BAB III PROGRAM PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROGRAM PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN"

Transkripsi

1 BAB III PROGRAM PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN A. Pengertian Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan sosial merupakan suatu sistem untuk mewujudkan kesejahteraan dan memberikan rasa aman sepanjang hidup. 55 Jaminan sosial dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara sempit. Dalam pengertiannya yang luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan/atau pemerintah. 56 Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia termasuk di Indonesia. Negara ini didirikan dengan cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Kesejahteraan yang berkeadilan sosial itu dapat terwujud melalui pengembangan sistem jaminan sosial. 57 Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial dibidang kesehatan diantaranya adalah melalui PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, pegawai 55 Kementrian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Buku Tanya- Jawab Seputar Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Ketenagakerjaan (SJSN-TK), (Jakarta, 2016), hlm H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum., Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional, Mewujudkan Amanat Konstitusi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2011), hlm.11.

2 swasta dan masyarakat miskin dan tidak mampu. 58 Usaha-usaha tersebut seperti yang dikemukakan oleh Sentanoe Kertonegoro dikelompokkan dalam empat kegiatan usaha utama, yaitu sebagai berikut: 1. Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, yaitu usaha-usaha di bidang kesehatan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan hukum, dan lain-lain yang dapat dikelompokkan dalam pelayanan sosial (social service). 2. Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan, seperti bantuan untuk bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat dan berbagai ketunaan yang dapat disebut sebagai bantuan sosial (social assistance). 3. Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi, perumahan, transmigrasi, koperasi, dan lain-lain yang dapat dikategorikan sebagai sarana sosial (social infra structure). 4. Usaha-usaha dibidang perlindungan ketenagakerjaan yang khusus ditujukan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, digolongkan dalam asuransi sosial (social insurance). Keempat kegiatan usaha utama tersebut, kemudian oleh beliau diaplikasikan dalam berbagai sistem jaminan sosial untuk mengatasi resiko ekonomis. Sistem jaminan sosial tersebut adalah berupa: a. Pencegahan dan penanggulangan; b. Pelayanan dan tunjangan; c. Bantuan sosial dan asuransi sosial; 58 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pegangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, (Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014), hlm.9.

3 d. Asuransi komersial dan asuransi sosial; e. Peranggaran dan pendanaan. Dalam penguraian selanjutnya, khusus dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, kelima cara mengatasi resiko tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Pencegahan dan Penanggulangan a. Pencegahan Pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya akibat resiko ekonomis umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut: 59 1) Menjaga tingkat perekonomian yang tinggi. Artinya, pemerintah harus tetap menjaga tingkat perekonomian agar tetap stabil guna mempertahankan pendapatan perkapita penduduk (termasuk pekerja/buruh), atau daya beli masyarakat. Dengan usaha ini setidak-tidaknya dapat mencegah akibat resiko ekonomis 2) Meningkatkan keterampilan, keahlian, movasi, dan produktivitas perorangan yang dalam bidang ketenagakerjaan cara ini termasuk pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja atau pelatihan kerja. 3) Menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan, seperti pemasangan pagar pengaman pada mesin-mesin, dan upaya-upaya lain yang berkaitan dengan apa yang tercantum dalam peraturan perundangan (dalam hal ketenagakerjaan maksudnya adalah UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Pencegahan jenis ini dalam hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja (hukum kerja) termasuk dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 59 Ibid, hlm.38

4 b. Penanggulangan Pencegahan terhadap resiko ekonomis dengan ketiga cara dalam (poin 1 sampai 2) di atas tidak selalu berhasil dengan memuaskan (100%). Karena yang namanya ketidakpastian murni semuanya tidak pasti, resiko bisa saja datang dengan sendirinya meskipun sudah ada pencegahan. Oleh karena itu, disamping upaya pencegahan diperlukan lagi upaya lain yang disebut penanggulangan. Penanggulangan dapat berupa penggantian terhadap biaya yang dikeluarkan atau penghasilan yang terputus. Penggantian ini dapat berupa pembayaran tunjangan, biaya pengobatan, dan pelayanan medis. 2. Pelayanan dan Tunjangan Pelayanan dapat dilakukan dengan cara memberikan jasa-jasa dan barang, misalnya jasa pemeriksaan dokter, perawatan rumah sakit, pemberian obat-obatan ataupun alat-alat pengganti atau alat bantu dalam hal ada fisik yang cacat atau berkurang fungsinya. Sementara itu, tunjangan dilakukan dengan cara memberikan sejumlah uang tertentu untuk membayar jasa atau membeli barang yang diperlukan. 3. Bantuan Sosial dan Asuransi Sosial Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompo dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 60 Bantuan sosial juga merupakan usaha mengatasi resiko ekonomis yang bersifat fundamental melalui pendanaan lewat 60 Pengertian Bantuan Sosial dan Tata Cara Pengajuannya (diakses tanggal 24 Mei 2017).

5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 61 Dikatakan bersifat fundamental karena resiko-resiko yang dicoba untuk diatasi melalui bantuan sosial ini adalah resiko yang dirasakan oleh masyarakat umum (termasuk tenaga kerja atau pekerja/buruh), seperti bencana alam, kelaparan, dan sebagainya. Sifat pokok bantuan sosial ini dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Seluruh pembiayaan ditanggung oleh pemerintah. b. Tidak ada iuran dari yang bersangkutan (masyarakat, atau pekerja/buruh). c. Tidak terbentuk dana karena pembiayaannya selalu dibebankan kepada anggaran pemerintah. d. Penerimaan jaminan diberikan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, sifat pokok asuransi sosial pada prinsipnya adalah merupakan suatu usaha untuk mengatasi resiko ekonomis dengan cara memperalihkan resiko tersebut kepada suatu perusahaan asuransi sosial. 62 Dengan demikian, jika seseorang mengalami resiko, tanggung jawab untuk mengatasinya atau setidak-tidaknya umtuk mengurangi akibat resiko tersebut beralih pada perusahaan asuransi. 4. Asuransi Komersial dan Asuransi Sosial Selain melalui bantuan sosial atau dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), penanggulangan resiko ekonomis juga bisa dilakukan oleh yang bersngkutan dengan asuransi komersial, yaitu dengan mempertanggungkan dirinya pada perusahaan-perusahaan asuransi komersial. 61 H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum., Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum., Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.30

6 Perusahaan-perusahaan asuransi komersial umumnya diselenggarakan oleh badan usaha yang lebih mementingkan profit/keuntungan daripada tujuannya untuk mengatasi resiko ekonomis masyarakat atau tertanggung. Oleh karena itu, diperlukan adanya asuransi sosial. Asuransi sosial sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 angka 3 UU SJSN, adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib dan berasal dari iuran guna memberikan perlindungn atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya Peranggaran dan Pendanaan Penyelenggaraan program jaminan sosial sebagai salah satu usaha dalam mengatasi resiko dapat pula dilakukan melalui penganggaran (penyediaan anggaran) atau dapat juga melalui pendanaan (pemupukan dana). Dengan cara penganggaran dananya akan berasal dari pemerintah yang besarnya disesuaikan dengan jumlah yang diperlukan. Sementara itu, dengan cara pendanaan, dananya akan berasal dari iuran peserta (berasal dari pekerja/buruh, pengusaha dan bisa juga dari pemerintah). Dengan mencakup usaha-usaha tersebut di atas, secara defenitif pengertian jaminan sosial secara luas dapat dijumpai dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat (4) sebagai berikut: Jaminan sosial sebagai perwujudan sekuritas sosial adalah selueuh sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm.iii 64 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat (4).

7 Kemudian, Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jenderal International Security Assosiation (ISSA), dalam kuliahnya pada Regional Training ISSA, Seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta, mengemukakan perumusan jaminan sosial sebagai berikut: Jaminan sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwaperistiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak. Adapun peristiwa-peristiwa yang biasanya dijaminkan oleh jaminan sosial adalah: a. Kebutuhan akan pelayanan medis, b. Tertundanya, hilangnya atau turunnya sebagian penghasilan yang disebabkan: 1) Sakit; 2) Hamil; 3) Kecelakaan kerja dan penyakit jabatan; 4) Hari tua; 5) Cacat; 6) Kematian pencari nafkah; 7) Pengangguran. c. Tanggungjawab untuk keluarga dan anak-anak. 65 Berkaitan dengan masalah hubungan kerja, jaminan sosial bagi pekerja/buruh diartikan secara sempit dapat dijumpai dalam berbagai kepustakaan Hukum Kerja-Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja. Pengertian jaminan sosial secara sempit dapat dijumpai dalam bukunya Iman Soepomo yang merumuskan bahwa: Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin 65 Sentanoe Kertonegoro, Introduction to The Principle of Social Scurity, (1986), hlm.29

8 kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya. 66 Kata pembayaran dalam defenisi Imam Soepomo di atas mengandung makna bahwa pengertian yang dikemukakan oleh beliau sangatlah sempit jauh dari apa yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di Indonesia saat ini. Dalam perkembangannya sekarang, jaminan sosial bagi pekerja/buruh bukan hanya berupa pembayaran saja, tetapi juga berupa pelayanan, bantuan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam Pedoman Pelaksanaan Hubungan Indutrial Pancasila (HIP), dirumuskan pengertian jaminan sosial secara luas sebagai berikut: Jaminan Sosial adalah jaminan kemungkinan hilangnya pendapatan pekerja sebagian atau seluruhnya atau bertambahnya pengeluaran karena resiko sakit, kecelakaan, hari tua, meninggal dunia atau resiko sosial lainnya. Selanjutnya dalam Pasal 1 ke-1 UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut: Jaminan Sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari peghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. B. Sejarah Terbentuknya Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan Bagi Pekerja 66 Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan, 1983), hlm.136

9 Dalam bukunya, Sentanoe Kertonegoro menguraikan sejarah terbentuknya jaminan sosial bagi pekerja/buruh ini. Uraian tersebut oleh beliau dibagi dalam beberapa tahap, namun dalam kaitannya dengan sejarah jaminan sosial bagi pekerja/buruh di Indonesia akan diuraikan tiga tahap secara ringkas sebagai berikut. 1. Tahap Permulaan Gerakan jaminan sosial dimulai pada permulaan abad ke-19 di Eropa Barat. Pada masa itu di negara-negara tersebut diberlakukan suatu peraturan perundangan kemiskinan (poor laws) bagi orang-orang melarat, yang dengan peraturan tersebut orang-orang miskin, tanpa penghasilan sama sekali dapat memperoleh bantuan dari pemerintah. Peraturan perundangan kemiskinan ini pada mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk mencegah terjadinya kelaparan dan ketelantaran bagi orang-orang miskin sehingga mengurangi terjadinya gejolak sosial. Namun, karenan kebersamaan pada waktu itu, terjadi pula proses industrialisasi yang menimbulkan golongan penduduk baru, yang terdiri dari para pekerja/buruh dengan upah yang rendah, mengakibatkan peraturan poorlaws itu dituntut pula agar diberlakukan kepada mereka. Dengan diberlakukannya peraturan kemiskinan bagi kaum pekerja/buruh ini, dimulailah momentum baru yang mendasari prinsip-prinsip jaminan sosial bagi pekerja/buruh, yang peraturan perundangannya baru bisa dibentuk beberapa tahun kemudian. 2. Masa Sebelum Asuransi Sosial Dengan dimulainya tahap awal pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja/buruh, mulai tahun 1880 dikenal beberapa metode untuk memberikan

10 jaminan sosial bagi pekerja/buruh. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut. a. Metode Tabungan Kecil Metode tabugan kecil pada prinsipnya adalah para pekerja/buruh dapat menabung pada bank-bank pemerintah untuk mengatasi timbulnya resiko ekonomis yang mungkin saja akan terjadi. Namun demikian, dengan metode tabungan kecil prinsip jaminan sosial tidak mencapai sasarannya karena hal-hal berikut: 1) Upah pekerja/buruh yang pada umumnya demikian kecil sehingga sulit untuk disisihkan guna ditabung. 2) Resiko ekonomis sulit untuk diramalkan kapan datangnya sehinga bisa saja terjadi pekerja/buruh yang baru hanya sedikit tabungannya resiko itu bisa datang. Dalam keadaan demikian tabungan tidak bisa mengatasi atau setidak-tidaknya mengurangi akibat resiko tersebut. b. Metode Tanggung Jawab Pengusaha Dengan metode ini, segala resiko kerja yang dialami oleh pekerja/buruh sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengusaha (employer s liability). Metode ini didasari atas prinsip, bahwa barangsiapa yang berani mempekerjakan tenaga kerja (pekerja/buruh), dia harus berani pula menanggung resiko akibat keberaniannya itu. Resiko yang harus ditanggung oleh pengusaha adalah berupa kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan pekerja/buruh menderita cacat atau meninggal dunia.

11 Metode tanggung jawab pengusaha mempunyai beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut: Kemampuan pengusaha untuk memberikan jaminan sosial kepada pekerja/buruhnya yang terkena resiko tergantung dari besar kecilnya perusahaan. Bagi pengusaha yang memiliki perusahaan yang besar bisa jadi akan memberikan jaminan sosial yang besar, sedangkan bagi pengusaha yang memiliki perusahaan yang kecil tentunya akan memberikan jaminan sosial dari perusahaan yang besar. Hal ini tentunya akan dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi mereka yang bekerja pada perusahaan yang relatif kecil. 2. Metode tanggung jawab pengusaha umumnya dikaitkan dengan resiko kecelakaan. Dengan demikian, resiko-resiko sosial dan/atau ekonomis yang terjadi bukan disebabkan oleh kecelakaan tidak menjadi tanggung jawab pengusaha. 3. Pekerja/buruh yang tertimpa kecelakaan biasanya diharuskan mengajukan permohonan (klaim) atas tanggung jawab pengusaha. Pengajuan permohonan bisa jadi akan menimbulkan rasa segan pada pekerja/buruh atau justru karena sifatnya menuntut hak, bisa saja akan menimbulkan keretakan pada hubungan kerja mereka. Meskipun ada beberapa kelemahan dalam metode tanggung jawab pengusaha ini, Indonesia pernah mempergunakannya berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan. 67 H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum., Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.42

12 c. Metode Asuransi Komersial Untuk meringankan beban pengusaha dalam melaksanakan tanggung jawabnya (terhadap kewajiban untuk memberikan ganti kerugian atau jaminan) kepada pekerja/buruhnya yang tertimpa kecelakaan, maka pada akhir abad ke-19 digunakan metode asuransi. Pada mulanya metode ini hanyalah merupakan metode yang biasa, bahkan dapat dikatakan primitif karena dengan metode ini awalnya para anggotanya (pekerja/buruh) secara periodik dan teratur mengumpulkan uang untuk memberikan bantuan pemeliharaan medis atau penguburan bagi para anggota yang mengalami resiko. Metode ini pada awalnya memang berhasil, namun lama kelamaan karena adanya faktor manajemen yang tak teratur, sering jaminan yang dijanjikan tidak terpenuhi. Oleh karena itu, pemerintah pada waktu itu turun tangan dengan memberikan pengaturan, pengawasan dan pembatasan kegiatan pada usaha-usaha yang dapat diajalankan secara efisien; sampai kemudian jadilah kelompok masyarakat (pekerja/buruh) tersebut dikelola secara komesial. Karena sudah bersifat komersial, sulit diharapkan metode ini akan mencapai sasarannya dalam memberikan jaminan sosial karena hal-hal berikut: 68 1) Besar preminya sudah tentu harus diperhitungkan sehingga dapat menjaga stabilitas atau kelangsungan perusahaan 2) Tidak semua pekerja/buruh akan dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi komersial tersebut karena tertanggung harus memenuhi syarat-syarat tertentu (tes kebutuhan) yang umumnya 68 Ibid, hlm.43

13 menyangkut umur, kesehatan, serta jenis pekerjaan yang tidak mengandung resiko serta klaim jaminan yang tinggi. 3) Jenis jaminan yang dapat dipertanggungkan tentunya juga terbatas, dalam arti tidak semua resiko dapat dipertanggungkan, seperti misalnya hari tua, kehamilan, kesehatan, dan sebagainya. d. Metode Asuransi Sosial Dengan adanya berbagai kelemahan metode-metode tersebut di atas, negara Jerman di bawah pimpinan Bismark pada tahun 1880 membentuk suatu metode baru yang disebut asuransi sosial. Jerman tampaknya menemukan metode yang tepat untuk meyelenggarakan jaminan sosial karena tidak begitu terikat pada prinsip liberalisme ekonomi dan laissez-faire seperti negara Eropa Barat lainnya, tetapi tetap dipengaruhi oleh tradisi Prusia yang berpaham otoritarian dan paternalistik. Metode asuransi sosial ini ternyata merupakan metode yang mantap dan baik dalam penyelenggaraan jaminan sosial bagi pekerja/buruh. Kelebihannya adalah metode ini mengandung berbagai sifat utama, yaitu sebagai berikut: a. Dibiayai dari iuran pekerja/buruh, pengusaha dan mungkin juga ada bantuan iuran dari pemerintah. b. Jaminan bagi pekerja/buruh dibayarkan berdasarkan iuran tersebut. c. Hak pekerja/buruh didasarkan atas iurannya. d. Tidak diperlukan adanya tes kebutuhan. Semua pekerja/buruh berdasarkan peraturan perundnag-undangan dapat menjadi peserta tanpa memandang kesehatan, umur, dan besarnya resiko tempatnya bekerja.

14 Menyadari akan kelebihan metode asuransi sosial ini, Pemerintah Republik Indonesia berkali-kali pernah mempergunakannya. Peraturan perundang-undangan jaminan sosial bagi pekerja/buruh di Indonesia yang menggunakan metode asuransi sosial adalah: 1. Peraturan Menteri Perburuhan No. 3 Tahun 1964 jo. No. 3 Tahun 1967 tentang Pertanggungan Sakit, Hamil, dan Bersalin (PERSA); 2. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK); 3. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Memerhatikan pihak yang wajib membayar iuran pada ketiga peraturan perundangan di atas Peraturan Menteri Perburuhan No. 3 Tahun 1964 jo. No. 3 Tahun 1967 tentang Pertanggungan Sakit, Hamil, dan Bersalin (PERSA), Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang pada pokoknya sebagian besar iuran/preminya ditanggung oleh pegusaha, maka dapat disimpulkan bahwa jaminan sosial bagi pekerja/buruh di Indonesia tetap mengandung asas atau metode Tanggung Jawab Pengusaha. Hanya saja, dengan ketiga peraturan perundang-undanga di atas, tanggung jawab pengusaha dialihkan kepada badan penyelenggara yang menyelenggarakan program peraturan tersebut. Artinya pengusaha yang bertanggung jawab atas pekerja/buruh yang bekerja di perusahaannya diwajibkan untuk pembayaran iuran/premi kepada badan penyelenggara.

15 Dengan demikian, dari berbagai metode yang dijelaskan di atas, pada prinsipnya Indonesia hanyalah mengenal metode tanggung jawab pengusaha, yang mana metode ini pada akhirnya dilaksanakan dengan mekanisme asuransi, yaitu asuransi sosial. C. Tujuan dan Manfaat Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh 1. Tujuan Dari beberapa defenisi jaminan sosial di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan jaminan sosial pada prinsipnya adalah: 69 a. Sebagai sarana untuk memberikan perlindungan dasar bagi pekerja/buruh guna mengatasi resiko-resiko ekonomis/sosial atau peristiwa-peristiwa tertentu, seperti: 1) Kebutuhan akan pelayanan medis; 2) Tertundanya, hilangnya atau turunnya sebagian penghasilan yang disebabkan karena: a) Sakit; b) Hamil; c) Kecelakaan kerja dan penyakit jabatan; d) Hari tua; e) Cacat; f) Kematian pencari nafkah. 3) Tanggung jawab untuk keluarga dan anak-anak. b. Sebagai sarana untuk mencapai tujuan sosial dengan memberikan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh yang memiliki peranan besar bagi pelaksana pembangunan. 69 Ibid, hlm.35

16 2. Manfaat Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya jaminan sosial bagi pekerja/buruh, yaitu sebagai berikut: 70 a. Jaminan sosial menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh dan ketenangan berusaha bagi pengusaha sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja. b. Dengan adanya program jaminan sosial yang permanen, berarti pengusaha dapat melakukan perencanaan yang pasti untuk kesejahteraan pekerja/buruhnya, dimana biasanya pengeluaranpengeluaran untuk jaminan sosial ini bersifat mendadak sehingga tidak bisa diperhitungkan terlebih dahulu. c. Dengan adanya jaminan sosial, praktis akan menimbulkan ikatan bagi pekerja/buruh untuk bekerja di perusahaan tersebut serta tidak berpindah ke tempat lain. d. Jaminan sosial juga akan ikut menciptakan ketenangan kerja serta menciptakan hubungan yang positif antara pekerja/buruh dan pengusaha. Hubungan yang positif ini sangat diperlukan untuk kegairahan dan semangat kerja ke arah kenaikan produksi perusahaan yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab dengan rasa ikut memiliki sebagaimana yang dikehendaki oleh konsepsi Hubungan Industrial Pancasila. e. Dengan adanya program jaminan sosial ini, kepastian akan perlindungan terhadap resiko-resiko dari pekerjaan akan terjamin, terutama untuk melindungi kelangsungan penghasilan pekerja/buruh 70 Ibid, hlm.36

17 yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarganya. f. Secara nasional jaminan sosial ini akan memberi kontribusi berikut: 1) Iuran selalu diterima beberapa tahun sebelum pembayaran jaminan yang cukup besar karena adanya program berjangka panjang. 2) Dengan demikian, terjadinya pemupukan dana yang untuk sementara sebelum digunakan untuk membayar jaminan, bisa digunakan/dipinjam untuk dana pembangunan, baik sektoral maupun regional. Pemupukan dana atau cadangan finansial ini lama kelamaan akan semakin besar disebabkan karena hal-hal berikut: a) Pembayaran jaminan dalam jumlah yang besar biasanya baru terjadi beberapa puluh tahun setelah terbentuknya program tersebut. b) Perkembangan industri akan meningkatkan kepesertaan dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang wajib ikut serta dalam program tersebut. c) Distribusi penduduk yang cenderung pada umur muda, seperti di negara berkembang, akan memberikan peserta-peserta muda yang lebih banyak daripada mereka yang segera berhak untuk menerima jaminan. Dengan demikian, tujuan dan manfaat jaminan sosial amat besar, baik bagi perkerja/buruh maupun bagi pengusaha itu sendiri. Dengan mengikutsertakan

18 pekerja/buruhnya dalam program jaminan sosial tenaga kerja, berarti pengusaha telah bertindak: 71 a. Melindungi pekerja/buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi segala resiko yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya peralatan kerja yang serba modern dan mutakhir maupun karena penempatan pekerja/buruh yang tidak pada tempatnya atau bukan keahliannya; b. Mendidik para pekerja/buruhnya untuk berhemat atau menabung yang dapat dinikmati sewaktu-waktu jika terjadi hal yang tidak diinginkan, terutama dalam mengahadapi resiko hari tua atau pensiun; c. Melindugi perusahaan dari keharusan memberikan jaminan sosial (sesuai dengan prinsip tanggung jawab pengusaha) yang kemugkinannya akan berjumlah besar karena resiko yang menimpa beberapa pekerja/buruh sekaligus, dimana resiko ini tidak diharapkan terjadinya; d. Memberikan ketenangan kepada pekerja/buruh beserta keluarganya, karena dengan terjadinya resiko yang tidak diharapkan, mereka akan memperoleh jaminan yang memadai yang tidak sulit untuk mengurusnya. e. Dengan diikutsertakan pekerja/buruh dalam program jaminan sosial tenaga kerja oleh pengusaha berarti pengusaha telah mencerminkan iktikad baik untuk melaksanakan suatu hubungan kerja yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. 71 Ibid, hlm.38

19 Dampak semua tindakan pengusaha tersebut, para pekerja/buruh akan terangsang untuk mewujudkan ketekunan dan kegairahan dalam bekerja sehingga dengan demikian akan tercapai kelancaran roda perusahaan, keharmonisan dalam hubungan kerja sebagaimana yang dikehendaki konsepsi Hubungan Industrial Pancasila. Jika apa yang dikembangkan dalam konsepsi Hubungan Industrial Pancasila itu benar-benar berjalan dengan baik, pekerja/buruh bersama-sama dengan pengusaha bisa menyatu sebagai satu kesatuan dan bertekad bersamasama bergotong-royong, bekerja keras dalam suasana kekeluargaan mensukseskan misi perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan pula kesejahteraan pekerja/buruh. Peranan pengusaha dalam memberikan atau mempertanggungkan pekerja/buruh dalam program jaminan sosial tenaga kerja jelaslah sangat besar karena pengusaha yang lebih dominan menentukan kebijaksanaanya dalam menentukan arah jalannya roda perusahaan. Pengusaha yang bijaksana, yang mengerti bahwa pekerja/buruh adalah partnernya dalam berusaha; yang mengerti bahwa pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan, yang telah memberikan jasa dan pikirannya pada perusahaan tempatnya bekerja tentunya akan memberikan penghargaan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan dengan mempertanggungkannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. D. Mekanisme Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan 1. Program

20 BPJS Ketenagakerjaan adalah program pemerintah yang memberikan jaminan sosial ekonomi kepada para pekerja yang bekerja di Indonesia, program ini sebenarnya bukanlah program baru, tapi merupakan program peralihan dari progam sebelumnya yaitu Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau lebih kita kenal dengan JAMSOSTEK. 72 Karena merupakan program peralihan dari jamsostek, program-program BPJS ketenagakerjaan pun tidak jauh berbeda dengan program yang dimiliki oleh jamsostek sebelumnya, namun memiliki sedikit perubahan yang meliputi: a. Program jaminan hari tua (JHT) b. Program Jaminan Pensiun (JP), ini merupakan program baru di bpjs ketenagakerjaan yang sebelumnya tidak ada di jamsostek. c. Program Jaminan Kematian (JKM) d. Program jaminan kecelakaan kerja (JKK) e. Sedangkan program Jaminan pelayanan kesehatan (JPK) yang sebelumnya dimiliki oleh jamsostek sudah tidak lagi menjadi bagian dari progam bpjs ketenagakerjaan, JPK saat ini sudah dialihkan menjadi BPJS kesehatan. Secara lebih detail berikut adalah 4 program utama dari bpjs ketenagakerjaan serta manfaat yang dapat diperoleh oleh pesertanya: a. Program Jaminan Hari Tua (JHT) JHT adalah salah satu program yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan yang dapat memberikan jaminan sosial ekonomi salah satunya untuk pesertanya ketika mereka menginjak masa tua. 72 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017).

21 Manfaat dari JHT adalah sebagai berikut : 73 1) Pemberian uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan sekaligus apabila: a) Peserta mencapai usia 56 tahun (usia pensiun) b) Meninggal dunia c) Cacat total tetap d) Peserta resign atau di PHK dan tidak aktif bekerja Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate bank pemerintah. 2) Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut: a) Diambil max 10 % dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun b) Diambil max 30% dari total saldo untuk uang perumahan Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan berhenti bekerja. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam setahun. 73 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017).

22 Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT sbb : 74 a) Janda/duda b) Anak c) Orang tua, cucu d) Saudara Kandung e) Mertua f) Pihak yang ditunjuk dalam wasiat g) Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi tanggungjawab perusahaan. b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) JKK adalah salah satau program yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan yang dapat memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Manfaat yang diberikan oleh jaminan kecelakaan kerja (JKK) antara lain adalah sebagai berikut: 75 1) Pelayanan Kesehatan Karena Resiko Kecelakaan Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan), antara lain: 74 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017). 75 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017).

23 a) pemeriksaan dasar dan penunjang; b) perawatan tingkat pertama dan lanjutan; c) rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang setara dengan kelas I rumah sakit pemerintah; d) perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU); e) penunjang diagnostic; f) pengobatan dengan obat generik (diutamakan) dan/atau obat bermerk (paten) g) pelayanan khusus; h) alat kesehatan dan implant; i) jasa dokter/medis; j) operasi; k) transfusi darah (pelayanan darah); dan l) rehabilitasi medik. 2) Santunan penggantian biaya pengangkutan Perhitungan biaya transportasi untuk kasus kecelakaan kerja yang menggunakan lebih dari satu jenis transportasi berhak atas biaya maksimal dari masing-masing angkutan yang digunakan dan diganti sesuai bukti/kuitansi dengan penjumlahan batasan maksimal dari semua jenis transportasi yang digunakan. Peserta yang mengalami kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau kerumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan:

24 a) Angkutan darat/sungai/danau diganti maksimal Rp ,- (satu juta rupiah). b) Angkutan laut diganti maksimal Rp (satu setengah juta rupiah). c) Angkutan udara diganti maksimal Rp (dua setengah juta rupiah). 3) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (SSTMB) Dibayarkan kepada pemberi kerja (sebagai pengganti upah yang diberikan kepada tenaga kerja) selama peserta tidak mampu bekerja sampai peserta dinyatakan sembuh atau cacat sebagian anatomis atau cacat sebagian fungsi atau cacat total tetap atau meninggal dunia berdasarkan surat keterangan dokter yang merawat dan/atau dokter penasehat. Dengan perincian penggantian, sebagai berikut: a) 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah. b) 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah. c) 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% dari upah. 4) Santunan Kecelakaan a) Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan. b) Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x upah sebulan. c) Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan. Dengan ketentuan: a) Jenis dan besar persentase kecacatan dinyatakan oleh dokter yang merawat atau dokter penasehat yang ditunjuk oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI, setelah peserta selesai menjalani perawatan dan pengobatan.

25 b) Tabel kecacatan diatur dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. 5) Santunan kematian dan biaya pemakaman a) Santunan Kematian sebesar = 60 % x 80 x upah sebulan, sekurang kurangnya sebesar Jaminan Kematian. b) Biaya Pemakaman Rp ,-. c) Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x Rp ,- = Rp ,-. 6) Program Kembali Bekerja (Return to Work) Berupa pendampingan kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta tersebut dapat kembali bekerja. Kegiatan Promotif dan Preventif untuk mendukung terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 7) Rehabilitasi berupa alat bantu (Orthese) dan/atau alat ganti (prothese) bagi Peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut serta biaya rehabilitasi medik. 8) Beasiswa Pendidikan Anak

26 bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar Rp ,- (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak kecelakaan terjadi dan tidak dilaporkan oleh perusahaan. c. Program Jaminan Kematian (JKM) Salah satu program BPJS Ketenagakerjaan yang memberikan jaminan kematian kepada setiap pesertanya jika meninggal dunia. Beberapa manfaat dari JKM meliputi: 76 1) Memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja. 2) Manfaat jaminan kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak berlaku lagi), terdiri atas: a) Santunan sekaligus Rp ,00 (enam belas juta dua ratus ribu rupiah); b) Santunan berkala 24 x Rp ,00 = Rp ,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus; c) Biaya pemakaman sebesar Rp ,00 (tiga juta rupiah); dan d) Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak Rp ,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta. 76 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017).

27 Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun. d. Program Jaminan Pensiun (JP) Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia, yang meliputi: 1) Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT) Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (yang memenuhi masa iuran minimum 15 tahun yang setara dengan 180 bulan) saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal dunia; 2) Manfaat Pensiun Cacat (MPC) Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi paling sedikit 1 bulan menjadi peserta dan density rate minimal 80%) yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau peserta bekerja kembali; 3) Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD) Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda yang menjadi ahli waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan) sampai dengan meninggal dunia atau menikah lagi, dengan kondisi peserta:

28 a) meninggal dunia bila masa iur kurang dari 15 tahun, dimana masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal 1 tahun kepesertaan dan density rate 80% atau b) meninggal dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT. 4) Manfaat Pensiun Anak (MPA) Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak yang didaftarkan pada program pensiun) sampai dengan usia anak mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, atau bekerja, atau menikah dengan kondisi peserta; a) meninggal dunia sebelum masa usia pensiun bila masa iur kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80% dan tidak memiliki ahli waris janda/duda atau b) meninggal dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT dan tidak memiliki ahli waris janda/duda atau c) Janda/duda yang memperoleh manfaat pensiun MPHT meninggal dunia. 5) Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT) Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak / ibu) yang menjadi ahli waris peserta lajang, bila masa iur peserta lajang kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80%. 6) Manfaat Lumpsum

29 Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak mendapatkan manfaat berupa akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya apabila: 77 a) Peserta memasuki Usia Pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15 tahun b) Mengalami cacat total tetap dan tidak memenuhi kejadian cacat setelah minimal 1 bulan menjadi peserta dan minimal density rate 80%. c) Peserta meninggal dunia dan tidak memenuhi masa kepesertaan minimal 1 tahun menjadi peserta dan minimal density rate 80%. 7) Manfaat Pensiun diberikan berupa manfaat pasti yang ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk 1 (satu) tahun pertama, Manfaat Pensiun dihitung berdasarkan formula Manfaat Pensiun; dan b) Untuk setiap 1 (satu) tahun selanjutnya, Manfaat Pensiun dihitung sebesar Manfaat Pensiun dihitung sebesar Manfaat Pensiun tahun sebelumnya dikali faktor indeksasi. 8) Formula Manfaat Pensiun adalah 1% (satu persen) dikali Masa iur dibagi 12 (dua belas) bulan dikali rata-rata upah tahunan tertimbang selama Masa Iur dibagi 12 (dua belas). 9) Pembayaran Manfaat Pensiun dibayarkan untuk pertama kali setelah dokumen pendukung secara lengkap dan pembayaran Manfaat Pensiun bulan berikutnya setiap tanggal 1 bulan berjalan dan apabila tanggal 1 jatuh pada hari libur, pembayaran dilaksanakan pada hari kerja berikutnya. 77 Rizqia Khoirunisa, 4 Program Utama BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) Serta Manfaatnya, (diakses pada tanggal 12 Juni 2017).

30 10) Dalam hal peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi yang bersangkutan diperkerjakan, Peserta dapat memilih untuk menerima Manfaat Pensiun pada saat mencapai Usia Pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 (tiga) tahun setelah Usia Pensiun. 11) Penerima manfaat pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang berhak menerima manfaat pensiun. 2. Kepesertaan Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 78 Undang-undang SJSN menyatakan bahwa program Jaminan Sosial bersifat wajib mencakup seluruh penduduk yang pencapaiannya dilakukan secara bertahap. Seluruh rakyat wajib menjadi peserta tanpa terkecuali. Program jaminan sosial ini diprioritaskan untuk mencakup seluruh penduduk terlebih dahulu adalah program Jaminan Kesehatan. 79 Undang-undang SJSN juga menetapkan Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Peserta dalam program Jaminan Nasional Bidang Ketenagakerjaan adalah setiap pekerja termasuk pekerja asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di indonesia yang telah membayar iuran, meliputi: a. Penerima Bantuan Iuran (selanjutnya disebut PBI) kesehatan yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, dimana iurannya dibayarkan oleh 78 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 20 ayat (1) UU SJSN. 79 Hadi Setia Tunggal, Tanya-Jawab SJSN dan BPJS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.88.

31 pemerintah ke BPJS ketenagakerjaan dan bukan PBI ketenagakerjaan dengan rincian sebagai berikut: 80 1) Peserta PBI jaminan sosial bidang ketenagakerjaan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. 2) Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas: a)pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu: (1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); (2) anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI); (3) anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI); (4) pejabat negara; (5) pegawai pemerintah non pegawai negeri; (6) pegawai swasta; (7) pekerja yang tidak termasuk huruf angka (1) - (6) yang menerima upah. b) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu: 81 (1) pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; 80 Paulus Ramotan Sibarani, Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan Skripsi Sarjana, (Medan: Fakultas Hukum, 2016.), hlm Ibid, hlm.55

32 (2) pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah; (3) pekerja sebagaimana dimaksud angka (1) dan angka (2), termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. c) Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: 82 (1) investor; (2) pemberi kerja; (3) penerima pensiun; (4) veteran; (5) perintis kemerdekaan; (6) bukan pekerja yang tidak termasuk angka (1)-angka (5) yang mampu membayar iuran. d) Penerima pensiun terdiri atas: (1) PNS yang berhenti dengan hak pensiun; (2) anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun; (3) pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun; (4) penerima pensiun lain; 82 Ibid, hlm.55

33 (5) janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada angka (1)-angka (5) yang mendapat hak pensiun. 83 Kepesertaan bersifat wajib dan mengikat dengan membayar iuran berkala seumur hidup. 84 Kepesertaan wajib dilaksanakan secara bertahap hingga menjangkau seluruh penduduk Indonesia. 85 Kepesertaan mengacu pada konsep penduduk dengan mewajibkan warga negara asing yang bekerja paling singkat enam bulan diindonesia untuk ikut serta. 86 Kepesertaan berkesinambungan sesuai prinsip portabilitas dengan memberlakukan program di seluruh wilayah Indonesia dan menjamin keberlangsungan manfaat bagi peserta dan keluarganya hingga enam bulan pasca Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selanjutnya, pekerja yang tidak memiliki pekerjaan setelah enam bulan PHK atau mengalami cacat tetap total dan tidak memiliki kemampuan ekonomi tetap menjadi peserta dan iurannya dibayar oleh pemerintah. 87 Kesinambungan kepesertaan bagi pensiunan dan ahli warisnya akan dapat dipenuhi dengan melanjutkan pembayaran iuran jaminan kesehatan oleh manfaat program jaminan pensiun. Setiap peserta yang telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan berhak mendapatkan identitas peserta yang merupakan identitas tunggal yang berlaku untuk semua program jaminan sosial. Pemutahiran data kepesertaan menjadi kewajiban peserta untuk melaporkannya kepada BPJS ketenagakerjaan. 83 BPJS Kesehatan, Buku Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan 2015, hlm Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Bab V. 85 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Bab V. 86 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 1 angka Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN,Pasal 21 ayat 1,2,3.

34 3. Iuran Jaminan Sosial Bidang Ketengakerjaan Iuran Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan. Ketentuan iuran Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan ini diatur dalam: 88 a. UU SJSN Pasal 17, 34, 38 dan 46. b. UU BPJS Pasal 19. c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 1 Tahun 2016 Pasal 9 dan 10. d. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Pasal 16, 17, 18, 19, dan 20. e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Pasal 16, 17, dan 18. f. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 Pasal 28, dan 29. g. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Pasal 16, 17 dan 18. Kewajiban membayar iuran Jaminan Sosial diatur sebagai berikut: 1) setiap peserta wajib membayar iuran; 2) setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala; 88 Paulus Ramotan Sibarani, Op.Cit., hlm.57

35 3) iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh pemerintah, pada tahap pertama iuran yang dibayar oleh pemerintah adalah untuk program jaminan kesehatan. 89 Ketentuan umum mengenai besaran iuran adalah: 90 a) besaran iuran dihitung berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah atau berdasarkan suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah (lihat tabel iuran); b) besarnya iuran yang ditanggung oleh pekerja dan pemberi kerja ditetapkan untuk setiap jenis program secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang layak; c) iuran tambahan yang dikenakan kepada peserta yang mengikutsertakan anggota keluarga yang lain, yaitu anak keempat dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua; d) Iuran Jaminan sosial ketenagakerjaan bagi anggota keluarga yang lain dibayar oleh peserta: (1) sebesar 3% (tiga persen) dari gaji/upah peserta pekerja penerima upah per orang per bulan; 89 Asih Eka Putri dan A.A Oka Mahendra, Himpunan Lengkap Peraturan Perundang- Undangan Jaminan Kesehatan Di Indonesia, (Tangerang Selatan:Martabat, 2014). Hlm Paulus Ramotan Sibarani, Op.Cit., hlm.57

36 (2) sesuai manfaat yang dipilih peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja. Ketentuan mengenai tata cara pembayaran iuran Jaminan Sosial Nasional Bidang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: 1. Iuran jaminan kesehatan bagi peserta PBI Jaminan Sosial Nasional Bidang Ketenagakerjaan dibayar oleh pemerintah. 2. Iuran jaminan ketenagakerjaan bagi peserta pekerja penerima upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja. 3. Pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib membayar iuran program JKK bagi peserta pekerja magang, siswa kerja praktek, tenaga honorer, atau narapidana dalam proses asimilasi sesuai dengan ketentuan perundangundangan Bagi peserta bukan penerima upah, wajib membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan yang dapat dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau melalui wadah atau kelompok tertentu yang dibentuk oleh peserta Upah yang dijadikan dasar dalam membayar iuran didasarkan pada upah terendah dari pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama di suatu perusahaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah, Pasal 10 ayat (1). 92 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah, Pasal 9 ayat (1).

37 6. Pembayaran iuran setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan kepada BPJS ketenagakerjaan. 7. Apabila tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. 8. Keterlambatan pembayaran iuran jaminan kesehatan dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. 9. Bila keterlambatan pembayaran iuran lebih dari tiga bulan, penjaminan dapat dihentikan sementara. 10. Pembayaran iuran jaminan kesehatan dapat dilakukan di awal untuk 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu tahun). 11. Pengelolaan kelebihan atau kekurangan iuran: a. BPJS Ketenagakerjaan menghitung kelebihan/kekurangan iuran jaminan ketenagakerjaan sesuai dengan gaji atau upah peserta; b. dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS ketenagakerjaan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran; 93 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah, Pasal 10 ayat (2).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) Pengobatan dan perawatan (Pelayanan Medis) Santunan Program promotif, preventif dan Return to Work Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Kerjasama pemeriksaan dasar dan penunjang

Lebih terperinci

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia KANTOR CABANG JAKARTA MANGGADUA KANTOR CABANG PERINTIS JAKARTA CENGKARENG NIDYA ROESDAL Bandung, 19 April 2018 Konvensi Internasional dan Amanah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2076, 2015 KEMENAKER. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. Usaha Jasa Kontruksi. Program Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1045, 2017 KEMENAKER. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia. Program. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha risiko tinggi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Jakarta - Salemba Jl. Salemba Raya No. 65, Salemba, Jakarta Pusat T (021) 3905226

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

Implementasi Program dan Perubahan Regulasi BPJS Ketenagakerjaan

Implementasi Program dan Perubahan Regulasi BPJS Ketenagakerjaan Implementasi Program dan Perubahan Regulasi BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Bali Denpasar BPJS Ketenagakerjaan Bali - Denpasar Jl. Hayam Wuruk No. 143 Denpasar T (0361) 233 622 F (0361)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK PEKERJA BUMN, SWASTA, MANDIRI, APARATUR SIPIL NEGARA, DAN TNI/POLRI

JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK PEKERJA BUMN, SWASTA, MANDIRI, APARATUR SIPIL NEGARA, DAN TNI/POLRI JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK PEKERJA BUMN, SWASTA, MANDIRI, APARATUR SIPIL NEGARA, DAN TNI/POLRI http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id & http://www.taspen.co.id I. PENDAHULUAN Penyelenggaraan program

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA MELALUI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN ROKAN HULU DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. ( (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 154). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang No.1510, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Peserta Penerima Upah. Jaminan Kecelakaan Kerja. Jaminan Kematian. Jaminan Hari Tua. Tata Cara Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa Konstruksi a. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS BPJS KESEHATAN

ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS MENGENAI BPJS KESEHATAN Memiliki asuransi kesehatan mutlak perlunya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan jatuh sakit, seberapa parah kesakitan yang diderita, dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 14, 1992 (TENAGA KERJA. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan: Hak, Tunjangan dan Perlindungan

Lebih terperinci

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Disampaikan pada.,. Juli 2015 Nama. Unit Kerja Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 T (021)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Sosialisasi Nasional, Jakarta, 25 Februari 2016 2 OUTLINE I. Pendahuluan

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA, JAMINAN KEMATIAN, DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 B. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kerja mempunyai arti dan peranan yang penting dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3468 (Penjelasan Atas Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

*15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 40/2004, SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL *15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN No.155, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Pensiun. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5715). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK)

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK) TIM KOORDINASI KOMUNIKASI PUBLIK TERINTEGRASI JAMINAN SOSIAL BIDANG KETENAGAKERJAAN Buku Tanya-Jawab Seputar SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK) 2016 SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak atas jaminan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Ketenagakerjaan 1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan Indonesia adalah negara hukum, sebagai negara hukum segala aspek kehidupan bangsa Indonesia diatur oleh hukum termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga kerja mempunyai arti dan peranan yang penting dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN I. MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA Peserta penerima

Lebih terperinci

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 Produk BPJS Ketenagakerjaan Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 The The 9 PP NOMOR 60/2015 Perubahan atas PP 46/2016 tentang Jaminan Hari Tua 10 PERMENAKER 26/2015 Tata Cara Penyelenggaraan Program JKK,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dilaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : bahwa guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA Dalam kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA Jakarta, 25 Februari 2016 INOVASI LAYANAN PERUSAHAAN Mobil Layanan Layanan 1 Jam Pembayaran Taperum Klim Otomatis 2017 Untuk Seluruh Peserta INOVASI LAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2016 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Berdirinya BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik MENTER! KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEKERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN 2.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Replubik Indonesia Nomor Kep.100/Men/VI/2004

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

A. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

A. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga BAB II PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI PEGAWAI PD. PASAR KOTA MEDAN A. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dasar hukum pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.42, 2016 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menetapkan Peraturan Pemerintah te

2012, No Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menetapkan Peraturan Pemerintah te No.106, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENAGA KERJA. Buruh. Program Jamsostek. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5312) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK IND ONES IA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK IND ONES IA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial bagi seluruh rakyat. Perlindungan sosial memiliki peran strategis untuk menghadapi kerentanan (vulnerability)

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Oleh : Drs. M. FACHRUDDIN, MM Disampaikan pada Sosialisasi SJSN Novotel Banjarmasin,

Lebih terperinci

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Jaminan Sosial

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Jaminan Sosial FUNGSI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL YANG DI ATUR OLEH UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 DALAM MEMBERIKAN JAMINAN KESEHATAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KETENAGKERJAAN Suharsin /D 101 09 780

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci