HUBUNGAN UMUR, PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN KESIAPAN PERNIKAHAN CALON PENGANTIN REMAJA PUTERI DI KUA BANJARMASIN TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN UMUR, PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN KESIAPAN PERNIKAHAN CALON PENGANTIN REMAJA PUTERI DI KUA BANJARMASIN TIMUR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN UMUR, PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN KESIAPAN PERNIKAHAN CALON PENGANTIN REMAJA PUTERI DI KUA BANJARMASIN TIMUR Aulia Rahmah*, Dini Rahmayani 1, Mahpolah 2 1 Stikes Sari Mulia Banjarmasin 2 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin *Korespondensi Penulis. Telepon: , auliarahmah2793@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan data rekapitulasi terjadinya pernikahan di KUA Banjarmasin Timur, diketahui bahwa pada 2015 terjadi pernikahan remaja puteri dengan status belum menikah usia 16 hingga <20 tahun sebanyak 683 orang dari total pernikahan sebanyak pasangan (37,32%) dan puncak pernikahan tertinggi terjadi pada bulan September hingga Oktober. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di KUA Banjarmasin Timur pada 21 Maret 2016 diketahui bahwa terdapat 16 orang pasangan catin yang mengurus pernikahan. Dari 16 pasangan tersebut diketahui bahwa calon mempelai wanita memiliki kisaran umur 18 hingga 28 tahun dan 9 orang diantaranya termasuk golongan remaja (usia tahun), sedangkan calon mempelai pria kisaran umur tahun. Tujuan: Mengetahui Hubungan Umur, Pengetahuan dan Pekerjaan dengan Kesiapan Pernikahan Calon Pengantin Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur. Metode: Jenis penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. seluruh Calon Pengantin Remaja Puteri pada bulan Januari hingga Maret tahun 2016 sebanyak 132 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil menggunakan teknik accidental sampling berjumlah 30 orang calon pengantin remaja puteri pada bulan Juni tahun 2016 di KUA Banjarmasin Timur. Hasil: Sebagian besar remaja dini berjumlah 18 orang (60,0%), sebagian besar remaja puteri tidak bekerja berjumlah 22 orang (73,3%), sebagian besar remaja puteri berpengetahuan baik berjumlah 17 orang (56,7%), sebagian besar remaja puteri berkesiapan pernikahan tinggi berjumlah 23 orang (76,7%). Simpulan: Tidak ada hubungan umur, pengetahuan dan pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. Kata Kunci: umur, pengetahuan, pekerjaan dan kesiapan pernikahan 1

2 ABSTRACT Background: Based on data from the recapitulation of the wedding in Banjarmasin KUA East, it is known that in 2015 the girls marriage with unmarried status aged 16 to <20 years as many as 683 people from a total of as many as couples marriage (37,32%) and the highest peak in marriage September to October. Results of a preliminary study conducted in Banjarmasin KUA East on March 21, 2016 it is known that there are 16 people who took care of the couple's wedding catin. Of the 16 couples is known that the prospective bride has a range of ages 18 to 28 years and nine of them belonged to the teens (ages 18-24), groom age range years. Objective: Knowing the correlation between age, knowlagde, job and outh readiness wedding bride princess in KUA East Banjarmasin. Method: The type of research used analytic survey with cross sectional approach. whole bride Teen Princess in January to March 2016 as many as 132 people. The sample in this study is a part of the population is taken using accidental sampling were 30 brides girls in June 2016 in Banjarmasin KUA East. Result: Most of early adolescents were 18 people (60,0%), most girls do not work totaled 22 people (73,3%), mostly girls good knowledge amounted to 17 (56,7%), mostly girls berkesiapan high wedding was 23 people (76,7%) Conclusion: There is no correlation between age, knowledge and job with the readiness of the bride's wedding girls in KUA East Banjarmasin. Keywords: Age, Knowlagde, Job and Readiness Wedding PENDAHULUAN Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan sebuah perkawinan maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi. Ia akan bisa menyalurkan kebutuhan seksnya dengan pasangan hidupnya. Sementara itu secara mental atau rohani mereka yang telah menikah lebih bisa mengendalikan emosinya dan mengendalikan nafsu seksnya (Wiryasti, 2014). Menurut Undang-Undang Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan: Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, kemudian direvisi Nomor 30/PUU-XII/2014 dan Yayasan Pemantauan Hak Anak dalam perkara 74/PUU-XII/2014 meminta batas usia ditingkatkan dari 16 jadi 18 tahun (Wiryasti, 2

3 2014), sedangkan apabila ditinjau dari segi reproduksi sehat untuk menikah, hamil dan melahirkan adalah usia tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2012). Remaja yang menikah akibat keterpaksaan seperti pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan diluar nikah, perjodohan orang tua, akibat faktor ekonomi yang mengakibatkan orang tua menikahkan anaknya untuk melepaskan tanggung jawab, serta tindakan kriminal baik secara hukum adat (contoh: remaja melakukan perzinahan sehingga harus dinikahkan) ataupun hukum negara (contoh: kasus perkosaan, hal tersebut akan menentukan dan mempengaruhi keharmonisan dan kelanggengan suatu rumah tangga. Namun, apabila ditinjau dari segi kesehatan, remaja usia (<20 tahun) yang menikah atau sudah terlanjur hamil ataupun melahirkan, akan menghadapi beberapa resiko baik dalam kehamilan (resiko abortus, IUFD, perdarahan, kelainan kongenital), dalam persalinan (abortus, kelahiran prematur, persalinan dengan komplikasi, perdarahan, resiko kematian pada ibu dan bayi). Apabila ditinjau dari segi ilmiah, pernikahan usia remaja turut serta menyumbang tingginya angka perceraian (akibat kelabilan emosi), kasus kriminalitas (KDRT, kenakalan anak akibat tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis, perselingkuhan hingga terjadinya pembunuhan). Berdasarkan data rekapitulasi terjadinya pernikahan di KUA Banjarmasin Timur, diketahui bahwa pada tahun 2013 terjadi pernikahan remaja puteri dengan status belum menikah usia 16 hingga <20 tahun sebanyak 428 orang (27,24%) dari total pernikahan sebanyak pasangan dan puncak pernikahan tertinggi terjadi pada bulan November hingga Desember. Pada 2014 terjadi pernikahan remaja puteri dengan status 3

4 belum menikah usia 16 hingga <20 tahun sebanyak 510 orang dari total pernikahan sebanyak 1489 pasangan (34,52%) dan puncak pernikahan tertinggi terjadi pada bulan Oktober hingga November. Pada 2015 terjadi pernikahan remaja puteri dengan status belum menikah usia 16 hingga <20 tahun sebanyak 683 orang dari total pernikahan sebanyak pasangan (37,32%) dan puncak pernikahan tertinggi terjadi pada bulan September hingga Oktober. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan umur, pengetahuan dan pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan umur, pengetahuan dan pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. atau objek yang diteliti. Populasi target adalah seluruh Calon Pengantin Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur. Jumlah populasi didapatkan dari jumlah seluruh Calon Pengantin Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur pada bulan Januari hingga Maret tahun 2016 sebanyak 132 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil menggunakan teknik accidental sampling yaitu berjumlah 30 orang calon pengantin remaja puteri pada bulan Juni tahun 2016 di KUA Banjarmasin Timur. HASIL 1. Analisis Univariat a. Umur Remaja Puteri di KUA Umur remaja puteri di KUA dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Remaja Puteri di KUA Umur f % Remaja Dini (<18 tahun) Remaja Akhir ( tahun) Total Populasi adalah keseluruhan objek penelitian 4

5 bahwa remaja puteri di KUA dengan klasifikasi remaja dini berjumlah 18 orang (60,0%) dan remaja puteri dengan klasifikasi remaja akhir berjumlah 12 orang (40,0%). b. Pekerjaan Remaja Puteri di KUA c. Pengetahuan Remaja Puteri di KUA Pengetahuan remaja puteri di KUA dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri di KUA Pengetahuan f % Kurang 13 43,3 Baik 17 56,7 Total Pekerjaan remaja puteri di bahwa remaja puteri di KUA KUA dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Remaja Puteri di KUA Pekerjaan f % Tidak Bekerja 22 73,3 Bekerja 8 26,7 Total bahwa remaja puteri di KUA dengan klasifikasi tidak bekerja berjumlah 22 orang (73,3%) dan remaja puteri dengan klasifikasi bekerja berjumlah 8 orang (26,7%). dengan klasifikasi pengetahuan kurang berjumlah 13 orang (43,3%) dan remaja puteri dengan klasifikasi pengetahuan baik berjumlah 17 orang (56,7%). d. Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 Kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel 4: 5

6 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 Kesiapan Pernikahan f % Rendah 7 23,3 Tinggi 23 76,7 Total bahwa remaja puteri di KUA dengan klasifikasi kesiapan pernikahan rendah berjumlah 7 orang (23,3%) dan remaja puteri dengan klasifikasi pernikahan tinggi berjumlah 23 orang (76,7%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Umur dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Umur dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 Umur Remaja Awal (11-18 tahun) Remaja Akhir ( tahun) Kesiapan Pernikahan Rendah Tinggi Jumlah f % f % f % 4 22, , Total 7 23, , p=0,866 ( α=0,05) Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 diketahui bahwa remaja puteri umur tahun dengan persiapan pernikahan tinggi berjumlah 14 orang (77,8%). Hasil analisa dengan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa p=0,866 ( α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada Adapun hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan umur dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA hubungan yang bermakna antara umur dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel 5: 6

7 b. Hubungan Pekerjaan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 Adapun hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel 6: Tabel 6 Hubungan Pekerjaan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Pekerjaan Tidak Bekerja Kesiapan Pernikahan Rendah Tinggi Jumlah f % f % f % 4 18, , Bekerja 3 37,5 5 62, Total 7 23, , p=0,626 ( α=0,05) Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 diketahui bahwa remaja puteri tidak bekerja dengan persiapan pernikahan tinggi berjumlah 18 orang (81,8%). Hasil analisa dengan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,626 ( α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. c. Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 Adapun hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pengetahuan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel 7: Tabel 7 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Pengetahuan Kesiapan Pernikahan Rendah Tinggi Jumlah f % f % f % Kurang 3 23, , Baik 4 23, , Total 7 23, , p=0,978 ( α=0,05) Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri di KUA Banjarmasin 7

8 Timur Tahun 2016 diketahui bahwa remaja puteri berpengetahuan kurang dengan persiapan pernikahan rendah berjumlah 14 orang (77,8%). mampu kebanyakan anaknya masih di sekolahkan kejenjang lebih tinggi. Seringkali bagi orang tua yang kondisi perekonomiannya kurang mampu hanya Hasil analisa dengan uji menyekolahkan sampai lulus SD atau korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa p=0,978 ( α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. PEMBAHASAN 1. Umur Remaja Puteri di KUA Banjarmasin Timur Tahun 2016 bahwa remaja puteri dengan klasifikasi remaja dini berjumlah 18 orang (60,0%) dan remaja puteri dengan klasifikasi remaja akhir berjumlah 12 orang (40,0%). Di Banjarmasin pernikahan pada usia muda kebanyakan terjadi pada mereka yang secara ekonomi orang tuanya kurang SMP setelah itu para anak diminta oleh orangtuanya bekerja dan menikah. Kebiasaan ini secara turun temurun masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat. Sebagian besar remaja puteri tidak dapat memberikan penjelasan lebih detil mengenai mengapa terdapat dasar atau peraturan yang mengatur tentang batasan usia menikah bagi seorang perempuan. Sebagian besar remaja puteri menikah diusia <18 tahun. Menurut asumsi peneliti, terjadinya pernikahan pada usia muda semata-mata hanya mengikuti adat atau kebiasaan yang dianut dilingkungan masyarakatnya atau adanya anggapan bahwa dengan menikah terlalu tua akan menjadi aib baik bagi remaja puteri tersebut ataupun bagi kedua orang tua. mampu. Sedangkan pada masyarakat yang 8

9 2. Pekerjaan Remaja Puteri di KUA bahwa remaja puteri dengan klasifikasi tidak bekerja berjumlah 22 orang (73,3%) dan remaja puteri dengan klasifikasi bekerja berjumlah 8 orang (26,7%). Sebagian besar remaja bekerja sebagai sales promotion girl sebanyak 3 orang dan sebagai pembantu rumah tangga (PRT) sebanyak 2 orang. Seorang remaja yang bekerja cenderung merasa mampu untuk dalam hal finansial, namun pikiran remaja yang masih labil mengakibatkan banyak remaja yang merasa kurang mampu untuk bekerja dan memiliki menikah ketika ada orang yang mereka sukai atau yang bersedia untuk menikahi dan bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Para orang tua yang menikahkan anaknya pada usia di bawah umur mengganggap bahwa dengan menikahkan anaknya beban ekonomi keluarga akan jika anak sudah menikah, maka akan menjadi tanggung jawab suaminya. Bahkan para orang tua berharap jika anaknya sudah menikah dapat membantu kehidupan orang tuanya. 3. Pengetahuan Remaja Puteri di KUA bahwa remaja puteri dengan klasifikasi pengetahuan kurang berjumlah 13 orang (43,3%) dan remaja puteri dengan klasifikasi pengetahuan baik berjumlah 17 orang (56,7%). Pengetahuan remaja puteri tentang kesiapan pernikahan kurang diakibatkan masih minimnya informasi yang diperoleh mengenai makna sakral dan kewajiban-kewajiban dalam pernikahan. Menurut asumsi peneliti, remaja puteri beranggapan menikah adalah hidup dengan lawan sejenis, memiliki anak dan mengurus anak dan suami. Terlepas dari itu, mereka tidak memikirkan hal lain. berkurang satu. Hal ini disebabkan karena 9

10 Hasil jawaban remaja puteri dalam kuesioner mengenai pengetahuan remaja pernikahan muda umumnya dilakukan karena telah saling mencintai, rasa takut puteri diketahui bahwa sebagian besar kehilangan pasangan dan merasa siap remaja puteri sebanyak 27 orang mengetahui bahwa pernikahan merupakan sebuah strategi/cara untuk bertahan secara ekonomi. Sebanyak 26 orang mengetahui bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sebanyak 26 orang mengetahui bahwa perempuan yang menikah umur kurang dari 20 tahun akan melahirkan anak dengan kualitas yang kurang baik (anak kelainan fisik atau gangguan mental). Sedangkan hanya 3 orang yang mengetahui bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seseorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga, hanya 5 orang yang mengetahui bahwa untuk menikah dan penentuan batas waktu umur untuk pernikahan dikarenakan kesiapan fisik dan mental dari kedua pasangan. Pengetahuan remaja yang kurang secara umumnya tidak mengetahui tentang resiko yang dapat ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan mengenai makna pernikahan, hak-hak dan kewajiban suami isteri juga disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Dampak yang ditimbukan dari hal tersebut, selain kasus perceraian, dapat juga berimbas kepada tindak kekerasan dalam rumah tangga bahkan tindakan kriminalitas. 4. Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA bahwa remaja puteri dengan klasifikasi kesiapan pernikahan rendah berjumlah 7 10

11 orang (23,3%) dan remaja pute ri dengan klasifikasi pernikahan tinggi berjumlah 23 orang (76,7%). Kesiapan menikah yang tinggi diakibatkan perasaan cinta dan rasa mampu dari remaja puteri untuk memulai hidup baru dengan pasangan. Hasil jawaban remaja puteri dalam kuesioner mengenai kesiapan pernikahan diketahui bahwa sebagian besar remaja puteri sebanyak 26 orang mampu menopang kebutuhan rumah tangga saat suami tidak bekerja artinya remaja puteri bersedia berbagi mencari rejeki untuk rumah tangga dan respoden juga harus bekerja untuk mencari nafkah artinya remaja puteri siap untuk turut mencari nafkah. Sebanyak 25 orang mau memiliki anak dan mengurus suami karena itu merupakan kewajiban seorang istri artinya sebagian besar remaja puteri. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi pernikahan usia remaja faktor pergaulan bebas, faktor kemauan sendiri, faktor keluarga atau di jodohkan, dan faktor ekonomi. Sesuai dengan hasil penelitian di atas faktor penyebab yang paling menonjol kebanyakan orang melakukan perkawinan dibawah umur di Kota Banjarmasin yaitu pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah, kurangnya perhatian orang tua dan pengawasan terhadap anaknya yang mengakibatkan anaknya melakukan halhal yang tidak wajar dalam hal pacaran yang mengakibatkan hamil diluar nikah. Berdasarkan hasil penelitian, hanya 3 orang yang mengatakan siap jika tidak bisa berkarir dan melanjutkan pendidikan (Kuliah) setelah menikah karena sebagian besar remaja puteri lebih mementingkan karir, sebanyak 6 orang menyatakan siap menerima semua masa lalu suami saya baik berupa hal yang baik ataupun yang tidak baik artinya sebagian besar remaja puteri tidak bersedia menerima masa lalu dari calon pasangannya dan sebanyak 10 orang mampu mengasuh anak-anak saya dan 11

12 suami ketika menikah nanti artinya sebagian besar remaja puteri tidak merasa mampu mengurus anak dan suami. Kebanyakan dari remaja puteri tidak begitu mengetahui dan mengerti risiko menikah muda bagi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara mendalam terhadap remaja puteri baik yang menikah muda maupun yang tidak, dimana mereka hanya mengetahui bahwa menikah muda bisa membahayakan kesehatan dan dapat menimbulkan risiko baik bagi bayi yang dikandung maupun bagi ibunya, seperti yang mereka dengar dari ibu bidan dalam kegiatan di posyandu. 5. Hubungan Umur dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri diketahui bahwa sebagian analisa dengan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,866 ( α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. Kemandirian merupakan salah satu aspek yang gigih diperjuangkan oleh setiap remaja. Banyak ahli berpandangan bahwa pada usia remaja, seiring dengan berlangsung dan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral dan mulai matangnya pribadi dalam memasuki dewasa awal, maka tuntutan terhadap separasi ( separation) atau selfdetachment dari orang tua/keluarga berlangsung sedemikian tingginya sejalan dengan tingginya kebutuhan akan kemandirian ( autonomy) dan pengaturan diri sendiri (self directed). besar remaja puteri klasifikasi remaja dini (<18 tahun) dengan persiapan pernikahan tinggi berjumlah 14 orang (77,8%). Hasil 12

13 6. Hubungan Pekerjaan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri diketahui bahwa sebagian besar remaja puteri klasifikasi tidak bekerja dengan persiapan pernikahan tinggi berjumlah 18 orang (81,8%). Hasil analisa dengan uji korelasi rank Spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,626 ( α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. Di Indonesia remaja dipandang sebagai generasi penerus nilai-nilai bangsa dan cita-cita pembangunan nasional, diharapkan memiliki sikap dan perilaku yang mandiri. Otonomi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan remaja, karena otonomi itu adalah suatu bagian dari tugas-tugas remaja sebagai persiapan untuk melangkah ke masa dewasa. Perkembangan kemandirian merupakan suatu isu penting psikososial sepanjang rentang kehidupan, namun perkembangan kemandirian yang menonjol adalah selama masa remaja, karena perubahanperubahan fisik, kognitif, dan sosial terjadi pada periode ini. Kemandirian remaja dipandang suatu hal pokok atau mendasar yang patut mendapat perhatian, agar para remaja dapat dengan mantap memasuki dunianya yang baru yaitu masa dewasa tanpa hambatan yang berarti. 7. Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapan Pernikahan Remaja Puteri di KUA Hasil penelitian dari 30 orang remaja puteri diketahui bahwa sebagian besar remaja puteri dengan klasifikasi pengetahuan kurang dengan persiapan pernikahan rendah berjumlah 14 orang (77,8%). Hasil analisa dengan uji korelasi perkembangan yang harus dicapai oleh rank Spearman diperoleh hasil bahwa 13

14 nilai p=0,978 (<α=0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur. dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di KUA Banjarmasin Timur (p=0,866). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri di Pengetahuan kadang belum KUA Banjarmasin Timur (p=0,626). Tidak menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesiapan pernikahan petugas kesehatan dalam hal ini yaitu calon pengantin remaja puteri di KUA bidan sering memberikan penyuluhan akan tetapi belum bisa merubah perilaku pengetahuan seseorang atau masyarakat itu karena memerlukan proses yang lama. Para remaja puteri yang menikah muda belum mengetahui dengan baik tentang kesehatan reproduksi. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang dilaksanakan di KUA Banjarmasin Timur tentang hubungan umur, pengetahuan dan pekerjaan dengan kesiapan pernikahan calon pengantin remaja puteri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur Banjarmasin Timur (p=0,978). SARAN Diharapkan agar petugas KUA konsisten dan lebih selektif mengenai persayaratan umur menikah bagi remaja puteri sehingga tidak terdapat ketidaksesuaian data pernikahan yang dapat mengakibatkan kurang matangnya kesiapan pernikahan bagi remaja puteri. Diharapkan agar orang tua lebih mendekatkan diri dengan anak dengan cara membiarkan anak bercerita masalah dalam hidupnya, menerima kritik dan masukan dari anak, tidak mengekang dan tidak terlalu keras pada anak, mengajarkan anak untuk jujur dan terbuka dan memberikan semangat dan dukungan bagi 14

15 anak untuk sekolah. Diharapkan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian selajutnya dengan metode kualitatif secara mendalam guna mengetahui faktor kesiapan penikahan usia remaja berdasarkan waktu menikah, motivasi untuk menikah, kesiapan untuk ekslusivitas seksual, emansipasi emosional dari orang tua dan tingkat pendidikan remaja puteri. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pembimbing I, pembimbing II, penguji, kedua orang tua dan seluruh teman-teman seangkatan yang banyak memberikan masukan, doa dan dukungan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Akademi Kebidanan Sari Mulia dan STIKES Sari Mulia Banjarmasin Panduan Tugas Akhir. Banjarmasin. BKKBN Data Remaja dan Masalah Remaja di Indonesia. Jakarta. Departemen Agama Banjarmasin Rekapitulasi Angka Kejadian Perkawianan dan Perceraian tahun 2015 di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Departemen Agama Tingkat I Banjarmasin. Hawa, I Jurnal Kesehatan: Gambaran persepsi pernikahan pada remaja puteri di Desa Banjarjo Kecamatan Sumberjo Vo. 2 No.14. Jakarta: UIN. Hurlock, B. E Psikologi Perkembangan Edisi ke- V. Jakarta: Erlangga. Imron, A Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Miladiah Jurnal Kesehatan: gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pesayangan Martapura. Yayasasan KORPRI: Akademi Kebidanan Martapura. Notoatmojdo, S Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Putrini Jurnal Kesehatan: Hubungan tingkat pendidikan dan persepsi pernikahan dengan kejadian perceraian di KUA Tingkat Pertama Boyolali. Universitas Sumatera. Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Wiryasti Modifikasi dan Uji Validitas dan Reliabilitas Inventori Kesiapan Menikah Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. 15

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Faktor Penyebab di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Causes of Early Marriage in Sampara Village Konawe Wa Ana Sari, Yanti Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN Ika Mardiatul Ulfa 1, Hariadi Widodo 2, Siti Zulaiha 2 1 AKBID Sari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan... HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA DI UPT. PUSKESMAS MARTAPURA Yayu Puji Rahayu¹, Mahpolah², Frisca Margaret Panjaitan 1 ¹ STIKES Sari

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN SIKAP DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN HUBUNGAN SIKAP DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Sismeri Dona 1, Yayuk Puji Lestari 2 Eka Rezki Amalia* 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR Yuniarti 1, Rusmilawaty 2, Zakiah 3 1, 2, 3 Poltekkes Kemenkes Jurusan Kebidanan Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 ARTI KEL PENELI 39 38 37 36 35 TI AN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 Rafidah 1), Tut Barkinah 2), Erni Yuliastuti 3) 1,2,3) Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN Qatratun Nada *, Anggrita Sari 1, Dwi Sogi Sri Redjeki 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA THE RELATIONSHIP OF MOTHER S KNOWLEDGE TOWARDS STIMULATION OF TALKING AND LANGUAGE TO TODDLER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Novita Dewi Iswandari 1, Mohdari 2, Maulida Putri* 1 Dosen, Stikes Sari Mulia

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG Nina Sopiyana 1, Dina Dwi Nuriyani 2 ABSTRAK Angka remaja menikah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun rumah tangga melalui perkawinan merupakan hal yang penting bagi sebagian orang. Untuk mewujudkan itu, salah satu yang harus dilakukan adalah memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta ANALISIS AKTOR-AKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN PERSALINAN II PADA MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK JALUR REGULER DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA 3 NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUNJUNGAN MASA NIFAS DI PUSKESMAS PEKAUMANBANJARMASIN Kiki Yennita Uthami *, Fitri Yuliana 1, Istiqomah 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Widya Arizki 1, Dwi Rahmawati 2, Dede Mahdiyah 1 1. Akademi Kebidanan Sari Mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG THE CORRELATION BETWEEN HUSBAND S SUPPORT WITH FREQUENCY OF PUERPERIAL REPEATED VISITATION IN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH TERJADINYA RESIKO KEHAMILAN DI USIA REMAJA PADA SISWA SMA SWASTA X BANJARMASIN Mambang 1, Anggrita Sari 1, Ika Hariati 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Pendamping Persalinan di RSUD. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Pendamping Persalinan di RSUD. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG PENDAMPING PERSALINAN DI RSUD H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Mawadatur Rohmah*, Sismeri Dona 1, Dini Akbari Husna 2 1 AKBID Sari Mulia 2 AKBID Sari Mulia *Korespondensi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA 1 PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA 1 Sofia Februanti 1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Abstrak Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran umum pernikahan usia dini di Jawa Barat menurut Kepala seksi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Santoso (dalam BKKBN) mengatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria (BKKBN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara,

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh: NELI LISNIATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Lebih terperinci

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Yuyun Elitasari 201410104324

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: MUTIARA THEO THERRA AWK 080201146 PROGRAM

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS ISTRI SELAMA HAMIL DITINJAU DARI DARI PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN SUAMI TENTANG KEHAMILAN DI POLINDES SAKURA DESA LAM GEU EU KECAMATAN PEUKAN BADA ACEH

Lebih terperinci

PERSEPSI PELAJAR SMA NEGERI 1 BANJARMASIN DAN SMA NEGERI 2 BANJARMASIN TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI

PERSEPSI PELAJAR SMA NEGERI 1 BANJARMASIN DAN SMA NEGERI 2 BANJARMASIN TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI PERSEPSI PELAJAR SMA NEGERI 1 BANJARMASIN DAN SMA NEGERI 2 BANJARMASIN TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI Oleh: Desyi Tri Oktaviani. Eva Alviawati, Karunia Puji Hastuti ABSTRAK Penelitian ini berjudul Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 9 MANADO. Junita Ch. Wenas*, Adisti A. Rumayar*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG Minah, Ika Pantiawati, Yuli Trisnawati Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Email : icha.pewe@yahoo.com

Lebih terperinci

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman 15-21 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR DOMINAN PENYEBAB PERNIKAHAN USIA DINI di KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup

Lebih terperinci

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Irmayanti Harahap STIKes Prima Program Studi IKM Korespondensi penulis

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : , HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI Suci Lestari; Priscillia Andrianita Effendy; Nia Hidayanti Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan satu prosesi yang diatur sedemikian rupa untuk melegalkan hubungan sepasang pria dan perempuan. Indonesia sebagai negara hukum memiliki tata aturan

Lebih terperinci

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini PENYULUHAN HUKUM Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini Ani Yunita, S.H.M.H. Nasrullah, S.H.S.Ag.,M.CL. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Persoalan nikah bukanlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA (Survei Pada Ibu Usia Kurang 20 tahun di Desa Wonoharjo Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis) Susi Aprilyanti 1) Nur Lina

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Tika Febriyani*, Ahmad Syahlani 1, Agus Muliyawan 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Karlinda Nuriya Afifah 1), Dwi Susilawati 2) 1,2) Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Rita Afni Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Gusti Evi Zaidati 1, Deni Suryanto 2 1 Akademi Kebidanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan,

Lebih terperinci

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA PARITY RELATIONSHIP WITH ANXIETY LEVEL TRIMESTER PREGNANT WOMEN AT III IN HEALTH TEGALREJO YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL Dewi Nurul Sari Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung dewiluvmama12@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci