STUDI CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN DI SUB DAS TUKAD BADUNG KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN DI SUB DAS TUKAD BADUNG KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 STUDI CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN DI SUB DAS TUKAD BADUNG KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI Anisa Rachmawardani, Mohammad Sholichin, Gunawan Wibisono Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang Telp. (0341) Abstrak Pencemaran yang terjadi di Sub DAS Tukad Badung menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air akibat kontaminasi dari air limbah domestik terhadap air sungai. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dipandang mahal, namun Constructed Wetland (CW) menawarkan teknologi mudah dan murah dalam perencanaan maupun pengoperasian sistem pengolahan air limbah domestik. Constructed wetland tipe Free Water Surface (FWS) cocok digunakan pada sungai maupun pada pinggiran kota besar, yang sekaligus dapat digunakan sebagai penambah keindahan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini membahas mengenai kinerja CW pada kondisi polutan tertentu. Pembuatan air limbah sintetis digunakan sebagai sampel awal penelitian yang mengacu pada besar polutan di Sub DAS Tukad Badung. Waktu tinggal hidrolis (HRT) yang digunakan adalah HRT 1 hari, 2 hari, dan 4 hari. Sedangkan polutan yang dibahas yaitu BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan fosfat (Phosphat). Kata Kunci: Constructed Wetland, Free Water Surface, Tukad Badung Abstract Pollution in Tukad Badung watershed caused degradation of water quality due to contamination from domestic wastewater to river. Waste water treatment plant is considered expensive, but Constructed Wetland (CW) technology offers an easy and cheap in planning and operation of domestic wastewater treatment system. Constructed wetland Free Water Surface (FWS) type is suitable in the river as well as suburbs, which is it also can be used as addition for beauty of the city and recreational facilities. In this research discusses the performance of CW on spesific pollutant conditions. Synthetic wastewater making is used for initial sample of research that refers to large pollutants Tukad Badung watershed. Hydraulic Retention Time (HRT) used is 1 day, 2 days, and 4 days. While the pollutants discussed are BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan fosfat (Phosphat). Keywords: Constructed Wetland, Free Water Surface, Tukad Badung PENDAHULUAN Pencemaran yang terjadi di Sub DAS Tukad Badung Hulu menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air akibat kontaminasi dari air limbah domestik terhadap air sungai. Limbah domestik disepanjang Sub DAS Tukad Badung Hulu dialirkan langsung ke sungai begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Sub DAS Tukad Badung Hulu terindikasi mengandung BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan fosfat (Phosphat) yang melebihi baku mutu air kelas III. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas air yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara pengolahan air limbah menggunakan metode constructed wetland. Dalam pengaplikasiannya, constructed wetland dimodelkan secara terpisah dengan pemodelan secara sederhana yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas constructed wetland menggunakan media yang direncanakan. Dengan pemilihan alternatif constructed wetland diharapkan adanya efektivitas penurunan polutan dalam pemodelan yang nantinya dapat dijadikan acuan pada pembangunan constructed wetland di Sub DAS Tukad Badung Hulu.

2 TINJAUAN PUSTAKA Secara umum, Constructed Wetland (CW) dibedakan menjadi dua, yaitu Free Water Surface (FWS) yang tampak seperti kolam atau danau, dan Sub-Surface Flow (SSF) yang dapat dikemas sebagai taman. Untuk badan air seperti sungai, akan lebih cocok bila menggunakan constructed wetland tipe free water surface. Kali ini dalam pengaplikasiannya, constructed wetland dimodelkan secara terpisah dengan pemodelan sederhana dengan besar polutan yang berbeda yang menggunakan air limbah sintetis sebagai air limbah yang akan dimasukkan ke dalam constructed wetland dengan tujuan untuk mengetahui besar efisiensi dari pengolahan air limbah menggunakan metode constructed wetland tipe FWS. Dengan pemilihan metode constructed wetland tipe FWS diharapkan adanya penurunan nilai polutan pada pemodelan yang nantinya dapat dijadikan acuan pada pembangunan constructed wetland di Sub DAS Tukad Badung Hulu. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter air limbah. Untuk itu dipilih beberapa metode pengujian di laboratorium yang akan menghasilkan data yang diperlukan. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengujian laboratorium sesuai dengan prosedur yang ada. Pada pengujian BOD (Biological Oxygen Demand) metode yang digunakan adalah metode Winkler. Rumus dalam menghitung nilai BOD adalah sebagai berikut: DO =... (1) dimana, V 1 = volume Na 2 S 2 O 3 yang digunakan untuk titrasi N thio = konsentrasi larutan Na 2 S 2 O 3 V 2 = volume sampel air yang diperiksa Dalam perhitungan nilai kadar BOD yaitu hasil perhitungan DO 0 hari dikurangi hasil perhitungan DO 5 hari, sehingga dapat disimpulkan dengan persamaan sebagai berikut: BOD = (DO 0 hari DO 5 hari)... (2) Sedangkan pada pengujian COD (Chemical Oxygen Demand) metode yang digunakan adalah metode Spektofotometri. COD =... (3) dimana, A = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi blanko B = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan dalam titrasi sampel air N = Normalitas ferro ammonium sulfat 8 = Berat ekivalen oksigen Data-data yang diperoleh digunakan sebagai dasar melakukan analisa yang mengacu pada studi literatur. Penyajian data dalam bentuk table dan grafik, sehingga dari perubahan pada masing-masing parameter dapat menggambarkan efisiensi system pengolahan dengan metode constructed wetland. Prosentase penurunan... (4) Dimana: C 0 = konsentrasi parameter awal C 1 = konsentrasi parameter pada effluent reaktor Prosentase penurunan tersebut dari setiap reaktor disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga dapat diketahui besarnya penurunan masing-masing parameter. BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu metode dengan melakukan kegiatan rancangan di suatu tempat tertentu dengan memodelkan rancangan di lapangan dengan skala yang lebih kecil. Rancangan pemodelan dibuat dan ditempatkan dengan ukuran 3m x 0,5m x 0,5m di Perumahan Ikan Nila Indah, Blimbing, Malang. Air limbah yang digunakan merupakan air limbah sintetis berupa perbandingan antara air dan deterjen cair. Sedangkan pengujian air limbah dilakukan di Teknik Kimia Universitas Negeri Malang. Peralatan yang dibutuhkan dalam rancangan pemodelan kali ini adalah: 1. Kolam constructed wetland 2. Terpal 3. Bak penampung air limbah sintetis 4. Kran air 5. Botol dan selang infus 6. Pot yang sudah dilubangi Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah: 1. Tanaman akar wangi (Chrysopogon Zizanioides) 2. Tanaman cattail atau lembang (Typha Angustifolia) 3. Tanaman papirus (Cyperus Papyrus)

3 4. Tanah, sebagai media tumbuh tanaman 5. Kerikil 6. Air limbah sintetis Kinerja Constructed Wetland dengan HRT 1 hari dan Debit 4,17 ml/detik Mulai Literatur Studi tentang Constructed Wetland Penentuan Variabel dan Parameter Penelitian: 1. Limbah Sintesis (Deterjen) 2. Hydraulic Retention Time (HRT) 3. Biological Oxygen Demand (BOD) 4. Chemical Oxygen Demand (COD) 5. Fosfat Persiapan Alat dan Bahan Pembuatan Permodelan Constructed Wetland Penyusunan Media Tanah, Kerikil, dan Tanaman pada Permodelan Constructed Wetland Pengujian Laboratorium untuk Mengetahui Besar Nilai BOD, COD, dan Fosfat dengan Konsentrasi yang Berbeda Penetapan Limbah Sintetis yang akan Digunakan Pengambilan Sampel Awal Air Limbah Sintetis Sebelum Melewati Constructed Wetland Pengaliran Constructed Wetland Kinerja Constructed Wetland dengan HRT 2 hari dan Debit 2,08 ml/detik Pengambilan Sampel Air Limbah Sintetis Setelah Melewati Constructed Wetland Analisis Data Hasil Kesimpulan dan Saran Selesai Kinerja Constructed Wetland dengan HRT 4 hari dan Debit 1,08 ml/detik Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Dalam penelitiannya, tahapan dalam pe dapat diurut sebagai berikut: 1. Kolam permodelan constructed wetland tipe FWS (Free Water Surface) ini menggunakan bahan dasar kayu yang dibentuk seperti kolam dengan ukuran 3 meter x 0,5 meter x 0,4 meter 2. Plastik tebal (atau dalam permodelan kali ini menggunakan bahan terpal) dilapisi mengelilingi pada bagian dasar kolam permodelan 3. Bak air limbah dilubangi dan dipasang kran air untuk mengalirkan air limbah ke dalam botol infus. 4. Tanaman dimasukkan dalam pot yang terlebih dahulu sudah dilubangi dan diberi tanah lempung sebagai media tumbuh tanaman 5. Tanaman yang berupa 10 rumpun tanaman Akar Wangi (Chrysopogon Zizanioides), 4 rumpun tanaman Cattail (Thypa Angustifolia), dan 4 rumpun tanaman Papirus (Cyperus Papyrus) yang tiap-tiap jenis tanaman dibagi menjadi 2 bagian. Sehingga dalam 1 jenis tanaman memiliki 2 buah pot yang berisi tanaman yang sama. Keseluruhan tanaman (total 6 pot tanaman) dimasukkan ke dalam kolam rancangan permodelan. 6. Kerikil yang sudah dicuci bersih dimasukkan ke dalam kolam permodelan setinggi 0,2 meter. 7. Kerikil yang sudah dimasukkan diratakan ketinggiannya disepanjang permodelan constructed wetland 8. Kolam permodelan constructed wetland siap digunakan dan air limbah sintetis dapat dialirkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Air limbah sintetis yang akan dimasukkan ke dalam constructed wetland terlebih dahulu diambil sampel dan diuji laboratorium untuk mengetahui besar kandungan BOD, COD, dan fosfat sebelum melewati constructed wetland. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang (UM). Analisis BOD menggunakan metode Winkler, sedangkan untuk COD menggunakan metode kromatometri, dan untuk pengujian fosfat menggunakan metode spektofotometri. Besar kandungan air limbah sintetis sebelum melewati constructed wetland adalah BOD sebesar 53,06 mg/l, COD sebesar 2200 mg/l, dan fosfat sebesar 0,85 mg/l. Dalam pengaplikasiannya berdasarkan perhitungan volume dan HRT (Hydraulic Retention Time) dari constructed wetland, diperoleh hasil debit pada HRT 1 hari adalah 4,17 ml/s, HRT 2 hari adalah 2,08 ml/s, dan HRT 3 hari adalah 1,04 ml/s. 1. Efisiensi Penurunan Kandungan BOD pada Air Limbah Sintetis Setelah Melewati Rancangan Pemodelan CW. Berikut penyajian hasil uji dalam bentuk tabel dan grafik tentang besarnya perubahan konsentrasi BOD pada air limbah sintetis, dari kondisi awal (sampel awal) hingga kondisi akhir (setelah melewati proses pengolahan metode constructed wetland). Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium BOD Parameter Sampel Awal Waktu Pengambilan Sampel BOD (mg/l) 53,06 Hari ke Hasil Pengukuran Laboratorium 46,53 43,27 20,41

4 Gambar 2. Grafik Penurunan BOD Tabel 1 dan Gambar 2 terlihat adanya perubahan konsentrasi parameter BOD dari sampel awal sebesar 53,06 mg/l. Perubahan yang terjadi adalah penurunan kadar BOD setelah melalui proses pengolahan pada dengan waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. Pada percobaan pertama untuk waktu tinggal 1 hari, sampel awal parameter BOD sebesar 53,06 mg/l, mengalami penurunan sebesar 6,53 mg/l menjadi 46,53 mg/l. Untuk waktu tinggal 2 hari, mengalami penurunan sebesar 11,43 mg/l sehingga menjadi 41,63 mg/l. Dan untuk waktu tinggal 4 hari, kemudian mengalami penurunan sebesar 32,65 mg/l, sehingga kadar BOD yang tersisa sebesar 20,41 mg/l. Persentase penurunan parameter BOD dengan waktu tinggal (1 hari, 2 hari, dan 4 hari) dan debit yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 berikut. Tabel 2. Persentase Penurunan BOD Waktu Tinggal Nilai BOD Persentase (hari) (mg/l) (%) 0 53, ,53 12,31% 2 41,63 21,54% 4 20,41 61,54% Gambar 3. Grafik Persentase BOD Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kadar BOD air limbah sintetis pada adalah sebagai berikut: 1. Kadar BOD mengalami penurunan pada rancangan pemodelan, baik dalam waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. 2. Penurunan kadar BOD terbesar terjadi pada waktu tinggal HRT 4 hari yaitu sebesar 20,41 mg/l dari sampel awal sebesar 53,06 mg/l atau mengalami persentase penurunan kadar BOD dalam air limbah sintetik sebesar 61,54%. 3. Semakin lama waktu kontak air limbah dengan media filtrasi dan tanaman yang digunakan pada rancangan pemodelan constructed wetland, maka akan semakin optimal proses penyerapan dan semakin besar pula persentase penurunan kadar BOD pada air limbah sintetis tersebut. 2. Efisiensi Penurunan Kandungan COD pada Air Limbah Sintetis Setelah Melewati Rancangan Pemodelan CW. Berikut penyajian hasil uji dalam bentuk tabel dan grafik tentang besarnya perubahan konsentrasi COD pada air limbah sintetis, dari kondisi awal (sampel awal) hingga kondisi akhir (setelah melewati proses pengolahan metode constructed wetland). Tabel 3. Hasil Uji Laboratorium COD Parameter Sampel Awal Waktu Pengambilan Sampel COD (mg/l) 2200 Hari ke Hasil Pengukuran Laboratorium Gambar 4. Grafik Penurunan COD Tabel 3 dan Gambar 4 terlihat adanya perubahan konsentrasi parameter COD dari sampel awal sebesar 2200 mg/l. Perubahan yang terjadi adalah penurunan kadar COD setelah melalui proses pengolahan pada dengan waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. Pada percobaan pertama untuk waktu tinggal 1 hari, sampel awal parameter COD sebesar 2200 mg/l, mengalami penurunan sebesar 40 mg/l menjadi 2160 mg/l. Untuk waktu tinggal 2 hari, mengalami penurunan sebesar 140 mg/l sehingga menjadi 2060 mg/l. Dan untuk waktu tinggal 4 hari, mengalami

5 penurunan sebesar 1120 mg/l, sehingga kadar COD yang tersisa adalah sebesar 1080 mg/l. Persentase penurunan parameter COD dengan waktu tinggal (1 hari, 2 hari, dan 4 hari) dan debit yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 5 berikut. Tabel 4. Persentase Penurunan COD Waktu Tinggal Nilai COD Persentase (hari) (mg/l) (%) ,82% ,36% ,91% Gambar 5. Grafik Persentase COD Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kadar COD air limbah sintetis pada adalah sebagai berikut: 1. Kadar COD mengalami penurunan pada rancangan pemodelan, baik dalam waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. 2. Penurunan kadar COD terbesar terjadi pada waktu tinggal HRT 4 hari yaitu sebesar 1080 mg/l dari sampel awal sebesar 2200 mg/l atau mengalami persentase penurunan kadar COD dalam air limbah sintetik sebesar 50,91%. 3. Semakin lama waktu kontak air limbah dengan media filtrasi dan tanaman yang digunakan pada rancangan pemodelan constructed wetland, maka akan semakin optimal proses penyerapan dan semakin besar pula persentase penurunan kadar COD pada air limbah sintetis tersebut. 2. Efisiensi Penurunan Kandungan Fosfat pada Air Limbah Sintetis Setelah Melewati Rancangan Pemodelan CW. Berikut penyajian hasil uji dalam bentuk tabel dan grafik tentang besarnya perubahan konsentrasi fosfat pada air limbah sintetis, dari kondisi awal (sampel awal) hingga kondisi akhir (setelah melewati proses pengolahan metode constructed wetland). Tabel 5. Uji Laboratorium Fosfat Parameter Sampel Awal Waktu Pengambilan Sampel COD (mg/l) 0,85 Hari ke Hasil Pengukuran Laboratorium 0,56 0,54 0,51 Gambar 6. Grafik Penurunan Fosfat Tabel 5 dan Gambar 6 terlihat adanya perubahan konsentrasi parameter fosfat dari sampel awal sebesar 0,85 mg/l. Perubahan yang terjadi adalah penurunan kadar fosfat setelah melalui proses pengolahan pada dengan waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. Pada percobaan pertama untuk waktu tinggal 1 hari, sampel awal parameter fosfat sebesar 0,85 mg/l, mengalami penurunan sebesar 0,3 mg/l menjadi 0,56 mg/l. Untuk waktu tinggal 2 hari, mengalami penurunan sebesar 0,31 mg/l sehingga menjadi 0,54 mg/l. Dan untuk waktu tinggal 4 hari, mengalami penurunan sebesar 0,35 mg/l, sehingga kadar fosfat yang tersisa sebesar 0,51 mg/l. Persentase penurunan parameter fosfat dengan waktu tinggal (1 hari, 2 hari, dan 4 hari) dan debit yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 7 berikut. Tabel 6. Persentase Penurunan COD Waktu Tinggal Nilai Fosfat Persentase (hari) (mg/l) (%) 0 0,85 1 0,56 34,90% 2 0,54 36,55% 4 0,51 40,67% Gambar 7. Grafik Persentase Fosfat

6 Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kadar fosfat air limbah sintetis pada adalah sebagai berikut: 1. Kadar fosfat mengalami penurunan pada rancangan pemodelan, baik dalam waktu tinggal 1 hari, 2 hari, maupun 4 hari. 2. Penurunan kadar fosfat terbesar terjadi pada waktu tinggal HRT 4 hari yaitu sebesar 0,51 mg/l dari sampel awal sebesar 0,85 mg/l atau mengalami persentase penurunan kadar fosfat dalam air limbah sintetik sebesar 40,67%. 3. Semakin lama waktu kontak air limbah dengan media filtrasi dan tanaman yang digunakan pada rancangan pemodelan constructed wetland, maka akan semakin optimal proses penyerapan dan semakin besar pula persentase penurunan kadar fosfat pada air limbah sintetis tersebut. 4. Perbandingan Kandungan Polutan Rancangan Pemodelan Terhadap Kandungan Polutan di Sub DAS Tukad Badung Hulu Tabel 7. Parameter BOD, COD, dan Fosfat Terhadap Baku Mutu Air Persentase Sampel Penurunan Penurunan Baku Besar Awal Kadar Persentase Terhadap Mutu Polutan Rancangan Polutan Penurunan Besar Air Polutan Rasio di Tukad Pemodelan Rancangan Rancangan Polutan di Kelas Badung CW Pemodelan Pemodelan Tukad 3 Badung (mg/l) (mg/l) (mg/l) (%) (mg/l) (mg/l) BOD 24 53,06 1 : 2,21 20,41 61,54 9,23 6 COD : 61, ,91 17,67 50 Fosfat 6,79 0,85 1 : 0,13 0, ,01 1 Besar polutan yang terkandung di Sub DAS Tukad Badung Hulu antara lain yaitu BOD 24 mg/l, COD sebesar 36 mg/l, dan fosfat sebesar 6,79 mg/l. Dibanding dengan besar polutan yang terkandung pada sampel awal rancangan pemodelan constructed wetland dengan BOD sebesar 53,06 mg/l, COD sebesar 2200 mg/l, dan fosfat sebesar 0,85 mg/l maka rasio pada parameter BOD berbanding 1:2,21, sedangkan untuk rasio pada parameter COD berbanding 1:61,11, dan rasio pada parameter fosfat berbanding 1:0,13. Kinerja rancangan pemodelan constructed wetland pada penurunan BOD dapat mereduksi hingga 61,54%, sedangkan pada parameter COD dapat mereduksi hingga 50,91%, dan pada fosfat dapat mereduksi sebesar 40,67%. Apabila kinerja rancangan pemodelan constructed wetland ini diterapkan terhadap tingkat pencemaran di Sub DAS Tukad Badung Hulu, maka akan menghasilkan kualitas keluaran constructed wetland dengan nilai BOD 9,23 mg/l, COD 17,67 mg/l, dan fosfat 4,01%. Sehingga untuk baku mutu air sungai kelas 3, parameter COD sudah memenuhi syarat. Sedangkan untuk BOD dan fosfat masih belum memenuhi syarat baku mutu air sungai kelas 3. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil studi constructed wetland sebagai solusi pencemaran di Sub DAS Tukad Badung dengan menggunakan rancangan pemodelan constructed wetland tipe FWS yang menggunakan kombinasi substrat/media filter berupa kerikil, tanah, dan tanaman air (Chrysopogon Zizanioides, Typha Angustifolia, dan Cyperus Papyrus) dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Rencana lokasi constructed wetland di Sub DAS Tukad Badung Hulu berada di koordinat 8 o 37 46,5 L 115 o 12 51,0 B tepatnya di Jalan Singasari Gang Tunsung, Peguyangan, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Luas lahan kosong yang dapat digunakan untuk perencanaan CW adalah 0,27 ha. Hasil uji laboratorium BOD, COD, dan fosfat di Sub DAS Tukad Badung adalah 24 mg/l, 36 mg/l, 6,8 mg/l. 2. Desain rancangan pemodelan berupa kolam berukuran 3m x 0,5m x 0,4m dengan tipe FWS dan menggunakan media berupa tanah dan kerikil serta menggunakan tanaman Akar Wangi (Chrysopogon Zizanioides), Cattail atau Lembang (Typha Angustifolia), dan Papirus (Cyperus Papyrus). Debit yang dikeluarkan pada inlet berbeda-beda sesuai dengan HRT yang ditentukan yaitu HRT 1 hari sebesar 4,17 ml/detik, HRT 2 hari sebesar 2,08 ml/detik, dan HRT 4 hari sebesar 1,08 ml/detik. 3. Besar kandungan air limbah sintetis yang dijadikan sampel awal sebelum melewati constructed wetland yaitu BOD sebesar 53,06 mg/l, COD sebesar 2200 mg/l, dan fosfat sebesar 0,85 mg/l. Setelah dialirkan melewati pemodelan constructed wetland dengan HRT 1 hari, besar kandungan BOD menjadi 46,53 mg/l, COD menjadi 2160 mg/l, dan fosfat menjadi 0,56 mg/l. Sedangkan untuk HRT 2 hari, besar kandungan BOD menjadi 41,63 mg/l, COD menjadi 2060 mg/l, dan fosfat menjadi 0,54 mg/l. Dan untuk HRT selama 4 hari, besar kandungan BOD berkurang menjadi 20,41

7 mg/l, COD menjadi 1080 mg/l, dan fosfat menjadi 0,51 mg/l. 4. Besar efisiensi rancangan pemodelan constructed wetland dalam mereduksi beban polutan yang terjadi pada penelitian untuk HRT 1 hari, besar efisiensi BOD adalah 12,31%, COD adalah 1,82% dan fosfat adalah 34,90%. Untuk HRT 2 hari, besar efisiensi BOD adalah 21,54%, COD adalah 6,36%, dan fosfat adalah 36,55%. Untuk HRT 4 hari, besar efisiensi BOD adalah 61,54%, COD adalah 50,91%, dan fosfat adalah 40,67%. 5. Kinerja rancangan pemodelan constructed wetland untuk penurunan BOD, COD, dan fosfat adalah masing-masing 61,54%, 50,91% dan 40,67%. Apabila kinerja ini diterapkan terhadap tingkat pencemaran di Sub DAS Tukad Badung Hulu, maka akan menghasilkan kualitas keluaran constructed wetland dengan nilai BOD 9,23 mg/l, COD 17,67 mg/l, dan fosfat 4,01%. Sehingga untuk baku mutu air sungai kelas 3, parameter COD sudah memenuhi syarat. Sedangkan untuk BOD dan fosfat masih belum memenuhi syarat baku mutu air sungai kelas 3. SARAN Adapun saran yang masih diperlukan dalam penelitian pemodelan constructed wetland ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian yang lebih baik perlu menjaga kestabilan debit pada inlet. 2. Menambah waktu tinggal/hrt yang digunakan agar penurunan kadar polutan dapat berlaku maksimal. 3. Menambah dimensi constructed wetland agar penurunan kadar polutan dapat berlaku maksimal. 4. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan tanaman jenis lainnya dengan nilai estetika yang dimiliki. 5. Perlunya dilakukan pengamatan visual terhadap pertumbuhan tanaman. 6. Perlunya dilakukan pengulangan pada pemodelan agar hasil yang ada lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Suswati, A. C. S. P. & Wibisono. G. Pengolahan Limbah Domestik Dengan Teknologi Taman Tanaman Air (Constructed Wetlands), Indonesian Green Technology Journal Hidayah, E.N. & Aditya, W. Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Sistem Constructed Wetland, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 2 No Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Supradata Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SSF-Wetlands). Tesis dipublikasikan di internet. EPA, U.S Free Water Surface Wetlands for Wastewater Treatment. Arizona: U.S. Environtment Protection Agency.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Phapros Tbk, merupakan industri farmasi yang berada di Simongan 131, Semarang. Kegiatan dari industri adalah memproduksi obatobatan. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh :

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh : SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh : DEVIANASARI ANGGRAINI (07502010018) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, ini disebabkan tubuh mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun tubuh, air esensial

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) Oleh : Zulisnaini Sokhifah 3306 100 105 Dosen Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pengelolaan lingkungan terus dilakukan oleh semua pihak termasuk industri untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha laundry yang menawarkan jasa cuci dan setrika saat ini sangat diminati oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat memberikan

Lebih terperinci

Dosen Magister Ilmu Lingkungan dan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang

Dosen Magister Ilmu Lingkungan dan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang 12-114 PENGOLAHAN EFFLUENT DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (STUDI KASUS : PT PHAPROS TBK, SEMARANG) Mega Anggraeni 1 Henna Rya Sunoko 2, Hadiyanto 3 1

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND) PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND) Amalia Masturah 1) Lita Darmayanti 2) Yohanna Lilis H 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands)

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands) Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands) Lita Darmayanti, Manyuk Fauzi, Bagus Hajri Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota besar di Indonesia pada umumnya memiliki masalah tipikal yaitu peningkatan penduduk yang disebabkan oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota. Permasalahan

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015) PENURUNAN KADAR COD DAN TSS PADA LIMBAH INDUSTRI PENCUCIAN PAKAIAN (LAUNDRY) DENGAN METODE CONSTRUCTED WETLAND MENGGUNAKAN TANAMAN BINTANG AIR (Cyperus alternifolius) Dita Mutiara *) ; Endro Sutrisno **)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan membuat unit pengolahan limbah lahan basah buatan dengan lebar 3 meter dan panjang 1,5 meter. Unit pengolahan limbah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu penyebab pencemaran

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENGARUH TANAMAN PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND

POTENSI DAN PENGARUH TANAMAN PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND 11 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 2 POTENSI DAN PENGARUH TANAMAN PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND Euis Nurul Hidayah, Wahyu Aditya Prodi Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa laundry saat ini terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya kesibukan di masyarakat. Jasa laundry ditawarkan oleh berabagai industri seperti industri laundry

Lebih terperinci

APLIKASI WETLAND. Prayatni Soewondo PRODI TEKNIK LINGKUNGAN, FTSL, ITB

APLIKASI WETLAND. Prayatni Soewondo PRODI TEKNIK LINGKUNGAN, FTSL, ITB APLIKASI WETLAND Prayatni Soewondo PRODI TEKNIK LINGKUNGAN, FTSL, ITB PEMBAHASAN: Teori: - Difinisi Wetland - Type-Type Wetland - Konstruksi Wetland Penerapan Wetland: - Skala lab - Skala Lapangan WETLAND

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM MEDIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA

PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA Suci Febriani 1, Zulfarina 2 dan Suwondo 2 riany_ucee@yahoo.co.id/088271149684

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

Keywords:Equisetum hyemale, SSF-Wetland, wastewater

Keywords:Equisetum hyemale, SSF-Wetland, wastewater KEMAMPUAN CONSTRUCTED WETLAND JENIS ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND) DALAM MENGOLAH AIR LIMBAH KAWASAN KOMERSIAL Oni Loretha, Lita Darmayanti, Yohanna Lilis Handayani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kadar N dan P Limbah Cair Tahu Anis Artiyani PENURUNAN KADAR N-TOTAL DAN P-TOTAL PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN METODE FITOREMEDIASI ALIRAN BATCH DAN KONTINYU MENGGUNAKAN TANAMAN HYDRILLA VERTICILLATA Anis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau

Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau Taufiq Hidayat, Lita Darmayanti, Bambang Sujatmoko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dekade terakhir ini kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk peternakan dihasilkan dari usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar Degradasi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Penambahan 55

Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar Degradasi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Penambahan 55 Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar Degradasi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Penambahan 55 DEGRADASI LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI RIZOSFIR Actinomycetes DAN TANAMAN Typha angustifolia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di perusahaan x yang berada di Jawa Tengah tepatnya di Unit Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Air Sumur 4.1.1 Karakteristik Air Sumur di Sekitar Pabrik Gula Madukismo Air sumur yang berada di sekitar Pabrik Gula Madukismo sudah tercemar oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: ) EFEKTIFITAS CONSTRUCTED WETLANDS TIPE SUBSURFACE FLOW SYSTEM DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN Cyperus rotundus UNTUK MENURUNKAN KADAR FOSFAT DAN COD PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY Eucinda Erwin P., Tri Joko, Hanan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI O l e h : HARI WIBOWO THAMRIN 0652010031 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH I Wayan Sri Sukmawati**) dan Pungut Asmoro*) Abstrak

Lebih terperinci

DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM

DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM PENGOLAHAN EFFLUENT DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLANDS) MENGGUNAKAN TUMBUHAN CYPERUS ALTERNIFOLIUS DAN CANNA INDICA, L. ( Studi Kasus : PT

Lebih terperinci

dilakukan di laboratorium rancang bangun dan laboratorium kulitas lingkungan

dilakukan di laboratorium rancang bangun dan laboratorium kulitas lingkungan 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dapat disebut dengan penelitian ilmiah apabila memiliki metode penelitian yang sistematis. Metode penelitian yang digunakana dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 25 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan menjelaskan tentang diagram alir penelitian serta prosedur pengambilan data, teknik pengumpulan data, dan perhitungan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Kondisi Umum Kualitas Air Limbah Penelitian ini terletak di Perumahan Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu laboratorium pendidikan, keberadaan laboratorium memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan bagi mahasiswa maupun

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TYPHA LATIFOLIA

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TYPHA LATIFOLIA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TYPHA LATIFOLIA Purwanti, Shinta Elystia, dan Aryo Sasmita Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Dosen Program Studi

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENURUNAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN TANAMAN CATTAIL DENGAN SISTEM CONSTRUCTED

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s 32 BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 PENDAHULUAN Hasil dari penelitian akan dibahas pada Bab IV ini. Hasil proses pengolahan air limbah didiskusikan untuk mengetahui seberapa efektifkah Submersible Venturi

Lebih terperinci

Keywords : Constructed wetlands, cattail plants, subsurface flow system, free surface water, laundry waste References : 80 ( )

Keywords : Constructed wetlands, cattail plants, subsurface flow system, free surface water, laundry waste References : 80 ( ) PERBEDAAN EFEKTIVITAS CONSTRUCTED WETLANDSSUBSURFACE FLOW SYSTEM DAN FREE WATER SURFACE PADATANAMAN CATTAIL UNTUK MENURUNKAN BOD, COD dan FOSFAT LIMBAH LAUNDRY DI KELURAHAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG Miftah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor. BAB III METODOLOGI 3.1 Tahapan Penelitian Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian Pemilihan Tanaman Pembuatan Reaktor Tahap Penjenuhan

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan

Lebih terperinci

PENURUNAN BOD DAN COD PADA AIR LIMBAH KATERING MENGGUNAKAN KONSTRUKSI WETLAND SUBSURFACE-FLOW DENGAN TUMBUHAN KANA (Canna indica)

PENURUNAN BOD DAN COD PADA AIR LIMBAH KATERING MENGGUNAKAN KONSTRUKSI WETLAND SUBSURFACE-FLOW DENGAN TUMBUHAN KANA (Canna indica) 1 PENURUNAN BOD DAN COD PADA AIR LIMBAH KATERING MENGGUNAKAN KONSTRUKSI WETLAND SUBSURFACE-FLOW DENGAN TUMBUHAN KANA (Canna indica) Anindita Laksmi Prabowo dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan dan biasanya air limbah dibuang ke sungai, sedangkan air sungai menjadi salah satu sumber air bagi kehidupan mahluk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN 2016 Selomita Lamato*, Odi Pinontoan*, Woodford Baren Solaiman Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

Aerasi dan Biorack Wetland sebagai Pengolah Limbah Laundry

Aerasi dan Biorack Wetland sebagai Pengolah Limbah Laundry 1 dan Biorack sebagai Pengolah Limbah Laundry Wima Umaya dan Nieke Karnaningroem Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

Key word: constructed wetland, hotel waste water, water bamboo plant

Key word: constructed wetland, hotel waste water, water bamboo plant PENGOLAHAN AIR LIMBAH HOTEL DENGAN METODE FREE SURFACE CONSTRUCTED WETLAND MENGGUNAKAN TUMBUHAN EQUISETUM HYMALE Mohammad Ridwan 1, Lita Darmayanti 2, Yohanna Lilis Handayani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) DESIGN OF SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND WASTEWATER TREATMENT

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn)

PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn) Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 1 (1): 16-21, 2015 PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn) Nopi Stiyati Prihatini, dan M. Sadiqul Iman Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc. UJIAN LISAN TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PAKET PENGOLAHAN GREY WATER MODEL KOMBINASI ABR-ANAEROBIC FILTER Efficiency Study of ABR-Anaerobic Filter Combine Model As Grey Water Treatment Package DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv. MOTTO... v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv. MOTTO... v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. RAKHMA OKTAVINA, MT OLEH : HENDRA SASMAYA 30408425 LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Peraturan

Lebih terperinci

dangkal di Yogyakarta secara bakteriologis telah tercemar dan kandungan nitrat

dangkal di Yogyakarta secara bakteriologis telah tercemar dan kandungan nitrat BAB I PENDAHILUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap hari dan diiringi oleh pola perkembangannya sehingga pola hidup masyarakat pun berubah dan salah satunya mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam dunia pertambangan batubara berada pada peringkat keempat sebagai penghasil batubara di dunia setelah Cina, Amerika Serikat dan Australia (BP.2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Sistematika Tugas Akhir 6

1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Sistematika Tugas Akhir 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT i ii iii vi vii vii ix DAFTAR ISI xv DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR xvi xvii BAB IPENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KARET DENGAN FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN Typha angustifolia

PENGOLAHAN LIMBAH KARET DENGAN FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN Typha angustifolia PENGOLAHAN LIMBAH KARET DENGAN FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN Typha angustifolia Syarif Nasrullah 1) Rita Hayati 2) Ulli Kadaria 1) 1) Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA EFEKTIVITAS MODEL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH HYBRID CONSTRUCTED WETLAND DALAM MENGOLAH AIR LIMBAH KEGIATAN LAUNDRY

UNIVERSITAS UDAYANA EFEKTIVITAS MODEL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH HYBRID CONSTRUCTED WETLAND DALAM MENGOLAH AIR LIMBAH KEGIATAN LAUNDRY UNIVERSITAS UDAYANA EFEKTIVITAS MODEL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH HYBRID CONSTRUCTED WETLAND DALAM MENGOLAH AIR LIMBAH KEGIATAN LAUNDRY NI LUH PUTU DENIK SUANTARI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD Fidyan Hifzhani., Syarifudin A., Arifin Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl. H.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan IPAL Komunal menjadi salah satu pilihan untuk menangani limbah yang berasal dari aktivitas kegiatan permukiman agar tidak menjadi bahan pencemar mahluk

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif D18 Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan, Pengendapan, dan Zeolit-Arang Afiya Asadiya dan Nieke Karnaningroem Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR) UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sampingan akibat proses produksi/ kegiatan manusia yang berbentuk cair, gas dan padat. Limbah domestik/ rumah tangga adalah air yang telah dipergunakan

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap

Lebih terperinci

Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water)

Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water) 1 Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water) Bahari Purnama Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DI SEKITAR SUNGAI JUMBLENG SURAKARTA

ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DI SEKITAR SUNGAI JUMBLENG SURAKARTA ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DI SEKITAR SUNGAI JUMBLENG SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: OKTAVIA KURNIANINGSIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

MODIFIKASI SUBSURFACE WETLAND PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RPH DAN INDUSTRI TAHU

MODIFIKASI SUBSURFACE WETLAND PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RPH DAN INDUSTRI TAHU Modifikasi Subsurface Wetland (Rakhmi Sonie) MODIFIKASI SUBSURFACE WETLAND PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RPH DAN INDUSTRI TAHU MODIFICATION OF SUBSURFACE WETLAND FOR SLAUGHTER HOUSE S AND TOFU INDUSTRY S

Lebih terperinci

PENYISIHAN LOGAM PADA LINDI DENGAN SISTEM SUB-SURFACE CONSTRUCTED WETLAND

PENYISIHAN LOGAM PADA LINDI DENGAN SISTEM SUB-SURFACE CONSTRUCTED WETLAND PENYISIHAN LOGAM PADA LINDI DENGAN SISTEM SUB-SURFACE CONSTRUCTED WETLAND Puja Dayanto Wibowo 1, Rizki Purnaini 1, Yulisa Fitrianingsih 1 Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci