ABSTRAK. Kata kunci: artropoda permukaan tanah, Solanum tuberosum L., Brassica olearecea L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Kata kunci: artropoda permukaan tanah, Solanum tuberosum L., Brassica olearecea L."

Transkripsi

1

2 ABSTRAK NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI. Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA. Artropoda merupakan salah satu komponen penting dalam agroekosistem. Berdasarkan ruang huniannya artropoda dapat dikelompokkan sebagai artropoda penghuni permukaan tanah dan penghuni tajuk tanaman. Artropoda permukaan tanah memiliki beberapa peranan penting pada ekosistem pertanian, di antaranya sebagai dekomposer dan musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (S. tuberosum) dan brokoli (B. oleracea). Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lubang perangkap. Di pertanaman kentang seluas 5000 m 2 dan pertanaman brokoli seluas 1000 m 2 masing-masing dipasang sebanyak 30 lubang perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang selama 48 jam dan diulang setiap minggu sampai 9 kali untuk pertanaman kentang dan 8 kali untuk pertanaman brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang meliputi ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae), Araneae (famili Salticidae), dan Collembola. Sedangkan pada pertanaman brokoli artropoda permukaan tanah yang tertangkap adalah ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae dan Gryllidae), Araneae (famili Salticidae dan Lycosidae) dan Collembola. Secara keseluruhan, artropoda yang mendominasi pada kedua jenis pertanaman adalah Collembola. Artropoda permukaan tanah yang berperan sebagai predator adalah kumbang Cicindelidae, cecopet Carcinophoridae, semut Formicidae, laba-laba Salticidae dan Licosidae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang. Intensitas serangan orong-orong mencapai 20% dari umbi kentang yang dipanen. Kata kunci: artropoda permukaan tanah, Solanum tuberosum L., Brassica olearecea L.

3 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

4 KELIMPAHAN ARTROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DAN BROKOLI (Brassica oleracea L.) NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul skripsi Nama Mahasiswa NIM : Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dan brokoli (Brassica oleracea L.) : Nurul Afriyanti Utami Dewi : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si NIP Tanggal lulus:

6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata ala atas segala karunia-nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L.) dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan selama penelitian berlangsung hingga penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MS selaku dosen penguji tamu. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, adik, dan keluarga terkasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wawan, Bapak Nana, dan Bapak Jajat atas bantuannya dalam proses penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Ismawati, SP, R Tia Santiani Heryana, Yunian Asih Andriyarini, Elsa Dwi Juliana, SP, Venni Anggraini, sahabat Proteksi Tanaman angkatan 45, rekan-rekan di Laboratorium Ekologi Serangga, dan rekan-rekan di Fairus atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan kerjasamanya selama di IPB. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, bimbingan, dan pengorbanan kecuali doa semoga Allah Subhanahuwata ala memberikan rahmat dan balasan yang jauh lebih baik kepada semuanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Bogor, November 2012 Nurul Afriyanti Utami Dewi

7

8 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong... 19

9 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman kentang Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman brokoli Tingkat curah hujan di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang a. Gryllotalpha sp. (orong-orong), b. Umbi berlubang akibat serangan Gryllotalpha sp

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan salah satu komponen penting sebagai tempat hidup binatang termasuk artropoda. Tanah dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis binatang tanah. Adianto (1993) menyatakan bahwa binatang tanah yang paling banyak tinggal di permukaan tanah adalah atropoda. Artropoda permukaan tanah merupakan komponen jasad hidup yang menjadikan tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh kegiatan ekofiologisnya (Retnowati 2004). Artropoda yang paling banyak ditemukan di permukaan tanah adalah kelompok laba-laba (Araneae), tungau (Acarina), Collembola, kumbang (Coleoptera), dan semut (Hymenoptera) (Retnowati 2004). Giller et al. (1997) menyatakan bahwa artropoda permukaan tanah memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi di tanah, seperti proses dekomposisi, aliran karbon, siklus unsur hara, dan agregasi tanah. Tanah biasa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ghabbour et al. (1985) menyatakan bahwa pengolahan tanah, pemakaian pupuk, dan penggunaan pestisida sangat mempengaruhi kepadatan artropoda permukaan tanah. Pemberian pupuk kandang pada pertanaman dapat meningkatkan populasi artropoda, karena kandungan bahan organik dan air tanah meningkat (Adianto 1993). Sastrodihardjo et al. (1987) menyatakan bahwa penggunaan pestisida memberikan pengaruh besar bagi kelimpahan artropoda permukaan tanah secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung yakni berupa racun bagi artropoda permukaan tanah, sedangkan secara tidak langsung berupa perubahan fisik-kimia tanah sebagai akibat residu yang terakumulasi di permukaan tanah dan menyebabkan matinya berbagai organisme pengurai di dalam tanah. Pada daerah penghasil sayuran biasanya dicirikan oleh tingginya penggunaan pestisida (Sastroutomo 1992). Salah satu daerah penghasil sayuran yang terdapat di Jawa Barat adalah Lembang. Komoditas yang sering ditanam di Lembang adalah kentang (Solanum tuberosum L.) dan brokoli (Brassica oleracea L.). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar ton/ha dan produksi kentang adalah sebesar 955

11 2 488 ton, sedangkan produktivitas brokoli di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar ton/ha dan produksi sebesar ton. Kedua tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu komoditas favorit yang sering ditanam di Lembang. Sebagai salah satu sentra produksi sayuran, kegiatan bercocok tanam terus menerus dilakukan di Lembang. Kegiatan bercocok tanam yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pengganggu tanaman (OPT) meningkat karena ketersediaan makanan yang melimpah. Pada tanaman kentang dan brokoli penggunaan pestisida secara intensif merupakan salah satu tindakan pengendalian yang sering dilakukan petani. Penggunaan pestisida secara intensif diduga akan mempengaruhi kelimpahan artropoda permukaan tanah pada kedua jenis pertanaman tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah yang terdapat pada pertanaman kentang dan brokoli. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menentukan strategi pengendalian hama secara terpadu pada pertanaman kentang dan brokoli.

12 TINJAUAN PUSTAKA Kentang (Solanum tuberosum L.) Tanaman kentang tumbuh baik di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 800 sampai 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman kentang dapat tumbuh pada suhu udara antara 15 sampai 22 C. Suhu optimum pertumbuhan kentang yakni 18 sampai 20 C dengan kelembaban udara 80 sampai 90%. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000 sampai 3000 mm/tahun. Derajat keasaman atau ph yang cocok untuk pertumbuhan kentang yakni 5 sampai 5.5 (Kementan 2012). Salah satu cara untuk mencapai hasil yang optimal adalah budidaya yang baik. Cara budidaya tanaman kentang meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan. Persiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemupukan dasar. Dalam keperluan pembibitan, umbi yang telah dipanen disimpan dalam keadaan kering di dalam rak atau peti di gudang penyimpanan. Umbi siap ditanam apabila telah tumbuh tunas dengan panjang sekitar dua cm. Penyimpanan bibit dilakukan jika terjadi penundaan waktu tanam. Bibit disemprot insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Samadi 2007). Pemupukan dasar dilakukan dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam sebanyak 20 ton/ha (Samadi 2007) Penanaman kentang dilakukan dengan meletakkan satu umbi per lubang tanam pada lahan dengan jarak tanam 70 cm 25 cm. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha) yang diletakkan di antara lubang tanam (Duriat et al. 2006). Pemupukan susulan dilakukan pada umur tanaman 21 hari setelah tanam (HST) dan 45 HST. Pada umur tanaman 21 HST pupuk yang diberikan yakni Urea/ZA sebanyak 300 kg/ha, SP-36 sebanyak 250 kg/ha, dan KCl sebanyak 150 kg/ha. Sedangkan pada umur tanaman 45 HST pupuk yang diberikan yakni Urea/ZA sebanyak 150 kg/ha dan KCl sebanyak 75 kg/ha (Sihotang 2010).

13 4 Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengairan, penyiangan dan pembumbunan, pemangkasan bunga, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman kerdil, rusak, dan mati. Tanaman tersebut diganti dengan tanaman yang baru (Duriat et al. 2006). Pengairan dilakukan secara rutin dengan selang waktu tujuh hari sekali. Pemberian air dilakukan dengan cara digembor atau dengan sistem leb, yaitu mengalirkan air melalui selokan (Samadi 2007). Kegiatan penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan bersama-sama. Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat (Duriat et al. 2006). Pemangkasan bunga bertujuan mencegah terganggunya proses pembentukan umbi. Apabila bunga tidak dipangkas akan terjadi persaingan penggunaan unsur hara untuk pembentukan umbi. Pada umumnya bunga muncul setelah tanaman berumur 25 sampai 30 HST, pemangkasan dapat dilakukan saat bunga masih kuncup (Samadi 2007). Hama yang terdapat pada tanaman kentang antara lain kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan penggerek umbi (Phthorimaea operculella Zeller) (McKinnlay 1992). Duriat et al. (2006) mengemukakan bahwa hama lain yang terdapat pada kentang adalah pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard), ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel), trips (Thrips palmi Karny), kutu kebul (Bemisia tabaci Gennadius), dan ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius). Salah satu tindakan pengendalian yang umum dilakukan pada pertanaman kentang adalah dengan mengaplikasikan insektisida. Insektisida yang digunakan umumnya memiliki bahan aktif seperti abamektin, asefat, bensultap, beta sipermetrin, bifentrin, karbofuran, karbosulfan, kartap hidroklorida, dan deltametrin (Departemen Pertanian 2008).

14 5 Brokoli (Brassica oleraceae L.) Brokoli cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 700 sampai 2000 meter dpl. Curah hujan berkisar antara 1000 sampai 1500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun (Dalmadi 2010). Yamaguchi dan Rubatzky (1998) mengemukakan bahwa suhu pertumbuhan optimum brokoli berkisar antara 13 sampai 20 C. Keasaman tanah atau ph berada dalam kisaran 6 sampai 8. Budidaya tanaman brokoli meliputi penyiapan benih dan penyemaian, penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan. Benih yang diperlukan sebanyak 100 sampai 250 gram/ha. Benih disemaikan terlebih dahulu pada bedengan persemaian ataupun dalam bumbung yang terbuat dari daun pisang maupun polybag kecil. Benih direndam dalam air dingin selama 12 jam sampai benih terlihat pecah dan ditiriskan di tempat terbuka selama 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Bibit yang siap ditanam memiliki 2 sampai 3 helai daun (Rukmana 1995). Penyiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemberian pupuk dasar. Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebanyak 12.5 sampai 17.5 ton/ha dan diberikan satu minggu sebelum tanam. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 70 cm 30 cm. Benih yang disemai dengan menggunakan daun pisang dapat ditanam langsung, sedangkan dengan menggunakan polybag harus dikeluarkan terlebih dahulu secara hati-hati agar akar tidak rusak atau putus. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa ZA, urea, TSP, dan KCl masing-masing 250 kg/ha (Rukmana 1995). Pemupukan susulan dilakukan sebanyak dua kali pada umur tanaman 20 HST dan 30 HST. Pada umur tanaman 20 HST diberikan pupuk urea sebanyak 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha, sedangkan pada umur tanaman 30 HST diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha (Rukmana 1995). Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan, dan pengendalian OPT. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang rusak

15 6 atau terganggu pertumbuhannya. Huda (2008) mengemukakan bahwa penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali yakni saat tanaman berumur 1 MST, 3 MST, dan 5 MST. Pengairan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tidak dilakukan pengairan (Rukmana 1995). Hama penting pada tanaman brokoli adalah ulat grayak (S. litura) dan ulat croci (Crocidolomia pavonana Fabricius) (Setiawati 2005). Rukmana (1995) menyebutkan bahwa hama penting lainnya yang menyerang tanaman brokoli antara lain ulat plutela (Plutella xylostella Linnaeus), ulat tanah (A. ipsilon), dan kutu daun (Aphis brassicae Linnaeus). Griffin (1999) mengemukakan bahwa pengendalian hama pada tanaman brokoli dapat dilakukan dengan pemberian insektisida. Pengendalian kutu daun dengan pemberian insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, sihalothrin, dan piretrin. Pengendalian ulat bisa diberikan insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, siflultrin, spinosad, dan piretrin (Departemen Pertanian 2008). Artropoda Permukaan Tanah Syatrawati dan Ngatimin (2011) menyebutkan bahwa atropoda permukaan tanah yang terdapat pada pertanaman brokoli adalah Formicidae, Carabidae, Cicindellidae, Staphylinidae, Lycosidae, dan Oxyopidae. Agustine (2000) menyatakan bahwa artropoda permukaan tanah yang mendominasi pada famili Brassicaceae adalah ordo Hymenoptera dan Collembola. Retnowati (2004) menyatakan bahwa atrropoda permukaan tanah pada tanaman kentang meliputi Collembola, Carabidae, Cicindellidae, Staphylinidae, Curculionidae, Meloidae, dan Forficulidae. Artropoda permukaan tanah yang mendominasi pada famili Solanaceae adalah ordo Collembola, Coleoptera, Diptera, dan Hymenoptera (Khasanah 2011).

16 7 Lubang Perangkap (pitfall trap) Lubang perangkap merupakan salah satu perangkap yang digunakan unuk mengamati artropoda permukaan tanah. Lubang perangkap berupa gelas plastik yang umumnya berdiameter 6 sampai 10 cm. Ke dalam gelas diisikan cairan untuk membunuh dan mengawetkan artropoda yang tertangkap. Cairan yang umum digunakan adalah formalin, alkohol, etilen glikol, dan asam asetat. Hasil tangkapan lubang perangkap tidak menggambarkan kerapatan populasi secara absolut karena jumlah yang tertangkap ditentukan oleh aktivitas dari artropoda. Namun, hasil tangkapan lubang perangkap dapat digunakan untuk membandingkan kerapatan aktivitas dari beberapa spesies di dalam habitat yang berbeda pada periode waktu tertentu, atau mengukur pengaruh praktek budidaya (Winasa 2001).

17 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman kentang dan brokoli. Untuk pembuatan lubang perangkap (pitfall traps) digunakan gelas bekas air mineral volume 240 ml, formalin 4%, dan seng sebagai pelindung. Selain itu digunakan pula alkohol 70% untuk mengawetkan atropoda sebelum diidentifikasi, ajir untuk menandai tanaman contoh, kantong plastik, dan kertas label. Alat-alat yang digunakan yakni sekop, kuas, hand counter, kaca pembesar, botol serangga, alat tulis, kamera digital, dan mikroskop untuk alat bantu identifikasi. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mulai Maret 2012 sampai Juni Identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Metode Penelitian Budidaya Kentang Penelitian ini dilaksanakan di lahan kentang milik Bapak Nana dengan luas 5000 m 2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 4 sampai 12 minggu setelah tanam (MST). Varietas kentang yang digunakan adalah atlantic. Kentang ditanam dengan jarak tanam 80 cm 40 cm. Budidaya yang dilakukan meliputi pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pengairan, penyiangan, pembumbunan, dan tindakan pencegahan hama atau penyakit. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah. Pemupukan dilakukan dua kali yakni di awal sebelum tanam dan setelah tanam. Pemupukan awal dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam sebanyak 400 karung atau 20 ton/ha seminggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pula pupuk buatan yakni urea, ZA, dan KCl masing-masing sebanyak 47 kg/ha, 100 kg/ha, dan 56 kg/ha pada saat penanaman. Pemupukan menggunakan pupuk buatan

18 9 dilakukan saat awal tanam dan saat tanaman berumur 4 MST. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu umbi yang telah bertunas per lubang tanam. Pengairan dilakukan secara rutin setiap pagi dengan cara digembor. Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pembumbunan dan hanya sekali saja. Pembumbunan dilakukan hanya satu kali yakni saat tanaman berumur 1 bulan atau 4 MST. Tindakan pencegahan munculnya hama atau penyakit yakni dengan penggunaan insektisida atau fungisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan karbofuran, sedangkan fungisida yang digunakan berbahan aktif propineb. Aplikasi pestisida dilakukan setiap tiga hari satu kali selama 70 hari, namun untuk insektisida berbahan aktif karbofuran hanya diberikan di awal tanam. Petani tidak menggunakan pengendalian dengan cara lain selain dengan pestisida. Periode pertumbuhan kentang adalah 90 hari dan umbi mulai muncul ketika tanaman berumur 30 HST. Budidaya Brokoli Penelitian dilaksanakan pada pertanaman brokoli milik Bapak Jajat dengan luas 1000 m 2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 1 MST sampai 8 MST. Budidaya yang dilakukan meliputi pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pengairan, penyulaman, penyiangan, dan tindakan pengendalian hama. Pengolahan tanah dilakukan dengan pencangkulan tanah. Pemupukan dilakukan sebanyak empat kali. Pemupukan pertama dengan menggunakan pupuk dasar yakni dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam dan kotoran sapi dengan perbandingan 2:1. Pupuk kandang yang diberikan sebanyak 0.5 kg/tanaman satu minggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pupuk NPK sebanyak 250 kg/ha pada saat tanam. Pemupukan kedua hingga keempat dilakukan dengan memberikan pupuk NPK, yakni saat 1 MST, 3 MST, dan 5 MST sebanyak 44 kg/ha. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 80 cm 30 cm. Pengairan dilakukan setiap dua hari sekali sejak tanam sampai 4 MST, selanjutnya dilakukan setiap lima hari sekali. Periode pertumbuhan brokoli adalah 70 hari dan bunga muncul pertama kali setelah tanaman berumur 30 sampai 60 hari. Penyulaman dilakukan ketika terdapat tanaman yang mati. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur 3 MST, penyiangan berikutnya dilakukan dengan interval 15 hari. Tindakan

19 10 pengendalian dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik yakni mematikan hama yang terdapat pada tanaman. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif karbofuran, fipronil, dan profenofos. Insektisida berbahan aktif karbofuran diaplikasikan hanya satu kali saat awal tanam sedangkan insektisida berbahan aktif froponil dan profenofos diaplikasikan saat tanaman berumur 4 HST, 7 HST, dan 10 HST. Pemasangan Lubang Perangkap (pitfall trap) Pada pertanaman kentang seluas 5000 m 2 dan pertanaman brokoli seluas 1000 m 2 masing-masing dipasang sebanyak 30 buah perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang pada guludan dengan jarak antar perangkap 3 sampai 5 meter. Pemasangan perangkap dilakukan dengan cara menggali tanah di antara baris tanaman dalam guludan kemudian dimasukkan gelas bekas air mineral volume 240 ml dan permukaan atas gelas diatur agar rata dengan permukaan tanah. Selanjutnya ke dalam gelas dituangkan formalin 4% sebanyak 60 ml. Untuk melindungi perangkap dari curahan air hujan diberi atap dari seng. Perangkap dipasang selama 48 jam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk selanjutnya diamati di laboratorium. Pemasangan perangkap diulang setiap minggu sampai 9 kali pemasangan pada pertanaman kentang dan 8 kali di pertanaman brokoli. Pengamatan dan Identifikasi Artropoda Pengamatan dilakukan dengan menghitung artropoda yang terperangkap dan kemudian memasukkannya ke dalam botol serangga berdasarkan kelompoknya. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap artropoda sehingga diketahui ordo atau familinya. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi Borror et al. (1992), Kalshoven (1981), Barrion dan Litsinger (1995).

20 11 Pengamatan Umbi Kentang Intensitas serangan orong-orong (Gryllotalphidae) dilakukan pada saat panen kentang. Diamati 50 rumpun tanaman kentang yang ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Dihitung jumlah umbi kentang berlubang akibat serangan orong-orong dan jumlah umbi total per rumpun tanaman. Intensitas serangan diperoleh dengan rumus Intensitas serangan = h h 100%

21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak ekor yang berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 1). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae (kumbang harimau), Scarabaeidae (kumbang scarabid), dan Tenebrionidae (kumbang tenebrio). Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae (cecopet), ordo Hymenoptera dari famili Formicidae (semut), ordo Orthoptera dari famili Gryllotalphidae (orong-orong), dan laba-laba ordo Araneae dari famili Salticidae. Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera Cicindelidae Scarabaeidae Tenebrionidae Dermaptera Carcinophoridae Hymenoptera Formicidae Orthoptera Gryllotalpidae Araneae Salticidae Collembola Jumlah total Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi tertinggi adalah Collembola. Selain itu, Collembola memiliki proporsi yang paling besar dibanding artropoda permukaan tanah lainnya. Hal ini disebabkan oleh pemberian pupuk kandang dari kotoran ayam sebagai bahan organik pada lahan pertanaman yang dilakukan sebelum tanam. Penelitian yang dilakukan oleh Winasa (2001)

22 13 menunjukkan bahwa pada pertanaman yang diberi bahan organik banyak ditemukan Collembola dan artropoda lain. Nasution (2012) menyatakan bahwa kelimpahan Collembola pada pertanaman yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman yang tidak diberi bahan organik. Artropoda lain yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah semut. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat semut yang merupakan serangga kosmopolit (Sembel 2010) dan diduga berkaitan dengan ketersediaan sumber makanan pada pertanaman kentang. Dalam penelitian Winasa (2001) menyatakan bahwa kelimpahan semut diperkirakan berhubungan dengan sumber makanan pada lahan yang diberi bahan organik. Collembola berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik di permukaan tanah (Borror et al. 1992). Keadaan tersebut menyediakan sumberdaya makanan yang lebih banyak bagi semut. Semut dapat berperan sebagai predator pada pertanaman. Hopkin (1997) mengemukakan bahwa Collembola merupakan salah satu mangsa alternatif artropoda predator tanah. Artropoda permukaan tanah lain yang berperan sebagai predator adalah laba-laba (Salticidae). Namun kelimpahan dan proporsi laba-laba Salticidae sangat rendah. Hal ini diduga karena penggunaan insektisida yang intensif pada pertanaman kentang. Menurut (Altieri dan Schmid 1986 dalam Tulung 1999) populasi laba-laba lebih banyak ditemukan pada vegetasi liar di pinggiran pertanaman dibandingkan pada petak pertanaman yang diberi perlakuan insektisida. Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Brokoli Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman brokoli sebanyak 3302 ekor. Artropoda yang tertangkap berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 2). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae, ordo Hymenoptera dari Formicidae, ordo Orthoptera famili Gryllotalphidae (orong-orong) dan Gryllidae (jangkrik), ordo Araneae dari famili Salticidae dan Lycosidae. Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi dan proporsi tertinggi adalah Collembola. Hal ini diduga karena petani tidak terlalu intensif menggunakan insektisida pada pertanaman brokoli. Penyemprotan

23 14 insektisida pada pertanaman brokoli hanya dilakukan pada tanaman yang terserang, sedangkan pada tanaman yang tidak terserang tidak disemprotkan insektisida. Indrayati dan Wibowo (2008) mengemukakan bahwa sistem pertanian dengan aplikasi insektisida berlebihan dapat menekan populasi Collembola. Selain Collembola, artropoda yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah cecopet. Hal ini diduga karena kelimpahan populasi mangsanya yang tinggi termasuk Collembola. Greenslade et al. (2000) menyatakan bahwa Collembola pada ekosistem pertanian merupakan pakan alternatif bagi berbagai artropoda predator. Selain itu, kondisi pertanaman brokoli yang banyak ditumbuhi gulma juga diduga mempengaruhi kelimpahan cecopet. Sembel (2010) menyatakan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi mangsa predator dan tempat tinggal atau berlindung bagi predator. Gulma yang ditemukan pada pertanaman brokoli merupakan gulma golongan rumput (Axonopus sp.) dan golongan daun lebar (Ageratum sp., Amaranthus sp., dan Portulaca oleracea). Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera Cicindelidae Scarabaeidae Tenebrionidae Dermaptera Carcinophoridae Hymenoptera Formicidae Orthoptera Gryllidae Gryllotalpidae Araneae Lycosidae Salticidae Collembola Jumlah total

24 Jumlah artropoda (ekor/30lubang perangkap) Umur tanaman (MST) Formicidae Gryllotalpidae Salticidae Tenebrionidae Scarabaeidae Carcinophoridae Cicindelidae

25 Jumlah Collembola (ekor/30 lubang perangkap) Umur tanaman (MST)

26 Jumlah artropoda (ekor/30 lubang perangkap) Cicindelidae Carcinophoridae Gryllidae Scarabaeidae Tenebrionidae Araneae Gryllotalphidae Formicidae Umur tanaman (MST) Jumlah Collembola (ekor/30 lubang perangkap) Umur tanaman (MST)

27 60 Curah hujan (mm) Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4) Bulan (minggu ke-)

28 19 pertanaman kentang lebih intesif dibandingkan pertanaman brokoli. Samway (1995) dalam Herlinda et al. (2008) menyatakan bahwa semut merupakan salah satu spesies serangga yang relatif tahan terhadap insektisida. Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang Dari hasil tangkapan lubang perangkap pada pertanaman kentang maupun brokoli ditemukan artropoda famili Gryllotalphidae (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat panen terbukti bahwa serangga Gryllotalpha sp. ini banyak menimbulkan kerusakan pada umbi kentang. Akibat serangannya umbi kentang berlubang tidak beraturan kemudian membusuk (Gambar 6). Hasil pengamatan terhadap 50 rumpun tanaman contoh pada saat panen tingkat kerusakan umbi kentang akibat terserang orong-orong (Gryllotalpha sp.) mencapai 20% (Tabel 3). Tabel 3 Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong Pengamatan pada 50 rumpun contoh Jumlah umbi/intensitas serangan Jumlah umbi yang diamati 345 Jumlah umbi terserang 71 Intensitas serangan (%) 20 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani ternyata orong-orong merupakan salah satu hama penting pada tanaman kentang. Menurut Nana (Juni 2012, komunikasi pribadi) serangan orong-orong jika tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil panen sebanyak 50%, sedangkan menurut Mastur (Februari 2012, komunikasi pribadi) hama ini dapat menurunkan produksi antara 50 sampai 70%. Di dalam penenlitian Suryaningsih (2008) menunjukkan bahwa kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong menyebabkan penurunan bobot umbi. Pengendalian orong-orong yang dilakukan petani selama ini adalah secara mekanik dengan membunuh langsung orong-orong yang terlihat dan secara kimiawi menggunakan insektisida karbofuran pada saat tanam.

29 a b

30 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang dan brokoli didominasi oleh Collembola. Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas 6 ordo dan 10 famili. Artropoda predator yang ditemukan pada pertanaman kentang terdiri atas famili Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas famili Lycosidae, Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanman kentang dan brokoli.

31 DAFTAR PUSTAKA Adianto Biologi Pertanian, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, dan Insektisida. Edisi ke-2. Bandung (ID): Alumni. Agustine W Pengaruh aplikasi beberapa jenis insektisida terhadap keragaman arthropoda tanah pada pertanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) di Cipanas Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistika Luas panen, produksi, dan produktivitas brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: &notab=23. [BPS] Badan Pusat Statistika Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 13]. Tersedia pada: Barrion AT, Litsinger JA Riceland Spiders of South and Southeast Asia. CAB International Wallingford (UK): hlm 700. Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson N Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono Soetiyono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect. Dalmadi Syarat tumbuh brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 Juli 3]. Tersedia pada: Departemen Pertanian Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perizinan dan Investasi Sekertariat Jenderal Departemen Pertanian. Duriat AS, Gunawan OS, Gunaeni N Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Ghabbour SI, Da Fonseca JPC, Mikhail WZA, Shakir SH Differentation of ground fauna in desert agriculture of mariut region. Biol fort ground. 1: Giller KE, Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ Agriculture intensification ground biodiversity and agroecosystem function. Applied soli ecology. 6:3-5. Greenslade P, Deharveng L, Bedos L, Suhardjono YR Handbook to Collembola of Indonesia. Bogor (ID): Museum Zoologicum Bogoriense.

32 23 Griffin RP Cabbage, Broccoli & other Cole Crop Insect Pest. Clemson cooperative extension [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada: 3.html. Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan artropoda predator penghuni tanah di sawah lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. J. Entomol Indon. 5(2): Hopkin SP Biology of Springtails. New York (US): Oxford University Press. Huda M Brokoli lezat kaya manfaat [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada: Kaya-Manfaat.html. Indrayati, Wibowo L Keragaman dan kemelimpahan Collembola serta artropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera. J. HPT Tropika. 8(2): Kalshoven LGE The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. Kementan Syarat tumbuh kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: Khasanah N Struktur komunitas arthropoda pada ekosistem cabai tanpa perlakuan insektisida. Media Litbang Sulteng. IV (1): McKinlay RG Vegetable Crop Pests. Boca Raton (US): CRC Press. Nasution AP Artropoda predator permukaan tanah pada tiga ekosistem pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Retnowati A Keanekaragaman binatang tanah pada lahan pertanaman kentang (Solanum tuberosum Linn.) dan lahan tanaman hutan akasia (Acacia decurrens WILD) (studi kasus di dataran tinggi Dieng Wonosobo) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rukmana R Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta (ID): Kanisius. Samadi B Kentang dan Analisis Usaha Tani. Edisi revisi. Yogyakarta (ID): Kanisius.

33 24 Sastrodihardjo S, Adianto, Yusoh MD The impact of several insecticides on ground and water communities. Proceedings south-east asian workshop on pestiside management; 1978 Februari 23-27; Pattaya. Pattaya (TH) 7: Sastroutomo SS Pestisida Dampak dan Penggunaannya. Jakarta (ID): Widia Pustaka Utama. Sembel DT Pengendalian Hayati. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi. Setiawati, Uhan TS, Somantri A Parasitoid E. argenteopilosus sebagai agens pengendali hayati hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada tumpangsari tomat dan brokoli. J.Hort. 15(4): Sihotang B Kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: Suryaningsih E Pengendalian lalat pengorok daun pada tanaman kentang menggunakan pestisida biorasional dirotasi dengan pestisida sintetik secara bergiliran. J. Hort. 16 (3): Syatrawati, Ngatimin SN Peranan gulma berbunga terhadap kelimpahan arthropoda tanah pada pertanaman kubis di Sulawesi. Makassar (ID): Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Universitas Hassanudin. Tulung M Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama pada Pardosa pseudoannulata (Boes. & Str.) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winasa IW Artropoda predator penghuni permukaan tanah di pertanaman kedelai [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yamaguchi M, Rubatzky VE Sayuran Dunia 2: Prinsip, Gizi, dan Produksi. Edisi ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

34 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 November 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Rokhmadin Mulyabassary, A.Md dan Ibu Jubaedah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Kayuambon 1 Lembang, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Lembang, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lembang. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi di IPB, antara lain sebagai anggota bidang beasiswa Asrama Putri TPB IPB tahun , anggota Divisi Dana Usaha dalam Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) tahun , Divisi Event Organizer Gentra Kaheman ( ), dan Divisi Bisnis dan Kewirausahaan dalam Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA). Selain itu, penulis juga mengikuti kepanitiaan di IPB. Penulis menjadi bendahara dalam kegiatan Masa Perkenalan Departemen pada tahun Beberapa kegiatan seminar yang pernah diikuti oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB, di antaranya adalah Seminar Pertanian Nasional dan Seminar Wereng Batang Cokelat yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian dan Seminar PKPHT yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi Tanaman. Selain itu, penulis melakukan magang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 52 ekor yang berasal dari ordo

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS Eva L. Baideng Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi Email : eva.baideng@yahoo.co.id;eva.baideng@unsrat.ac.id

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

SERANGAN HAMA PENGOROK DAUN DAN KELIMPAHAN SERANGGA LAIN YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN KENTANG MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI HANIFAH NURAENI SUTEJA

SERANGAN HAMA PENGOROK DAUN DAN KELIMPAHAN SERANGGA LAIN YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN KENTANG MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI HANIFAH NURAENI SUTEJA SERANGAN HAMA PENGOROK DAUN DAN KELIMPAHAN SERANGGA LAIN YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN KENTANG MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI HANIFAH NURAENI SUTEJA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK A. MUBARRAK. Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan bagian penting dalam sektor pertanian, karena kebutuhan apel di Indonesia memiliki permintaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh:

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh: Jurnal INOVASI, Vol.14 No.1, Hal. 20-25, Januari-April 2014, ISSN 1411-5549 PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh hotel-hotel di Bali setelah tomat dan wortel. Prospek pengembangan budidaya kubis diperkirakan masih

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A44101017 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakasanakan pada musim gadu bulan Juli-Oktober 2012. Pengamatan dilakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis, digunakan data percobaan yang dirancang dilakukan di dua tempat. Percobaan pertama, dilaksanakan di Pangalengan, Kabupaten Bandung,

Lebih terperinci

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM.

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae) Di Daerah Alahan Panjang Sumatera Barat Novri Nelly Staf pengajar jurusan Hama dan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Berlangsung mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan dilaksanakan dari bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Endjang Sujitno 1), Taemi Fahmi 1), dan I Djatnika 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jln. Kayuambon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis AGROTROP, 3(1): 99-103 (2013) ISSN: 2088-155X Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis KETUT AYU YULIADHI, TRISNA AGUNG PHABIOLA DAN MADE SRITAMIN Program

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum) LAHMUDDIN LUBIS

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum) LAHMUDDIN LUBIS PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum) LAHMUDDIN LUBIS Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

UJI INSEKTISIDA EMAMEKTIN BENZOAT TERHADAP MORTALITAS LARVA CROCIDOLOMIA PA VONANA (FABRICIUS) PADA TANAMAN KUBIS DI CISARUA BANDUNG

UJI INSEKTISIDA EMAMEKTIN BENZOAT TERHADAP MORTALITAS LARVA CROCIDOLOMIA PA VONANA (FABRICIUS) PADA TANAMAN KUBIS DI CISARUA BANDUNG A / P'T 9006 57 ' UJI INSEKTISIDA EMAMEKTIN BENZOAT TERHADAP MORTALITAS LARVA CROCIDOLOMIA PA VONANA (FABRICIUS) PADA TANAMAN KUBIS DI CISARUA BANDUNG Oleh : SIT1 MUAMALAH A06400027 DEPARTEMEN PROTEKSI

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BALITSA & WUR the Netherlands,

BALITSA & WUR the Netherlands, BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON 1 POPULATION LARVA Plutella xylostella Linn. ON PLANT SPROUTS IN EAST VILLAGE PASLATEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut Abundance and Species Diversity of Predatory Insects at a Season of Ratooning Rice on Tidal

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci