terutama mengubah kedudukan, fungsi dan kewenangan MPR yang dianggap tidak selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat sehingga sistem ketatanegaraan dapat berjalan optimal. Pasal 1 ayat (2) yang semula berbunyi: Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat., setelah perubahan Undang-Undang Dasar diubah menjadi Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan demikian pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh sebuah lembaga negara, yaitu MPR, tetapi melalui cara-cara dan oleh berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh UUD Tugas, dan wewenang MPR secara konstitusional diatur dalam Pasal 3 UUD 1945, yang sebelum maupun setelah perubahan salah satunya

10 48 mempunyai tugas mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar negara yang mengatur hal-hal penting dan mendasar. Oleh karena itu dalam perkembangan sejarahnya MPR dan konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar mempunyai keterkaitan yang erat seiring dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia Struktur Organisasi 43

11 Visi dan Misi Visi MPR RI Profesional, Modern dan Akuntabel melayani MPR Misi MPR RI 1. Melakukan tata kelola Pemerintahan yang baik dan bersih. 2. Melakukan Penataan Managemen Sumber daya manusia Aparatul. 3. Melakukan Penataan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR 4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada MPR dan Alat kelengkapannya Tugas dan Wewenang MPR Berdasarkan ketentuan UUD NRI Tahun 1945, tugas dan wewenang MPR adalah : 1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar 2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam Sidang Paripurna Majelis 3. Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna Majelis 4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mengangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatan

12 50 5. Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatan selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari 6. Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 dan Peraturan Tatat Tertib MPR, selain tugas dan wewenang tersebut diatas, MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis 2. Memilih dan Menetapkan Pimpinan Majelis 3. Membentuk alat kelengkapan Majelis Tujuan Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tugas Pokok dan fungsi dalam memberikan pelayanan teknis dana administrasi kepada MPR, diantaranya ialah : 1. Pelayanan kegiatan persidangan, pembuatan risalah dan teknis yuridis penyusunan rancangan putusan MPR dan DPR. 2. Menjalankan Kesekretariatan Pimpinan MPR.

13 51 3. Menjalankan Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga, Keprotokolan, Penerbitan dan Pengolahan data sistem informasi, serta pelayanan perpustakaan dan informasi. 4. Penyelenggaraan perencanaan,organisasi dan Evaluasi, Administrasi Keanggotaan dan Kepegawaian, Ketatausahaan serta Pelayanan. 5. Pelayanan kegiatan perlengkapan dan inventaris, pemeliharaan, Akomodasi angkutan serta pengaman. 6. Penyelenggaraan administrasi gaji dan tunjangan anggota dan pegawai, perbendaharaan dan perjalanan dinas, serta pembukuan dan verifikasi. 7. Pelayanan kegiatan pengkajian Biro Hubungan Masyarakat MPR RI Biro Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyebarluasan informasi dan pelayanan informasi publik, penyusunan kegiatan hubungan antarlembaga, pengembangan sarana jaringan, pengolahan data internal dan eksternal, penyajian informasi MPR dan pelayanan perpustakaan serta tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh Sekretaris Jenderal MPR. Dalam menjalankan tugasnya Biro Hubungan Masyarakat melaksanakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyebarluasan informasi dan pelayanan informasi publik, penyusunan kegiatan hubungan antarlembaga dan delegasi masyarakat, pelayanan informasi kepada masyarakat tentang fungsi, tugas dan kedudukan lembaga MPR; 44 Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Perwakilan Republik Indonesia 2009

14 52 2. Perencanaan kebutuhan pengembangan dan sarana jaringan, pengolahan data internal dan eksternal, menyajikan informasi secara elektronik terkait MPR dan Sekretariat Jenderal MPR; 3. Pendokumentasian media visual kegiatan MPR dan Sekretariat Jenderal MPR; 4. Perencanaan dan pemeliharaan bahan pustaka serta pelayanan perpustakaan; dan 5. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Biro Hubungan Masyarakat didukung oleh unit kerja setingkat Eselon III. Unit kerja Biro Sekretariat Pimpinan terdiri atas: 1. Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi; 2. Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi; 3. Bagian Media Visual; dan 4. Bagian Perpustakaan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Sosialisasi empat pilar kebangsaan Indonesia (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika) merupakan upaya agar rakyat Indonesia memahami nilai-nilai dan jati diri bangsa

15 53 sehingga dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pelaksanaannya, sosialisasi dilakukan dengan metode dan memanfaatkan berbagai media. Salah satu metode yang digunakan adalah metode berbasis workshop. Sasaran peserta sosialisasi cukup luas, meliputi penyelenggara negara hingga pelajar. Pemilihan pelajar sebagai peserta sosialisasi dirasa cukup mendasar, karena pelajar sebagai Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal MPR RI Tahun calon pemimpin bangsa hendaknya perlu memahami dasar-dasar negara Republik Indonesia. Empat Pilar MPR RI adalah Program sosialisasi yang diadakan oleh Humas MPR yang sudah ada sejak tahun Empat pilar MPR RI tersebut terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Untuk melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, humas MPR mempunyai berbagai bentuk penyampaian kepada masyarakat, diantaranya seperti Seminar Nasional, Focus Group Discussion (FGD), Training of Trainers (TOT) yang berati melatih para pelatih, Lomba Cerdas Cermat (LCC) dan juga melalui pagelaran seni dan budaya berupa Pewayangan. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada tahun Sosialisai empat pilar sudah ada sejak Untuk melaksanakan kegiatan Sosialisasi empat pilar ini, MPR membuat metodologi yaitu cara penyampaiannya kepada masyarakat, seperti Seminar Nasional, Focus Group Discussion (FGD), Training of Trainers (TOT) yang berarti melatih untuk para pelatih, Lomba Cerdas Cermat dan juga melalui pagelaran seni dan budaya berupa Pewayangan.

16 54 Dahulu sosialisasi ini dinamakan sosialisasi UUD 1945 dan masih berlangsung sampai saat ini. Nama Empat Pilar sendiri merupakan gabungan dari : UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Pancasila, memngingat akan pentingnya meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pemaparan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan dasar identitas Negara kita serta mengembalikan rasa nasionalisme yang sudah mulai memudar disebagian Negara Indonesia yang mengakibatkan masyarakat saat ini menjadi anarkis, terjadinya perpecahan antar suku dan budaya seperti fakta yang dilihat dari pemberitaan di televisi, hal-hal seperti itu yang membuat dasar program sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara karena sangat penting untuk dikomunikasikan secara berkesinambungan dengan target khalayak yaitu seluruh masyarakat di seluruh Indonesia dari berbagai segmentasi, dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman pada nilai-nilai dalam pancasila dalam hidup bermsyarakat. Peneliti bermaksud ingin meneliti bagaimana strategi yang dilakukan humas MPR terhadap sosilalisasi ini, sehingga program sosialisasi empat pilar ini tetap ada sampai tahun Melihat dari setiap evaluasi yang dilakukan oleh Tim sosialisasi empat pilar disetiap tahunnya yang mendapatkan kelemahan dan kekurangan, sehingga perlu disempurnakan agar sesuai dengan maksud dan tujuan program yang dikelola oleh MPR itu sendiri. 4.2 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan

17 55 data yang diperoleh dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber utama dan para narasumber lainnya untuk mengetahui sejauh mana Proses Perencanaan Strategi Komunikasi Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI Tahun Hasil penelitian diperoleh berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview) dengan narasumber yaitu Kepala Biro Humas, selain itu juga data-data dari pihak yang membantu Sosialisasi Empat Pilar MPR RI diantaranya Kepala Subbagian Pemberitaan, Wakil Ketua MPR, Wartawan, serta masyarakat umum yang telah mengikuti Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Pemilihan narasumber tersebut merupakan orang-orang yang berkaitan langsung dengan program Sosialisasi Empat Pilar serta mempunyai peranan penting dan berkompeten dengan topik penelitian. Adapun hasil yang dipaparkan ialah mengenai Strategi Humas Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI Proses Perencanaan Strategi Komunikasi Majelis Permusyawaratan Rakyat Strategi humas adalah rencana jangka panjang untuk menyusun berbagai teknis dan langkah komunikasi yang akan diambil dalam kegiatan kehumasan. Untuk dapat bertindak secara strategis, maka kegiatan humas harus menyatu dengan visi dan misi organisasi atau perusahaan tersebut. Majelis permusyawarata rakyat merupakan lembaga Negara yang memiliki peran yang spesifik, yang merupakan percampuran representasi baik secara politik (melalui pengisian keanggotaannya yang berasal dari anggota Dewan Perwakilan

18 56 Rakyat), maupun secara kedaerahan (melalui pengisian keanggotaannya yang berasal dari Dewan Perwakilan Daerah). I. Ulasan Visi dan Misi Langkah pertama ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang harus memiliki visi dan misi dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Sehingga dapat terciptanya hasil yang maksimal. Dalam menentukan rumusan masalah/riset tersebut terhadap Apa Sosialisasi Empat Pilar itu, Bapak Ma ruf Cahyono selaku Kepala Biro Humas MPR memberikan penjelasan: Sosialisasi Empat Pilar merupakan tugas dari MPR yang diamanatkan oleh Undang-undang nomor 17 tahun 2014, yang telah di ubah dengan Undangundang nomor 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, jadi diamanatkan kepada MPR untuk memasyarakatkan ketetapan MPR, Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, kemudian oleh MPR di beri nama Empat Pilar dan dengan diharapkan dengan tugas itu nilai-nilai MPR bisa diketahui, bisa dipahami, dan tentu bisa dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. 45 Selain itu juga Sosialisasi Empat Pilar menurut pandangan Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR, beliau menjawab: menurut saya Sosalisasi empat pilar itu penting, karena didalamnya menjelaskan dasar-dasar Negara dan menjelaskan bagaiamana falsafah hidup bernegara yang baik, itu bisa memupuk rasa nasionalisme warga Negara Indonesia yang selama ini mulai luntur, oleh karena itu empat pilar itu penting untuk membentengi Negara kita dari ajaran-ajaran atau ideology-ideologi yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 46 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

19 57 Selain itu Bapak Ma ruf Cahyono juga menjelaskan visi dan misi yang dilakukan oleh humas MPR dalam Mensosialisasikan Empat Pilar yaitu sebagai berikut: Fungsi utama humas yaitu bagaimana unit humas itu bisa mempublikasikan seluruh kegiatan MPR yang cukup luas, tidak hanya kegiatan yang dilakukan oleh MPR secara kelembagaan, tetapi juga dilakukan oleh pimpinan MPR, badan-badan MPR, dan juga fraksi-fraksi. Untuk mendukung publikasi dari MPR secara kelembagaan, maupun yang dilakukan oleh badan pengkajian, badan penganggaran, badan sosialisasi, dan juga ada kegiatan fraksi-fraksi, termasuk juga publikasi kegiatan anggota MPR perindividu seperti sosialisasi dapil yang dilakukan, oleh karena itu tugas kehumasan MPR sangat luas untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk juga kegiatan Sekretariat Jendral MPR yang mempunyai kegiatan-kegiatan yang harus disampaikan kepada publik dalam rangka agar masyarakat tau dan faham, tentu dengan adanya manfaat dari itu semua agar respon masyarakat terhadap kelembagaan MPR juga menjadi baik dan pada akhirnya ada kepercayaan dari masyarakat. 47 Disisi lain, Wakil Ketua MPR RI menjelaskan tentang visi dan misi diadakannya Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Mahyudin menjawab: Visi misinya adalah pertama kita ingin visinya semua rakyat Indonesia itu paham dan memahami empat pilar yang dimana pancasila sebagai dasar dan ideology Negara, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai konstitusi Negara, NKRI sebagai bentuk Negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara, misinya adalah kita melakukan sosialisasi lebih intensif, massif, terstruktur sampai ke tingkat paling bawah, kemudian membangun rasa nasionalisme daripada rakyat Indonesia untuk mencintai tanah airnya, kemudian memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa NKRI itu merupakan harga mati untuk bangsa kita. 48 Mengenai pertanyaan tentang Sosialisasi Empat Pilar itu apa, Mas Ervan selaku masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan Sosialisasi Empat Pilar memberikan pendapat mengenai informasi yang diberikan oleh MPR tentang Sosialisasi tersebut, beliau menjawab: 47 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 48 Wawancara Narasumber Bapak Mahyudin (Wakil Ketua MPR RI)

20 58 Sosialisasi Empat Pilar itu kan terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, jadi seputar masalah kebangsaan itulah yang sekarang makin menurun rasa kebangsaannya, jadi dengan adanya informasi yang diberikan, masyarakat bisa tau tentang fungsi dari Empat Pilar. 49 Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh narasumber dapat diberikan kesimpulan bahwa visi dan misi diadakannya Sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan Dasar-Dasar Negara Republik Indonesia yang selama ini sudah mulai hilang. Dengan diadakannya sosialisasi ini maka rakyat Indonesia memahami nilai-nilai dan jati diri bangsa sehingga dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara. II. Analisis Situasi Langkah kedua ini dilakukan dalam menentukan bagaimana peran humas dan kewenangannya dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar serta seberapa sering humas melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar. Mengenai pernyataan tersebut tentang peran dan kewenangan humas dalam kegiatan sosialisasi, Bapak Ma ruf Cahyono menjawab: Peran humas sangat penting, karena tidak ada suatu kegiatan yang memiliki dampak yang luas ke masyarakat kalo humasnya tidak ikut mengambil peran, oleh karena itu suatu kegiatan akan bernilai publikasi kepada masyarakat apabila peran humas ada di dalamnya, oleh karena itu saya katakan peran humas itu sangat penting. 50 Selain itu, pertanyaan mengenai seberapa sering humas melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Ma ruf cahyono menjawab : Kegiatan sosialisasi setiap tahunnya banyak dan terprogram, humas MPR pasti megikuti, setiap ada kegiatan pasti humas MPR dilibatkan untuk mempublikasikan, jadi artinya intensitasnya sangat banyak, bahkan lebih dari 49 Wawancara Narasumber Mas Ervan (Masyarakat yang mengikuti Sosialisasi Empat Pilar) 50 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

21 59 kegiatan yang sedang dilakukan, satu kali kegiatan bisa kita lihat dari sudut pandang kehumasan yang berbeda-beda untuk mempublikasikannya cukup banyak. 51 Dengan adanya pernyataan yang disebutkan oleh Bapak Ma ruf mengenai publikasi itu sangat penting, unit Humas Pemberitaan yang merupakan unit di bawah naungan Biro Humas yang memiliki fungsi dalam bertanggung jawab untuk mengurus pempublikasian kegiatan yang dilakukan oleh MPR, salah satunya adalah kegiatan Sosialisasi Empat Pilar. Mengenai pernyataan tersebut, Kepala Subbagian Pemberitaan Ibu Rharas Esthining Palupi memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh unitnya dalam Kegiatan Sosialisasi, beliau menjawab: Di pemberitaan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar ada banyak kegiatannya salah satunya adalah meliput kegiatan pimpinan baik di dalam kota maupun di luar kota terkait kegiatan sosialisasi empat pilar meliputi secara globalnya seminar, FGD, TOT, ada diskusi kebangsaan, di humas itu dukungannya adalah satu kami meliput kegiatan MPR itu baik luar kota maupun dalam kota dengan membawa sejumlah media dan redaksi internal kami, serta dokumentasi foto dan video, kemudian di humas juga melakukan conferensi pers atau doorstop pimpinan MPR, dengan adanya doorstop itulah akan diangkat banyak isu-isu pokok di luar acara inti sosialisasi, selain itu juga kami melakukan pencetakan majalah majelis, majalahnya rutin dibuat setiap bulannya, ada juga namanya diskusi kemajelisan yang dimana pesertanya wartawan itu sendiri, memang sasarannya itu penyebar luasan lewat media 52 Dari pernyataan yang dipaparkan oleh Kepala Biro Humas dan Kepala Subbagian Pemberitaan dapat ditarik kesimpulan bahwa peran humas sangatlah penting untuk kelangsungan suatu kegiatan yang dilakukan oleh MPR, salah satunya adalah kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang mengharuskan bentuk kegiatannya harus di publikasikan kepada masyarakat. 51 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 52 Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan MPR RI)

22 60 III. Identifikasi Khalayak Langkah ketiga yaitu menentukan khalayak yang menjadi priotitas utama dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar. Mengenai Identifikasi Khalayak, Bapak Ma ruf Cahyono menjelaskan target khalayak dari kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab: Target khalayak dari kegiatan ini adalah seluruh lapisan masyarakat, dari masyarakat pada umumnya, maupun penyelenggara Negara, dari penyelenggara juga bisa dibagi-bagi ada di telataran eksekutif, legislatif, yudikatif, pemerintahan sampai kepada segmentasi masyarakat awam, sampai tingkat paut, TK, sd sampai perguruan tinggi, dan juga kelompok-kelompok masyarakat, seperti kelompok agama, generasi muda, organisasi sosial, termasuk organisasi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). 53 Selain menentukan target khalayak agar terciptanya pengetahuan yang di dapat oleh masyarakat tersebut, kegiatan Sosialisasi Empat Pilar ini sudah menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat atau belum, Mas Eco, selaku Wartawan Eksternal MPR RI memberikan jawaban: Menurut saya sudah sangat bermanfaat, karena balik lagi di era masyarakat ekonomi ASEAN maupun di era globalisasi ini, empat pilar itu penting untuk menangkal paham-paham asing yang bisa menggerus idealisme dan menggerus sifat-sifat kebangsaan kita, sehingga empat pilar itu penting untuk membentengi masyarakat Indonesia dari pengaruh-pengaruh budaya asing yang bisa memecah belah bangsa ini. 54 Jadi, khalayak sasaran yang dituju yaitu semua masyarakat secara umum dan khalayak yang memiliki peran khusus dimasyarakat agar pesan dapat disampaikan secara berkelanjutan. 53 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 54 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

23 61 IV. Mengembangkan Pesan Langkah keempat ini merupakan langkah yang dimana MPR melakukan bagaimana pesan dari kegiatan sosialisasi tersebut bisa di terima oleh masyarakat. Mengenai hal tersebut, Bapak Ma ruf Cahyono selaku Kepala Biro Humas MPR RI memberikan penjelasan mengenai cara humas mengembangkan pesan mengenai kegiatan sosialisasi, beliau menjawab: Kami punya strategi agar pesan-pesan itu sampai kepada masyarakat, tentu tidak bersifat monoton, tidak membosankan, oleh karena itu dikemas dalam berbagai macam bentuk advertising seperti acara dialog, iklan masyarakat, melalui kegiatan seni dan budaya, wayang, melalui film-film pendek dan itu cara humas untuk menyampaikan yang nantinya dipublikasikan lewat media sosial dan itu pasti lebih cepat penyampaiannya kepada masyarakat. 55 Selain itu juga proses Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh MPR, menurut Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR menjawab: Tergantung media yang digunakan, apakah itu diskusi, seminar, wayang, jadi sangat variatif mengenai bagaimana prosesnya, itupun juga berbalik lagi kepada pematerinya, sejauh mana kreatifitas pemateri dalam menyampaikan pesan, ada dari beberapa mereka lebih memilih komunikasi interaktif atau dua arah tidak hanya sekedar pidato ataupun menyampaikan pesan lewat buku-buku atau bahan-bahan yang sudah di print, jadi balik lagi tergantung pada pemateri bagaimana merekamenyampaikan isi pesannya. 56 Tetapi dilain sisi, ada yang menyebutkan beberapa kekurangan dari kegiatan Sosialisasi Empat Pilar berlangsung, Mas Ervan selaku Masyarakat yang pernah mengikuti Sosialisasi Empat Pilar menyatakan: Kekurangannya adalah kegiatannya monoton seperti text book udah ada contekannya, jadi kurang inovasi Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 56 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI) 57 Wawancara Narasumber Mas Ervan (Masyarakat yang mengikuti Sosialisasi Empat Pilar)

24 62 Jadi, apa yang disampaikan dari beberapa narasumber di atas mengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar perlu dilakukannya kegiatan yang lebih menarik lagi untuk dilakukannya sosialisasi tersebut. Bukan hanya melalui kegiatan yang sudah ada bertahun-tahun, tetapi di setiap tahunnya harus diberikan inovasi baru dari kegiatan tersbut. Dalam ukuran waktu bulan Agustus 2015, agenda kegiatan pimpinan MPR yang telah terdokumentasi oleh tim kegiatan peliputan pimpinan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Agenda Peliputan Acara Sosialisasi Empat Pilar Bulan Agustus Tanggal Kegiatan Program Kegiatan Tempat Pelaksanaan Kegiatan 3 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui Lomba Cerdas Cermat (LCC) Gedung Nusantara IV Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta 4 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melibatkan Band Debu Ruang Kerja Wakil Ketua MPR 10 Agustus 2015 Pembukaan Kegiatan Grand Final Lomba Cerdas Cermat 15 Agustus 2015 Kegiatan Peserta LCC Ikuti Outbond 17 Agustus 2015 Peserta LCC Ikuti Upacara Di istana Negara 19 Agustus 2015 Pengumuman Juara Lomba Cerdas Cermat Gedung Nusantara V Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta Taman Buah Mekarsari, Cibubur, Bogor Jawa Barat Istana Negara Gedung Nusantara IV Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta 20 Agustus 2015 Sosialisasi empat Pilar MPR RI Ruang Bung Tomo, 58

25 63 di Jombang 21 Agustus 2015 Sosialisasi Empat Pilar Membumikan Sila Keadilan Sosial 22 Agustus 2015 Kegiatan Wakil Ketua MPR segarkan nilai 4 Pilar MPR RI 22 Agustus 2015 Peran guru sangat penting dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI 24 Agustus Tempat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI 27 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui Seminar Nasional 27 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui TOT yang diikuti oleh TNI dan Polri kompleks Gedung Pemkab Jombang, Jawa Timur. Hotel Ijen Suite Kota Malang Alexandria Islamic School Rawa Lumbu Kota Bekasi Aula Balaikota Pariaman, Sumatera Barat Bandarlampung, di dua desa di Kecamatan Kayu Agung, Lampung Selatan. Islamic Centre Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung TNI dan Polri di Bandung, Jawa Barat 27 Agustus 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Pondok Pesantren Al Falah, Bandung 30 Agustus 2015 Metoda Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Hotel Grand Pasundan Bandung Total 15 Dalam ukuran waktu bulan September 2015, agenda kegiatan pimpinan MPR yang telah terdokumentasi oleh tim kegiatan peliputan pimpinan adalah sebagai berikut:

26 64 Tabel 4.2 Agenda Peliputan Acara Sosialisasi Empat Pilar Bulan September Tanggal Kegiatan Program Kegiatan Tempat Pelaksanaan Kegiatan 1 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada Siswa/I SMA Kelas XII Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta. 1 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar Di Padang KNPI Sumatera Barat 4 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Ternate, Maluku Utara Pilar melalui Outbond 4 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui Outbond Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara 5 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui Pagelaran Seni dan Budaya Taman Budaya Pemprov Lampung 10 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Mataram, Lombok 10 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Balai Dusun Simbaringin, Desa Sidosari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung 10 September 2015 Grandfinal LCC Manado, Sulawesi Utara 12 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat pilar Makassar melalui TOT 17 September 2015 Pelantikan Anggota MPR harus Senantiasa Mensosialisasikan Empat Pilar 21 September 2015 Pemahaman Sosialisasi Empat Pilar kepada Para Pastur Total 11 Ruang delegasi MPR RI, Senayan, Jakarta Gereja Kristen Protestan Simalungun ( HKPS ) Batam 59

27 65 V. Rencana untuk Sarana Komunikasi Sebelum melaksanakan kegiatan Sosialisasi, humas MPR memperhatikan beberapa faktor, agar program yang akan dilaksanakan dapat terlaksana secara efektif. Disini, Kepala Biro Humas MPR RI Bapak Ma ruf Cahyono menjelaskan strategi yang dilakukan humas dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab: Strategi yang dilakukan yaitu kita ingin mempublikasikan secara terstruktur, sistematis dan juga massif, meliputi seluruh jangkauan masyarakat, yang tentu melalui instrumen yang bersifat soft dan hard, yang bersifat soft misalnya melalui media-media online, elektronik, dan juga melalui media cetak yang bersifat hard, dan juga media sosial yang ada di mpr maupun media sosial yang sengaja kita hayer untuk mendukung publikasi kita, kita memiliki sejumlah online yang sengaja kita sewa untuk membantu publikasi kita, dan juga adanya website mpr.go.id, selain itu kami juga memiliki media sosial lainnya dan itu semua untuk mempublikasikan kegiatan secara terstruktur yang dalam arti, dalam suatu organisasi yang memiliki struktur-struktur sehingga diharapkan publikasi itu juga betul-betul ada kerangka struktur yang jelas. 60 Selain itu juga Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR menjelaskan bentuk berita yang biasanya di muat untuk kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab: Macam-macam, karna ada semua platformnya dia di parlemen, otomatis ada media online, media cetak dan media elektronik, saya kira semua platformnya selalu dilibatkan oleh humas untuk membantu mensosialisasikan empat pilar Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 61 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

28 66 menjawab: Mengenai pertanyaan MPR melakukan aktivitas media relations, Mas Eco Dengan adanya strategi-strategi itu tadi itu sudah otomatis mereka sudah berhubungan langsung dengan media, mereka gapernah lepas dan gapernah yang eksklusif dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengajak rekan-rekan wartawan untuk meliput, dan seperti yang tadi saya bilang mereka menyediakan press release untuk bantu garap dan mereka sudah menjalankan media relation secara otomatis. 62 Selain itu mengenai pertanyaan seberapa sering humas melakukan aktivitas media relations, Bapak Ma ruf menjawab: Kegiatan sosialisasi setiap tahunnya banyak dan terprogram, humas MPR pasti megikuti, setiap ada kegiatan pasti humas MPR dilibatkan untuk mempublikasikan, jadi artinya intensitasnya sangat banyak, bahkan lebih dari kegiatan yang sedang dilakukan, satu kali kegiatan bisa kita lihat dari sudut pandang kehumasan yang berbeda-beda, untuk mempublikasikannya cukup banyak. 63 Selain itu juga seberapa sering MPR melakukan kegiatan media relations tersebut, Mas Eco menjawab: Seberapa seringnya tergantung ada atau tidak adanya agenda, tapi selama ini sangat sering agenda yang dijalankan dan mereka langsung menghubungi wartawan, jadi saya kira dengan adanya intensitas yang cukup tinggi terutama musim diadakannya sosialisasi empat pilar itu juga mempengaruhi intensitas hubungan komunikasi humas dengan wartawan. 64 Selain itu juga humas MPR terutama humas pemberitaan yang selama ini merupakan humas yang bertanggung jawab untuk berhubungan langsung dengan media massa, Ibu Rharas menjawab : Berproses, kami disini MPR DPR dan DPD sangat diuntungkan dengan adanya ruang pressroom parlemen, pressroom parlemen itu adalah wadah 62 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI) 63 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 64 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

29 67 tempatnya para wartawan berkumpul untuk meliput di suatu kegiatan yang ada di parlemen, baik MPR, DPR dan DPD, di pressroom itu terdapat pengurus pressroom yang secara mekanismenya harus melalui 7 orang yang tergabung di pengurus pressroom, lepas dari pressroom kami juga punya media partner, media partner itu adalah wadah kumpulannya media-media online, cetak dan tv yang kerjasana dengan MPR, dan kami juga berhubungan dengan para media partner melalui wa group yang dimana dapat mewadahi kami dalam berkomunikasi. 65 Mengenai pertanyaan seberapa banyak media yang terjalin hubungan dengan humas MPR, Ibu Rharas menjawab: Untuk seberapa banyaknya media, kalo untuk media online kami ada 10 media, media cetak juga ada 10, hampir semua media nasional dan majalah nasional menjalin hubungan, untuk tv hampir semua tv, intinya kami menjangkau semua media untuk menjalin hubungan. 66 Mengenai pertanyaan bagaimana sistem ketentuan saat mengajak wartawan untuk meliput kegiatan yang berada di daerah-daerah, Ibu Rharas menjawab: Salah satu jalan meliput empat pilar dengan liputan di daerah, sebetulnya tidak ada ketentuan formal, hanya saja kami merolling, ssatu adalah dengan cara merotasi, tidak mungkin kami dalam sekali perjalanan membawa banyak media, dengan anggaran terbatas dan kuota juga terbatas, yang kedua kami menyesuaikan dengan permintaan pimpinan yang mengharuskan mengajak beberapa wartawan yang diinginkan. 67 Selain kegiatan sosialisasi yang di lakukan di luar daerah, kegiatan tersebut juga dilakukan di dalam daerah, dan cara dari humas MPR untuk mengundang media untuk meliput acara MPR, Mas Eco menjawab: Variatif, bagaimana mereka mengundang, kadang ada yang langsung mereka ke pressroom kalo memang acaranya mendadak, tetapi ada juga kadang mereka mengundang ke kantor dengan undangan resmi, ya walaupun tidak dengan undangan resmi tapi biasanya langsung menghubungi kantor untuk meminta perwakilan wartawan dalam meliput kegiatan sosialisasi empat pilar, 65 Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitan MPR RI) 66 Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan MPR RI) 67 Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan MPR RI)

30 68 bahkan kadang kalo sudah ada yang dekat biasanya sudah langsung tau dimana dan kapan sosialisasi empat pilar itu dilaksanakan. 68 Selain itu, mengenai pertanyaan humas MPR sudah menjembatani program Sosialisasi Empat Pilar dengan baik terhadap media, Mas Eco selaku Wartawan Eksternal Humas MPR, menjawab : Humas MPR selama ini sudah cukup baik memberikan info-info terbaru mengenai acara-acara sosialisasi empat pilar baik itu dijakarta maupun di luar kota bahkan sampai ada yang keluar negeri, kalaupun kita gabisa ikut hadir mereka pun juga menyediakan press release untuk disebarkan ke teman-teman wartawan dan itu sangat membantu untuk kita karena dengan intensitas kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang cukup banyak kita gabisa mengcover seluruh agenda-agenda tersebut. 69 Mengenai pertanyaan, mengenai kendala yang di hadapi oleh Humas MPR dalam menjalin hubungan dengan media, Ibu Rharas Esthining Palupi selaku Kepala Subbagian Pemberitaan, memberikan jawaban: Banyak, dalam waktu yang cepat dan mendadak kami harus di push untuk menentukan media yang diharuskan ikut untuk meliput acara tersebut, kendalanya itu satu untuk penentuan media itu harus melalui mekanisme redaksi masing-masing media, setiap media punya kebijakan sendiri-sendiri yang MPR tidak bisa interfensi dan membutuhkan waktu, karena MPR tidak bisa mencampuri kebijakan dari masing-masing redaksi media dalam mengirimkan reporternya, kecuali media partner yang sudah kerjasama dengan MPR itu beda, kemudian kendala kedua adalah ketika kita mengajak wartawan tetapi acaranya monoton, ekspektasi wartawan dengan keadaan yang terjadi dilapangan berbeda, dan itu harus pinter-pinternya staf humas pemberitaan yang jalan untuk mengcreate isu, membantu mengkondisikan wartawan agar bisa meliput semuanya agar beritanya tercover dengan baik. 70 Melihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh Kepala Subbagian Pemberitaan MPR dan Wartawan Eksternal MPR maka peneliti menyimpulkan bahwa humas MPR dalam hal mempublikasikan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar 68 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI) 69 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI) 70 Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan MPR RI)

31 69 sudah cukup baik, melihat akan banyaknya kegiatan sosialisasi tersebut, tetapi humas pemberitaan MPR sudah bisa menjalankan tugasnya dalam membangun relasi dengan media. Tetapi dilain sisi, mengenai kualitas kerja humas MPR dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Mahyudin selaku Wakil Ketua MPR RI, memaparkan: Humas MPR dalam hal Sosialisasi Empat Pilar sekarang sudah cukup berjalan dengan baik karena juga di tunjang dengan anggaran yang sangat besar untuk kegiatan humas, tetapi memang masih banyak yang harus ditingkatkan karena humas MPR itu dari PNS, kadang-kadang mereka bekerja kurang kreatif, artinya semua pekerjaan itu dikerjakan sesuai standart kerja saja, dan tidak ada tujuan kreatifitas untuk mengoptimalkan Sosialisasi Empat Pilar itu, harusnya Sosialisasi Empat Pilar itu bisa lebih massal, dan bisa di terima oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat yang paling bawah, karena masyarakat paling bawah itu belum tentu baca media, di ambil contoh misalnya sosialisasi dilaksanakan di daerah terpencil, kebanyakan humas itu tidak mau repot, jangkauan dari pemberitaannya tidak bisa di ukur, kemudian humas menurut saya kurang melibatkan wartawan lokal, mungkin jaringannya kurang untuk melibatkan wartawan lokal, sebetulnya tujuan dalam sosialisasi ke daerah itu selain menjangkau orang daerah situ tetapi juga penting untuk di baca oleh masyarakat lokal daerah, karena itulah kita perlu menggandeng wartawanwartawan lokal, karena biasanya orang daerah itu baca media daerah juga, sehingga humas perlu meningkatkan jaringan kepada wartawan-wartawan lokal di seluruh Indonesia. 71 Selanjutnya, mengenai strategi yang dilakukan oleh humas MPR dalam memberikan informasi mengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar kepada media, Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR, menjawab : Selama ini mereka sudah menerapkan strategi yang cukup baik dalam memberikan informasi, yaitu dengan masuk kedalam setiap kelompok-kelompok wartawan terutama di pressroom parlemen, mereka selalu mengajak temen-temen wartawan untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi empat pilar, selain itu juga mereka mengajak temen-temen wartawan yang ingin meliput kegiatan soslialisasi itu secara langsung baik di dalam kota maupun diluar kota bahkan 71 Wawancara Narasumber Bapak Mahyudin (Wakil Ketua MPR RI)

32 70 didaera-daerah terpencil sekalipun sehingga itu bisa menfasilitasi kita untuk tau bagaimana kegiatan sosialisasi itu berjalan. 72 VI. Waktu dan Anggaran Dilihat dari banyaknya kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh Humas MPR RI, maka harus di dukung dengan anggaran yang cukup besar, dilihat juga dari Sumber Daya Manusia yang menjadi target khalayak dalam sosialisasi ini. Dari pernyataan tersebut, Bapak Ma ruf Cahyono memberikan pendapat sebagai berikut: Anggaran kehumasan cukup bagus, anggaran itu intinya mendukung tugas-tugas yang ada dan cukup memadai, kalo soal kuantitas pasti berubah setiap tahun, gabisa di patok untuk anggarannya, tetapi yang jelas untuk melakukan standar kehumasan sudah bisa di jalankan, hanya karena ingin lebih massif dan lebih banyak pasti harus ada dukungan anggaran yang lebih 73 VII. Pemantauan dan Evaluasi Dari hasil kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh humas MPR RI, maka Bapak Mahyudin selaku Wakil Ketua MPR RI memberikan penjelasan mengenai harapan terhadap humas untuk mengefektifkan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab: Harapan saya humas harus lebih kreatif dalam efektifitas mensosialisasikan empat pilar, lebih bisa bertanggung jawab, tidak hanya asal menjalankan tugas sebagai humas, tetapi juga berfikir tujuan dari pelaksanaan sosialisasi tersebut Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI) 73 Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 74 Wawancara Narasumber Bapak Mahyudin (Wakil Ketua MPR RI)

33 71 Selain itu, Bapak Ma ruf Cahyono memberikan penjelasan mengenai hasil yang telah di capai oleh Humas dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab: Dari berbagai kegiatan kehumasan antara lain Sosialisasi empat pilar pada umumnya pasti di terima baik oleh masyarakat, dan tentu respon masyarakat termasuk mengenali lembaga MPR juga semakin baik dan kemudian kualitas pemahaman misalnya sebagai contoh sosialisasi melalui kegiatan cerdas cermat yang merupakan suatu wadah bagi generasi muda untuk mengenali Pancasila dan Undang-undang dasar, dan kegiatan tersebut kita bisa melihat keterampilan dan kemampuan dari para peserta tentang Sosialisasi Empat Pilar yang nantinya akan terus dipelajari di sekolah, seperti lomba debat yang diadakan dan pasti kegiatan itu akan terus dilakukan mengingat keterampilan mereka dalam memberikan argumennya, menurut saya semua dari hasil kegiatan yang telah di capai sudah cukup baik dan diterima oleh masyarakat. 75 Selain itu, dari setiap kegiatan pasti adanya masukan dan saran dari berbagai pihak, menurut pandangan Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPRmengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, beliau menjawab: saran saya adalah sosialisasi empat pilar jangan hanya dijadikan alat politik ataupun hanya dijadikan sebagai pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan popularitas, sosialisasi empat pilar harus benar-benar dari hati nurani para anggota MPR agar benar-benar memberikan kesan postif terhadap masyarakat, caranya pun juga harus terus di perbaharui dan harus mengikuti perkembangan zaman,jangan hanya menggunakan cara-cara yang sudah ada tanpa melihat kebutuhan dan pola hidup masyarakat terus berubah, jadi saran saya terus bertranformasi demi sosialisasi yang lebih efektif Wawancara Narasumber Bapak Ma ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI) 76 Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau yang biasa disingkat dengan MPR RI adalah salah satu lembaga Negara utama yang kedudukan, kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi konstitusi telah membawa perubahan mendasar terhadap sistem ketatanegaraan maupun kemasyarakatan melalui penegasan penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosialisasi empat pilar sudah ada sejak tahun Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Sosialisasi empat pilar sudah ada sejak tahun Untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan Sosialisasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa Sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara periode 2011. Sosialisasi empat pilar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardianto, S. S., Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003

DAFTAR PUSTAKA. Ardianto, S. S., Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, S. S., Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003 Bungin, B., Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Cangara, H., Pengantar

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT RI DAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014 Herlambang P. Wiratraman Unair - 2016 DPD update..! Apa isu hukum atas perdebatan ricuhnya? Mengapa? dan bagaimana ditinjau dari sudut hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk dan Bidang Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa dunia kerja sebenarnya yang sesuai dengan pendidikan yang dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa produk hukum

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS, PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Pembentukan Mahkamah Konstitusi Ketatanegaraan dan penyelenggaraan pemerintahan Indonesia mengalami perubahan cepat di era reformasi. Proses demokratisasi dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. UU NOMOR 10 TAHUN 2004 1. Menimbang: Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan perundang undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI 4 PILAR BERBANGSA DAN BERNEGARA. Hj. Desy Ratnasari, M.Si, M.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI 4 PILAR BERBANGSA DAN BERNEGARA. Hj. Desy Ratnasari, M.Si, M. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI 4 PILAR BERBANGSA DAN BERNEGARA Hj. Desy Ratnasari, M.Si, M.Psi Anggota MPR / DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional A - 472

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut manusia untuk selalu mengetahui dan mengikuti perkembangan berbagai informasi.

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat Tahun 2015 di susun dalam bentuk rencana kegiatan Biro Umum dan Hubungan Masyarakat, yang berisi tentang kegiatan dan target

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1124 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Program Legislasi Nasional. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai 105 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki hak konstitusional untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 52 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN 1945 1 Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum PENDAHULUAN Sebagai negara hukum Indonesia memiliki konstitusi yang disebut Undang- Undang Dasar (UUD

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, 1 SALINAN 2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyederhanaan dan pendayagunaan kehidupan politik,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1

UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1 UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1 Oleh: Manunggal K. Wardaya 2 manunggal.wardaya@gmail.com 0857 28 456 999 1. Pendahuluan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD I. PEMOHON Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (GN-PK), dalam

Lebih terperinci

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14 1 of 14 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan:

I. PENDAHULUAN. Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan: Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945, memilih dan mengangkat ketua dan wakil ketua PPKI masing-masing menjadi

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN - 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5234 ADMINISTRASI. Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan. Teknik Penyusunan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. sesuai

Lebih terperinci

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa pembentukan produk hukum daerah yang

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, BAGIAN DAN SUB BAGIAN SEKRETARIAT DPRD PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : Bahwa sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA, QANUN KOTA LANGSA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

TULISAN TENTANG MPR, DPR, DPD, DPRD. Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara ( )

TULISAN TENTANG MPR, DPR, DPD, DPRD. Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara ( ) TULISAN TENTANG MPR, DPR, DPD, DPRD DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPR ) A. Sejarah Masa awal kemerdekaan (1945-1949) Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.574, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. ORTA. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Berikut ini adalah contoh soal tematik Lomba cerdas cermat 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayoo siapa yang nanti bakalan ikut LCC 4 Pilar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I. UMUM Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SITUBONDO Menimbang

Lebih terperinci