BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderitadiabetes mellitus (DM) baru di seluruh dunia meningkat secara
|
|
- Shinta Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderitadiabetes mellitus (DM) baru di seluruh dunia meningkat secara drastis, dari 150 juta penderita pada tahun 2009 dan diperkirakan mencapai 300 juta penderita pada tahun 2025 (Curtis et al., 2009). Salah satu komplikasi mikrovaskular yang paling sering terjadi dari penyakit diabetes tersebut adalah retinopati. Retinopati merupakan kasus klinis mayor bagi para ophthalmologist (Curtis et al., 2009). Retinopati diabetika/diabetic retinopathy (DR) adalah suatu mikroangiopati pada retina yang progresif akibat DM yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus, meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler dan vena-vena (Vaughan, 2000; Nema, 2002). DR merupakan penyulit dan komplikasi mayor dari DM yang paling ditakuti, karena insidensinya yang cukup tinggi dan prognosisnya yang kurang baik bagi penglihatan sertamerupakan penyebab utama kebutaan pada populasi kerja di negara berkembang (Nema, 2002; Curtis et al., 2009). Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia adalah 0,9 % dengan penyebab utama adalah katarak. Penyebab kebutaan terbesar yang lain adalah glaukoma (0.5 %), diikuti kelainan refraksi dan penyakit mata degeneratif termasuk DR (Kingman, 2004). Berdasarkan The DiabCare Asia 2008 Study, 42% penderita DM di Indonesia mengalami komplikasi retinopati (Soewondo, 2010). Angka tersebut berbeda di berbagai daerah di Indonesia. Di RS M. Djamil Padang, sekitar 50,7% pasien DM mengalami DR, baik non proliferatif ataupun proliferatif (Rahman, 2002) 1
2 Menurut Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS), DR dibagi menjadi Non Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR) dan Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR). NPDR dibagi menjadi mild, moderate, severe dan very severe, sedangkan PDR dibagi menjadi early, high risk dan advanced. Lama perjalanan penyakit DM merupakan faktor risiko yang bermakna terhadap perkembangan retinopati. Hal ini telah dibuktikan oleh Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) (Frank, 2001). Sesudah menderita DM selama 20 tahun, hampir semua penderita DM tipe I maupun lebih dari 60% penderita DM tipe II mempunyai retinopati dengan berbagai stadium (Aiello, 1994). Penyebab gangguan penglihatan paling banyak pada pasien NPDR kelompok umur tahun adalah diabetic macular edema (DME). Winconsin Epidemologic Study of Diabetic Retinopathy memastikan bahwa setelah 15 tahun menderita DM, prevalensi terjadinya DME sebesar 20% pada diabetes tipe I dan 25% pada diabetes tipe II yang menggunakan insulin dan sebesar 14% pada diabetes tipe II yang tidak menggunakan insulin (Kleinet al., 1984). Komplikasi lain dari DR lanjut yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan adalah terbentuknya neovaskularisasi pada retina dan diskus optikus yang berakibat perdarahan di dalam bola mata, neovaskularisasi di sekitar iris yang berakibat neovascular glaucoma serta ablasi retina karena tarikan jaringan fibrovaskuler yang terbentuk. Bukti ilmiah berupa penelitian klinik selama lebih dari 30 tahun menyatakan bahwa dengan penanganan yang adekuat, lebih dari 90% kebutaan akibat DM dapat dicegah. Penanganan adekuat adalah : 1. Deteksi dini DR dan 2. Fotokoagulasi laser yang tepat waktu dan adekuat (Taylor et al., 2001). Hasil penelitian membuktikan bahwa DR dapat dicegah atau ditunda terjadinya dengan penanganan kadar gula darah yang adekuat, dan pengendalian tekanan darah (Eliott, 2007). Pencegahan DR hanya dapat dilakukan 2
3 dengan pengendalian kadar gula darah serta menghindari faktor-faktor risiko yang lain. DR dapat terjadi tanpa adanya gejala penurunan ketajaman penglihatan yang dirasakan oleh penderita, sehingga memenuhi kriteria World Health Organization (WHO) untuk suatu keadaan yang memerlukan suatu penapisan. Penapisan sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi DR secara dini yang kemudian dapat dilakukan fotokoagulasi laser secara tepat waktu. Adanya kondisi presimtomatik pada DR tersebut serta ketidaktahuan pasien DM terhadap risiko kebutaan yang dapat terjadi akan berpengaruh pada kesadaran pasien DM untuk menjalani penapisan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 23,8% penderita diabetes di perkotaan dan 33,9% penderita diabetes di pedesaan yang tidak mengetahui bahwa penyakit diabetes dapat mengakibatkan kebutaan (Agni et al., 2004). Deteksi dini adalah sangat penting karena terapi yang tepat bukan penyembuhan tetapi lebih kearah memelihara penglihatan. Untuk meningkatkan deteksi dini, kebanyakan individu harus dilakukan penapisan untuk diabetes dan untuk penderita diabetes harus dilakukan penapisan untuk DR (Meyer et al.,2005) Gangguan penglihatan pada penderita DR dapat mempengaruhi kondisi kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mata (Health-Related Quality of Life/HRQL). Kehilangan produktifitas dan kualitas kehidupan pasien DM akan menyebabkan beban sosio-ekonomi masyarakat (Viswanath and McGavin, 2003). Adanya kondisi presimtomatik serta penyebab gangguan penglihatan yang berbeda pada masing-masing tingkatan DR (NPDR dan PDR) mendorong kami untuk menganalisis seberapa besar pengaruh DR pada kualitas hidup pasien berdasarkan tingkatan klasifikasinya. 3
4 B. Pertanyaan Penelitian Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah ada perbedaan kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan pada penderita NPDR dan PDR? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan pada penderita NPDR dan PDR. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan tentang kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan pada penderita NPDR dan PDR. 2. Memberi pengetahuan tentang tingkat klasifikasi DR yang paling banyak memberi pengaruh pada kualitas hidup pasien. 3. Dapat digunakan sebagai dasar edukasi bagi penderita DM untuk mengelola penyakitnya secara baik serta mencegah progresivitas lebih lanjut sehingga mampu terhindar dari kondisi penurunan kualitas hidup yang lebih buruk. 4. Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 4
5 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kualitas hidup pada penderita DR antara lain : 1. Klein et al. (2001), melakukan studi cohort berbasis populasi untuk meneliti hubungan dari 25 item nilai skala NEI-FVQ-25 (National Eye Institute Visual Fungtion Questionare) secara keseluruhan dan spesifik dengan ketajaman penglihatan, DR dan karakteristik lain pada penderita DM tipe I dan mendapatkan bahwa ke 25 item pertanyaan pada NEI VFQ menunjukkan keterkaitan yang kuat dengan visus, tidak tergantung pada derajat keparahan dari retinopati dan komplikasi lain terkait dengan diabetes tipe 1. Oleh karena itu NEI VFQ-25 mungkin sangat berguna dalam pengukuran HRQL, dalam hal ini berhubungan dengan visus pada studi epidemiologi dan percobaan klinik pada pasien diabetes. 2. Sharma et al. (2005) melakukan tinjauan terhadap bukti terbaru pada evaluasi efek DR dan DME pada kualitas hidup terkait kesehatan, dan mendapatkan bahwa dari pencarian literatur, dari beberapa artikel terbaru dapat ditunjukkan bahwa terjadi penurunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien dengan DR dan dengan berbagai pengobatan baru banyak dieksplorasi untuk pengelolaan DR dan DME. Pengukuran HRQL mungkin akan memainkan peran penting baik dalam keputusan untuk menawarkan pengobatan dan dalam memantau keuntungan kesehatan yang relevan yang mungkin berasal dari intervensi. 3. Hariprasad et al.(2007) melakukan studi prospective, consecutive, non comparative case series untuk menentukan dampak DME pada kualitas hidup pada pasien diabetes tipe 2, dan mendapatkan bahwa pasien diabetes tipe 2 dengan riwayat edema makula mengalami penurunan pada Vision Related Quality of Life 5
6 (VR-QOL) dibandingkan dengan pasien diabetes tipe 1 dengan retinopati diabetes, glaukoma atau katarak. Namun, VR-QOL pada pasien diabetes tipe 2 dengan edema makula mirip dengan pasien ARMD. 4. Mazhar et al.(2011) melakukan studi cross sectional berbasis populasi masyarakat Latin untuk mengetahui dampak DR dan tingkat keparahannya pada HRQoL pada penderita diabetes tipe 2, dan melaporkan bahwa keparahan yang lebih tinggi dari DR dikaitkan dengan nilai HRQoL umum dan HRQoL spesifik visus yang lebih rendah. Orang dengan NPDR moderat bilateral memiliki penurunan paling besar dalam kualitas hidup dibandingkan dengan orang dengan DR yang kurang parah. Pencegahan kejadian DR serta yang lebih penting adalah pencegahan perkembangan DR dari NPDR unilateral menjadi bilateral harus dianggap sebagai tujuan penting dalam penanganan penderita DM karena cenderung berdampak pada HRQoL seseorang. 5. Flavio et al. (2011) melakukan penelitian prospective cohort study untuk meneliti perubahan ketajaman penglihatan terkait kualitas hidup (vision related quality of life) selama periode 10 tahun pada populasi diabetes tipe 1 dengan menggunakan kuesioner NEI-VFQ-25, dan melaporkan bahwa kehilangan tiga baris pada bagan/chart ETDRS merupakan faktor yang paling penting terkait dengan perubahan negatif dalam skor NEI-VFQ-25 dalam penelitian tersebut setelah mengendalikan faktor confounders. Perubahan yang paling penting diamati pada sub skala seperti visus umum (-6,46 poin), kesehatan mental (-10,19 poin); kesulitan berperan (-6,06 poin), dan mengemudi (-10,43 poin). Pengangguran dan perkembangan komplikasi jangka panjang seperti nefropati juga dikaitkan dengan perubahan negatif dalam beberapa skor sub skala NEI-VFQ-25. Di sisi lain, 6
7 perubahan status DR tidak terkait dengan perubahan dalam beberapa sub skala setelah 10 tahun. 6. Rositawati et al. (2005) melakukan penelitian cross sectional tentang kualitas hidup terkait dengan gangguan visus sentral pada kelompok ARMD (age related macular degeneration) dan non ARMD dengan menggunakan kuesioner IVI (impact of vision impairment) dan mendapatkan hasil bahwa kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan sentral pada kelompok ARMD lebih rendah dibandingkan dengan kelompok non ARMD (p<0.005). Penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan pada penderita NPDR dan PDR di RS.DR.Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, dalam hal ini pada penelitian ini akan membandingkan kualitas hidup yang berhubungan dengan gangguan penglihatan pada NPDR dan PDR menggunakan instrument kuesioner National Eye Institute Visual Functioning Questionare -25 (NEI VFQ-25). 7
BAB I PENDAHULUAN. (DM) yang telah berlangsung lama (InaDRS, 2013; Agni, dkk., 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retinopati diabetik adalah suatu kelainan retina karena perubahan pembuluh darah retina akibat diabetes, sehingga mengakibatkan gangguan nutrisi pada retina. Retinopati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit diturunkan secara maternal yang menyebabkan penderitanya mengalami degenerasi pada serabut saraf retina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemik akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan resistensi seluler terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti kebutaan total, kebutaan ekonomi, kebutaan hukum dan kebutaan Sosial. Publikasi WHO pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang. ditandai dengan kenaikan kronik kadar gula darah di
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan kenaikan kronik kadar gula darah di atas batas normal. Diabetes mellitus disebabkan oleh kelainan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012, estimasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang di Indonesia Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk prevalensi low vision dan kebutaan yang tinggi. Menurut Global Data on Visual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mata merupakan salah satu organ indera yang menjadi sarana masuknya informasi untuk selanjutnya diproses oleh otak. Mata berperan penting bagi manusia, melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan dengan kematian akan tetapi tanpa penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ablasi retina merupakan salah satu penyakit yang mengancam penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi menunjukkan bahwal angka kejadian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata merupakan organ sensoris yang sangat vital. Delapan puluh persen informasi diperoleh dari penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2 (www.depkes.go.id,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Secara umum, hampir 80 % prevalensi
Lebih terperinciPENURUNAN CONTRAST SENSITIVITY PADA RETINOPATI DIABETIKA NONPROLIFERATIF DIABETES MELLITUS TIPE 2 DIBANDING NON DIABETES MELLITUS
PENURUNAN CONTRAST SENSITIVITY PADA RETINOPATI DIABETIKA NONPROLIFERATIF DIABETES MELLITUS TIPE 2 DIBANDING NON DIABETES MELLITUS Wahju Ratna Martiningsih*, Wilardjo**, Pramanawati** ABSTRAK Tujuan: Mengetahui
Lebih terperinciPREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR
PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR Ni Made Sintia Anggia Sari 1, Made Ratna Saraswati 2 1) Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin secara efektif. Menurut International Diabetes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin maupun karena tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang pandangan, walaupun kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciAbstrak Kata kunci: Retinopati Diabetik, Laser Fotokoagulasi, Injeksi Intravitreal Anti VEGF.
Kemajuan Visus Penderita Retinopati Diabetik yang Diterapi dengan Laser Fotokoagulasi dan atau Injeksi Intravitreal di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang Mulyati 1, Ramzi Amin 2, dan Budi Santoso 3
Lebih terperinciDiabetes dan Penyakit Mata
Diabetes dan Penyakit Mata Diabete s dan penyakit mata memiliki kaitan yang sangat erat. Mengapa bisa terjadi demikian? Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit yang beresiko mendatangkan beragam
Lebih terperinciRetinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif
Retinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif Pada retinopati nonproliferatif, suatu bentuk retinopati yang paling umum ditemui, pembuluh darah kapiler di bagian belakang
Lebih terperinciKECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 2, Nomor 2, Juli 24 KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK Venesia Pengan 2 Harry J.G. Sumual 2 Laya M. Rares Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HbA1c PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN RETINOPATI DIABETIKA DAN TANPA RETINOPATI DIABETIKA. Artikel Karya Tulis Ilmiah
PERBEDAAN KADAR HbA1c PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN RETINOPATI DIABETIKA DAN TANPA RETINOPATI DIABETIKA Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk : Memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia. Angka kejadian gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni mencakup 4,25 % dari penduduk dunia atau
Lebih terperinciPERBEDAAN QUALITY OF LIFE PADA PENDERITA PROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY DENGAN DAN TANPA LASER PANRETINAL PHOTOCOAGULATION
PERBEDAAN QUALITY OF LIFE PADA PENDERITA PROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY DENGAN DAN TANPA LASER PANRETINAL PHOTOCOAGULATION Yuliana Fajariyanti 1, Arief Wildan 2, Andrew Johan 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciPREVALENSI RETINOPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROPINSI SULAWESI UTARA PERIODE JANUARI JULI
PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROPINSI SULAWESI UTARA PERIODE JANUARI JULI 2014 Yellien R Manullang 1, Laya Rares 2, Vera Sumual
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah diatas kadar normal atau disebut sebagai hiperglikemia (ADA, 2011). Kenaikan kadar gula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah penyakit diabetes
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit umum yang ditandai. menyertai, misalnya hipertensi dan nefropati.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KERANGKA TEORI RETINOPATI DIABETIK Definisi Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit umum yang ditandai peningkatan kadar gula dalam darah yang menyebabkan perubahan mikrovaskular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. 1 Di Indonesia, satu orang menjadi buta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan permasalahan yang besar di masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh kualitas pelayanan kesehatan, jenis obat, sikap dan keterampilan tenaga kesehatan, sikap dan pola hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa populasi lanjut usia (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga 2050 yaitu 11%
Lebih terperinciObat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius
Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Mata. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DME (Diabetik Macular Edema) merupakan suatu penyakit berupa penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan outer plexiform retina. Ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan masih merupakan masalah kesehatan di dunia. 1 Berdasarkan Global Data on Visual Impairment 2010, World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia. Sepertiga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO (World Health Organization) memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia. Sepertiga dari 45 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja adalah suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan meningkat, menjadi 366 juta pada
Lebih terperinciABSTRAK PROFIL RETINOPATI DIABETIK DI DIVISI VITREO RETINA RSUP SANGLAH DENPASAR 1 JANUARI 30 JUNI 2015
ABSTRAK PROFIL RETINOPATI DIABETIK DI DIVISI VITREO RETINA RSUP SANGLAH DENPASAR 1 JANUARI 30 JUNI 2015 Retinopati diabetik merupakan kelainan mata pada pasien DM yang disebabkan kerusakan kapiler retina.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, yaitu sebesar 51% (WHO, 2012). Perkiraan insiden katarak di Indonesia adalah 0,1%/tahun atau setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv ABSTRAK...v ABSTRACT...vi RINGKASAN...vii SUMMARY...ix KATA PENGANTAR...xi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan 90% dari semua kasus DM, yang akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka semakin banyak pula penyakit infeksi dan menular yang mampu diteliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi penyumbang morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dari sekian banyak penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik hilangnya serat saraf optik. Pada glaukoma akan terdapat kelemahan fungsi mata dengan terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gangguan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Miopia adalah gangguan refraksi yang disebabkan sumbu optik bola mata lebih panjang, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;
I. PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus dan komplikasinya telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus (DM), masih menjadi suatu penyakit yang diderita sebagian besar penduduk dunia (WHO, 2010). Tidak hanya dikarenakan karakteristiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus atau Diabetes merupakan salah satu penyakit kronik degeneratif yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Sitompul, 2011). Hal ini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau kekurangan respon sekresi insulin sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat kelemahan
Lebih terperinciKEBERHASILAN TERAPI FOTOKOAGULASI LASER PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2004
KEBERHASILAN TERAPI FOTOKOAGULASI LASER PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2004 Disusun Oleh : Shanti F Boesoirie Telah disetujui dan diperiksa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki
1 BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO, 2011) melaporkan bahwa populasi kelompok lanjut usia (lansia) mengalami perkembangan yang pesat dibandingkan kelompok umur lainnya. Jumlah
Lebih terperinci