FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKANSMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKANSMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKANSMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Duha Agusta NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016 i

2 PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Pada Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta yang disusun oleh Duha Agusta, NIM ini disetujui pembimbing untuk diujikan. Pembimbing I Yogyakarta, 20 Januari 2016 Menyetujui, Pembimbing II Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si Nanang Erma Gunawan, M. Ed NIP NIP ii

3 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, jika tidak asli saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya. Yogyakarta,20 Januari 2016 Yang menyatakan, Duha Agusta NIM iii

4 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul FAKTOR- FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA yang disusun oleh Duha Agusta, NIM ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016 dan dinyatakan lulus. DEWAN PENGUJI Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Dr. Rita Eka Izzaty S, M.Si Ketua Penguji Agus Triyanto, M.Pd Sekretaris Penguji Farida Harahap, M.Si Penguji Utama Nanang E Gunawan, M.Ed Penguji Pendamping Yogyakarta,... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan, Dr. Haryanto, M. Pd. NIP iv

5 MOTO Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri (Pramoedya Ananta Toer) Mengutuk kegagalan tidak akan memukjizatkan keberhasilan, teruslah bergerak untuk bertahan daripada diam kemudian terbunuh oleh waktu (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua dan saudara laki-laki yang saya cintai Almamater saya BK FIP UNY Bangsa, dan Negara saya vi

7 FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA Oleh Duha Agusta NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecanduan smartphone yang dominan pada remaja. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kebiasaan menggunakan smartphone pada remaja yang berlebihan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Kalasan yang termasuk dalam kategori kecanduan menggunakan smartphone yang berjumlah 55 orang. Instrumen yang digunakan adalah skala kategorisasi kecanduan dan skala faktor penyebab kecanduan smartphone. Alat pengumpulan data berupa skala kategorisasi kecanduan dengan reliabilitas 0,792 dan skala faktor penyebab kecanduan smartphone dengan reliabilitas 0,866. Analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja yang paling beresiko adalah faktor internal yang terdiri dari aspek perilaku sensation seeking yang tinggi, self-esteem yang rendah dan kontrol diri yang rendah. Faktor kedua yang beresiko menyebabkan kecanduan adalah faktor situasional yang mengandung aspek tentang kondisi psikologis individu. Faktor ketiga yang beresiko menyebabkan kecanduan adalah faktor eksternal yang mengandung aspek tentang bagaimana pengaruh media memaparkan smartphone secara luas. Faktor keempat yang beresiko adalah faktor sosial yang mengandung aspek tentang kebutuhan interaksi sosial remaja menggunakan smartphone. Kata kunci: identifikasi, faktor penyebab kecanduan smartphone, remaja. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat rahmat Allah SWT, atas rahmatnya dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul Faktorfaktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Pada Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa banuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan telah memfasilitasi kebutuhan akademik penulis selama menjalani masa studi. 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan skripsi. 4. Ibu Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si. dan Bapak Nanang Erma Gunawan, M.Ed. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segenap ilmu, waktu serta kesabaran dalam memberikan arahan, masukan, kritik, saran dan motivasi yang tiada henti selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. 5. Dosen-dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas segala ilmu dan pelajaran yang diberikan. 6. Kedua orang tua, Muhammad Husri Yusro dan Fitri Haryani, S.Pd SD yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan moril dan materil. 7. Kakak laki-lakiku Odi Ramadhan, A.Md. dan adikku Robbi Razika yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi. viii

9 8. Meylinda Hastuti yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan saran kepada peneliti dalam proses penelitian ini. 9. Sahabat-sahabat yang aku banggakan Sigit, Egan, Riyan Okta, Dian, Bang Andri, Tanok, Pak cik Muttaqien, Daeng Akbar Punjung, Jhon, Deni, Arif, Fiqqi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi, serta yang setiap harinya selalu bersama baik suka mapun duka kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Seluruh keluarga besarku yang memberi doa serta dorongan yang memotivasi. 11. Teman-teman BK angkatan 2011 khususnya kelas A yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kesediaannya membagi semangat, keceriaan, juga segala yang hal yang membelajarkan. 12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalan penulisan tugas akhir skripi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran, komentar ataupun kritik yang membangun. Semoga tugas akhir skripi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Yogyakarta, 20 Januari 2016 Penulis, Duha Agusta ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan... Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI A. Kecanduan (Addiction) Pengertian Kecanduan Smartphone Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Dampak Kecanduan Menggunakan Smartphone B. Smartphone Pengertian Jenis-jenis Smartphone Tujuan dan Fungsi Smartphone C. Remaja Pengertian Karakteristik Remaja D. Kerangka Pikir E. Pertanyaan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian x

11 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional C. Subyek Penelitian Populasi Sampel D. Tempat dan Waktu Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitan Kisi-kisi Instrumen G. Uji Coba Instrumen Uji Validitas Instrumen Uji Reliabilitas Instrumen H. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi dan Subyek Penelitian Gambaran Lokasi Penelitian Gambaran Subyek Penelitian B. Deskripsi Data Penelitian C. Analisis Data D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data Pengguna Smartphone Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan... 4 Tabel 2. Jumlah Penjualan Smartphone Tahun Tabel 3. Data Penjualan Smartphone Triwulan 1-3 Tahun Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penjaringan Kecanduan Smartphone Tabel 5. Kisi-Kisi Skala Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Tabel 6. Interval Koefisien r Hitung Tabel 7. Kategorisasi Skor Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Tabel 8. Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 9. Hasil Penjaringan Siswa yang Termasuk dalam Kategoir Kecanduan Smartphone Tabel 10. Kategorisasi Skor Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone xii

13 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Analisis Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Grafik 2. Kategorisasi Faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Berdasarkan Aspek Penyebabnya xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 2. Analisis Data Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Lampiran 3. Data Skala Identifikasi Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone pada Remaja di SMKN 1 Kalasan Yogyakarta Lampiran 4. Instrumen Penelitian Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Materi Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat berpengaruh pada bidang komunikasi dan informasi. Hal ini dikarenakan banyaknya ditemukan inovasi dalam hal teknologi dan informasi tersebut. Pada saat ini dunia menjadi tanpa batas setelah adanya kehadiran smartphone yang memiliki banyak manfaat seperti berkomunikasi satu sama lain walaupun dengan jarak yang sangat jauh. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan menjadi lebih canggih saat ini termasuk dalam perkembangan dalam bidang komunikasi. Berhubungan dengan teman dan sanak-saudara yang jaraknya jauh sekarang bukan sebuah masalah lagi semenjak munculnya smartphone. Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat berpengaruh pada bidang komunikasi dan informasi. Hal ini dikarenakan banyaknya ditemukan inovasi dalam hal teknologi dan informasi tersebut. Pada saat ini dunia menjadi tanpa batas setelah adanya kehadiran smartphone yang memiliki banyak manfaat seperti berkomunikasi satu sama lain walaupun dengan jarak yang sangat jauh. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan menjadi lebih canggih saat ini termasuk dalam perkembangan dalam bidang komunikasi. Berhubungan dengan teman dan sanak-saudara yang jaraknya jauh sekarang bukan sebuah masalah lagi semenjak munculnya smartphone. 1

16 Smartphone adalah telepon yang memiliki kemampuan seperti komputer, biasanya memiliki layar yang besar dan sistem operasinya mampu menjalankan aplikasi-aplikasi yang umum (Kamus Oxford Online dalam Dijey Pratiwi Barakati, 2013: 3). Backer dalam Dijey Pratiwi Barakati (2013: 3) menyatakan bahwa smartphone adalah telepon yang menyatukan kemampuan-kemampuan canggih; ini merupakan bentuk kemampuan dari Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet, , dan Global Positioning System (GPS). Smartphone juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players dan beberapa fungsi lain sama seperti telepon biasa. Dengan kata lain, smartphone dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan dimanapun. Kemudahan dalam menggunakan smartphone dan banyaknya fungsifungsi yang membantu aktivitas, membuat para remaja saat ini sangat akrab dengan smartphone, tidak terkecuali para remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Kebanyakan pelajar sekolah ini menggunakan smartphone sebagai alat komunikasi mereka dan beberapa siswa menggunakan lebih dari satu telepon seluler. Para siswa cenderung menggunakan smartphone karena berbagai alasan, seperti hanya ingin mengikuti trend, atau untuk menjadi lebih aktif di media sosial (facebook, twitter, blackberry messenger, path, instagram). Dengan menggunakan smartphone, para siswa dapat aktif di media sosial dan dengan mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Penggunaan smartphone dengan berbagai alasan membuat para siswa menjadi tergantung dengan smartphone yang mereka miliki. Penggunaan 2

17 smartphone yang berlebihan ini akan berdampak yang kurang baik pada siswa dalam masa perkembangannya. Siswa akan lupa dengan tugas utamanya sebagai pelajar, yaitu belajar yang giat dan meraih prestasi yang tinggi. Perilaku penggunaan smartphone secara berlebihan ini akan beresiko menurunnya prestasi dan tidak tercapainya proses pembelajaran yang optimal. Menurut Ally dalam Dijey Pratiwi Barakati (2013: 4) nirkabel, mobile, portbale, dan perangkat genggam perlahan-lahan sedang dan membuat keberagaman di berbagai sektor, baik di negara maju maupun berkembang. Nielsen dalam Dijey Pratiwi Barakati (2011: 4) menyatakan bahwa pengguna smartphone yang sedang berkembang di 39 negara di dunia, 13 di antaranya yaitu negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, penggunaan smartphone sangat banyak. Pada saat ini penggunaan smartphone di Indonesia cenderung konsumtif (detik.com, 2014). Konsumerisme itu sendiri adalah paham untuk hidup konsumtif, sehingga orang dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut atau konsumsi yang mengada-ada akibat dari pengaruh media massa baik media cetak maupun media elektronik (Featherstone dalam Muhammad Fildan, 2014: 3). Hal ini di dukung hasil riset yang dilakukan oleh Forest dan Sullivan dalam Muhammad Fildan (2014: 2), dikatakan bahwa orang Indonesia mengganti smartphone mereka setiap delapan bulan sekali. Di SMK Negeri 1 Kalasan, para siswa yang menggunakan smartphone dapat dikatakan cukup tinggi. Berikut data pengguna smartphone dan nonsmartphone pada siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. 3

18 Tabel 1. Data Pengguna Smartphone Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan KELAS JENIS SMARTPHONE % NON-SMARTPHONE % X ,78% ,22% XI ,33% ,67% XII ,94% 58 55,06% TOTAL % ,95% RATA-RATA ,35% ,65% Dari data diatas, jumlah siswa pengguna smartphone merupakan siswa kelas X, XI dan XII dari tujuh jurusan yang ada di SMK Negeri 1 Kalasan yaitu Jurusan Akomodasi Perhotelan, Jurusan Tata Boga, Kriya Kayu, Kriya Tekstil, Kriya Logam, Kriya Kulit dan Kriya Keramik. Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang menggunakan smartphone di SMK Negeri 1 Kalasan mencapai 453 orang siswa dari total siswa yang ada yaitu 765 siswa atau sekitar 52,35% dari total keseluruhan siswa. Angka tersebut dapat dikatakan wajar apabila dilihat dari sejarah dan perkembangan smartphone yang ada hingga saat ini. Smartphone telah dikenal sejak tahun 1992 dan banyak digemari orang-orang di negara-negara maju sejak tahun Produk smartphone di Indonesia mulai populer dan meningkat sejak 2009 dengan banyak produk smartphone yang tersedia dengan berbagai jenis sistem operasi produk (platform) seperti Android, Blackberry Os, Apple ios, windows phone dan symbian. Fenomena peningkatan minat pengguna smartphone di Indonesia terlihat dari Tabel 2 berdasarkan survei dan analisis yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC) pada tahun

19 Tabel 2. Jumlah Penjualan Smartphone Tahun Tahun Jumlah Penjualan Smartphone (dalam juta unit) Sumber : International Data Corporation tahun 2012 Berdasarkan data pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa tingkat penjualan smartphone sangat pesat setiap tahunnya. Rata-rata jumlah penjualan menembus angka dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Adapun sasaran penjualan smartphone di Indonesia dewasa ini adalah para remaja atau pelajar sekolah dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan para remaja merupakan konsumen yang variaty seeker atau mereka yang selalu ingin mencoba merek terbaru. Selain itu mereka juga relatif cepat bosan dan berani mengambil resiko terhadap merek yang belum atau tidak dikenal sebelumnya. Remaja akan sangat sensitif apabila ada brand tertentu yang menawarkan smartphone dengan harga murah dan kualitas tinggi, maka kemungkinan mereka untuk berpindah ke brand tersebut sangatlah besar. Perilaku digital remaja Indonesia yang seperti itulah yang menjadikan mereka sasaran empuk pemasaran smartphone pada saat ini (Frontier Consulting Grup, 2012: 2). Hasil survei tadi juga didukung data penjualan smartphone di tiga triwulan pertama pada tahun 2013 dari Tabloid News Ponsel edisi XXI tahun Berikut adalah data penjualan smartphone dari berbagai merk / brand di Indonesia pada kalangan remaja pada rentang usia tahun di 3 triwulan pertama pada tahun

20 Tabel 3. Data Penjualan Smartphone Triwulan 1-3 tahun 2013 Merk Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Apple Samsung Sony Blackberry Smartfren Nokia TOTAL Sumber : Tabloid News Ponsel Edisi XXI November 2013 Dari paparan Tabel 3. dapat dikatakan bahwa tingkat penjualan smartphone dari triwulan 1 sampai dengan triwulan 3 mengalami fluktuasi yang relatif stabil kecuali pada merk Apple yang terus mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari total penjualan per-triwulannya, angka penjualan smartphone pada remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan sekitar unit setiap triwulannya. Oleh karena itu, bukan hal yang mengejutkan apabila jumlah siswa pengguna smartphone di SMK Negeri 1 Kalasan mencapai jumlah yang cukup tinggi. Sebagai buah dari perkembangan teknologi yang multi fungsi pada smartphone, perangkat canggih ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat saat ini. Multi fungsional pada smartphone tersebut diyakini dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi mereka pada saat ini. Smartphone dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu aktifitas manusia, mulai dari berkomunikasi sampai dengan menyelesaikan pekerjaan manusia seperti mengerjakan tugas kantor atau kuliah, mengirim ataupun berniaga secara online. Dari segi komunikasi, smartphone kini dilengkapi dengan berbagai fitur media sosial yang sangat memudahkan manusia dalam 6

21 berkomunikasi dengan keluarga, teman atau sahabat yang sulit ditemui atau sudah lama tidak berjumpa. Oleh karena itu, tidak dipungkiri bahwa smartphone bisa dikatakan sebagai hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia saat ini. Selain dapat membantu aktivitas sehari-hari sebagai dampak positif yang dihasilkan, bukan berarti smartphone tidak mempunyai dampak negatif. Manusia akan terbawa dalam perkembangan teknologi yang akan berdampak pada perilaku yang kurang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dampak negatif dari penggunaan smartphone akan berdampak pada gangguan kesehatan seperti mengalami gangguan tidur (insomnia), fisik mudah drop, dan gangguan penglihatan serta gangguan psikologis seperti mudah stress, tingkat sensitivitas yang tinggi ( Franky Rudiyana, 2012: 1-2). Pada siswa sekolah menengah keatas, dampak yang akan dirasakan adalah memungkinkan merosotnya nilai dan prestasi belajar di sekolah. Selain itu siswa tidak akan fokus pada pelajaran dikelas dikarenakan perhatian siswa akan beralih pada smartphone yang dimiliki, sehingga daya serap siswa terhadap pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas akan sulit untuk dipahami dan dimengerti. Para remaja yang menjadi sasaran khusus dalam pemasaran maupun penggunaan smartphone, rata-rata dari mereka menggunakan smartphone untuk bersosial media dan mengakses situs-situs internet. Hal ini berdasarkan dari hasil survei Frontier Consulting Group (2012: 4) mengenai perilaku digital para remaja Indonesia yang menunjukkan kebenaran hipotesa itu. 7

22 Hanya dalam waktu satu tahun saja sudah terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Survei dari Frontier ini dilakukan di enam kota besar di Indonesia pada tahun Kelompok responden adalah remaja yang berusia antara 13 hingga 18 tahun, atau mereka yang duduk di bangku SMP dan SMA. Hasil survei menunjukkan para remaja yang memiliki akun media sosial adalah 91,2% di tahun Pada tahun 2012, persentase ini meningkat menjadi 97,5%. Peningkatan terbesar adalah perilaku mereka dalam hal melakukan download atau upload, yang semula hanya 48,8% di tahun 2011, menjadi 71,1% di tahun Penggunaan smartphone dan media sosial yang tinggi pada usia remaja, membuat aktivitas dan pola perilaku keseharian remaja juga berubah. Hal ini terlihat dari fenomena umum yang terjadi sekarang. Mereka cenderung asik dengan smartphone dan kehidupan dunia maya mereka daripada perhatian mereka pada kehidupan nyata. Komunikasipun cenderung lebih sering terjadi melalui akun-akun media sosial mereka dibanding dengan intensitas komunikasi secara langsung atau face to face. Perilaku ini seakan membuat mereka tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan akan membuat mereka menjadi sangat tergantung dengan smartphone. Hal ini dirasakan langsung oleh peneliti pada saat melaksanakan observasi lapangan di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta yang melihat siswa di sana cenderung asyik menggunakan smartphone mereka dan tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kelas ataupun lingkungan sekolah pada saat waktu istirahat mereka. Sebagai contoh mereka memilih untuk 8

23 duduk berkelompok dan mulai bermain smartphone mereka tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Berdasarkan pengakuan beberapa siswa kepada peneliti pada saat waktu-waktu istirahat, mereka mengaku ketakutan jika terlihat tidak up to date terhadap hal atau informasi yang terbaru. Mereka juga akan saling bersaing dalam mengunggah dan memperbarui informasi terbaru bahkan aktifitas terbaru mereka yang terkadang tidak begitu penting bagi orang lain. Pada daftar kontak di masing-masing akun sosial media yang mereka miliki, mereka akan membuat status-status aneh yang bertujuan hanya untuk mencari perhatian ataupun sering mengganti atau mengubah tampilan profil akun media sosial mereka dengan intensitas waktu yang sangat cepat. Sikap atau perilaku seperti ini membuat remaja menjadi individualis (Kompas.TV, 2015). Remaja yang individualis cenderung asyik terhadap akun media sosial dan smartphonenya. Mereka tidak bisa lepas dari smartphone di tangannya dan akan selalu beradu untuk mengunggah aktifitas dan memenuhi halaman notifikasi pemberithuan terbaru pada akun media sosial mereka. Mereka juga selalu memeriksa apa yang terjadi pada smartphone mereka. Rata-rata setiap individu akan memeriksa smartphone mereka sebanyak 150 kali sehari (Riski Amalia, 2013: 1). Hal inilah yang menyebabkan siswa seolah-olah menjadi tergantung dengan smartphone mereka. Ditinjau dari adanya dampak yang muncul dari penggunaan smartphone, para remaja seolah-olah menjadi individu yang terobsesi untuk melakukan sesuatu karena timbulnya sifat ketergantungan. Mereka terobsesi 9

24 untuk selalu mengupdate smartphone yang mereka miliki dan aktivitas yang mereka lakukan agar selalu up to date. Selain terobsesi, mereka juga akan merasa takut apabila smartphone yang mereka miliki tertinggal, mati atau tidak bisa berfungsi secara optimal. Hal ini sesuai dengan apa yang didapatkan peneliti pada saat observasi lapangan. Fenomena kecanduan remaja terhadap smartphone penting bagi orang tua untuk diketahui. Seperti diketahui, bahwa masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012: 402). Masa remaja juga masa yang paling sederhana karena tidak berlakunya aturan. Remaja selalu mencoba banyak hal, berusaha mencari hal yang cocok dengan dirinya. Sebagai peserta didik, dalam hal ini siswa SMK mempunyai harapan yang besar terhadap keberhasilan dari standar pembelajaran yang diharapkan, sehingga para siswa dapat menjadi siswa lulusan yang mempunyai keterampilan membaca, menulis, dan menghitung yang memadai. Hal ini nantinya akan berguna bagi para siswa itu sendiri untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada akhirnya memilik keterampilan yang dibutuhkan dan dapat menjadi warga negara yang berpengetahuan (informed citizens). Tentunya apa yang menjadi harapan terhadap remaja untuk menguasai berbagai macam kemampuan dan keterampilan tersebut memerlukan waktu dan tenaga untuk dapat mencapainya. Oleh karena itu, orang tua selaku lingkungan utama yang dapat memantau langsung aktivitas anak-anaknya dapat memperhatikan kebutuhan dan aktifitas anaknya 10

25 langsung. Membatasi dan tidak langsung memenuhi kebutuhan anaknya secara langsung akan sangat membantu untuk mencegah munculnya perilaku kecanduan atau ketergantungan terhadap smartphone pada anak, karena kebutuhan smartphone itu sendiri harus didasari dengan kebutuhan yang proporsional sesuai dengan masa perkembangan mereka. Kecanduan smartphone pada remaja dipengaruhi oleh empat faktor penyebab yaitu faktor internal, faktor situasional, faktor eksternal dan faktor sosial (Yuwanto, 2010: 17-24). Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor resiko yang menyebabkan kecanduan smartphone. Hasil penelitian dari Yuwanto yang menyatakan tentang empat faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja menjadi dasar dari peneliti untuk mengembangkan instrumen penelitian berupa skala faktor resiko kecanduan smartphone pada remaja. Selain itu yang menjadi dasar penliti melakukan penelitian ini adalah belum diketahui faktor yang beresiko dari keempat faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja yang telah dilakukan oleh Yuwanto sebelumnya. Adapun arti penting dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dominan dalam menyebabkan remaja menjadi kecanduan dalam menggunakan smartphone, sebagai upaya preventif munculnya perilaku penggunaan smartphone yang tinggi pada pelajar di Yogyakarta karena maraknya fenomena penggunaan smartphone pada remaja pada saat ini. Peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian ini dikarenakan dampak serius yang akan ditimbulkan dalam dunia pendidikan khususnya 11

26 apabila perilaku ini tidak teridentifikasi dari awal. Penggunaan smartphone yang tidak terkontrol pada pelajar memungkinkan prestasi mereka menurun dan kegiatan belajar tidak optimal. Hal ini bertentangan dengan kewajiban utama seorang pelajar yaitu belajar. Selain hal-hal yang menjadi dasar pentingnya dilakukan penelitian, selama ini juga belum ada penelitian atau kajian empirik tentang identifikasi faktor penyebab kecanduan smartphone di SMK Negeri 1 Kalasan. Fokus penelitian ini adalah untuk mengukur perilaku pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan termasuk kecanduan atau tidak dalam penggunaan smartphone serta mengidentifikasi faktor penyebabnya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pesatnya perkembangan penggunaan smartphone dewasa ini membuat banyak individu terindikasi menjadi kecanduan terhadap smartphone. 2. Penggunaan smartphone dengan berbagai alasan menjadikan individu atau remaja bergantung dengan smartphone. 3. Terdapat 55 siswa yang teridentifikasi kecanduan dalam menggunakan smartphone di SMK Negeri 1 Kalasan. 4. Perilaku kecanduan smartphone pada pelajar dapat diasumsikan menghambat tugas perkembangan pelajar secara optimal. 5. Belum adanya kajian empirik terkait faktor yang beresiko tentang kecanduan menggunakan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan. 12

27 C. Batasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian pada sebuah permasalahan yaitu : belum diketahui faktor-faktor penyebab yang beresiko dalam kecanduan menggunakan smartphone pada pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: faktor apa saja yang beresiko menyebabkan kecanduan menggunakan smartphone pada pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab kecanduan menggunakan smartphone di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritik Dapat memberikan sumbangan ilmu dalam bidang bimbingan dan konseling serta pengetahuan baru terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya fenomena nomophobia pada siswa SMA di Kota Yogyakarta. 13

28 2. Manfaat Praktis a. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Bagi pihak jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam upaya-upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketergantungan smartphone itu sendiri. b. Bagi Siswa 1) Siswa memahami perkembangan internet agar terhindar dari dampak negatif penggunaan internet dan media sosial. 2) Siswa bisa mengantisipasi serta waspada agar tidak mengalami perilaku kecanduan menggunakan smartphone. 3) Siswa mengerti ciri-ciri dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku kecanduan menggunakan smartphone. c. Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru BK, bahwa perilaku kecanduan menggunakan smartphone.mempunyai dampak negatif yang akan berimbas pada prestasi belajar siswa, sehingga harus segera ditanggulangi. 2) Guru dan pihak sekolah dapat melibatkan diri langsung dalam membimbing siswa dalam penggunaan internet sehingga perilaku kecanduan menggunakan smartphone. bisa di minimalisir. 14

29 d. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini mampu memberikan bahan referensi dalam mengetahui faktor-faktor dominan penyebab kecanduan menggunakan smartphone.smartphone. 15

30 BAB II KAJIAN TEORI A. Kecanduan (Addiction) 1. Pengertian Secara umum kecanduan diartikan sebagai ketagihan atau keadaan dimana tubuh atau pikiran dengan parahnya menginginkan atau membutuhkan sesuatu agar bekerja dengan baik. Seseorang bisa dikatakan pencandu apabila memiliki ketergantungan fisik dan psikologis terhadap sesuatu (Arif Setiawan, 2007: 14). Beberapa ahli lain mengatakan kecanduan dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif. Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada awalnya dicari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu dengan zat atau aktivitas itu agar seseorang merasa normal (Morrissey, Jenm, Keogh, Doyle, 2008: 489). Selain definisi yang telah disebutkan, American Society Addiction Medicine (ASAM) (2012) menjelaskan bahwa ketergantungan atau kecanduan adalah penyakit kronis utama penghargaan terhadap otak, motivasi, memori dan sirkuit terkait. Disfungsi di sirkuit ini menyebabkan manifestasi biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang khas. Hal ini tercermin dalam patologis individu mengejar pahala atau bantuan oleh penggunaan narkoba dan perilaku lainnya. Kecanduan ditandai dengan ketidakmampuan untuk secara konsisten abstain, penurunan kontrol perilaku, keinginan, pengakuan berkurang masalah yang signifikan dengan perilaku seseorang dan 16

31 hubungan interpersonal, dan respons disfungsi emosional. Seperti penyakit kronis lainnya, kecanduan sering melibatkan siklus kambuh dan remisi. Tanpa pengobatan atau keterlibatan dalam kegiatan pemulihan, kecanduan adalah progresif dan dapat mengakibatkan cacat atau kematian dini. Definisi kecanduan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ) sendiri berarti kejangkitan suatu kegemaran hingga lupa dengan hal-hal yang lain, sedangkan dalam kamus kesehatan kecanduan dikatakan sebagai kebutuhan yang kompulsif untuk menggunakan suatu zat pembentuk kebiasaan, atau dorongan tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku tertentu. Selanjutnya dijelaskan definisi kecanduan menurut kamus Merriam Webster (2015) adalah kebutuhan kompulsif untuk dan penggunaan zat yang membentuk kebiasaan (heroin, nikotin, atau alkohol) ditandai dengan toleransi dan gejala fisiologis yang terdefinisi pada penarikan luas penggunaan kompulsif terus-menerus dari substansi yang dikenal oleh pengguna sangat berbahaya. Dari tinjauan Psikologis, dilansir dari situs yang terkait dengan kajian Psikologi (Anomim, 2013) dinyatakan bahwa ketergantungan atau kecanduan dijelaskan suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mencerna zat (misalnya, alkohol, kokain, nikotin) atau terlibat dalam suatu kegiatan (misalnya, perjudian, seks, belanja) yang dapat menyenangkan tetapi terus menggunakan tindakan yang menjadi kompulsif dan mengganggu tanggung jawab kehidupan biasa, seperti pekerjaan, hubungan, atau kesehatan. Pengguna mungkin tidak menyadari 17

32 bahwa perilaku mereka di luar kendali dan menyebabkan masalah bagi diri mereka sendiri dan orang lain Berdasarkan definisi yang telah di jabarkan secara keseluruhan dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah kondisi tubuh atau pikiran seseorang yang terlibat secara terus menerus yang membentuk kebiasaan dan menjadikan diri mereka merasa ketergantungan terhadap suatu hal atau aktivitas. Dari definisi yang telah disimpulkan, ada 2 indikator yang mencerminkan individu yang mengalami kecanduan, yaitu individu tersebut merasa ketergantungan terhadap suatu hal atau aktivitas sehingga mengabaikan tugas atau kewajibannya, dan memiliki emosi yang tidak stabil sehingga mengakibatkan kurangnya kontrol terhadap perilaku. 2. Kecanduan Smartphone Definisi mengenai kecanduan (addiction) awalnya ditunjukkan pada kasus penyalahgunaan obat-obatan, tetapi definisi tersebut memunculkan suatu bentuk kontroversi mengenai konsepsi tersebut. Kemudian definisi tersebut beralih dengan mengikut sertakan beberapa tingkah laku yang tidak mengandung sesuatu hal yang memabukkan seperti halnya bermain video game (Keepers,1990), compulsive gambling (Griffits,1990), overeating (Lesuire dan Bloome,1993), dan Televisionviewing (Winn) (dalam Ajizah, 2013: 8) karena itu munculah definisi addiction sebagai aktifitas kompulsif yang tidak terkendali tanpa memperdulikan konsekuensi negatif yang merupakan akibatnya. 18

33 Kwon (2013) menyebutkan bahwa istilah kecanduan smartphone adalah sebagai perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri, dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri seseorang. Kecanduan smartphone adalah salah satu jenis dari kecanduan teknologi. Griffits menjelaskan bahwa kecanduan teknologi sebagai bagian dari perilaku kecanduan yang melibatkan interaksi manusia-mesin dan bukan interaksi kimiawi. Selain itu, Park dan Lee (2011 dalam Bian & Leung, 2014) menyebutkan bahwa definisi kecanduan smartphone (smartphone addiction) adalah perilaku penggunaan ponsel secara berlebihan yang dapat dianggap sebagai gangguan kontrol impulsif yang tidak memabukkan dan mirip dengan judi patologis. Pendapat dari Chiu (2014) menyebutkan juga bahwa smartphone addiction adalah salah satu kecanduan yang memiliki resiko lebih ringan dari pada kecanduan alkohol ataupun kecanduan obat-obatan. Kecanduan smartphone juga memiliki kesamaan pada teori yang telah dikemukakan oleh Young (2007) dalam Chiu (2014) bahwa kecanduan smartphone sama halnya akan internet addiction, individu yang tidak dapat mengontrol dan ketergantungan pada penggunaan teknologi berbasis internet Kecanduan smartphone dapat dikategorisasikan sebagai permasalahan perilaku. Salah satu contoh yang nampak adalah dari segi penggunnaan smartphone dalam hal yang melanggar hukum atau 19

34 peraturan, proses sosialisasi yang tidak tepat atau bahkan penggunaan smartphone dalam keadaan yang penuh resiko dan berbahaya, seperti contoh ketika penggunaan smartphone pada saat mengendarai kendaraan. Penggunaan smartphone yang menyimpang ini telah terbukti berkaitan dengan usia, perilaku ekstroversi dan self-esteem yang rendah (Bianchi dan Philips, 2005). Park dan Lee (2012) juga menjelaskan bahwa penggunaan smartphone dapat dikaitkan dengan kesepian, depresi, dan self-esteem berdasarkan penggunaan smartphone mereka dan penelitian psikologis yang mendalam. Lee, dkk. (2012) menjelaskan bahwa kecanduan menggunakan smartphone dapat di definisikan sebagai individu yang kecanduan karena penggunaan aplikasi yang ada pada smartphone dan kecanduan karena mengikuti perkembangan smartphone. Individu yang kecanduan menggunakan smartphone karena aplikasi smartphone disebabkan karena individu tersebut menemukan kenyamanan dalam kesehariannya sehingga mereka banyak menghabiskan banyak waktu mereka dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartphone untuk mendapatkan kenyamanan tersebut. Individu yang kecanduan menggunakan smartphone karena mengikuti perkembangan smartphone adalah individu yang kecanduan karena persaingan agar tidak terlihat tidak ketinggalan zaman. Mereka akan terus bersaing dengan cara terus mengganti smartphone mereka dengan smartphone yang terbaru tanpa mempedulikan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartphone tersebut. 20

35 Huang Son dan Choi (2011) menjelaskan bahwa kecanduan smartphone berarti ketergantungan individu terhadap smartphone dan kondisi yang digunakan secara berlebihan, serta menyebabkan ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, kondisi tersebut yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi terhalang karena orang-orang banyak menghabiskan waktunya dengan smartphone yang dimiliki. Penelitian sebelumnya pernah mensurvei hampir 1000 pelajar di Korea Selatan, di mana 72% dari subyek penelitian tersebut memiliki ratarata usia tahun yang menggunakan smartphone menghabiskan waktu mereka rata-rata 4-5 jam per-hari dengan smartphonenya. Hasil survei menyatakan bahwa 25% subyek penelitian terbukti kecanduan smartphone. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, menunjukkan bahwa stres adalah indikator penting yang menyebabkan individu menjadi kecanduan terhadap smartphone. Penelitian lain yang dilakukan terhadap pelajar di Universitas Korea Selatan juga telah membuktikan hubungan antara kecanduan smartphone dengan kesehatan mental, kehidupan di sekolah, hubungan personal, kontrol diri dan stress di kehidupan. Berdasarkan pembuktian dari penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa ahli sepakat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa tanda-tanda awal yang menunjukkan bahwa individu termasuk dalam kategori kecanduan smartphone, tanda-tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut : 21

36 1. Selalu memeriksa smartphone tanpa alasan yang jelas. 2. Merasa cemas atau gelisah jika tidak membawa atau menggunakan smartphone. 3. Menghindar dari interaksi sosial dan sering menghabiskan waktu dengan smatphone. 4. Bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa smartphone. 5. Penurunan prestasi belajar atau performa kerja sebagai akibat dari aktivitas penggunaan smartphone yang berkepanjangan. 6. Mudah terpengaruh atau terganggu oleh aplikasi terbaru yang ada di smartphone. Berdasarkan tanda-tanda awal diatas, kecanduan smartphone juga ditemukan sebagai prediktor yang signifikan dari niat individu dalam menggunakan dan membeli smartphone. Beberapa isu yang timbul dari kecanduan smartphone telah masuk ke dalam masalah manajemen waktu dan masalah yang ada dalam dunia pendidikan di sekolah saat ini (Hong dkk, 2012). 3. Faktor-faktor Penyebab Individu Kecanduan dengan Smartphone Faktor resiko dalam menggunakan smartphone adalah faktor yang menyebabkan individu menjadi kecanduan dalam menggunakan smartphone. Yuwanto (2010: 17-24) dalam penelitiannya mengenai mobile phone addict mengemukakan ada 4 faktor penyebab kecanduan smartphone yaitu : 22

37 a. Faktor Internal Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu, yaitu : a) Tingkat sensation seeking yang tinggi. Pada dasarnya sikap ini terbentuk karena adanya aktifitas rutin yang menyebabkan kebosanan serta kebutuhan untuk mencari perhatian orang lain atau membuat suasana menjadi gempar (Reeve, 2009: 368). Sifat sensation seeking ditandai oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan untuk mengambil resiko baik secara fisik, sosial, hukum maupun finansial Zuckerman (Rio Agusto 2014 : 3). b) Self-esteem yang rendah. Self esteem itu sendiri adalah evaluasi diri individu terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia. Individu dengan self-esteem rendah cenderung minder dengan orang-orang disekitarnya dan akan menilai negatif dirinya atau cenderung berfkir tidak masuk akal (Anonim, 2010: 19). Menggunakan telepon genggam akan membuat merasa berharga dan nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Self esteem merupakan ukuran keterikatan interpersonal individu yang mengingatkan seseorang ketika suatu keterikatan mengalami kemunduran atau kekurangan. Siswa dengan self esteem yang rendah cenderung mengungkapkan diri mereka secara negatif (May Rauli Simamora, 2012: 3) 23

38 c) Kontrol diri yang rendah. Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan langkah-langkah dan tindakannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Tidak bisa mengatur waktu dan menahan diri dalam menggunakan smartphone dapat menjadi prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam. Pada saat dorongan untuk melakukan suatu mencapai puncaknya, kontrol diri dapat membantu individu mempertimbangkan aspek, resiko dan norma sosial yang akan dihadapinya (Muhammad Farid, dkk. 2014: 127) b. Faktor Situasional Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. Dalam hal ini individu akan cepat bertindak ketika berada pada situasi yang tidak nyaman dan merasa terganggu aktivitas bila ada situasi yang tidak diinginkan dan mengalihkan perhatian pada smartphone. Contohnya adalah ketika individu mempunyai masalah maka individu tersebut akan mengalihkan perhatian kepada smartphone dan berharap masalah yang dialami akan selesai. Young (Mohammad Gilang, 2015: 1) menginformasikan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan disebabkan oleh masalah emosional dan kecemasan. Individu yang kecanduan 24

39 sering menggunakan fantasi mereka sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan yang tidak menyenangkan. c. Faktor Sosial Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Dalam hal ini individu selalu menggunakan smartphone untuk berinteraksi dan cenderung malas untuk berkomunikasi secara langsung dengan individu yang lain. Contohnya pada saat individu sedang bersama-sama dengan orang lain dalam jarak yang sangat dekat, maka individu akan menggunakan smartphone untuk berkomunikasi daripada menemui langsung orang tersebut. d. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya. Hal ini membahas bagaimana besarnya pengaruh media dalam mempengaruhi individu untuk memenuhi kebutuhan akan smartphone. Survei dari bidang pemasaran smartphone Indonesia menyatakan bahwa remaja merupakan konsumen yang sangat sensitif terhadap perkembangan smartphone (Frontier Consulting Group, 2012: 2). 4. Dampak Kecanduan Menggunakan Smartphone Dampak-dampak yang akan ditimbulkan apabila individu menjadi ketergantungan terhadap smartphone terbagi menjadi dua, yaitu dampak 25

40 positif dan dampak negatif. Adapun dampak positif dan negatif menurut Salehan (2013) adalah sebagai berikut : a. Dampak Positif 1. Mempermudah untuk berinteraksi dengan orang banyak melalui fitur media sosial yang ada. 2. Mempersingkat jarak dan waktu, di era perkembangan smartphone yang canggih didalamnya terdapat media sosial yang beraneka ragam sehingga hubungan jarak jauh bukan lagi menjadi suatu masalah dan halangan. 3. Mempermudah para siswa mengkonsultasikan pelajaran dan tugastugas yang belum dimengerti. Hal ini biasa dilakukan siswa dengan mengirimkan pesan singkat kepada guru mata pelajaran. 4. Mengetahui informasi-informasi tentang kegiatan, foto yang berkaitan dengan kegiatan disekolah kemudian membagikannya di grup kelas atau langsung membagikan kepada orang tertentu. b. Dampak Negatif 1. Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang digunakan. 2. Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam. 3. Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang berubah 26

41 4. Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain. 5. Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting atau dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu kecpatan akademis atau pekerjaan. 6. Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain atau juga komentar / posting yang melanggar hukum. B. Smartphone 1. Pengertian Smartphone merupakan suatu alat komunikasi atau telepon selular (perkembangan dari telepon selular) yang dilengkapi dengan organizer digital. Perangkat tersebut dapat juga berfungsi sebagai data organizer, client, web browser, pemutar musik, pemutar film, kamera digital, GPS, menyunting dokumen, dan fungsi lainnya. Banyak yang menganggap bahwa smartphone sama dengan PDA, namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan walaupun pada dasarnya sama-sama dilengkapai dengan organizer digital. PDA phone yang merupakan singkatan dari Personal Digital Assistant Phone merupakan pengembangan dari PDA yang bisa juga digunakan sebagai telepon. PDA pada awalnya dibuat sebagai komputer mini yang berfungsi sebagai 27

42 organizer digital dan mudah dibawa kemana saja. Namun dalam pengembangan selanjutnya, fungsi telepon ditambahkan dalam PDA sehingga dikenal dengan nama PDA phone. Sebaliknya smartphone merupakan pengembangan dari telepon selular yang kemudian ditambahkan fitur dan fasilitas lainnya sehingga menjadi telepon yang cerdas dan disebut smartphone. Jika dibandingkan, hampir tidak ada perbedaan antara PDA phone dan smartphone. 2. Jenis-jenis Smartphone Berbagai jenis smartphone yang sekitaran tahun 2010 mulai masuk ke Indonesia, saat ini semakin banyak jenisnya bahkan penggunaanya sudah bukan hal yang asing lagi. Smartphone merupakan perkembangan jenis ponsel konvensional dengan kemampuan yang memudahkan kegiatan mobile sehingga lebih fleksibel. Fungsi cerdas smartphone hampir menyerupai perangkat komputer dengan aplikasi pengembangan yang dikhususkan untuk perangkat mobile. Kecanggihan smartphone yang sudah banyak di pakai saat ini terdapat pada sistem operasi yang tertanam pada smartphone dan aplikasi-aplikasi di dalamnya. Sistem operasi menjadi faktor terpenting dalam mengintergarasi kinerja ponsel dengan hardware yang terpasang. Seperti halnya pengecekan bisa diakses dengan menggunakan smartphone tanpa harus menggunakan laptop ataupun PC. Berbagai kemudahan seperti itulah yang menjadikan smartphone semakin diminati oleh semua kalangan. Sistem operasi pada smartphone lah yang menjadikannya ponsel pintar. Nugraha (2012: 16-17) membagi smartphone menjadi 5 jenis yaitu: 28

43 a. Jenis Smartphone Symbian Jenis smartphone yang dikeluarkan oleh brand terkemuka Nokia ini merupakan awal mula munculnya smartphone. Banyaknya handphone Nokia berbasis symbian ini membuat OS ini melekat pada brand Nokia. b. Jenis Smartphone Android Jenis smartphone android adalah jenis smartphone yang semakin digemari, karena perkembangan versi android yang meningkatkan performa OS tersebut disetiap versinya. Terlebih lagi android yang dipublikasikan oleh google, sudah memiliki source dunia maya. Kebanyakan smartphone jenis android yang digemari adalah keluaran Samsung. c. Jenis Smartphone Windows Phone Jenis smartphone Windows phone adalah brand dari vendor terkemuka Microsoft. Perusahaan Microsoft ini mengeluarkan OS untuk perangkat mobile pertama dengan platform windows mobile. Microsoft merupakan brand besar yang merajai operating system untuk personal computer dan windows mobile ini merupakan perkembangannya. Nokia lumia menjadi pengusung windows mobile pertama di Indonesia. d. Jenis Smartphone ios Perangkat lunak buatan Apple ini dikenal dengan iphone OS. Berbagai macam perangkat mobile keluaran Apple menggunakan ios 29

44 untuk sistem operasinya seperti iphone, ipad, ipod touch dan Apple TV. e. Jenis Smartphone Blackberry Jenis smartphone yang masih menjadi primadona di Indonesia ini merupakan keluaran RIM dengan nama produk yang sama yaitu blackberry. Ponsel keypad QWERTY merupakan ciri khas smartphone ini. 3. Tujuan dan Fungsi Smartphone Secara umum smartphone adalah pengembangan dari telepon genggam yang hanya berfungsi sebagai alat bantu komunikasi yang memudahkan manusia agar bisa berkomuikasi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya batasan waktu. Fungsi dasarnya adalah untuk menerima telepon dan juga mengirim pesan singkat. Akan tetapi semakin pesatnya perkembangan zaman yang menuntut manusia untuk berkembang, membuat teknologi informasi dan komunikasi juga berkembang, sehingga fungsi awal telepon genggam yang awalnya hanya sebagai alat bantu komunikasi berkembang menjadi fungsi lainya yakni sebagai pengganti komputer. Dikatakan sebagai pengganti komputer karena di dalamnya terdapat fitur-fitur dan aplikasi komputer yang dapat di akses, salah satunya adalah jaringan internet. Adanya jaringan internet dan penambahan fitur-fitur lain seperti , sosial media, kamera dan sebagainya, memungkinkan manusia dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan sangat mudah. Aktivitas manusia yang dulunya harus bertatap muka, kini bisa dilakukan tanpa 30

45 harus membuat janji temu dan bertatap muka secara langsung. Kemudahan-kemudahan seperti ini lah yang membuat fungsi dan tujuan smartphone yang dapat mengubah pola dan perilaku manusia. Diberitakan oleh Techland (2012: 4-6), sebuah survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa menelepon adalah aktivitas nomor empat dari aktivitas lain yang biasa dilakukan orang dengan menggunakan smartphone, sedangkan tiga aktivitas yang lebih banyak digunakan adalah mengirim SMS, mengirim , dan chatting di situs jejaringan sosial. Survei warga Amerika Serikat itu menunjukkan hanya 43% orang yang menggunakan smartphone untuk menelepon. Sembilan dari 10 responden lebih memilih mengirim SMS ketimbang telepon. Alasannya, menelepon dianggap sebagai kegiatan yang boros waktu atau mengganggu, sedangkan survei warga Indonesia menunjukkan hanya 50% orang yang menggunakan smartphone untuk menelepon, selebihnya mereka menggunakan smartphone tersebut untuk mengirim sms atau , membuka situs jejaringan sosial, dan chatting di situs jejaringan sosial tersebut. Ada juga orang yang menggunakan smartphone tersebut bukan cuma untuk menelepon,mengirim sms atau , dan membuka situs jejaringan sosial; melainkan hanya untuk gengsi semata. Perkembangan yang semakin canggih pada smartphone yang diperkaya dengan fitur-fitur serta sistem operasi dari sosial media yang selalu bisa di upgrade dan diunduh setiap waktu, membuat fungsi dasar atau fungsi utama smartphone itu lebih kental sebagai alat untuk bersosial 31

46 media saja dan menyampingkan fungsi dasar dari smartphone itu sendiri, apalagi pada era sekarang harga smartphone yang sangat terjangkau memungkinkan setiap orang memiliki smartphone, terutama remaja yang menjadi fokus peneliti saat ini. Seperti hasil survei diatas, 50% orang Indonesia menggunakan smartphone itu sendiri hanya untuk gengsi saja dan jelas hal ini sudah menggeser fungsi dasar smartphone itu sendiri. Kemudahan untuk memiliki, mengakses dan menggunkan serta perilaku konsumtif pada manusia membuat manusia sekarang seolah tidak bisa terlepas dari smartphone. Smartphone bisa dibilang sudah menjadi sahabat manusia karena hampir setiap aktivitas manusia selalu menggunakan dan ditemani smartphone. C. Remaja 1. Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa Inggris teenager yakni manusia usia tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali Rahman Hakim, 2009: 22). Sementara itu remaja juga dikatakan suatu masa ketika individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2006). Masa remaja juga merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia. Masa remaja mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya, karena berbagai hal yang 32

47 mempengaruhinya sehingga selalu menarik untuk di bicarakan (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 123). Kata remaja diterjemahkan dari kata bahasa Inggris adolescene atau adolecene (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen disamakan. Adolescene ataupun remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 123). Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Berk (2013: 497) juga menyatakan bahwa awal masa remaja ditandai dengan pubertas (puberty), sebuah kumpulan peristiwa biologis yang mengarah pada badan ukuran dewasa dan kematangan seksual. Para peneliti umumnya membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu : a. Masa remaja awal (11-12 hingga 14 tahun) : ini merupakan periode perubahan pubertas yang cepat. b. Masa remaja pertengahan (14 hingga 16 tahun) : perubahan pubertas hampir selesai. 33

48 c. Masa remaja akhir (16 hingga 18 tahun) : sosok anak muda mencapai penampilan dewasa sepenuhnya dan mengantisipasi asumsi tentang peran orang dewasa. 2. Karakteristik Remaja Saat memasuki masa perkembangan dalam hidupnya terdapat beberapa tahap dalam masa remaja, salah satunya yaitu tahap operasional. Pada tahap operasional, formal remaja akan memperlihatkan kualitas pemikiran abstraknya yang di tandai dengan adanya tendensi untuk berpikir mengenai pikiran itu sendiri. Pemikiran yang menyertai sifat dasar abstrak dari pemikiran formal operasional adalah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan, khususnya di awal tahap operasional formal yaitu ketika asimilasi mendominasi. Remaja akan terlibat dalam spekulasi mengenai karakteristik-karakteristik ideal kualitas yang mereka inginkan terdapat pada dirinya maupun orang lain. Cara berpikir remaja seperti ini sering membuat remaja membandingkan dirinya dengan orang lain menurut standar ideal tersebut. Di masa ini juga remaja mulai berpikir logis dimana remaja cenderung memcahkan masalah melalui trial dan error (Santrock, 2012: 424) Pada masa remaja juga terdapat kesadaran diri yang akan muncul atau dikatakan sebagai egosentrisme remaja. David Elkind dalam Santrock (2012: 424) berpendapat bahwa egosentrisme remaja mengandung dua komponen utama yaitu imaginary audience dan personal fable. Audiens imajiner (imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, 34

49 termasuk juga tingkah laku menarik perhatian berusaha untuk diperhatikan, terlihat, berada seperti di panggung. Maksudnya adalah ketika seorang pelajar kelas delapan berjalan kedalam kelas sambil berfikir semua mata tertuju pada wajahnya yang penuh bercak. Penghayatan seperti ini yang dikatakan bahwa remaja berada di panggung di awal remaja, dengan meyakini bahwa mereka adalah aktor utama sedangkan orang lain adalah penontonnya. Menurut Elkind dalam Santrock (2012: 424) fabel pribadi (personal fable) yang merupakan bagian dari egosentrisme remaja mengandung pernyataan bahwa dirinya unik dan tidak terkalahkan. Penghayatan remaja yang menyatakan bahwa diri mereka adalah pribadi yang unik membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun yang dapat memahami perasaan mereka sebenarnya. Dalam usaha mereka menghayati perasaan mereka tentang pribadi dirinya yang unik, seorang remaja bisa menjadi ahli kisah mengenai dirinya yang dipenuhi dengan fantasi sambil menenggelamkan dirinya kedalam sebuah dunia yang jauh dari kenyataannya. Fabel pribadi sering kali muncul ke dalam buku harian remaja. Pada masa remaja juga terdapat perubahan dalam pemrosesan informasi yang mencerminkan meningkatnya fungsi eksekutif pada cakupan perkembangan kemampuan remaja dalam mengambil keputusan dan berfikir kritis. Remaja yang lebih tua mampu mengambil keputusan yang lebih baik daripada remaja yang lebih muda, yang lebih baik dibandingkan anak-anak. Meskipun demikian, mampu mengambil keputusan secara kompeten tidak berarti mereka pada kenyataannya 35

50 mampu berbuat demikian dalam kehidupan sehari-hari, dimana pengalaman yang luas turut berperan. Meningkatnya kecepatan dalam memproses, otomatisasi, dan kapasitas, maupun bertambahnya isi dan jangkauan pengetahuan serta spontanitas dalam penggunaan strategi, memungkinkan kemampuan berpikir kritis pada remaja akan meningkat. Selain itu perkembangan pada masa remaja juga di pengaruhi dari lingkungan sekolah remaja itu sendiri. Transisi menuju SMP dan SMA berlangsung bersama-sama dengan berbagai perubahan sosial, keluarga dan individual di kehidupan remaja. Transisi ini sering kali akan menekan remaja. Dalam hal ini akan ada fase atau fenomena top dog yaitu dimana terjadi perubahan situasi dari menjadi siswa yang paling besar dan paling kuat di sekolah dasar menjadi siswa yang paling muda, paling kecil dan paling lemah di sekolah menengah. Hal ini yang akan menjadi salah satu sumber stress pada remaja. Pada masa ini akan muncul clique dan crowds yang mempunyai pengaruh dan peran pada masa perkembangan remaja. Clique dan crowds memainkan peran penting di dalam kehdiupan remaja dibandingkan anak-anak. Clique adalah kelompok kecil yang jumlah anggotanya berkisar dari 2 hingga 12 individu dan rata-rata hingga 5-6 individu, biasanya memiliki kesamaan gender dan usia diantara anggotanya. Klik dapat terbentuk karena adanya aktivitas yang sama dan juga persahabatan. Sejumlah remaja membentuk klik karena mereka telah menghabiskan waktu bersama, berbagi minat yang sama dan menikamati kebersamaan mereka. (Brown dan Dietz dalam Santrock, 2012: 449) 36

51 Berbeda dengan clique, crowds bersifat lebih besar dan kurang personal. Keanggotaan pada crowds didasarkan pada reputasi, maksudnya mereka bisa meluangkan banyak waktu bersama namun bisa juga tidak. Banyak crowd diidentifikasikan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan oleh remaja seperti jocks, remaja yang mahir dalam olahraga atau druggies, remaja yang menggunakan obat-obat terlarang (Brown dalam Santrock, 2012: 2009). Reputasi yang didasarkan pada crowd sering muncul pertama kali di masa remaja awal dan biasanya kurang menonjol di masa remaja akhir (Collins dan Steinberg, 2006) dalam Santrock (2012: 449). Di beberapa budaya, kawan sebaya memiliki peran yang lebih kuat dalam kehidupan remaja dibandingkan orang lain (Brown dalam Santrock, 2012: 453). Di sebagian besar negara Barat, kawan sebaya sangat mempengaruhi kehidupan remaja. Dalam sejumlah kasus, kawan sebaya mengambil peran yang selayaknya dipegang oleh orang tua. Di kalangan para remaja jalanan di Amerika Selatan, jaringan kawan sebaya itu dapat bertindak bagai keluarga yang menelamatkan hidup mereka ketia berada di situasi yang membahayakan dan menekan. Di belahan dunia lain, seperti di negara-negara Arab, peran kawan sebaya sangat terbatas, khususnya untuk perempuan (Booth dalam Santrock, 2012: 453) Read Larson dkk, dalam Santrock, (2012: 453) telah menyelidiki bagaimana remaja meluangkan waktunya untuk bermain, bekerja dan aktivitas pengembangan seperti bersekolah. Baik remaja AS maupun remaja Asia Timur menggunakan 60 persen dari waktunya untuk 37

52 menyelesaikan tugas sekoah; terutama karena remaja AS lebih sedikit menggunakan waktunya unutk pekerjaan rumah. Remaja-remaja AS memiliki waktu bebas yang lebih banyak dibandingkan remaja di negara-negara industri lainnya (Larson, Wilson, dan Rickman, 2009 dalam Santrock, 2012: 453). Sekitar 40 hingga 50 persen dari waktu beraktivitas remaja-remaja AS (tidak termasuk liburan musim panas) digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas bebas, dibandingkan dengan 25 hingga 35 persen di Asia Timur dan 35 hingga 45 persen di Eropa. Pada masa remaja juga teradapat budaya yang dialamai para remaja yang tidak hanya melibatkan nilai-nilai budaya, status sosial-ekonomi, dan etnisitas, tapi juga pengaruh media. Sebuah penelitian nasional mempelajari lebih dalam kebiasaan anak-anak dan remaja terhadap media (Rideout, Roberts, dan Foehr, dalam Santrock, 2012: 453). Dengan mensurvei lebih dari anak dan remaja dari usia 8 hingga 18 tahun, penelitian ini menegaskan bahwa remaja zaman sekarang dikelilingi oleh media. Rata-rata remaja menghabiskan 6,5 jam perhari atau 44,5 jam perminggu bersama media, hanya menghabiskan 2,25 jam sehari bersama orang tua, serta hanya 50 menit sehari untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Tren utama dalam penggunaan teknologi adalah peningkatan dramatis pada media multitugas. Perkiraan terbaru mengindikasikan bahwa ketika media multitugas diperhitungkan, anak usia 8 hingga 18 tahun menggunakan media rata-rata 8 jam perhari (Roberts dan Foehr 38

53 dalam Santrock, 2012: 455). Contohnya adalah ketika seorang remaja menonton TV sambil mengirimkan sms kepada temannya. Contoh lainnya yang menggambarkan kasus multitugas media adalah ketika remaja mengirimkan SMS, mendengarkan musik melalui i-pod dan mengupdate situs Youtube dilakukan bersamaan ketika mengerjakan pekerjaan rumah. Sangat sulit membayangkan bahwa hal tersebut bisa membantu melakukan pekerjaan rumah secara efisien. Selain itu remaja di seluruh dunia saat ini semakin bergantung pada Internet, meskipun terdapat perbedaan substansial dalam penggunaanya di berbagai negara di seluruh dunia dan oleh berbagai kelompok sosialekonomi (Shek, Tang, dan Lo, Subrahmanyan dan Greenfield dalam Santrock, 2012: 456). Sebagai contoh sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 17 persen remaja Singapura berlebihan menggunakan Internet, yaitu 5 jam atau lebih per hari (Mythily, Qui, dan Winslow dalam Santrock, 2012: 456). Sebuah penelitian juga telah menemukan bahwa sekitar satu dari tiga remaja lebih membuka diri secara online dibandingkan secara langsung; dalam penelitian ini remaja laki-laki merasa lebih nyaman membuka diri secara online dibandingkan remaja perempuan. Sebaliknya remaja perempuan lebih merasa nyaman secara langsung daripada laki-laki, sehingga keterbukaan diri remaja laki-laki diuntungkan dengan berkomunikasi secara online kepada teman-temannya (Valkenburg dan Peter dalam Santrock, 2012: 456). 39

54 Sebuah studi terbaru juga mengungkapkan bahwa remaja yang penyesuaian dirinya baik pada usia 13 atau 14 tahun cenderung menggunakan situs jejaring sosial pada usia 20 hingga 22 tahun (Mikami dalam Santrock, 2012: ). Dalam penelitian ini, kualitas persahabatan pada remaja muda dan berbagai penyesuaian perilakunya dapat memprediksi kualitas interaksi pada situs jejaring sosial dan ada tidaknya masalah perilaku terhadap situs tersebut pada orang yang beranjak dewasa. Perhatian khusus diberikan terhadap akses informasi Internet yang belum diatur pada anak-anak dan remaja (Pujazon-Zazik dan Park dalam Santrock, 2012: 457). Sebuah survei nasional mengindikasikan bahwa 42 persen remaja usia 10 hingga 17 tahun telah terekspos pornografi melalui internet beberapa tahun terakhir, dengan 66 persen dari eksposur tersebut adalah tidak diinginkan (Wolak, Mitchell, dan Finkelhor dalam Santrock, 2012: 457). Selaim itu terdapat juga peningkatan substansial pelecehan pada remaja dan cyberbullying melalui internet (Subrahmanyam dan Greenfield dalam Santrock, 2012: 457). Lingkungan sosial remaja dan remaja yang beranjak dewasa di internet meliputi chat rooms, , pesan instan, blog, dan situs web populer Facebook. Banyak remaja dan orang dewasa awal yang menggunakan Facebook menyangka bahwa informasi yang mereka bagikan melalui situs tersebut adalah rahasia. Namun, sebenarnya mudah bagi siapa saja untuk mengakses informasi tersebut, termasuk orang tua, pihak sekolah atau pemberi kerja. Oleh karena itu internet adalah sebuah 40

55 teknologi yang memerlukan pengawasan dan aturan dari orang tua terhadap remaja yang menggunakannya. D. Kerangka Berpikir Di era globalisasi sekarang, manusia dihadapkan pada semua perkembangan yang ada, salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi pada saat ini yang masih terus berlanjut salah satunya pada alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama individu yaitu smartphone. Perkembangan smartphone yang terus menerus berkembang membuat pasar penjualan di berbagai negara tidak terkecuali Indonesia meningkat sangat pesat. Peningkatan angka penjualan smartphone di Indonesia menunjukkan sebagian besar konsumennya yaitu pada usia remaja. Tingginya angka penjualan smartphone pada remaja di Indonesia mengindikasikan remaja yang menggunakan smartphone di Indonesia menjadi ketergantungan. Atas dasar tersebut peneliti mencoba untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor yang menyebabkan remaja menjadi kecanduan dengan smartphone. Berdasarkan teori dari Kwon (2013), Bian dan Leung (2014), Lee dkk (2012), Huang Son dan Choi (2011) tentang kecanduan mengggunakan smartphone, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa definisi kecanduan menggunakan smartphone adalah kondisi individu yang menjadi tergantung dengan smartphone yang ditandai dengan hal sebagai berikut : 1. Selalu memeriksa smartphone tanpa alasan yang jelas. 2. Merasa cemas atau gelisah jika tidak membawa atau menggunakan smartphone. 41

56 3. Menghindar dari interaksi sosial dan sering menghabiskan waktu dengan smartphone. 4. Bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa smartphone. 5. Penurunan prestasi belajar atau performa kerja sebagai akibat dari aktivitas penggunaan smartphone yang berkepanjangan. 6. Mudah terpengaruh atau terganggu oleh aplikasi terbaru yang ada di smartphone. Teori yang dikemukakan oleh Lee dkk. (2014) merupakan dasar dalam menyusun instrumen penelitian yang digunakan menentukan individu termasuk dalam kategori kecanduan menggunakan smartphone atau tidak sebagai tahap pertama dalam penelitian ini. Setelah menentukan individu yang termasuk dalam kecanduan smartphone atau tidak pada tahap pertama, peneliti kemudian melakukan tahap kedua untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecanduan menggunakan smartphone. Dasar teori yang digunakan dalam penyusunan instrumen adalah teori yang dikemukakan oleh Yuwanto (2010). Yuwanto (2010) menjelaskan bahwa terdapat empat faktor resiko penyebab kecanduan menggunakan smartphone, yaitu faktor internal, faktor eksternal, faktor situasional dan faktor sosial. Faktor internal adalah faktor yang menggambarkan karakteristik individu tersebut. Faktor internal ini terdiri dari tiga aspek yaitu sifat sensastion seeking yang tinggi, self esteem yang rendah dan kontrol diri yang rendah. Faktor eksternal adalah faktor yang terkait dengan paparan media 42

57 tentang smartphone dan fasilitasnya. Faktor situasional adalah faktor yang terkait dengan penggunaan smartphone sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika mengahadapi situasi tidak nyaman. Faktor sosial adalah faktor yang terkait dengan pola interaksi dan sarana untuk menjaga komunikasi dengan orang lain. Selanjutnya empat faktor penyebab tersebut dijabarkan menjadi indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang beresiko menyebabkan individu kecanduan dalam menggunakan smartphone. E. Pertanyaan Penelitian Apakah faktor-faktor resiko penyebab kecanduan menggunakan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta? 43

58 A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik survei. Penelitian survei adalah metode penyelidikan tentang perulangan kejadian, peristiwa atau masalah dalam berbagai situasi dan lingkungan yang dilakukan untuk memmperoleh keterangan-keterangan faktual guna atau sebatas mendapatkan informasi tentang variabel dengan menggunakan insntrumen seperti kuesioner, wawancara atau kadang observasi (Andi Prastowo, 2014: 177). Ciri khas penelitian survei adalah tidak melakukan perubahan tindakan (tidak ada perlakuan khusus pada variabel yang diteliti dan hanya mengungkapkan data dari subjek tertentu) (Masri Singarimbun, 1995: 25). Oleh karena itu penelitian ini tidak melakukan perubahan tindakan. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya (Sutrisno Hadi, 2001: 224). Variabel juga diartikan sebagai semua faktor yang bervariasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 96) mengemukakan variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Identiifikasi Faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan, maka penelitian ini hanya memiliki 1 (satu) atau 44

59 variabel tunggal yang akan diukur yaitu faktor penyebab kecanduan smartphone. 2. Definisi Operasional Judul penelitian ini adalah Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone pada Remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Untuk menghindari kesalahpahaman serta kekeliruan dalam penafsiran judul tersebut, maka peneliti menjelaskan arti kata atau istilah yang terdapat dalam judul berdasarkan pengertian umum yang berlaku. Istilah yang perlu dijelaskan peneliti adalah: faktor resiko kecanduan menggunakan smartphone. Faktorresiko kecanduan menggunakan smartphone adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu menjadi kecanduan atau tergantung dengan smartphone sehingga membuat penggunaan smartphone yang berlebihan dan tidak sesuai dengan fungsi utamanya.. C. Subyek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah seluruh individu yang akan dikenai generalisasi dari sampel-sampel yang diambil dalam suatu peneltian (Sutrisno Hadi, 2001: 70). Suharsimi Arikunto (2006: 108) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selain itu Sugiyono (2007: 117) menyebutkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 45

60 Dari beberapa penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua subjek atau individu yang dapat digeneralisasikan oleh peneliti sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua siswa SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta kelas X (Sepuluh) dari jurusan Kriya Logam, Kriya Tekstil, Tata Boga dan Akomodasi Perhotelan. 2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 114) subyek penelitian merupakan sumber untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek peneliitian atau sumber data adalah siswa SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian sampel, karena seluruh subyek dalam penelitian ini hanya diambil sebagian. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1998: 107) bahwa subyek penelitian dapat bersifat penelitian populasi maupun penelitian sampel. Penelitian yang bersifat penelitian populasi artinya seluruh subyek di dalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian, sedangkan penelitian yang bersifat penelitian sampel artinya hanya sebagian subyek penelitian yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan. Sugiyono (2012: 81) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mugkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. 46

61 Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 120) menyatakan bahwa apabila populasi dalam kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Karena populasi dalam penelitian ini adalah siswa dari 4 kelas yang berjumlah lebih dari 100, maka perlu dilakukan penentuan subyek. Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2007: 124) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah menentukan subyek yang termasuk dalam kategori subyek yang kecanduan smartphone bukan subyek secara general. D. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi dan waktu penelitian bertempat di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai dengan 9 Oktober Peneliti memilih lokasi tersebut karena pada saat peneliti sedang melakasanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), peneliti menemukan banyaknya siswa yang sering menggunakan smartphone bukan pada waktunya (waktu efektif belajar) dan hal ini sesuai dengan permasalahan yang sedang berkembang sekarang yaitu para siswa terindikasi kecanduan menggunakan smartphone. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2010: 137) teknik pengumpulan data adalah caracara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan suatu data. 47

62 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala. Menurut Saifuddin Azwar (2012: 7) data yang diungkap dengan skala adalah deskripsi mengenai aspek kerpibadian individu seperti sikap, religiusitas, konsep diri, locus of control, dan lain sebagainya. Saifuddin Azwar (2010: 3) menyebutkan bahwa skala merupakan pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam penelitian ini, terdapat dua skala penelitian yang digunakan. Skala pertama adalah skala yang digunakan untuk mengetahui subyek penelitian termasuk dalam kategori kecanduan atau non-kecanduan. Skala ini disusun dengan menggunakan 2 alternatif jawaban dan subyek memilih jawaban yang paling sesuai atau tidak sesuai dengan kondisi subyek. Alternatif jawaban yang disediakan adalah Ya dan Tidak. Skala kedua yang digunakan adalah skala aspek faktor penyebab kecanduan smartphone. Aspek yang diungkap yaitu faktor internal, faktor eksternal, faktor sosial dan faktor situasional. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan metode skala dengan 4 alternatif jawaban, sehingga subyek penelitian memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami subyek. Setiap pernyataan memiliki alternatif jawaban sebagai berikut : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan skala dalam bentuk angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori siswa yang kecanduan dan faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. 48

63 F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Azwar, 2010: 12). Penelitian ini menggunakan instrumen skala identifikasi faktor penyebab kecanduan smartphone, oleh karena itu peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data. 1. Kisi-Kisi Instrumen Berdasarkan penjelasan aspek-aspek dari variabel, maka dapat dirumuskan kisi-kisi instrumen penjaringan (screening) siswa yang termasuk kategori kecanduan smarttphone dan kisi-kisi instrumen faktor resiko kecanduan menggunakan smartphone. Kedua instrumen tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada aspek variabel. Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penjaringan Kategori Kecanduan Smartphone No. Indikator Sub-indikator No. Butir 1 Merasa a. Memeriksa smartphone 1, 2, 3, 4, 5 ketergantungan terhadap suatu setiap saat b. Mengabaikan kewajiban 6, 7, 8 hal sehingga lupa dengan tugas dan kewajiban utama utama sebagai pelajar c. Melakukan setiap aktivitas sambil menggunakan smartphone 9, 10, 11, Emosi yang tidak stabil sehingga menurunnya kontrol perilaku Merasa terganggu jika ada yang mengganggu aktivitas bermain smartphone. 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 49

64 Tabel 5. Kisi-kisi Skala Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone No. Faktor Aspek Indikator No. Butir F UF 1. Faktor Sensation a) Mudah bosan 1, 22, 2, 23, 6 Internal seeking yang b) Senang menjadi , 24, 4 tinggi pusat perhatian 44, 61 c) Senang dengan 4, perubahan Self esteem a) Minder dengan 6, 26, 7, 27, 6 yang rendah orang sekitar b) Berfikir Irasional 45 8, 28, , 29 5 Kontrol diri yang a) Tidak bisa mengatur waktu 10, 30, 11, 31, 48, 62, 49, 63, 10 rendah Faktor Eksternal 3. Faktor Sosial 4. Faktor Situasion al Paparan media yang tinggi tentang smartphone Kebutuhan interaksi sosial Situasi psikologis b) Tidak dapat menahan diri melakukan sesuatu a) Langsung membeli ketika ada iklan/pameran smartphone yang baru. a) Selalu menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan orang lain a) Cepat bertindak ketika perasaan tidak nyaman 12, 32, 50 14, 34, 52, 64, 69, 71 16, 36, 54 18, 38, 56 13, 33, 51 15, 35, 53, 65, 70 17, 37, 55 19, 39, 57 b) Terganggu 20, 40, 21, 41, 6 aktivitas bila ada situasi yang tidak inginkan TOTAL Keterangan F : Favorable UF : Unfavorable

65 G. Uji Coba Instrumen Pada dasarnya tujuan uji coba dapat terlihat dari segi kualitas instrumen dan pengolahan penggunaan instrumen tersebut. Uji coba yang berhubungan dengan kualitas instrumen berupaya untuk mengetahui validitas, reliabilitas dan obyektifitas instrumen tersebut. Instrumen dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai alat pengumpulan data apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel (Suharsimi Arikunto, 2003: ). 1. Uji Validitas Instrumen Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto, 2003: 219). Ada tiga cara pengujian validitas instrumen yang digunakan untuk penelitian yaitu, pengujian validitas konstrak (construct validity), pengujian validitas isi (content validity), dan pengujian validitas eksternal (content identity). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberi keputusan apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi 51

66 pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instruen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Pengujian validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrumen mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas konstrak (construct validity). Untuk menguji validitas konstrak digunakan pendapat ahli (expert judgement). Masukan dari pendapat ahli adalah instrumen bisa dipakai dengan catatan sebagai berikut : a. Mengatur kembali nomor item sehingga sesuai dengan urutan indikator. b. Memperbaiki tata tulis dan redaksi kalimat dalam penulisan pernyataan. c. Menghindari item-item yang mengarahkan jawaban responden. (Contoh : selalu, sering, tidak pernah, kadang-kadang, jarang) 2. Reliabilitas Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154), reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul 52

67 data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Saifuddin Azwar (2006: 83), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1.0. semakin tinggi reliabilitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknnya jika koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Purwanto (2006: 161) menjelaskan suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten. Syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsisten, keajegan, atau tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu. Terdapat tiga macam prosedur pengujian reliabilitas untuk mempertimbangkan kualifikasi instrumen penelitian, antara lain stabilitas, konsistensi internal, dan equivalen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik internal consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis agar dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini untuk menguji instrumen pada penelitian ini menggunnakan rumus koefisien alpha cronbach, karena rumus alpha cronbach dapat digunakan pada test atau angket yang jawabannya berupa pilihan dan pilihannya tersebut dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih. Selain itu juga digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket untuk soal berbentuk uraian (Arikunto, 2006: 100). Untuk mencari reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut: 53

68 r 11 = [ ] [ ] Keterangan: k α 2 b α 2 t r 11 = Jumlah butir = Jumlah butir varian = Varian total = Reliabilitas instrumen Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan SPSS versi 21. Menurut Sugiyono (2010: 257) interpretasi koefisien korelasi dari reliabilitas instrumen yang telah diketahui validitasnya yakni : Tabel 6. Interval Koefisien r Hitung Interval Koefisien r Hitung Interpretasi 0,80 1,000 Reliabilitas sangat kuat 0,60 0,799 Reliabilitas kuat 0,49 0, 599 Reliabilitas sedang 0,20 0,399 Reliabilitas rendah 0,00 0,199 Reliabilitas sangat rendah Hasil uji reliabilitas instrumen penjaringan kategori kecanduan smartphone menunjukkan angka 0,792 dan faktor resiko kecanduan meggunakan smartphone menunjukkan angka 0,866 yang termasuk dalam reliabilitas sangat kuat, yaitu dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. H. Teknik Analisis Data. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh pada penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan analisis kuantitatif deskriptif. Kemudian data yang telah diperoleh dilakukan analisis 54

69 dengan teknik prosentase. Kriteria predikat pada skala diperoleh melalui deskripsi data berbetuk tabel distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2008: 48), rentang nilai adalah nilai perbedaan antara skor yang paling tinggi dengan skor yang paling rendah pada suatu distribusi. Untuk mencari rentang nilai dapat dilakukan dengan mengurangi nilai teringgi dengan nilai terendah dengan rumus sebagai berikut : R = Xt Xr Keterangan : R = Rentang Xt = Nilai terbesar dalam kelompok Xr = Nilai terkecil dalam kelompok Kemudian setelah didapatkan data tersebut, dilakukan pengkategorisasian atau penggolongan dengan cara membagi R (rentang) nilai dengan 3, dan didapatkan kategori sendah, sedang, dan tinggi pada setiap faktor sebagai berikut : Tabel 7. Kategorisasi Skor Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Faktor Internal Tinggi : Sedang : Rendah : Faktor Situasional Tinggi : Sedang : Rendah : Faktor Eksternal Tinggi : Sedang : Rendah : Faktor Sosial Tinggi : Sedang : Rendah : 6 12 Selain melakukan pengkategorisasian, penelliti melakukan analisis berdasarkan aspek dari masing-masing faktor penyebab kecanduan 55

70 smartphone yaitu dari aspek faktor penyebab internal, situasional, eksternal dan sosial. Kemudian kriteria untuk mendeskripsikan faktor-faktor dan aspek penyebab kecanduan smartphone dilakukan dengan menghitung nilai presentase dari masing-masing faktor dan aspek penyebab kecanduan smartphone. Rumus untuk menghitung nilai presentase adalah sebagai berikut: ( ) 00 56

71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi dan Subyek Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian secara keseluruhan. Pembahasan dimulai dengan memberikan gambaran lokasi dann subyek penelitian, analisis data utama berupa hasil analisa dan interpretasi, analisis tiap aspek dan faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja serta pembahasan. 1. Gambaran Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 (Satu) Kalasan Yogyakarta. Lokasi ini beralamatkan di Randugunting, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Jumlah keseluruhan siswa adalah 875 siswa. SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta merupakan sekolah kriya yang mempunyai 7 jurusan untuk setiap tingkatan kelasnya. Adapun jurusan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Akomodasi Perhotelan, 2) Tata Boga, 3) Kriya Tekstil, 4) Kriya Logam, 5) Kriya Kulit, 6) Kriya Kayu, 7) Kriya Keramik. 2. Gambaran Subyek Subyek penelitian ini terdiri dari 55 siswa. Adapun data subyek penelitiannya sebagai berikut : Tabel 8. Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 5 9,1% Perempuan 50 90,9% Total % 57

72 B. Deskripsi Data Penelitian Data yang diperoleh peneliti mengenai identifikasi faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja dengan cara menyebar 55 angket skala kepada responden yang teridentifikasi kecanduan. Keseluruhan angket skala kembali sesuai dengan jumlah yang disebarkan oleh peneliti yaitu sebanyak 55 angket. Peneliti mengkategorisasikan subyek peneliti menjadi tiga tingkatan yang memiliki tingkat kecanduan smartphone tinggi, tingkat kecanduan smartphone sedang, dan tingkat kecanduan smartphone rendah dengan menggunakan rumus pengkategorisasian yang telah ditentukan sebelumnya. C. Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang sedang diteliti yakni faktor-faktor resiko penyebab kecanduan mmenggunakan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Pada penelitian ini terdapat 2 tahap. Tahap pertama adalah tahap untuk screening atau penjaringan. Pada tahap ini peneliti akan memilih siswa yang termasuk dalam kategori kecanduan menggunakan smartphone dengan menggunakan skala penggunaan smartphone. Instrumen ini disusun berdasarkan definisi kecanduan menggunakan smartphone dan dijabarkan dalam indikator yang menunjukkan subjek penelitian termasuk kedalam kategori kecanduan dalam menggunakan smartphone. Adapun data hasil tahap pertama ini adalah sebagai berikut : 58

73 Tabel 9. Hasil Penjaringan Siswa yang Termasuk dalam Kategori Kecanduan Smartphone Kategori Jumlah Persentase Non-kecanduan (0-49%) 76 siswa 58% Kecanduan (50% - 100%) 55 siswa 42% Jumlah 131 siswa 100% Dari data diatas, didapatkan hasil bahwa subyek penelitian yang termasuk dalam kategori non-kecanduan sebanyak 76 siswa atau 58% dari total 131 siswa, sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori kecanduan sebanyak 55 siswa atau 42% dari total 131 siswa. Penentuan siswa yang termasuk dalam kategori kecanduan berdasarkan kriteria skor yang dijawab oleh subyek penelitian yaitu subyek yang mempunyai 50% skor dari jumlah skor maksimal. Jumlah skor maksimal isntrumen ini adalah 24, artinya 50% dari jumlah skor maksimal instrumen ini adalah 12. Oleh karena itu, siswa yang termasuk dalam kategori kecanduan adalah siswa yang mempunyai rentang skor Setelah mendapatkan subyek yang termasuk dalam kategori kecanduan, peneliti melakukan tahap kedua. Tahap ini bertujuan untuk mengetahi faktorfaktor yang beresiko dalam kecanduan menggunakan smartphone. Instumen yang digunakan adalah skala faktor penyebab kecanduan smartphone. Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengungkapkan faktor resiko penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan sebanyak 71 butir item. Gambaran faktor resiko penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta dapat dilihat dari nilai minimum dan nilai maksimum dari skala yang diperoleh subyek penelitian. 59

74 Dari skala yang diperoleh dari subyek penelitian dapat diketahui bahwa nilai minimum sebesar 71 dan nilai maksimum sebesar 284. Faktor resiko kecanduan menggunakan smartphone pada remaja digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori menggunakan distribusi normal yaitu faktor penyebab kecanduan smartphone tinggi, sedang dan rendah. Hasil pengkategorisasian dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 10. Kategorisasi Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Variabel Faktor penyebab kecanduan menggunakan smartphone Kriteria Kategorisasi Kategori N Persentase Tinggi 3 5,45% Sedang 52 94,55% Rendah 0 0% Total % Berdasarkan Tabel 7, maka dapat disimpulkan bahwa remaja di SMK Negeri 1 Kalasan yang memiliki kategori kecanduan smartphone pada kategori tinggi sebanyak 3 remaja (5,45%), kategori sedang sebanyak 52 remaja (94,55%) dan tidak terdapat remaja yang ada pada kategori rendah. Secara umum faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan berada pada rentang kategori sedang. Selain melakukan pengkategorisasian secara keseluruhan, peneliti juga melakukan analisis berdasarkan rata-rata skor dari faktor penyebab kecanduan smartphone. Berikut tabel analisis berdasarkan rerata skor dari faktor penyebab kecanduan smartphone. 60

75 Rata-Rata Skor Faktor Penyebab Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor Situasional Faktor Sosial Grafik 1. Analisis Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Berdasarkan grafik 1. menunjukkan faktor-faktor yang penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Faktor internal berada pada kategori sedang dengan rerata skor yang paling tinggi 107,7 (64%). Pengkategorisasian faktor internal pada kategori sedang berdasarkan kategorisasi rentang skor dan rerata faktor internal berada pada rentang skor Faktor situasional berada pada kategori sedang dengan rerata skor 32,41 (68%). Pengkategorisasian faktor situasional pada kategori sedang berdasarkan kategorisasi rentang skor dan rerata faktor situasional berada pada rentang skor Faktor eksternal berada pada kategori sedang dengan rerata skor 24,16 (55%). Pengkategorisasian faktor eksternal pada kategori sedang berdasarkan kategorisasi rentang skor dan rerata faktor eksternal berada pada rentang skor Faktor sosial berada pada kategori sedang dengan rerata skor 15,76 (66%). Pengkategorisasian faktor sosial pada kategori sedang berdasarkan 61

76 kategorisasi rentang skor dan rerata faktor sosial berada pada rentang skor Kemudian peneliti juga mengkategorisasikan faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta berdasarkan aspek penyebabnya. Hasil pengkategorisasian dapat dilihat sebagai berikut. Rata-Rata Skor Aspek Faktor Penyebab Sensation Seeking yang Tinggi Self Esteem yang Rendah Kontrol Diri Paparan yang Rendah Media yang Tinggi tentang Smartphone Kebutuhan Interaksi Sosial Situasi Psikologis Individu Grafik 2. Kategorisasi Faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Berdasarkan Aspek Penyebabnya Pada grafik 2 menunjukkan bahwa remaja di SMK Negeri 1 Kalasan memiliki aspek sensation seeking yang tinggi memiliki rerata skor 39 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk aspek sensation seeking yang tinggi terbagi atas kategori tinggi (45-60), kategori menengah (30-45) dan kategori rendah (15-30). Pada aspek self esteem yang rendah memiliki rerata skor 27,13 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk aspek self 62

77 esteem yang rendah terbagi atas kategori tinggi (33-44), kategori menengah (22-33) dan kategori rendah (11-22). Aspek kontrol diri yang rendah memiliki rerata skor 41,96 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk aspek kontrol diri yang rendah terbagi atas kategori tinggi (48-64), kategori menengah (32-48) dan kategori rendah (16-32). Aspek paparan media yang tinggi terhadap smartphone memiliki rerata skor 24,16 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk paparan media yang tinggi terhadap smartphone terbagi atas kategori tinggi (33-44), kategori menengah (22-33) dan kategori rendah (11-22). Aspek kebutuhan interaksi sosial memiliki rerata skor 15,76 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk kebutuhan interaksi sosial terbagi atas kategori tinggi (18-24), kategori menengah (12-18) dan kategori rendah (6-12). Aspek situasi psikologis individu memiliki rerata skor 32,41 dan berada pada kategori menengah. Kategoriasasi rerata skor untuk aspek situasi psikologis individu terbagi atas kategori tinggi (36-48), kategori menengah (24-36) dan kategori rendah (12-24). D. Pembahasan Kecanduan smartphone adalah kondisi dimana tubuh atau pikiran seseorang yang terlibat secara terus menerus sehingga terbentuk suatu kebiasaan dan menjadikan individu tersebut merasa tergantung terhadap smartphone mereka. Kecanduan smartphone kini sudah mempengaruhi remaja 63

78 di Indonesia tidak terkecuali remaja atau siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Pada penelitian ini akan diulas masing-masing faktor penyebab kecanduan smartphone menurut Yuwanto (2010: 17-24). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa faktor penyebab kecanduan smartphone yang paling dominan mempengaruhi siswa menjadi kecanduan smartphone adalah faktor internal. Pada penelitian ini faktor internal adalah faktor yang menggambarkan karakteristik individu tersebut dan berada pada kategori menengah. Faktor ini menjadi faktor yang paling mempengaruhi individu dikarenakan faktor ini memiliki rerata skor yang paling tinggi diantara faktor lainnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Denson (2012) yang menyatakan bahwa dorongan individu untuk melakukan sesuatu bukan dari faktor eksternalnya melainkan dari dalam (faktor internal) individu itu sendiri. Faktor internal dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu, kontrol diri yang rendah, sensation seeking yang tinggi dan self esteem yang rendah. Muhammad Farid, dkk (2014 : 127) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ketika dorongan untuk melakukan suatu hal mencapai puncaknya, kontrol diri dapat membantu individu mempertimbangkan tentang aspek, resiko dan norma sosial yang akan dihadapinya. Kontrol diri itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri yang rendah dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Aroma (2012: 2) yang mengatakan bahwa individu dengan kontrol diri yang 64

79 rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif, senang mengambil tindakan beresiko dan berpikir tidak masuk akal. Rasionalisasinya adalah individu dengan kontrol diri yang rendah akan dengan senang hati melakukan hal yang beresiko tanpa memikirkan efek dari jangka panjangnya. Oleh karena itu, aspek kontrol diri yang rendah merupakan aspek yang paling mempengaruhi faktor internal pada subyek penelitian. Aspek tertinggi kedua pada faktor internal yaitu aspek sifat sensation seeking yang tinggi. Sifat sensation seeking adalah sebuah sifat yang ditandai oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan mengambil resiko baik secara fisik, sosial, hukum maupun finansial Zuckerman dalam Rio (2014 : 3). Rio (2014: 3) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada aspek ini terdapat dimensi pencarian pengalaman melalui gaya hidup yang tidak konvensional dan gaya hidup yang anti konformitas. Pembuktian dimensi ini didukung oleh Septi Anugrah Heni (2013: 4) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa sifat sensation seeking yang tinggi pada faktor internal penyebab kecanduan smartphone mempengaruhi individu menjadi kecanduan dan menurunkan kontrol diri dalam menggunakan smartphone, karena pada dimensi ini memunculkan perilaku konsumtif yang berakibat pada perilaku kecanduan dalam menggunakan smartphone. Perilaku konsumtif ini menyebabkan siswa tidak bisa mengambil keputusan dan pertimbangan secara tepat dalam penggunaan smartphone dan berakibat pada perilaku pemborosan serta menurunnya kontrol diri siswa dalam menggunakan smartphone. 65

80 Selain kedua aspek diatas, aspek ketiga yaitu self esteem yang rendah juga memiliki andil walaupun lebih kecil prosentasenya. Rauli Simamora (2012 : 3) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa self esteem merupakan ukuran keterikatan interpersonal individu yang mengingatkan seseorang ketika suatu keterikatan mengalami kemunduran atau kekurangan. Siswa dengan self esteem yang rendah cenderung mengungkapkan diri mereka secara negatif. Pada penelitian lain juga didiapatkan hasil bahwa siswa dengan self esteem yang rendah maka kemungkinan akan memungkinkan perilaku kecanduan yang semakin tinggi (Aydin dan Sari, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Rauli Simamora (2012: 3) dan Aydin dan Sari (2011) apabila dikaitkan dengan hasil penelitian ini maka terbukti bahwa siswa dengan self esteem yang rendah maka semakin besar kemungkinan siswa tersebut menjadi kecanduan terhadap smartphone. Faktor kedua kecanduan smartphone yang dominan yaitu faktor situasional. Faktor situasional adalah faktor dimana seseorang merasa nyaman saat menggunakan smartphone baik dalam kondisi sendiri (individu) maupun berkelompok (kolektif). Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketika individu merasa kurang nyaman, seperti ketika mempunyai masalah, individu akan mulai menggunakan smartphone untuk membuat dirinya menjadi nyaman, dengan kata lain faktor situasional adalah faktor yang mengandung aspek tentang situasi psikologis individu ketika menggunakan smartphone. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Young dalam Mohammad Gilang, 2015: 1) yang melakukan survei di Amerika Serikat bahwa lebih dari 66

81 50% individu yang mengalami kecanduan diakibatkan oleh masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan. Individu yang mengalami kecanduan seringkali menggunakan fantasi mereka sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Pada penelitian ini faktor situasional penyebab kecanduan smartphone pada remaja berada pada kategori menengah. Dari data faktor situasional yang diperoleh dapat dipahami bahwa siswa cenderung terganggu aktivitasnya bila ada situasi yang tidak diinginkan ketika menggunakan smartphone dan cepat bertindak ketika perasaan tidak nyaman. Hasil penelitian ini juga seperti hasil penelitian yang dilakukan di Iran yang menginformasikan bahwa individu yang mengalami kecanduan smartphone sebagian dihadapi pada situasi yang memicu symptom-symptom gangguan psikologis seperti depresi, sensitivitas interpersonal dan kecemasan yang lebih tinggi daripada yang tidak termasuk dalam kecanduan smartphone (Alavi, dkk dalam Mohammad Gilang, ). Pada faktor situasional ini didalamnya terdapat pernyataan yang merujuk pada symptom-symptom gangguan psikologis yaitu kecemasan siswa yang tinggi terhadap smartphonenya. Dari symptom-symptom itu dapat disimpulkan bahwa faktor situasional mempunyai pengaruh dalam menyebabkan individu menjadi kecanduan dalam menggunakan smartphone. Faktor ketiga yang dominan adalah faktor eksternal. Pada penelitian ini faktor eksternal kecanduan smartphone adalah bagaimana pengaruh media terhadap pemaparan smartphone dan berbagai fasilitas yang disediakan. Pada 67

82 penelitian ini faktor eksternal berada pada kategori menengah. Berdasarkan hasil penelitian, faktor eksternal ini dipengaruhi oleh aspek paparan media yang tinggi tentang smartphone sehingga menyebabkan munculnya perilaku impulsif siswa dalam membeli smartphone atau perilaku yang tidak sabar menunda keinginannya dalam membeli smartphone. Sejalan dengan yang dijelaskan Septi Anugrah Heni (2013: 4-5) bahwa perilaku impulsif ini didasari atas keinginan atau hasrat yang tiba-tiba dan dilakukan tanpa pertimbangan dan pengambilan keputusan yang tepat saat pembelian. Pada faktor eksternal ini juga menyatakan tentang bagaimana pengaruh teman sebaya pada saat membeli ataupun mengganti smartphone. Hal ini berarti pengaruh teman sebaya pada faktor eksternal ini memberikan kontribusi yang berpengaruh pada remaja dalam perilaku berlebihan menggunakan smartphone. Individu yang mempunyai interaksi lebih banyak dengan orang-orang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengganti atau membeli smartphone yang baru tanpa mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat saat membeli ataupun mengganti smartphone (Septi Anugrah Heni 2013: 4-5). Selain itu pengaruh media tentang pemaparan smartphone terhadap perilaku kecanduan smartphone ini didukung oleh salah satu hasil lembaga survei di bidang pemasaran smartphone Indonesia yang menyatakan bahwa remaja merupakan konsumen yang sensitif terhadap perkembangan smartphone (Frontier Consulting Group, 2012: 2). Pemaparan media tentang smartphone baik dalam bentuk iklan, promo atau info pameran smartphone 68

83 terbaru dapat di akses atau dilihat oleh remaja kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, pemaparan media yang tinggi terbukti berpengaruh pada faktor eksternal penyebab kecanduan smartphone. Faktor keempat yang dominan adalah faktor sosial. Faktor sosial mempunyai aspek tentang kebutuhan individu dalam interaksi sosial. Pada penelitian ini faktor sosial juga berada pada kategori menengah. Doni Harfiyanto, dkk (2015: 2) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa interaksi sosial pada dasarnya dapat berguna bagi siswa dalam mengembangkan pemikiran sosial yang berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah, hubungan dan keterampilan sosial. Peningkatan jumlah smartphone saat ini membentuk pola interaksi baru dan menurunkan intensitas hubungan komunikasi individu. Ameliola dan Nugraha (2013) dalam penelitiannya menjelaskan interaksi sosial yang dilakukan lewat media (smartphone) akan membentuk pola interaksi baru. Keberadaan smartphone yang tidak dapat dilepaskan dari siswa, membuat komunikasi tidak mempunyai batasan waktu. Kehadiran smartphone ini membuat siswa lebih asik dengan smartphonenya daripada orang didekatnya. Ketika sedang berjalan pun siswa asik memainkan smartphonenya dan smartphone juga membuat siswa hanya menunduk dan menatap smartphone mereka tanpa menghiraukan lingkungan sekitar. Komunikasi tanpa ada batasan waktu ini membuat smartphone menjadi pola interaksi baru. Selain itu Ameliola dan Nugraha (2013) juga mengatakan bahwa cara berkomunikasi para remaja menggunakan smartphone juga membuat kualitas 69

84 komunikasi tatap muka menurun. Di lingkungan sekolah siswa akan lebih memilih untuk berkomunikasi menggunakan smartphone karena diangggap lebih efisien, praktis, memperpendek jarak dan mempercepat waktu sehingga para siswa tidak perlu untuk datang ke tempat orang yang dimaksud. Mereka baru akan menemui orang yang dimaksud apabila pesan yang mereka sampaikan melalui smartphone mereka tidak terkirim. Hasil penelitian tadi memunculkan suatu kesenangan dan kemudahan dalam aktivitas para remaja akan tetapi disisi lain juga menurunkan intensitas hubungan individu. Hal-hal tersebut yang membuktikan faktor sosial mempunyai pengaruh dalam kecanduan smartphone. Dari hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan maka empat faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja mempunyai makna bahwa semakin tinggi faktor penyebab kecanduan menggunakan smartphone pada remaja maka semakin beresiko remaja tersebut menjadi kecanduan menggunakan smartphone. Lee, et.al (2012) menjelaskan bahwa kecanduan menggunakan smartphone dapat di definisikan sebagai individu yang kecanduan karena penggunaan aplikasi yang ada pada smartphone dan kecanduan karena mengikuti perkembangan smartphone. Individu yang kecanduan menggunakan smartphone karena aplikasi smartphone disebabkan karena individu tersebut menemukan kenyamanan dalam kesehariannya sehingga mereka banyak menghabiskan banyak waktu mereka dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartphone untuk mendapatkan kenyamanan 70

85 tersebut. Individu yang kecanduan menggunakan smartphone karena mengikuti perkembangan smartphone adalah individu yang kecanduan karena persaingan agar tidak terlihat tidak ketinggalan zaman. Mereka akan terus bersaing dengan cara terus mengganti smartphone mereka dengan smartphone yang terbaru tanpa mempedulikan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartphone tersebut. Berdasarkan definisi dan dampak yang ditimbulkan apabila dikaitkan dengan penelitian yang relevan dari Gardner dan Davies (2014) maka dapat dikatakan individu yang termasuk dalam kecanduan smartphone mempunyai 2 tipe, yaitu app-dependance dan app-enabled. App-dependance adalah individu yang kecanduan menggunakan smartphone karena mengikuti aplikasi dan perkembangan smartphone sedangakan app-enabled adalah individu yang dapat memanfaatkan dampak positif dari kecanduan menggunakan smartphone dalam menemukan identitas yang baru dan memperkaya daya imajinasi kreativitasnya. Gardner dan Davies (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemudahan dalam mencari apa yang individu inginkan dengan cepat, efisien dan sesegera mungkin membuat individu sering memaksa untuk mencari apa yang mereka inginkan. Dukungan kehidupan sosial yang sangat mewah bagi para remaja memberikan dampak negatif yang sangat besar. Remaja seperti mengasingkan diri dari kehidupan sosial nyata dan cenderung asik dengan kehidupan sosial dunia maya. Gardner dan Davies (2014) juga mengatakan bahwa terdapat 3 bagian penting dalam kehidupan remaja yaitu identitas, kedekatan dan daya imajinasi. 71

86 Remaja yang termasuk dalam kecanduan menggunakan smartphone berdasarkan hasil penelitian Gardner dan Davies (2014) akan memiliki identitas yang baru, memiliki hubungan yang dangkal dengan individu yang lain serta memperkaya daya imajinasi kreativitasnnya. Oleh karena itu Gardner dan Davies (2014) berharap kepada generasi muda, bahwa kehidupan dalam era digital sekarang dapat menjadikan ketergantungan terhadap smartphone menjadi sebuah kelebihan, dengan daya imajinasi yang tinggi dan identitas yang baru, diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk menciptakan kreativitas yang luar biasa bukan mengekang atau mengasingkan remaja pada aktivitas yang menghambat tiga bagian penting dalam kehidupannya. E. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan-keterbatasan penelitian yang dihadapi selama penelitian, yaitu : 1. Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada siswa SMK yang lain. Batasan penelitian ini hanya pada subyek penelitian di SMK Negeri 1 Kalasan. 2. Beberapa siswa ada yang mengeluh dengan banyaknya nomor dalam angket. Ada juga yang merasa bosan dalam pengisian instrumen, sehingga bisa saja siswa yang kurang serius dalam pengisian instrumen. 3. Keterbatasan waktu dalam pengambilan data karena peneliti harus mengikuti jam kelas guru Bimbingan Konseling. 72

87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan pada 55 siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kecanduan smartphone pada maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor internal adalah faktor yang menggambarkan karaketeristik individu. Faktor internal merupakan faktor yang paling beresiko dalam menyebabkan individu kecanduan menggunakan smartphone. Faktor internal ini mengandung tiga aspek-aspek penyebab yaitu aspek kontrol diri yang rendah, sifat sensation seeking yang tinggi dan self esteem yang rendah. 2. Faktor situasional penyebab kecanduan smartphone adalah faktor yang menggambarkan tentang situasi psikologis individu dan merupakan faktor beresiko kedua yang menyebabkan individu kecannduan dalam menggunakan smartphone. Hal yang ditekankan disini adalah siswa akan merasa nyaman secara psikologis apabila mereka menggunakan smartphone dan merasa tidak tenang apabila smartphone mereka tidak bisa digunakan. 3. Faktor eksternal penyebab kecanduan smartphone adalah faktor beresiko ketiga yang menyebabkan individu menjadi kecanduan terhadap smartphone. Pada faktor ini dijelaskan tentang bagaimana siswa menjadi kecanduan karena besarnya pengaruh media dalam memasarkan smartphone dan fasilitas yang disediakan. 73

88 4. Faktor sosial penyebab kecanduan smartphone adalah faktor yang menggambarkan tentang kebutuhan interaksi sosial siswa. Faktor sosial ini menjelaskan pola interaksi sosial yang mempengaruhi individu menjadi kecanduan terhadap smartphone dan menjadi faktor beresiko yang keempat dalam menyebabkan kecanduan smartphone. B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut. 1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tentang gambaran faktor-faktor penyebab ketergantungan terhadap smartphone pada siswa. 2. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi siswa supaya terhindar dari kecanduan terhadap smartphone serta dapat mengetahui ciriciri dan dampak yang ditimbulkan dari ketergantungan terhadap smartphone. 3. Bagi Pihak Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah tentang gambaran faktor-faktor penyebab ketergantungan terhadap smartphone pada siswa. Selanjutnya, pihak sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk membuat peraturan penggunaan smartphone di lingkungan sekolah. Selain itu, pihak sekolah diharapkan melibatkan diri langsung dalam membimbing siswa dalam menggunakan 74

89 smartphone sehingga dapat mengurangi munculnya kecanduan terhadap smartphone pada siswa. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selenjutnya dalam mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketergantungan terhadap smartphone. Selain itu diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam melakukan penelitian tentang kecanduan terhadap smartphone. 75

90 DAFTAR PUSTAKA Ali Rahman Hakim. (2009). Tingkat Pengetahuan Hubungan Seksual Pranikah pada Remaja di SMAN 1 Demak. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak. Ameliola, S dan Nugraha, D.H. (2013). Perkembangan Media Informasi dan Teknologi terhadap Anak dalam Era Global. Diakses dari Pada tanggal 10 November 2015, jam WIB. Andi Prastowo. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media. Arif Setiawan. (2007). Hubungan antara Perilaku Konsumerisme Pengguna Media Sosial terhadap Pola Hidup Remaja. Skripsi. Ungaran. Fakultas Psikologi Univeristas Soegijapranata Semarang. Aroma, dkk. (2012). Hubungan Kontrol Diri dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurnal psikologi Pendidikan dan Perkembangan Universitas Airlangga Volume 01. No 02 Juni Aydin, B., dan Sari, S.V. (2011). Internet Addiction Among Adolescents: The Role of Self-Esteem. Journal Procedia Social and Behavioral Sciences, 15, Berk, Laura E. (2012). Develpoment Through the Life Span. Penerjemah: Daryatno. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bian, Jhon and Leung, Yuu Soo. (2014). The Conceptual Model on Smartphone Addiction Among Early Childhood. International Journal of Social Science and Humanity Volume 4. No 02 March Chiu, J.S (2013). Social Networking on Smartphones: When Mobile Phones Become Addictive. Journal of Computers in Behavior Volume 3. No 02 July Clark, F.A. (2006). Hedonic Management Models Of Addiction. London: University of Southern California. Denson, T.F., DeWall, C.N., & Finkel, E.J. (2012). Self Control and Aggression. Journal of Psychological Science, 21(1), Dijey Pratiwi Barakati. (2013). Dampak Penggunaan Smartphone dalam Pembelajaran Bahasa Inggris (Persepsi Mahasiswa). Skripsi. Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi Manado. 76

91 Doni Harfiyanto, dkk. (2015). Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMAN 1 Semarang. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Volume 01. No 04 Agustus Franky Rudiyana. (2012). Dampak Penggunaan Smartphone pada Perilaku Remaja di SMA Kesatuan 1 Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi Fisip Univeristas Mulawarman (Nomor 2 tahun 2012). Hlm Gardner, Howard dan Davies, Katie. (2013). The App Generation : How Today s Youth Navigate Identity, Intimacy, and Imagination in a Digital World. New Heaven and London: Yale University Press. Gisella Alexa. (2013). Definisi Kecanduan Dan Jenis-Jenis Kecanduan. Diakses dari Pada tanggal 12 Agustus 2015, jam WIB. Herman Susanto. (2012). Perilaku Digital Pasar Remaja. Diakses dari Pada tanggal 3 Desember 2014, jam WIB. Morrisey, Jean. Keogh, Brian. Doyle, Louise. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. Diakses dari Pada tanggal 10 September 2015, jam WIB. Kemendikbud. (2012). Pengertian Kecanduan. Diakses dari Pada tanggal 13 Agustus 2015, jam WIB. Kwon, Lee Hoo dkk. (2013). Psychological Risk Factors of Addiction to Social Networking Sites Among Chinese Smartphone Users. Journal of Behavioral Addictions Volume 3. No 02 Mei 2013 pp Lee, P.C. (2012). Smartphone Addiction in University Students and Its Implication for Learning. Journal of Smartphone Addictions Volume 2. No 04. Masri Singarimbun. (1989). Metodologi Penelitian Survei. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia. May Rauli Simamora. (2012). Hubungan antara Self esteem dan Self Control dengan Internet Addiction. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. Mohammad Gilang Santika. (2015). Hubungan antara FoMo (Fear of Missing Out) dengan Kecanduan Internet (Internet Addiction) pada Remaja di SMAN 4 Bandung. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 77

92 Muhammad Farid, dkk. (2015). Religiusitas, Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia Volume 3. No 02 Mei 2014 hal Muhammad Fildan. (2014). Perilaku Konsumtif Pengguna Smartphone Indonesia. Diakses dari Indonesia. Pada tanggal 10 September 2014, jam WIB. Rio Agusto Bintang Nugroho. (2014). Hubungan antara Sensation seeking dengan Intensi Melakukan Cyberbullying pada Remaja. Skripsi. Program Studi Psikologi FISIP Universitas Brawijaya. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press. Rizki Amalia. (2013). Tingkat Individualitas Remaja dalam Penggunaan Smartphone di SMA N 67 Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Saifuddin Azwar. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Saifuddin Azwar. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Santrock, Jhon W. (2012). Life Span Developmment Perkembangan Masa Hidup. Penerjemah: Benedictine Wisdyasinta. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Septi Anugrah Heni. (2013). Hubungan antara Kontrol Diri dan Syukur dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Sigit. (2015). Pola Hidup Remaja Pengguna Smartphone. Diakses dari Pada tanggal 15 Agustus 2015, jam Siti Ajizah. (2013). Hubungan Kecanduan Game Online terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Skripsi. Depok. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Smith, Paul. (2012). Definition Of Addiction. Diakses dari Pada tanggal 13 Agustus 2015, jam WIB. Sri Rumini dan Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 78

93 Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi Ed V. Jakarta : Rineka Cipta. Sutrisno Hadi. (1994). Metodologi Research I. Yogyakarta : Bumi Aksara. Yuwanto. (2010). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kecanduan Smartphone pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi. Depok : Universitas Indonesia. 79

94 LAMPIRAN 80

95 Lampiran 1 Hasil Uji Reliabilitas Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

96 Lampiran 2 Analisis Data Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Inte rnal Valid Tinggi Menengah Rendah Total Cumulativ e Frequenc y Percent Valid Percent Percent 4 7,3 7,3 7, ,5 74,5 81, ,2 18,2 100, ,0 100,0 Valid Menengah Rendah Total Ek s ternal Cumulativ e Frequenc y Percent Valid Percent Percent 14 25,5 25,5 25, ,5 74,5 100, ,0 100,0 Valid Tinggi Menengah Rendah Total Sos ial Cumulativ e Frequenc y Percent Valid Percent Percent 8 14,5 14,5 14, ,9 50,9 65, ,5 34,5 100, ,0 100,0 Valid Tinggi Menengah Rendah Total Situas ional Cumulativ e Frequenc y Percent Valid Percent Percent 5 9,1 9,1 9, ,8 81,8 90,9 5 9,1 9,1 100, ,0 100,0 82

97 Lampiran 3 Data Skala Identifikasi Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Pada Remaja di SMKN 1 Kalasan Yogyakarta sensation seeking yang tinggi No Responden a) Mudah bosan b) Senang menjadi pusat perhatian total % kode Total % kode 1 Responden % % 2 2 Responden % % 1 3 Responden % % 3 4 Responden % % 1 5 Responden % % 1 6 Responden % % 2 7 Responden % % 1 8 Responden % % 2 9 Responden % % 1 10 Responden % % 2 11 Responden % % 2 12 Responden % % 2 13 Responden % % 2 14 Responden % % 2 15 Responden % % 1 16 Responden % % 2 17 Responden % % 3 18 Responden % % 1 19 Responden % % 2 20 Responden % % 1 21 Responden % % 2 22 Responden % % 1 23 Responden % % 1 24 Responden % % 2 25 Responden % % 2 26 Responden % % 2 27 Responden % % 1 28 Responden % % 2 29 Responden % % 1 30 Responden % % 2 31 Responden % % 2 32 Responden % % 2 33 Responden % % 1 34 Responden % % 1 35 Responden % % 3 36 Responden % % 2 37 Responden % % 2 38 Responden % % 2 39 Responden % % 1 40 Responden % % 2 41 Responden % % 1 42 Responden % % 1 43 Responden % % 1 44 Responden % % 2 45 Responden % % 2 46 Responden % % 2 47 Responden % % 2 48 Responden % % 2 49 Responden % % 2 50 Responden % % 2 51 Responden % % 2 52 Responden % % 2 53 Responden % % 1 54 Responden % % 2 55 Responden % % 1 Rata-rata % % Kode 2 2 Kategori menengah menengah 83

98 No Responden sensation seeking yang tinggi c) senang dengan perubahan Total % kode Total tingkat % 1 Responden % 3 34 sedang 57% 2 Responden % 3 38 sedang 63% 3 Responden % 3 29 rendah 48% 4 Responden % 3 39 sedang 65% 5 Responden % 1 47 tingggi 78% 6 Responden % 3 26 rendah 43% 7 Responden % 3 39 sedang 65% 8 Responden % 1 46 tingggi 77% 9 Responden % 3 41 sedang 68% 10 Responden % 3 39 sedang 65% 11 Responden % 3 37 sedang 62% 12 Responden % 3 41 sedang 68% 13 Responden % 3 38 sedang 63% 14 Responden % 3 35 sedang 58% 15 Responden % 3 40 sedang 67% 16 Responden % 3 38 sedang 63% 17 Responden % 3 35 sedang 58% 18 Responden % 3 39 sedang 65% 19 Responden % 3 38 sedang 63% 20 Responden % 3 39 sedang 65% 21 Responden % 3 36 sedang 60% 22 Responden % 3 41 sedang 68% 23 Responden % 3 44 sedang 73% 24 Responden % 3 37 sedang 62% 25 Responden % 3 36 sedang 60% 26 Responden % 2 42 sedang 70% 27 Responden % 1 51 tingggi 85% 28 Responden % 3 37 sedang 62% 29 Responden % 3 40 sedang 67% 30 Responden % 3 41 sedang 68% 31 Responden % 3 34 sedang 57% 32 Responden % 3 34 sedang 57% 33 Responden % 3 35 sedang 58% 34 Responden % 3 37 sedang 62% 35 Responden % 3 29 rendah 48% 36 Responden % 3 41 sedang 68% 37 Responden % 3 38 sedang 63% 38 Responden % 3 36 sedang 60% 39 Responden % 3 38 sedang 63% 40 Responden % 3 32 sedang 53% 41 Responden % 3 43 sedang 72% 42 Responden % 3 42 sedang 70% 43 Responden % 3 43 sedang 72% 44 Responden % 3 37 sedang 62% 45 Responden % 3 36 sedang 60% 46 Responden % 3 38 sedang 63% 47 Responden % 3 35 sedang 58% 48 Responden % 2 43 sedang 72% 49 Responden % 3 32 sedang 53% 50 Responden % 1 51 tingggi 85% 51 Responden % 3 40 sedang 67% 52 Responden % 3 38 sedang 63% 53 Responden % 3 47 tingggi 78% 54 Responden % 2 42 sedang 70% 55 Responden % 3 38 sedang 63% Rata-rata % 39 sedang 64% Kode Kategori rendah menengah 84

99 self-esteem yang rendah 7 Respon den a) Minder dengan orang sekitar b) Berpikir irrasional Total % kode Total % kode Total tingkat % 1 Responden % % 3 26 sedang 59% 2 Responden % % 3 25 sedang 57% 3 Responden % % 3 22 sedang 50% 4 Responden % % 2 29 sedang 66% 5 Responden % % 3 29 sedang 66% 6 Responden % % 3 23 sedang 52% 7 Responden % % 2 27 sedang 61% 8 Responden % % 2 29 sedang 66% 9 Responden % % 3 26 sedang 59% 10 Responden % % 2 28 sedang 64% 11 Responden % % 2 30 sedang 68% 12 Responden % % 3 25 sedang 57% 13 Responden % % 2 28 sedang 64% 14 Responden % % 3 23 sedang 52% 15 Responden % % 2 31 sedang 70% 16 Responden % % 2 29 sedang 66% 17 Responden % % 3 25 sedang 57% 18 Responden % % 2 27 sedang 61% 19 Responden % % 3 26 sedang 59% 20 Responden % % 3 24 sedang 55% 21 Responden % % 3 28 sedang 64% 22 Responden % % 2 32 sedang 73% 23 Responden % % 3 26 sedang 59% 24 Responden % % 3 26 sedang 59% 25 Responden % % 2 27 sedang 61% 26 Responden % % 2 28 sedang 64% 27 Responden % % 2 31 sedang 70% 28 Responden % % 2 28 sedang 64% 29 Responden % % 3 27 sedang 61% 30 Responden % % 2 29 sedang 66% 31 Responden % % 3 26 sedang 59% 32 Responden % % 3 23 sedang 52% 33 Responden % % 3 22 sedang 50% 34 Responden % % 3 25 sedang 57% 35 Responden % % 3 23 sedang 52% 36 Responden % % 3 27 sedang 61% 37 Responden % % 3 24 sedang 55% 38 Responden % % 2 28 sedang 64% 39 Responden % % 3 26 sedang 59% 40 Responden % % 3 27 sedang 61% 41 Responden % % 2 30 sedang 68% 42 Responden % % 2 30 sedang 68% 43 Responden % % 3 26 sedang 59% 44 Responden % % 3 28 sedang 64% 45 Responden % % 3 24 sedang 55% 46 Responden % % 3 28 sedang 64% 47 Responden % % 2 27 sedang 61% 48 Responden % % 2 29 sedang 66% 49 Responden % % 3 26 sedang 59% 50 Responden % % 1 33 tingggi 75% 51 Responden % % 3 27 sedang 61% 52 Responden % % 2 28 sedang 64% 53 Responden % % 2 33 tingggi 75% 54 Responden % % 2 29 sedang 66% 55 Responden % % 2 29 sedang 66% Rata-rata % % sedang 62% Kode Mene Ren Kategori ngah dah Mene ngah 85

100 kontrol diri yang rendah No Responden a) Tidak bisa mengatur waktu b) Tidak dapat menahan diri melakukan sesuatu Total % kode Total % kode Total tingkat % kode 1 Responden % % 2 41 sedang 64% 2 2 Responden % % 1 39 sedang 61% 2 3 Responden % % 3 38 sedang 59% 3 4 Responden % % 3 40 sedang 63% 2 5 Responden % % 1 56 tingggi 88% 1 6 Responden % % 3 31 rendah 48% 3 7 Responden % % 2 40 sedang 63% 2 8 Responden % % 2 42 sedang 66% 2 9 Responden % % 2 49 tingggi 77% 1 10 Responden % % 2 42 sedang 66% 2 11 Responden % % 2 41 sedang 64% 2 12 Responden % % 2 44 sedang 69% 2 13 Responden % % 2 41 sedang 64% 2 14 Responden % % 1 53 tingggi 83% 1 15 Responden % % 3 42 sedang 66% 2 16 Responden % % 2 43 sedang 67% 2 17 Responden % % 3 36 sedang 56% 3 18 Responden % % 3 42 sedang 66% 2 19 Responden % % 3 46 sedang 72% 2 20 Responden % % 2 51 tingggi 80% 1 21 Responden % % 2 39 sedang 61% 2 22 Responden % % 2 44 sedang 69% 2 23 Responden % % 1 48 tingggi 75% 2 24 Responden % % 3 36 sedang 56% 3 25 Responden % % 3 39 sedang 61% 2 26 Responden % % 2 46 sedang 72% 2 27 Responden % % 2 47 sedang 73% 2 28 Responden % % 2 42 sedang 66% 2 29 Responden % % 2 40 sedang 63% 2 30 Responden % % 3 40 sedang 63% 2 31 Responden % % 2 40 sedang 63% 2 32 Responden % % 3 32 sedang 50% 3 33 Responden % % 3 35 sedang 55% 3 34 Responden % % 2 43 sedang 67% 2 35 Responden % % 2 40 sedang 63% 2 36 Responden % % 3 35 sedang 55% 3 37 Responden % % 2 44 sedang 69% 2 38 Responden % % 3 38 sedang 59% 3 39 Responden % % 3 41 sedang 64% 2 40 Responden % % 2 39 sedang 61% 2 41 Responden % % 2 44 sedang 69% 2 42 Responden % % 2 43 sedang 67% 2 43 Responden % % 2 40 sedang 63% 2 44 Responden % % 2 41 sedang 64% 2 45 Responden % % 2 47 sedang 73% 2 46 Responden % % 2 37 sedang 58% 3 47 Responden % % 2 39 sedang 61% 2 48 Responden % % 3 38 sedang 59% 3 49 Responden % % 3 38 sedang 59% 3 50 Responden % % 1 56 tingggi 88% 1 51 Responden % % 3 46 sedang 72% 2 52 Responden % % 2 42 sedang 66% 2 53 Responden % % 2 49 tingggi 77% 2 54 Responden % % 2 44 sedang 69% 2 55 Responden % % 2 39 sedang 61% 2 Rata-rata % % sedang 66% 2 Kode Kategori menengah menengah menengah 86

101 No Responden Faktor Internal Faktor Eksternal Total tingkat % total tingkat % 1 Responden sedang 60% sedang 61% 2 Responden sedang 61% sedang 52% 3 Responden 3 89 sedang 53% sedang 55% 4 Responden sedang 64% rendah 41% 5 Responden tingggi 79% sedang 59% 6 Responden 6 80 rendah 48% sedang 57% 7 Responden sedang 63% sedang 61% 8 Responden sedang 70% sedang 59% 9 Responden sedang 69% sedang 64% 10 Responden sedang 65% sedang 57% 11 Responden sedang 64% sedang 57% 12 Responden sedang 65% sedang 52% 13 Responden sedang 64% sedang 57% 14 Responden sedang 66% sedang 57% 15 Responden sedang 67% sedang 64% 16 Responden sedang 65% sedang 57% 17 Responden sedang 57% rendah 45% 18 Responden sedang 64% rendah 45% 19 Responden sedang 65% sedang 59% 20 Responden sedang 68% rendah 48% 21 Responden sedang 61% rendah 48% 22 Responden sedang 70% sedang 57% 23 Responden sedang 70% sedang 61% 24 Responden sedang 59% sedang 64% 25 Responden sedang 61% sedang 57% 26 Responden sedang 69% sedang 52% 27 Responden tingggi 77% sedang 68% 28 Responden sedang 64% sedang 64% 29 Responden sedang 64% sedang 61% 30 Responden sedang 65% sedang 61% 31 Responden sedang 60% sedang 59% 32 Responden sedang 53% rendah 41% 33 Responden sedang 55% rendah 43% 34 Responden sedang 63% sedang 52% 35 Responden sedang 55% rendah 41% 36 Responden sedang 61% sedang 52% 37 Responden sedang 63% sedang 59% 38 Responden sedang 61% rendah 48% 39 Responden sedang 63% rendah 36% 40 Responden sedang 58% sedang 59% 41 Responden sedang 70% sedang 59% 42 Responden sedang 68% sedang 64% 43 Responden sedang 65% sedang 52% 44 Responden sedang 63% sedang 57% 45 Responden sedang 64% rendah 32% 46 Responden sedang 61% rendah 43% 47 Responden sedang 60% sedang 59% 48 Responden sedang 65% sedang 52% 49 Responden sedang 57% sedang 55% 50 Responden tingggi 83% tinggi 75% 51 Responden sedang 67% sedang 55% 52 Responden sedang 64% sedang 59% 53 Responden tingggi 77% sedang 64% 54 Responden sedang 68% sedang 55% 55 Responden sedang 63% sedang 50% Rata-rata sedang 64% sedang 55% Kode 2 3 Kategori menengah rendah 87

102 No Responden Faktor Sosial total tingkat % 1 Responden sedang 63% 2 Responden sedang 67% 3 Responden sedang 63% 4 Responden tinggi 75% 5 Responden tinggi 92% 6 Responden sedang 54% 7 Responden sedang 67% 8 Responden sedang 58% 9 Responden tinggi 79% 10 Responden tinggi 75% 11 Responden sedang 50% 12 Responden sedang 67% 13 Responden sedang 67% 14 Responden sedang 71% 15 Responden tinggi 88% 16 Responden sedang 54% 17 Responden sedang 50% 18 Responden sedang 58% 19 Responden sedang 67% 20 Responden sedang 58% 21 Responden sedang 58% 22 Responden tinggi 88% 23 Responden sedang 71% 24 Responden sedang 63% 25 Responden sedang 58% 26 Responden sedang 54% 27 Responden tinggi 83% 28 Responden sedang 71% 29 Responden sedang 63% 30 Responden tinggi 75% 31 Responden sedang 54% 32 Responden sedang 54% 33 Responden sedang 50% 34 Responden sedang 71% 35 Responden sedang 58% 36 Responden sedang 67% 37 Responden sedang 71% 38 Responden sedang 58% 39 Responden sedang 67% 40 Responden sedang 54% 41 Responden sedang 71% 42 Responden tinggi 79% 43 Responden sedang 71% 44 Responden sedang 58% 45 Responden sedang 67% 46 Responden sedang 63% 47 Responden sedang 63% 48 Responden tinggi 79% 49 Responden rendah 46% 50 Responden tinggi 83% 51 Responden tinggi 75% 52 Responden sedang 67% 53 Responden sedang 71% 54 Responden sedang 63% 55 Responden sedang 50% Rata-rata sedang 66% Kode 2 Kategori menengah 88

103 Faktor Situasional No Responden a) Cepat bertindak ketika perasaan tidak nyaman b) Terganggu aktivitas bila ada situasi yang tidak diinginkan Total tingkat % kode Total tingkat % 1 Responden sedang ## sedang 67% 2 Responden sedang ## sedang 67% 3 Responden sedang ## sedang 67% 4 Responden sedang ## sedang 67% 5 Responden tingggi ## tingggi 88% 6 Responden sedang ## sedang 67% 7 Responden sedang ## tingggi 79% 8 Responden sedang ## tingggi 79% 9 Responden sedang ## tingggi 75% 10 Responden tingggi ## sedang 63% 11 Responden sedang ## sedang 58% 12 Responden tingggi ## tingggi 79% 13 Responden sedang ## sedang 67% 14 Responden tingggi ## sedang 71% 15 Responden sedang ## tingggi 79% 16 Responden sedang ## sedang 67% 17 Responden sedang ## sedang 58% 18 Responden sedang ## sedang 63% 19 Responden sedang ## sedang 67% 20 Responden sedang ## sedang 63% 21 Responden sedang ## sedang 63% 22 Responden sedang ## sedang 67% 23 Responden tingggi ## sedang 71% 24 Responden sedang ## sedang 63% 25 Responden sedang ## sedang 63% 26 Responden tingggi ## sedang 67% 27 Responden tingggi ## sedang 71% 28 Responden sedang ## sedang 67% 29 Responden sedang ## sedang 58% 30 Responden sedang ## tingggi 79% 31 Responden sedang ## sedang 63% 32 Responden sedang ## sedang 58% 33 Responden sedang ## sedang 63% 34 Responden sedang ## sedang 71% 35 Responden sedang ## sedang 54% 36 Responden sedang ## sedang 71% 37 Responden sedang ## sedang 63% 38 Responden tingggi ## sedang 71% 39 Responden sedang ## sedang 63% 40 Responden sedang ## sedang 63% 41 Responden sedang ## tingggi 83% 42 Responden sedang ## sedang 67% 43 Responden sedang ## sedang 71% 44 Responden sedang ## sedang 67% 45 Responden sedang ## sedang 63% 46 Responden sedang ## tingggi 75% 47 Responden sedang ## sedang 67% 48 Responden sedang ## sedang 71% 49 Responden sedang ## sedang 67% 50 Responden tingggi ## sedang 67% 51 Responden tingggi ## sedang 58% 52 Responden sedang ## sedang 71% 53 Responden tingggi ## tingggi 79% 54 Responden sedang ## sedang 67% 55 Responden sedang ## sedang 63% Rata-rata 16.2 sedang ## 16.3 sedang 68% Kode 2 2 Mene Kategori ngah Mene ngah 89

104 No Responden penyebab kecanduan smartphone Total tingkat % total tingkat % kode 1 Responden 1 31 sedang 65% 174 sedang 61% 2 2 Responden 2 32 sedang 67% 173 sedang 61% 2 3 Responden 3 31 sedang 65% 159 sedang 56% 3 4 Responden 4 30 sedang 63% 174 sedang 61% 2 5 Responden 5 40 tinggi 83% 220 tinggi 77% 1 6 Responden 6 28 sedang 58% 146 sedang 51% 3 7 Responden 7 35 sedang 73% 184 sedang 65% 2 8 Responden 8 32 sedang 67% 189 sedang 67% 2 9 Responden 9 33 sedang 69% 196 sedang 69% 2 10 Responden sedang 69% 185 sedang 65% 2 11 Responden sedang 60% 174 sedang 61% 2 12 Responden tinggi 79% 187 sedang 66% 2 13 Responden sedang 69% 181 sedang 64% 2 14 Responden tinggi 81% 192 sedang 68% 2 15 Responden tinggi 75% 198 sedang 70% 2 16 Responden sedang 65% 179 sedang 63% 2 17 Responden sedang 58% 156 sedang 55% 3 18 Responden sedang 60% 171 sedang 60% 2 19 Responden sedang 69% 185 sedang 65% 2 20 Responden sedang 58% 177 sedang 62% 2 21 Responden sedang 58% 166 sedang 58% 2 22 Responden sedang 69% 196 sedang 69% 2 23 Responden tinggi 75% 198 sedang 70% 2 24 Responden sedang 65% 173 sedang 61% 2 25 Responden sedang 65% 172 sedang 61% 2 26 Responden tinggi 75% 188 sedang 66% 2 27 Responden tinggi 75% 215 tinggi 76% 1 28 Responden sedang 69% 185 sedang 65% 2 29 Responden sedang 60% 178 sedang 63% 2 30 Responden sedang 73% 190 sedang 67% 2 31 Responden sedang 65% 170 sedang 60% 2 32 Responden sedang 63% 150 sedang 53% 3 33 Responden sedang 63% 153 sedang 54% 3 34 Responden sedang 69% 178 sedang 63% 2 35 Responden sedang 58% 152 sedang 54% 3 36 Responden sedang 71% 176 sedang 62% 2 37 Responden sedang 65% 180 sedang 63% 2 38 Responden tinggi 75% 173 sedang 61% 2 39 Responden sedang 67% 169 sedang 60% 2 40 Responden sedang 65% 168 sedang 59% 3 41 Responden sedang 73% 195 sedang 69% 2 42 Responden sedang 69% 195 sedang 69% 2 43 Responden sedang 71% 183 sedang 64% 2 44 Responden sedang 65% 176 sedang 62% 2 45 Responden sedang 63% 167 sedang 59% 3 46 Responden sedang 65% 168 sedang 59% 3 47 Responden sedang 65% 173 sedang 61% 2 48 Responden sedang 67% 184 sedang 65% 2 49 Responden sedang 65% 162 sedang 57% 3 50 Responden tinggi 79% 231 tinggi 81% 1 51 Responden sedang 67% 187 sedang 66% 2 52 Responden sedang 69% 183 sedang 64% 2 53 Responden tinggi 77% 211 sedang 74% 1 54 Responden sedang 69% 187 sedang 66% 2 55 Responden sedang 60% 169 sedang 60% 2 Rata-rata sedang 68% sedang 63% Kode 2 2 Kategori menengah menengah 90

105 Lampiran 4 Instrumen Penelitian SKALA SURVEY SISWA / SISWA SMK Yth. Siswa/i SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Perkenalkan nama saya Duha Agusta, mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta akan melakukan survei kepada siswa SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. Survei ini bertujuan untuk mendapatkan data yang berguna untuk mengetahui seberapa jujur Anda memandang diri Anda terkait dengan penggunaan smartphone. Saya berharap kepada siswa-siswa SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta bersedia untuk memberikan respon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Survei ini tidak ada hubungannya dengan penilaian dari pihak sekolah, sehingga Anda tidak perlu takut untuk menjawab. Oleh karena itu, Anda diharapkan untuk mengisi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sebelum memulai pengisian skala ini, silahkan mengisi lembar persetujuan terlebih dahulu. Terima kasih atas perhatiannya. Nama : Usia : LEMBAR PERSETUJUAN Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *) Pendidikan : SMK, Kelas *) Coret yang tidak perlu. Bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh Sdr. Duha Agusta, mahasiswa Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun Yogyakarta,... (...) 91

106 PETUNJUK PENGISISAN SKALA A. Instrumen 1 (satu). Pada halaman berikut ini terdapat skala yang berisi beberapa kalimat dan Anda diminta untuk memberikan satu jawaban atas kalimat-kalimat tersebut. Alternatif jawaban yang disediakan adalah (YA) bila pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan (TIDAK) bila pernyataan yang ada tidak sesuai dengan diri Anda. Sebelum menjawab ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Pada skala ini tidak ada jawaban yang salah atau benar, yang penting menjawab secara jujur sesuai dengan apa yang dirasakan. 2. Tugas Anda adalah memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dipilih. NO PEERNYATAAN YA TIDAK 1. Apakah anda memeriksa smartphone setiap bangun tidur? 3. Apabila ingin mengganti jawaban, beri tanda silang (X) pada jawaban semula kemudian beri tanda centang ( ) pada jawaban anda NO PEERNYATAAN YA TIDAK 1. Apakah anda memeriksa smartphone setiap bangun tidur? X 92

107 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 1 (SATU) NO. PERNYATAAN YA TIDAK 1. Apakah Anda memeriksa smartphone setiap bangun tidur? 2. Apakah Anda sering lupa mengerjakan tugas sekolah karena terlalu sering menggunakan smartphone Anda? 3. Apakah Anda menggunakan smartphone ketika sedang makan? 4. Apakah Anda panik jika smartphone Anda tiba-tiba tidak dapat digunakan (baterai lemah atau tidak ada sinyal ponsel)? 5. Apakah Anda minder tidak mempunyai smartphone yang canggih? 6. Apakah Anda sering mengunggah setiap aktivitas Anda di media sosial? 7. Apakah Anda memeriksa smartphone ketika akan tidur? 8. Apakah Anda pernah mendapatkan hasil ujian yang rendah karena sering bermain smartphone? 9. Apakah Anda menggunakan smartphone ketika sedang mengendarai kendaraan? 10. Apakah Anda menggunakan smartphone walaupun ada orang yang berbicara di depan Anda? Apakah Anda merasa kesal jika ada yang melarang Anda ketika sedang asyik bermain smartphone? Apakah Anda sering lupa waktu ketika sudah asyik bermain smartphone? Apakah Anda sering memeriksa smartphone tanpa alasan yang jelas? Apakah waktu bermain smartphone Anda lebih banyak daripada waktu belajar? Apakah Anda menghabiskan waktu seharian penuh dengan smartphone? 93

108 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 1 (SATU) NO. PERNYATAAN YA TIDAK 16. Apakah Anda sering menggonta-ganti smartphone Anda karena merasa smartphone Anda tidak trend seperti teman yang lain? 17. Apakah Anda merasa kehilangan jika smartphone Anda rusak? Apakah Anda merasa tidak dapat hidup tanpa smartphone? Apakah Anda memeriksa smartphone setiap waktu dan dimanapun? Apakah Anda dapat beraktivitas tanpa smartphone seharian? Apakah Anda menggunakan smartphone pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas? Apakah Anda merasa gelisah jika tidak menggunakan smartphone sebentar saja? Apakah Anda membeli smartphone agar terlihat eksis? Apakah saat berpergian, Anda sering mengambil smartphone dari saku atau tas Anda, kemudian mengembalikannya lagi walaupun tidak ada notifikasi? 94

109 PETUNJUK PENGISISAN SKALA B. Instrumen 2 (dua) Pada halaman berikut ini terdapat skala yang berisi beberapa kalimat dan Anda diminta untuk memberikan satu jawaban atas kalimat-kalimat tersebut. Alternatif yang disediakan adalah sebagai berikut : SS : Apabila Anda merasa sangat sesuai dengan pernyataan yang ada S : Apabila Anda merasa sesuai dengan pernyataan yang ada TS STS : Apabila Anda merasa tidak sesuai dengan pernyataan yang ada : Apabila Anda merasa sangat tidak sesuai dengan pernyataan yang ada Sebelum menjawab ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Pada skala ini tidak ada jawaban yang salah atau benar, yang penting menjawab secara jujur sesuai dengan apa yang dirasakan. 2. Tugas Anda adalah memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dipilih. NO PERNYATAAN SS S TS STS 11 Saya menggunakan smartphone sampai larut malam 3. Apabila ingin mengganti jawaban, beri tanda silang (X) pada jawaban semula kemudian beri tanda centang ( ) pada jawaban anda NO PERNYATAAN SS S TS STS 11 Saya menggunakan smartphone sampai larut malam X 95

110 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 2 (DUA) SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai NO. PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya merasa cepat bosan dengan smartphone saya. 2 Bagi saya mengganti smartphone itu adalah hal yang membuat boros saja 3 Saya tidak masalah bila diejek teman karena smartphone saya tidak mengikuti perkembangan 4 Saya senang ketika orang lain merasa kagum atas tipe smartphone yang saya miliki. 5 Saya tidak suka jika teman-teman mempunyai smartphone yang sama dengan saya 6 Saya malu berkumpul dengan teman-teman karena smartphone saya ketinggalan zaman 7 Tidak mempunyai smartphone bukan alasan bagi saya untuk tidak mempunyai teman. 8 Saya berfikir bahwa mempunyai smartphone yang bagus adalah suatu hal yang keren. 9 Menurut saya smartphone itu bukanlah sesuatu yang harus dimiliki. 10 Saya menggunakan smartphone sampai larut malam. 11 Saya mengutamakan pekerjaan sekolah terlebih dahulu. 12 Saya suka boros untuk membuat smartphone saya menjadi lebih bagus. 13 Saya tidak terpengaruh membeli smartphone lagi ketika ada yang terbaru. 14 Ketika melihat smartphone terbaru di televisi saya akan membelinya. 15 Saya tidak membeli smartphone karena mengikuti tipe terbaru di televisi/majalah. 16 Saya berkomunikasi menggunakan smartphone dengan teman walaupun jaraknya dekat. 17 Saya menggunakan smartphone untuk bermain game daripada berkomunikasi dengan teman. 18 Ketika sedang banyak masalah, saya mengalihkan perhatian ke smartphone. 19 Bermain smartphone tidak menghilangkan beban fikiran saya. 20 Saya gelisah jika smartphone saya tertinggal. 21 Saya langsung meletakkan smartphone saya ketika ada orang yang menyuruh melakukan sesuatu. 96

111 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 2 (DUA) SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai NO PERNYATAAN SS S TS STS 22 Saya cepat mengganti smartphone kalau tidak mengikuti tren. 23 saya bosan dengan smartphone yang saya miliki. 24 saya mengganti tampilan smartphone saya agar kelihatan keren 25 Saya memperlihatkan smartphone terbaru yang saya miliki kepada teman-teman saya. 26 Saya kecewa jika tidak dapat memiliki smartphone yang mahal seperti milik teman-teman saya. 27 Walaupun smartphone saya sudah lama, saya tidak merasa minder dengan teman-teman yang selalu mengganti smartphonenya. 28 Saya tidak bisa hidup tanpa smartphone 29 Bagi saya smartphone bukan alat untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. 30 Ketika asyik bermain smartphone, saya sering lupa mengerjakan tugas sekolah yang ada. 31 Saya mempunyai jadwal tersendiri antara belajar dengan bermain smartphone. 32 Saya bermain smartphone ketika jam pelajaran di kelas. 33 Saya akan menabung daripada membeli smartphone yang baru. 34 Saya mengganti smartphone karena melihat iklan di majalah smartphone langganan saya. 35 Saya tidak mengganti smartphone saya walaupun ada iklan pameran smartphone murah dan terbaru. 36 Saya menggunakan smartphone untuk mendekati seseorang yang saya sukai. 37 Saya akan berkomunikasi langsung daripada berkomunikasi menggunakan smartphone. 38 Dengan bermain smartphone, saya bisa menghilangkan kecemasan yang sering melanda. 39 Ketika sedih dan banyak masalah, saya mengnonaktifkan smartphone saya 40 Saya kesal jika ada yang mengganggu saat saya asyik bermain smartphone. 41 Saya tidak peduli jika smartphone saya tiba-tiba mati ketika sedang digunakan. 97

112 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 2 (DUA) SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai NO PERNYATAAN SS S TS STS 42 Saya lebih menikmati memainkan smartphone ketika saya mulai bosan melakukan sesuatu. 43 Saya menganti smartphone kalau smartphone saya sudah rusak. 44 Saya bukanlah orang yang senang mengganti smartphone untuk sekedar terlihat lebih keren di mata teman. 45 Saya enggan bergaul dengan teman yang selalu mengganti jenis smartphone nya 46 saya tetap percaya diri walaupun saya tidak memiliki smartphone sebagus teman saya 47 Ketika tidak mempunyai smartphone, saya merasa orang-orang tidak mau berteman dengan saya 48 Saya asyik bermain smartphone sampai lupa belajar. 49 Saya mengatur waktu yang efektif untuk belajar. 50 Saya bermain smartphone ketika sedang berkendara 51 Saya menghabiskan waktu untuk bermain smartphone ketika saya sedang bersantai saja 52 Saya akan mengganti smartphone saya dengan smartphone yang lebih bagus setelah melihat iklan yang tersebar. 53 Saya hanya melihat-lihat saja ketika ada iklan/pameran smartphone terbaru. 54 Saya memanfaatkan smartphone untuk bersosial media dengan teman 55 Saya memanfaatkan smartphone untuk berjualan online 56 Ketika sedang sendiri, saya sering bermain game dengan smartphone saya 57 Ketika ada masalah, bermain smartphone semakin membuat masalah saya semakin rumit 58 Saya tidak dapat bepergian tanpa membawa smartphone. 59 walaupun smartphone saya tertinggal, tidak pernah membuat aktivitas saya terganggu. 98

113 LEMBAR PENGISIAN SKALA INSTRUMEN 2 (DUA) SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai NO PERNYATAAN SS S TS STS 60 Saya menambah aplikasi terbaru pada smartphone saya. 61 Saya merasa risih jika teman-teman saya heboh karena saya membeli smartphone yang bagus. 62 Saya lupa makan ketika sudah memegang smartphone. 63 Waktu belajar selalu menjadi prioritas bagi saya daripada waktu bermain smartphone. 64 Saya harus membeli smartphone yang diiklankan di televisi dan majalah. 65 Saya tidak berfikir mengganti smartphone saya sama seperti di iklan. 66 Saya tidak puas hanya mempunyai satu jenis smartphone saja. 67 Saya tidak bisa mengatur waktu selain bermain smartphone. 68 Saya tidur sampai larut malam ketika bermain smartphone. 69 Menurut saya, media merupakan sarana yang efektif yang mempengaruhi saya untuk mengganti smartphone saya. 70 saya tidak mau mengganti smartphone karena ada merk terbaru 71 Saya langsung membeli ketika ada iklan/pameran smartphone yang baru 99

114 100 Lampiran 5 Hasil Expert Judgement

115 101

116 102

117 103

118 104

119 105

120 106

121 107

122 108

123 109

124 110

125 111

126 112

127 Lampiran 6 Surat Izin Penelitian 113

128 114

129 115

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Teknologi ibarat pedang bermata dua, dapat bermanfaat, dapat juga berarti sebaliknya. Sebuah studi yang diadakan di Swedia, tepatnya di Akademik Sahlgrenska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju, dimana teknologi berkembang semakin canggih salah satunya teknologi komunikasi. Demikian pula dengan perkembangan telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari proses komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan sebuah peristiwa sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang. Kebutuhan tersebut mengakibatkan meningkatnya kebutuhan layanan jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat membuat keberadaan telekomunikasi sebagai media penghubung menjadi sangat penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman era globalisasi saat ini, merupakan suatu perubahan zaman yang berkembang pesat, yang dimana teknologi yang berkembang yang semakin canggih. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan alat komunikasi pada saat ini sangatlah penting bagi masyarakat, begitupun untuk para pembisnis. alat komunikasi ini adalah senjata pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Definisi Belajar Belajar merupakan sebuah usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. 15 Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal

BAB II LANDASAN TEORI. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal BAB II LANDASAN TEORI A. KECANDUAN BLACKBERRY SERVICE 1. Definisi Kecanduan Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal yang berkenaan dengan zat adiktif (misalnya alkohol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman telah memberikan dampak yang besar bagi kemajuan teknologi komunikasi. Pada beberapa tahun yang lalu, penggunaan telepon genggam hanya sebatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam produk baru bermunculan mengikuti arus kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam produk baru bermunculan mengikuti arus kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai macam produk baru bermunculan mengikuti arus kebutuhan persaingan pasar. Produk yang baru lahir biasanya lebih mengutamakan daya tarik untuk merebut

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak individu dilahirkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang tertarik untuk memiliki sebuah alat yang mampu memenuhi kebutuhannya dalam membantu terjalinnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi ataupun untuk bekerja. Berbagai merek smartphone dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi ataupun untuk bekerja. Berbagai merek smartphone dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Smartphone bukanlah sebuah benda yang asing lagi pada tahun 2013. Bahkan smartphone mulai dianggap sebagai suatu kebutuhan, baik untuk bersosialisasi ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai kesuksesan perusahaan harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi agar dapat mencapai sukses dalam persaingan. Misalnya seperti mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk sebelumnya, yang dimana produk yang dihasilkan banyak. handphone atau smartphone jenis tertentu sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk sebelumnya, yang dimana produk yang dihasilkan banyak. handphone atau smartphone jenis tertentu sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini suatu kebutuhan akan komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi setiap kalangan masyarakat.kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Smartphone atau ponsel cerdas telah menjadi fenomena yang sangat dasyat pada beberapa tahun belakangan ini. Jika dulu seseorang sudah cukup dengan menelepon atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat memberikan informasi kegiatan dan jadwal kepulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, faktor sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor tersebut harus. konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, faktor sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor tersebut harus. konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman dan berbagai kebutuhan hidup yang terus meningkat membuat manusia akan cenderung mencari segala sesuatu yang dapat membantu untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu berubah dan berkembang sejalan dengan semakin pesatnya globalisasi yang menjalar ke semua sektor kehidupan. Perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju ini dampak perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan adanya teknologi dan informasi, dapat memudahkan siapa saja untuk memperoleh informasi yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi yang berkembang dengan pesat membuat setiap individu terdorong untuk memiliki sebuah alat yang mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya telepon genggam atau yang biasa kita sebut handphone. Telepon

BAB I PENDAHULUAN. khususnya telepon genggam atau yang biasa kita sebut handphone. Telepon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang makin dinamis membuat manusia sudah tidak dapat lagi dipisahkan dengan teknologi, khususnya dalam hal komunikasi. Seringkali manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini semakin canggih dalam kehidupan masyarakat dan tidak dapat dihindarkan. Seperti bertambah banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada komputer. Sistem Operasi disebut juga Platform Software yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pada komputer. Sistem Operasi disebut juga Platform Software yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Operasi merupakan program yang paling penting yang berjalan pada komputer. Sistem Operasi disebut juga Platform Software yang terdiri dari program utama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan handphone saat ini bagi masyarakat Indonesia bukan merupakan sesuatu hal yang istimewa atau mewah, handphone sudah menjadi kebutuhan pada khususnya

Lebih terperinci

MENGISI WAKTU LUANG PADA SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK

MENGISI WAKTU LUANG PADA SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK MENGISI WAKTU LUANG PADA SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Smartphone adalah sebuah device yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi yang juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan berkemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Contohnya handphone merek Blackberry. Dengan segala. keunggulan yang dipunyai oleh Blackberry, handphone ini siap menyerbu

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Contohnya handphone merek Blackberry. Dengan segala. keunggulan yang dipunyai oleh Blackberry, handphone ini siap menyerbu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era yang semakin berkembang ini teknologi-teknologi semakin canggih. Terutama produk handphone yang semakin berkembang dengan pesat. Contohnya handphone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin cepat membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin cepat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin cepat membuat persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Dengan semakin ketatnya persaingan yang ada membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Hal tersebut dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi semakin canggih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin maju ini dampak perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Seiring dengan hal tersebut manusia sebagai pemakai (user), teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ini. Seiring dengan hal tersebut manusia sebagai pemakai (user), teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang banyak menjadi perhatian pada zaman sekarang ini. Bahkan istilah teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi sangat berdampak pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi sangat berdampak pada kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi sangat berdampak pada kehidupan manusia, salah satunya didunia telekomunikasi. Salah satu pelopor perkembangan teknologi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat memberikan berbagai pengaruh bagi para penggunanya. Dalam perkembangannya, teknologi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan

BAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan Research In Motion (RIM), yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu update agar tidak ketinggalan dengan teknologi yang ada. Kesadaran. peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. selalu update agar tidak ketinggalan dengan teknologi yang ada. Kesadaran. peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan teknologi berkembang begitu pesat. Selalu saja bermunculan teknologi-teknologi baru yang menarik dan dilengkapi dengan kecanggihan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi tanpa batasan ruang dan waktu. Sejak beredarnya handphone. seperti pada saat menggunakan telepon kabel.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi tanpa batasan ruang dan waktu. Sejak beredarnya handphone. seperti pada saat menggunakan telepon kabel. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komunikasi yang pesat membuat pola hidup orang berubah. Kebutuhan komunikasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan bahkan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi yang diterapkan di telepon seluler

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi yang diterapkan di telepon seluler BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi yang diterapkan di telepon seluler (ponsel) benar-benar telah merubah kita semua. Jika diawal kehadirannya ponsel hanya diperuntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek, salah satu di antaranya adalah perkembangan alat

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek, salah satu di antaranya adalah perkembangan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan teknologi, informasi, dan komunikasi semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangannya meliputi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini tidak dapat dipungkiri sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini tidak dapat dipungkiri sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini tidak dapat dipungkiri sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Teknologi yang ada berkembang mulai dari piranti lunak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas secara berturut-turut mengenai (1) latar belakang, (2) pembatasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modernisasi yang penuh dengan kemajuan teknologi saat ini, komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak muda dimana komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan telekomunikasi virtual saat ini, perubahan yang besar terjadi dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah perubahan dibidang bisnis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi seperti sekarang ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut memunculkan persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin serba canggih mendorong setiap pelaku individu untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut terutama di sektor teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya, karena termasuk benda elektronik yang mudah digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan bagi konsumen untuk berpindah dari satu merek ke

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan bagi konsumen untuk berpindah dari satu merek ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Dalam era global seperti sekarang ini perdagangan bebas berkembang dengan pesat tanpa mengenal batasan wilayah maupun Negara. Hal itu menimbulkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi pada masa kini sudah sangat pesat dan akan selalu berkembang selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi komunikasi dan informasi telah member berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi memberikan manfaat diberbagai bidang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi memberikan manfaat diberbagai bidang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi memberikan manfaat diberbagai bidang dalam kehidupan manusia. Manfaat yang bisa terlihat adalah munculnya berbagai teknologi sederhana hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah tidak asing lagi bagi kehidupan modern sekarang. Handphone yang. berlomba untuk menciptakan produk unggulan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. sudah tidak asing lagi bagi kehidupan modern sekarang. Handphone yang. berlomba untuk menciptakan produk unggulan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Telepon genggam atau handphone (HP) merupakan alat komunikasi yang sudah tidak asing lagi bagi kehidupan modern sekarang. Handphone yang pada awalnya diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman yang cepat, dan modern serta diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman yang cepat, dan modern serta diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman yang cepat, dan modern serta diiringi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju, hal ini menyebabkan banyak pemain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, kemajuan teknologi dan informasi semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, kemajuan teknologi dan informasi semakin berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, kemajuan teknologi dan informasi semakin berkembang, persaingan antar perusahaan pun semakin ketat sehingga perusahaan harus lebih

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA Faktor-faktor Resiko... (Duha Agusta) 86 FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA ADDICTION RISK FACTORS USING SMARTPHONE TO STUDENTS IN SMK NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya keinginan pelanggan terhadap suatu produk berupa barang atau jasa, terutama pada era globalisasi ini dimana semakin berkembangnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya kemajuan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis dalam dunia global menuntut setiap perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis dalam dunia global menuntut setiap perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis dalam dunia global menuntut setiap perusahaan untuk berinovasi dalam mengenalkan produknya, agar menjadi produk yang paling ungul. Dunia bisnis modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan cara berkomunikasi menjadi lebih efisien dan hemat waktu.

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan cara berkomunikasi menjadi lebih efisien dan hemat waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk melakukan hubungan dengan sesamanya. Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai cara dan media.

Lebih terperinci

di Era Digital Mendidik Anak

di Era Digital Mendidik Anak Mendidik Anak di Era Digital Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga 2017 Tugas orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pasar penjualan handphone berkembang dengan cepat. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pasar penjualan handphone berkembang dengan cepat. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan pasar penjualan handphone berkembang dengan cepat. Banyak produsen handphone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, khususnya dalam dunia telepon seluler atau yang di kenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, khususnya dalam dunia telepon seluler atau yang di kenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pertelekomunikasian sangat pesat terjadi dalam 10 tahun terakhir, khususnya dalam dunia telepon seluler atau yang di kenal dengan sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan di bidang teknologi dan informasi telah berkembang secara pesat. Dunia semakin matang memasuki era teknologi mutakhir baik di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi juga berdampak pada perkembangan produk smartphone. Beragamnya merek

BAB I PENDAHULUAN. teknologi juga berdampak pada perkembangan produk smartphone. Beragamnya merek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia bisnis mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.teknologi turut berkembang seiring dengan ketatnya persaingan antar perusahaan.perkembangan

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen akan kebutuhan sarana telekomunikasi yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen akan kebutuhan sarana telekomunikasi yang semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi global yang semakin pesat membuat setiap orang dituntut untuk bisa beradaptasi. Tidak sedikit teknologi baru muncul untuk melengkapi

Lebih terperinci

MINAT MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI (PJKR) ANGKATAN TAHUN 2010 TERHADAP OLAHRAGA FUTSAL SKRIPSI

MINAT MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI (PJKR) ANGKATAN TAHUN 2010 TERHADAP OLAHRAGA FUTSAL SKRIPSI MINAT MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI (PJKR) ANGKATAN TAHUN 2010 TERHADAP OLAHRAGA FUTSAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alat komunikasi yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini adalah telepon genggam atau lebih dikenal dengan handphone. Bagi sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal sebagai sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk komunikasi interaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan masing-masing, ini disebabkan perkembangan industri ponsel yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan masing-masing, ini disebabkan perkembangan industri ponsel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada zaman serba teknologi ponsel bukanlah barang asing bagi siapapun, ini dikarenakan ponsel adalah salah satu alat komunikasi yang penting. Berbagai macam merek dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Tanpa komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup. Pentingnya komunikasi terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat dengan teman,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat dengan teman, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat telekomunikasi telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat luas. Penggunaan alat telekomunikasi berupa telepon selular secara luas merupakan indikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK

PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, terjadi persaingan bisnis yang sangat ketat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, memberikan

Lebih terperinci

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Oleh Yudi Kuswanto 05601241074 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi dan berkomunikasi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi dan berkomunikasi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan elemen terpenting dalam kehidupan manusia, terlebih lagi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. konsumen. Kebutuhan akan gadget yang bisa mengerjakan segala hal menggantikan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. konsumen. Kebutuhan akan gadget yang bisa mengerjakan segala hal menggantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini semakin meningkat. Berbagai teknologi baru diciptakan, termasuk teknologi telekomunikasi. Teknologi komunikasi dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan sikap dan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu. setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan sikap dan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu. setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sedang maraknya perkembangan teknologi informasi di seluruh dunia dan telah menciptakan banyak inovasi dan keahlian baru disegala bidang informasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah sedemikian pesatnya. Awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari pemikiran manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TREND VOLUME PENJUALAN HANDPHONE SAMSUNG TAHUN DI OPTUS CELLULAR BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh NOVI RAHMAWATI NIM

ANALISIS TREND VOLUME PENJUALAN HANDPHONE SAMSUNG TAHUN DI OPTUS CELLULAR BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh NOVI RAHMAWATI NIM ANALISIS TREND VOLUME PENJUALAN HANDPHONE SAMSUNG TAHUN 2009-2013 DI OPTUS CELLULAR BANYUWANGI SKRIPSI Oleh NOVI RAHMAWATI NIM 100210301080 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer dengan menggunakan internet, salah satunya menggunakan Periklanan

BAB I PENDAHULUAN. komputer dengan menggunakan internet, salah satunya menggunakan Periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era persaingan teknologi sekarang, perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap perusahaan dekat dengan konsumen meskipun melalui media elektronik.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL TENTANG PENYESUAIAN DIRI BAGI SISWA KELAS X SMK SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL TENTANG PENYESUAIAN DIRI BAGI SISWA KELAS X SMK SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL TENTANG PENYESUAIAN DIRI BAGI SISWA KELAS X SMK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tak bisa dipungkiri di Indonesia perkembangan teknologi yang sangat pesat, hal itu disebabkan karena masyarakat sangat membutuhkan teknologi informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telekomunikasi dengan teknologi high class. Kemunculan teknologi telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. telekomunikasi dengan teknologi high class. Kemunculan teknologi telekomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi komunikasi telah melalui perubahan yang cukup signifikan dari tiap generasi. Terbukti dengan banyaknya bermunculan perangkat telekomunikasi dengan

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci