BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) a. Pengertian Model Pembelajaran Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual, benda tiruan atau barang pendapat tersebut dikemukakan oleh Toeti Sukamto dan Winataputra (Sukarno, 2006: 144). Model sebagai kerangka konseptual dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut Sagala (2010: 176), Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Pribadi (2010: 86) menyatakan bahwa model merupakan sesuatu yang menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Semua benda yang ada di alam semesta hampir bisa dibuat modelnya sesuai dengan keperluan guru atau pun siswa. Model juga bisa dibuat secara lebih rinci atau lebih sederhana sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai suatu tiruan untuk mewakili realitas yang sesungguhnya. Menurut Putra (2013: 52) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yaitu antara guru sebagai pemberi informasi dan peserta didik sebagai penerima informasi. Sedangkan menurut Suwarto (2014: 23) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang diciptakan oleh guru 9

2 10 dengan tujuan untuk membuat siswa belajar secara aktif guna mencapai tujuan instruksional. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusman (2014: 1) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling terhubung satu dengan yang lian. Komponen tersebut meliputi: tujuan. Materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran apa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah: kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3) Menurut Winkel (1987), model pembelajaran merupakan pedoman praktis pada pengelolaan pembelajaran di dalam kelas yang mencakup komponen pokok yang dipertimbangkan oleh guru. Frederic Habel (1978) menjelaskan bahwa model pembelajaran dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran (Sukarno, 2006: 144).

3 11 Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. b. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. (Hardini & Puspitasari, 2012: 127) Secara sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu proyek sekolah. Sementara itu Bransfor dan Stein (1993) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek sebagai pendekatan pengajaran yang komperehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan (Warsono & Hariyanto, 2012: 153). Dalam modul implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (Majid & Rochman, 2014: 162). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang inovatif yang memberikan kesempatan bagi guru untuk mengkolaborasikan pembelajaran dengan suatu proyek, sehingga

4 12 peserta didik aktif, mandiri, dan mendapatkan pengalaman langsung untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya dalam kerja proyek tersebut. c. Prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Prinsip merupakan sebuah landasan dalam melakukan berbagai hal. Prinsip pembelajaran merupakan kerangka teoritis sebuah metode pembelajaran. Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan. Prinsip ini yang sangat mempengaruhi dalam menentukan level kualitas sebuah proyek. Hal ini sejalan dengan Thomas (2000), pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu (a) sentralistik (centrality), (b) pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question), (c) investigasi konstruktif (constructive investigation), (d) otonomi (autonomy), dan (e) realistis (realism) (Wena, 2010: 145) yang dijabarkan sebagai berikut. 1) Prinsip Sentralistik (Centrality) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, di mana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. 2) Prinsip Pertanyaan Pendorong/ Penuntun (Driving Question) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk berjuang

5 13 memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Lebih lanjut Blumenfeld menyatakan bahwa kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan, ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah. 3) Prinsip Investigasi Konstruktif (Constructive Investigation) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Suhartadi (Wena, 2010: 146) berpendapat bahwa jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa melalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu hanya sekadar latihan, bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. 4) Prinsip Otonomi (Autonomy) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang mengartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa. 5) Prinsip Realistis (Realism) Suhartadi (Wena, 2010: ) memaparkan bahwa Project Based Learning adalah model pembelajaran yang berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di

6 14 sekolah. Artinya pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya. d. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Menurut Buck Institute for Education (1999) (Wena, 2010: 145) memaparkan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) siswa membuat keputusan; 2) terdapat masalah; 3) siswa merancang proses utuk mencapai hasil; 4) siswa mendapatkan dan mengelola informasi; 5) siswa melakukan evaluasi; 6) siswa melihat kembali apa yang sudah dikerjakan; 7) hasil kerja berupa produk dan dievaluasi; 8) kelas bersifat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Dari karakteristik model pembelajaran Project Based Learning di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa diberikan tanggung jawab untuk mengelola informasi yang dikumpulkan dan menghasilkan sebuah produk untuk selanjutnya dievaluasi. Kegiatan evaluasi tersebut dapat digunakan untuk melatih keterampilan komunikasi siswa.

7 15 e. Strategi Mendesain Suatu Proyek Steinberg (1997) (Majid & Rochman, 2014: ) menyebutkan 6 strategi dalam mendesain suatu proyek, yang disebut dengan The Six A s of Designing Project. Keenam strategi tersebut dijelaskan secara rinci oleh Hardini dan Pupitasari (2012: ) yaitu: 1) Authenticity (Keautentikan) Hal ini dilakukan dengan beberapa strategi berikut. a) Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan tugas yang dikerjakan. b) Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya. c) Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakan. 2) Academic Rigir (ketaatan terhadap nilai akademik) Hal ini dilakukan dengan beberapa strategi berikut. a) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan tugas. b) Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah. c) Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah. 3) Applied Learning (belajar pada dunia nyata) Hal ini dilakukan dengan beberapa strategi berikut. a) Mendorong dan memimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata di masyarakat. b) Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.

8 16 c) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan keterampilan pribadinya. 4) Active Exploration (aktif meneliti) Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut. a) Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. b) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber. c) Mendorong dan mengarahkan peserta didik agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi maupun media lain. 5) Adult Relationship (hubungan dengan peneliti) Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut. a) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang relevan. b) Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja/berdiskusi dengan orang lain/temannya dalam memecahkan masalah. c) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya. 6) Assesment (penilaian) Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut. a) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya. b) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat mengembangkan standar yang terkaitdengan tugasnya.

9 17 c) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya. Keenam langkah evaluatif tersebut dijadikan peneliti sebagai pedoman dalam merancang suatu bentuk pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacu pada standar tersebut, pembelajaran proyek yang dilakukan oleh siswa dapat lebih bermakna bagi pengembangan dirinya. f. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project Based Learning Menurut modul pelatihan implementasi kurikulum 2013 terdapat enam langkah dalam pembelajaran project based learning, keenam lamgkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 2.1. skema langkah pembelajaran project based learning di bawah ini. Penentuan Pertanyaan Mendasar Menyususn Perencanaan Proyek Menyususn Jadual Evaluasi Pengalaman Menguji Hasil Monitoring Gambar Skema Langkah Pembelajaran Project Based Learning Sumber: Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Kemendikbud 2015 Skema langkah pembelajaran Project Based Learning di atas dijelaskan lebih rinci oleh Majid dan Rochman (2014, ) sebagai berikut. 1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start with the essential question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang dapat memberi penugasan bagi peserta didik untuk melakukan aktivitas.

10 18 Pengambilan topik disesuaikan dengan realitas dunia nyata dan relevan untuk peserta didik. 2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a plan the project) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung dalam menjawab pertanyaan yang esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. 3) Menyusun Jadwal (Create a schedule) Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal dalam menyelesaikan proyek. Penyususnan jadwal berfungsi untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proyek. 4) Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the students and the progress of the project) Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. 5) Menguji Hasil (assess the outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyususn strategi pembelajaran berikutnya. 6) Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience)

11 19 Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning pada modul pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang telah dijabarkan di atas, dijadikan oleh peneliti sebagai acuan dalam menyusun langkahlangkah pembelajaran, yaitu: (1) Penentuan pertanyaan mendasar, (2) Menyususn perencanaan proyek, (3) Menyususn jadual, (4) Monitoring, (5) Menguji hasil, dan (6) Mengevaluasi pengalaman. g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) 1) Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning Menurut Majid dan Rochman (2014: 164) beberapa keuntungan dari model pembelajaran Project Based Learning antara lain: (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik; (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; (c) Membuat pesertadidik menajadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem; (d) Meningkatkan kolaborasi; (e) Mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi peserta didik; (f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber; (g) Memberikan pengalaman pada peserta didik praktik dalam mengorganisasi proyek; (h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara

12 20 kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata; (i) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi kemudian iimplementasikan dalam dunia nyata; (j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Sedangkan menurut Moursund (1997), keuntungan dari model pembelajaran Project Based Learning antara lain increased motivation, increased problem solving ability, improved library research skills, increased collaboration, increased resource management skills (Wena, 2010: 147). Adapun penjabarannya akan diuraikan sebagai berikut: a) Meningkatkan motivasi (Increased motivation) Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih semangat dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang. b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Increased problem solving ability) Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks. c) Memperbaiki keterampilan menggunakan media pembelajaran (Improved library research skills) Pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-

13 21 sumber informas, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat. d) Meningkatkan semangat dan keterampilan berkolaborasi (Increased collaboration) Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif dari semua proyek. e) Meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya (Increased resource management skills) Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain. Berdasarkan research John W. Thomas (2000: 37) disimpulkan bahwa,...pbl is an effective method for teaching students complex processes and procedures such as planning, communicating, problem solving, and decision making,... pernyataan tersebut diterjemahkan secara bebas oleh peneliti, yang artinya PBL atau Project Based Learning merupakan metode yang efektif untuk mengajarkan siswa proses dan prosedur yang kompleks seperti perencanaan, komunikasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Berdasarkan research tersebut dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning memiliki kelebihan untuk mengajarkan proses dan prosedur komunikasi kepada siswa. Berdasarkan uraian kelebihan model pembelajaran Project Based Learning menurut para ahli di atas, maka peneliti

14 22 menyimpulkan bahwa terdapat lima kelebihan model pembelajaran Project Based Learning, yaitu: (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (c) Meningkatkan kolaborasi, (d) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, (e) Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajarn dan praktik dalam mengorganisasi proyek. 2) Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning Dari pembahasan mengenai model pembelajaran Project Based Learning dapat ditemukan banyak kelebihan dalam penerapan model tersebut. Selain kelebihan, model ini juga memiliki beberapa kekurangan. Secara umum kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek adalah diperlukannya pertimbangan yang benar-benar matang untuk memilik proyek yang tepat agar sesuai dengan materi maupun kemampuan peserta didik. Adapun kekurangan dari model pembelajaran Project Based Learning sebagai berikut (Majid & Rochman, 2014: 164): (a) Membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak; (b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak; (c) Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Menindaklanjuti beberapa kekurangan di atas, peneliti memiliki solusi untuk mengatasinya, yaitu: (a) pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncakan; (b) memanfaatkan barang-barang bekas atau yang sudah tersedia di sekolah untuk sarana dan prasarana pembelajaran PjBL; (c) memilih proyek sederhana merancang dan mendesain pembelajaran dengan baik, membuat strategi yang tepat agar model pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara maksimal.

15 23 2. Hakikat Keterampilan Mengomunikasikan a. Definisi Keterampilan Mengomunikasikan Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan (Sanjaya, 2008: 7). Senada dengan Sanjaya, menurut Ivancevich (2006: 85) keterampilan adalah bakat yang dipelajari yang seseorang miliki untuk melakukan suatu tugas. Menurut Natawidjaya (1993: 25) keterampilan merupakan perilaku yang diperoleh melalui tahap-tahap belajar tertentu. Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan (Soemarjani, 2001: 2). Menurut Soemarjani (2001: 2), terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Sedangkan, menurut Syah (1997: 119) keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan uraturat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kecakapan, kemampuan, dan keahlian seseorang dalam melakukan suatu tindakan untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan baik dalam pemikiran dan tingkah laku. Mengomunikasikan berasal dari kata dasar komunikasi yang memperoleh imbuhan me-an. Menurut Barba (1998: 240), Communicating is the scientific thinking process that conveys ideas through social interchanges or social discource. Pernyataan tersebut berarti mengomunikasikan adalah proses berpikir ilmiah yang

16 24 menyampaikan gagasan-gagasan melalui pertukaran sosial dan komunikasi sosial. Di kehidupan ini komunikasi merupakan sesuatu yang sangat vital. Komunikasi berperan penting bagi kehidupan manusia, karena manusia itu sendiri dikenal sebagai makhluk social. Setiap saat pasti manusia di dunia ini melakukan komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan (Bundu, 2006: 26). Evertt M. Rogers (Majid & Rochman, 2014: 194) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terhadap suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert (Majid & Rochman, 2014: 194), yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain pengertian komunikasi di atas, Wilbur Schramm (Majid & Rochman, 2014: 194), memiliki pemikiran yang sedikit lebih detil, menurutnya komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dpat disimpulkan bahwa, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak

17 25 kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Dengan demikian, mengomunikasikan dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan pemyampaian informasi, hasil pengamatan atau pengetahuan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pembahasan mengenai definisi keterampilan dan mengomunikasikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan mengomunikasikan adalah kecakapan, kemampuan, dan keahlian seseorang dalam menyampaikan informasi, hasil pengamatan atau pengetahuan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima untuk mencapai tujuan tertentu. b. Keterampilan Mengomunikasikan Sebagai Bagian dari Pendekatan Keterampilan Proses Menurut Depdikbud (Dimyati & Mudjiono, 2009: 157), Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri pebelajar. Menurut Funk (Dimyati & Mudjiono, 2009: 140), keterampilan proses terbagi menjadi dua, yaitu: (1) keterampilan-keterampilan dasar (Basic skill), (2) keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yaitu: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Sedangkan keterampilanketerampilan terintegrasi terdiri dari mengintegrasikan variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan

18 26 hubungan antarvariabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyususn hipotesis, mendifinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. Dari penjelasan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengomunikasikan merupakan bagian dari pendekatan keterampilan proses, yaitu pada keterampilan dasar (basic skill). Secara terperinci, Hadiat (1998) mengemukakan ciri-ciri dari keterampilan mengomunikasikan yang perlu dilatihkan pada siswa di sekolah. Ciri-ciri keterampilan mengomunikasikan tersebut diuraikan pada tabel 2.2. di bawah ini. Tabel Tabel ciri aktivitas keterampilan proses Keterampilan Ciri aktivitas Proses Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sistematis. Sumber: Bundu, 2006: 31 c. Pengembangan Keterampilan Mengomunikasikan Dalam kegiatan pembelajaran ada banyak potensi siswa yang dapat dikembangkan untuk mengomunikasikan hasil kegiatan belajar peserta didik yang berupa bentuk penyajian (tulisan, gambar, pajangan), peserta (diri sendiri, siswa yang lain, guru, atau orang tua), dan tujuan penyajian (pengembangan ide/ pemikiran, laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan/ kesimpulan) (Bundu, 2006: 37). Menurut Bundu (2006: 37), guru dapat membantu siswa dalam pengembangan keterampilan komunikasi dengan cara: 1) Selalu

19 27 menyiapkan waktu untuk berdiskusi; 2) Memperkenalkan teknik-teknik penyajian informasi melalui latihan langsung dengan presentase di depan kelas; 3) Menyiapkan bahan-bahan referensi yang sesuai dan sumber informasi yang lainnya; 4) Menganjurkan siswa untuk selalu menggunakan buku catatan untuk merekam apa saja yang ditemukan dalam suatu kegiatan; 5) Memberikan kesempatan siswa untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dan cara menyajikannya. Pengembangan keterampilan mengomunikasikan siswa tentunya menjadi hal yang penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Abbasi, dkk (2011; 1) dalam jurnal internasional yang menyatakan In this fast paced environment where the interaction of individuals with other individuals has become very important, we most certainly feel the need for good communication skills. Pernyataan tersebut diterjemahkan secara bebas oleh peneliti yaitu, dalam lingkungan yang serba cepat di mana interaksi individu dengan individu lainnya telah menjadi sangat penting, kita pasti memerlukan kemampuan komunikasi yang baik. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan untuk dapat mengembangkan keterampilan mengomunikasikan pada siswa. Menurut Hosnan (2014: 76), mengutip Permendikbud nomor 81a tahun 2013 menyampaikan bahwa kegiatan dalam keterampilan mengomunikasikan dalam pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan berdasarkan analisi secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan mengomunikasikan pada penelitian ini adalah kegiatan menyajikan hasil proyek siswa secara lisan di depan kelas dan tertulis dalam bentuk laporan percobaan dan laporan hasil pengamatan. Peserta didik yang lain bisa memberikan pendapat, komentar, saran atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.

20 28 d. Indikator Keterampilan Mengomunikasikan Hadiat (1998) mengemukakan indikator dari keterampilan mengomunikasikan pada tabel 2.3. di bawah ini. Tabel Indikator Keterampilan Proses SD Menurut Hadiat (1998) Keterampilan Proses Komunikasi Indikator Membaca grafik, tabel atau diagram. Menjelaskan hasil percobaan. Menyampaikan laporan secara sistematis. Sumber: Bundu, 2006: 63 Menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator keterampilan mengomunikasikan pada siswa SD meliputi: membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyampaikan laporan secara sistematis. Indikator tersebut akan dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di kelas. e. Penilaian Keterampilan Mengomunikasikan melalui Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk mengukur kadar ketercapaian tujuan pembelajaran, maka guru harus melaksanakan evaluasi atau penilaian. Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2011: 9). Sedangkan evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan (Suwandi, 2011: 9). Dengan demikian jelas bahwa penilaian merupakan bagian dari evaluasi pendidikan Evaluasi dan penilaian ini pun tidak hanya meliputi satu aspek saja, melainkan harus meliputi semua aspek yang dikembangkan pada

21 29 siswa sehingga kompleks. Seperti pendapat Kunandar (2014: 257) aspek keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan aspek pengetahuan, karena aspek pengetahuan menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan dan aspek keterampilan menunjukkan peserta didik bisa tentang keilmuan tersebut. Oleh karena itu evaluasi dan penilaian dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, seorang guru dapat mengetahui apa langkah selanjutnya yang dapat diberikan pada siswa terkait dengan pembelajarannya. Penilaian keterampilan dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang ketercapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dapat dilakukan melalui beberapa jenis penilaian. Peneliti menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Kunandar (2014: 263) berpendapat bahwa penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang secara efektif digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul pada diri peserta didik. Keterampilan mengomunikasikan dapat diukur dengan menggunakan rubrik. Rubrik ini berisi tentang indikator-indikator yang hendak dicapai. Kriteria penilaian ini berpedoman pada indikator keterampilan mengomunikasikan menurut Hadiat yang dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan keadaan dan karakteristik siswa. Untuk mempermudah penilaian, maka dapat menggunakan rubrik penilaian rating scale. Indikator yang sudah dikembangkan diinput ke dalam rubrik dengan tingkatan capaian kinerja. Indikator yang sudah dikembangkan oleh peneliti tertera pada Lampiran 13 hal. 178 dan Lampiran 14 hal Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

22 30 a. Imada Khairunisa (2015) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sistem Pemerintahan Pusat Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wergu Wetan Kota Kudus Tahun Ajaran 2014/2015. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep sistem pemerintahan pusat dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Wergu Wetan, Kudus tahun ajaran 2014 / Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep sistem pemerintahan pusat yaitu pada pratindakan nilai rata -rata pemahaman konsep sistem pemerintahan pusat siswa yaitu 47,3; pada siklus I nilai rata rata siswa adalah 75,37; dan pada siklus II meningkat menjadi 84,13. Ketuntasan pemahaman konsep sistem pemerintahan pusat pada pratindakan sebanyak 13 siswa atau 37,14%; siklus I sebanyak 24 siswa atau 68,57%; sedangkan siklus II sebanyak 31 siswa atau 88,57%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep sitem pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Wergu Wetan Kota. Dari penelitian tersebut diperoleh persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel x atau variabel bebas berupa model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Perbedaannya pada penelitian tersebut peneliti lebih fokus kepada peningkatan pemahaman konsep pada siswa sedangkan penelitian yang saya lakukan berfokus kepada peningkatan keterampilan mengomunikasikan pada siswa. b. Tri Mutoharoh (2015) dengan judul Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Cerita Narasi Melalui Pemanfaatan Media Wayang Kartun Pada Siswa Kelas II SD Negeri Laweyan Surakarta Tahun Ajaran

23 /2015. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Pembelajaran mengkomunikasikan cerita narasi dengan menggunakan media wayang kartun pada siswa kelas II SD Negeri Laweyan, Surakarta menunjukkan hasil peningkatan terhadap keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi siswa. Peningkatan keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi diketahui dari hasil tes unjuk kerja siswa pada kegiatan mengkomunikasikan cerita narasi yang dipelajarinya dengan memanfaatkan wayang kartun di depan kelas yang dilaksanakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Melalui kegiatan mengkomunikasikan cerita narasi dengan memanfaatkan media wayang kartun secara terusmenerus mengakibatkan siswa mampu menceritakan kembali cerita dengan isi cerita yang kompleks dan padat, siswa mampu menceritakan kembali cerita di depan kelas dengan lancar, siswa mampu menyampaikan cerita dengan alur yang runtut dan mudah dipahami, siswa mampu bercerita dengan bahasa Indonesia yang tepat, siswa dapat mengutarakan gagasan dengan kalimat yang tepat, dan mampu menyesuaikan pemilihan wayang kartun dengan jalan cerita. Dari tindakan tiap siklus, di peroleh data yang menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi siswa terjadi di sertiap siklus melalui peningkatan rata-rata nilai keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi dan ketuntasan klasikalnya. Pada siklus I, rata-rata nilai keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi adalah sebesar 72, pada siklus II nilai keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi adalah sebesar 77, dan pada siklus III nilai keterampilan mengkomunikasikan cerita narasi adalah sebesar 84. Sementara itu, ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 50%, siklus II adalah 76%, dan pada siklus III adalah 94,4%. Perbedaannya adalah pada penelitian di

24 32 atas, peneliti lebih berfokus pada pemanfaatan media wayang kartun untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa kelas II SD Negeri Laweyan Surakarta, sedangkan penelitian yang saya lakukan lebih fokus pada penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatakan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa kelas IV di SDIT Nur Hidayah Surakarta. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas, maka disusun suatu kerangka berpikir atas permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan observasi awal, wawancara, dan hasil tes pratindakan menunjukkan bahwa keterampilan mengomunikasikan siswa kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta masih kurang. Penyebab kurangnya keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran ini terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: (1) pembelajaran masih berpusat pada guru, (2) sarana dan prasarana yang ada kurang memadai (3) guru belum menerapkan model pembelajaran yang aktif, (4) kurangnya waktu untuk melakukan kegiatan keterampilan mengomunikasikan, (5) lingkungan sekolah belum dimaksimalkan untuk mendukung pembelajaran keterampilan mengomunikasikan. Faktor internal meliputi: (1) siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, (2) siswa merasa keterampilan mengomunikasikan adalah hal yang sulit, (3) kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Berangkat dari masalah tersebut, maka diadakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan mengomunikasikan siswa pada pembelajaran pada siswa kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta. Peneliti mempunyai solusi untuk menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam pelaksanaan pembelajaran. Model tersebut dipilih karena dapat pembelajaran

25 33 berbasis proyek memiliki kelebihan yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dalam pembelajaran peserta didik dapat merasakan dan mempertanyakan secara mendalam keberadaan masalah, berawal dari hal tersebut peserta didik dapat diarahkan aktif dan mampu mengomunikasikan hasil belajarnya. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran akan memberikan kebermaknaan dalam kegiatan belajar peserta didik karena peserta didik terlibat secara langsung. Oleh sebab itu peserta didik akan lebih mudah mengomunikasikan hasil belajarnya pada proses pembelajaran di hadapan orang lain. Pada kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan mengomunikasikan siswa. Keberhasilan penelitian ini ditandai dengan peningkatan keterampilan mengomunikasikan siswa sebesar 85% siswa dari 37 siswa yang memperoleh nilai keterampilan mengomunikasikan secara lisan dan tertulis di atas KKM 75. Sehingga peneliti menyusun skema kerangka berpikir yang terdapat pada gambar 2.2. di bawah ini.

26 34 Kondisi Awal Guru kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016 mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Keterampilan mengomunikasikan siswa kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016 rendah. Tindakan Kondisi Akhir Penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan mengomunikasikan pada peserta didik. Keterampilan mengomunikasikan pada peserta didik meningkat Siklus I Terdapat peningkatan keterampilan mengomunikasikan Siklus II Keterampilan mengomunikasikan siswa meningkat menjadi 85% dari 37 siswa. Gambar Skema Kerangka Berpikir

27 35 C. HIPOTESIS Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan keterampilan mengomunikasikan pada siswa kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) Pembelajaran berbasis proyek merupakan pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan suatu objek konkret yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) Novianti Putri Dwi Setyani 1), Kartono 2), Suharno 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) Novianti Putri Dwi Setyani 1), Kartono 2), Suharno 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Belajar Menurut Winkel (1987: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BAGI SISWA SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BAGI SISWA SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BAGI SISWA SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Pasuria Simbolon Guru SMP Negeri 5 Kota Tebing Tinggi Email: pasuria_simbolon@yahoo.com

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

Mahardika Intan Rahmawati

Mahardika Intan Rahmawati Review Jurnal Pengembangan Modul Berbasis Project Based Learning Untuk Mengoptimalkan Life Skills Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mahardika Intan Rahmawati (Mahardika.mpe@gmail.com)

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH I KADEK SUTARYANA NIM

ARTIKEL OLEH I KADEK SUTARYANA NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DALAM PELAJARAN MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL OLEH I KADEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian melalui model Project Based Learning (PBL). Penerapan model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Indah Panca Pujiastuti Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Sulawesi Barat e-mail:

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI KELAS VIII A SMP NEGERI 8 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI KELAS VIII A SMP NEGERI 8 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI KELAS VIII A SMP NEGERI 8 MUARO JAMBI OLEH DINDA PUTRI HANDAYANI RSA1C310021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau harapan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING (PjBL)

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING (PjBL) PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING (PjBL) Fillipus Wisnu Bangkit 1, Rukayah 2, Hartono 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta.

Lebih terperinci

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan menulis. Menulis merupakan kegitan yang sangat kompleks karena menuntut siswa untuk

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA MAN 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Rina Rozali 1, Mukhni 2, Puspa Amelia 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Nadea Maudi 1) 1) Prodi Pendidikan Matematika STKIP Singkawang, Kalbar, Indonesia Ee-mail: nadeamaudi@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran berbasis proyek,

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran berbasis proyek, BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran berbasis proyek, hasil belajar, dan matematika. 2.1.1 Pengertian Matematika

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran) Oleh Kelompok 4 Kelas B: Amer Syarifuddin 1311021039 Densa Nurtyas Anutara 1311021029 Sunaryadi 1311021043 Muhammad Irfan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Pertemuan 14 dan 15 Materi 1: Problem Based Learning A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah

Lebih terperinci

Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. oleh Theresia Widyantini

Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. oleh Theresia Widyantini ARTIKEL Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII oleh Theresia Widyantini PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI 34/I TERATAI Oleh : DEWI PUSPITA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Jones dan Knuth (1991) mengungkapkan bahwa representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini, kurikulum yang baru saja diterapkan di Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Rena Surya Rohana Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sesuai kemajuan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Diana Sari Dj LPMP Lampung Jalan Gatot Subroto No. 44A Pahoman Bandar Lampung (sari.diana@kemdikbud.go.id) Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Inkuiri Terbimbing Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk mengajar dimana pelaksanaanya yaitu guru membagi tugas meneliti suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela. Abstrak

KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela. Abstrak 17 KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Abstrak Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan berpikir memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC Lais Handayani 1), Riyadi 2), Djaelani 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Paryitno 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 prayitno@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima Sitti Rahmah 1 1 SMPN 6 Kota Bima Email: 1 sittirahmah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA ISSN: 1979-732X MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA Yunitasari Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bengkulu, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B Hermansyah Trimantara 1 STKIP PGRI Metro Lampung iman13herman@yahoo.com ABSTRACT This

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

Trisona Agustina 1 Febi Sanjaya 2

Trisona Agustina 1 Febi Sanjaya 2 Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Pokok Bahasan Transformasi Ditinjau dari Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Toi di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2015/2016 Trisona

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan dari pendidikan pada era modern saat ini adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana cara untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ELITIAN. model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan

BAB III METODOLOGI ELITIAN. model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan 67 BAB III METODOLOGI ELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian yang dilaksanakan terdapat tiga variabel penelitian, yaitu model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan tidak lepas dari masalah pembelajaran karena pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menunjuk

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD 578 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6 2017 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD THE EFFORT TO INCREASE THE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Sekolah ini terdiri dari enam

Lebih terperinci