I TINJAUAN PUSTAKA Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pengertian ASI Eksklusif

Transkripsi

1 Faktor pendukung (enabling Faktor factor) penguat pemudah (reinforcement) (predisposisi factor) Ketersediaan fasilitas pelayanan Sikap Pengetahuan dan kesehatan perilaku ibu petugas tentang kesehatan ASI Eksklusif PERILAKU Pengetahuan Umur KESEHATAN pemberian ibu tentang (Umur MP-ASI BAB eksklusif Pemberian II MP-ASI) Waktu dan kesibukan ibu Sikap sebagai Kesiapan dan wanita perilaku ibu untuk karir tokoh menyusui masyarakat Ketersediaan sarana penunjang Sikap Kesehatan dan ASI perilaku eksklusif ibu untuk keluarga seperti menyusui kulkas untuk menyimpan ASI saat ibu pergi TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif ASI adalah suatu emulsi lemak dalam protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyansari,2009). ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Siregar, 2004). Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai dengan hari keempat. Setelah persalinan komposisi ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat atau padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum (Purwanti, 2004). Bulan terakhir pada minggu terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan ml sehari dan jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Apabila keadaan produksi ASI normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama menit. Selama beberapa

2 bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama (Siregar, 2004). 2. Manfaaat ASI eksklusif untuk Bayi Bayi merupakan kalangan yang lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Pemberian makanan yang tepat sangatlah dibutuhkan untuk daya tahan tubuh dan perkembangan bayi. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan banyak manfaat yang didapatkan dari pemberian ASI kepada bayi diantaranya: a. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas. b. ASI juga mengandung komposisi yang tepat yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. c. ASI dapat memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara bayi dan ibu, hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit bayi mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik d. Terhindar dari alergi, pada bayi lahir pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi e. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi, lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pemantangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadi anak lebih cerdas terhindar dari kerusakan sel saraf otak (Kristyansari,2009). 3. Keunggulan ASI eksklusif bagi bayi ASI memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan susu yang lain bagi bayi. Dilihat dari aspek gizi ASI mengandung kolostrum. Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan. Mengandung zat kekebalan terutama (IgA) untuk melindungi bayi dari

3 berbagai penyakit infeksi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran (Dep. Kes. RI., 2005). ASI mengandung taurin, DHA dan AA. Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. ASI bersih atau bebas dari kontaminan, meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui putting susu, akan tetapi bakteri ini tidak dapat berkembangbiak karena ASI mengandung zat anti infeksi. Aspek neurologis, belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan,menghisap, dan bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir, dengan menghisap payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih baik. Jika dilihat dari aspek ekonomi, dengan memberikan ASI eksklusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan (Dep. Kes. RI., 2005). 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Produksi ASI juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI ibu diantaranya sebagai berikut: a. Makanan ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Produksi air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu menyusui ada dua macam reflek yang dapat menentukan keberhasilan

4 dalam menyusui bayinya yaitu Prolaktin Reflek yang merupakan reflek secara hormonal untuk memproduksi ASI. Kedua yaitu Let-down Reflek (Reflex Milk Ejection) yaitu reflek yang berguna untuk memancarkan ASI keluar. c. Pengaruh Persalinan dan Klinik persalinan Banyak ahli mengemukakan bahwa adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan pemberian makanan pertama pada bayi. Ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin oleh petugas kesehatan lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI pertama kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. e. Perawatan payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Siregar, 2004). B. Pola Pemberian ASI Eksklusif Sebelum tahun 2001 WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Definisi ASI eksklusif bermacammacam tetapi definisi yang sering digunakan adalah definisi WHO yang menyebutkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun

5 kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (Fikawati dan Syafiq, 2010). Pemerintah telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% pada tahun Namun cakupan ASI eksklusif yang didapatkan tidak pernah tinggi. Prevalensi ASI ekslusif menurut data SDKI hanya 32%,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4% (ASI predominan pada bayi usia 0-5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia 0-5 bulan), dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2% dan 10 Survei yang dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan (Fikawati dan Syafiq, 2010). C. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 1. Pengertian MP-ASI MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia diatas 6 bulan karena ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bayi. MP-ASI yang baik dan benar bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI diberikan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi menguyah dan menelan serta menerima bermacam makanan dengan tekstur dan rasa. Usia 6 bulan merupakan peralihan tahap pertama pemberian makan bayi. ASI tetap menduduki peran penting dalam makanan bayi ( Ashar, 2008). 2. Usia pemberian MP-ASI Usia pada saat pertama kali pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah anak berusia 6 bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak pemberian MP-ASI berbeda-beda dapat dikategorikan pada usia 6-9 bulan memberikan makanan lumat dalam 3 kali sehari dengan takaran yang cukup, memberikan makanan selingan 1 hari sekali dengan porsi kecil dan memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan makanan. Bayi yang berusia lebih dari 9-12 bulan jenis MP-ASI dan waktu pemberiannya diantaranya memberikan makanan lunak dalam 3 kali sehari dengan takaran yang cukup, memberikan makanan selingan 1 hari sekali dan memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan makanan. Usia lebih dari bulan jenis makanan yang diberikan makanan keluarga yang biasa

6 dikonsumsi oleh keluarga diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari, selingan makanan 2 kali sehari dan memberikan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya (Dep.Kes. RI., 2006). 3. Bentuk-Bentuk MP-ASI Jenis makanan pendamping ASI berdasarkan umur bayi berbeda-beda umur 0-4/6 bulan jenis makanannya ASI diberikan kali sehari, pada umur kira-kira 6 bulan jenis makanan yang diberikan ASI diberikan kapan pun ketika bayi minta, bubur lunak/sari buah atau bubur havernout/bubur tepung beras merah diberikan 1-2 kali perhari. Pada 7 bulan jenis makanan yang diberikan ASI diberikan kapan diterima oleh bayi, buah-buahan, hati ayam/kacang-kacangan, beras merah/ubi, sayuran (wortel dan bayam), minyak/santan/advokad dan air tajin salah satunya diberikan 3 kali perhari, sedangkan umur 9 bulan jenis makanan yang diberikan ASI diberikan kapan pun, buah-buahan, bubur/roti, daging/kacang-kacangan/ayam/ikan, beras merah/kentang/labu/jagung, kacang tanah, minyak/santan/advokad dan sari buah tanpa gula diberikan 4-6 kali perhari dan umur 12 bulan atau lebih jenis makanan yang diberikan ASI diberikan kapanpun diterima oleh bayi, makanan pada umumnya termasuk telur dan kuningnya dan jeruk diberikan 4-6 kali perhari ( Dep.Kes.RI., 2007). D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Pemberian ASI dan MP-ASI merupakan salah satu bentuk perilaku yang menurut Kurt Lewin dipengaruhi oleh faktor-faktor individu diantaranya nilai-nilai budaya, pendidikan, pengetahuan, sikap, suku bangsa dan tempat tinggal. Faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dipedesaan adalah sikap, pendidikan ibu dan jumlah anak. Hasil penelitian Kasnodihardjo dkk menemukan bahwa alasan ibu memberikan MP-ASI kepada bayi secara dini adalah adanya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk menunjang pertumbuhan. Mereka khawatir bayi menjadi lapar, bila tidak diberi makanan. Soeparmanto dan Solehah Catur Rahayu mengemukakan bahwa bertambahnya angka pemberian MP-ASI dipedesaan karena kemajuan teknologi sudah

7 mencapai masyarakat desa dan juga terpengaruh oleh iklan-iklan susu formula ( Fathurrahman, 2007 ) E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola ASI Eksklusif Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 1977 dan Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan atau promosi pengganti ASI dan tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI (Siregar, 2004) Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Beberapa rumah sakit yang menganjurkan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004) F. Pengetahuan 1. Pengertian Umum Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, ( Notoatmodjo, 2007). Tingkatan pengetahuan menurut notoatmodjo terdiri dari tahu (know), memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Teori Lawrence Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes) dan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni: a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

8 Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempernudah terwujudnya praktik atau faktor pemudah, faktor ini mencakup pengetahuan individu, sikap, tingkat pendidikan dan unsur-unsur lain dalam individu yang meliputi kesiapan ibu untuk menyusui secara psikologis dan kesehatan ibu untuk menyusui. Pengetahuan ibu bayi tentang ASI yang meliputi definisi ASI dan ASI eksklusif, manfaat ASI, keuntungan ASI dan pola pemberian ASI b. Faktor pemungkin (enabling factor) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya posyandu, puskesmas dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2007) c. Faktor penguat Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan, termasuk juga disini undangundang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan, (Notoatmodjo, 2007). 2. Pengetahuan tentang ASI Eksklusif a. Pengertian Pengetahuan ASI Eksklusif Pengetahuan tentang ASI Eksklusif yaitu merupakan hasil dari pengukuran jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ASI, ASI eksklusif dan MP-ASI yang disajikan dalam kuesioner dengan 15 poin pertanyaan. Cara memperoleh informasi tentang tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif melalui sejumlah pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner. Jawaban atas kuesioner tersebut diolah dan dinilai untuk dijadikan sebagai bahan nilai pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. b. Cara Mengukur Pengetahuan Mengukur pengetahuan ada berbagai macam cara diantaranya dengan cara tes, angket atau kuesioner, interview atau wawancara, observasi, dokumentasi dan skala bertingkat (Sugiono, 2010). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien. Bila peneliti tahu dengan pasti variable yang diukur dan apa yang bisa diharapkan dari responden tersebut. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan

9 bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup ( Sugiono, 2010 ). Pengukuran pengetahuan dengan memberi skor pada jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diberikan. Jawaban benar diberi skor 1 sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Untuk mempermudah penyajian data pengetahuan dapat dikategorikan dalam persentase sebagai berikut baik persentase >80%, sedang 60%-80% dan kurang nilai <60% ( Khomsan, 2000). G. Hubungan antara Pengetahuan ASI eksklusif dengan Praktek MP-ASI Ahli filsafat, Keraf dan Dua (2001) mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 3 macam, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, dan tahu akan. Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak begitu mendalam. Sedangkan tahu bagaimana adalah menyangkut bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Tahu akan adalah jenis pengetahuan yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Pengetahuan tentang ASI eksklusif merupakan salah satu faktor pendorong praktek pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Afifah yaitu Faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif di kecamatan Tembalang tahun 2007 menyebutkan bahwa 50% dari subjek penelitian tersebut tidak mengetahui tentang ASI eksklusif. Mereka umumnya pernah mendengar tapi tidak mengerti maksudnya. Ada juga yang pernah membaca buku KIA tapi lupa. Pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif inilah yang terutama menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif. Selama mereka tidak tahu maka merekapun tidak akan pernah melaksanakannya (Afifah, 2007) Pada penelitian yang dilakukan oleh Faturrahman tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan oleh ibu-ibu di pedesaan di kabupaten Hulu Sungai Selatan ditemukan adanya hubungan yang bermak`na antara lama pendidikan responden dengan pemberian MP-ASI. Responden di pedesaan yang berpendidikan <9 tahun mempunyai kemungkinan memberikan MP-ASI dua kali lebih

10 besar dibandingkan yang berpendidikan >9 tahun. Smert mengemukakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi pengetahuan. Tingginya tingkat pendidikan menyebabkan luasnya akses terhadap informasi (Faturrahman, 2007). Penelitian yang dilakukan di kecamatan Pringsewu Lampung tentang hubungan pengetahuan, sikap dan praktek ibu dengan keberlanjutan pemberian ASI eksklusif dari umur 4 menjadi 6 bulan menyebutkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara pengetahuan ibu dengan sikap ibu tentang ASI dengan nilai r=0,757 dan p=0,000. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI maka semakin positif pula sikap ibu tentang ASI. Sebanyak 75,6% ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI lebih dari setengahnya sebesar 63,4% bersikap positif tentang ASI. Sedangkan untuk ibu yang memiliki pengetahuan sedang tentang ASI relatif memiliki sikap yang netral dan ada pula yang memiliki sikap negatif. Selain itu hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan keberlanjutan pemberian ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan tidak memiliki hubungan yang nyata karena diduga sampel pada penelitian tersebut belum mendapatkan informasi ASI eksklusif 6 bulan (Briawan dan Suciarni, 2007). H. Kerangka Teori Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Praktek Pemberian MP ASI

11 Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) dimodifikasi I. Kerangka Konsep Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan dengan Praktek MP ASI J. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan umur pemberian MP-ASI di Desa Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.