RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN"

Transkripsi

1 i RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN (Skripsi) Oleh YOYON TRI WIJAYA NPM SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016

2 ii ABSTRAK RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN Oleh: YOYON TRI WIJAYA Tanaman mentimun merupakan komoditas sayuran yang adaptasinya cukup luas sehingga banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Selain itu tanaman mentimun adalah salah satu jenis komoditas pertanian yang potensial, tetapi belum menjadi komoditas utama. Sehingga dalam budidaya perlu diperhatikan diantaranya penggunaan varietas tanaman mentimun dan frekuensi penyiraman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh berbagai varietas mentimun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.), (2) Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.), (3) Interaksi berbagai varietas mentimun dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro, dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning dan ketinggian tempat 60 meter dari permukaan laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus Metode penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) berpola split plot. Sebagai petak utama adalah berbagai varietas mentimun (V) yaitu varietas Mercy F1 (v1), varietas Sukoi (v2), varietas Manora F1 (v3). Sebagai anak petak adalah frekuensi penyiraman (X) yang terdiri dari tiga taraf yaitu 1 hari sekali (x1), 2 hari sekali (x2), 3 hari sekali (x3) dengan dosis air yang sama yaitu 1 liter. Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu : v1x1, v1x2, v1x3, v2x1, v2x2, v2x3, dan v3x1, v3x2, v3x3, masing-masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penggunaan varietas yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah umur panen,

3 iii Yoyon Tri Wijaya panjang buah, bobot per tanaman, hasil per plot, asumsi per hektar. Varietas Mercy F1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan varietas Sukoi dan Manora F1, (2) frekuensi penyiraman 1 hari sekali, 2 hari sekali, dan 3 hari sekali memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur panen, jumlah buah, panjang buah, bobot buah per tanaman, hasil per plot, bobot tajuk akar, bobot kering akar, asumsi hasil per hektar, dan rasio tunas akar. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali menunjukkan hasil terbaik dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali, (3) terdapat interaksi antara penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman yang ditunjukan pada peubah jumlah buah, bobot per tanaman, hasil per plot, dan asumsi hasil per hektar terhadap hasil mentimun.

4 iv Judul Skripsi Nama Mahasiswa : RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN : YOYON TRI WIJAYA No. Pokok Mahasiswa : Jurusan : Agroteknologi MENYETUJUI : 1. Komisi Pembimbing, Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Syafiuddin, M.P. Krisnarini, S.P, M.Si. NIP NIK Ketua Jurusan, Ir. Syafiuddin, M.P. NIP

5 v MENGESAHKAN 1. Tim Penguji : Ketua Penguji : Ir. Syafiuddin, M.P.... Penguji Utama : Ir. Rakhmiati, M.T.A.... Anggota Penguji : Krisnarini, S.P, M.Si Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanaian Dharma Wacana Metro, Ir. Rakhmiati, M.T.A. NIP Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 29 November 2016

6 vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Marga Kencana pada tanggal 07 September 1994, anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Wahab Budiono (Alm.) dan Ibu Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 2000 di TK Dharma Wanita Tulang Bawang Barat, Sekolah Dasar pada tahun 2006di SD N 1 Tulang Bawang Udik, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2009 di SMP N1 Tulang Bawang Udik, dan Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun 2012 di SMK N 1 Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, Jurusan Agroteknologi, Program Study Agroteknologi.

7 vii PERSEMBAHAN Aku persembahkan Skripsi ini kepada : 1. Ayahku Wahab Budiono (Alm.) dan Ibuku Ameme (Alm.) serta ibunda Aminah tercinta yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan kasih sayang yang tidak henti-hentinya sehingga aku dapat menyelesaikan study ini. 2. Adikku Pinka Wulan Afriyani dan Dea Viona Maharani serta Nenekku Poniti tercinta yang telah memberikan semangat dan selalu perhatian selama ini sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan tanggung jawab ini. 3. Paman dan bibi yang telah memberikan nasehat yang sangat berarti dalam kehidupan dan tanggung jawab yang begitu saya harapkan. 4. Seseorang yang telah mendukungku sepenuh hati dan selalu memberikan kasih sayangnya (Riski Novembri). 5. Teman-temanku Yoda Aditya, Rahmat Syafi i, Fafa Gumilang, Nico Dwi Lesmana, Syarif Barokah, Rizal Lestiono, Hamid Asrori, Danu Widharma, Rudi Hermawan, Eka Suryani, Deni Saputa dan Joko Setiawan yang telah memberikan pengalaman dalam hidup, semangat, arti persahabatan, serta sosialisasi yang begitu berarti dalam hidupku. 6. Almamaterku tercinta.

8 viii MOTTO Hasil tidak akan menghianati usaha

9 ix KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, dan hidayat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Respons Berbagai Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Frekuensi Penyiraman. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada jurusan Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro. Dengan selesainya penulisan hasil Skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Selaku Ketua STIPER Dharma Wacana Metro, dan penguji utama. 2. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P. Selaku ketua penguji, atas segala bimbingan, bantuan, nasehat, motivasi, dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan ini. 3. Ibu Krisnarini, S.P, M.Si. Selaku anggota penguji, atas segala bimbingan, bantuan, nasehat, motivasi, dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan ini.

10 x 4. Orang tua dan adik yang telah memberikan semangat, dukungan, kasih sayang, dan senantiasa memberikan doa yang tak pernah berhenti kepada penulis. 5. Teman-teman mahasiswa STIPER Dharma Wacana Metro, yang telah memberikan dukungan, motivasi, bantuan, dan waktu, serta andil dalam pelaksanaan kegiatan ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kelancaran pelaksanaan kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran untuk kesempurnaan Skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang pertanian. Metro, November 2016 Yoyon Tri Wijaya

11 xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... xiii xv xix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Dasar Pengajuan Hipotesis Hipotesis... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Botonomi Tanaman Mentimun Syarat Tumbuh Mentimun Varietas Mentimun Frekuensi Penyiraman III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penyiapan Media Tanam... 20

12 xii Pemasangan Naungan Penanaman Penyiraman Pemasangan Turus Bambu Pemupukan Pemeliharaan Panen Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... (54-102)

13 xiii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Komposisi gizi buah mentimun Panjang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Jumlah daun tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Jumlah cabang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Umur panen tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Jumlah buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Panjang buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Diameter buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Bobot buah per tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Hasil per plot tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Bobot tajuk kering tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Bobot kering akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman... 40

14 13. Asumsi hasil per hektar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman Rasio tajuk akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman xiv

15 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Deskripsi Mentimun Varietas Mercy F Deskripsi Mentimun Varietas Sukoi Deskripsi Mentimun Varietas Manora F Penghitungan Dosis Pupuk Jadwal Kegiatan Lapang Mei Juni Jadwal Kegiatan Lapang Juni Jadwal Kegiatan Lapang Juni-Juli Jadwal Penyiraman Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 7 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 14 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 21 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Panjang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 7 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman... 66

16 15. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 14 HstAkibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 21 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 28 HstAkibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 21 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Jumlah Cabang Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Hasil Pengamatan Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman(Transformasi ) Analisis Ragam Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Hasil Pengamatan Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman xvi

17 xvii 29. Analisis Ragam Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Hasil Pengamatan Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman(Transformasi ) Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Hasil Pengamatan Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman(Transformasi ) Analisis Ragam Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi )... 81

18 xviii 44. Hasil Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman(Transformasi ) Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Hasil Pengamatan Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Analisis Ragam Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi x) Hasil Pengamatan Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Analisis Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman(Transformasi ) Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi )... 87

19 xix DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Panjangtanamanumur 7, 14, 21, dan 28 hst akibatpengaruh frekuensipenyiraman Jumlahdaunumur 7, 14, 21, dan 28 hstakibat pengaruhfrekuensipenyiraman Jumlahcabangumur 7, 14, 21, dan 28 hstakibat pengaruhfrekuensipenyiraman Tata Letak Percobaan SusunanTanamanMentimunDalamSatuPetakPercobaan Mentimun Varietas Mercy F Mentimun Varietas Sukoi Mentimun Varietas Manora F Pengisian Media Tanam Polibag Penimbangan Media Tanam Pembuatan Naungan Plastik Penyusunan Media Tanam Polybag Sampel Tanah Lapang Pengovenan Sampel Tanah BeratSetelah Penjunahan Volume Penyiraman... 95

20 xx 17. Penanaman Penyiangan/Pencabutan Gulma Pemasangan Turus Bambu Penugalan Pemupukan Penyiraman Pengamatan Panjang Tanaman Pengamatan Jumlah Daun Dan Cabang Panen Buah Mentimun Pengamatan Bobot Buah Timun Pengamatan Panjang Buah Mentimun Pengamatan Diameter Buah Mentimun Pengamatan Berat Brangkasan

21 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga dengan melon (Cucumis melo L.), waluh (Cucurbita moschata Duch), semangka (Citrulus vulgaris Schard) yaitu Cucurbitaceae (Imdad dan Nawangsih, 2001). Mentimun merupakan komoditas sayuran yang adaptasinya cukup luas sehingga banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Mentimun dapat dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering. Di dataran rendah, mentimun banyak diusahakan di pinggiran kota-kota besar karena permintaan buah mentimun segar dari kota-kota besar terus meningkat dan transportasi menuju pasar relatif lebih mudah. Selain itu, mentimun merupakan salah satu komoditas sayuran yang cepat dipanen sehingga perputaran modal relatif cepat (Moekasan dkk., 2014). Mentimun termasuk salah satu jenis sayuran buah yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga permintaan terhadap komoditi ini sangat besat. Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat mulai dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah mentimun cenderung dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan

22 2 berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003). Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produksi mentimun di Indonesia dari tahun ketahun mengalami penurunan, data yang diperoleh dari tahun 2010 hingga 2014 menunjukan bahwa pada tahun 2010 pada luas areal panen mentimun hektar dengan produksi sebanyak ton, tahun 2011 luas areal panen hektar dengan produksi sebanyak ton, tahun 2012 luas area panen hektar dengan produksi sebanyak ton, tahun 2013 luas areal panen hektar dengan produksi sebanyak ton, dan pada tahun 2014 luas areal panen hektar dengan produksi sebanyak ton (BPS, 2014). Produktivitas hasil mentimun secara nasional pada tahun 2010 sampai 2014 tergolong masih rendah yakni antara 9,6 9,9 ton/hektar (BPS, 2014). Padahal potensi produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Rendahnya produktivitas tanaman mentimun di Indonesia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor iklim, teknik bercocok tanam seperti pemilihan varietas, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, serta adanya serangan hama dan penyakit (Sumpena, 2001). Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi mentimun dengan berbagai macam teknologi dan tepat dalam budidaya mentimun yang melibatkan berbagai sumber daya alam dan manusia melalui program pertanian (Sari, 2007).

23 3 Penerapan teknologi maju dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi mentimun salah satunya adalah penggunaan varietas yang unggul. Varietas unggul dianjurkan untuk ditanam karena varietas memperbaiki produksi dan kualitas hasilnya. Varietas unggul pada prinsipnya adalah varietas (jenis) yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada verietas lainya (Sari, 2007). Varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen (Manalu, 2013). Selain penggunaan varietas unggul pengelolaan air juga perlu diperhatikan yaitu sistem pengairan, frekuensi penyiraman dapat membantu meningkatkan produktifitas tanaman mentimun. Tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya. Air sebagai sumber daya alami utama disamping sinar matahari dan zat hara di dalam larutan tanah. Air dalam hal ini berfungsi sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat diserap tanaman dan juga sebagai penetral kadar garam yang terlalu tinggi (Sriwijaya dan Hariyanto, 2005). Walaupun tanaman mentimun tidak sesuai pada tempat yang tergenang air, tetapi tanaman mentimun banyak membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan buah. Dengan tuntutan ini tanaman mentimun banyak ditanam pada musim kemarau (Sriwijaya dan Hariyanto, 2005).

24 4 Pada musim hujan produksi mentimun lebih rendah dibandingkan musim kemarau. Hal ini karena curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bunga tanaman mentimun gugur (Septiyaning, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam pemberian air dengan cara memperhatikan frekuensi penyiraman terhadap berbagai varietas tanaman mentimun sehingga dapat diketahui respon yang terbaik dalam peningkatan hasil mentimun Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh berbagai varietas mentimun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). 2. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). 3. Interaksi berbagai varietas mentimun dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Dasar pengajuan hipotesis Penggunaan varietas unggul sangat dianjurkan untuk ditanam sebab varietas dapat memperbaiki produksi dan kualitas hasilnya. Setiap varietas-varietas yang telah diseleksi sedemikian rupa dapat memberikan hasil tinggi dan dapat menggunakan hara tanaman seefisien mungkin (Sari 2007).

25 5 Lebih lanjut Herjadi (1996) melaporkan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu terjadi perbedaan respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan pengaruh pada tampilan fenotipe dari setiap varietas terhadap lingkungan tumbuhnya. Hasil penelitian Simanullang dkk., (2012), menunjukkan bahwa mentimun varietas Mercy F1 memberikan jumlah cabang tertinggi sebanyak 5 cabang pertanaman dan rata-rata umur panen tanaman tercepat terdapat pada 30,83 hari, dibandingkan dengan varietas Hercules dengan jumlah cabang tertinggi sebanyak 4 cabang pertanaman dan rata-rata umur panen hari. Berdasarkan penelitian Sari (2007), mentimun varietas Sukoi mempengaruhi pertumbuhan dan hasil terbaik pada berat buah per tanaman 4,47% dan hasil mentimun 4,63% dibandingkan dengan varietas Virgo. Sedangkan hasil penelitian Bahri (2011), menunjukkan bahwa mentimun varietas Manora F1 menghasilkan diameter buah lebih panjang dari pada mentimun varietas Penus dengan hasil mentimun varietas Manora F1 adalah 5,42 cm dan mentimun varietas Penus 4,24 cm. Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas bagi tanaman mentimun. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses fisiologi dan fotosintesis dan akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas. Perlakuan periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat ketersediaan air. Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air.

26 6 Akan tetapi, terdapat batasan maksimum dan minimum dalam jumah air (Desmarina, dkk 2009). Sehingga perlu diketahui frekuensi pemberian air yang sesuai terhadap respon tanaman mentimun agar dapat mempercepat pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman mentimun. Berdasarkan hasil penelitian Fauzi (2011), frekuensi penyiraman 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali pada tanaman kangkung menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi pada tanaman kangkung dengan frekuensi penyiraman 2 hari sekali memperoleh panjang 41,44 cm pada 4 MST dibandingkan frekuensi penyiraman pada 1 hari sekali dan 3 hari sekali yang hanya memperoleh panjang 30 cm pada 4 MST. Menurut penelitian Pakaya dkk., (2013), Frekuensi penyiraman 1, 2, 3, dan 4 hari sekali pada tanaman caisin, menunjukkan hasil terbaik pada 1 hari sekali terhadap pertumbuhan tanaman caisin dengan tinggi tanaman pada umur 4 MST mencapai 9,95 cm, 5 MST mencapai 20,3 cm, dan umur 6 MST mencapai 30,8 cm, jumlah daun pada umur 4 MST sebanyak 5,4 helai, 5 MST sebanyak 7 helai, dan umur 6 MST 8,5 helai, berat basah tanaman yang tertinggi mencapai 42,4 gram. Menurut penelitian Wibowo (2012), pengaruh frekuensi penyiraman 1, 2, dan 4 hari sekali pada tanaman tomat menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1, 2 hari sekali menghasilkan produksi buah tomat, sedangkan penyiraman 4 kali sehari memberikan hasil buah yang sedikit. Dapat disimpulkan bahawa semakin sering frekuensi penyiraman diberikan tanaman akan cenderung mengalami

27 pertumbuhan vegetatif, sebaliknya semakin jarang frekuensi cenderung mendorong pertumbuhan generatif. 7 Hasil penelitian Sriwijaya dan Haryanto (2005), frekuensi penyiraman 1 hari sekali, 2 hari sekali, dan 3 hari sekali pada tanaman mentimun menunjukkan hasil terbaik pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali dengan bobot kering brangkasan 5,89 g dan terendah pada perlakuan frekuensi 3 hari sekali dengan bobot 4,07 g. Berdasarkan penelitian Toyip (2011), bahwa penggunaan sistem frekuensi penyiraman yaitu 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali pada tanaman kangkung mempengaruhi secara nyata terhadap lebar akar, bobot basah tajuk, bobot basah akar, volume akar dan bobot kering tanaman. Terdapat hasil terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah ruas batang dengan interval pemberian air 3 hari sekali Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah: 1. Berbagai varietas mentimun memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). 2. Frekuensi penyiraman dengan waktu yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). 3. Terdapat interaksi antara berbagai varietas mentimun dan frekuensi penyiraman yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.).

28 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman mentimun Dalam ilmu tumbuhan, mentimun (Cucumis sativus L.) menurut Manalu (2013), diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi: Spermathophyta, Sub divisi: Angiospermae, Kelas:Dycotyledonae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Cucumis, Spesies: Cucumis sativus L. Mentimun memiliki sebutan yang berlainan di tiap-tiap daerah atau negara seperti pada daerah jepang sendiri mentimun dikenal dengan sebutan (Kyuuri), di wilayah indonesia mentimun juga memiliki nama daerah yang bermacam-macam, pada daerah sunda mentimun dikenal dengan sebutan (bonteng), dan pada daerah jawa dikenal dengan sebutan (timun) (Imdad dan Nawangsih, 2001). Buah mentimun sering dimanfaatkan juga untuk kecantikan (sarana kosmetika), menjaga kesehatan tubuh, atau mengobati berbagai macam penyakit. Kegunaan mengkonsumsi buah mentimun, selain sebagai cita rasa makanan, juga mengandung gizi yang cukup tinggi untuk kesehatan tubuh (Rukmana, 1994). Kandungan gizi buah mentimun dapat dilihat pada Tabel 1.

29 9 Tanaman mentimun termasuk ke dalam jenis tanaman sayuran buah semusim atau berumur pendek. Tanaman timun tumbuh merambat (menjalar) berbentuk semak atau perdu, dan tinggi atau panjang tanaman dapat mencapai 2 meter atau lebih, tumbuh baik ditempat yang lembab atau tempat kering yang subur (Imdad dan Nawangsih, 2001). Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman 20 cm, sedangkan akar serabut tumbuh ini tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal. Perakaran timun dapat tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang gembur (struktur tanah remah), tanah mudah menyerap air, subur, dan kedalaman tanah (volume tanah yang cukup). Akar tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk berdirinya tanaman dan penyerapan zat-zat hara dan air. Perakaran tanaman timun tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek) yang berkepanjangan (Manalu, 2013). Batang mentimun lunak dan berair tetapi cukup kuat, berbentuk bulat pipih, beruas-ruas, berbulu halus, bengkok dan berwarna hijau. Ruas batang memiliki ukuran 7-10 cm dan berdiameter antara mm. Diameter cabang anakan lebih kecil dari batang utama. Fungsi batang selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainya, adalah untuk jalan pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalanya menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tubuh tanaman (Imdad dan Nawangsih, 2001).

30 10 Tabel 1. Komposisi Gizi Buah Mentimun Komposisi Gizi Kandungan Gizi Komposisi Gizi Energi (Kalori) 12,00 cal.*) 12,00 cal.*) Protein 0,60 g 0,70 g Lemak 0,20 g 0,10 g Karbohidrat 2,40 g 2,70 g Serat 0,50 g - Kalsium 19,00 mg 10,00 mg Zat Besi 0,40 mg 0,30 mg Vitamin A 0 S.1 0 S.1 Vitamin B1 0,02 mg 0,02 mg Vitamin B2 0,02 mg - Vitamin C 10,00 mg 8,00 mg Air - 96,10 mg Keterangan :*) Direktorat Gizi Depkes R.I (1998),**) Food and Nurtition Research Center, Manila (1964) Sumber: (Rukmana, 1994). Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda, selain itu daunya juga bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-cabang. Kedudukan daunnya tegak, daun terdiri dari tangkai daun, helai daun,dan tulang-tulang daun, tangkai daun memiliki ukuran panjang, yakni sekitar 24 cm, sedangkan helaian daun mempunyai ukuran cukup lebar ± 20 cm, panjang juga sekitar ± 20 cm. Daun berwarna hijau muda hingga hijau gelap atau tua, permukaan daunya berkerut. Daun tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi sebagai tempat asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, protein (ribosom), lemak dan lain-lain (Manalu, 2013).

31 11 Bunga mentimun berbentuk terompet dan berukuran kecil. Bunga memiliki ukuran panjang 2-3 cm. Bunga terdiri dari tangkai bunga, kelopak, mahkota, dan benang sari dan putik. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau, berbentuk ramping, kelopak terletak dibagian bawah pangkal bunga. Mahkota bunga berjumlah 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat. Bunga yang telah mekar berdiameter antara mm (Manalu, 2013). Bunga mentimun memliki jenis kelamin dominan monoceus, yaitu persentase bunga jantan dan bunga betina hampir semua sama jumlahnya yang berdiri sendiri dalam satu tanaman, akan tetapi pada dasarnya marga timun mempunyai 4 varietas jenis kelamin yaitu monoceus, gynoeceus, andromonoceus, dan hermaproditus. Bunga betina mempunyai bakal buah (ovary) yang menonjol berbentuk lonjong yang terletak dibawah kelopak bunga, sedangkan bunga jantan tidak mempunyai bagian yang menonjol (bakal buah). Bila bakal buah berkembang membesar menjadi buah maka kelopak bunga dan mahkota bunga terdorong kedepan dan pada akhirnya akan menempel pada pucuk buah (Manalu, 2013). Di dalam proses penyerbukan, tanaman timun mengadakan penyerbukan silang, akan tetapi beberapa kultivar atau varietas dapat mengadakan penyerbukan sendiri (hermaproditus). Persaingan ini dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin. Bunga tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi sebagai alat penyerbukan atau pembuahan, sehingga dapat dihasilkan biji-biji untuk berkembang. Bunga yang telah diserbuki, 7-10 hari kemudian akan tumbuh menjadi buah (Manalu, 2013).

32 12 Buah mentimun mempunyai bentuk yang beragam, yaitu panjang silindris, bulat panjang, bulat pendek, dan bulat sedang, tergantung varietasnya. Pada beberapa varietas, panjang buah dapat mencapai 45 cm, akan tetapi umunya buah mempunyai ukuran panjang antara 8-25 cm, diameter juga bervariasi berkisar antara 2,3-7 cm, berat buah juga beragam yaitu antara g (Manalu, 2013). Buah terdiri atas kulit buah, daging buah, dan biji yang diselaputi lendir. Kulit buah sangat tipis dan basah serta mempunyai warna yang beragam tergantung varietasnya seperti hijau gelap, putih, putih kehijauan. Kulit buah berduri halus yang tersebar tidak merata dibagian tengah buah. Daging buah berwarna putih dan tebal, agak keras, bila dimakan renyah dan banyak mengandung air (Manalu, 2013). Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih yang diselaputi lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji dan tersusun dalam jumlah yang banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman atau pembiakan (Manalu, 2013). Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal yang terjadi dari perkembangan bunga bentina yang telah mengalami penyerbukan dengan bunga jantan, Buah ini muncul dari ketiak daun pada batang utama pada setiap ruas batang dan cabangcabang anakan yang keluar dari bagian batang utama. Buah ini merupakan bagian dari tanaman yang dapat dikonsumsi, memiliki rasa segar sedikit manis. Buah timun dapat langsung dimakan bersama kulit dan biji didalamnya (Manalu, 2013).

33 Syarat tumbuh Mentimun Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum adalah pada iklim kering atau cukup mendapatkan sinar matahari. Iklim yang dikehendaki tanaman mentimun adalah dengan temperature ( 21,1-26,7 ) 0 C dan tidak banyak hujan, ketinggian tempat m diatas permukaan laut, curah hujan tahunan mm/tahun, Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 5-7 bulan, bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 4 6 bulan, suhu udara C C, kelembapan sedang, penyinaran sedang tinggi, tanah (lempung), kedalaman air tanah 50 cm 200 cm dari permukaan tanah (Manalu, 2013). Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi, hal ini akan mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal membentuk buah. Demikian pula pada daerah yang temperatur siang dan malam harinya berbeda sangat menyolok, hal ini memudahkan penyakit mudah menyerang (Rukmana, 1994). Pada dasarnya semua jenis tanah yang digunakan lahan pertanian, cocok pula ditanami mentimun. Tanah yang sifat fisik, kimia, dan biologinya kurang baik sering kali menghambat pertumbuhan mentimun, sehingga produksinya menurun dan kualitasnya rendah. Meskipun demikian untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitasnya baik tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak menggenang dan tingkat keasamaan berkisar 6-7 (Rukmana, 1994).

34 Varietas Mentimun Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan daun, bunga, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. Pertumbuhan dan produksi tanaman selain dipengaruhi faktor lingkungan seperti iklim dan tanah, juga dipengaruhi oleh faktor genetis (varietas dari tanaman. Sebelum dilakukan penanaman yang harus diperhatikan adalah varietas mentimun (Cucumis sativus L.) yang akan ditanam. Varietas yang ditanam merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan usaha peningkatan hasil mentimun. Setiap varietas mentimun mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda (Sari, 2007). Varietas atau kultivar mentimun unggul jumlahnya sangat banyak, masing-masing penghasil benih memperkenalkannya dengan nama dan merk yang berlainan. Negara penghasil benih mentimun unggul misalnya, Jepang, Belanda (Holand), dan Taiwan. Meskipun demikian, dari semua kultivar yang ada, produk buahbuahnya memiliki kemiripan atau malah dapat dikatakan sama. Kebanyakan berbeda dalam hal ukuran panjang buah yang dihasilkan dan bentuk tumbuh tanamannya (Imdad dan Nawangsih, 2001). Dalam pemilihan varietas harus mempertimbangkan faktor-faktor yaitu: (a) diminati oleh pasar, (b) produktivitas tinggi, (c) toleran terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), dan (d) sesuai dengan ekosistem setempat. Selain bersertifikat ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu pada kadar air maksimum yang mencapai (70%) pada kelas benih sebar dan

35 15 (60%) pada benih hibrida, kemurnian benih yang mencapai (98%) pada benih sebar dan (99%) pada benih hibrida, kotoran benih maksimum yang mencapai (2,0%) pada benih sebar dan (1,0%) pada benih hibrida, daya kecambah minimum mencapai (75%) pada benih sebar dan (80%) pada benih hibrida (Moekasan dkk., 2014). Menurut Pardade (2014), Peningkatan produksi sayuran, selain diawali dengan cara-cara budidaya yang baik dan berkelanjutan, pemilihan benih yang unggul juga harus diperhatikan. Mentimun varietas Mercy F1 memiliki kenggulan: daya tumbuh 80 %, yang mempunyai panjang buah cm, berdiameter 6-7 cm dengan bentuk yang seragam, warna buah hijau keputihan, rasa buah manis dan segar atau tidak pahit, buah sedang dan langsing, toleran terhadap Anthraknosa, bobot buah yang mencapai gram, umur panen hari setelah tanam, potensi hasil ton/ ha (Manalu, 2013). Lebih lanjut PT Benih Citra Asia, menyatakan bahwa mentimun varietas Sukoi memilik daya tumbuh % yang mempunyai panjang buah ± 20 cm, diameter buah ± 4 cm, warna buah hijau, buah seragam, rasa buah tidak pahit, bobot buah ± 135 gram, umur panen hari setelah tanam, potensi hasil panen 50 ton/ha, sedangkan varietas Manora F1 yang diproduksi oleh PT. Andall Hasa Prima mempunyai daya tumbuh 88 %, dengan panjang ± 19 cm, berdiameter ± 3, buah berwarna hijau muda, bobot buah ± 124,77 gram, umur panen hari setelah tanam dengan potensi hasil 47 ton/ha.

36 Frekuensi Penyiraman Air merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan air setiap tanaman berbeda. Kekurangan air merupakan salah satu faktor abiotik yang dapat menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman, khususnya pertumbuhan vegetatif akan mengalami hambatan. Hambatan pertumbuhan vegetatif dapat berupa menurunnya laju pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas daun. Peningkatan ketahanan tanaman terhadap kekeringan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan produksi tanaman dan menciptakan pertanian yang berkelanjutan (Sarawa, 2009). Menurut Manan (2002) peran air meningkat 75% apabila dikombinasikan dengan faktor produksi lainnya seperti benih dan pupuk. Kelebihan air juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat terutama di daerah perakaran dapat terjadi pembusukan akar. Oleh karena itu, pemberian air dengan volume dan interval yang tepat perlu dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang optimal. Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting dan sangat erat kaitannya dengan metabolisme tanaman. Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi tanaman, jika terjadi devisit air pada tanaman, maka tanaman akan mengalami cekaman yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Penurunan evapotranspirasi atau devisit evapotranspirasi akan menyebabkan penurunan produksi bahan kering tanaman (Sulistyono dkk., 2005). Jumlah kebutuhan air tanaman yaitu sejumlah air yang diperlukan oleh

37 17 tanaman untuk mengganti air yang hilang melalui transpirasi dan evaporasi yang dikenal dengan evapotranspirasi (Hermanto dan Pusposutarjo, 2000). Kemampuan tanaman untuk tetap survive dalam kondisi tercekam berkaitan dengan proses fotosintesis karena fotosintesis sangat menentukan penampilan tanaman dalam keadaan kekeringan (Pinheiro dan Chaves, 2011). Sistem penyiraman adalah faktor penting dalam sistem distribusi air untuk meningkatkan produksi tanaman. Frekuensi pemberian air harus diatur menurut kebutuhan tanaman air untuk tanaman, kapasitas tanah menahan air, dan kedalaman akar. Pada masa masa tumbuh pemberian air yang ringan tapi sering pada umumnya diperlukan sekali karena kebutuhan untuk mempertahankan air pada tanah untuk sistem akar yang relatif dangkal, dalam hal ini dapat meningkatkan hasil panen yang memadai. Tanaman yang sedang tumbuh menggunakan air terus-menerus, sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Umur tanaman, dan keadaan atsmosfir yang semuanya faktor yang dapat bervariasi. Air harus diberikan kepada tanah yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda dalam mencukupi kebutuhan tanaman yang paling sesuai (Vaughn dkk., 1984). Penyiraman dengan interval waktu yang panjang dapat menghindari tanah di pembibitan yang menjadi padat karena penyiraman yang sering dilakukan (Haryati 2003). Penyiraman dengan interval waktu yang pendek dapat menghemat pemakaian air serta menghindari tanaman dari kekurangan unsur hara karena terjadinya pencucian pada penyiraman (Ichsan dkk., 2011).

38 18 Penyiraman juga berpengaruh buruk apabila terlalu sering dilakukan dan banyak mengakibatkan kondisi tanah menjadi buruk, salah seperti: tanah menjadi padat, unsur hara pada tanah berkurang dengan cepat akibat pencucian dan aerasi yang buruk serta dapat menyebabkan tanah kekurangan oksigen (Ichsan dkk., 2011). Waktu pemberian air sangat dipengaruhi oleh dimana dan kapan air diambil dari tanah oleh akar-akar tanaman. Tanaman yang berakar dangkal akan membutuhkan lebih sering pemberian air dari pada tanaman yang berakar dalam (Vaughn dkk., 1984). Islami dan Utomo (1995), juga berpendapat bahwa pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan air tanah. Pada kadar air tanah yang kurang akar akan tumbuh lebih panjang dan halus. Sedangkan pada kadar air tanah yang lebih tinggi akan cendrung lebih pendek.

39 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro, dengan jenis tanah Merah Kuning (Podzolik) dan ketinggian tempat 60 meter dari permukaan laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, golok, gunting, pisau, ember, polybag, gelas ukur, bambu, plastik transparan, palu, paku, tali rafia, keranjang plastik, meteran, mistar, jangka sorong, oven, selang air, timbangan elektrik tipe Nagita LSC-3000, camera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih mentimun varietas Mercy F1, Sukoi, Manora F1, Air, tanah, pupuk kandang kambing, pupuk Urea, SP-36, KCL, dan Insektisida, herbisida, fungisida, dan kertas label.

40 Metode Penelitian Metode penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) berpola split plot. Sebagai petak utama adalah varietas mentimun (V) yaitu varietas Mercy F1 (v 1 ), varietas Sukoi (v 2 ), varietas Manora F1 (v 3 ). Sebagai anak petak adalah frekuensi penyiraman (X) yang terdiri dari tiga taraf yaitu 1 hari sekali (x 1 ), 2 hari sekali (x 2 ), 3 hari sekali (x 3 ) dengan dosis air yang sama tiap tanaman yaitu 1 liter. Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu : v 1 x 1, v 1 x 2, v 1 x 3, v 2 x 1, v 2 x 2, v 2 x 3, dan v 3 x 1, v 3 x 2, v 3 x 3, masing-masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 plot penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan untuk melihat kehomogenannya data diuji dengan uji Barlett dan ketidak akditifan data dengan uji Tuckey yang selanjuya dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5% Pelaksanaan Penelitian Penyiapan media tanam Polybag diisi dengan media terdiri dari tanah top soil yang terlebih dahulu di kering anginkan dicampur pupuk kandang kambing kering dengan perbandingan volume tanah dan pupuk kandang kambing 2:1, kemudian dimasukan ke dalam polybag berukuran 25 cm x 40 cm dilakukan sebelum tanam, jumlah plot percobaan sebanyak 27, dan masing-masing satuan percobaan terdiri dari 10 polybag, sehingga terdapat 270 polybag dalam penelitian ini.

41 Pemasangan naungan Pembuatan rumah plastik transparan dengan ketinggian bagian depan 3 m, bagian belakang 2,75 m, panjang 9,50 m, lebar 7,50 m, dilakukan sebelum proses penanaman dilakukan agar tidak mengganggu atau merusak tanaman yang telah ditanam pada polybag. Pemasangan naungan ini bertujuan agar tanaman tidak terkena air hujan sehingga tidak berpengaruh pada perlakuan frekuensi penyiraman sebagai perlakuan Penanaman Penanaman benih ke dalam polybag dilakukan pada sore hari dengan kedalaman 5 cm, satu polybag diberi 2 butir benih mentimun. Jarak antar baris polybag 10 cm dan jarak dalam barisan polybag 10 cm, setelah tanaman berumur 5 hari dilakukan penyulaman bagi tanaman yang tidak tumbuh dan dilakukan seleksi tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dipotong dan disisakan satu tanaman per lubang tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu; 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali dengan dosis 1 liter yang telah dihitung terlebih dahulu kebutuhan air sesuai kapasitas lapang, dengan teknis penyiraman yaitu disiramkan langsung secara perlahan pada permukaan media tanam sampai merata. Penentuan volume penyiraman dilakukan dengan pengukuran kapasitas lapang. Menurut Hendriyani dan Setiari (2009), Penentuan kapasitas lapang digunakan untuk penentuan

42 22 volume penyiraman air ke media tanam yaitu dengan cara media tanam dalam polibag disiram air sampai menetes (jenuh). Kemudian didiamkan selama 3 hari sampai tidak ada air yang menetes. Berat basah dan berat kering media ditimbang. Berat basah ditimbang setelah tidak ada air yang menetes dalam polibag. Berat kering ditimbang setelah media tanam (tanah) dioven pada suhu C sampai di peroleh berat konstan. Kapasitas lapang dihitung dengan rumus: Keterangan : W : Kapasitas Lapang Tb : Berat Basah Tk : Berat kering Penghitungan kapasitas lapang didapatkan dengan cara sebagai berikut Sampel Tanah Berat basah Berat kering 1 (1kg) 1248 g 612,4 g 2 (1kg) 1235 g 590,0 g 3 (1kg) 1166 g 620,0 g Rata-rata 1216,33 g 607,46 g W = 1000 ml/10kg, % = 100 ml/1 kg

43 Pemasangan Turus Bambu (Ajir) Pemasangan ajir (turus) dilakukan 5 hari setelah tanam agar tidak mengganggu atau merusak perakaran mentimun, ajir yang digunakan terbuat dari bambu dengan tinggi 200 cm. Pemasangan ajir adalah merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang buah yang letaknya bergelantungan. Pengikatan tanaman pada rambatanya juga perlu dilakukan untuk tanaman merambat secara sempurna, pengikatan dilakukan untuk setiap batang tumbuh sepanjang 25 cm sampai tanaman tersebut berbuah yang akan membantu menopang buah yang ada Pemupukan Pemupukan dasar diberikan 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk SP kg/ha (1,25 gram/tanaman), KCL 200 kg/ha (1 gram/tanaman), Urea 225 kg/ha (1,25 gram/tanaman) yang diberikan dua kali yaitu pada 7 hari setelah tanam (0,56 gram/tanaman) dan pada 14 hari setelah tanam (0,56 gram/tanaman). Diberikan pada setiap lubang tanam dengan cara di tugal Pemeliharaan Pengendalian gulma dengan cara dicabut dilakukan seawal mungkin, yaitu sejak umur 7 hari setelah tanam. Untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit digunakan pestisida Antracol 70WP (2 g/l air) dan Metindo 40SP (1,5-2 g/l air) dengan menggunakan alat hand sprayer 14 liter, yang kemudian diaplikasikan pada tanaman yang terserang hama dan penyakit.

44 Panen Panen tanaman mentimun dapat dipanen dengan selang waktu 3 hari yaitu pada umur hari setelah tanam, buah dipanen dipagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Tanaman mentimun yang dipanen yakni tanaman yang mempunyai ukuran besar, masih muda, berwarna cerah, dan duri pada buah mentimun sudah menghilang Pengamatan Pengamatan dilakukan pada lima tanaman sampel dari masing-masing perlakuan dilakukan pada akhir penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang diamati adalah: 1. Panjang Tanaman (cm) Pengukuran panjang tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan 7 hari setelah tanam dengan selang waktu 1 minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst. 2. Jumlah daun (helai) Menghitung jumlah daun tanaman sampel dengan selang pengamatan 1 minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, sedangkan daun yang termasuk dalam pengamatan adalah daun pada batang utama.

45 25 3. Jumlah cabang Menghitung jumlah cabang yang terbentuk pada setiap tanaman sampel dengan selang pengamatan 1 minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, kemudian dirata-ratakan. 4. Umur panen Umur panen dihitung mulai dari saat tanam sampai dilakukan panen pertama kemudian dirata-ratakan dengan kriteria panen buah mempunyai ukuran besar, masih muda, berwarna cerah, dan duri pada buah mentimun sudah menghilang. 5. Jumlah buah per tanaman (buah) Jumlah buah per tanaman sampel dihitung setiap kali panen sampai panen sampai panen kelima kemudian dirata-ratakan. 6. Panjang buah per tanaman (cm) Panjang buah diukur dengan cara mengambil seluruh buah pada tanaman sampel kemudian diukur dari mulai dari pangkal buah sampai ujung buah menggunakan meteran kemudian dirata-ratakan. 7. Diameter buah (cm) Diameter buah diukur dengan cara mengambil seluruh buah pada tanaman sampel kemudian diukur bagian tengah atau bagian terbesar pada buah menggunakan jangka sorong kemudian dirata-ratakan.

46 26 8. Bobot buah pertanaman (gram) Bobot buah di hitung dengan cara menimbang seluruh buah pada tanaman sampel setiap kali panen sampai panen selesai kemudian dirata-ratakan. 9. Hasil per plot (kg) Bobot buah dihitung dengan cara menimbang seluruh buah per plot setiap panen sampai panen selesai. 10. Bobot tajuk kering (gram) Bobot tajuk kering diukur pada akhir penelitian, yaitu dengan menimbang seluruh bagian tanaman mentimun setelah dikeringkan di terik matahari sampai kering konstan sehingga diperoleh bobot kering tanaman. 11. Bobot kering akar (gram) Bobot kering akar diukur pada akhir penelitian, yaitu akar dipotong mulai leher akar ke ujung akar kemudian dikeringkan di terik matahari sampai kering konstan sehingga diperoleh bobot kering akar. 12. Rasio tajuk akar Rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara bobot kering tunas dengan bobot kering akar setelah dikeringkan di terik matahari sampai kering konstan. 13. Asumsi hasil per hektar Asumsi hasil per hektar dihitung dengan menggunakan rumus Hasil/Hektar = m 2 x Hasil Per tanaman 10 x 10 cm

47 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan Panjang Tanaman Mentimun (cm) Data pengamatan panjang tanaman umur 7, 14, 21, dan 28 hst disajikan dalam (Lampiran 9, 10, 11, dan 12). Hasil analisis ragam panjang tanaman umur 28 hst (Lampiran 13) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tanaman dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT panjang tanaman umur 28 hst disajikan pada (Tabel 2). Tabel 2. Panjang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman umur 28 hst. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata cm Varietas Mercy F1 169,60 151,53 148,47 156,53 Varietas Sukoi 166,20 150,87 140,87 152,64 Varietas Manora F1 171,33 160,20 151,27 160,93 Rata-rata 169,04 b 154,20 a 146,87 a BNT X= 14,70 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%.

48 Panjang Tanaman (cm) 28 Hasil uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan panjang tanaman lebih baik 9,62% dan 15,09% dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali. Data variabel pengamatan panjang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst dalam lampiran 9, 10, 11, dan 12 disajikan dalam (Gambar 1) x1 x2 x Hari pengamatan (hst) Gambar 1. Panjang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat pengaruh frekuensi penyiraman.

49 29 Gambar 1. Menunjukkan grafik pertumbuhan panjang tanaman pada saat 7 hst sampai 28 hst. Pada pengamatan 7 hst sampai 21 hst pertumbuhan panjang tanaman terlihat meningkat tetapi belum terlihat bervariasi dan pada pengamatan 28 hst menjelang panen terlihat panjang tanaman yang bervariasi Jumlah Daun Tanaman Mentimun (helai) Data pengamatan jumlah daun umur 7, 14, 21, dan 28 hst disajikan pada (Lampiran 14, 15, 16, dan 17). Hasil analisis ragam jumlah daun umur 28 hst (Lampiran 18) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT jumlah daun umur 28 hst disajikan pada (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah daun tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman umur 28 hst. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata helai Varietas Mercy F1 15,40 14,40 14,20 14,67 Varietas Sukoi 14,47 14,60 13,47 14,18 Varietas Manora F1 13,93 13,73 12,93 13,53 Rata-rata 14,60 b 14,24 b 13,53 a BNT X = 0,69 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%.

50 Jumlah daun (helai) 30 Hasil uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali dan 2 hari sekali meningkatkan jumlah daun yang sama, tetapi lebih baik 7,90% dan 5,24% dibandingkan frekuensi penyiraman 3 hari sekali. Data variabel pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst dalam lampiran 14, 15, 16, dan 17 disajikan dalam (Gambar 2) x1 x2 x Gambar Hari pengamatan (hst) Jumlah daun tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat pengaruh frekuensi penyiraman.

51 31 Gambar 2. Menunjukkan grafik jumlah daun pada saat berumur 7 hst sampai 28 hst. Pada pengamatan 7 hst sampai 14 hst pertumbuhan jumlah daun terlihat meningkat tetapi belum bervariasi dan pada pengamatan 21 hst sampai 28 hst menjelang panen terlihat jumlah daun yang bervariasi Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Data pengamatan jumlah cabang umur 21 dan 28 hst disajikan pada (Lampiran 19 dan 20). Hasil analisis ragam jumlah cabang umur 28 hst (Lampiran 21) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT jumlah cabang umur 28 hst disajikan pada (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah cabang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman umur 28 hst. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata cabang Varietas Mercy F1 5,33 4,73 4,40 4,82 Varietas Sukoi 4,47 4,33 3,80 4,20 Varietas Manora F1 4,33 3,87 3,73 3,98 Rata-rata 4,71 b 4,31 ab 3,98 a BNT X = 0,55 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan jumlah cabang lebih baik 18,09% dibandingkan frekuensi penyiraman 3 hari sekali.

52 Jumlah cabang Data variabel pengamatan jumlah cabang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst dalam lampiran 19, 20, 21, dan 22 disajikan dalam (Gambar 3) ,5 4 x1 x2 x3 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Hari pengamatan (hst) Gambar 3. Jumlah cabang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat pengaruh frekuensi penyiraman. Gambar 3. Menunjukkan grafik pertumbuhan jumlah cabang dari 7 hst sampai 28 hst. Pada umur 7 hst sampai 14 hst belum terlihat jumlah cabang muncul dan

53 meningkat. Pada pengamatan 21 hst sampai akhir pengamatan 28 hst jumlah cabang terlihat meningkat dan bervariasi Umur Panen Data pengamatan umur panen disajikan pada (Lampiran 24). Hasil analisis ragam umur panen (Lampiran 25) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur panen tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT umur panen disajikan pada (Tabel 5). Tabel 5. Umur panen tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata hst Varietas Mercy F1 35,00 35,00 35,00 35,00 C Varietas Sukoi 34,67 34,00 34,00 34,22 B Varietas Manora F1 33,33 33,00 33,00 33,11 A Rata-rata 34,33 b 34,00 a 34,00 a BNT V= 0,31 BNT X= 0,28 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1 memberikan umur panen lebih lama 2,28% dan 5,71% dibandingkan dengan varietas Sukoi dan varietas Manora F1. Frekuensi Penyiraman 1 hari sekali memberikan umur panen lebih lama 0,97% dan 0,97% dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

54 Jumlah Buah Tanaman Mentimun Data pengamatan pengamatan jumlah buah disajikan pada (Lampiran 28). Hasil analisis ragam jumlah buah (Lampiran 29) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah. Hasil uji BNT jumlah buah disajikan pada (Tabel 6). Tabel 6. Jumlah buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali buah Varietas Mercy F1 9,27 B 7,53 A 5,13 A c b a Varietas Sukoi 7,73 A 6,53 A 5,13 A c b a Varietas Manora F1 7,47 A 6,67 A 5,73 A c b a BNT X dalam level V yang sama = 0,87 BNT V dalam level X yang sama = 1,26 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan jumlah buah lebih baik 19,92% dan 24,10% dibandingkan varietas Sukoi dan varietas Manora F1. Penggunaan varietas yang berbeda menunjukkan jumlah buah yang sama pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

55 35 Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada penggunaan varietas yang berbeda meningkatkan jumlah buah lebih baik 23,11% dan 80,70% pada varietas Mercy F1, 18,38% dan 50,68% pada varietas Sukoi, 11,99% dan 30,37% pada varietas Manora F1 dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali Panjang Buah Tanaman Mentimun (cm) Data pengamatan panjang buah disajikan pada (Lampiran 30). Hasil analisis ragam panjang buah (Lampiran 31) menunjukkan bahwa pengguanaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang buah, tetapi interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh tidak yang nyata terhadap panjang buah. Hasil uji BNT panjang buah disajikan pada (Tabel 7). Tabel 7. Panjang buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata cm Varietas Mercy F1 19,14 18,53 17,57 18,42 B Varietas Sukoi 19,62 18,34 17,21 18,39 B Varietas Manora F1 18,46 17,15 16,06 17,23 A Rata-rata 19,08 c 18,01 b 16,95 a BNT V = 0,41 BNT X = 0,47 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1 dan Sukoi menunjukkan panjang buah yang sama, tetapi lebih baik 6,91% dan 6,73%, dibandingkan varietas Manora F1.

56 Frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan panjang buah lebih baik 5,94% dan 12,57% dibandingkan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali Diameter Buah Tanaman Mentimun (cm) Data pengamatan diameter buah disajikan pada (Lampiran 32). Hasil analisis ragam diameter buah (Lampiran 33) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Hasil uji BNT diameter buah disajikan pada (Tabel 8). Tabel 8. Diameter buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata cm Varietas Mercy F1 3,89 3,81 3,86 3,86 Varietas Sukoi 3,97 3,98 3,78 3,91 Varietas Manora F1 3,99 3,85 3,86 3,90 Rata-rata 3,95 3,88 3,83 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukan bahwa baik penggunaan varietas yang berbeda, frekuensi penyiraman dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah Bobot Buah per Tanaman (gram) Data pengamatan bobot buah per tanaman disajikan pada (Lampiran 34). Hasil analisis ragam bobot buah per tanaman (Lampiran 35) menunjukkan penggunaan

57 37 varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah per tanaman. Hasil uji BNT bobot buah per tanaman disajikan pada (Tabel 9). Tabel 9. Bobot buah per tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali gram Varietas Mercy F1 409,77 C 296,41 B 179,13 A c b a Varietas Sukoi 358,00 B 258,58 AB 180,91 A c b a Varietas Manora F1 296,29 A 231,90 A 174,18 A c b a BNT X dalam level V yang sama = 34,18 BNT V dalam level X yang sama = 48,00 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan bobot per tanaman lebih baik 14,46% dan 38,30% dibandingkan varietas Sukoi dan varietas Manora F1. Varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil yang lebih baik 27,82% dibandingkan varietas Manora F1. Pengunaan varietas yang berbeda menunjukkan hasil yang sama pada frekuensi penyiraman 3 hari sekali. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada varietas yang berbeda menunjukkan bobot buah per tanaman lebih baik 38,24% dan 128,76% pada varietas Mercy F1,

58 38,45% dan 97,89% pada varietas Sukoi, 27,77% dan 70,11% pada varietas Manora F1 di bandingkan dengan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali Hasil per Plot (kg) Data pengamatan hasil per plot disajikan pada (Lampiran 36). Hasil analisis ragam hasil per plot (Lampiran 37) menunjukkan penggunaan varietas yang berbeda, frekuensi penyiraman dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil per plot. Hasil uji BNT hasil per plot disajikan pada (Tabel 10). Tabel 10. Hasil per plot tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali kg Varietas Mercy F1 16,23 C 12,67 C 8,90 B c b a Varietas Sukoi 14,27 B 10,93 B 8,07 AB c b a Varietas Manora F1 11,80 A 9,33 A 7,60 A c b a BNT X dalam level V yang sama = 0,11 BNT V dalam level X yang sama = 0,19 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 10) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali dan 2 hari sekali meningkatkan hasil per plot lebih baik 13,74% dan 37,54%, 15,92% dan 35,80% dibandingkan dengan varietas Sukoi dan varietas Manora F1. Varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 3 hari

59 sekali menunjukkan hasil per plot lebih baik 17,11% dibandingkan varietas Manora F1. 39 Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada penggunaan varietas yang berbeda meningkatkan hasil per plot lebih baik 28,10% dan 82,36% pada varietas Mercy F1, 30,56% dan 76,83% pada varietas Sukoi, 26,47% dan 55,26% pada varietas Manora F1 dibandingkan dengan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali Bobot Tajuk Kering (gram) Data pengamatan bobot tajuk kering disajikan pada (Lampiran 40). Hasil analisis ragam bobot tajuk kering (Lampiran 41) menunjukkan penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tajuk kering dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT bobot tajuk kering disajikan pada (Tabel 11). Tabel 11. Bobot tajuk kering tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata gram Varietas Mercy F1 98,48 92,69 81,96 91,04 Varietas Sukoi 97,51 87,95 82,23 89,23 Varietas Manora F1 91,34 88,17 82,80 87,44 Rata-rata 95,78 c 89,60 b 82,33 a BNT X = 4,18 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%.

60 40 Hasil uji BNT (Tabel 11) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan bobot tajuk kering lebih baik 6,90% dan 16,34% dibandingkan dengan frekuensi penyiraman dengan selang waktu 2 hari sekali dan 3 hari sekali Bobot Kering Akar (gram) Data pengamatan bobot kering akar disajikan pada (Lampiran 44). Hasil analisis ragam bobot kering akar (Lampiran 45) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar mentimun dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT bobot kering akar disajikan pada (Tabel 12). Tabel 12. Bobot kering akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata gram Varietas Mercy F1 1,58 1,10 0,95 1,21 Varietas Sukoi 1,88 1,23 1,02 1,38 Varietas Manora F1 2,11 1,11 0,89 1,37 Rata-rata 1,85 c 1,15 b 0,95 a BNT X = 0,36 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 12) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan bobot kering akar lebih baik 60,87% dan 94,74% dibandingkan dengan frekuensi penyiraman dengan selang waktu 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

61 Asumsi Hasil per Hektar (ton) Data pengamatan asumsi hasil per hektar disajikan pada (Lampiran 48). Hasil analisis ragam asumsi hasil per hektar (Lampiran 49) menunujukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap asumsi hasil per hektar. Hasil uji BNT asumsi hasil per hektar disajikan pada (Tabel 13). Tabel 13. Asumsi hasil per hektar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali ton Varietas Mercy F1 33,00 C 23,67 B 14,00 A c b a Varietas Sukoi 28,67 B 20,67 AB 14,33 A c b a Varietas Manora F1 23,33 A 18,33 A 13,67 A c b a BNT X dalam level V yang sama = 0,27 BNT V dalam level X yang sama = 0,40 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 13) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan asumsi hasil per hektar lebih baik 15,10% dan 41,45% dibandingkan varietas Sukoi dan Manora F1. varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil per hektar lebih baik 29,13% dibandingkan varietas Manora F1. Penggunaan berbagai varietas menunjukkan hasil yang sama pada frekuensi penyiraman 3 hari sekali.

62 42 Frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan asumsi hasil per hektar lebih baik 39,42% dan 135,71% pada varietas Mercy F1, 38,70% dan 100,07% pada varietas Sukoi, 27,28% dan 70,67% pada varietas Manora F1 dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali Rasio Tajuk Akar Data pengamatan rasio tajuk akar disajikan pada (Lampiran 52). Hasil analisis ragam rasio tajuk akar (Lampiran 53) menunjukkan penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasio tajuk akar mentimun dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT rasio tajuk akar disajikan pada (Tabel 14). Tabel 14. Rasio tajuk akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi penyiraman. Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali Rata-rata Varietas Mercy F1 66,52 84,34 87,14 79,33 Varietas Sukoi 51,98 74,82 91,54 72,78 Varietas Manora F1 50,82 80,80 95,14 75,59 Rata-rata 56,44 a 79,98 b 91,27 b BNT X= 17,74 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. Hasil uji BNT (Tabel 14) menunjukkan bahwa frekuensi 3 hari sekali dan 2 hari sekali meningkatkan rasio tajuk akar lebih baik 61,71% dan 41,71% dibandingkan dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali.

63 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah umur panen, panjang buah, bobot per tanaman, hasil per plot, asumsi per hektar. Pada varietas Mercy F1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan varietas Sukoi dan Manora F1, tetapi pada peubah umur panen, memtimun varietas Mercy F1 menunjukkan umur panen yang relatif lama di bandingkan varietas Sukoi dan Manora F1. Hal ini diduga semua varietas memiliki kemampuan untuk memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat Syarif dkk., (2010) menyatakan bahwa penggunaan varietas yang berbeda menghasilkan hasil panen/produksi dan karakter buah yang berbeda. Hal itu karena setiap varietas memiliki sifat genetik yang berbeda. Perbedaan sifat genetik antara beberapa varietas menyebabkan tanaman memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungannya. Masing-masing varietas memiliki karakteristik yang berbeda, yang disebabkan oleh adanya perbedaan sifat genetik pada masing-masing tanaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bahri (2011) bahwa pertumbuhan dan hasil mentimun dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, varietas Mercy F1 memberikan efek lebih baik terhadap komponen hasil dan hasil yaitu jumlah buah per tanaman, panjang buah, berat setiap buah, berat buah per tanaman, dan produktivitas mentimun. Rata-rata produktivitas Mercy F1 adalah t/ha.

64 44 Penggunaan varietas yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah buah per tanaman, diameter buah, bobot tajuk kering, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar. Varietas Mercy F1 menunjukkan rata-rata hasil yang lebih baik pada peubah jumlah daun, jumlah cabang, bobot tajuk kering, dan rasio tajuk akar, pada varietas Sukoi juga menunjukkan hasil lebih baik yang ditunjukan oleh peubah diameter buah dan bobot kering akar, sedangkan pada varietas Manora F1 menunjukan hasil yang lebih baik yang ditunjukan pada peubah panjang tanaman, jumlah buah per tanaman. Hal ini diduga kurangnya kemampuan setiap varietas beradaptasi pada lingkungan setempat sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Kurangnya adaptasi dari setiap varietas pada lingkungan setempat adalah sebagai respons dari tekanan-tekanan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Jumini dkk., (2008) bahwa pertumbuhan dan produksi yang tinggi pada setiap varietas disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman tersebut. Menurut penelitian Simanulang dkk., (2012) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada peubah jumlah cabang. Varietas Mercy F1 memberikan rata-rata jumlah cabang 5,00 dan varietas Harmony memberikan rata-rata jumlah cabang 5,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur panen, jumlah buah, panjang buah, bobot buah

65 45 per tanaman, hasil per plot, bobot tajuk akar, bobot kering akar, asumsi hasil per hektar, dan rasio tunas akar. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali. Hal ini diduga frekuensi penyiraman 1 hari sekali dapat menjaga air tidak terlalu tergenang dan kemungkinan kebutuhan air pada kondisi tersebut optimal, hingga berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harjadi (1996), bahwa air adalah komponen utama dalam tanaman, merupakan salah satu unsur utama yang dibutuhkan pertumbuhan, karena air berfungsi sebagai penyusun utama jaringan, proses fotosintesis, dan pembelahan sel-sel tanaman, sehingga tanaman mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik. Penyiraman yang semakin sering diberikan memberikan pengaruh yang lebih baik bagi tanaman. Nurlaili (2009) menyatakan bahwa pemberian air setiap hari dengan dosis yang sama memberikan hasil terbaik, karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan dan pengeluaran air yang selanjuya merangsang pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang, akar lebih panjang dan daun lebih lebar. Semakin diperjarang periode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Junita dkk., (2001) bahwa frekuensi penyiraman 1 hari mampu menghasilkan pakchoi berberat

66 46 segar 173,84 gram lebih berat dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan rata-rata berat segar 118,71 g, dan 69,54 g berat segar pada frekuensi penyiraman 3 hari sekali. Namun frekuensi penyiraman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap peubah diameter buah. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali memeberikan hasil rata-rata diameter buah 3,95 cm lebih baik dari perlakuan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan rata-rata diameter buah 3,88 cm dan 3,83 pada frekuensi penyiraman 3 hari sekali. Hal ini diduga kurang tersedianya air tanah menyebabkan pertumbuhan terhambat, karena zat-zat yang dihasilkan tidak terdistribusi merata, sehingga berpengaruh terhadap kandungan unsur hara pada tanaman untuk perkembangan buah. Menurut penelitian Sriwijaya dan Hariyanto (2005) frekuensi penyiraman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi frekuensi penyiraman 1 hari sekali memberikkan rata-rata diameter buah lebih baik 3,76 mm dari pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan rata-rata 3,69 mm dan 3,12 mm. Terdapat interaksi antara penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman yang ditunjukkan pada peubah jumlah buah, bobot per tanaman, hasil per plot, dan asumsi hasil per hektar. Hal ini diduga karena semua varietas memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dan pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali dapat memberikan ketersediaan air yang cukup dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali. Sehingga proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat untuk perkembangan buah dapat terpenuhi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sriwijaya dan Haryanto (2005), bahwa ketersediaan air

67 47 yang cukup selama pertumbuhan akan digunakan secara optimal pada proses fotosintesis dan menghasilkan substansi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan pertumbuhan tanaman maupun ditranslokasikan untuk pertumbuhan generatif, sehingga tanaman memberikan hasil yang optimal. Budianto (1984) menambahkan, bahwa tanaman yang mengalami kekurangan air stomatanya menutup lebih awal untuk mengalami kehilangan air, tetapi penutupan stomata juga menghambat jalan masuknya CO 2 sehingga fotosintesis berkurang. Laju fotosintesa berkurang menyebabkan hasil fotosintat berkurang sehingga menghambat produksi tanaman.

68 48 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan varietas Mercy F1 memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan varietas Sukoi dan varietas Manora F1, yang didukung oleh peubah panjang buah, bobot per tanaman, hasil per plot, asumsi per hektar. 2. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali memberikan hasil terbaik dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali, yang didukung oleh peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur panen, jumlah buah, panjang buah, bobot buah per tanaman, hasil per plot, bobot tajuk akar, bobot kering akar, asumsi hasil per hektar, dan rasio tunas akar. 3. Terdapat interaksi antara frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada varietas Mercy F1 cukup baik dan lebih meningkatkan, yang didukung oleh peubah jumlah buah, bobot per tanaman, bobot per plot, dan asumsi hasil per hektar.

69 Saran Disarankan dalam budidaya tanaman mentimun varietas yang digunakan adalah varietas Mercy F1 dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan varietas mentimun dan frekuensi penyiraman agar pembaca mendapat informasi lebih lanjut dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.

70 50 DAFTAR PUSTAKA Bahri, S Efek Varietas dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Komponen Hasil dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.). INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.10, No.1, Mei 2011 (89-102). BPS Biro Pusat Statistik Konsumsi Pangan. Biro Pusat Statistik. Budianto, U.F Pengaruh Tekanan Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai Pada Tanah Grumosol Lombok Tengah. Thesis Magister Sains Fak. Pasca Sarjana IPB. Cahyono, B Timun. Aneka Ilmu. Semrang. Hlm 3, 4, 8, 10, dan 27. Desmarina, R; Adiwirman; dan Widodo, D.W Respon Tanaman Tomat Terhadap Frekuensi Dan Taraf Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tomat. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Fauzi, A.R Pengaruh Penyiraman dan Dosisi Pemupukan terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomea reptans) pada Komposisi Media Tanah dan Pasir. Fakultas pertanian Universitas Udayana. Jurnal AGROTOP 4(2) hal Bali. http//jurnal.agrotop.article/ojs.unud.ac.id. Haryati Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hendriyani, S. dan Setiari, N. ( 009). Pengaruh Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinesis) pada tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. Artikel Penelitian. FPMIPA. Universitas Diponegoro. Herjadi Pengantar Agronomi Gramedia Pustaka. Jakarta. 89 hlm. Hermanto, Pusposutarjo, Pemodelan pertumbuhan dan pemakaian air tanaman palawija di lahan kering. Buletin Keteknikan Pertanian (14): 2.

71 Ichsan, C.N., E, Nurami., Saljuna Respon Aplikasi Dosis Kompos dan Interval Penyiraman pada Pertumbuhan BIbit kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal.Unsyiah.ac.id/Agrista/article/view/292.Vol. 16 No. 2, Hal Imdad, H.P. dan A.A, Nawangsih Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta Hal Islami, T dan W. utomo Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP semarang Press. Semarang. Junita, F., S, Muhartini., D, Kastono Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi. Yogyakarta. Ilmu Pertanian. Vol. No : Diakses pada 31 Oktober Makmur, A Pengantar Pemuliaan Tanaman Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. PT. Nina Aksara, Jakarta. Jurnal Inovasi Pertanian Vol.10, No.1, Mei 2011 (89-102). Manalu, B Jurus Sempurna Sukses Bertanam Mentimun Dari Nol Sampai Panen. Penerbit ARC Media. Jakarta. 79 hal. Manan, Hilman Pengelolaan Air yang Optimal untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. Makalah pada Pertemuan Regional Operasi dan Pemeliharaan Pengairan, 2 3 Oktober 2002, Gorontalo Moekasan T.K., P. Laksminiwati. A., Witono., D.P. Herman Panduan Praktis Budidaya Mentimun Berdasarkan Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 60 hal. Nurlaili, Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag. Jurnal Penelitian. Universitas Baturaja. Pdf. Diakses pada 28 Oktober Pakaya, N., N. Musa., F. Zakaria Pertumbuhan dan Produksi Caisin (Brassica chinensis L.) Berdasarkan Interval Waktu Pemberian Air. Gorontalo. Hal Di akses pada 10 April Pardede, G Kata Sambutan Budidaya Mentimun. Managing Director PT EAST WEST SEED INDONESIA. Purwakarta. Hal 7. Pinheiro C, Chaves MM Photosynthesis and drought: can we make metabolic connection from available data. J. Exp. Bot. 62:

72 52 PT. Benih Citra Asia Varietas Sukoi. Jember. Jawa Timur. PT. East West Seed Indonesia Varietas Mercy F1. Cap Panah Merah. Purwakarta. Jawa Barat. PT. Andall Hasa Prima Varietas Manora F1. Jalan Raya Hajimena No. 6. Pemanggilan. Natar. Lampung Selatan. Rukmana, R Budidya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 68 hal Sarawa Fisiologi Tanaman : Pendekatan Praktis. Unhalu Press. Jurnal agroteknos Juli Vol. 4 No. 2. Hal Diakses pada 2 januari Sari Respon Dua Varietas Mentimun (Cucumic sativus L.) Terhadap Pupuk Agrodkye Berbagai Tingkat Dosis. Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro. Hal Septiyaning, I Kemarau Hasil Panen Mentimun Menyusut. SoloPos. Solo. Diakses pada 17 April Simanullang, V., M.B. Bangun., H. Setiado Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Timun (Cucumis sativus L. ) terhadap Pemberian Pupuk Organik. Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.2, No.2 : , Maret Simatupang R.S., Mawardi., E, Matfuah., S, Raihan Tanggap Hasil Varietas Mentimun Terhadap Pemakaian Pupuk Organik Di Lahan Lebak. Pdf. Diakses pada 31 Oktober Sriwijaya, B. dan D. Hariyanto Kajian Volume dan Frekuensi Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Tanah Vertisol. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. 4 No.7. Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 7. Hal Di akses pada 31 desember Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y Defisit evapotranspirasi sebagai indikator kekurangan air pada padi Gogo (Oryza sativa L.). Bul. Agron 33(1): Sumpena, U Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal Syarif, Z., Irawati C., Novita H Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun Varietas Lokal dan Antara (Cucumis sativus L.) terhadap Pemberian Berbagai Konsentrasi Ethephon. Jerami 3(2): Pdf. Diakses pada 31 Oktober 2016.

73 Toyip Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir) terhadap Berbagai Interval Penyiraman dan Dosis Pemupukan NPK pada Media Tanah dan Arang Sekam. Universitas Sintuwu Maroso. Jurnal Agropet. Vol 10. Vaughn, E.H., W. Orson., I. Glen., E.S. Endang., P.T. Soetjipto Dasar- Dasar dan Praktek Irigasi. Penerbit : Erlangga. Jakarta. Wibowo, N.I (2012). Optimasi Pemberian Air Irigasi Tetes terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat. Fakultas Pertanian UNSUR. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli Desember hal. 53

74 54 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Mercy F1 Nama varietas Umur panen Umur berbunga Tipe pertumbuhan Warna buah Rasa buah Berat buah Panjang buah Diameter buah Potensi hasil Keterangan lain : Mercy F1 : hari setelah tanam : 21 hari setelah tanam : Merambat : Hijau keputihan : Manis, segar : gram : cm : 6-7 cm : ton/ha : Cukup tahan terhadap Geminivirus, Embun bulu, dan Anthraknosa. Sumber : PT. East West Seed Indonesia, Cap Panah Merah

75 55 Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Sukoi Nama varietas Umur panen Umur berbunga Tipe pertumbuhan Warna buah Rasa buah Berat buah Panjang buah Diameter buah Potensi hasil Keterangan lain : Sukoi : hari setelah tanam : 18 hari setelah tanam : Merambat : Hijau : Manis, segar : ± 135 gram : ± 20 cm : ± 4 cm : 50 ton/ha : Timun tipe rujak rasa buah manis dan renyah Sumber : PT. Benih Citra Asia

76 56 Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Manora F1 Nama varietas Umur panen Umur berbunga Tipe pertumbuhan Warna buah Rasa buah Berat buah Panjang buah Diameter buah Potensi hasil : Manora F1 : hari setelah tanam : 15 hari setelah tanam : Merambat : Hijau muda : Manis, segar : ± 124,77 gram : ± 19 cm : ± 3 cm : 47 ton/ha Sumber : PT. Andall Hasa Prima

77 57 Lampiran 4. Penghitungan Dosis Pupuk Penghitungan dosis pupuk menurut volume tanah 1 hektar : = 2 x 10 9 dm 3 = 2 x 10 6 kg = 2 x 10 6 = Keterangan: Berat tanah per hektar 2 x 10 6 Berat tanah per polibag 10 kg 1. Pupuk SP-36 (250 kg/ha) = 10 kg/ha x 250 kg/ha kg/ha = 0,00125 kg/ha = 1,25 g 2. Pupuk KCL (200 kg/ha) = 10 kg/ha x 200 kg/ha kg/ha = 0,001kg/ha = 1 gram 3. Pupuk Urea (225 kg/ha) = 10 kg/ha x 225 kg/ha kg/ha = 0, kg/ha = 1,125 g = 0,56 gram 2 kali pemupukan

78 58 Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Lapang Mei Juni. Jadwal Kegiatan tgl Pengisian Polybag X 2. Pembuatan Naungan X 3. Penanaman X 4. Penjarangan X 5. Pemasangan Ajir X 6. Penyiangan X 7. Pengamatan 1, 2, 3 X 8. Pemupukan 1 X

79 59 Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Lapang Juni. Jadwal Kegiatan tgl Pengikatan Tanaman X X X X X X X 10. Pengamatan 1, 2, 3 X 11. Pemupukan 2 X 12. Pengamatan 1, 2, 3 X 13. Pengamatan 1, 2, 3 X

80 60 Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Lapang Juni-Juli Jadwal Kegiatan tgl Panen 1 X X X 15. Panen 2 X X X 16. Panen 3 X X X 17. Panen 4 X X X 18. Panen 5 X X X

81 61 Lampiran 8. Jadwal Penyiraman. Jum at 27-Mei-2016 Hari X1 X2 X3 Sabtu 28-Mei-2016 X1 X2 Minggu 29-Mei-2016 X1 X3 Senin 30-Mei-2016 X1 X2 X1 Selasa 31-Mei-2016 X1 Rabu 1-Juni-2016 X1 X2 X3 Kamis 2-Juni-2016 X1 Jum at 3-Juni-2016 X1 X2 Sabtu 4-Juni-2016 X1 X3 Minggu 5-Juni-2016 X1 X2 Senin 6-Juni-2016 X1 Selasa 7-Juni-2016 X1 X2 X3 Rabu 8-Juni-2016 X1 Kamis 9-Juni-2016 X1 X2 Jum at 10-Juni-2016 X1 X3 Sabtu 1-Juni-2016 X1 X2 Minggu 12-Juni-2016 Senin 13-Juni-2016 X1 X2 X3 X1 Selasa 14-Juni-2016 X1 Rabu 15-Juni-2016 X1 X2 Kamis 16-Juni-2016 X1 X3 Jum at 17-Juni-2016 X1 X2 Sabtu 18-Juni-2016 X1 Minggu 19-Juni-2016 X1 X2 X3 Senin 20-Juni-2016 X1 Selasa 21-Juni-2016 X1 X2 Rabu 22-Juni-2016 X1 X3 Kamis 23-Juni-2016 X1 X2

82 62 Jum at 24-Juni-2016 Hari X1 X2 X3 Sabtu 25-Juni-2016 X1 X2 X3 X1 Minggu 26-Juni-2016 X1 Senin 27-Juni-2016 X1 X2 Selasa 28-Juni-2016 X1 X3 Rabu 29-Juni-2016 X1 X2 Kamis 30-Juni-2016 X1 Jum at 1-Juli-2016 X1 X2 X3 Sabtu 2-Juli-2016 X1 Minggu 3-Juli-2016 X1 X2 Senin 4-Juli-2016 X1 X3 Selasa 5-Juli-2016 X1 X2 Rabu 6-Juli-2016 X1 Kamis 7-Juli-2016 X1 X2 X3 Jum at 8-Juli-2016 X1 Sabtu 9-Juli-2016 X1 X2 Minggu 10-Juli-2016 X1 X3 Senin 11-Juli-2016 X1 X2 Selasa 12-Juli-2016 X1 Rabu 13-Juli-2016 X1 X2 X3 Kamis 14-Juli-2016 X1

83 63 Lampiran 9. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 7 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 7,60 8,20 7,60 23,40 7,80 x 2 7,20 7,40 8,00 22,60 7,53 x 3 6,40 7,00 7,00 20,40 6,80 v 2 x 1 7,80 8,20 8,20 24,20 8,07 x 2 7,00 7,80 7,40 22,20 7,40 x 3 6,40 7,20 7,00 20,60 6,87 v 3 x 1 7,80 8,20 8,00 24,00 8,00 x 2 7,20 7,00 7,60 21,80 7,27 x 3 5,40 6,80 6,20 18,40 6,13 Jumlah 62,80 67,80 67,00 197,60 65,87 Rata-rata 6,98 7,53 7,44 21,96 7,32 Lampiran 10. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 14 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 12,60 16,60 16,20 45,40 15,13 x 2 12,00 17,40 14,80 44,20 14,73 x 3 9,80 15,40 12,00 37,20 12,40 v 2 x 1 14,20 13,60 13,80 41,60 13,87 x 2 14,00 14,00 13,00 41,00 13,67 x 3 10,80 14,00 14,00 38,80 12,93 v 3 x 1 18,40 20,80 14,80 54,00 18,00 x 2 14,00 17,40 17,40 48,80 16,27 x 3 14,20 19,60 16,20 50,00 16,67 Jumlah 120,00 148,80 132,20 401,00 133,67 Rata-rata 13,33 16,53 14,69 44,56 14,85 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3

84 64 Lampiran 11. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 21 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 85,00 118,40 116,20 319,60 106,53 x 2 94,00 107,60 109,20 310,80 103,60 x 3 97,60 105,20 82,60 285,40 95,13 v 2 x 1 103,80 94,80 102,60 301,20 100,40 x 2 108,80 106,40 94,60 309,80 103,27 x 3 89,80 94,60 86,20 270,60 90,20 v 3 x 1 108,00 131,00 85,20 324,20 108,07 x 2 109,20 106,40 101,00 316,60 105,53 x 3 126,00 121,20 106,20 353,40 117,80 Jumlah 922,20 985,60 883, ,60 930,53 Rata-rata 102,47 109,51 98,20 310,18 103,39 Lampiran 12. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 126,40 192,00 190,40 508,80 169,60 x 2 126,20 170,80 157,60 454,60 151,53 x 3 148,20 150,40 146,80 445,40 148,47 v 2 x 1 172,00 149,40 177,20 498,60 166,20 x 2 144,60 145,00 163,00 452,60 150,87 x 3 143,00 144,00 135,60 422,60 140,87 v 3 x 1 160,40 199,80 153,80 514,00 171,33 x 2 162,40 166,40 151,80 480,60 160,20 x 3 160,40 160,80 132,60 453,80 151,27 Jumlah 1343, , , , ,33 Rata-rata 149,29 164,29 156,53 470,11 156,70 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3

85 65 Lampiran 13. Analisis Ragam Panjang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok , ,4514 0,6846 6,94 Varietas (V) 2 309, ,7570 0,2092 6,94 Galat (V) , ,7708 Frekuensi Penyiraman (X) , ,9792 5,6076 * 3,89 Interaksi (V x X) 4 67, ,9653 0,0828 3,26 Galat (X) , ,8953 Non Aditif 1 502, ,0599 2,8225 4,84 Sisa , ,8803 Total ,0626 KK (b)= 9,13% KK (a)= 17,36% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 14,49< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

86 66 Lampiran 14. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 7 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata helai v 1 x 1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 3 0,60 1,00 1,00 2,60 0,87 v 2 x 1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 3 0,80 0,80 0,80 2,40 0,80 v 3 x 1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 x 3 1,00 1,00 0,60 2,60 0,87 Jumlah 8,40 8,80 8,40 25,60 8,53 Rata-rata 0,93 0,98 0,93 2,84 0,95 Lampiran 15. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 14 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata helai v 1 x 1 6,40 6,00 6,60 19,00 6,33 x 2 6,20 6,00 5,40 17,60 5,87 x 3 5,00 6,00 5,20 16,20 5,40 v 2 x 1 6,00 5,60 6,00 17,60 5,87 x 2 6,20 5,00 5,40 16,60 5,53 x 3 5,00 5,60 5,80 16,40 5,47 v 3 x 1 6,60 6,20 6,20 19,00 6,33 x 2 5,80 6,00 6,20 18,00 6,00 x 3 6,00 5,20 6,20 17,40 5,80 Jumlah 53,20 51,60 53,00 157,80 52,60 Rata-rata 5,91 5,73 5,89 17,53 5,84 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3

87 67 Lampiran 16. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 21 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata helai v 1 x 1 11,60 14,40 12,00 38,00 12,67 x 2 11,40 13,40 11,40 36,20 12,07 x 3 10,40 11,80 9,60 31,80 10,60 v 2 x 1 10,80 11,60 11,80 34,20 11,40 x 2 11,60 10,80 10,40 32,80 10,93 x 3 9,60 9,20 9,80 28,60 9,53 v 3 x 1 11,80 12,40 11,60 35,80 11,93 x 2 11,40 10,80 11,60 33,80 11,27 x 3 11,60 10,80 10,40 32,80 10,93 Jumlah 100,20 105,20 98,60 304,00 101,33 Rata-rata 11,13 11,69 10,96 33,78 11,26 Lampiran 17. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan Ratarata Jumlah I II III helai v 1 x 1 14,80 15,80 15,60 46,20 15,40 x 2 14,40 15,00 13,80 43,20 14,40 x 3 14,20 14,80 13,60 42,60 14,20 v 2 x 1 14,80 13,40 15,20 43,40 14,47 x 2 14,00 15,00 14,80 43,80 14,60 x 3 14,60 12,80 13,00 40,40 13,47 v 3 x 1 13,60 14,40 13,80 41,80 13,93 x 2 14,40 13,20 13,60 41,20 13,73 x 3 13,00 13,40 12,40 38,80 12,93 Jumlah 127,80 127,80 125,80 381,40 127,13 Rata-rata 14,20 14,20 13,98 42,38 14,13 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3

88 68 Lampiran 18. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel 5% Kelompok 2 0,2970 0,2646 0,2646 6,94 Varietas (V) 2 5,8169 2,9085 5,1826 6,94 Galat (V) 4 2,2448 0,5612 Frekuensi Penyiraman (X) 2 5,3104 2,6552 5,9536 * 3,89 Interaksi (V x X) 4 1,1509 0,2877 0,6451 3,26 Galat (X) 12 5,3518 0,4460 Non Aditif 1 0,7311 0,7311 1,7403 4,84 Sisa 11 4,6207 0,4201 Total 26 20,1718 KK (b)= 4,73% KK (a)= 5,30% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 2,28< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

89 69 Lampiran 19. Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 21 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cabang v 1 x 1 3,20 5,20 3,60 12,00 4,00 x 2 2,20 4,60 3,60 10,40 3,47 x ,60 3,60 7,20 3,60 v 2 x 1 2,80 2,40 3,20 8,40 2,80 x 2 3,40 3,20 4,40 11,00 3,67 x 3 3,00 2,00 2,80 7,80 2,60 v 3 x 1 3,00 3,00 2,40 8,40 2,80 x 2 2,20 2,40 2,20 6,80 2,27 x 3 2,20 2,00 2,80 7,00 2,33 Jumlah 22,00 28,40 28,60 79,00 26,33 Rata-rata 2,75 3,16 3,18 8,78 3,06 Lampiran 20. Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cabang v 1 x 1 4,20 6,40 5,40 16,00 5,33 x 2 4,00 5,80 4,40 14,20 4,73 x 3 4,60 4,60 4,00 13,20 4,40 v 2 x 1 4,00 4,60 4,80 13,40 4,47 x 2 4,80 4,40 3,80 13,00 4,33 x 3 3,60 3,80 4,00 11,40 3,80 v 3 x 1 4,20 4,40 4,40 13,00 4,33 x 2 4,00 3,40 4,20 11,60 3,87 x 3 3,20 4,40 3,60 11,20 3,73 Jumlah 36,60 41,80 38,60 117,00 39,00 Rata-rata 4,07 4,64 4,29 13,00 4,33 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3

90 70 Lampiran 21. Analisis Ragam Jumlah Cabang Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 1,5290 0,7645 2,0004 6,94 Varietas (V) 2 3,4490 1,7245 4,5123 6,94 Galat (V) 4 1,5287 0,3822 Frekuensi Penyiraman (X) 2 2,4268 1,2134 4,2217 * 3,89 Interaksi (V x X) 4 0,2577 0,0644 0,2242 3,26 Galat (X) 12 3,4490 0,2874 Non Aditif 1 1,5099 1,5099 8,5652 4,84 Sisa 11 1,9391 0,1763 Total 26 12,6402 KK (b)= 12,37% KK (a)= 14,27% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 10,08< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

91 71 Lampiran 22. Data jumlah Cabang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cabang v 1 x 1 2,05 2,53 2,32 6,90 2,30 x 2 2,00 2,41 2,10 6,51 2,17 x 3 2,15 2,15 2,00 6,30 2,10 v 2 x 1 2,00 2,15 2,19 6,34 2,11 x 2 2,19 2,10 1,95 6,24 2,08 x 3 1,90 1,95 2,00 5,85 1,95 v 3 x 1 2,05 2,10 2,10 6,25 2,08 x 2 2,00 1,84 2,05 5,89 1,96 x 3 1,79 2,10 1,90 5,79 1,93 Jumlah 18,13 19,33 18,61 56,07 18,68 Rata-rata 2,01 2,15 2,07 6,23 2,08 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 23. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0802 0,0401 2,1996 Varietas (V) 2 0,1867 0,0934 5,1185 Galat (V) 4 0,0730 0,0182 Frekuensi Penyiraman (X) 2 0,1362 0,0681 4,1542 Interaksi (Vx X) 4 0,0118 0,0029 0,1795 Galat (X) 12 0,1967 0,0164 Total 26 0,6846 * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

92 72 Lampiran 24. Hasil Pengamatan Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata hst v 1 x 1 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00 x 2 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00 x 3 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00 v 2 x 1 35,00 35,00 34,00 104,00 34,67 x 2 34,00 34,00 34,00 102,00 34,00 x 3 34,00 34,00 34,00 102,00 34,00 v 3 x 1 33,00 34,00 33,00 100,00 33,33 x 2 33,00 33,00 33,00 99,00 33,00 x 3 33,00 33,00 33,00 99,00 33,00 Jumlah 307,00 308,00 306,00 921,00 307,00 Rata-rata 34,11 34,22 34,00 102,33 34,11 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 25. Analisis Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,2216 0,1108 1,9883 6,94 Varietas (V) 2 16,2216 8, ,5505 * 6,94 Galat (V) 4 0,2229 0,0557 Frekuensi * 2 0,6660 0,3330 4,4954 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 0,4451 0,1113 1,5022 3,26 Galat (X) 12 0,8889 0,0741 Non Aditif 1 0,0043 0,0043 0,0531 4,84 Sisa 11 0,8846 0,0804 Total 26 18,6661 KK (b)= 0,80% KK (a)= 0,69% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 17,66< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

93 73 Lampiran 26. Data Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata hst v 1 x 1 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92 x 2 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92 x 3 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92 v 2 x 1 5,92 5,92 5,83 17,67 5,89 x 2 5,83 5,83 5,83 17,49 5,83 x 3 5,83 5,83 5,83 17,49 5,83 v 3 x 1 5,75 5,83 5,75 17,33 5,77 x 2 5,75 5,75 5,75 17,25 5,75 x 3 5,75 5,75 5,75 17,25 5,75 Jumlah 52,59 52,67 52,50 157,76 52,56 Rata-rata 5,84 5,85 5,83 17,52 5,84 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 27. Analisis Ragam Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0016 0,0008 1,9664 Varietas (V) 2 0,1187 0, ,0419 Galat (V) 4 0,0016 0,0004 Frekuensi Penyiraman (X) 2 0,0048 0,0024 4,5672 Interaksi (Vx X) 4 0,0032 0,0008 1,4904 Galat (X) 12 0,0064 0,0005 Total 26 0,1362 * * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

94 74 Lampiran 28. Hasil Pengamatan Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata buah v 1 x 1 9,60 9,80 8,40 27,80 9,27 x 2 7,40 7,60 7,60 22,60 7,53 x 3 5,20 5,20 5,00 15,40 5,13 v 2 x 1 6,60 8,00 8,60 23,20 7,73 x 2 6,80 6,60 6,20 19,60 6,53 x 3 5,20 5,00 5,20 15,40 5,13 v 3 x 1 8,00 7,00 7,40 22,40 7,47 x 2 7,20 5,80 7,00 20,00 6,67 x 3 6,20 5,20 5,80 17,20 5,73 Jumlah 62,20 60,20 61,20 183,60 61,20 Rata-rata 6,91 6,69 6,80 20,40 6,80 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 29. Analisis Ragam Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,2223 0,1112 0,1731 6,94 Varietas (V) 2 3,6358 1,8179 2,8308 6,94 Galat (V) 4 2,5687 0,6422 Frekuensi * 2 36, , ,7876 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 4,5154 1,1289 4,6891 * 3,26 Galat (X) 12 2,8889 0,2407 Non Aditif 1 0,2896 0,2896 1,2257 4,84 Sisa 11 2,5993 0,2363 Total 26 49,8401 KK (b)= 7,22% KK (a)= 18,78% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 14,03< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

95 75 Lampiran 30. Hasil Pengamatan Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 18,97 19,46 19,00 57,43 19,14 x 2 18,18 18,97 18,46 55,61 18,53 x 3 17,73 16,99 18,00 52,72 17,57 v 2 x 1 19,88 19,78 19,22 58,88 19,62 x 2 17,50 18,75 18,80 55,05 18,34 x 3 16,89 17,79 16,96 51,64 17,21 v 3 x 1 18,25 18,27 18,88 55,40 18,46 x 2 17,33 17,16 16,98 51,47 17,15 x 3 15,68 16,25 16,27 48,20 16,06 Jumlah 160,41 163,42 162,57 486,40 162,08 Rata-rata 17,82 18,16 18,06 54,05 18,01 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 31. Analisis Ragam Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,5207 0,2604 2,6730 6,94 Varietas (V) 2 8,3341 4, ,7829 * 6,94 Galat (V) 4 0,3896 0,0974 Frekuensi * 2 20, , ,7048 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 0,7903 0,1976 0,9640 3,26 Galat (X) 12 2,4594 0,2050 Non Aditif 1 0,0097 0,0097 0,0436 4,84 Sisa 11 2,4497 0,2227 Total 26 32,8681 KK (b)= 2,51% KK (a)= 1,73% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 4,07< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

96 76 Lampiran 32. Hasil Pengamatan Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata cm v 1 x 1 3,89 4,00 3,79 11,68 3,89 x 2 3,83 3,92 3,69 11,44 3,81 x 3 3,94 3,87 3,80 11,61 3,86 v 2 x 1 4,05 4,00 3,87 11,92 3,97 x 2 3,98 4,01 3,96 11,95 3,98 x 3 3,51 3,86 3,99 11,36 3,78 v 3 x 1 4,07 4,11 3,79 11,97 3,99 x 2 3,88 3,94 3,74 11,56 3,85 x 3 3,91 3,87 3,82 11,60 3,86 Jumlah 35,06 35,58 34,45 105,09 34,99 Rata-rata 3,90 3,95 3,83 11,68 3,89 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 33. Analisis Ragam Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,0722 0,0361 2,2215 6,94 Varietas (V) 2 0,0149 0,0075 0,4585 6,94 Galat (V) 4 0,0650 0,0163 Frekuensi 2 0,0633 0,0317 2,4775 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 0,0605 0,0151 1,1840 3,26 Galat (X) 12 0,1533 0,0128 Non Aditif 1 0,0135 0,0135 1,0664 4,84 Sisa 11 0,1398 0,0127 Total 26 0,4292 KK (b)= 2,91% KK (a)= 3,28% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 9,61< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

97 77 Lampiran 34. Hasil Pengamatan Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata gram v 1 x 1 412,47 447,68 369, ,30 409,77 x 2 283,13 316,93 289,17 889,23 296,41 x 3 180,23 165,97 191,19 537,39 179,13 v 2 x 1 350,93 361,91 361, ,00 358,00 x 2 241,46 271,11 263,15 775,72 258,58 x 3 180,42 176,19 186,12 542,73 180,91 v 3 x 1 330,07 266,79 292,01 888,87 296,29 x 2 240,78 203,84 251,09 695,71 231,90 x 3 172,89 166,04 183,60 522,53 174,18 Jumlah 2392, , , , ,17 Rata-rata 265,82 264,05 265,18 795,06 265,02 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 35. Analisis Ragam Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 14,5972 7,2986 0,0080 6,94 Varietas (V) , ,6319 9,2052 * 6,94 Galat (V) , ,3370 Frekuensi * , , ,2793 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) , ,1568 6,0962 * 3,26 Galat (X) , ,1087 Non Aditif , ,9734 3,4177 4,84 Sisa , ,2119 Total ,6251 KK (b)= 7,25% KK (a)= 11,38% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 10,83< 2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

98 78 Lampiran 36. Hasil Pengamatan Hasil per Plot Akibat Frekuensi Penyiraman. Perbedaan Varietas dan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata kg v 1 x 1 15,90 17,30 15,50 48,70 16,23 x 2 11,90 13,20 12,90 38,00 12,67 x 3 8,70 8,70 9,30 26,70 8,90 v 2 x 1 14,50 14,30 14,00 42,80 14,27 x 2 11,20 11,20 10,40 32,80 10,93 x 3 8,40 7,70 8,10 24,20 8,07 v 3 x 1 12,40 11,10 11,90 35,40 11,80 x 2 9,40 8,80 9,80 28,00 9,33 x 3 7,90 7,10 7,80 22,80 7,60 Jumlah 100,30 99,40 99,70 299,40 99,80 Rata-rata 11,14 11,04 11,08 33,27 11,09 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 37. Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,0479 0,0240 0,0308 6,94 Varietas (V) 2 41, , ,4323 * 6,94 Galat (V) 4 3,1101 0,7775 Frekuensi * 2 157, , ,2543 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 7,7807 1,9452 9,9667 * 3,26 Galat (X) 12 2,3420 0,1952 Non Aditif 1 0,9203 0,9203 7,1202 4,84 Sisa 11 1,4217 0,1292 Total ,7878 KK (b)= 3,98% KK (a)= 7,95% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 4,18< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

99 79 Lampiran 38. Data Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas Penyiraman (Transformasi ). dan Frekuensi Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata kg v 1 x 1 3,99 4,15 3,93 12,07 4,02 x 2 3,45 3,63 3,59 10,67 3,56 x 3 2,95 2,95 3,05 8,95 2,98 v 2 x 1 3,81 3,78 3,74 11,33 3,78 x 2 3,34 3,34 3,22 9,90 3,30 x 3 2,89 2,77 2,84 8,50 2,83 v 3 x 1 3,52 3,33 3,45 10,30 3,43 x 2 3,06 2,96 3,13 9,15 3,05 x 3 2,81 2,66 2,79 8,26 2,75 Jumlah 29,82 29,57 29,74 89,13 29,71 Rata-rata 3,31 3,29 3,30 9,90 3,30 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 39. Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0030 0,0015 0,0895 Varietas (V) 2 0,8776 0, ,9739 Galat (V) 4 0,0676 0,0169 Frekuensi Penyiraman (X) 2 3,5379 1, ,9723 Interaksi (Vx X) 4 0,1154 0,0289 7,5369 Galat (X) 12 0,0459 0,0038 Total 26 4,6474 * * * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

100 Lampiran 40. Hasil Pengamatan Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata gram v 1 x 1 99,22 99,35 96,88 295,45 98,48 x 2 91,46 90,80 95,80 278,06 92,69 x 3 83,47 80,10 82,32 245,89 81,96 v 2 x 1 98,78 97,30 96,46 292,54 97,51 x 2 93,88 82,46 87,51 263,85 87,95 x 3 80,73 83,98 81,99 246,70 82,23 v 3 x 1 96,95 86,68 90,40 274,03 91,34 x 2 89,26 84,27 90,97 264,50 88,17 x 3 76,67 79,95 91,79 248,41 82,80 Jumlah 810,42 784,89 814, ,43 803,12 Rata-rata 90,04 87,21 90,46 267,71 89,24 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 41. Analisis Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 56, ,1953 2,3613 6,94 Varietas (V) 2 58, ,2439 2,4491 6,94 Galat (V) 4 47, ,9406 Frekuensi * 2 815, , ,5979 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 75, ,8763 1,1388 3,26 Galat (X) , ,5758 Non Aditif 1 4,1586 4,1586 0,2349 4,84 Sisa , ,7046 Total ,5156 KK (b)= 4,56% KK (a)= 3,87% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 86,67< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen) 80

101 81 Lampiran 42. Data Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata gram v 1 x 1 9,96 9,97 9,84 29,77 9,92 x 2 9,56 9,53 9,79 28,88 9,63 x 3 9,14 8,95 9,07 27,16 9,05 v 2 x 1 9,93 9,86 9,82 29,61 9,87 x 2 9,69 9,08 9,35 28,12 9,37 x 3 8,98 9,16 9,06 27,20 9,07 v 3 x 1 9,85 9,31 9,51 28,66 9,55 x 2 9,45 9,18 9,54 28,17 9,39 x 3 8,76 8,94 9,58 27,28 9,09 Jumlah 85,31 83,98 85,55 254,85 84,95 Rata-rata 9,48 9,33 9,51 28,32 9,44 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 43. Analisis Ragam Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,1611 0,0805 2,3629 Varietas (V) 2 0,1611 0,0805 2,3629 Galat (V) 4 0,1363 0,0341 Frekuensi Penyiraman (X) 2 2,2974 1, ,1443 Interaksi (Vx X) 4 0,2025 0,0506 1,0642 Galat (X) 12 0,5709 0,0476 Total 26 3,5293 * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

102 82 Lampiran 44. Hasil Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata gram v 1 x 1 1,11 1,60 2,04 4,75 1,58 x 2 1,24 1,04 1,05 3,32 1,10 x 3 0,91 0,86 1,08 2,85 0,95 v 2 x 1 2,03 1,76 1,87 5,66 1,88 x 2 1,53 1,30 0,88 3,71 1,23 x 3 1,55 0,71 0,82 3,08 1,02 v 3 x 1 2,68 2,54 1,10 6,32 2,11 x 2 1,31 1,05 0,97 3,33 1,11 x 3 1,02 0,72 0,93 2,67 0,89 Jumlah 13,38 11,58 10,74 35,69 11,88 Rata-rata 1,48 1,28 1,19 3,96 1,32 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 45. Analisis Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,3984 0,1992 0,8788 6,94 Varietas (V) 2 0,1606 0,0803 0,3543 6,94 Galat (V) 4 0,9067 0,2267 Frekuensi * 2 4,0622 2, ,3986 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 0,3234 0,0809 0,6528 3,26 Galat (X) 12 1,4863 0,1239 Non Aditif 1 0,0933 0,0933 0,7370 4,84 Sisa 11 1,3930 0,1266 Total 26 7,3376 KK (b)= 26,71% KK (a)= 36,13% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 31,65< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

103 83 Lampiran 46. Data Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata gram v 1 x 1 1,05 1,26 1,43 3,74 1,25 x 2 1,11 1,02 1,02 3,15 1,05 x 3 0,95 0,93 1,03 2,91 0,97 v 2 x 1 1,42 1,32 1,37 4,11 1,37 x 2 1,24 1,14 0,94 3,32 1,10 x 3 1,24 0,84 0,91 2,99 0,99 v 3 x 1 1,64 1,59 1,05 4,28 1,43 x 2 1,14 1,03 0,99 3,16 1,05 x 3 1,01 0,85 0,96 2,82 0,94 Jumlah 10,80 9,98 9,70 30,48 10,15 Rata-rata 1,20 1,11 1,08 3,38 1,13 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 47. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0741 0,0371 0,9835 Varietas (V) 2 0,0218 0,0109 0,2895 Galat (V) 4 0,1507 0,0377 Frekuensi Penyiraman (X) 2 0,6957 0, ,0598 Interaksi (Vx X) 4 0,0399 0,0100 0,4891 Galat (X) 12 0,2447 0,0204 Total 26 1,2269 * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

104 84 Lampiran 48. Hasil Pengamatan Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata ton v 1 x 1 33,00 36,00 30,00 99,00 33,00 x 2 23,00 25,00 23,00 71,00 23,67 x 3 14,00 13,00 15,00 42,00 14,00 v 2 x 1 28,00 29,00 29,00 86,00 28,67 x 2 19,00 22,00 21,00 62,00 20,67 x 3 14,00 14,00 15,00 43,00 14,33 v 3 x 1 26,00 21,00 23,00 70,00 23,33 x 2 19,00 16,00 20,00 55,00 18,33 x 3 14,00 13,00 14,00 41,00 13,67 Jumlah 190,00 189,00 190,00 569,00 189,67 Rata-rata 21,11 21,00 21,11 63,22 21,07 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 49. Analisis Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok 2 0,0738 0,0369 0,0060 6,94 Varietas (V) 2 117, ,9258 9,5842 * 6,94 Galat (V) 4 24,5929 6,1482 Frekuensi * 2 924, , ,4529 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 66, ,5927 7,6582 * 3,26 Galat (X) 12 26,0000 2,1667 Non Aditif 1 12, , ,9987 * 4,84 Sisa 11 13,0008 1,1819 Total ,8516 KK (b)= 6,98% KK (a)= 11,77% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 65,45< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

105 85 Lampiran 50. Data Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata ton v 1 x 1 5,75 6,00 5,48 17,23 5,74 x 2 4,80 5,00 4,80 14,60 4,86 x 3 3,74 3,61 3,87 11,22 3,74 v 2 x 1 5,29 5,39 5,39 16,07 5,35 x 2 4,36 4,69 4,58 13,63 4,54 x 3 3,74 3,74 3,87 11,35 3,79 v 3 x 1 5,10 4,58 4,80 14,48 4,83 x 2 4,36 4,00 4,47 12,83 4,28 x 3 3,74 3,61 3,74 11,09 3,70 Jumlah 40,88 40,62 41,00 122,50 40,83 Rata-rata 4,54 4,51 4,56 13,61 4,54 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 51. Analisis Ragam Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0087 0,0043 0,0659 Varietas (V) 2 1,2024 0,6012 9,1310 Galat (V) 4 0,2634 0,0658 Frekuensi Penyiraman (X) 2 11,0442 5, ,8801 Interaksi (Vx X) 4 0,5927 0,1482 6,5712 Galat (X) 12 0,2706 0,0226 Total 26 13,3820 * * * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

106 86 Lampiran 52. Hasil Pengamatan Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata v 1 x 1 89,78 62,28 47,49 199,55 66,52 x 2 74,05 87,30 91,67 253,02 84,34 x 3 91,71 93,13 76,57 261,41 87,14 v 2 x 1 48,77 55,44 51,72 155,93 51,98 x 2 61,35 63,67 99,43 224,45 74,82 x 3 55,51 119,12 99,98 274,61 91,54 v 3 x 1 36,17 34,12 82,18 152,47 50,82 x 2 68,39 80,22 93,78 242,39 80,80 x 3 75,16 111,03 99,23 285,42 95,14 Jumlah 600,89 706,31 742, ,25 683,08 Rata-rata 66,77 78,48 82,45 227,69 75,90 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 53. Analisis Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel F Hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% Kelompok , ,4480 1,1881 6,94 Varietas (V) 2 194, ,3021 0,1932 6,94 Galat (V) , ,6979 Frekuensi * , ,5869 9,5326 Penyiraman (X) 3,89 Interaksi (V x X) 4 499, ,9539 0,4190 3,26 Galat (X) , ,1953 Non Aditif 1 214, ,1383 0,7002 4,84 Sisa , ,8369 Total ,6251 KK (b)= 22,75% KK (a)= 29,57% * Keterangan : = berbeda nyata 5% = tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman Uji homogenitas : 2 Hitung = 122,89< 2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

107 87 Lampiran 54. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata v 1 x 1 1,95 1,79 1,68 5,42 1,81 x 2 1,87 1,94 1,96 5,77 1,92 x 3 1,96 1,97 1,88 5,81 1,94 v 2 x 1 1,69 1,74 1,71 5,14 1,72 x 2 1,79 1,80 2,00 5,59 1,86 x 3 1,74 2,08 2,00 5,82 1,94 v 3 x 1 1,56 1,53 1,92 5,01 1,67 x 2 1,84 1,90 1,97 5,71 1,90 x 3 1,88 2,05 2,00 5,93 1,97 Jumlah 16,28 16,80 17,12 50,20 16,73 Rata-rata 1,81 1,87 1,90 5,58 1,86 Keterangan: v 1 : Varietas Mercy F1 v 2 : Varietas Sukoi v 3 : Varietas Manora F1 x 1 : Penyiraman 1 hari sekali x 2 : Penyiraman 2 hari sekali : Penyiraman 3 hari sekali x 3 Lampiran 55. Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi ). Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Kelompok 2 0,0406 0,0203 0,9865 Varietas (V) 2 0,0132 0,0066 0,3203 Galat (V) 4 0,0823 0,0206 Frekuensi Penyiraman (X) 2 0,2364 0, ,9199 Interaksi (Vx X) 4 0,0250 0,0063 0,5780 Galat (X) 12 0,1299 0,0108 Total 26 0,5273 * F Tabel 5% 6,94 6,94 3,89 3,26

108 88 Gambar 4. Tata Letak Percobaan Ulangan 70 cm I II III x 2 x 1 x 1 v 1 x 1 v 2 x 3 v 3 x 2 40 cm U x 3 x 2 x 3 x 2 x 1 x 3 v 3 x 3 x 3 v 1 v 2 x 2 x 1 x 2 x 1 x 2 x 3 x 3 v 2 x 1 v 3 v 1 x 1 x 2 x 3 x 2 x 1 60 cm 35 cm 20 cm 165 cm Keterangan: Petak utama (v) dan anak petak (x). v 1 = Varietas Mercy F1 v 2 = Varietas Sukoi v 3 = Varietas Manora F1 x 1 = Penyiraman 1 hari sekali x 2 = Penyiraman 2 hari sekali x 3 = Penyiraman 3 hari sekali = petak utama = Anak petak

109 89 Gambar 5. Susunan tanaman mentimun dalam satu petak percobaan X X X X X 60 cm 10 cm 10 cm X X X X X 165 cm Keterangan : X : Tanaman Mentimun x : polybag x : tanaman sampel x : sampel bobot tajuk kering Ukuran polybag : diameter 25, tinggi 30 cm Jarak antar barisan polybag : 10 cm Jarak dalam barisan polybag : 10 cm Jumlah tanaman per petak : 10 tanaman

110 90 Gambar 6. Mentimun varietas Mercy F1 Gambar 7. Mentimun varietas Sukoi

111 91 Gambar 8. Mentimun varietas Manora F1 Gambar 9. Pengisian Polybag

112 92 Gambar 10. Penimbangan media Tanam Gambar 11. Pembuatan Naungan

113 93 Gambar 12. Penyusunan Media Tanam Polybag Gambar 13. Sampel Tanah Lapang

114 94 Gambar 14. Pengovenan sampel tanah Gambar 15. Berat setelah penjenuhan

115 95 Gambar 16. Volume Penyiraman Gambar 17. Penanaman

116 96 Gambar 18. Penyiangan/Pencabutan Gulma Gambar 19. Pemasangan Turus Bambu

117 97 Gambar 20. Penugalan Gambar 21. Pemupukan

118 98 Gambar 22. Penyiraman Gambar 23. Pengamatan Panjang Tanaman

119 99 Gambar 24. Pengamatan Jumlah Daun dan Cabang Gambar 25. Panen

120 100 Gambar 26. Buah Mentimun Gambar 27. Pengamatan Bobot Buah timun

121 101 Gambar 28. Pengamatan Panjang Buah Mentimun Gambar 29. Pengamatan Diameter Buah Mentimun

122 Gambar 30. Pengamatan Berat Tajuk dan Akar kering 102

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN (Skripsi) Oleh YOYON TRI WIJAYA NPM 12110081 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016 i ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM :

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : 12110055 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Mentimun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Mentimun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Mentimun Tanaman mentimun termasuk ke dalam jenis tanaman sayuran buah semusim atau berumur pendek. Tanaman tersebut menjalar atau memanjat dengan menggunakan alat panjat

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2012. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi Oleh WIDODO LUKI SAPUTRO SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai pada Bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci