BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Dalam Bab IV ini akan diuraikan deskripsi dan pembahasan hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Dalam Bab IV ini akan diuraikan deskripsi dan pembahasan hasil"

Transkripsi

1 93 BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam Bab IV ini akan diuraikan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian. Uraian dalam deskripsi hasil penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah, yang kemudian dibahas sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Profil Desa Campakamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat Desa Campakamekar merupakan suatu desa yang lahir dari pemekaran desa lain yaitu Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini mulai memekarkan diri tepatnya pada tanggal 23 Februari Sebagai desa hasil pemekaran, Campakamekar memiliki luas wilayah yang relatif sempit yaitu sekitar Ha, serta memiliki ketinggian sekitar 575 m dari permukaan laut. Dari hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh pemerintahan, Desa Campakamekar tercatat dihuni oleh sekitar jiwa, dengan rasio jumlah penduduk laki-laki jiwa, jumlah penduduk perempuan jiwa, dan jumlah kepala keluarga (KK) 2.913, dimana sekitar 144 kepala keluarga (KK) perempuan yang menjadi kepala keluarga, serta kepadatan penduduk per km 2 sebanyak 40 jiwa/km 2. Status sosial masyarakat terdiri dari masyarakat menengah kebawah sebanyak 80% serta menengah keatas 20%.

2 94 Desa Campakamekar sejak tahun 1995 tercatat sebagai salah satu desa yang masuk kategori desa tertinggal (IDT). Salah satu aspek yang melatarbelakanginya adalah faktor kualitas sumber daya manusia (SDM) serta pendapatan per kapita (PCI) masyarakatnya sangat rendah. Data tersebut dapat digambarkan melalui tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Data Kuantitatif Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Perkapita Masyarakat Desa Campakamekar Tahun 2006 Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Pendapatan Rata-rata Perbulan Persentase (%) Buruh tani 1078 Jiwa Rp ,89 % Petani 572 Jiwa Rp ,25 % Pedagang/Wiraswasta/ 1361 Jiwa Rp ,48 % Pengusaha Pengrajin 16 Jiwa Rp ,15 % PNS 79 Jiwa Rp ,72 % TNI/Polri 34 Jiwa Rp ,31 % Penjahit 48 Jiwa Rp ,44 % Montir 14 Jiwa Rp ,13 % Sopir 240 Jiwa Rp ,20 % Pramuwisma 42 Jiwa Rp ,39 % Karyawan Swasta 610 Jiwa Rp ,60 % Kontraktor 0 Jiwa - 0 % Tukang kayu 120 Jiwa Rp ,10 % Tukang batu 25 Jiwa Rp ,23 % Guru Swasta 33 Jiwa Rp ,30 % Pensiunan 161 Jiwa Rp ,48 % Tidak bekerja 6469 Jiwa - 59,3 % JUMLAH Jiwa Rp % (Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Campakamekar Tahun 2006) Secara umum, merujuk pada data kuantitatif di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Campakamekar mayoritas miskin dan pendapatan

3 95 perkapitanya pun rendah. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan data hasil sensus tahun 2006 di bawah ini. Tabel 4.2 Data Jumlah Warga Miskin dan Indikator Keluarga Miskin di Desa Campakamekar Tahun 2006 Jumlah Kepala Keluarga 2913 keluarga Jumlah Keluarga Prasejahtera 649 keluarga Jumlah Keluarga Sejahtera keluarga Jumlah Keluarga Sejahtera keluarga Jumlah Keluarga Sejahtera keluarga Jumlah Keluarga Sejahtera 3 plus 1 keluarga (Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Campakamekar Tahun 2006) Tabel 4.3 Data Indikator Keluarga Miskin Desa Campakamekar Tahun 2006 Jumlah keluarga 2913 kepala keluarga Jumlah jiwa dalam keluarga 6 orang Frekuensi anggota keluarga < 2 kali sehari 25 kepala keluarga Paling kurang sekali seminggu keluarga tidak makan 60 kepala keluarga daging/telur/tahu Setahun sekali keluarga tidak mampu membeli satu 120 kepala keluarga stel pakaian baru Bagian terluas lantai rumah dari tanah 21 kepala keluarga Jumlah anggota keluarga usia 7-15 tahun tidak 53 kepala keluarga sekolah karena alasan ekonomi Anggota keluarga sakit tidak mampu berobat ke 35 kepala keluarga sarana pelayanan kesehatan dasar PUS Ber-KB 1994 kepala keluarga PUS tidak Ber-KB 790 kepala keluarga (Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Campakamekar Tahun 2006) Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Campakamekar relatif bagus, dimana tercatat jumlah penduduk buta huruf sekitar 86 jiwa, jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat sekitar 1871 jiwa, jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat sekitar 1310 jiwa, jumlah penduduk tamat Sarjana (S1) sekitar 43 jiwa, serta Master (S2) sekitar 23 orang. Sementara itu, program wajib belajar 9 tahun tercatat diikuti oleh sekitar 1554 jiwa penduduk usia 7-15 usia sekolah dasar (SD), 1497 jiwa penduduk usia 7-15 usia sekolah dasar (SD) yang masih sekolah, 57

4 96 jiwa penduduk usia 7-15 usia sekolah dasar (SD) yang tidak sekolah. Kesimpulan di atas diperkuat dengan tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Data Kuantitatif Tentang Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Campakamekar Tahun 2007 No Uraian Jumlah Persentase (%) 1 Belum sekolah 525 jiwa 3,69 % 2 Jumlah penduduk buta huruf 32 jiwa 0,22 % 3 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 16 jiwa 0,11 % 4 Pernah sekolah SD/sederajat tetapi tidak tamat 86 jiwa 0,60 % 5 Jumlah penduduk tamat SD/sederajat 6118 jiwa 43 % 6 Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat 1871 jiwa 13,10 % 7 Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat 1017 jiwa 7,15 % 8 Jumlah penduduk tamat D-1 45 jiwa 0,31 % 9 Jumlah penduduk tamat D-2 29 jiwa 0,20 % 10 Jumlah penduduk tamat D-3 50 jiwa 0,35 % 11 Jumlah penduduk tamat S-1 43 jiwa 0,30 % 12 Jumlah penduduk tamat S-2 23 jiwa 0,16 % 13 Jumlah penduduk tamat S-3 - jiwa 0 % 14 Jumlah penduduk tamat SD/sederajat yang melanjutkan 86 jiwa 0,60 % ke SLTP/sederajat 15 Jumlah penduduk tamat SD/sederajat yang bekerja 27 jiwa 0,18 % 16 Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat yang 63 jiwa 0,44 % melanjutkan ke SLTA/sederajat 17 Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat yang 60 jiwa 0,42 % melanjutkan bekerja 18 Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat yang 23 jiwa 0,16 % melanjutkan ke Perguruan Tinggi 19 Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat yang bekerja 47 jiwa 0,33 % 20 Jumlah penduduk usia tahun yang tidak sekolah 394 jiwa 2,77 % 21 Jumlah penduduk usia tahun yang masih sekolah 103 jiwa 0,72 % 22 Jumlah penduduk usia tahun putus sekolah 114 jiwa 0,80 % 23 Wajib belajar 9 tahun 1106 jiwa 7,77 % 24 Jumlah penduduk usia 7-12 tahun 342 jiwa 2,40 % 25 Jumlah penduduk usia 7-12 tahun masih sekolah 1097 jiwa 7,71 % 26 Jumlah penduduk usia 7-12 tahun putus sekolah 9 jiwa 0,06 % 27 Jumlah penduduk usia tahun 448 jiwa 3,15 % 28 Jumlah penduduk usia tahun masih sekolah 391 jiwa 2,74 % 29 Jumlah penduduk usia tahun putus sekolah 57 jiwa 0,40 % JUMLAH jiwa 100 % (Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Campakamekar Tahun 2007) Pemeluk agama di Desa Campakamekar mayoritas Muslim, dengan jumlah mencapai jiwa, selanjutnya Kristen Protestan 53 jiwa, Katolik 4

5 97 jiwa, Hindu 2 jiwa, Budha 1 jiwa, serta Kepercayaan 20 jiwa. Sementara itu, jumlah prasarana peribadahan dapat dilihat dari di bawah ini. Tabel 4.5 Data Jumlah Prasarana Peribadahan Desa Campakamekar Jenis rumah Jumlah Kondisi ibadah Baik Rusak Masjid 24 Buah 17 Buah (70,83 %) 7 Buah (29,17 %) Langgar 34 Buah 24 Buah (70,59 %) 10 Buah (29,41 %) Gereja Protestan 2 Buah 1 Buah (50 %) 1 Buah (50 %) Gereja Katholik Wihara Pura (Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Campakamekar Tahun 2006) Dari data di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Campakamekar beragama Islam. Akan tetapi, rumah ibadah non Islam masih ada dan berdiri di Desa Campakamekar. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dan sikap menerima warga masyarakat Muslim terhadap keberadaan rumah ibadah non Islam di Desa Campakamekar serta longgarnya birokrasi dari aparatur Desa Campakamekar. Desa Campakamekar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara Desa Sadangmekar, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. 2. Sebelah Selatan Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Sebelah Barat Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. 4. Sebelah Timur Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Orbitrasi Desa Campakamekar dari berbagai pusat-pusat pemerintahan: a. Jarak Desa Campakamekar ke Pusat Pemerintahan Kecamatan Padalarang: 7 km. b. Jarak Desa Campakamekar ke Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat: 5 km. c. Jarak Desa Campakamekar ke Ibu Kota Kabupaten Bandung Barat: 5 km. d. Jarak Desa Campakamekar ke Ibu Kota Provinsi Jawa Barat: 35 km.

6 98 e. Jarak Desa Campakamekar ke Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia: 125 km. f. Jarak Desa Campakamekar ke Pusat Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia: 145 km. Desa Campakamekar juga memiliki lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat sebagai mitra kerja pemerintahan desa. Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut diantaranya: 1. PKK. 2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). 3. Majelis Ulama Indonesia (MUI). 4. Perlindungan Masyarakat (LINMAS). 5. Karang Taruna. 6. Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Desa Campakamekar dalam perkembangannya sejak dimekarkan hingga saat ini telah mempunyai pembantu Kepala Desa sebanyak 24 RW dan 69 RT yang mengelola 4 dusun. Sementara itu, kepemimpinan Kepala Desa sudah mengalami 4 kali pergantian kepemimpinan diantaranya sebagai berikut: 1. Bapak Aning Kurna sebagai Kepala Desa ke 1 2. Bapak Momo Satyan Iskandar sebagai Kepala Desa ke 2 3. Bapak Ujang Sukanda sebagai Kepala Desa ke 3 4. Bapak Yudi Suhaedi sebagai Kepala Desa ke 4 Sementara itu, untuk mempermudah koordinasi dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa dan staf pemerintah Desa Campakamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat membuat struktur organisasi yang di patenkan dalam peraturan desa (Perdes) No 1 Tahun 2001 sebagai berikut:

7 99 Bagan 4.6 Struktur Organigram Pemerintahan Desa Campakamekar KEPALA DESA SEKRETARIS KAUR KAUR KAUR KAUR KEPALA DUSUN (Sumber: Struktur Organigram Pemerintahan Desa Campakamekar Tahun 2001) b. Profil Gereja Kasih Kristus Indonesia (GKKI) 1. Visi dan Misi Gereja Kasih Kristus Indonesia (GKKI) Desa Campakamekar GKKI memiliki visi ingin mewujudkan, memperlihatkan serta memberikan kasih Tuhan melalui jalan menolong sesama manusia untuk membangun keimanan dan ketaqwaan seluruh pemeluk agama, dengan tidak membeda-bedakan agama di Desa Campakamekar. Sedangkan misi GKKI adalah sebagai berikut: 1. Kasih perlihatkan melalui dana (materi), pikiran serta ilmu kepada masyarakat. 2. Menerangi yang gelap dan memberikan penerangan. 3. Perlindungan dan perdamaian yang maksimal dalam genggaman Yesus Kristus. 4. Membangun dan memperkuat keimanan masyarakat, tanpa membeda-bedakan agama yang dipeluknya. 5. Mengembangkan gereja yang baik, bersih dan efisien, agar menjadi contoh gereja-gereja otonom lainnya.

8 Mengembangkan solidaritas sosial yang mantap, tanpa membeda-bedakan agama. 2. Struktur Organisasi (GKKI) Sejak berdiri tahun 1984, GKKI adalah gereja yang otonom (mandiri) yang tidak menginduk kepada gereja induk manapun. Tetapi pada saat dilaksanakan penelitian, GKKI sedang mencari dan merubah statusnya menjadi legal formal dengan meminta bantuan Dewan Gereja Indonesia (DGI) untuk meminta status hukum gereja menjadi jelas dan legal. Secara yuridis, GKKI merupakan gereja yang ilegal status hukumnya. Itulah yang menjadi alasan mereka meminta bantuan kepada DGI, selain mencegah gejolak ormas-ormas Islam yang berasal dari luar Desa Campakamekar yang menuntut agar gereja ditutup. Saat ini, GKKI memiliki staf/badan pelaksana harian sebanyak 14 orang dan anggota perhimpunan sebanyak 5 orang. Untuk melaksanakan aktivitasnya, GKKI Persekutan Rasul didukung oleh para badan pelaksana harian yang memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai serta berdedikasi tinggi. Staf/badan tersebut bergerak dalam beberapa bidang atau wadah antara lain badan penyiaran agama, badan logistik, badan kesehatan masyarakat serta badan pendidikan orang tua asuh. Dalam melaksanakan tugasnya, staf/badan ini berada di bawah pengawasan dan harus bertangung jawab kepada ketua GKKI yaitu Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. GKKI dibidani dan akan dibesarkan dengan prinsip Berdikari dan otonomi. Oleh karena itu, GKKI tidak melakukan rekrutmen staf secara

9 101 kontinyu, yang justru dikembangkan adalah rekrutmen anggota atau staf kerja asli keluarga dan anak-anak angkat serta istri Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Hal ini didasari oleh faktor dedikasi dan tanggung jawab, guna menciptakan militansi kerja yang optimal hasil rekrutmen internal keluarga tadi. Adapun staf GKKI Desa Campakamekar adalah sebagai berikut: Gembala Sidang Majelis Sidang : Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda : Adrianus Badan Pembina Ketua Wakil Ketua Sekertaris Bendahara : Pendeta Martinus : Adrianus : Safrudin.M : Mamih Yusac Ahmad Supanda Badan Pengurus Ketua Sekertaris Bendahara : R. Simangunsong : Bobby. R.Z : Mamih Yusac Ahmad Supanda Staf dan Badan Penyiaran Agama Ketua Sekertaris Bendahara : Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda : Bobby. RZ : Mamih Yusac Ahmad Supanda Staf dan Badan Logistik Ketua : Setyo. A.G

10 102 Sekertaris Bendahara : Aldi.W : Mamih Yusac Ahmad Supanda Badan Kesehatan Masyarakat Ketua Sekertaris Bendahara : Ian Rafael : Gheo Martulesy : Mamih Yusac Ahmad Supanda Badan Pendidikan Orang Tua Asuh Ketua Sekertaris Bendahara : Adrianus : Sabrina. S.Pd : Mamih Yusac Ahmad Supanda Bagan 4.7 Struktur Organisasi Gereja Kasih Kristus Indonesia Desa Campakamekar Gembala Sidang Badan Pembina Badan Pengurus Staf dan Badan Penyiaran Agama Staf dan Badan Logistik Badan Kesehatan Masyarakat Badan Pendidikan Orang Tua Asuh Majelis Sidang

11 Deskripsi Hasil Wawancara Perolehan data untuk melengkapi hasil penelitian dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada beberapa subjek penelitian mengenai sikap dan perilaku mereka terhadap keberaadaan gereja di Desa Campakamekar, hasil wawancara tersebut digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Wawancara No. Responden Jabatan Pandangan Indikator sikap dan perilaku 1. H. Haryono (HR). 2. Ustadz H. Rahmat (RH), Ustadz Jejen (JJ), Ustadz Umuh (UM), Ustadz Dudu (DD). M, Ustadz Engkos (EK), Ustadz Dadang (DG) serta Ustadz Asep Yusuf (AY). 3. Bapak Djuanda Suherman (DH), Bapak Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Campakamekar Tokoh Masyarakat Muslim (ulama) Desa Campakamekar Tidak setuju, keberadaan gereja karena pendiriannya tidak memperhatikan peraturan hukum berlaku. yang Setuju, karena dinilai menguntungkan masyarakat dari sisi ekonomi, Tokoh Masyarakat Tidak setuju, karena berdiri di tengahtengah Menggalakan program kerja yang bertujuan untuk membendung pengaruh negatif contoh membangun masjid mengelilingi gereja. gereja. Mendukung pendirianya bersama-sama dengan pembangunan Masjid ikut mendukung kegiatankegiatan kerohanian gereja. serta Melakukan kontol sosial terhadap pihak gereja agar

12 104 Asep Dedy (AD), Bapak Aep Safrudin (AS), Bapak Sahril (SH), Bapak Ujang Sukanda (US). 4. Yudi Suhaedi (YS). 5. Ibu Hj.Neni (NN), Bapak H. Dadi (DI), serta Bapak Djamal Kurnaedi (DJ). Kepala Campakamekar Desa Perangkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padalarang. 6. H. Didi (DF). Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Padalarang 7. Misbah (MB). Camat Kecamatan Padalarang 8. Ayi Sugandi (AS). masyarakat muslim dan pendirianya tidak mewakili keperluan nyata dimasyarakat. Setuju, karena posisi beliau harus netral sebagai seorang pemimpin dan bersikap toleran. Tidak setuju, karena pendirianya melanggar hukum dan dapat menciptakan konflik dalam masyarakat. Tidak setuju, karena dinilai tidak sehat dalam konteks kehidupan umat beragama. Tidak setuju karena dapat menciptakan konflik antar umat beragama dalam masyarakat. Kasitrantib Tidak setuju karena tidak tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat. Mengijinkan kegiatankegiatan sosial gereja diselenggarakan di balai desa. Melakukan inspeksi atau pemeriksaan surat-surat kelengkapan gereja dan menutup gereja untuk sementara, sebelum administarsinya lengkap. Bersama-sama KUA kecamatan Padalarang melakukan pemeriksaan administrasi gereja. Bersama-sama KUA, MUI kecamatan Padalarang melakukan pemeriksaan administrasi gereja. Bergabung dengan

13 Evi Hendriyana. Perwakilan Gerakan Ormas Islam. tertib administratif pendirian gereja tersebut. Tidak setuju, pendirianya ditengah-tengah masyarakat muslim. Kapolsek membentuk tim investigasi dalam mengonntrol keberadaan gereja tersebut. Melakukan protes dan mencoba mengahncurkan gereja tersebut. Peneliti mencoba mendeskripsikan hasil wawancara dengan para subjek penelitian tersebut, berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Sikap dan Perilaku Masyarakat Muslim (Ulama) terhadap Keberadaan Gereja GKKI di Desa Campakamekar Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan (AD, AS, YS, DI, SH, AY, JJ, UM, DD, EK, DG, dan AY, terungkap bahwa sikap dan perilaku tokoh masyarakat Muslim (ulama) terhadap keberadaan gereja di Desa Campakamekar adalah sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat Muslim (ulama) setempat tidak mempermasalahkan keberadaan gereja di lingkungan Desa Campakamekar, dengan alasan tidak merugikan dan mengganggu keamanan, kegiatan peribadahan umat Islam serta menguntungkan masyarakat dari sisi ekonomi. 2. Secara pribadi, seluruh ulama Desa Campakamekar bersikap membiarkan keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar dan membiarkan proses peribadahan umat Kristiani berlangsung. Akan tetapi, jika menyimpang atau

14 106 membahayakan masyarakat Muslim, mereka akan ditindak oleh para ulama Desa Campakamekar. 3. Para ulama setempat lebih memilih berceramah dan berdakwah kepada masyarakat Desa Campakamekar agar senantiasa menjaga kerukunan umat beragama serta menjaga kemurnian aqidah para umatnya daripada bersikap dan bertindak anarkis menghancurkan gereja tersebut. 4. Ketika Hari Natal dan Misa kebaktian di gereja, para ulama setempat datang ke gereja dan mereka ikut mendengarkan ceramah yang dilakukan oleh Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Para tokoh Islam datang dengan alasan menghormati undangan dari sang pendeta yang baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap mereka dan masyarakat dan mengembangkan prinsip toleransi antar umat beragama. 5. Ketika ada desakan dari gerakan ormas Islam antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam, Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI) untuk menghancurkan dan menutup GKKI, tokoh Islam setempat berada dibarisan depan untuk menghalangi penghancuran, dengan alasan kondusifitas lingkungan dan keberadaan gerejapun tidak merugikan serta tidak berkembang apalagi membahayakan umat Islam setempat bahkan cenderung menguntungkan masyarakat dari segi ekonomi. 6. Sikap dan perilaku ulama setempat tidak berani menutup keberadaan GKKI, karena gereja sudah ada sebelum mereka membangun masjid dan sebelum para tokoh Islam tersebut datang untuk berdakwah di Desa Campakamekar.

15 Kelemahan yang menjadi dasar sikap dan perilaku diam para ulama setempat terhadap keberadaan gereja ilegal tersebut adalah masalah kepercayaan masyarakat setempat yang tidak simpatik terhadap para ulama setempat. Hal ini mengakibatkan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap para ulama setempat. Puncak dari krisis kepercayaan tersebut, ulama menjadi acuh (apriori) terhadap keberadaan gereja di Desa Campakamekar. 8. Selain itu, ada perjanjian yang melibatkan antara keluarga besar pimpinan gereja dengan para pimpinan ormas Islam antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam, Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI). Hasil perjanjian tersebut mencapai suatu kesepakatan bahwa apabila pimpinan gereja meninggal, maka gereja akan ditutup. Dengan hasil perjanjian tersebut, sikap para ulama Islam setempat menerima dengan lapang dada dan akan menunggu sampai beliau meninggal, untuk kemudian gereja akan ditutup. 9. Para ulama setempat sering datang ke gereja untuk menghadiri hari-hari besar umat Kristiani jika diundang oleh pimpinan gereja dengan alasan menghormati pemeluk agama lain serta mengembangkan toleransi umat beragama di Desa Campakamekar. b. Bagaimanakah Latar Belakang Berdirinya GKKI Ditengah-tengah Masyarakat Muslim dan Mengapa Ulama Setempat Seolah-olah Melegalisasi Keberadaan Gereja Ilegal tersebut di Desa Campakamekar Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan (DD, US, SH, LN, dan AS), terungkap latar belakang berdirinya GKKI ditengah-tengah

16 108 masyarakat Muslim dan mengapa tokoh Islam setempat seolah-olah melegalisasi keberadaan gereja tersebut di Desa Campakamekar, sebagai berikut: Secara faktual, GKKI didirikan pada tanggal 12 November 1984 oleh seorang mantan ustadz yang berpindah agama menjadi Kristen Protestan. Menyebut nama GKKI, tidak lepas dari seorang pendeta teologis yang bernama Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Beliau begitu gencar melakukan penyiaran agama Kristen Protestan di Desa Campakamekar dan menyiarkan semua ajaran cinta kasih Nashrani kepada seluruh masyarakat dengan tidak membeda-bedakan perbedaan agama. Menurut pengakuan beliau, hal yang menjadi pendorong dirinya masuk agama Kristen Protestan adalah keinginan dari dalam dirinya untuk senantiasa menolong sesama manusia tanpa membeda-bedakan agama. Yang menjadi dasar beliau menolong masyarakat atau sesamanya dikarenakan perintah dari seorang maha gurunya yang bernama Pendeta Mathius Raweu, seorang Pendeta asal Papua. Beliau merupakan kawan lama Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda semasa berperang merebut kemerdekaan di daerah Semarang. Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda merupakan seorang veteran perang revolusi kemerdekaan. Beliau dibesarkan di lingkungan militer dan sudah menjadi prajurit pejuang kemerdekaan sejak tahun Awal mula beliau menyenangi ajaran kasih Nashrani adalah ketika beliau mendapatkan wahyu melalui mimpi. Dalam mimpinya tersebut, beliau melihat sesosok kakek tua yang mendatanginya dan kemudian memberikan sebuah salib dengan bertuliskan namanya dalam salib tersebut.

17 109 Semua keluarga beliau beragama Islam, bahkan beliau dibesarkan dengan ajaran Islam yang betul-betul kuat di daerah asalnya, yaitu Tasikmalaya. Beliau merupakan jebolan Pesantren Darussalam yang berada di daerah Ciamis. Hampir sekitar 8 tahun beliau mempelajari Islam sampai menjadi seorang mubaligh yang betul-betul memahami ajaran Islam. Rekan-rekan militernya sering menjuluki beliau sebagai seorang tentara pesantren. Setelah revolusi kemerdekaan berakhir tahun 1946, beliau mulai diangkat menjadi Kolonel dari kesatuannya, yaitu satuan brigade mobil (BRIMOB) sekitar tahun Di sela-sela kesibukannya sebagai petinggi BRIMOB, beliau masih terus berdakwah dengan menjadi narasumber atau khatib di masjid-masjid baik shalat Jum at maupun ceramah-ceramah atau pengajian di masyarakat. Tahun 1978, beliau pindah ke daerah Manokwari provinsi Papua untuk menjalankan tugas sebagai komando pasukan dalam mengamankan daerah Papua (Irian Barat) dari intervensi Australia. Hampir sekiatar 4 tahun beliau tinggal di Papua. Beliau merasa kagum dan simpatik ketika melihat ajaran Nashrani betulbetul dijalankan disana. Karena beliau seorang Muslim, ruang gerak beliau dalam menjalankan ibadah agak sedikit terhambat dan beliau merupakan kaum minoritas di sana. Akan tetapi, masyarakat Manokwari cukup toleran dan membiarkan beliau beribadah serta mendirikan langgar (masjid kecil) di sana. Tahun 1982, beliau pindah dan menetap sampai sekarang di Desa Campakamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat sekarang. Seiring dengan prestasinya yang berhasil mengamankan Irian barat (Papua) dari intervensi Australia, oleh atasannya beliau diberikan sejumlah uang sebesar 18

18 110 juta rupiah dan paket naik haji ke Mekah. Beliau berniat berangkat haji beserta sang istri tercinta Mamih Yusac Ahmad Supanda. Akan tetapi, kakek tua di mimpi beliau terus-menerus datang dan kembali datang dalam mimpinya agar meminta beliau untuk mengambil salib yang bertuliskan namanya di salib tersebut. Setelah kejadian tersebut, beliau memutuskan untuk tidak jadi pergi ke Mekah untuk naik haji dan memutuskan untuk menjadi seorang pendeta. Atasan beliau, Letjen Purnawirawan Santoso, marah dan berusaha menanyakan alasan mengapa beliau menjadi pendeta. Beliau memberikan alasan dan menjawab, hati saya tenteram berada di bawah genggaman Yesus. Atasannyapun mengerti dan menghormati keputusan beliau. Tidak lama setelah keputusannya untuk pindah agama, beliau mendirikan gereja di Desa Campakamekar tahun Awal mula gereja tersebut berdiri cukup unik, yaitu bermula dari persengketaan dua orang ustadz yang diakibatkan oleh proses pendirian masjid yang tidak kunjung selesai. Kedua Ustadz tersebut saling memfitnah, bahkan menjurus pada bentrok fisik menuduh satu sama lainnya mengambil (korupsi) uang hasil infak untuk pembangunan masjid. Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda mencoba menengahi dan mencari solusi penyelesaian masalah tersebut. Setelah berdialog dengan kedua ustadz tersebut, yaitu Ustadz Jejen dan Ustadz Undang yang merupakan tokoh Islam di Desa Campakamekar, dialog tersebut sampai pada suatu kesepakatan bahwa pendirian masjid diambil alih oleh Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Tidak lama kemudian masjid berdiri dimana seluruh dana pembangunannya ditanggung oleh beliau.

19 111 Beliau mencoba menawarkan kepada masyarakat dan ulama setempat, bagaimana jika saya (Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda) mendirikan gereja juga di Desa Campakamekar. Masyarakat dan ulama menyetujui rencana beliau untuk membangun gereja. Pihak gereja membangun gereja dengan dana swadaya sendiri hasil menjual sawah dan tanah milik Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Beliau mempunyai keyakinan bahwa untuk apa hidup kaya, banyak uang, serta rumah mewah apabila rumah ibadah (gereja) tidak dibangun. Orangorang yang demikian adalah orang-orang yang merugi dan munafik yang akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Sampai saat ini, gereja tersebut berdiri tanpa ada protes dari masyarakat dan tokoh Islam setempat, walaupun status hukum gereja tersebut ilegal dan melanggar peraturan yang berlaku. Dengan latar belakang demikian, didirikanlah Gereja Kasih Kristus Indonesia (GKKI). Sampai saat ini, masyarakat Muslim dan Kristen di Desa Campakamekar tetap hidup berdampingan dengan damai tanpa ada gejolak, bentrok serta konflik diantara satu sama lainnya. Adapun yang melakukan gerakan menutup gereja itu berasal dari ormas Islam dari luar Desa Campakamekar. Sejak berdiri tahun 1984, GKKI merupakan gereja yang otonom (mandiri) yang tidak menginduk kepada gereja induk manapun. Selain faktor dukungan masyarakat tersebut, berdirinya gereja juga dikarenakan oleh longgarnya kontrol dari para aparatur Desa Campakamekar pada masa kepemimimpinan Lurah Momo Satyan Iskandar mantan Kepala Desa ke-2 Desa Campakamekar. Selain itu, juga

20 112 dikarenakan oleh lemahnya mekanisme kontrol para tokoh Islam yang salah dalam menerapkan prinsip toleransi beragama di Desa Campakamekar. c. Bagaimana Reaksi (Respon) Para Ulama di Luar Wilayah Desa Campakamekar terhadap Keberadaan Gereja Ilegal tersebut Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan (YS, DK, JS, LN, HR, dan US), terungkap reaksi (respon) ulama di luar wilayah Desa Campakamekar terhadap keberadaan Gereja GKKI tersebut, sebagai berikut: Keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar mendapat desakan dari gerakan ormas Islam antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Bandung, untuk menghancurkan dan menutup GKKI. Gerakan ormas Islam tersebut berasal dari luar Desa Campakamekar. Ada beberapa hal yang mendorong mereka untuk bertindak dan ingin menutup kegiatan gereja, antara lain: 1. Status gereja secara hukum tidak ada izin formal yang diharuskan oleh peraturan hukum yang berlaku dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 (Tentang Pedoman Pendirian Rumah Ibadah serta Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama). 2. Daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan

21 113 tingkat batas wilayah belum terpenuhi, apalagi izin lingkungan masih diragukan keabsahannya. 3. Kegiatan gereja dianggap mengganggu ketertiban dan kerukunan umat beragama. 4. Menurut ormas Islam, Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda telah melakukan pelecehan agama. 5. GKKI dianggap melakukan bujukan dan rayuan materi kepada masyarakat yang sudah beragama Islam untuk berpindah ke agama Nashrani. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan bakti sosial seperti: a. Program pengobatan gratis pada masyarakat. b. GKKI setahun sekali mengadakan program sunatan masal. c. Program pemberian bea siswa kepada siswa yang kurang mampu. d. Semua kebutuhan pemerintah Desa Campakamekar dibantu oleh pihak gereja, dari mulai pengadaan komputer di desa, dana untuk pengadaan baju Hansip dan linmas, serta proyek pengaspalan jalan dananya disuplai dari gereja. e. Bagi masyarakat desa Campakamekar, pembuatan lapangan sepak bola seluas 1 hektar yang memakan dana sebesar 35 juta rupiah. f. Bakti sosial gereja diadakan setiap bulan ke pelosok-pelosok desa Campakamekar. g. Pembangunan Masjid Al-Amin Desa Campakamekar dengan menelan dana sebesar 48 juta rupiah.

22 114 Dari program-program yang dilakukan oleh GKKI, para ulama (ormas Islam) di luar Desa Campakamekar menyimpulkan bahwa pola penyiaran agama yang mereka lakukan tidak memperhatikan dan menjaga stabilitas nasional serta tegaknya kerukunan antar umat beragama. Selain itu, pengembangan dan penyiaran agama tidak dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, tepo seliro, saling menghargai, serta hormat menghormati antar umat beragama sesuai jiwa Pancasila. Maka, mereka bersikukuh untuk menutup keberadaan gereja tersebut di Desa Campakamekar. Setelah mendapat reaksi dari ormas Islam, pihak GKKI dengan dimotori oleh Pimpinan GKKI Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda, melaporkan masalah ini ke Dewan Gereja Indonesia (DGI). Dengan bantuan DGI tersebut, masalah penutupan gereja dapat ditunda untuk sementara waktu. Hal ini dikarenakan DGI memberikan jaminan bahwa GKKI tidak akan membahayakan masyarakat Muslim Desa Campakamekar. Selain itu, DGI mengabulkan tuntutan yang diinginkan oleh ormas Islam dengan cara mengurus perizinan gereja, sehingga keberadaan gereja tersebut tidak menjadi sebuah kontroversi dan sumber konflik umat beragama di Desa Campakamekar maupun di wilayah Kecamatan Padalarang. Sejak penelitian ini dimulai, pihak GKKI masih belum mempunyai izin resmi perihal status hukum gereja. Gerakan ormas Islam tersebut merupakan reaksi kekesalan akibat dari sikap dan perilaku ulama setempat yang seolah-olah melegalisasi keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar, bahkan mereka cenderung membela eksistensi gereja dengan alasan toleransi antar umat beragama dan keberadaan

23 115 gerejapun tidak membahayakan masyarakat sekitar. Selain itu, tindakan aparatur Desa Campakamekar yang tidak tegas dalam menyikapi keberadaan gereja tersebut juga menjadi faktor bergeraknya ormas Islam. d. Bagaimana Bentuk Upaya yang Dilakukan oleh MUI Desa Campakamekar dan Pemerintah Desa Campakamekar untuk Mencegah Terjadinya Konflik Lebih Jauh di Desa Campakamekar yang Diakibatkan oleh Keberadaan Gereja Ilegal tersebut Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan (AD, LN, YS, NN, AS serta HR), terungkap bentuk upaya yang dilakukan oleh MUI Desa Campakamekar dan Pemerintah Desa Campakamekar untuk mencegah terjadinya konflik lebih jauh di Desa Campakamekar diakibatkan oleh keberadaan gereja, sebagai berikut: Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ketua MUI Desa Campakamekar (HR) sampai pada sebuah kesimpulan bahwa ternyata Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda menjadi pendeta dan mendirikan gereja karena motif ekonomi dan kebutuhan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak berkembangnya gereja, tidak bertambahnya umat Kristiani di Desa Campakamekar dan Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda lebih memilih untuk sibuk mengurusi hobinya seperti memancing, tenis serta berpergian dengan menggunakan motor besar. Harapan beliau agar dana tetap mengalir dari pusat adalah dengan tetap mengadakan bakti sosial kepada masyarakat dengan cara mengotonomkan status gereja tersebut. Akan tetapi, dana yang turun dari gereja pusat tidak seluruhnya

24 116 dipakai untuk mengadakan bakti sosial, sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Selain itu, agar gereja pemberi dana (pusat) percaya proses pengkaderan Kristen berjalan, beliau menyetorkan para santrisantri pesantren setempat ke pusat GKKI dengan mengklaim mereka adalah kader-kader umat Kristiani di masa mendatang. MUI Desa Campakamekar melakukan upaya dalam mengatasi masalah tersebut antara lain: 1. Membangun masjid sebanyak 3 (tiga) buah dan 1 (satu) buah pesantren, yang dananya dibiayai oleh Abudhabi Foundation, sebuah LSM dari kerajaan Saudi Arabia. 2. Mengadakan dakwah atau tabligh akbar dengan mendatangkan para mubaligh ke Desa Campakamekar dengan tema sentral yaitu toleransi antar umat beragama yang sesuai dengan ajaran Islam dan sunah Rasul. 3. Menghimpun dana Zakat Mal yang dihimpun dari seluruh MUI yang ada di wilayah Kabupaten Bandung Barat serta Provinsi Jawa Barat, untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat Desa Campakamekar. 4. Menghimpun sebuah organisasi Pemuda Islam Indonesia (PII) dibawah naungan MUI Desa Campakamekar. 5. Mendirikan koperasi MUI Desa Campakamekar, dimana pengelolaannya direkrut dan diserahkan kepada organisasi Pemuda Islam Indonesia (PII). 6. Dalam waktu dekat akan membangun rumah yatim piatu dan panti jompo di bawah naungan MUI Desa Campakamekar.

25 117 Program-program tersebut merupakan strategi MUI Desa Campakamekar yang bertujuan untuk mendidik masyarakat Desa Campakamekar agar lebih mandiri dan tidak tergantung kepada bantuan-bantuan sosial yang diberikan oleh pihak GKKI. Tidak ada maksud lain melaksanakan program tersebut, MUI Desa Campakamekar hanya ingin menjalankan program dan melaksanakan tugas sebagai MUI di wilayah Desa Campakamekar dan menjalankan perintah agama Islam yang diperintahkan oleh Alloh SWT dan Nabi Muhammad SAW. Kepala Desa dan stafnya yang baru terpilih kurang lebih 5 bulan belum mengetahui dan masih belajar dalam memelihara kerukunan umat beragama di Desa Campakamekar serta mengontrol keberadaan gereja. Mereka terkesan longgar dalam memberikan perizinan kegiatan kepada pihak GKKI. Menurut Kepala Desa (YS), saya harus berusaha menjadi seorang pemimpin yang adil dan harus bersikap dan bertindak secara obyektif tanpa membeda-bedakan agama. Pada masa jabatannya, Kepala Desa sebelum yang sekarang sudah melakukan tindakan yang tegas dalam mengontrol keberadaan GKKI dan cenderung mengeluarkan kebijakan yang berani. Kebijakan yang dikeluarkannya antara lain: 1. Berani mengundang MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, serta Pemerintah Kecamatan Padalarang untuk menengahi masalah keberadaan keberadaan gereja di Desa Campakamekar dan samasama berdialog untuk menyelesaikan masalah keberadaan GKKI di Desa Campakamekar.

26 Berani tidak memberikan izin kegiatan bakti sosial gereja, bahkan cenderung menghimbau kepada pimpinan gereja untuk menutup seluruh kegiatan bakti sosial dan keagamaan, sebelum menyelesaikan dan melengkapi perizinan kegiatan dan pendirian gereja. 3. Berani membubarkan pengajian pada tanggal 17 Agustus Ketika itu umat Islam dan Kristen berkumpul di masjid untuk sama-sama merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan dengan cara mengaji bersama-sama di masjid. 4. Mengeluarkan kebijakan membangun beberapa masjid mengelilingi gereja. 5. Mengeluarkan kebijakan bahwa pemakaman umat Kristiani dan Muslim harus berbeda, tidak boleh dalam satu lokasi atau tempat yang sama. 6. Bahkan ada upaya penutupan gereja, walaupun pada akhirnya gagal karena kurangnya dukungan dari pihak masyarakat dan para tokoh Islam yang tetap bersikeras membela keberadaan gereja dengan alasan tidak membahayakan dan menguntungkan masyarakat sekitar. Kepala Desa sebelum yang sekarang memang tidak bisa menutup secara langsung keberadaan GKKI di Desa Campakamekar. Salah satu kebijakan yang dijalankan ketika itu, Kepala Desa menugaskan Babinsa dan Babinkamtibmas untuk mengawasi kegiatan gereja agar tidak meresahkan dan mengganggu proses peribadahan agama lain. Selain itu, pembatasan-pembatasan lain juga dilakukan perihal kiriman bantuan dari gereja pusat yang disita oleh pihak pemerintah desa. Hal ini dilakukan untuk membatasi ruang gerak GKKI agar tidak berkembang. Pemerintah Desa, dalam hal ini Kepala Desa, tidak akan bertindak demikian jika perizinan gereja ada dan status hukum gereja legal atau sah.

27 119 e. Bagaimana Bentuk Upaya yang Dilakukan oleh MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, serta Pemerintah Kecamatan Padalarang untuk Menengahi Masalah Keberadaan Gereja Ilegal di Desa Campakamekar Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan (AD, LN, HR, DD, NN, AS dan MB), terungkap bentuk upaya yang dilakukan oleh MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang serta Pemerintah Kecamatan Padalarang untuk menengahi masalah keberadaan GKKI di Desa Campakamekar, sebagai berikut: MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang serta Pemerintah Kecamatan Padalarang diwakili oleh bagian Kesra Kecamatan, dengan mengerahkan Satuan Polisi Pamong Praja, Babinsa, Kasitrantib serta Babinkamtibmas, melakukan inisiatif untuk mengadakan semacam dialog antar umat beragama untuk menyelesaikan masalah keberadaan gereja di Desa Campakamekar yang melibatkan antara lain: 1. Kepala Desa Campakamekar 2. MUI Desa Campakamekar 3. Pimpinan GKKI Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda

28 Perwakilan Gerakan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah serta Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Bandung. 5. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai pihak yang bewenang menengahi masalah tersebut. Dialog tersebut menghasilkan berbagai kesepakatan antara lain: a. Masalah tersebut resmi menjadi tanggung jawab dan ditangani langsung oleh ketiga lembaga tersebut. b. Para pimpinan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang menentang keberadaan gereja. c. Ketiga lembaga tersebut sebagai lembaga yang berwenang dalam hal ini memberikan suatu kebijakan yang berisi tidak boleh ada kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh GKKI, yang meliputi kegiatan bakti sosial dan keagamaan sebelum menyelesaikan dan melengkapi perizinan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. d. GKKI juga harus melengkapi seluruh perizinan yang berlaku untuk pendirian rumah ibadah, seperti: surat perizinan pelaksanaan kegiatan gereja dari Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, izin mendirikan bangunan (IMB) gereja, serta izin lingkungan dari masyarakat Muslim sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Ketiga lembaga ini melaporkan masalah tersebut ke Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kabupaten Bandung Barat untuk kemudian FKUB

29 121 melakukan kontrol secara intensif terhadap keberadaan gereja tersebut melalui mekanisme ketiga lembaga tersebut. f. Ketiga lembaga ini juga membentuk suatu tim investigasi yang beranggotakan beberapa instansi di daerah, seperti: Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bandung, Koramil, Kapolsek, Satpol PP Kabupaten Bandung Barat serta Kasitrantib Kecamatan Padalarang maupun Kabupaten Bandung Barat, untuk mengontrol keberadaan gereja tersebut di Desa Campakamekar. g. Selain tim investigasi tersebut, ketiga lembaga ini juga mengerahkan serta menempatkan para bawahannya untuk mengontrol keberadaan gereja yang berlokasi di Desa Campakamekar. h. Melalui dialog antar umat beragama yang diadakan di Balai Desa Campakamekar pada tanggal 23 April 2008, dengan mengundang perwakilan dari MUI Kecamatan Padalarang, KUA Kecamatan Padalarang, Pemerintah Kecamatan Padalarang, Kapolsek Padalarang, pihak GKKI Desa Campakamekar serta Ormas Islam, memutuskan bahwa kegiatan keagamaan GKKI di bekukan untuk sementara waktu, sebelum semua persyaratan administratif gereja terpenuhi. Dan dengan keputusan tersebut semua pihak menyetujui. B. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka data tersebut dapat dianalisiskan sebagai berikut:

30 Sikap dan Perilaku Masyarakat Muslim (Ulama) terhadap Keberadaan Gereja GKKI di Desa Campakamekar Sikap merupakan cerminan hati dan refleksi jiwa. Sikap individu muncul diakibatkan oleh responnya terhadap lingkungan. Sikap muncul ketika individu lain, lingkungan, lembaga tertentu memberikan stimulus yang menimbulkan individu bersikap. Sikap dapat dimunculkan secara positif maupun negatif, tergantung dari stimulus yang merangsangnya. Adapun sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat Muslim dan tokoh Islam adalah Pertama, mereka tidak mempermasalahkan keberadaan gereja di lingkungannya, dengan alasan tidak merugikan dan mengganggu keamanan, kegiatan peribadahan umat Islam serta menguntungkan masyarakat serta pihak gereja sering memberikan bantuan materi kepada masyarakat. Kedua, para ulama setempat lebih memilih berceramah dan berdakwah kepada masyarakat Desa Campakamekar agar senantiasa menjaga kerukunan umat beragama serta menjaga kemurnian aqidah para umatnya daripada bersikap dan bertindak anarkis menghancurkan gereja tersebut. Ketiga, ketika ada desakan dari gerakan ormas Islam, antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam, Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI) untuk menghancurkan dan menutup GKKI, tokoh Islam setempat berada di barisan depan untuk menghalangi penghancuran dengan alasan kondusifitas lingkungan dan keberadaan gerejapun tidak merugikan serta tidak berkembang apalagi membahayakan umat Islam setempat bahkan cenderung menguntungkan masyarakat dari segi ekonomi.

31 123 Keempat, ada perjanjian yang melibatkan antara keluarga besar pimpinan gereja dengan para pimpinan ormas Islam antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam, Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI). Hasil perjanjian tersebut mencapai suatu kesepakatan bahwa apabila pimpinan gereja meninggal, maka gereja akan ditutup. Dengan hasil perjanjian tersebut, sikap para ulama Islam setempat menerima dengan lapang dada dan akan menunggu sampai beliau meninggal, untuk kemudian gereja akan ditutup. Kelima, para tokoh Islam sering datang ke gereja untuk menghadiri harihari besar umat Kristiani jika diundang oleh pimpinan gereja dengan alasan menghormati pemeluk agama lain serta mengembangkan toleransi umat beragama di Desa Campakamekar. Mengenai konsep toleransi, ajaran Islam tidak mengajarkan kita bertoleransi dengan pemeluk agama lain dalam hal keyakinan (aqidah). Islam membatasi penerapan toleransi antar umat beragama hanya dalam hal muamalah (kegiatan sosial sehari-hari). Islam melarang kita mencampuradukkan keyakinan kita dengan pemeluk agama lain. Sikap dan perilaku para tokoh Islam di Desa Campakamekar tersebut jelas tidak dibenarkan, karena salah dalam menerapkan prinsip toleransi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis sikap dan perilaku masyarakat Muslim (ulama) terhadap keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar yang seolah-olah melegalisasi keberadaan gereja ilegal di lingkungannya, maka dapat disimpulkan bahwa hal ini merupakan suatu tindakan yang saling mempengaruhi satu sama

32 124 lain. Sikap dan perilaku yang seolah-olah mendukung dan melegalisasi gereja tersebut muncul karena para ulama ingin mendapat pengakuan dari masyarakat setempat. Sikap dan perilaku ini didorong oleh beberapa faktor, yaitu faktor pendidikan formal dan pendidikan agama yang kurang dari para tokoh Islam. Selain itu, pengaruh lingkungan pun ikut mempengaruhi munculnya sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh para tokoh Islam setempat terhadap keberadan gereja di lingkungannya. 2. Latar Belakang Berdirinya Gereja GKKI Ditengah-tengah Masyarakat Muslim dan Mengapa Para ulama Setempat Seolah-olah Melegalisasi Keberadaan Gereja Ilegal tersebut di Desa Campakamekar Berdirinya suatu bangunan atau tempat ibadah pasti ada latar belakang sejarah (historis) maupun latar belakang hukum (yuridis) yang melandasi suatu bangunan atau tempat ibadah berdiri. Latar belakang inilah yang memperkuat keberadaan suatu tempat ibadah dan membentuk pandangan masyarakat dan pengakuan masyarakat bahwa suatu tempat ibadah tersebut berdiri. Awal mula gereja tersebut berdiri cukup unik, yaitu bermula dari persengketaan dua orang ustadz yang diakibatkan oleh proses pendirian masjid yang tidak kunjung selesai. Kedua ustadz tersebut saling memfitnah, bahkan menjurus pada bentrok fisik menuduh satu sama lainnya mengambil (korupsi) uang hasil infak untuk pembangunan masjid. Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda mencoba menengahi dan mencari solusi penyelesaian masalah tersebut. Setelah berdialog dengan kedua ustadz tersebut, yaitu Ustadz Jejen dan Ustadz Undang yang merupakan tokoh Islam di Desa Campakamekar, dialog tersebut

33 125 sampai pada suatu kesepakatan bahwa pendirian masjid diambil alih oleh Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Tidak lama kemudian, masjid berdiri dimana seluruh dana pembangunannya ditanggung oleh beliau. Beliau mencoba menawarkan kepada masyarakat dan tokoh Islam bagaimana jika saya (Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda) mendirikan gereja juga di Desa Campakamekar. Masyarakat dan para ulama pun menyetujui rencana beliau untuk membangun gereja. Pihak gereja membangun gereja dengan dana swadaya sendiri hasil menjual sawah dan tanah milik Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda. Beliau mempunyai keyakinan bahwa untuk apa hidup kaya, banyak uang, serta rumah mewah apabila rumah ibadah (gereja) tidak dibangun. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang merugi dan munafik yang akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Sampai saat ini, gereja tersebut berdiri tanpa ada protes dari masyarakat dan tokoh Islam setempat, walaupun status hukum gereja tersebut ilegal dan melanggar peraturan yang berlaku. Sampai saat ini, masyarakat Muslim dan Kristen di Desa campakamekar tetap hidup berdampingan dengan damai tanpa ada gejolak, bentrok serta konflik diantara satu sama lainnya. Adapun yang melakukan gerakan menutup gereja itu berasal dari ormas Islam dari luar Desa Campakamekar. Berdasarkan analisis mengenai latar belakang berdirinya gereja GKKI ditengah-tengah masyarakat Muslim dan mengapa para tokoh Islam setempat seolah-olah melegalisasi keberadaan gereja tersebut di Desa Campakamekar, dapat disimpulkan bahwa berdirinya GKKI di desa Campakamekar merupakan

34 126 hasil kompromi atau perjanjian antara para tokoh Islam, masyarakat Muslim dengan pimpinan gereja GKKI. Keberhasilan berdirinya gereja tersebut merupakan dampak (implikasi) dari tindakan atau jiwa sosial pimpinan gereja terhadap masyarakat, sehingga masyarakat merasa simpatik terhadap pimpinan gereja dan membiarkan berdirinya gereja tersebut. Pengawasan yang lemah dari pemerintah desa serta kurangnya pemahaman para tokoh Islam dan masyarakat Muslim sekitar tentang hakikat toleransi umat beragama menurut ajaran Islam yang benar juga turut melatarbelakangi berdirinya gereja ilegal tersebut. 3. Reaksi (Respon) Para Ulama di Luar Wilayah Desa Campakamekar terhadap Keberadaan Gereja Ilegal tersebut Secara fenomenal, kebudayaan dalam era globalisasi mengarah pada nilainilai sekuler, yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan dikalangan masyarakat. Meskipun dalam sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya, namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler barangkali akan ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan pada masyarakat. Paling tidak ada dua kecenderungan yang tampak. Pertama, muncul sikap dan perilaku toleransi yang cukup tinggi terhadap perbedaan agama. Kedua, muncul sikap fanatik keagamaan. Sikap toleransi dijumpai di kalangan kelompok masyarakat yang disebut moderat sedangkan sikap dan perilaku fanatik sering diidentikkan dengan kelompok fundamental. Berikut ini adalah sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh tokoh Islam di luar wilayah Desa Campakamekar terhadap keberadaan gereja GKKI:

35 127 Keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar mendapat desakan dari gerakan ormas Islam, antara lain: Gerakan Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama (NU) dan Gerakan Pemuda Muhammadiyah bahkan Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Bandung untuk menghancurkan dan menutup GKKI. Gerakan ormas Islam tersebut berasal dari luar Desa Campakamekar. Ada beberapa hal yang mendorong mereka untuk bertindak dan ingin menutup kegiatan gereja, antara lain: Pertama, status gereja secara hukum tidak ada izin formal yang diharuskan oleh peraturan hukum yang berlaku. Kedua, daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah belum terpenuhi, apalagi izin lingkungan masih diragukan keabsahannya. Ketiga, kegiatan gereja dianggap mengganggu ketertiban dan kerukunan umat beragama. Keempat, menurut ormas Islam, Pendeta Eyang Yusac Ahmad Supanda telah melakukan pelecehan agama. Kelima, GKKI dianggap melakukan bujukan dan rayuan materi kepada masyarakat yang sudah beragama Islam untuk berpindah ke agama Nashrani. Sikap kegamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut dipengaruhi oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif dan perasaan terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara

36 128 kompleks antara pengetahuan agama, perasaan, agama serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Oleh karena itu, dalam hal ini para tokoh Islam di luar Desa Campakamekar merasa perlu untuk melakukan gerakan penutupan gereja. Gerakan ormas Islam tersebut merupakan reaksi kekesalan akibat dari sikap dan perilaku para tokoh Islam setempat yang seolah-olah melegalisasi keberadaan gereja GKKI di Desa Campakamekar. Bahkan mereka cenderung membela eksistensi gereja dengan alasan toleransi antar umat beragama dan keberadaan gereja pun tidak membahayakan masyarakat sekitar. Selain itu, tindakan aparatur Desa Campakamekar yang tidak tegas dalam menyikapi keberadaan gereja tersebut juga menjadi faktor bergeraknya ormas Islam. Berdasarkan analisis mengenai reaksi (respon) masyarakat Muslim (ulama) di luar wilayah Desa Campakamekar terhadap keberadaan gereja GKKI tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan para tokoh Islam di luar wilayah Desa Campakamekar terhadap keberadaan gereja GKKI adalah dengan melakukan penutupan yang diakibatkan oleh kekesalan terhadap para ulama setempat yang seolah-olah membiarkan dan mendukung keberadaan gereja liar di lingkungannya. Selain itu, gereja tersebut yang tidak disertai dengan surat izin resmi, baik izin mendirikan bangunan (IMB), izin penyiaran agama, serta pendaftaran gereja di Departemen Agama yang tidak terpenuhi turut menjadi alasan tindakan para tokoh Islam diluar Desa Campakamekar tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada 189 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada beberapa pertanyaan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi jasmani-rohani dan duniawi-ukhrawi. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah Desa Rambah terbentuk pada tahun 2000. Dimekarkan dari Desa induk, yaitu Desa Rambah Hilir. Nama Desa Rambah diambil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN 43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG A. Letak dan Sejarah Desa. Letak Desa Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatea Selatan. Luas areal

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 BAB I KETENTUAN UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama? Kerukunan umat beragama adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

Provinsi Lampung. Sejarah terbentuknya Desa Candimas berawal dari pemekaran. Desa Merakbatin yaitu sekitar tahun Pada tahun 1986 terbentuklah

Provinsi Lampung. Sejarah terbentuknya Desa Candimas berawal dari pemekaran. Desa Merakbatin yaitu sekitar tahun Pada tahun 1986 terbentuklah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Candimas terletak di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Sejarah terbentuknya Desa Candimas berawal dari pemekaran Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah 10 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Kesuma Nama Kesuma dulunya namanya adalah Kalam Pasir yang dulunya terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah berkunjung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN DESA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN NUURUL QURAN

BAB II KEADAAN DESA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN NUURUL QURAN 30 BAB II KEADAAN DESA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN NUURUL QURAN A. Desa Bukateja 1. Letak Geografis Secara administratif, Desa Bukateja merupakan salah satu desa di Kecamatan Bukateja termasuk dalam

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA A. Letak Geografis, Demografis, Visi dan Misi Kecamatan Sabak Auh

BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA A. Letak Geografis, Demografis, Visi dan Misi Kecamatan Sabak Auh BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA A. Letak Geografis, Demografis, Visi dan Misi Kecamatan Sabak Auh 1. Letak Geografis Kecamatan Sabak Auh Kecamatan Sabak Auh berdiri

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Beton 1. Letak geografis beserta struktur pemerintahan desa Desa Beton

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. Bogor 16760 PROFIL/RIWAYAT DESA CILEUNGSI Desa Cileungsi merupkan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km yang terdiri dari 20 Desa/Kelurahan yaitu Talang Bersemi, Talang Mulya, Anak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA NOMOR 9 TAHUN 2006 DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

Bab 1 Pemerintahan Desa

Bab 1 Pemerintahan Desa Bab 1 Pemerintahan Desa Pernahkah kalian mengamati orang mengurus Kartu Tanda Penduduk? Tentu orang tersebut terlebih dahulu pergi ke ketua RT setempat. Kemudian ke kantor kepala desa/kelurahan dan dilanjutkan

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis 1. Letak Kelurahan Simpang Baru Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di kecamatan Tampan Panam Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Faktor-faktor Penghambat

BAB IV ANALISIS. A. Faktor-faktor Penghambat 59 BAB IV ANALISIS A. Faktor-faktor Penghambat Dalam pembahasan sebelum bab ini telah diuraikan tentang sistem pelaksanaan manajemen organisasi remaja Masjid Agung Kendal dan manajemen organisasi Gereja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2008 DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 21 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Tasik Putri Puyu Kecamatan Tasik Putri Puyu merupakan Kecamatan yang dibentuk pada tanggal 24 juli tahun 2012. Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang GUBERNUR JAWA BARAT, : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Dermojurang, Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Dermojurang, Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode LXI Divisi XIV Kelompok C Unit 3 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2016/2017, berlokasi di Dusun, Seloharjo, Pundong,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK A. Kondisi Geografis Kondisi geografis penelitian di Desa Margamulya yang penulis akan utarakan dalam Bab II ini, yaitu hasil observasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA FORUM KERUKUNAN UMAT

Lebih terperinci

[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda.

[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda. [2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG JUMAT KHUSYU [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda. Bima PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG JUM

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, 35 VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Pada bab ini akan disajikan hasil temuan data yang didapat dari lapangan dengan mendeskripsikan profil lokasi penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO A. Tipologi Demografis Masyarakat Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang 1. Keadaan Demografis Penduduk Kelurahan Wonolopo berjumlah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan geografis dan demografis. Keadaan geografis Kelurahan Sidomulyo Barat adalah kelurahan yang terletak di kecamatan tampan kota madya pekanbaru. Kelurahan

Lebih terperinci

R A N C A N G A N PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

R A N C A N G A N PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG R A N C A N G A N PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI TATA KERJA PEMERINTAH DESA SINDANGLAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung).

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kecamatan Kandangan yang meliputi: 1) Letak Geografis dan Luas Wilayah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kecamatan Kandangan yang meliputi: 1) Letak Geografis dan Luas Wilayah 44 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Kandangan di bawah naungan pemerintah tingkat II Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Deskripsi tentang gambaran umum lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Penumangan Baru adalah sebuah Desa di Kecamatan Tulang Bawang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Penumangan Baru adalah sebuah Desa di Kecamatan Tulang Bawang IV. GAMBARAN UMUM LOKASI A. Sejarah Desa Penumangan Baru adalah sebuah Desa di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, bagian dari Kabupaten Tulang Bawang Barat, merupakan Desa Transmigrasi yang dibentuk pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung 1. Latar Belakang Berdirinya PPMK Krisis ekonomi yang berkepanjangan pasca tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bangsal Aceh dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bangsal Aceh dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Bangsal Aceh Kelurahan Bangsal Aceh dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 12 Tahun 2007 pada tanggal 12 Maret 2007,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CINTARASA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan Kecamatan Tampan adalahsalah satu dari 12 Kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa hak beragama

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Sejarah Desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan Desa Sumberagung merupakan desa terbesar sekecamatan

Lebih terperinci

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2015 2015 TENTANG PENGELOLAAN MASJID AGUNG AL BARKAH PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang. Desa Kampung Panjang adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kampar Utara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya percepatan

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003 QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung BAB II PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan pengamatan yang dilakukan di lokasi KKN, baik melalui wawancara, curah pendapat, maupun diskusi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan selama KKN berlangsung, sehingga program-program yang. Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan selama KKN berlangsung, sehingga program-program yang. Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Profil Desa Survey sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN berlangsung,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN

BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN A. Sejarah Desa Walikukun Pada jaman dahulu, yaitu sebelum tahun 1980 walikukun adalah nama kampung yang berada di wilayah Desa Mendaya

Lebih terperinci

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

TAHUN : 2005 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2005 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang 1. Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang sekarang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Gobah Desa Gobah adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Gobah dikenal karena

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

Lebih terperinci