PENGARUH MEKANISME GCG DAN PELAPORAN CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DI BEI. Ferry Dwi Ardyanto Kurnia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MEKANISME GCG DAN PELAPORAN CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DI BEI. Ferry Dwi Ardyanto Kurnia"

Transkripsi

1 PENGARUH MEKANISME GCG DAN PELAPORAN CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DI BEI Ferry Dwi Ardyanto Kurnia SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA ABSTRACT This research is meant to find out the influence of good governance mechanism and the reporting of corporate social responsibility to the company s value. The company s value in this research is proxy by Tobin s Q value. The selection of samples is performed by using purposive sampling method to the food and beverages companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange from 2007 to 20. As many as food and beverages companies are used as samples in this research. The multiple regressions are applied as method of analysis in this research. The result of this research indicates that the board of commissioners, public ownership, managerial ownership and the reporting of corporate social responsibility variables has significant influence to the company s value. Keywords:Company s Value, Board of Commissioners, Public Ownership, Management Ownership, Institutional Ownership, and Corporate Social Responsibility. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good governance dan pelaporan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin s Q. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 20. Sebanyak perusahaan food and beverage digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris, kepemilikan publik, dan kepemilikan manajerial dan pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Kata Kunci: Nilai perusahaan, dewan komisaris, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility PENDAHULUAN Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Resp onsibility mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan Corporate Social Responsibility. Kiroyan (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007) mengungkapkan Corporate Social Responsibility sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yait u nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada

2 2 sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan mernperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Dengan adanya Good corporate Governance dan praktik Corporate Social Responsibility (untuk selanjutnya akan disingkat CSR) yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan diniiai dengan baik oleh investor. Forum for Good Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Good corporate Governance yang mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi, pert anggungjawaban, dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Mekanisme Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberi dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Ada beberapa mekanisme good corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai good corporate governance yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, yaitu dewan komisaris, kepemilikan publik, dan kepemilikan manajerial. Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberi petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Ko mposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam men yusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Siallagan dan Machfoedz,2006). Menurut Ross et al. (dalam Siallagan dan Machfoedz,2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham manajemen adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen (Suranta dan Midianstuty, 2003). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen perusahaan. Penelitian oleh wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hubungan antara kepemilikan manajerial

3 3 dengan nilai perusahaan adalah hubungan nonmonotonic yang muncul karena adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka berusaha melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat. Struktur kepemilikan lain yaitu kepemilikan publik, struktur kepemilikan perusahaan yang diduga mempengaruhi luasnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dapat ditinjau dari besarnya kepemilikan masyarakat lain (publik) dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan pihak insider. Semakin besar rasio kepemilikan insider maka akan semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasi. Sebaliknya semakin besar porsi kepemilikan publik, akan semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula informasi yang dituntut untuk diungkap dalam laporan tahunan. Hal ini juga dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawabnya terhadap masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Verecchia (dalam Basamalah dan Jermias, 2005), dari sudut pandang ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Kiroyan (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), perusahaan berharap jika dengan menerapkan Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC, dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka menyejahterakan masyarakat di sekitarnya. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan pelaporan Corporate Social Responsibilityi mempunyai pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan? Tinjauan Teoretis dan Hipotesis Good Corporate Governance Istilah Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Commitiee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report (Tjager et al., 2003). Terdapat banyak definisi tentang GCG. Adapun definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee adalah sebagai berikut : "A set of ru les that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and internal and external

4 4 stakehorders in respect to their rights and responsibi lities. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemeg ang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Terdapat lima prinsip dasar yang merupakan bagian dari praktik Good Corporate Governance (GCG) yang harus selalu menjadi acuan dalram penyelenggaraan korporasi (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), yaitu : a. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh para pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengamb il inisiatif untuk mengungkap tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. b. Akuntab ilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertahankan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melakukan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan atas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Dengan beberapa prinsip dasar tersebut, maka good corporate governance memberi arti yang sangat penting dalam membentuk perilaku korporasi yang responsive terhadap berbagai tekanan pasar, tantangan investasi baru, dan peluang untuk tumbuh kembang dalam masyarakat yang dinamis. Manfaat Good Corporate Governance Manfaat good corporate governance menurut Forum fo r Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) adalah : a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.

5 5 Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu para negara anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan regulatori good corporate governance dan memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peran dalam pengembangan good corporate governance (Darmawati, 2003). Darmawati, (2003:47) menyatakan prinsip-prinsip GCG adalah sebagai berikut : a. Hak -hak para pemegang saham. Rerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hakhak para pemegang saham yaitu hak untuk menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya, memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS, memilih anggota dewan komisaris, memperoleh pembagian keuntungan perusahaan b. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham. Kerangka kerja corporate governance harus menjamin adanya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan yang efektif atas penyimpangan dari hak -hak mereka. c. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak -hak stakeholders seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dan stakeholders dalam penciptaan kesejahteraan, pekerjaan - pekerjaan, dan kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial. d. Transparansi dan Keterbukaan. Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepernilikan, dan ketaatan perusahaan (governance of company). e. Peranan Dewan Komisaris. Kerangka kerja good corporate governance harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham. Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme good corporote governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander & Chamlou (dalam Lastanti, 2004) mekanisme dalam pengawasan good corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris, dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

6 6 Ada beberapa mekanisme good corporate governance yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan, diantaranya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, dan dewan komisaris. Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalarn pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dew an dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik) oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Dewan Komisaris Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan GCG. Secara teori dan praktik, tugas utama dari dewan komisaris adalah melakukan fungsi pengawasan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa mereka melakukan segala aktivitas dengan kemampuan terbaiknya bagi kepentingan perseroan, serta menggagalkan keputusan yang tidak menguntungkan. Hal ini sejalan dengan esensi corporate governance. Yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui supervise atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap shareholders dan stakeholders lain. Berdasarkan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan Gregory (dalam sembiring, 2005) menyatakan bahwa semakin besar jurnlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. Terkait dengan pengungkapan CSR, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan perusahaan yang diduga mempengaruhi luasnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dapat ditinjau dari besarnya kepemilikan masyarakat lain (publik) dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan pihak insider. Semakin besar rasio kepemilikan insider akan semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasikan. Sebaliknya semakin besar porsi kepemilikan publik, akan semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Hal ini juga dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawabnya terhadap masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial Wahidawati (2002) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Jensen & Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang

7 7 tidak menikmati manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi agency dificulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat atau, keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham. Pengurangan ini sangat potensial dalam misalokasi resources yang pada gilirannya untuk peningkatan nilai perusahaan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan Dewan komisaris merupkan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberi petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan FCGI (2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun, laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini didukung dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menggunakan perusahaan yang diukur dengan Tobin s Q, menemukan bahwa dewan komisaris berpengaruh secara po sitif terhadap nilai perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh kepemilikan publik terhadap nilai perusahaan Semakin besar rasio kepemilikan insider maka akan semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasikan. Sebaliknya semakin besar porsi kepemilikan publik, akan semakin banyak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula informasi yang dituntut untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan, diperlukan pendanaan yang besar. Pendanaan tersebut berasal tidak hanya dari internal tetapi juga dari eksternal perusahaan. Sumber pendanaan yang berasal dari eksternal diperoleh salah satunya dengan cara menjual sahamnya kepada masyarakat (publik) melalui pasar modal (bursa efek). Hal ini juga dikaitkan dengan tek anan dari pemegang saham agar perusahaan lebih memperhatikan tanggungjawabnya terhadap masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu perusahaan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya agar mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan diharapkan mampu meningkatkan sumber pendanaan bagi perusahaan tersebut yang berasal dari luar. Hasil penelitian Djumahir (20) menemukan bahwa meningkatnya kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan BUMN dapat meningkatkan kinerja finansial dan operasional. Meningkatnya kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan BUMN yang go public di Indonesia dapat meningkatkan kinerja finansial dan operasional berupa peningkatan profitabilitas yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H2 : Kepemilikan Publik berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

8 8 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan Menurut Ross et al (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan nya sendiri. Kepemilikan saham manajemen adalah proposi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, Suranta dan Midianstuty (2003). Penelitian ini didukung Wahyudi dan Prawesti (2006) dan Murwaningsih (2009), yang menemukan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya hubungan non-monotonic yaitu adanya insentif yang dimiliki manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H3 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena dengan adanya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan maka akan direspon positif oleh investor sehingga banyak investor yang berinventasi pada perusahaan tersebut yang menyebabkan meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini sependapat dengan teori Rika dan Islahuddin, (2008) yang menyatakan tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Menurut pendapat Priyanto (2008) Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk pertanggungjawaban yang berupa informasi yang disampaikan dalam laporan tahunan perusahaan mengenai tanggung jawab perusahaan atas kegiatan operasi perusahaan tersebut kepada masyarakat. Dari hasil analisis diatas, didukung pula oleh penelitian Murwaningsari (2009) yang menemukan bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR) mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan. Begitu juga dengan penelitian Zuhroh dan Putu (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan soial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Artinya investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunan sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya nilai perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H4 : Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

9 9 Metode Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food&baverage yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan food&baverage yang saham aktif diperdagangkan selama periode , (2) Perusahaan food and beverage yang menerbitkan laporan tahunan selama tahun secara berturut-turut (3) Perusahaan mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan selama tahun Definisi operasional dan pengukuran variabel Variabel Dependen Nilai Perusahaan (Np) Adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pemberi jika perusahaan tersebut dijual. Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan judgment. Nilai perusahaan yang diproyeksikan dengan nilai Tobin s Q yang diberi symbol NP dihitung dengan rumus sebagai berikut :??????? Keterangan : NP = NilaiPerusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar) D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total aktiva Variabel Independen Mekanisme Good corporate Governance, dalam hal ini yaitu : 1) Dewan Komisaris (KOM) Dewan komisaris merupakan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris perusahaan Beiner et al. (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 207). Dewan komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris (KNKG, 2006). Jumlah dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). 2) Kepemilikan Publik (PUBL) Kepemilikan publik adalah jumlah kepemilikan saham perusah aan oleh pihak outsider (publik atau masyarakat) dari total jumlah saham perusahaan yang beredar. Proporsi kepemilikan publik ini diukur berdasarkan rasio presentase kepemilikan saham perusahaan oleh publik.

10 10 3) Kepemilikan Manajerial (MANJ) Kepemilikan manajerial yang diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial Hurniaga dan Sanz (dalam Untung dan Hartini, 2006:6). Variabel ini diberi simbol MANJ yang dihitung dalam nrmus sebagai berikut : 4) Pelaporan Corporate Social Responsibility 0$1- -XPODKVDKDP\DQJGLPLOLNLPDQDMHU 7RWDOVDKDP\DQJEHUHGDU Menurut Darwin (2004) mengatakan bahwa dalam pelaporan CSR terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. Kinerja sosial di dalamnya termasuk kepuasan pelanggan, karyawan, penyedia modal dan sektor publik. Kinerja lingkungan di dalamnya termasuk bahan baku, energi, air keragaman hayati, emisi sungai sampah, pemasok dan jasa, pelaksanaan dan angkutan. Kinerja sosial dibagi lagi menjadi empat kategori yaitu (1) praktik kerja yang terdiri dari kemamanan dan keselamatan tenaga kerja, pendidikan dan training, kesempatan kerja (2) hak manusia yang terdiri dari strategi dan manajemen, non diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja dibawah umur, kedisiplinan dan keamanan (3) Sosial terdiri dari komunitas, korupsi, kompetisi dan penetapan harga (4) Tanggung jawab terhadap produk terdiri dari kesehatan dan keamanan pelanggan, iklan yang peduli terhadap hak pribadi Indeks Pengungkapan ditentukan dengan teknik tabulasi untuk setiap perusahaan sesuai daftar pengungkapan sosial. Daftar pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi dalam tujuh kategori yaitu : Lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam. No VIII.G,2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh puluh delapan. item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda (Sembiring, 2005). Secara lengkap item pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat dilihat pada tabel 1

11 Tabel l Checklist ltem Tingkat Pengungkapan CSR LINGKUNGAN 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang rnenunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hokum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya ; reklamasi daratan atau reboisasi 5. Konservasi sumber alam, misalnya ; mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusah aan 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan 10. Kontribusi dalam Pemugaran bangunan sejarah ENERGI 1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi 3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 4. Membahas upaya perusahaan daram mengurangi konsumsi energi 5. Peningkatan efisiensi energi dari produk KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risk dalam lingkungan kerja 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 3. Statistik kecelakaan kerja 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6. Menetapkan suatu komite keselamtan kerja LAIN -LAIN TENAGA KERJA 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat 2. Presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat manajerial 3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pa da tenaga kerja daiam bidang pendidikan 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja PRODUK 1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaili produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas itngkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan KETERLIBATAN MASYARAKAT 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni 2. Tenaga kerja paruh waktu dari rnahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar, atau pemeran seni 6. Membiayai progmrn beasiswa 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat UMUM 1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab social perusahaan kepada masyarakat 2. Informais berhubungan dengan tanggungjawab social perusahaan selain yang disebutkan diatas Sumber : Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondabio, Disclosure terhadap Ea rning Response Cofficient, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar, Juli.

12 12 Pendekatan untuk menghitung pengungkapan CSR pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut Haniffa et al. (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007): &65, s??????.. (1) Keterangan: CSRIj = Corporate Social Respotnsibility Disclousure Index Perusahaan j nj = Jumlah item untuk perusahaan j, nj = 78 Xi; = Dummy variable; 1 = jika item I diungkapkan, 0 = jika item l tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 = CSRIj = l. Perhitungan Variabel Menghitung besarnya masing-masing variabel yang dianalisis, yaitu: 1. Menghitung nilai perusahaan sesuai indikator yang telah ditentukan dengan melihat penjelasan yang terkait pada laporan tahunan perusahaan. 2. Menghitung jumlah d ewan komisaris dari masing-masing perusahaan sesuai indikator yang telah ditentukan dengan melihat pada laporan tahunan perusahaan. 3. Menghitung jumlah presentase kepemilikan saham perusahaan yang dimilki maoajemen sesuai indikator yang telah ditentukan dengan melihat penjelasan yang terkait dalam laporan tahunan perusahaan. 4. Menghitung jumlah presentase kepemilikan saham perusahaan oleh publik sesuai indikator yang telah ditentukan dengan melihat penjelasan yang terkait dalam laporan tahunan perusahaan. 5. Menghitung jumlah pengungkapan item CSR yang terdapat dalam laporan tut unun masing-masing perusahaan, kemudian hasilnya digunakan untuk menghitung CSRI sesuai dengan rumus yang telah ditentukan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 2 Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan Descriptif Nilai Nilai Perusahaan Perusahaan N Mean Std. Deviation Minimum Maximum , ,808 0, ,00 830, ,123 0, ,00 354, , , ,00 937, ,5 0, , , ,5 0, , , ,150 0, ,00 Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai perusahaan berkisar antara 0,45 sampai 6141,00 pada tahun 2007 nilai rata-rata 1463,808 dengan nilai minimum sebesar 0,51 dan nilai maksimum sebesar 5014,00, pada tahun 2008 nilai rata sebesar 354,3064 dengan nilai minimum sebesar 0,48 dan nilai maksimum sebesar 1236,00 pada tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 937,8068 Dengan nilai minimum sebesar 0,59 Dan nilai maksimum sebesar 4775,00 pada tahun 2010 nilai rata-rata sebesar 1324,38 03 dengan nilai minimum sebesar 0,51 dan

13 13 nilai maksimum sebesar 6141,00 dan pada tahun pada tahun 20 nilai rata-rata 1262,2810 dengan nilai minimum sebesar 0,45 dan nilai maksimum sebesar 5345,00. Tabel 3 Deskripsi Variabel CSR Descriptif CSR CSR N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 55 0,3844 0, ,13 0,67 0,2691 0, ,13 0,36 0,3064 0, ,13 0,41 0,4336 0, ,36 0,54 0,4473 0,799 0,28 0,64 0,5027 0,078 0,41 0,67 Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa CSR berkisar antar 0,13 sampai 0,67. Pada tahun 2007 nilai rata-rata sebesar 0,2691, dengan nilai minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum sebesar 0,36. Pada tahun 2008 nilai rata-rata sebesar 0,3064, dengan nilai minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum sebesar 0,41. Pada tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 0,4336, dengan nilai minimum sebesar 0,36 dan nilai maksimum sebesar 0,54. Pada tahun 2010 nilai ratarata sebesar 0,4473, dengan nilai minimum sebesar 0,28 dan nilai maksimum sebesar 0,64. Pada tahun 20 nilai rata-rata sebesar 0,5027, dengan nilai minimum sebesar 0,41 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Tabel 4 Deskripsi Variabel Dewan Komisaris Descriptif Dewan Dewan Komisaris Komisaris N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 55 4,2545 2, ,00 10,00 4,3636 2, ,00 10,00 4,3636 2, ,00 10,00 4,3636 2, ,00 10,00 4,0909 2, ,00 10,00 4,0909 2, ,00 10,00 Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dewan komisaris berkisar antar 2 sampai 10. Pada tahun 2007 nilai rata-rata sebesar 4,3636, dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 10. Pada tahun 2008 nilai rata-rata sebesar 4,3636, dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 10. Pada tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 4,3636, dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 10. Pada tahun 2010 nilai ratarata sebesar 4,0909, dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 10. Pada tahun 20 nilai rata-rata sebesar 4,0909, dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 10. Tabel 5 Deskripsi Variabel Kepemilikan Publik Descriptif Kepemilikan Publik N 55 Mean 0,2561 Std. Deviation 0,20376 Minimum 0,04 Maximum 0,67 Sumber : data sekunder yang diolah Kepemilikan Publik ,2675 0,2523 0,2414 0,2602 0,2593 0, , , , , ,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,63 0,67 0,67 0,67 0,67

14 14 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dewan publik berkisar antar 0,04 sampai 0,67. Pada tahun 2007 nilai rata-rata sebesar 0,2675, dengan nilai minimum sebesar 0,04 dan nilai maksimum sebesar 0,63. Pada tahun 2008 nilai rata-rata sebesar 0,2523, dengan nilai minimum sebesar 0,04 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Pada tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 0,2414, dengan nilai minimum sebesar 0,04 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Pada tahun 2010 nilai rata-rata sebesar 0,2602, dengan nilai minimum sebesar 0,04 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Pada tahun 20 nilai rata-rata sebesar 0,2593, dengan nilai minimum sebesar 0,04 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Descriptif Kepemilikan Manajerial N 55 Mean 0,2561 Std. Deviation 0,20376 Minimum 0,04 Maximum 0,67 Sumber : data sekunder yang diolah Tabel 6 Deskripsi Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial ,6018 0,6209 0,6282 0,6255 0,6264 0, ,245 0,213 0, , ,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dewan manajer berkisar antar 0,27 sampai 0,92. Pada tahun 2007 nilai rata-rata sebesar 0,6209, dengan nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,92. Pada tahun 2008 nilai rata-rata sebesar 0,6282, dengan nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,92. Pada tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 0,6282, dengan nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,92. Pada tahun 2010 nilai rata-rata sebesar 0,6255, dengan nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,92. Pada tahun 20 nilai rata-rata sebesar 0,6264, dengan nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,92. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) pada variabel bebas dan terikat > 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi telah memenuhi asumsi normalitas b. Uji Autokorelasi pengujian auto korelasi Durbin Watson diatas menunjukkan bahwa nilai test Durbin Watson berada pada daerah antara du dan 4-dU. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi tidak ada autokorelasi. c. Uji Multikolinieritas Nampak bahwa angka VIF < 10 sehingga tidak terjadi masalah multikolinieritas pada model regresi yang digunakan. d. Uji Heterokeadastisitas Tidak adanya pola tertentu pada grafik scatterplot sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

15 15 Pengujian Hipotesis Tabel 7 Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung Sig. Constant Dewan Komisaris Kepemilikan Publik Kepemilikan Manajerial CSR 1884, , , , ,626 3,281 5,025 4,955 2,130 2,131,002,000,001,024,038 F hitung Signifikan R R square Adjusted R Square 10,391,000, ,457 Varaibel terikat Nilai Perusahaan Sumber : Lampiran Untuk menguji pengaruh variabel dewan komisaris, kepemilikan publik, proporsi kepemilikan manajerial, dan CSR terhadap nilai perusahaan digunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan Tabel diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : NP = 1884, ,044DK + 433,452KP ,165KM ,626CSR Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan nilai ßo (konstata) sebesar 1884,783 dan mempunyai nilai positif. Nilai tersebut berarti bahwa jika variabel bebas yaitu dewan positif, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan CSR sama dengan 0 (nol) atau konstanta, nilai perusahaan adalah sebesar 1884,783. Nilai ß1 sebesar 377,044 tersebut mempunyai arti terjadi kenaikan Dewan Komisaris (DK) dan variabel kepemilikan publik, kepemilikan manajerial dan CSR dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan nilai perusahaan sebesar 377,044. Nilai ß2 sebesar 433,452 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan kepemilikan publik dan variabel dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan CSR dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan nilai perusahaan sebesar 433,452 Nilai ß3 sebesar 1026,165 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan kepemilikan manajerial dan variabel dewan komisaris, kepemilikan publik dan CSR dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan nilai perusahaan sebesar 1026,165. Nilai ß4 sebesar 2640,626 Tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan CSR dan variabel dewan komisaris, kepemilikan publik dan kepemilikan manajerial dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan nilai perusahaan sebesar 2640,626. Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, statistik uji F, dan nilai statistik uji t. 1. Pengujian Secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel didapatkan angka F hitung 10,391 dengan Sig. 0,000 < 0,05, maka Ho berhasil ditolak. Artinya dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan CSR secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

16 16 2. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefesien Determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, berdasarkan penelitian ini menggunakan Adjusted R Square. Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai Adjusted R Square,457 yang berarti bahwa dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan CSR mampu mempengaruhi nilai perusahaan sebesar 45,7% sedangkan 54,3% dijelaskan oleh variabel yang lain. 3. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan CSR terhadap variabel nilai perusahaan. Berdasarkan tabel didapat bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 5,025 dengan signifikani sebesar 0,000.(lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis yang menyatakan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan terdukung. Berdasarkan tabel didapat bahwa kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 4,955 dengan signifikansi sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis yang menyatakan kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan terdukung. Berdasarkan tabel didapat bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 2,130 dengan siginifikan sebesar 0,024 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh po sitif terhadap nilai perusahaan terdukung. Berdasarkan tabel didapat bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 2,131 dengan siginifikan sebesar 0,038 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sehingga hipotesis yang menyatakan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan terdukung. Dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 5,025 dengan signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), hal ini menunjukkan dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupkan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberi petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan FCGI (2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhub ungan dengan kandungan informasi perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun, laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini didukung dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menggunakan perusahaan yang diukur dengan Tobin s Q, menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh secara posotif terhadap nilai perusahaan.

17 17 Kepemilikan publik mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 4,955 dengan signifikansi sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05), hal ini menunjukkan besarnya kepemilikan masyarakat lain (publik) dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan pihak insider. Semakin besar rasio kepemilikan insider maka akan semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasikan. Sebaliknya semakin besar porsi kepemilikan publik, akan semakin banyak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula informasi yang dituntut untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan, diperlukan pendanaan yang besar. Pendanaan tersebut berasal tidak hanya dari internal tetapi juga dari eksternal perusahaan. Sumber pendanaan yang berasal dari eksternal diperoleh salah satunya dengan cara menjual sahamnya kepada masyarakat (publik) melalui pasar modal (bursa efek). Hal ini juga dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham agar perusahaan lebih memperhatikan tanggunjawabnya terhadap masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu perusahaan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya agar mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan diharapkan mampu meningkatkan sumber pendanaan bagi perusahaan tersebut yang berasal dari luar. Hasil penelitian Djumahir (20) menemukan bahwa meningkatnya kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan BUMN dapat meningkatkan kinerja finansial dan operasional. Meningkatnya kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan BUMN yang go public di Indonesia dapat meningkatkan kinerja finansial dan operasional berupa peningkatan profitabilitas yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar 2,130 Dengan signifikansi sebesar 0,024 (lebih kecil dari 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial pada perusahaan nonkeuangan di Indonesia cenderung terus meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari statistik deskriptifnya yaitu rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 0,2561. Tingginya saham yang dimiliki oleh kepemilikan manajerial hal ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan, Siallagan dan Machfoedz (2006). Menurut Ross et al (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham manajemen adalah proposi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, Suranta dan Midianstuty (2003). Penelitian ini didukung Wahyudi dan Prawesti (2006) dan Murwaningsih (2009), yang menemukan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya hubungan non-monotonic yaitu adanya insentif yang dimiliki manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Responsibility mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama semua perusahaan ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa tujuan berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

Lampiran 1. Item Item Pengungkapan CSR

Lampiran 1. Item Item Pengungkapan CSR Lampiran 1. Item Item Pengungkapan CSR PENGUNGKAPAN Lingkungan 1 Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2 Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

CHECKLIST ITEM PENGUNGKAPAN INFORMASI CSR Lingkungan Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan 1 untuk pengurangan

CHECKLIST ITEM PENGUNGKAPAN INFORMASI CSR Lingkungan Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan 1 untuk pengurangan CHECKLIST ITEM PENGUNGKAPAN INFORMASI CSR Lingkungan Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan

Lebih terperinci

$$%&! " " " ' $()&! " * #' $+,! ' * $&&! " ' --$! * * # ' --+&! " * #' " -- &! * # **' -(, +! * * *"'

$$%&!    ' $()&!  * #' $+,! ' * $&&!  ' --$! * * # ' --+&!  * #'  -- &! * # **' -(, +! * * *' LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Persentase CSR dan ROE $$%&! " " " ' $()&! " * #' $+,! ' * $&&! " ' --$! * * # ' --+&! " * #' " -- &! * # **' # -(, +! * * *"' -%$! * # ' -, &! * * *#' -,! * *'.%! *

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Item-Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate. 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak

DAFTAR LAMPIRAN. Item-Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate. 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Item-Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility: Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan

Lebih terperinci

ITEM ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. pengembangan untuk pengurangan polusi.

ITEM ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. pengembangan untuk pengurangan polusi. 99 Lampiran 1 ITEM ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Windhy Intan Maharani windhymaharani@yahoo.com Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif karena harus dapat mengelola fungsi fungsi perusahaan secara efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

Daftar Jumlah Sampel Perusahaan

Daftar Jumlah Sampel Perusahaan 132 Lampiran 1 Daftar Jumlah Sampel Perusahaan No. Kode Nama 1 AMFG PT Asahimas Flat Glas Tbk 2 BRNA PT Berlina Tbk 3 CTBN PT Citra Turbindo Tbk 4 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 5 IPOL PT Indopoly

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Industri Pertambangan Periode Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Industri Pertambangan Periode Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel 117 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel No Kode Nama 1 ANTM Aneka Tambang Tbk 2 ENRG Energi Mega Persada Tbk 3 HRUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya dicapai untuk menarik stakeholders untuk membantu menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi berusaha untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 43 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan mengenai karakteristik dari masing-masing variabel penelitian sehingga dapat diperoleh

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variable bebas (independent

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variable bebas (independent 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian kausal,yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variable bebas (independent

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sektor perbankan dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subjek Penelitian Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

Checklist item Tingkat Pengungkapan CSR. (Berdasarkan Sayekti, Y. dan L.S. Wondabio, 2007) pengembangan untuk pengurangan polusi.

Checklist item Tingkat Pengungkapan CSR. (Berdasarkan Sayekti, Y. dan L.S. Wondabio, 2007) pengembangan untuk pengurangan polusi. Lampiran 1 Checklist item Tingkat Pengungkapan CSR (Berdasarkan Sayekti, Y. dan L.S. Wondabio, 2007) I. LINGKUNGAN : 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi ; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 dengan objek penelitian yaitu Good

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 dengan objek penelitian yaitu Good 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tahun 2015 dengan objek penelitian yaitu Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel terikat dimana variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public dan tercatat dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode tahun 2013-2015.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, penelitian dilakukan pada perusahaanperusahaan kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi penelitian ini menunjukkan pada keseluruhan elemen atau obyek yang menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Kata kunci : Compliance Reporting, Mekanisme Good Corporate Governance, Nilai Perusahaan, Tobin s Q

Kata kunci : Compliance Reporting, Mekanisme Good Corporate Governance, Nilai Perusahaan, Tobin s Q ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh compliance reporting, mekanisme Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Mekanisme corporate governance dihitung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu kesatuan atau gabungan dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail suatu permasalahan. Desain penelitan merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini tuntutan publik terhadap perusahaan semakin besar, perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan alasan : perusahaan-perusahaan manufaktur lebih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) akan terjamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah analisis mengenai pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi dan Sampel Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi dan Sampel Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2014 yang termasuk dalam peringkat Corporate Governance Perception

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Studi Empiris Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 Nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini yaitu laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015. Sedangkan

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Sampel dan Populasi Populasi merupakan kumpulan dari sampel yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2007), poulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bursa Efek Malaysia (BEM) tahun 2013-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting

BAB III METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting digilib.uns.ac.id 29 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel terikat (Dependen) Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

Lebih terperinci

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: PENGARUH KUALITAS AUDITOR DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi empiris pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013) I.I PENDAHULUAN Fildza Aqmarina Imanda Saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015. Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 2015 dipilih karena merupakan data terbaru. menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih tidak

BAB III METODE PENELITIAN. dan 2015 dipilih karena merupakan data terbaru. menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih tidak BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 dan 2015. Periode 2014 dan 2015

Lebih terperinci

LAMPIRAN I Daftar Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia

LAMPIRAN I Daftar Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia LAMPIRAN I Daftar Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia 2009-2014 No Nama Perusahaan KODE 1 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 2 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB 3 PT. Semen Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Sedangkan subyeknya berupa Laporan Keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2013-2015) Rizki Dwi Putri Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode. laporan keuangan tahun 2013 sampai tahun 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode. laporan keuangan tahun 2013 sampai tahun 2015. BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013 sampai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada keterkaitan antara Corporate Social Responsibility

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada keterkaitan antara Corporate Social Responsibility BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan pangamatan sejumlah variabel yang digunakan dalam model analisis regresi untuk mengetahui apakah ada keterkaitan

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk daftar Corporate Governance Perception Index (CGPI) periode tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk daftar Corporate Governance Perception Index (CGPI) periode tahun BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu dengan penelitian data sekunder. Objek yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang dikenal sebagai tata kelola perusahaan, merupakan suatu hal yang mendapatkan perhatian cukup besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan

III.METODE PENELITIAN. go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan III.METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memakmurkan pemiliknya dan juga memperoleh keuntungan yang maksimal dengan cara meningkatkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemilikan Manajemen Dan Ukuran Dewan Komisaris Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial

Pengaruh Kepemilikan Manajemen Dan Ukuran Dewan Komisaris Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis Vol. 1, No.2, April 2017 ISSN 2541-1438; E-ISSN 2550-0783 Published by STIM Lasharan Jaya Pengaruh Kepemilikan Manajemen Dan Ukuran Dewan Komisaris Perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dependen, variabel independen, dan variabel control. Pengungkapan CSR sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. independen, variabel dependen, variabel moderasi dan variabel kontrol.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. independen, variabel dependen, variabel moderasi dan variabel kontrol. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari empat variabel, yakni variabel independen, variabel dependen, variabel moderasi dan variabel kontrol. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek/Subyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dari bulan September 2016 di Jakarta, dengan mengambil data keuangan atau laporan keuangan pada perusahaan Pertambangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak PENGARUH MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI KASUS PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN DI BURSA EFEK INDONESIA) Ely Puji Setianingsih Jurusan Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci