BAB IV ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru MIS Sembungjambu Bojong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru MIS Sembungjambu Bojong"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bab sebelumnya didapatkan keterangan tentang kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sebagai berikut: 1. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam memahami wawasan atau landasan kependidikan Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan ini berkaitan dengan pengertian, dasar, fungsi dan tujuan pendidikan. Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan ini harus dipahami oleh guru sebagai jabatan profesi. Apabila seorang guru tidak memahaminya maka guru tersebut akan kesulitan dalam melaksanakan jabatan profesinya sebagai guru. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, 65

2 66 sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah memahami wawasan atau landasan kependidikan yaitu dengan berupaya mewujudkan visi dan misi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan mengetahui visi dan misi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan serta berupaya mewujudkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Visi dan misi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah a. Visi dari MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah berilmu, beramal dan berakhlaqul karimah. 2 b. Misi dari MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Membiasakan beribadah dan beramal soleh dalam kehidupan sehari-hari. 3) Membiasakan berperilaku baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat / Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. 2 Dokumentasi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran

3 67 Visi dan misi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dituangkan oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dengan cara menjadi pendidik yang terampil dan profesional agar tujuan kegiatan belajar mengajar di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat tercapai dengan maksimal. 2. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam memahami peserta didik Peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik yang berbeda tersebut. Tujuan memahami karakteristik peserta didik adalah untuk mengukur apakah peserta didik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran atau tidak, sampai dimana minat peserta didik terhadap pelajaran yang dipelajari. Jadi guru harus mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik agar proses pembelajaran dapat diikuti peserta didik dengan penuh tanggung jawab. Menurut Hamzah B. Uno bahwa guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memahami sifat dan karaktristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai 4. Selain itu sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami oleh 3 Dokumentasi MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/ Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hlm. 28.

4 68 guru dari peserta didik, yaitu : tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif 5. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah memahami peserta didik yaitu sifat, karakter dan watak dari muridmuridnya. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memahami peserta didiknya dengan mendalami sifat, karakter dan watak murid-muridnya. Bentuk pemahaman guru terhadap peserta didik MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah setiap guru hafal nama-nama peserta didiknya serta tahu tentang karakteristik dan sifat peserta didik di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan, sehingga guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memperlakukan peserta didik dengan sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan minimnya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap tata tertib MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Ini menunjukkan bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah membekali peserta didik dengan pendidikan yang baik dan tahu tentang karakteristik peserta didiknya. 5 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 94.

5 69 3. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam merancang pembelajaran. Dalam Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar 6. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah dapat membuat sendiri rancangan pembelajaran, meliputi: RPP, Silabus, Promes, Prota dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan dedikasi guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap dunia pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah mampu merancang pembelajaran dengan baik, ditunjukkan dari kemampuan guru untuk membuat RPP, Silabus, Promes, Prota dan lain sebagainya. Pembuatan perangkat pembelajaran oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah sebagai salah satu bentuk keahlian dan kompetensi guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dalam dunia pendidikan. Dalam membuat perangkat pembelajaran guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan juga berkonsultasi 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20.

6 70 dengan kepala MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sehingga tujuan kurikulum nasional dapat tercapai dengan baik. 4. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Tugas guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran umumnya terdapat tiga kegiatan, yaitu: (1) Kegiatan awal, yang biasanya disebut membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga mudah mencapai kompetensi yang diharapkan 7. (2) Kegiatan inti, Dalam kegiatan inti dimana guru merumuskan tujuan pelajaran, dan menyampaikan materi pelajaran dengan metode dan media pembelajaran tertentu yang membantu peserta didik dalam memahami pelajaran yang disamapikan oleh guru, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. (3) Penutup, menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik, serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 42.

7 71 Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Hal ini bertujuan agar siswa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Peserta didik MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan mendapatkan didikan dengan penuh perhatian oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan, hal ini dibuktikan dengan pendampingan guru tidak hanya saat belajar di dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas seperti contohnya kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan perlombaan dan kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan pendampingan guru. 5. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan dan mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Dalam

8 72 proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai peran yang cukup penting. 8 Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah dapat memanfaatkan teknologi pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat menguasai teknologi dan tidak gaptek alias gagap teknologi. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran. Peserta didik MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan tidak hanya diajarkan pendidikan menggunakan buku sebagai bahan pembelajaran semata, tetapi guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan juga mengajarkan peserta didiknya untuk menguasai teknologi seperti pelatihan komputer dan pengerjaan tugas melalui internet. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan terkadang menugaskan siswanya untuk mengerjakan tugas melalui internet, hal ini bertujuan agar peserta didik tidak gaptek atau gagap teknologi, sehingga dapat dikatakan bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sudah memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran. 8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 120.

9 73 6. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam evaluasi pembelajaran Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru disebutkan bahwa guru harus menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 58 ayat (1) disebutkan bahwa Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. 10 Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah dapat melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan, efektifitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap peserta didiknya dapat berupa tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan meliputi: tanya jawab langsung tentang materi yang sedang diajarkan kepada peserta didik, ulangan lisan yang dilakukan 9 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (1).

10 74 minimal satu bulan sekali. Sedangkan tes tertulis meliputi: ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan daya serap peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi ini pula dapat ditentukan metode pembelajaran yang tepat agar materi yang diajarkan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan oleh guru kelas masingmasing dimana hasilnya akan didokumentasikan sebagai bahan catatan dan pertimbangan saat penentuan kelulusan peserta didik MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. 7. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kompetensi dalam pengembangan peserta didik Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan Komptensi Guru menyebutkan bahwa pengembangan peserta didik dapat dilakukan dengan : a) Kegiatan ekstra kurikuler, b) Bimbingan dan konseling pendidikan,dan c) Pengayaan dan remedial 11. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah mampu melakukan pengembangan peserta didik, meliputi: kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan bimbingan dan konseling, serta kegiatan pengayaan dan remedial. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan yaitu: Bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan telah memiliki kemampuan untuk pengembangan peserta didiknya. 11 E. Mulyasa, Op.Cit., hlm

11 75 Selain sebagai tenaga pendidik, guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan juga bertindak sebagai pendamping dan konselor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi peserta didiknya, sehingga jika ada peserta didik yang bermasalah baik dengan keluarga, lingkungan maupun dengan teman sebayanya maka guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat segera mengatasinya. Selain itu guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan juga bertindak sebagai pendamping pada saat kegiatankegiatan ekstrakurikuler atau perlombaan baik yang diadakan di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Itulah beberapa gambaran tentang kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada penampilan dan tindakan yang mempunyai arah dan tujuan untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh guru akan menunjukkan kualitas guru tersebut. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap professional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sudah memiliki kompetensi pedagogik yang baik, hal ini dapat dilihat dari ketujuh indikator di atas sebagai bentuk tolok ukur terhadap kompetensi pedagogik guru.

12 76 B. Analisis Faktor Yang Menghambat dan Mendukung Kompetensi Pedagogik Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan 1. Faktor yang menghambat kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan antara lain: a. Kurangnya sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar Sarana dan prasarana adalah bagian alat pendukung dari kegiatan belajar mengajar, dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan tidak lengkap atau kurang mendukung maka kegiatan belajar mengajar dapat terganggu. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kekurangan sarana dan prasarana berupa: 1) Ruang kelas yang kurang dan mulai rusak MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan hanya memiliki 6 ruang kelas dan keadaannya rusak ringan. Hal ini segera diantisipasi dengan cara menambah ruang kelas dan segera memperbaiki ruang kelas yang rusak agar tidak bertambah parah. Tentu saja hal ini terkendala dengan pendanaan. MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan hanya mengandalkan dana dari dinas pendidikan semata sehingga untuk biaya perbaikan ruang kelas tidak ada, hanya mengandalkan dari donatur semata.

13 77 2) Peralatan mengajar yang terbatas Di setiap ruang kelas MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan hanya memiliki satu buah papan tulis saja yang berupa papan tulis kapur. Kelengkapan mengajar yang lain msaih sangat minim contohnya tidak ada OHP, tidak adanya laboratorium komputer, tidak ada laboratorium untuk bahasa, bahkan untuk tempat olah raga pun MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan tidak memilikinya. Untuk itu kedepannya nanti diharapkan sarana dan prasarana di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat dilengkapi. b. Tidak adanya dana untuk pemanfaatan teknologi pembelajaran. Seperti yang dijelaskan pada penjelasan di atas, bahwa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki kekurangan dalam penyediaan sarana dan prasarana terlebih lagi yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran, seperti laboratorium komputer, laboratorium bahasa dan teknologi pembelajaran yang lain seperti: laptop, OHP dan lain sebagainya hal ini dikarenakan tidak adanya dana untuk pemanfaatan teknologi pembelajaran. Terkendalanya dana untuk pemnfaatan teknologi pembelajaran membuat MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan tidak dapat menyediakan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan teknologi. Diharapkan kedepannya nanti MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran, seperti: penambahan

14 78 komputer, penambahan laboratorium bahasa, penambahan alat-alat pembelajaran, dan lain sebagainya. c. Kondisi bangunan madrasah yang sudah tua dan mulai rusak. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dari hasil observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa kondisi bangunan madrasah yang sudah tua dan mulai rusak. Dapat diambil contoh untuk ruang kelas peseta didik sudah mulai mengalami kerusakan ringan, belum lagi bangunan lain yang sudah mulai mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena kondisi bangunan madrasah yang sudah tua, maklum jika banyak ruangan yang sudah mulai rusak. Kondisi bangunan madrasah yang sudah tua dan mulai rusak menjadikan kegiatan belajar mengajar mulai terganggu. Hal ini tentu saja mempengaruhi kemampuan pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan, karena kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu kondisi bangunan MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Diharapkan kedepannya nanti dinas pendidikan dapat segera memberikan bantuan pendanaan agar kondisi bangunan MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat segera diperbaiki. 2. Faktor yang mendukung kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan antara lain: a. Kepemimpinan kepala madrasah yang disegani oleh para guru Pada tahun pelajaran 2015/2016 MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan di kepalai oleh Bapak Herru Susanto, S.Pd.I. pendidikan terakhir beliau adalah Strata Satu (S 1 ) Sarjana pendidikan

15 79 agama Islam. Gaya kepemimpinan beliau adalah demokratis, hal ini ditunjukkan dari setiap keputusan yang menyangkut tentang MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan selalu diadakan rapat dengan dewan guru maupun dewan komite sehingga keputusan tidak bersifat otoriter dan dapat dilakukan dengan senang hati oleh seluruh stake holder yang ada di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Gaya kepemimpinan bapak Herru Susanto, S.Pd.I. memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan beliau yang membela kepentingan guru, antara lain: memperbolehkan guru untuk mengikuti pelatihan dan seminar, sertifikasi dan KKG, mewajibkan guru untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan mewajibkan guru untuk aktif dalam setiap rapat madrasah, dan lain sebagainya. Semua ini dapat mendukung guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogiknya di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. b. Adanya kebebasan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar, sertifikasi dan KKG. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa kepala MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memberikan kebebasan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar, sertifikasi dan KKG, hal ini bertujuan agar guru dapat meningkatkan kompetensinya terutama dalam kompetensi pedagogik. Beberapa pelatihan dan seminar yang pernah diikuti oleh guru MIS Sembungjambu Bojong

16 80 Kabupaten Pekalongan antara lain: pelatihan yang diadakan oleh dinas pendidikan, seminar pendidikan yang diadakan di perguruan tinggi, seminar pendidikan yang diadakan oleh lembaga-lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar kota, dan lain sebagainya. c. Dukungan stakeholder seperti: komite madrasah dan wali murid yang mendukung kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Faktor yang mendukung dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan salah satunya adalah adanya dukungan sakteholder seperti komite madrasah dan wali murid yang mendukung kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, seperti contohnya: jika guru memberikan tugas kepada peserta didik maka tidak segan-segan orang tua untuk ikut membantu pekerjaan rumah peserta didik. Demikian juga jika ada kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler maka orang tua juga ikut mendukung apa yang dilakukan oleh guru. Dukungan stakeholer ini sangatlah penting guna peningkatan kompetensi pedagogik guru, karena biar bagaimanapun lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama adalah lingkungan keluarga, sehingga peran dari orang tua peserta didik dalam mendukung kegiatan belajar mengajar tidak boleh dikesampingkan, guru harus mampu merangkul dan menggandeng peran aktif dari orang tua agar kegiatan belajar mengajarnya di madrasah dapat berhasil.

17 81 d. Siswa kooperatif dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh guru Tidak dapat dipungkiri bahwa di lembaga pendidikan manapun pasti terdapat siswa yang nakal namun juga terdapat sisswa yang berprestasi. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki peserta didik yang kooperati dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dari kesiapan dan kemauan siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan mengumpulkannya tepat pada waktunya. Itulah beberapa faktor yang menghambat dan mendukung kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan observasi di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan didapatkan informasi bahwa respon orang tua siswa terhadap guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah rata-rata dari para orang tua siswa banyak yang mengatakan bahwa guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sudah memiliki kompetensi pedagogik, selain memiliki kompetensi-kompetensi yang lain. Beberapa kompetensi Pedagogik yang dimiliki oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan, yakni ditunjukkan dari kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan untuk mengajar, kemampuan untuk melakukan evaluasi, dan lain sebagainya. 12 Januari Hasil observasi di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan tanggal 13

18 82 Untuk kompetensi pedagogik guru, MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan memiliki guru sudah menempuh pendidikan hingga sarjana (S 1 ) hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa setidak-tidaknya guru harus sudah memiliki sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Jumlah total guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan sebanyak 9 orang guru maka 8 orang guru sudah menempuh pendidikan S C. Analisis apa yang dilakukan guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik Berdasarkan hasil wawancara diketahui kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan pastilah diharapkan untuk diadakan peningkatan melalui beberapa strategi yang dapat diterapkan. Strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan, antara lain: 1. Mengikuti seminar pelatihan dan pendidikan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan maupun perguruan tinggi. Dengan mengikuti seminar pelatihan dan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. Pelatihan yang diadakan yaitu pelatihan Januari Hasil observasi di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan tanggal 13

19 83 pembuatan perangkat pembelajaran, bedah SKL dan mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Berikut adalah daftar seminar pelatihan dan pendidikan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan maupun perguruan tinggi yang diikuti oleh guru di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan: Tabel 4.1 Daftar seminar, pelatihan dan pendidikan yang diikuti guru di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan No. Nama Jabatan Seminar dan Pelatihan yang diikuti Tahun 1. Herru Susanto, S.Pd.I. Kepala Sekolah Seminar PTS dan PTK Juwariyah, S.Pd.I. Guru Kelas I Seminar dan Pelatihan MGMP Mifrokhatul Laila, S.Pd.I. Guru Kelas II Seminar dan Pelatihan MGMP Nur Asih, S.Pd.I. Guru Kelas III Seminar dan Pelatihan MGMP Iin Indra Dukwati, S.Pd.I. Guru Kelas IV Seminar dan Pelatihan MGMP Siti Asmanah, S.Pd.I. Guru Kelas V Seminar dan Pelatihan PTK Tauhidah, S.Pd.I. Guru Kelas VI Seminar dan Pelatihan PTK 8. Fauzi, S.Pd.I. Guru Olahraga Seminar Olahraga Ahmad Muhaimin, A.Ma. Guru Agama Pelatihan Tilawatil Qur an 2015 Yang memiliki pengaruh langsung terhadap kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan yaitu pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran, yang menyajikan berbagai pelatihan seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, prota, promes dan lainnya. Pelatihan tersebut tidak hanya untuk meningkatkan kompetensi sosial guru, namun juga diadakan agar guru dapat membuat dan merancang perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis pembelajaran, kalender pendidikan, nilai dan analisis nilai. Walaupun pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran

20 84 meliputi delapan komponen, namun yang sangat diprioritaskan dalam penyampaian materi pelatihan tersebut adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal ini dikarenakan ketercapaian tujuan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah mengikuti pelatihan tersebut, guru dapat mengetahui bentuk atau susunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terbaru. 2. Guru aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler Selain mengikuti seminar dan pelatihan pendidikan, guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan juga aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan diwajibkan untuk mengampu kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengaktifkan dan mendekatkan guru kepada siswa dan wali murid sehingga diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik. Berikut adalah daftar kegiatan ekstrakurikuler di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan: Tabel 4.2 Daftar kegiatan ekstrakurikuler di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan No. Guru Pengampu Kegiatan Hari Ekstrakurikuler 1. Herru Susanto, S.Pd.I. Pramuka Jum at 2. Juwariyah, S.Pd.I. PMR Kamis 3. Mifrokhatul Laila, S.Pd.I. Pramuka Jum at 4. Nur Asih, S.Pd.I. PMR Selasa 5. Iin Indra Dukwati, S.Pd.I. TIK Rabu 6. Siti Asmanah, S.Pd.I. TIK Rabu 7. Tauhidah, S.Pd.I. TIK Rabu

21 85 8. Fauzi, S.Pd.I. Olahraga Sabtu 9. Ahmad Muhaimin, A.Ma. Tilawatil Qur an Jum at Dengan menjadi guru pengampu kegiatan ekstrakurikuler tersebut maka guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam mengajarkan kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa di MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan. 3. Guru aktif dalam rapat madrasah, baik yang melibatkan komite madrasah maupun wali murid. Salah satu upaya atau strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan adalah dengan mengaktifkan guru untuk mengikuti rapat sekolah, baik yang melibatkan komite sekolah maupun wali murid. Dengan aktif mengikuti rapat di madrasah maka guru akan memiliki kompetensi dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dikarenakan guru harus mampu menguasai bahasa dan mampu menjaga perilaku dihadapan orang lain. 4. Guru mengikuti kegiatan sertifikasi dan terlibat aktif dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) Strategi yang dilakukan oleh guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dalam peningkatan kompetensi pedagogiknya adalah dengan mengikuti kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah dan terlibat aktif dalam KKG (Kelompok Kerja Guru). Guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan mengikuti kegiatan

22 86 sertifikasi yang dilakukan pemerintah dan aktif terlibat dalam KKG (Kelompok Kerja guru). Hal ini bertujuan agar kompetensi pedagogik guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan dapat meningkat. Itulah beberapa beberapa hal yang dapat dilakukan guru MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik. Dengan adanya pelatihan, Seminar, Sertifikasi dan Kelompok Kerja Guru (KKG) diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru sebagai agen pembelajaran merupakan ujung tombak peningkatan proses pembelajaran di dalam kelas yang akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, Pemahaman terhadap peserta didik, Pengembangan kurikulum/silabus, Perancangan pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, Pemanfaatan teknologi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Dengan demikian adanya pelatihan terhadap kompetensi pedagogik guru dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar pada siswa MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan.

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan 1. Sejarah Berdiri Seiring dengan tekad dan perjuangan Nahdlotul Ulama

Lebih terperinci

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd. PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS Oleh Drs. Andi Suntoda S., M.Pd. LANDASAN HUKUM UU RI Pasal 5 nomor 20 tahun 2003 : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berarti sebagai langkah dan usaha sadar untuk mencerdaskan, mengembangkan potensi diri, menuju insan yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu,

Lebih terperinci

BAB II KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU. pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran 2.

BAB II KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU. pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran 2. BAB II KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU A. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi pedagogik berasal dari dua kata yaitu kompetensi dan pedagogik. Kompetensi adalah (kewenangan), kekuasaan untuk menentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 722 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI A. Pengertian Program Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran wajib yang merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana kesuksesannya bisa terlihat dalam 2 aspek, yaitu aspek proses dan aspek produk. Sebagai sebuah sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dalam kegiatan interaksi ini tidaklah dilakukan dengan sembarangan dan di luar kesadaran,

Lebih terperinci

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan 196 V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG Disusun oleh: Nama : MARTINA DWI PERMATASARI NIM : 7101409062 Program Studi : Pendidikan Administrasi Perkantoran FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

Judul BAB I PENDAHULUAN

Judul BAB I PENDAHULUAN 1 Nama Judul : Ita Wulan Septina : Hubungan antara kepribadian dan lingkungan pergaulan dengan prestasi belajar siswa kelas II program Keahlian Pemesinan SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting untuk menunjang kemajuan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari penyelenggaraan pendidikan yang diadakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja, akan tetapi proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat sangat berdampak pada semua bidang, salah satunya adalah pendidikan. Perubahan yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan potensi peserta didik. Salah satu permasalahan yang terjadi pada Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika dalam aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhannya sangat tinggi, hal ini berdampak kepada persaingan dalam dunia kerja penuh dengan syarat keprofesionalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar yang bertujuan mengembangkan setiap aspek pribadi manusia sehingga terbentuk manusia seutuhnya. Dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilainilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karna itu dari waktu ke waktu selalu dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa yang sedang membangun seyogyanya menjadikan sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP Eri Murti Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Penulisan ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 47 2004 SERI E 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsure

BAB I PENDAHULUAN. yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsure 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang mencipakannya guna membelajarkan anak didik. guru yang mengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh setiap orang dan merupakan suatu kebutuhan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa melalui peserta didik agar menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH: DEWI HERNIA NENGSIH G2G

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH: DEWI HERNIA NENGSIH G2G ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES JURNAL PENELITIAN OLEH: DEWI HERNIA NENGSIH G2G1 15 148 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2017 1 ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO Disusun oleh : Nama : Nur Hikmah NIM : 4401408116 Program Studi : Pendidikan Biologi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Usman (2005. h, 31) merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan adalah salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari pendidikan. Baik secara informal atau non formal, seperti pendidikan dalam lingkungan keluarga. Di samping secara formal, seperti di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia, yakni masalah pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsung hidup dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era informasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi meningkat sesuai dengan perkembangan zaman baik media cetak, elektronik dan sosial media yang telah

Lebih terperinci

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG APPRENTICESHIP II MAGANG II Acep Haryudin, M.Pd DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG PROGRAM MAGANG 2 Program Magang 2 bertujuan memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Imam Bukhori NIM : 1102409024 Program Studi : Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban tergantung pada pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas utuk mengisi pembangunan di negara kita ini. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab II pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama 143 BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama yang harus dilalui adalah pembentukan tim pengembang kurikulum. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci