, :* \y-d KONSEPSI PEMBANGUNAN DALAM PJP II. Dengan Tinjauan Khusus Mengenai Peran lptek DOKUIVIENTASI & ARSIP BAFPENAS. Acc. I.lo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ", :* \y-d KONSEPSI PEMBANGUNAN DALAM PJP II. Dengan Tinjauan Khusus Mengenai Peran lptek DOKUIVIENTASI & ARSIP BAFPENAS. Acc. I.lo."

Transkripsi

1 KONSEPSI PEMBANGUNAN DALAM PJP II Dengan Tinjauan Khusus Mengenai Peran lptek Qleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DOKUIVIENTASI & ARSIP BAFPENAS Acc. I.lo. Class, :* \y-d Disampaikan pada Pekan llmiah Nasional Vlll Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 24 Januari 1995

2 KONSEPSI PEMBANGUNAN DALAM PJP II. 'i,.:..,. r..::t,:. :.-'i.i;l :r ; i.r.:':-?' Dengan Tinjauqt,K&Wn$ Mgngerui Peran lptek ''., Oleh: G in andjb r Kartasas mita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan, Nasional/. Ketua Bappenas PENDAHULUAN Pada hari ini saya diberi kesempatan untuk berbicara di muka pa13 peserta PIMNAS VIII ini tentang konsep dasar perencanaan pembanguq4n dan kaitannya dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya berterima kasih atas kehormatan yang saya terima ini. Untuk tujuan itu saya akan membagi pembahasan ini atas empat bagian, yaitu pertama, landasan falsafah pembanguna nasional; kedua, arahan GBHN 1993; ketiga, sasaran PJP II dan Repelita VI; dan keempat, peran iptek serta tantangan penguasaan iptek dalam PJP IL II. LANDASAN E{LSAFAII PEMBANGUNAN NASIONAL Pembangunanasional yang kita laksanakan merupakan rangkaian pembangunan yang berkesinambungan, untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Tujuan nasional itu adalah (1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, serra (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada?mnas VIU 1995, Yogyakana, Z4-1-I995

3 Konsepsi pembangunanasional yang kita anut adalah pemikiran yang berlandaskan pada falsafah Pancasila dan semangat UUD Wujudnya adalah pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan amanat rakyat. Jadi pemikiran pembangunan yang kita tumbuh-kembangkan adalah pemikiran yang mengakar pada kehendak rakyat. NI. ARAIIAN GBIIN 1993 Pasal 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta perljelasan dari pasal ini menyatakan bahwa GBHN ditetapkan sekali dalam lima tahun dengan memperhatikan segala yang terjadi dan segala aliran pada waktu itu. Inilah sebenarnya landasan konseptual perencanaan pembangunan nasional kita berdasarkan konstitusi. Dalam rangka ini, Repelita VI dan PJP II disusun berdasarkan Garisgaris Besar Haluan Negara yang telah ditetapkan pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat pada bulan Maret i993. Dengan demikian, untuk dapat memperoleh wawasan mengenai konsepsi pembangunan yang tertuang di dalam Repelita VI, terlebih dahulu harus dapat dipahami segala arahan GBHN 1993 tersebut.. Penetapan GBHN 1993 bertepatan waktu dengan akan berakhirnya PJP I dan akan dimulainya PJP Ii. Karenanya arahan GBHN 1993 mencerminkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam PJP I maupun berbagai tantangan yang masih harus diatasi pada akhir PJP I dan harapan-harapan yang ingin diwujudkan dalam PJP IL Sebagai pengamalan Pancasila kalau kita ingin mencari hakikat pembangunanasional menurut GBHN 1993,kita akan menemukan bahwa d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PMNAS VIII 1995, Yogyakana, 24-L-1995

4 manusia itu sendiri merupakan titik sentral dari segala upaya pembangunan. Manusia adalah sasaran pembangunan, yaitu sebagai makhluk T\rhan yang paling mulia di muka bumi ini, yang ingin kita bangun harkat dan martabatnya. GBHN 1993 juga berbicara mengenai manusia sebagai sumber daya pembangunan yang paling utama di antara sumber-sumber daya lain yang ingin kita bangun kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan. Lebih lanjut GBHN 1993 menetapkan sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan yang serba berkeseimbangan. Dengan sasaran pembangunan di atas, maka GBHN 1993 meletakkan titik berat Pembangunan Jangka Panjang Kedua pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan! seiring dengan kualitas surnber daya mangsia dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya' Titik berat pembangunan dalam PJP II sudah beranjak lebih maju dari PJP I yang meletakkan titik berat atau prioritas semata-matapada bidang ekonomi. Penetapan prioritas ini mencerminkan wawasan kita mengenai kemajuan dan tantangan yang dihadapi. GBHN 1993 mengamanatkan pula bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua, bangsa Indonesia memasuki proses tinggal landas. pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupakan masa kebangkitan nasional kedua bagi bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dengan makin mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta makin menggeloranya semangat kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju' d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Baban Pengarahan MENPPN pada PIMNAS VIII 1995, Yogyakarta,

5 l GBHN 1993 menegaskan bahwa Pembangunan Jangka Paqjang 25 Thhun Kedua merupakan proses kelanjutan, peningkatan, perluasan dan pembaharuan dari Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama. Petunjuk ini amat penting karena PJP II tidak terlepas dari PJP I dan Repelita VI harus merupakan kelanjutan dari Repelita V. Repelita VI harus rnerupakan juga pembaharuan terhadap Repelita V, dan PJP II mengandung pembaharuan terhadap PJP L Pembaharuan berarti koreksi, penyempurnaan sefta dimasukkannya nilai-nilai baru untuk memperbaiki nilai-nilai lama yang sudah tidak sesuai lagi. Dengan pembaharuan berarti kita ingin me.mbuat momentum baru untuk lebih cepat lagi menggerakkan upaya menirju kb arah cita-cita. Dengan pembaharuan kita menjamin bahwa pembangunantidak pernah lepas dari dinamika masyarakat dan senantiasa siap dan tanggap terhadap segala perkembangan yang terjadi. Berdasarkan berbagai pokok pengarahan tersebut, dan dengan menjabarkan arahan-arahan yang lebih rinci mulai dari bidang-bidang sampai sektor yang ingin dibangun, kita menyusun rencana dan programprogram pembangunan dalam Repelita VL Rencana dan program-program pembangunan tersebut harus mengarah kepada terwujudnya sasaran yang paling pokok dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun tahap Kedua, yaitu membangun kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Singkatnya membangun bangsa Indonesia yang maju dan mandiri. Tentunya kita harus menetapkan ukuran-ukuran kemajuan dan kemandirian tersebut, sehingga dapat merupakan sasaran yang terukur dan menjadi pedoman dalam pengerahan dan pengalokasian berbagai sumber daya pembangunan. Dalam menetapkan ukuran tersebut kita dapat menggunakan indikator yang umum dipakai untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Ukuran d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PIMNAS Vm 1995, yogyakarta, Z4-t-1995

6 yang paling umum dipakai adalah tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan. Negara yang maju umumnya adalah negara di mana industinya sudah berkembang dan menjadi tulang punggung ekonomi. Bangsa yang maju pada umumnya tingkat kecerdasan penduduknya, yaitu pendidikannya, serta tingkat kesehatannya tinggi. Bangsa yang maju lebih mengandaikan kualitas sumber daya manusia ketimbang sumber daya alam, dan tercermin antara lain dalam penguasaan teknologi, kreativitas dan produktivitasnya. Bangsa yang maju pada umumnya adalah bangsa yang mandiri. Seperti diamanatkan dalam GBHN 1993 kemandiriarr yang ingin kita tuju adalah kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dengan makin mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Dari sisi ekonomi ini berarti terpenuhinya beberapa syarat, antara lain: Kemajuan dan kemandirian mencerminkan tingkat kemampuan suafu bangsa dalam perkembangannya. Kemajuan dan kemandirian mencerrnina, b. kualitas sumber daya manusia semakin tinggi, yang tercermin antara lain dari kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan serta penguasaan teknologi; semakin mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri yang berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan dari luar negeri semakin kecil; memiliki kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan yang paling pokok atau mengatasi ketergantungannyagar tidak menimbulkan kerawanan; s Ll. secara umum memiliki ekonomi yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi. d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PMNAS VItr 1995, Yogyakarta,

7 kan tingkat kemajuan ekonomi suatu bangsa. Tetapi kemajuan dan kemandirian mencerminkan juga sikap seseorang atau suatu bangsa mengenai dirinya, masyarakatnya serta tantangan-tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kemandirian adalah juga sebuah masalah budaya. GBHN 1993 juga mengarahkan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Kedua tetap bertumpu kepada Trilogi Pembangunan. Dengan Trilogi Pembangunan kita ingin memacu pembangunan yang makin merata dengan lebih memberi peluang kepada rakyat untuk berperansertaktif dijiwai semangat kekeluargaan, didukung oleh stabilitas nasional yang mantap dan dinamis sehingga dapat menggerakkan pembangunan di segala bidang dan membangkitkan kekuatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. GBHN 1993 mengarahkan pembangunan ekonomi pada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri dan andal berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus merupakan hasil darr meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat secara lebih merata serla semakin berkurangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Berbagai amanat GBHN 1993 tersebut di atas menunjukkan kepada kita kuatnya penekanan yang diberikan pada pembangunan yang makin berkeadilan dalam PJP IL Semangat keadilan dan pemerataan ini harus melekat pada setiap langkah dan kebijaksanaan pembangunan di tahuntahun mendatang. GBHN 1993 menunjukkan pemihakan yang nyata kepada kesejahteraan rakyat kecil dan tekad untuk membangun perekonomian yang makin mewujud ke arah Demokrasi Ekonomi seperti yang dikehendaki oleh para pendiri Republik ini. Pembangunan yang berkeadilan ini, yang memperhatikan segenap aspek dan didukung oleh d:/data/samb-95lugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PMNAS \tltr 1995, Yogyakarta,

8 lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, menjamin pembangunan yang berkelanf utan. Sasaran Umum Pembangunan Lima Tahun Keenam sebagai tahap awal PJP II, adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi dan produktivitas ralryat dalam meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan lahir batin. ry. SASARAN PJP II DAN REPELITA VI Dalam mewujudkan tujuan nasional yang kita cita-citakan berbagai sasaran pembangunan yang kita tetapkan tentunya harus berada dalam batas kemampuan kita untuk mencapainya. Dari petunjuk GBHN 1993, kata-kata kunci dalam PJP II adalah kemajuan, kemandirian, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. untuk mencapai kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan seperti yang diinginkan, kegiatan ekonomi harus berkembang dengan cepat. Kita punya sasaran yang cukup ambisius dalam PJP II. Kita ingin melipatkan empat kali pendapatan perkapita bangsa Indonesia dan menghapus kemiskinan. Kita ingin pada akhir PJP II Indonesia sudah menjadi bangsa industri yang maju. SehubungandenganitudalamPJPllpertumbuhanekonomi diproyeksikan cukup tinggi, yaitu rata-rata 7 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi itu diiringi oleh penurunan laju pertumbuhan penduduk hinggadibawah0,gpersenpertahunmenjelangakhirpjpll.dengan kedua sasaran itu maka sasaran pendapatan perkapita Indonesia pada akhir pjp II diharapkan akan meningkat menjadi sekitar us$ pada harga rl:/ilata/samb-95/ugm-95/ugm,bahanpengarahanmenppnpadapimnasvitrlgg5,yogyakarta,u'1'1995

9 tahun 1989/90. Sebagai negara industri pada akhir PJP II, peranan industri dalam perekonomian akan menjadi sepertiga dari seperlima pada awal PJP II. Pada akhir PJP II, sektor ini akan menyerap seperlima tenaga kerja produktif dibanding seperdelapan dewasa ini. Pada saat itu ekonomi kita sudah menjadi salah satu ekonomi yang besar di kawasan ini. Dalam Repelita VI dengan tingkat pertumbuhan rata-rata6,2 persen per tahun, kita mengharapkan dapat mencapai pendapatan perkapita pada harga yang berlaku sebesar US$ 1.000, yang akan menempatkan Indonesia pada kelompok negara indusfi baru memasuki tahun Kita tidak hanya puas dengan pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi baru ada artinya kalau terjadi bersama peningkatan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata. Salah satu sasaran pokoknya adalah diselesaikannya masalah kemiskinan secara mendasar dalam PJP II. Sasaran penanggulangan kemiskinan dalam Repelita VI adalah berkurangnya penduduk miskin absolut menjadi sekitar 12 julz orang, atau 6 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada ak3ir Repelita VII masalah kemiskinan absolut diharapkan sebagian besar sudah teratasi. Dalam Repelita-repelita selanjutnya kita akan makin menuntaskan persoalan kemiskinan itu. Seiring dengan pembangunan ekonomi, titik berat pembangunan dalam PJP II adalah kualitas sumber daya manusia. Kebijaksanaan di bidang pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja adalah unsur-unsur utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Semua unsur tersebut sangat erat keterkaitannya dan memerlukan upaya yang bersungguhsungguh untuk meningkatkannya dalarn2l tahun yang akan datang. Di bidang pendidikan, pada akhir PJP II diharapkan seluruh anak Indonesia sudah mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun. Angka d:/daa/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PIMNAS VIII i995, Yogyakaru, 24-l-1995

10 partisipasi peqdidikan SLIA sudah mencapai 80 persen dari sekarang 35 persen, dan pendidikan tinggi sudah mencapai 25 persen dari sekarang 10 persen. Pendidikan juga sudah harus makin mengarah dan tanggap tetl$.qp kebutuhan pasar kerja. Sementara itu, di bidang kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat akan meningkatkan usia harapan hidup menjadi di atas 70 tahun, dari sekarang.sekitar 6t tahun. Untuk mencqpai sasaran-sasaran itu bukan *gu, yungtringan. Tetapi dengan kerja keras tidak mustahil bagi kita untuk mewujudkannya. Untuk itu, penguasaan iptek berperan besar sekali. V. PERAN IPTEK SERIA TANTANGAN PENGUASAAN IPTEK DALAM PJP TI Pembangunan iptek memegang peranan penting serta akan sangat mempengaruhi perkembangan dalam masa PJP II. Oleh karena itu, dapat dimengerti bila iptek di dalam GBHN 1993 telah diangkat menjadi salah satu bidang tersendiri dalam pembangunan nasional. Iptek juga telah ditempatkan sebagai salah satu asas penting dalam kita melaksanakan pembangunan. Hal ini mengandung makna bahwa pembangunan di semua bidang harus didasarkan juga pada iptek. Memasuki abad ke-21, yaitu abad perdagangan bebas yang ditandai makin ketatnya persaingan, bagi kita tidak ada jalan lain selain memacu penguasaan iptek. Kemampuan bersaing suatu negara sudah tidak lagi semata-mata ditentukan oleh keunggulan komparatif yang didasarkan pada pemilikan sumber daya alam dan ketersediaantenaga kerja murah, tetapi akan ditentukan oleh penguasaan informasi, teknologi, dan keahlian rnanajerial. d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PIMNAS VIII 1995, Yogyakarh,24'l-1995

11 Penguasaan iptek oleh suatu bangsa untuk membangun masyarakat maju dan'mandiri, mengandung makna yang dalam. Kita bisa mengartikannya dari dua sisi, sebagai pengguna iptek dan sebagai penghasil iptek. Seo-agai pengguna iptek dengan sendirinya penguasaan iptek berarti kesiapan'sumber daya manusia dan institusi-institusi pembangunan untuk menyerap dan memanfaatkan iptek yang telah berkembang baik di negeri kita sendiri maupun di negara lain. Kita memang tidak ada niat untuk meilemukan kembali roda. Oleh karena itu kemampuan untuk memanfaatkan iptek yang telah tercipta menjadi sangat penting. Kalau kita lihat sejarah negara-negara maju di Asia, mulai dari Jepang, Korea, Taiwan dan negara industri baru lainnya, kemajuan negara-negara itu dimulai dari pengembangan kemampuan untuk menggunakan iptek yang telah berkembang di tempat lain. Di Jepang kita ketahui proses itu berlangsung sejak reformasi Meiji. Proses alih teknologi di Jepang dikenal sebagai proses imitasi teknologi luar yang inovatif (innovative irnitation). Oleh perusahaan-perusahaan Jepang teknologi itu diimpor, kemudian dikembangkan sesuai dengan kondisi setempat, bahkan mereka mampu memperbaiki teknologi yang asalnya dari luar tersebut. Ada beberapa contoh,trari innovative imitation tersebut. Misalnya TV Zenith buatan Amerika Serikat yang berukuran besar, pada tahun 1951 telah dikembangkan oleh perusahaan Jepang, Sony, menjadi suatu TV yang berukuran kecil sehingga lebih sesuai dengan kondisi rumah masyarakat Jepang yang umumnya tidak terlalu luas. Contoh lain, mobil penumpang yang besar hasil impor dari Amerika Serikat pada tahun 1960-an telah dikembangkan oleh perusahaan industri mobil di Jepang menjadi mobil yang berukuran kecil, karena lebih sesuai dengan kondisi jalan-jalan di Jepang yang pada waktu itu tidak terlalu lebar. Pada tahun 1947 produksi mobil Jepang hanya 110 buah dan selud:/data/samb-95/ugm-95iugm, Bahan Pengarahan MENPPN Pada PIMNAS VIII 1995, Yogy akulrrz,24'l'lgg5 t0

12 ruhnya untuk pasar dalam negeri. Tahun 1960 produksinya meningkat menjadi dan yang diekspor sebesar 0,1 persen. Selanjutnya tahun 1973 produksi meningkat tajam menjadi 3,5 juta buah dengan sebesar 0,5 peiden yang diekspor. Akibat terjadinya krisis minyak dunia, pada tahun 1974 produksi mobil meningkat menjadi 4,6 juta buah dan 45 persen di antaranya untuk diekspor. Kenaikan ekspor yang melonjak ini disebabkan oleh permintaan pasar Amerika Serikat yang meningkat secara tajam, karena harga minyak bumi yang naik sebesar 3 kali lipat tersebut telah menuntut jenis kendaraan yang beroperasi secara ekonomis. Proses ini berlanjut, sehingga menghasilkan kemampuan yang cukup kuat untuk suatu masyarakat yang bukan hanya bisa menggunakan teknologi y"og siap pakai, tetapi yang lebih penting lagi adalah mampu mengembangkannya. Tahap ini merupakan tahap transformasi dari pengguna menjadi penghasil iptek. Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada yang bisa langsung menjadi penghasil iptek, tanpa melalui proses tersebut. OIeh karena mungkin saja ada teknologi "pribumi" yang telah berkembang sejak sebelum masuknya teknologi modern (yang sebenarnya dibawa kembali oleh dunia barat ke dunia timur). Misalnya teknologi pengairan di Bali, yaitu Subak. Namun proses di atas itulah yang banyak ditempuh oleh negara-negara yang sekarang disebut NIC, masing-masing dengan gay^, cara, dan kecepatannya sendiri. Pengalaman Korea, juga menunjukan hal itu dengan jelas' Strategi penguasaan teknologi yang berhasil telah mendorong kemajuan dan industrialisasi negara itu. Korea telah mencapai berbagai tingkat kemajuan teknologi secara bertahap dengan terus menerus mengadaptasi berbagai proses dan produk sesuai dengan perkembangan keadaan' Selain ini, upaya ekspornya telah dikaitkan dengan peningkatan teknologi baru. Upaya itu d:/datalsamb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PMNAS VtU tqss, Yogyakaiita, 24'1'

13 ditempuh dengan menyesuaikan produk ekspornya dengan kehendak pembelinya di luar negeri. Saya mengemukakan contoh Korea selain Jepang, karena kita d:pat membandingkannya dengan keadaan kita di Indonesia. Kita juga sedang mendorong ekspor dengan sekuat tenaga, dan kita harus juga berupaya mengkaitkan peningkatan ekspor dengan peningkatan kemampuan teknologi. Pembangunan selama PJP I telah menghasilkan banyak kemajuan. Dalam masa itu telah terjadi proses transformasi dari ekonomi agraris ke ekonomi industri. Selain dari itu, yang lebih mendasar lagi adalah terjadinya proses transformasi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Tidak dapat disangkal lagi, besarnya peran iptek dalam keseluruhan proses tersebut. Walaupun perfumbuhan industri cukup pesat selama PJP I, harus kita akui bahwa dilihat dari sudut penguasaan iptek kita masih pada tahap sangat awal. Sebagian besar dari proses pengalihan teknologi yang terjadi baru sampai pada tahap pemanfaatan teknologi yang terkandung dalam berbagai sistem dan peralatan yang digunakan, Sebagai konsekuensinya industri kita masih besar ketergantungannya pada paket-paketeknologi yang didapat melalui proses impor atau lisensi, sehingga tampaknya industri nasional merupakan perpanjangan atau perluasan pasar dari produkproduk teknologi luar. Strukfur industri nasional saat ini daya saingnya masih tergantung pada produk yang kandungan teknologinya relatif rendah dengan mengandalkan faktor biaya produksi yang rendah, terutama biaya tenaga kerja yang rendah. Misalnya industri tekstil sebagaindustri andalan kita dewasa ini. Selain itu dunia industri belum terintegrasi secara kuat dengan dunia riset dan pendidikan nasional, demikian pula sebaliknya. Situasi seperti ini kurang membangkitkan suasana sinergis antara industri d:/data/samb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PIMNAS VIII 1995, Yogyakarta,24-l

14 dan dunia penelitian serta dunia pendidikan, Kita juga belum memiliki lembaga riset di lingkungan industri yang memiliki kemampuan.inventif dan inovatif, tercermin antara lain pada masih rendahnya jumlah paten dan produk yang bernilai tambah tinggi. Kondisi di atas menunjukan kepada kita betapa besarnya tantangan yang kita hadapi dalam upaya meningkatkan penguasaan teknologi dalam PJP II. Penyebab utama ketertinggalan kita dibanding negara-negara industri baru yang sebenarnya " staft" -nya kurang lebih bersamaan dengan kita, tetapi majunya lebih cepat, pertama-tam adalah masalah kualitas sumber daya manusia. Di bidang iptek, salah satu indikator untuk mengukurnya adalah banyaknya tenaga peneliti dibanding jumlah penduduk. Karena Korea sudah kita ambil sebagai contoh, jumlah tenaga penelitinya per penduduk pada tahun 1989 adalah 15,6' Sedangkan di Indonesia hanya sekitar 1,8 per penduduk. Demikian pula halnya dengan pembiayaan pengembangan ristek. Kita baru mampu membiayai riset sekitar 0,3 persen dari produksi nasional kita (PDB), sedangkan Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Cina, telah menyediakan biaya ristek antara L,0 persen sampai 1,9 persen dari PDB (angka tahun 1991). Pengembangan iptek sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas sdm memerlukan peningkatan jangkauan dan mutu pendidikan, dimulai dengan pendidikan dasar. Kemajuan iptek juga memerlukan pendidikan tinggi yang bermutu dan mampu mengikuti perkembangan iptek yang terus berkembang pesat serta sesuai dengan permintaan pasar kerja. Permintaan d:/datalsamb-95/ugm-95/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PIMNAS Vm i995, Yogyakarta, 24-l-1995

15 ini juga berkembang pesat sesuai dengan perkembangan dunia usaha, Secara nasional kita juga masih mempunyai masalah besar mengenai ini. SDM yang berpendidikan tinggi yang kita miliki masih timpang, dan sedikit menyimpang dari komposisi ideal bidang keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung proses industrialisasi. Dalam tahun 1992 jumlah mahasiswa mencapai kurang lebih I,92 juta. Dari jumlah tersebut lebih dari 51 persen adalah mahasiswa di bidang ilmu-ilmu sosial, dan hanya sekitar 12,6 percen di bidang sains dan teknologi. Dalam PJP II keadaan ini akan berubah. Bersamaan dengan transformasi sosial ekonomi yang kita arahkan akan terjadi dalam PJP II, demikian pula kita harapkan akan terjadi transformasi dalam penguasaan iptek kita. Dalam naskah Repelita VI sasarannya telah kita gariskan secara jelas, baik kualitatif maupun kuantitatif. Sasaran kuantitatif amat penting untuk ditetapkan agar kita dapat secara tepat mengerahkan sumber daya yang dibutuhkan dan dari waktu ke waktu mengukur seberapa jauh keberhasilan kita dalam mencapainya. Pada saat ini diperkirakan sekitar 80 persen dari total biaya kegiatan penelitian dan pengembangan bersumber dari anggaran pemerintah. Dalam PJP II diharapkan akan terjadi pergeseran, yaitu peran anggaran pemerintah diharapkan menjadi hanya sekitar persen. Pada saat ini sekitar 70 persen biaya iptek tersebut dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lembagalembaga pemerintah. Pada akhir PJP II diharapkan persen dari total biaya kegiatan iptek dipergunakan oleh dunia usaha untuk meningkatkan mutu produk dan mutu proses produksi agar meningkatkan daya saing di pasar internasional. Pergeseran tersebut diharapkan pula akan meningkatkan pangsa biaya kegiatan pengembangan iptek terhadap PDB dari 0,3 persen pada akhir PJP I menjadi sekitar 2 persen pada akhir d:/data/samb-95itugm45/ugm, Bahan Pengarahan MENPPN pada PMNAS VItr 1995, Yogyakarta,24-l-1995

16 PJP II. Dengan demikian pembiayaan riset kita relatif juga makin membesar sejalan dengan akan makin pesatnya perkembangan iptek dan meningkatnya kualitas SDM. Untuk mencapai critical mass yang dibutuhkan dan mengejar kemampuan yang setara dengan negara-negara tetangga dan negara industri di Asia Pasifik, jumlah sarjana MiPA dan perekayasaan dalam derajat S-1 akan ditingkatkan dari 15 ribu per tahunnya pada awal PJP II, menjadi 65 ribu sarjana per tahunnya pada akhir PJP IL Selain itu, tenaga teknik lulusan D-3 dan politeknik diharapkan terus meningkat pula sehingga pada akhir PJP II jumlah tenaga peneliti, pengajar, teknisi, operator, dan penyelia dengan berbagai derajat pendidikan yang berkemampuan dan andal di bidang iptek mendekati 1 persen dari jumlah pendrduk Indonesia' Pengembangan iptek bukan hanya persoalan pembiayaan' Penguasaan iptek juga merupakan masalah budaya, karena iptek tidak tumbuh dalam ruang hampa. Medium-nya adalah budaya. Maka membangun nilai-nilai budaya iptek dalam budaya bangsa amatlah strategis sifatnya. Di lain pihak perkembangan iptek yang pesat terutama di bidang teknologi informasi yang mempercepat proses globalisasi dapat membawa dampak negatif terhadap nilai-nilai kepribadian bangsa kita, terutama di kalangan generasi muda. Di sini kita semua, terutama para mahasiswa sebagai kader kepemimpinan bangsa ditantang untuk membangun daya tangkal agaf generasi muda kita tangguh menghadapi tekanan negatif globalisasi itu. vi. PENUTT]P Khususnya bagi forum PIMNAS VIII ini ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan' d:/data/samb-95/ugm.95/ugm, Balun Pengarahan MENPPN pada PMNAS VIII 1995, Yogyakarta,

17 Pertama, berhasilnya pembangunanasional dalam duapuluhlima tahun mendatang membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Sumber daya manusia serupa ini harus memiliki semangat pembaharuan dan tekad yang kuat unf,uk merubah keadaan dan memperbaikinya. Kedua, sumber daya manusia ydng berkualitas, adalah yang kuat akar pengetahuannya. Dengan demikian penguasaan iptek merupakan sisi yang penting dalam strategi pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu di kalangan generasi muda terutama parumahasiswa harus terus menerus dikembangkan minat dan naluri iptek. Ketiga, untuk mendorong kemajuan iptek perlu ada rangsangan motivasi dan kreativitas. Untuk itu diperlukan kebebasan yang memungkinkan orang berprakarsa dan menembus cakrawala yang membatasi diri dan masyarakatnya. Suasana kebebasan ini harus disertai rasa tanggung jawab dan komitmen kepada kepentingan bangsa upaya memajukannya, dengan senantiasa menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Keempat, pema{rfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek tidak bisa terlepas dari nilai spiritual, moral, dan etik yang didasarkan pada nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kepribadian bangsa, Demikian pandangan kita mengenai manusia Indonesia yang berbudaya iptek, sebagai sumber insani pembangunan bangsa yang berkualitas. Yogyakarta, V1 I anuari 1995 d:/dara/samb-95lugm-95/ugm, bahan perigaiatran MnnppN pioa nlr,tnas VtU 1995, Yogyakarta, 24-L-tgg5 t6

PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI

PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI Oleh: M e n te r i N e s a ra?t,1x1'# 51itF:il'#E u n a n N a s i o n a / Ketua Bappenas L\C!{UM[:i'.,lT..\Sl & AF]Si F ffia$)elei'-i;\} Acc.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Disampaikan

Lebih terperinci

/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class

/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class /ti KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DGKUMIt{TASt & i.iisiir

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2005 2025 3.1. Visi Pembangunan Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Provinsi Jambi pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Oleh: Samaun Samadikun Makalah disampaikan dalam seminar : Penerapan Teknologi Digital

Lebih terperinci

POTENSI, PERAN SERTA DAN KEBUTUHAN PENDIDlKAN TINGGI TEKNIK DALAM ALIH TEKNOLOGI

POTENSI, PERAN SERTA DAN KEBUTUHAN PENDIDlKAN TINGGI TEKNIK DALAM ALIH TEKNOLOGI POTENSI, PERAN SERTA DAN KEBUTUHAN PENDIDlKAN TINGGI TEKNIK DALAM ALIH TEKNOLOGI Oleh Samaun Samadikun* *Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-34 UNIVERSITAS GADJAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci

BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS

BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS G i nandjar Kartasasmita Disampaikan pada: Pendiddikan Kader Tingkat Nasional Partai Persatuan Pembangunan (P3) Bogor, 3

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

E. PENETAPAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI 1. GBHK HMTI UGM ditetapkan dalam Kongres HMTI UGM. 2. GBHK HMTI UGM dilaksanakan oleh seluruh anggota HMTI UG

E. PENETAPAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI 1. GBHK HMTI UGM ditetapkan dalam Kongres HMTI UGM. 2. GBHK HMTI UGM dilaksanakan oleh seluruh anggota HMTI UG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA PERIODE 2017 BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Garis-garis Besar Haluan Kerja HMTI UGM, yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI

SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DOI.

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

1 SUMBER :

1 SUMBER : 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1990 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1990/1991 1 NOMOR: 1 TAHUN 1990 (1/1990) TANGGAL: 14 MARET 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut 2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Daerah Memperhatikan situasi dan kondisi pada masa lalu dan saat ini, serta tantangan yang dihadapi dimasa mendatang. Kemudian, memperhitungkan modal dasar yang dimiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/1993

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/1993 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/1993 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH III.1. VISI Visi merupakan gambaran masa depan yang ideal yang didambakan untuk diwujudkan. Ideal yang dimaksud memiliki makna lebih baik, lebih maju, dan

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan

ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Kongres

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Memajukan Industri Kawasan Timur Indonesia Manado, 30 April 2015 Yth.: 1. Gubernur

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan

Lebih terperinci

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994 Copyright 2002 BPHN UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994 *8463 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 3 TAHUN 1993 (3/1993) Tanggal: 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula.. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di era globalisasi dan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat bersaing

Lebih terperinci

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional EKONOMI PANCASILA 1 2 Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) 2018 Pendiri Bangsa Membangun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan wahana bagi kita untuk membangun kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) A. Pendahuluan Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undangundang Dasar 1945, adalah melindungi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1988 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN ATAS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/1983

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

UU 2/1991, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992. Tentang: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992

UU 2/1991, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992. Tentang: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992 Copyright 2002 BPHN UU 2/1991, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992 *7726 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 2 TAHUN 1991 (2/1991) Tanggal: 20

Lebih terperinci

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom KETAHANAN NASIONAL Yanti Trianita S.I.Kom Definisi Ketahanan Nasional Ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

SAMBUTAN pada acara pemancangan tiang pertama Menara Masjid dan tiang pertama Auditorium ISLAMI CENTER, Ujung Pandang Minggu, 8 Mei 1994

SAMBUTAN pada acara pemancangan tiang pertama Menara Masjid dan tiang pertama Auditorium ISLAMI CENTER, Ujung Pandang Minggu, 8 Mei 1994 SAMBUTAN pada acara pemancangan tiang pertama Menara Masjid dan tiang pertama Auditorium ISLAMI CENTER, Ujung Pandang Minggu, 8 Mei 1994 Assalamu' alaikum Wr. Wb. Yang terhormat, Bapak Jenderal M. Yusuf,

Lebih terperinci

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB KELOMPOK 10 Nama Anggota : Aji Saraswanto (14144600188) Maria Yuni Artha (14144600197) Riana Asti Fitriani (14144600213) Siti Aminah (14144600198) Kelas : A5-14 PEMBANGUNAN DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN /99

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN /99 RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN 1994 95-1998 /99 BUKU I REPUBLIK INDONESIA E PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1994 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang dilaksanakan haruslah ditujukan untuk membangun manusia seutuhnya, hal ini berarti ekonomi yang telah dicapai bukanlah semata-mata

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994

UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994 UU 3/1993, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994 Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:3 TAHUN 1993 (3/1993) Tentang:ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/1994

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan

Lebih terperinci

1 ( atau

1  (  atau VISI - MISI JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUMEDANG (Perda No. 2 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025) 1.1. VISI DAERAH Berdasarkan kondisi sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Jakarta, 30 Oktober 2017

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Jakarta, 30 Oktober 2017 SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Jakarta, 30 Oktober 2017 Assalamu alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI

Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD 1945 Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI BIAYA PENYELESAIAN KRISIS SEKTOR PERBANKAN Diambil dari paper Anwar Nasution, Stabilitas Sistem

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara khususnya di Indonesia. Pendidikan saat ini dihadapkan pada masalah yang mendasar yaitu rendahnya

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1 PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1 Oleh :Prof. Dr. Saleh Afiff Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas 1. Tidak lama lagi kita akan menyelesaikan

Lebih terperinci