BAB I PENDAHULUAN. khusus (Kridalaksana, 1996). Pengertian yang lebih tepat digunakan dalam tulisan ini adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. khusus (Kridalaksana, 1996). Pengertian yang lebih tepat digunakan dalam tulisan ini adalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai (Kridalaksana, 1996). Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Kridalaksana, 1996). Pengertian yang lebih tepat digunakan dalam tulisan ini adalah pengertian kedua yaitu cara untuk mencapai tujuan tertentu dalam pengelolaan. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dalam pencapaian tujuan (Kridalaksana, 1996). Sementara menurut UU RI nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat (Pasal 1 Nomor 21). Pengertian pengelolaan yang digunakan dalam tulisan ini lebih mendekati kepada pengertian menurut UU RI nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pengelolaan yang dimaksud untuk melakukan upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya. Warisan Budaya dapat diartikan sebagai suatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu kemudian diwariskan kepada generasi sekarang, yang kemudian akan mewariskannya untuk generasi yang akan datang (Aksa, 2004: 1), Warisan budaya mencakup bidang yang sangat luas karena seluruh karya manusia merupakan budaya. Warisan budaya juga dapat menjadi sumber ilham dan daya cipta yang mempunyai kekuatan yang dapat dimanfaatkan

2 untuk membantu dan melindungi sebuah bangsa dalam menapaki masa depannya (Sonjaya, 2005:1). Warisan budaya yang ada di Kecamatan Lasem terdiri dari tangible 1 dan intangible 2. Upaya pengelolaan warisan budaya yang ditawarkan dalam tulisan ini dilakukan dengan berbasis masyarakat. Berbasis masyarakat berasal dari dua kata yaitu berbasis dan masyarakat. Berbasis berasal dari kata basis yang artinya asas atau dasar (Kridalaksana, 1996). Sementara masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Kridalaksana, 1996). Berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai gerakan yang dilakukan oleh masyarakat atau dengan kata lain masyarakat sebagai pelaku utamanya dalam upaya pengelolaan warisan budaya di Lasem. Lasem adalah Kota Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Rembang. Secara geografis terletak pada titik S dan ,8 E (Rembang Dalam Angka, 2013: 1). Wilayah penelitian dibatasi pada Kota Kecamatan Lasem yang memiliki batas Laut Jawa di sebelah utara, Kecamatan Sluke di sebelah timur, Kecamatan Pancur di sebelah selatan, dan Kecamatan Rembang di sebelah barat dengan luas wilayah 4504 ha yang terdiri dari lingkungan pesisir, dataran, dan pegunungan. Lingkungan pesisir berada di bagian utara memanjang dari barat hingga timur, lingkungan pegunungan di sisi timur, dan dataran di sisi selatan-barat (Disbudparpora, 2013: 1). (Periksa Peta 1.1) 1 Tangible heritage merupakan warisan budaya yang berbentuk fisik misalnya karya seni, termasuk bangunan, tempat-tempat bersejarah, monumen, artefak, dan masih banyak lagi yang harus dilestarikan untuk masa yang akan datang ( 2 Intangible heritage merupakan warisan yang bersifat non bendawi berupa praktek, pertunjukan, ekspresi seni, pengetahuan, keahlian yang berasosiasi dengan alat musik, objek, artefak dan lingkungan kebudayaan. (Smith, 2006: 107).

3 Peta 1. 1: Peta Kecamatan Lasem Sumber: Peta Rupa Bumi Letak Kecamatan Lasem berada di pesisir pantai utara Jawa Tengah dengan dilintasi Jalan Daendels yang menghubungkan Pulau Jawa bagian barat dengan bagian timur (Periksa Peta 1.2). Selain itu, Kecamatan Lasem juga terletak di antara Pelabuhan Jepara dan Pelabuhan Tuban. Hal inilah yang menjadikan Kecamatan Lasem sebagai wilayah yang strategis karena berada di jalur perdagangan darat maupun laut (Utomo, 2009: 10). Letaknya yang strategis menyebabkan Kecamatan Lasem disinggahi banyak pendatang baik dari dalam maupun luar negeri dengan aktivitas perdagangan yang cukup ramai (Utomo, 2009: 9-10). Peta 1. 2: Peta Jalan Daendels (De Grote PostWeg).

4 Sumber: nl.wikimedia.org Aktivitas perdagangan mempertemukan pedagang dan pembeli baik asing maupun lokal. Interaksi antar pedagang dan pembeli lambat laun disertai dengan adanya interaksi kebudayaan yang melatarbelakangi kehidupan mereka. Adanya interaksi masyarakat lokal dengan para pendatang menyebabkan wilayah ini memiliki kekayaan warisan budaya cukup banyak berasal dari kurun waktu yang sangat panjang. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, warisan budaya yang masih dapat dilihat saat ini sedikitnya ada tiga pengaruh budaya yaitu Eropa, Cina, dan kebudayaan Islam. Pengaruh Eropa dan Cina terlihat pada pengaruh arsitektur bangunan-bangunan yang ada di Kecamatan Lasem. Pengaruh Cina juga terlihat pada berbagai tradisi yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakat Cina di Kecamatan Lasem. Sementara pengaruh kebudayaan Islam terlihat dari adanya pesantren dengan tradisi yang masih dilakukan. Dari berbagai pengaruh budaya yang masih dapat ditemui, dominasi arsitektur dan aktivitas ritual perayaan keagamaan masyarakat Cina di Kecamatan Lasem menyebabkan munculnya sebutan Petit Chinois yang artinya Cina Kecil. Istilah Petit Chinois pertama kali dilontarkan oleh wisatawan Perancis karena banyaknya tinggalan budaya yang berupa upacaraupacara perayaan keagamaan dan bangunan-bangunan yang berarsitektur Cina (Hartono, 2010: 2). Warisan budaya tangible lainnya yang ada di Kecamatan Lasem antara lain situs masa prasejarah, klasik, Islam, maupun kolonial. Situs masa prasejarah antara lain terdapat di Binangun, Plawangan, Terjan, dan Leran. Situs yang ada di luar wilayah Kecamatan Lasem tidak akan dibahas lebih jauh. Situs masa klasik dapat ditemui di Candi Samodrawela. Situs masa Islam dapat dijumpai berbentuk Masjid Jami Lasem dan makam-makam yang tersebar di beberapa lokasi. Situs masa kolonial berada di sepanjang Jalan Daendels dan tersebar di beberapa lokasi.

5 Selain warisan budaya tangible, terdapat pula warisan budaya intangible yang terdiri dari keahlian membatik, makanan khas, dan berbagai tradisi yang masih dijalankan oleh beberapa kelompok masyarakat di Kecamatan Lasem. Aktivitas masyarakat yang masih dilakukan berkaitan dengan tradisi, tanpa disadari terus dilakukan dengan pemaknaan ulang terhadap warisan budaya mereka dan hal tersebut merupakan sebuah langkah penting dalam upaya pelestariannya. Pemaknaan ulang dapat dilihat dari perubahan ritual 3 yang dilakukan pada pelaksanaan berbagai tradisi, misalnya sedekah laut dan sedekah bumi. Selanjunya, upaya-upaya pelestarian dilakukan antara lain dengan meneruskan kebiasaan yang dilakukan turun-temurun oleh para orang tua mereka. Sebagai contoh adalah kepandaian membuat kain dengan motif batik khas Kecamatan Lasem. Contoh lainnya adalah dengan meneruskan tradisi membaca Kitab Badrasanti dengan tembang dan diiringi gambang, salah satu alat musik gamelan. Upaya-upaya lain yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Lasem terhadap warisan budaya mereka adalah dengan membentuk lembaga-lembaga yang peduli terhadap warisan budaya tersebut. Lembaga-lembaga tersebut aktif baik dalam sosialisasi informasi sejarah dan budaya kepada masyarakat maupun tindakan-tindakan advokasi terhadap warisan budaya yang mengalami ancaman pelestarian. Selain itu, mereka juga aktif memperkenalkan kekhasan Kecamatan Lasem melalui warisan budayanya kepada masyarakat luar wilayah. Hal tersebut bukan saja sebagai sebuah langkah yang sifatnya ekonomis dalam pengertian sebagai bumbu daya tarik wisata ke Kecamatan Lasem, namun juga sebagai bagian dari perayaan identitas ke-lasem-an itu sendiri. Salah satu kegiatan masyarakat untuk memperkenalkan warisan budaya Kecamatan Lasem adalah dengan membuat Festival Lasem Kegiatan ini mengundang masyarakat 3 Ritual adalah yang berkenaan dengan ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan.

6 luar untuk berkunjung dan menyuguhkan berbagai warisan budaya khas. Kegiatan dimulai dengan napak tilas pejuang Lasem, pameran arkeologi dan seni lukis, pasar batik Lasem, pagelaran seni hingga karnaval batik Lasem. Penyelenggara menyiapkan homestay dengan beragam suasana bagi para tamu. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Kecamatan Lasem memiliki warisan budaya yang beragam. Sementara, kepedulian masyarakat Kecamatan Lasem terhadap warisan budaya mereka terbilang besar. Meskipun demikian, perkembangan jaman dan dampak dari perubahan-perubahan sosial, ekonomi dan politik menjadi salah satu ancaman terhadap pelestarian warisan budaya bukan saja di Kecamatan Lasem, tetapi di setiap tempat di belahan bumi ini. Namun demikian, meskipun sebagian masyarakat telah melakukan pelestarian warisan budaya, masih banyak warisan budaya Kecamatan Lasem dalam kondisi tidak terpelihara dan tidak dimanfaatkan. Situasi ini tentu dapat menyebabkan kerusakan dan pada akhirnya kepunahan dari warisan budaya tersebut. Oleh karena itu, strategi-strategi pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya ini, khususnya di Kecamatan Lasem, perlu untuk segera dilakukan. B. Permasalahan Kecamatan Lasem sebagai sebuah kota yang kental dengan nuansa Cina memiliki warisan budaya yang beragam dalam jumlah yang cukup banyak. Bersama berjalannya waktu, berbagai perubahan terjadi, demikian juga pada keberadaan warisan budayanya. Warisan budaya Kecamatan Lasem saat ini sudah mengalami berbagai ancaman kerusakan dan kepunahan, sehingga perlu segera dilakukan pengelolaan yang dilakukan secara aktif oleh masyarakat setempat. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, strategi pengelolaan seperti apakah yang ideal bagi Kecamatan Lasem yang memiliki karakter warisan budaya yang beragam dengan penduduk yang berasal dari etnis yang beragam?

7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan satu alternatif pengelolaan warisan budaya di Kecamatan Lasem dengan peran serta masyarakat sebagai pelaku utama pengelolaan. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan berdasar pada kondisi warisan budaya, sejarah, masyarakat Lasem, dan pemerintah. Penelitian dilakukan dengan harapan bahwa hasil yang diperoleh dapat bermanfaat bagi upaya memperkuat ciri khas atau identitas masyarakat Kecamatan Lasem pada khususnya dan identitas masyarakat Indonesia pada umumnya. Identitas yang mudah dikenali dari suatu kelompok dapat memberikan rasa bangga menjadi salah satu bagian darinya, sehingga akan menumbuhkan perasaan untuk tetap menjaga kelangsungan identitas tersebut. Identitas kelompok yang kuat dan memiliki berbagai bentuk hasil budaya pada akhirnya akan menimbulkan daya tarik bagi masyarakat di luar kelompok. Ketertarikan tersebut kemudian diikuti perasaan ingin tahu dan ingin melihat secara langsung dari dekat. Ketertarikan inilah yang kemudian menimbulkan inisiatif untuk datang dan mengunjunginya. Ketertarikan dari luar kelompok itulah yang kemudian dapat memacu kelompok untuk terus mempertahankan ciri khas atau identitas kelompoknya. E. Keaslian Penelitian Salah satu penelitian terbaru dilakukan oleh Salsabilla Sakinah dengan judul Studi Kelayakan Pengelolaan Kawasan Pecinan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Berbasis Ekomuseum. Penelitian difokuskan pada tiga kawasan Pecinan yang ada di Kecamatan Lasem yaitu Soditan, Gedong Mulyo, dan Karangturi.

8 Sakinah (2013) melakukan penilaian terhadap bangunan-bangunan yang ada di ketiga kawasan Pecinan. Penilaian tersebut untuk megetahui kelayakan ketiga kawasan untuk dijadikan ekomuseum. Inti konsep ekomuseum adalah untuk dapat dilakukan pelestarian warisan budaya berbasis masyarakat lokal. Konsep tersebut berdasar pada kesadaran manusia dan komunitas setempat. Dapat diartikan bahwa komunitaslah yang berperan penting dalam melestarikan, mengintepretasikan, dan mengelola warisan budaya dalam rangka menciptakan skema pembangunan yang berkesinambungan (Sakinah, 2013). Ekomuseum memadukan prinsip-prinsip museum konvensional, partisipasi masyarakat, dan pelestarian lingkungan baik lingkungan sosial, budaya, maupun fisik sesuai pendapat Davis (1999). Tujuan perpaduan tersebut untuk menciptakan atmosfer lokal yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Hal ini untuk menonjolkan Lasem sebagai tempat yang unik, sehingga cukup layak untuk dijadikan sebagai ekomuseum (Sakinah, 2013). Sementara penelitian ini fokus pada warisan budaya di Kecamatan Lasem tidak hanya di tiga kawasan Pecinan dan kondisi pengelolaan yang sudah berjalan hingga saat ini. Hal mendasar yang dilakukan adalah identifikasi warisan budaya baik tangible maupun intangible dan peran masyarakat pada pengelolaannya. Potensi yang ada kemudian diidentikasikan nilai pentingnya untuk kemudian dilakukan analisis SWOT. Setelah diketahui nilai penting dan SWOT, maka disusunlah sebuah alternatif strategi pengelolaan yang berbasis masyarakat. F. Tinjauan Pustaka Sejarah Kecamatan Lasem telah banyak disampaikan berbagai peneliti dan banyak diketahui oleh masyarakat. Namun banyak orang yang belum mengetahui bukti-bukti sejarahnya. Kecamatan Lasem sebagai sebuah permukiman, sudah ada sejak jaman prasejarah. Terdapat sedikitnya empat situs prasejarah yang ada di Kecamatan Lasem dan sekitarnya, namun untuk situs yang ada di luar wilayah penelitian tidak akan dibahas lebih lanjut.

9 Situs pertama adalah adalah situs Leran yang terletak di Desa Leran yang letaknya berbatasan dengan Kecamatan Sluke. Temuan yang ada di situs ini antara lain kerangka manusia, pecahan gerabah, alat dari cangkang moluska, dan arang (Kasnowihardjo, 2013: 173). Kerangka manusia yang ada di situs ini melakukan aktivitas modifikasi gigi berupa pangur berbentuk kelopak bunga (Kasnowihardjo, 2013: 173). Saat ini Situs Leran terancam hilang karena proses abrasi air laut yang terus menggerus tebing lokasi situs. Situs Prasejarah selanjutnya terletak di Desa Binangun, Kecamatan Lasem. Temuan yang ada di situs ini antara lain rangka manusia, cangkang moluska, dan pecahan tembikar dengan kepadatan cukup tinggi (Kasnowihardjo, 2013: 175). Kondisi tinggalan masa Prasejarah di Kecamatan Lasem mengalami keterancaman baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia. Keadaan ini banyak terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk yang memerlukan penyediaan ruang bagi hidupnya. Demikian pula yang terjadi pada situs-situs masa klasik. Keberadaan Lasem pada masa klasik terkait dengan Kerajaan Majapahit. Hubungan ini disebutkan dalam dua kitab, yaitu Pararaton dan Negarakrtagama. Penyebutan Lasem sebagai daerah diketahui dengan adanya tokoh bergelar Bhre Lasem yang berarti penguasa Lasem. Kedua kitab menyebutkan nama Bhre Lasem, namun tidak memberikan gambaran lokasi, situasi, dan kondisi Lasem pada saat itu. Disebutkan bahwa Lasem merupakan salah satu mandala atau kerajaan bawahan Majapahit yang berjumlah delapan. Sebagai sebuah mandala, tentunya Lasem merupakan salah satu wilayah penting bagi Kerajaan Majapahit (Hardjowardojo, 1965:53; Riana, 2010: ). Pada tahun 1983, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jakarta, Sri Soejatmi Satari, melakukan penelitian berdasar pada kajian Babad Lasem yang ditulis oleh Kamzah. Fokus penelitian pada permukiman yang terdapat di Desa Caruban, Kecamatan Lasem. Babad Lasem ditulis pada tahun 1825 dengan huruf latin ejaan baru oleh Kamzah

10 berdasarkan salinan Kitab Badrasanti. Sementara Kitab Badrasanti berisi tentang cerita masa Majapahit sampai persebaran agama Islam di daerah Pantai Utara Jawa Tengah (Satari, 1983). Berdasar pada isi Babad Lasem inilah Satari (1983) melakukan survei di daerah Lasem dengan konsentrasi penelitian di daerah Caruban. Dari hasil survei tersebut diperoleh tiga buah sumur berbahan terakota dan satu sumur berbahan batu bata. Hasil lainnya antara lain nisan berbentuk lingga dan kenong di Kompleks Makam Nyai Ageng Maloko. Jajaran pohon sawo kecik di sekitar makam juga teridentifikasi oleh Satari (1983). Temuan ini mendukung uraian dalam Babad Lasem mengenai gambaran Istana Kriyan yang merupakan Istana Bhre Lasem. Sementara lokasi yang mendukung Lasem sebagai sebuah pelabuhan ditemukan di Binangun (Satari, 1983). Diperkirakan, di tempat inilah letak Pelabuhan Regol tempat Bhre Matahun menjadi seorang Dampuhawang. Di pelabuhan inilah orang-orang Campa dan orangorang China untuk pertama kalinya mendarat (Satari, 1983). Penelitian yang dilakukan Satari memberikan gambaran tentang kehidupan di Lasem pada masa klasik. Gambaran lain yang mencoba dibangun tentang kehidupan masa klasik di Lasem dilakukan oleh Achmad Cholid Sodri pada tahun Penelitian dilakukan dengan teknik ekskavasi di Situs Bonang. Temuan yang didapat pada penelitian kali ini adalah struktur batu bata yang tersebar di beberapa titik. Berdasarkan temuan ekskavasi, Sodri berkesimpulan bahwa di tempat tersebut terdapat permukiman pada masa klasik (Sodri, 1990). Gambaran-gambaran kehidupan masa klasik di Lasem diperkuat oleh Nurhadi Rangkuti (1998) melalui penelitiannya tentang pasang naik dan pasang surut Kota-Kota Pantai di Pesisir Utara Pulau Jawa. Rangkuti memilih Situs Bonang sebagai studi kasusnya. Pada penelitian ini ditemukan beberapa data perkembangan Desa Bonang yang merupakan daerah pelabuhan yang cukup ramai didatangi dan disinggahi oleh para pedagang dari berbagai negeri. Bonang menjadi sebuah daerah yang cukup maju karena perdagangan berbagai komoditi.

11 Daerah ini kembali sepi setelah meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883 M. Nurhadi juga menyoroti tentang pola, struktur, dan proses keruangan Kota-Kota Pantai Utara Jawa dengan membuat studi kasus di Situs Kota Lasem di Kabupaten Rembang. Penelitian dilakukan di Desa Dasun dan Desa Soditan dengan hasil adanya perkembangan morfologi Kota Lasem. Morfologi I terjadi pada masa dominasi transportasi sungai sejak jaman Majapahit. Morfologi II terjadi pada masa dominasi transportasi darat yang terjadi sejak dibangunnya jalan darat sepanjang garis pantai utara (Rangkuti, 1998). Kedatangan masyarakat asing di Lasem telah terjadi jauh sebelum masa kolonial di Indonesia. Lasem telah didatangi para pedagang dari berbagai penjuru dunia mengingat lokasi Lasem yang sangat strategis pada jalur perdagangan dunia. Masyarakat asing yang cukup banyak jumlahnya menetap di Lasem berasal dari negeri Cina. Para imigran Cina membawa serta kebudayaan dan kehidupan kesehariannya dari negeri asal ke Lasem sehingga Lasem memiliki warna budaya Cina yang cukup kental. Kedatangan imigran Tiongkok terjadi secara bertahap, terlihat dari tumbuhnya permukiman yang disebut pecinan di Lasem (Aziz, 2013). Perkembangan permukiman pecinan di Lasem menarik penelitian yang berfokus pada arsitektur bangunan-bangunannya. Salah satunya adalah Yunan Helmy Zakaria (1993), yang melakukan pengamatan arsitektur Kota Lasem yang berpijak pada tinjauan mengenai pengaruh masyarakat Cina. Penelitian ini mengungkapkan perkembangan Lasem secara umum dan permukiman yang bernuansa Cina di beberapa desa yang ada di Lasem. Terdapat tiga kawasan permukiman Cina yang dikenal dengan sebutan Pecinan. Masing-masing kawasan memiliki kelenteng sebagai salah satu penanda khusus adanya sebuah permukiman orang-orang Cina (Zakaria, 1993). Gambaran mengenai Lasem telah diulas oleh beberapa peneliti dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Salah satu penelitian mengenai sejarah Kecamatan Lasem dari masa paling awal hingga masa kekuasaan Hindia Belanda dilakukan oleh Anwar Hidayat ada tahun

12 2009. Penelitian tersebut berjudul Kajian Pola Struktur Ruang Kota Lasem Ditinjau dari Sejarahnya sebagai Kota Pantai. Penelitian ini dapat menunjukkan wilayah Lasem terdiri dari dua kawasan. Kawasan pertama adalah pusat kota yang berada pada daerah dataran. Kawasan kedua merupakan kawasan pesisir utara Lasem yang cenderung berbentuk kipas yang terletak pada tempat dengan topografi yang relatif berkontur. Sistem jalur utama yaitu jalur pantai utara yang memiliki sistem linear dipadu dengan jalur jalan di sekitar yang berpola grid. Dari berbagai bentuk yang dapat ditemui, diketahui bahwa Kota Lasem cenderung tumbuh secara alami (Hidayat, 2009). Pertumbuhan Lasem sebagai sebuah permukiman terlihat dari tinggalan yang berupa bangunan-bangunan tempat tinggal dan bangunan lain. Salah satu aspek yang dapat dilihat dari tinggalan yang berupa bangunan adalah arsitektur. Aspek arsitektur di Lasem cukup mendapat perhatian yang tinggi dari beberapa ahli. Salah satu ahli arsitektur, Pratiwo (2010), menulis buku yang berjudul Arsitektur Tradisional Tionghoa dan Perkembangan Kota. Buku tersebut berisi tentang beberapa pecinan yang ada di Jawa Tengah bagian utara. Tulisan menyoroti tentang transformasi sebuah kota pada umumnya dengan bagian-bagian yang mengalami transformasi misalnya pada struktur pemukiman, kehidupan di jalan, tempat perdagangan, kelenteng, dan kuburan. Diuraikan tentang perkembangan permukiman Lasem dari sebelum abad ke-20 sampai dengan abad ke-20. Dalam tulisan ini juga diungkapkan tentang berbagai transformasi bentuk atau denah yang terjadi pada rumah-rumah tinggal di Lasem dan perbandingan antara rumah Cina dan rumah Jawa yang ada di Lasem (Pratiwo, 2010). Perubahan-perubahan yang terjadi pada bentuk-bentuk arsitektur rumah-rumah di Lasem menggambarkan adanya perkembangan dan pembangunan di wilayah tersebut. Penelitian yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai masyarakat Kecamatan Lasem yang dilakukan oleh Munawir Aziz (2013). Penelitian fokus pada interaksi warganya. Di dalam bukunya yang berjudul Lasem Kota Tiongkok Kecil penulis menggambarkan adanya

13 beberapa etnis yang tinggal di Lasem. Etnis Jawa, Cina, dan Arab. Ketiga etnis memiliki ciri khas pola hidup dan ritual yang berbeda, namun dalam kesehariannya mereka bergaul erat dan saling mendukung saat salah satu etnis memiliki kegiatan ritual yang diyakini. Eratnya ikatan persaudaraan antar warga Lasem dibangun oleh sejarah panjang yang membuat mereka merasakan perjuangan dan penderitaan yang sama (Azis, 2013). G. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data baik data kesejarahan, arkeologi, maupun data antropologis. Teknik yang digunakan adalah penelusuran pustaka, observasi pada bangunan, situs, serta aktivitas masyarakat, dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan delapan narasumber yang mengetahui perjalanan sejarah Lasem, bergerak di bidang pelestarian lokal, dan narasumber lain yang dianggap perlu untuk melengkapi pandangan masyarakat terhadap nilai penting warisan budaya Lasem. 2. Data yang telah diperoleh diklasifikasi sebagai unit analisis. Data yang dianalisis berupa warisan budaya baik tangible maupun intangible dan pelaku aktivitas pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya di Kecamatan Lasem antara lain masyarakat setempat, swasta, dan pemerintah. 3. Menyusun analisis nilai penting warisan budaya Lasem kemudian nilai penting tersebut dianalisis SWOT. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threath (Ancaman) nilai penting warisan budaya Lasem. Hasil analisis kemudian digunakan untuk mengetahui kekuatan dan peluang sehingga dapat dimaksimalkan agar dapat menghadapi kelemahan dan ancaman terhadap warisan budaya Lasem.

14 4. Menyusun strategi pengelolaan Lasem yang berkelanjutan dengan berbasis pada masyarakat. H. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, dan metode penelitian. Bab II berisi tentang warisan budaya di Lasem baik tangible maupun intangible serta pihak-pihak yang telah berperan pada pengelolaan warisan budaya. Pada bab ini, warisan budaya di Lasem dideskripsikan dan uraian tentang pihak-pihak yang telah perperan dalam pengelolaannya. Bab III berisi tentang analisis nilai penting dan SWOT. Pada bab ini juga terdapat kriteria pemeringkatan, simulasi pemeringkatan, dan hasil pemeringkatan. Bab IV berisi tentang strategi pengelolaan warisan budaya di Lasem yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR Oleh: OCTA FITAYANI L2D 001 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul LASEM HERITAGE CENTER Pendekatan pada Arsitektur Etnik Kontemporer, dari judul tersebut dapat diartikan perkata adalah sebagai berikut : Lasem : Merupakan kota Kecamatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. xii xiii xiv vii

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. xii xiii xiv vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN..... CATATAN DOSEN PEMBIMBING. HALAMAN PERNYATAAN.... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI..... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL...... ABSTRAK.. BAB I PENDAHULUAN... I..

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Tugas Akhir ini adalah Sentra Batik Tulis Lasem. Pengertian masing-masing kata dari maksud judul tersebut adalah sebagai berikut: Sentra : Sebuah tempat/pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan menetap di Surabaya. Di antara para pedagang

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat 112 BAB V KESIMPULAN Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat perdagangan di Kota Surakarta berawal dari migrasi orang-orang Cina ke pesisir utara pulau Jawa pada abad XIV. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan terkadang diikuti perubahan fisik bangunan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pemilik bangunan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang yang terdiri dari pulau pulau. Pulau pulau yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa provinsi yang didalamnya terbagi

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN ~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi kesenian tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi kesenian tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi kesenian tradisional dan kuliner. Kesenian tradisional dan kuliner merupakan sebuah warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha melaksanakan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah (Undang-Undang No. 22 & 32 Tahun 1999), setiap pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni arsitektur, pada dasarnya harus dilihat sebagai obyek cagar budaya. Obyek cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keragaman budaya yang dapat dijadikan salah satu wisata budaya yang menarik. Dimana setiap budaya memiliki ciri khas dan keunikannya masingmasing.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Pekalongan merupakan kota yang sangat strategis karena berada di jalur pantai utara, sehingga banyak orang yang melaluinya. Selain itu kota Pekalongan mempunyai

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya

BAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya BAB V KESIMPULAN Sejarah dan keberadaan kesenian Kuda Kepang di negeri Johor Darul Takzim, Malaysia sangat dipengaruhi oleh faktor masyarakat Melayu keturunan Jawa maupun perkembangan Islam di sana. Sejarah

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak

BAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak BAB VI KESIMPULAN Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak menghilangkan pamor kerajaan tersebut. Kejayaan yang pernah dicapai Kerajaan Majapahit terekam dari berbagai peninggalannya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara TIPOLOGI DAN MAKNA SIMBOLIS RUMAH TJONG A FIE DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara TIPOLOGI DAN MAKNA SIMBOLIS RUMAH TJONG A FIE DI KOTA MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Negara Tiongkok dengan Indonesia telah berlangsung lama. Hubungan ini diperkirakan telah berlangsung sejak abad ke-5 M. Menurut berita Tiongkok, diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo* EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA Oleh: Etty S.Suhardo* Ketika bangsa ini resah karena banyak karya seni kita diklaim negara tetangga, kini kita lega, bahagia dan bangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI BAB I PENDAHULUAN Masyarakat kota Yogyakarta pasti mengenal Kawasan JL. KHA. Dahlan. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI yang terkenal dengan tokohnya KHA. Dahlan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB II KAJIAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I

Lebih terperinci