ABSTRAK PROFIL RETINOPATI DIABETIK DI DIVISI VITREO RETINA RSUP SANGLAH DENPASAR 1 JANUARI 30 JUNI 2015

Transkripsi

1 ABSTRAK PROFIL RETINOPATI DIABETIK DI DIVISI VITREO RETINA RSUP SANGLAH DENPASAR 1 JANUARI 30 JUNI 2015 Retinopati diabetik merupakan kelainan mata pada pasien DM yang disebabkan kerusakan kapiler retina. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi mengenai data karakteristik retinopati diabetik dan bagaimana jenis kelainan retinopati diabetik di divisi Vitreo- Retina RSUP Sanglah periode 1 Januari hingga 30 Juni Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan total sampling terhadap 57 pasien retinoapti diabetik dengan riwayat DM tipe 2. Pengambilan sampel menggunakan data sekunder berupa rekam medis. Sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi atau memenuhi kriteria eksklusi tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi pada sampel yaitu seluruh pasien yang memeriksakan diri di divisi Vitreo-Retina RSUP Sanglah Denpasar periode 1 januari hingga 30 juni 2015 dan didiagnosis mengalami kelainan retinopati diabetik. Pasien dengan rekam medis yang tidak lengkap dan pasien yang terdiagnosis memiliki penyakit lain dieksklusi dari sampel penelitian. Frekuensi umur <45 tahun sebesar 10.50%, tahun sebesar 80.70%, dan 65 tahun sebanyak 8.80%. Frekuensi jenis kelamin laki-laki pada kelompok NPDR didapatkan sebesar 47.80%, sedangkan perempuan sebanyak 52.20%. Kemudian frekuensi jenis kelamin laki-laki pada kelompok PDR yaitu sebesar 52.90%, sedangkan perempuan sebesar 47.10%. Frekuensi pada kelompok NPDR berdasarkan tingkat keparahan, yaitu ringan sebesar 40.00%, sedang sebesar 46.70%, dan berat sebesar 13.30%. Kelompok PDR memiliki rerata lama riwayat menderita DM yaitu ± 6.35 tahun, sedangkan kelompok NPDR yaitu 9.22 ± 6.10 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi pasien retinopati diabetik sesuai karakteristik umum perlu untuk diteliti lebih lanjut. Hal itu diperlukan untuk mengurangi prevalensi yang tinggi, sehingga mampu menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas pada retinopati diabetik. Kata kunci: Retinopati diabetik, DM tipe 2, karakteristik umum

2 ABSTRACT DIABETIC RETINOPATHY PROFILE IN VITREOUS-RETINAL DIVISION OF SANGLAH GENERAL HOSPITAL DENPASAR 1 JANUARY 30 JUNE 2015 Diabetic retinopathy is an eye disorder in diabetic patient due to retinal capillary damage. This study was aimed to know about the prevalence of general characteristic in diabetic retinopathy patient and about the classification in Vitreous-Retinal division of Sanglah General Hospital from 1 January until 30 June This is a cross-sectional study with a total sampling of 57 patients with history DM type 2. Data were collected from medical record. Inclusion criteria is patients who undergo medical check up in Vitreous-Retinal division of Sanglah General Hospital from 1 January until 31 June 2015 and diagnosed as diabetic retinopathy. Patient with uncomplete medical record and the diagnosis shows other disease were excluded from the study. Prevalence of diabetic retinopathy aged <45 years is 10.50%, years is 80.70%, and 65 years is 8.80%. Based on gender, male on NPDR group is 47.80% and female is 52.20%. Then PDR group, male is 52.90% and female is 47.10%. Severity of NPDR group shows 40% mild cases, 46.70% moderate, and 13.30% severe. Mean for diabetic history in PDR group is ± 6.35 years and NPDR group is 9.22 ± 6.10 years. This study conclude that the prevalence of diabetic retinopathy based on general characteristics need further research, then morbidity and mortality rates of diabetic retinopathy can be reduced. Keywords: Diabetic retinopathy, DM type 2, general characteristics

3 RINGKASAN PROFIL RETINOPATI DIABETIK DI DIVISI VITREO RETINA RSUP SANGLAH DENPASAR 1 JANUARI 30 JUNI 2015 Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang terjadi antara umur 20 hingga 74 tahun di Amerika. DM sering menimbulkan kebutaan apabila tidak terkontrol. Hiperglikemia yang terjadi pada pasien DM menyebabkan adanya disfungsi endotel sehingga memicu iskemia pada retina dan mempengaruhi permeabilitas vaskular (Jameson, 2010). Prevalensi DM terus meningkat dari tahun ke tahun. DM di dunia tahun 2014 terjadi pada 387 juta orang dan di Amerika sebanyak 25 juta orang (IDF, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwipayana dkk (2010) melaporkan bahwa epidemiologi di Bali tahun 2005 sampai 2010 sebesar 229 ribu orang. Kemudian data terbaru melaporkan bahwa prevalensi DM di Bali tahun 2013 sebesar tiga juta orang (Depkes, 2015). Menurut penelitian Al-Rubeaan K tahun 2010, prevalensi DM diprediksi akan meningkat menjadi 429 juta tahun 2030 akibat adanya peningkatan frekuensi obesitas, peningkatan usia harapan hidup, dan peningkatan deteksi DM. WHO memperkirakan tahun 2030 DM akan menjadi urutan ketujuh penyebab utama kematian (WHO, 2015). Pasien dengan DM memiliki risiko mengalami retinopati diabetik 25 kali lebih mudah daripada orang tanpa DM (Kasper dkk, 2010). The diabetes control and complications trial (DCCT) menunjukkan bahwa kontrol metabolik yang intesif dapat menurunkan insiden dan progresivitas retinopati diabetik (Hirsch IB dkk, 2010). Retinopati diabetik merupakan kelainan mata pada pasien DM yang disebabkan kerusakan kapiler retina dalam berbagai tingkatan. Jenis kelainan retinopati diabetik dibagi menjadi dua tahap yaitu non-proliferatif dan proliferatif. Non-proliferative retinopathy diabetic (NPDR) memiliki tingkat keparahan ringan, sedang, dan berat (Jameson, 2010). Peningkatan prevalensi DM juga menyebabkan terjadinya peningkatan prevalensi retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis mikrovaskular oftalmologi yang paling berbahaya pada DM (Dwipayana dkk, 2010; AOP, 2014). Pasien ketika diagnosis DM tipe 2 ditegakkan sekitar 20% diantaranya sudah ditemukan retinopati diabetik. Setelah 15 tahun kemudian prevalensi meningkat menjadi lebih dari 60-85% (Silva dkk, 2009). Penelitian dilakukan di bagian Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah (RSUP) Sanglah Bali periode 01 Januari - 30 Juni Hasil yang didapatkan dari pencatatan nomor rekam medik adalah 100 nomor. Pasien yang memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, didapatkan 57 sampel. Penelitian ini menunjukkan prevalensi PDR sebesar 59.65%, sedangkan kelompok NPDR sebesar 40.65%. Frekuensi pasien DM dengan retinopati diabetik dengan berbagai karakteristik, yaitu umur dan jenis kelamin. Frekuensi umur terbagi menjadi tiga kategori yaitu <45 tahun sebesar 10.50%, tahun sebesar 80.70%, dan 65 tahun sebanyak 8.80%. Frekuensi jenis kelamin laki-laki pada pasien DM dalam kelompok NPDR didapatkan sebesar 47.80%, sedangkan perempuan sebanyak 52.20%. Jenis kelamin laki-laki pada pasien DM dalam kelompok PDR memiliki frekuensi sebesar 52.90%, sedangkan perempuan sebesar 47.10%. Kelompok NPDR berdasarkan tingkat keparahan, yaitu ringan sebesar 40.00%, sedang sebesar 46.70%, dan berat sebesar 13.30%. Kemudian kelompok PDR memiliki rerata lama riwayat menderita DM yaitu ± 6.35 tahun, sedangkan kelompok NPDR yaitu 9.22 ± 6.10 tahun.

4 Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi pasien retinopati diabetik sesuai karakteristik umum perlu untuk diteliti lebih lanjut untuk mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas. Peneliti juga menyarankan untuk lebih lengkap dalam melakukan pencatatan rekam medis pasien. Hal itu perlu dilakukan untuk penatalaksanaan yang lebih tepat pada pasien yang terdiagnosis sebagai retinopati diabetik.

5 SUMMARY DIABETIC RETINOPATHY PROFILE IN VITREOUS-RETINAL DIVISION OF SANGLAH GENERAL HOSPITAL DENPASAR 1 JANUARY 30 JUNE 2015 Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder that occurs between years old in America. Uncontrolled DM often lead to blindness. Hyperglycemia that occurs in diabetic patients cause endothelial dysfunction, triggering ischemia in retina and affects vascular permeability (Jameson, 2010). The prevalence of diabetes continues to increase by year to year. DM in the world on 2014 occurred on 387 million people, and in the United States as many as 25 million people (IDF, 2015). According to the research conducted by Dwipayana et al (2010), epidemiology in Bali in 2005 until 2010 amounted to 229 thousand people. Then the latest data reported that the prevalence of DM in Bali in 2013 amounted to three million people (MOH, 2015). According to the study Al-Rubeaan K in 2010, the prevalence of diabetes is predicted to increase to 429 million in 2030 due to the increasing frequency of obesity, increased life expectancy and improved detection of DM. WHO estimates that in 2030, DM will be the seventh leading cause of death (WHO, 2015). Patients with diabetes have a risk of having diabetic retinopathy 25 times more likely than people without diabetes (Kasper et al, 2010). The diabetes control and complications trial (DCCT) showed that intensive metabolic control can reduce the incidence and progression of diabetic retinopathy (Hirsch IB et al, 2010). Diabetic retinopathy is an eye disorder in diabetic patients due to retinal capillary damage in varying degrees which divided into two stages: non-proliferative and proliferative. Nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR) has a severity mild, moderate, and severe (Jameson, 2010). Increased prevalence of diabetes also causes an increase in the prevalence of diabetic retinopathy. Diabetic retinopathy is one of the most dangerous complication of chronic microvascular ophthalmology in DM (Dwipayana et al, 2010; AOP, 2014). Patients with type 2 diabetes when the diagnosis is made about 20% of them have been found suffered from diabetic retinopathy. After 15 years later the prevalence increased to more than 60-85% (Silva et al, 2009). The study was conducted at the Vitreous-Retinal division of Sanglah General Hospital Denpasar Bali from January 1 to June 30, The result of the recording of the sample obtained were 100 datas were recorded from medical record. Patients who meet the criteria exclusion and inclusion predetermined, obtained 57 samples. This study shows the prevalence of PDR is 59.65%, while the NPDR group amounted to 40.65%. The frequency of DM patients with diabetic retinopathy are classified into different characteristics, such as age and gender. Frequency of age divided into three categories: <45 years is 10:50%, year amounted to 80.70%, and 65 years of as much as 8.80%. The frequency of the male in diabetic patients in NPDR group obtained by 47.80%, while female as much as 52.20%. The frequency of diabetic male patients of group PDR is 52.90%, while women amounted to 47.10%. NPDR groups based on the severity, ie lighter by 40.00%, currently amounting to 46.70%, and the weight of 13:30%. Then the PDR group had a mean long history of diabetes mellitus is 11:26 ± 6:35 year, while the group is 9:22 ± 6:10 NPDR year. This study shows that the prevalence of diabetic retinopathy patients with appropriate general characteristics need to be further investigated to reduce morbidity and mortality.

6 Researchers also suggested more fully in doing recording patient medical records. It was necessary for more appropriate management for patients who are diagnosed as diabetic retinopathy.

7 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR SINGKATAN... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Diabetes Melitus terhadap Retinopati Diabetik... 6

8 2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Klasifikasi Diabetes Melitus Komplikasi Kronis Diabetes Melitus Penatalaksanaan Retinopati Diabetik Definisi Retinopati Diabetik Manajemen Retinopati Diabetik BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Subyek Penelitian Variabilitas Populasi Kriteria Subjek Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Teknik Penentuan Sampel Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

9 4.6 Alur Penelitian Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data Cara Pengolahan dan Analisis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Umum Rerata Umur pada Pasien Retinopati Diabetik Prosentase Jenis Kelamin pada Pasien Retinopati Diabetik Rerata Lama Riwayat DM pada Pasien Retinopati Diabetik Frekuensi Tingkat Keparahan pada Pasien Retinopati Diabetik Kelompok NPDR Keterbatasan Penelitian BAB VI SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Durasi Diabetes Melitus dan Keberadaan Retinopati Diabetik dan Diabetic Macular Edema (DME)...14 Tabel 5.1 Frekuensi Umur Pasien DM dengan Retinopati Diabetik...28 Tabel 5.2 Frekuensi Jenis Kelamin pada Kelompok PDR...29 Tabel 5.3 Frekuensi Jenis Kelamin pada Kelompok NPDR...29 Tabel 5.4 Rerata Lama Riwayat DM pada Pasien Retinopati Diabetik...30 Tabel 5.5 Frekuensi Kelompok NPDR berdasarkan Tingkat Keparahan Retinopati Diabetik...31

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Patofisiologi DM Tipe Gambar 2.2 Patofisiologi DM Tipe Gambar 2.3 Struktur Retina Normal dan Retinopati...12 Gambar 2.4 Patofisiologi Retinopati Diabetik...15 Gambar 2.5 Tingkat Keparaahan NPDR...16 Gambar 2.6 DME dengan Hard Lipid Exudates...16 Gambar 2.7 DME yang Menunjukkan Leakage Of Dye...17 Gambar 2.8 Struktur Keadaan PDR...17 Gambar 2.9 Proses Pertama Foto Fundus pada Fotokoaguasi Panretinal...20 Gambar 2.10 Tahap Kedua Foto Fundus pada Fotokoagulasi Panretinal...20 Gambar 2.11 Tahap Ketiga Foto Fundus pada Fotokoagulasi Panretinal...20 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...21 Gambar 4.1 Alur Penelitian...25

12 DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN DM WHO DCCT NPDR DME CSME RSUP ICAs GDM IGT IFG HDL DKA HHS ESRD AGEs PPAR-γ NF-kB PDR : Diabetes Melitus : World Health Organization : The Diabetes Control and Complications Trial : Non-Proliferative Retinopathy Diabetic : Diabetic Macular Edema : Clinically Significant Macular Edema : Rumah Sakit Umum Pusat : Islet Cell Antibodies : Gestational Diabates Mellitus : Impaired Glucose Tolerance : Impaired Fasting Glucose : High Density Lipoprotein : Diabetic Ketoacidosis : Hyperglicemic Hyperosmolar State : End-Stage Renal Disease : Advanced Glycation End Products : Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Gamma : Nuclear Factor Kappa B : Proliferative Retinopathy Diabetic

13 RAGE DD ME ACE VEGF PRP Anti-VEGF HbA1c : Receptor for Advanced Glycation End Products : Disc Diameter : Macular Edema : Angiotensin Converting Enzyme : Vascular Endothelial Growth Factor : Panretinal Photocoagulation : Anti Vascular Endothelial Growth Factor : Hemoglobin Glikosilat

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang paling banyak terjadi. Kebutaan terjadi antara umur 20 hingga 74 tahun di Amerika yang utamanya disebabkan oleh DM. DM ditandai dengan adanya peningkatan gula darah berlebihan yang biasa disebut sebagai hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan adanya disfungsi pada vascular endothelial yang menjadi pemicu iskemik retina dan mempengaruhi permeabilitas vaskular. Penyakit ini diklasifikasikan menjadi dua tipe, DM tipe 1 dan DM tipe 2. Tipe 1 merupakan defisiensi insulin secara lengkap (near-total), sedangkan tipe 2 merupakan gangguan heterogen yang ditandai dengan resistensi insulin (Jameson, 2010). DM merupakan salah satu penyebab awal kematian dan diasabilitas di seluruh dunia (Lozano, 2012; Murrary, 2012). Prevalensi DM meningkat dari tahun ke tahun, prevalensi DM di dunia tahun 2014 sebanyak 387 juta orang dan di Amerika sebanyak 25 juta orang. Prevalensi DM tahun 2013 di Indonesia sebesar 12 juta (IDF, 2015). Studi epidemiologi di Bali yang dilakukan oleh Divisi Endokrin Metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun melaporkan bahwa prevalensi DM sebesar 229 ribu orang (Dwipayana dkk, 2010). Prevalensi DM di Bali tahun 2013 sebesar tiga juta orang (Depkes, 2015). Tahun 2012 DM secara langsung dapat menyebabkan kematian sebesar 1,5 juta orang di dunia (WHO, 2015). Menurut penelitian Al- Rubeaan K tahun 2010, prevalensi DM diprediksi akan meningkat menjadi 429 juta tahun 2030 akibat adanya peningkatan frekuensi obesitas, peningkatan usia harapan hidup, dan peningkatan deteksi DM (Al-Rubeaan, 2010). Menurut WHO tahun 2030 DM akan menjadi urutan ketujuh

15 penyebab utama kematian. WHO memperkirakan tahun 2035 prevalensi DM di Amerika meningkat menjadi 50 juta orang. Tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia diperkirakan mencapai 21,3 juta orang (WHO, 2015). Di Amerika utara dilaporkan sekitar pasien DM mengalami kebutaan setiap tahun. Di Inggris dan Wales tercatat sekitar 1000 pasien DM tiap tahun mengalami kebutaan sebagian hingga kebutaan total (Silva dkk, 2009). Pasien dengan DM memiliki risiko mengalami retinopati diabetik 25 kali lebih mudah daripada orang tanpa DM (Kasper dkk, 2010). The diabetes control and complications trial (DCCT) menunjukkan bahwa kontrol metabolik yang intesif dapat menurunkan insiden dan progresivitas retinopati diabetik. Kadar glycatedhemoglobin sebagai faktor risiko terbesar untuk memprediksi perkembangan dan progresivitas retinopati diabetik yaitu sebesar 11% (Hirsch IB dkk, 2010). Risiko mengalami retinopati diabetik berbanding lurus dengan lamanya pasien menderita DM (Kasper dkk, 2010). Retinopati diabetik merupakan kelainan mata pada pasien DM yang disebabkan kerusakan kapiler retina dalam berbagai tingkatan. Kelainan tersebut akan menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari ringan sampai berat bahkan kebutaan total dan permanen. Kadar HbA1c berhubungan dengan status retinopati diabetik pasien. Menurut penelitian Khandekar tahun 2011 di Oman, menunjukkan bahwa HbA1c > 9% memiliki risiko mengalami retinopati diabetik dibandingkan pasien DM yang memiliki HbA1c < 9% (Khandekar dkk, 2011). Nilai cut off point HbA1c pasien retinopati diabetik adalah > 6,5% (WHO, 2011). Jenis kelainan retinopati diabetik dibagi menjadi dua tahap yaitu non-proliferatif dan proliferatif. Non-proliferative retinopathy diabetic (NPDR) memiliki tingkat keparahan ringan, sedang, dan berat. Tingkat keparahan berat pada NPDR disebut sebagai diabetic macular edema

16 (DME). Ada dua jenis DME yaitu macular edema dan clinically significant macular edema (CSME). DME dan CSME merupakan tipe retinopati diabetik yang berat (Jameson, 2010). Peningkatan prevalensi DM juga menyebabkan terjadinya peningkatan prevalensi retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis mikrovaskular oftalmologi yang paling berbahaya pada DM (Dwipayana dkk, 2010; AOP, 2014). Prevalensi retinopati diabetik di dunia tahun 2012 sebanyak 93 juta orang, di Amerika sebesar 843 ribu orang, dan di Indonesia sebanyak 760 orang (Yau dkk, 2012). Data epidemiologi retinopati diabetik di Bali sampai tahun 2010 belum banyak dilaporkan (Dwipayana dkk, 2010). Prevalensi retinopati diabetik pada pasien DM tipe 1 setelah tahun sejak diagnosis ditegakkan berkisar antara 20-25%. Sesudah 15 tahun prevalensi meningkat menjadi 75-95% dan setelah 30 tahun meningkat sampai 100% (Masharani, 2011). Pasien ketika diagnosis DM tipe 2 ditegakkan sekitar 20% diantaranya sudah ditemukan retinopati diabetik. Setelah 15 tahun kemudian prevalensi meningkat menjadi lebih dari 60-85% (Silva dkk, 2009). Komplikasi retinopati diabetik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gangguan penglihatan seperti kebutaan dapat membatasi aktivitas masyarakat sehari-hari. Kualitas hidup masyarakat juga akan menjadi buruk akibat adanya gangguan penglihatan (WHO, 2015). Kejadian kebutaan tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga terjadi pada anak-anak, orang muda, dan orang dewasa (Jameson, 2010). Penyebab utama kebutaan adalah glaukoma, age-related macular degeneration, corneal opacities, retinopati diabetik, dan trakoma (WHO, 2015). Kebutaan yang terjadi akibat retinopati diabetik sebagai hasil utama dari diabetic macular edema (DME) dan clinically significant macular edema (CSME) (Jameson, 2010). Kebutaan semakin meningkat seiring dengan tidak terkontrolnya angka kejadian DM. Tahun 2010 di dunia sebesar 285 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang

17 diantaranya mengalami kebutaan. Anak-anak di dunia yang mengalami kebutaan sebanyak 1,4 juta orang. Satu persen kebutaan berhubungan dengan DM (WHO, 2015). Berdasarkan prevalensi kelainan retinopati diabetik yang tinggi dan besarnya dampak yang dapat ditimbulkan bila tidak tertangani dengan baik, maka penulis tertarik untuk meneliti profil penderita retinopati diabetik di Poliklinik Mata RSUP Sanglah pada periode 1 Januari hingga 31 Desember 2015 berdasarkan karakteristik penderita retinopati diabetik dan jenis retinopati diabetik di RSUP Sanglah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang gambaran umum retinopati diabetik di Poliklinik Mata RSUP Sanglah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Bagaimana karakteristik retinopati diabetik di divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah pada periode 1 Januari - 30 Juni 2015? 2. Bagaimana jenis-jenis kelainan retinopati diabetik di divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah pada periode 1 Januari - 30 Juni 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik retinopati diabetik di divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah pada periode 1 Januari 30 Juni 2015.

18 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui karakteristik retinopati diabetik di divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah pada periode 1 Januari - 30 Juni Mengetahui jenis-jenis retinopati diabetik di divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah pada periode 1 Januari - 30 Juni Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan data mengenai karakteristik retinopati diabetik pada pasien yang memeriksakan diri ke divisi Vitreo Retina RSUP Sanglah selama 1 Januari sampai 30 Juni 2015 ke masyarakat dan kalangan akademisi. 2. Dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian-penelitian lain yang membahas mengenai kelainan retinopati diabetik.