BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjadi uap (steam) untuk berbagai keperluan. Air di dalam ketel dipanaskan dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjadi uap (steam) untuk berbagai keperluan. Air di dalam ketel dipanaskan dari"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Ketel merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengkonversi air menjadi uap (steam) untuk berbagai keperluan. Air di dalam ketel dipanaskan dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga terjadi perpindahan panas dari sumber panas ke air. Pemanasan tersebut mengakibatkan air berubah wujud menjadi uap. Air pada tekanan atmosfir dipanaskan menjadi uap maka volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali, menghasilkan kekuatan yang hampir sama dengan bahan peledak seperti gunpowder. Oleh karena itu ketel merupakan peralatan yang harus diperlakukan dengan seksama [5]. UPPER HEADER LOWER HEADER Gambar 2.1. Skema diagram ketel 6

2 Sirkulasi fluida pada package boiler Dari gambar 2.1. menunjukkan sirkulasi fluida air dialirkan dengan menggunakan pompa ke ekonomizer; pada ekonomizer terjadi penyerapan panas awal oleh fluida air dari hasil pembuangan pembakaran ke cerobong. Fluida air masuk ke drum uap dan drum air yang saling berhubungan melalui boiler bank. Pada boiler bank terjadi pemanasan dari pembakaran (burner), sehingga terjadi perubahan fasa air ke fasa uap yang bersirkulasi secara alamiah; yaitu uap yang mempunyai massa jenis lebih kecil akan naik ke drum uap dan fasa air turun ke drum air. Uap yang keluar dari drum uap masuk ke superheater, dimana superheater dan header merupakan satu kesatuan terdiri dari primary superheater dan secondary superheater (final superheater) pada upper header dan lower header. Uap masuk ke primary superheater upper header menuju ke primary superheater lower header. Kemudian uap masuk ke desuperheater menjadi uap yang mantap dan menuju ke secondary upper header dan secondary lower header untuk dijadikan main steam sebagai penggerak dan proses Siklus Rankine (siklus pembentukan uap) Siklus Rankine ideal terdiri dari proses kompresi isentropik pada pompa, penambahan panas (kalor) pada tekanan konstan di ketel, ekspansi isentropik pada turbin, dan pelepasan panas pada tekanan tetap di kondensor [6].

3 8 Dari gambar 2.2. dan 2.3. menunjukkan pada diagram T h terdiri dari garis temperatur (garis vertical) dan garis entalphi (garis horizontal), garis kubah atau garis kondisi batas air dan titik kritikal, serta garis tekanan. Gambar 2.2. Siklus Rankine Air masuk pompa pada tingkat keadaan (1) sebagai cairan jenuh kemudian dikompresi secara isentropik sampai tekanan operasi ketel pada tingkat keadaan (2). Gambar 2.3. Diagram T-h dan T-s Kenaikan temperatur air selama kompresi isentropik seiring penurunan volume spesifik air tersebut. Air masuk ketel sebagai cairan terkompresi (sub-cooled) pada

4 9 kondisi (2) kemudian mengalami perubahan fasa sampai menjadi uap super-heat (steam-generator) pada tingkat keadaan (3). Ketel pada dasarnya adalah alat penukar kalor di mana penambahan panas berasal dari pembakaran gas [7]. Uap panas lanjut (super-heat) pada kondisi (3) kemudian masuk ke turbin, di mana uap mengalami ekspansi secara isentropik dan menghasilkan kerja untuk memutarkan poros yang umumnya terhubung dengan generator listrik (genset). Tekanan dan temperatur uap turun selama proses tersebut sampai pada tingkat keadaan (4), di mana uap masuk ke kondensor. Pada kondisi (4), biasanya uap berada pada kondisi fasa campuran uap-cairan jenuh dengan kualitas uap yang tinggi. Ada banyak jenis ketel, namun dilihat dari cara mengalirkan fluida di dalam tubenya, ketel dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu [8]: 1. Ketel pipa api ( fire tube boiler), dimana gas bakar mengalir di dalam pipapipa atau tube-tube yang bagian luarnya dikelilingi oleh air, seperti ketel Lancashire, scotch, locomotive (pipa horizontal), manning (pipa vertical). 2. Ketel pipa air (water tube boiler), dimana pipa atau tube-tube yang berisi air dialiri gas bakar pada bagian luarnya, seperti ketel Springfield, Babcox & Wilcox Low Head Ketel Paket (Packaged Boiler) Ketel yang dibahas dalam penelitian ini adalah ketel paket (package boiler). Disebut ketel paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat

5 10 dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa uap, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi seperti gambar 2.4 [9]. Ciri-ciri dari package boiler adalah: 1. Kecilnya ruang pembakaran dan tingginya panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat. 2. Banyaknya jumlah pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konveksi yang baik. 3. Sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran yang baik. 4. Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan yang lebih baik. 5. Tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketel lainnya. Gambar 2.4. Packaged boiler [9] 2.3. Analisa Kegagalan Definisi dari analisa kegagalan secara lengkap adalah suatu langkah atau prosedur yang dilakukan untuk mencari dan mengungkapkan mengapa dan bagaimana suatu alat atau komponen mengalami kegagalan, dengan mengacu kepada

6 11 bagian atau komponen yang mengalami kegagalan tersebut, khususnya pada bagian permukaan pecah atau patah [10]. Istilah kegagalan pada industri sering dikaitkan dengan patahnya komponen yang sedang beroperasi. Tetapi sesungguhnya untuk disebut gagal, komponen tersebut tidak harus terjadi patah. Suatu komponen dianggap mengalami kegagalan meliputi [11]: 1. Tidak dapat dioperasikan sama sekali. 2. Masih dapat dioperasikan namun unjuk kerjanya (performance) tidak tercapai dengan baik. 3. Telah terjadi penurunan karakteristik sehingga jika dioperasikan menjadi tidak aman dan tidak andal. Untuk itu komponennya harus segera diganti atau direparasi Faktor-faktor penyebab suatu kegagalan Meskipun faktor-faktor sumber penyebab kegagalan ini tidak distandarisasikan, namun pada umumnya faktor-faktor penyabab kegagalan suatu komponen dikatagorikan kedalam 4 kelompok, yaitu [12]: 1. Pembuatan (manufacturing), diantaranya adalah: a. Kesalahan perhitungan. b. Kesalahan memilih material. c. Kesalahan pengerjaan lanjutan (pengerjaan dingin, panas, laminasi). d. Kesalahan dalam penyimpanan dan transportasi.

7 12 2. Design, diantaranya adalah: a. Pemasangan diluar spesifikasi teknis. b. Tidak diperhatikannya kondisi operasi dan lingkungan. c. Kesalahan dalam pengelasan. d. Kurang ketelitian dalam perbaikan. 3. Material, diantaranya adalah: a. Kesalahan dalam proses peleburan. b. Kesalahan dalam proses pengecoran dan penempaan. c. Kontrol kwalitas kurang baik. d. Diluar spesifikasi/standar yang berlaku. 4. Operasi (servis), diantaranya adalah: a. Overloading. b. Pengaruh lingkungan (korosi, temperatur). c. Perubahan atau berkurangnya pelumasan. d. Kesalahan dalam perawatan (maintenance). e. Kurang teliti dalam pengontrolan. Bila diskemakan faktor-faktor penyebab kegagalan pada suatu komponen dapat dilihat pada gambar 2.5. Kegagalan suatu sistem didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan atau ketidakmampuan sistem bekerja akibat adanya kerusakan. Kerusakan adalah sebagai ketidakmampuan suatu sistem untuk beroperasi, atau mampu beroperasi tetapi tidak

8 13 berfungsi maksimal, atau komponen didalam sistem sudah tidak aman untuk dioperasikan. Banyak kerusakan terlihat secara visual tetapi tidak mengurangi kemampuan kerja sistem dan sebaliknya, banyak kerusakan permukaaan tidak terlihat tetapi menjadi penyebab kegagalan [12]. Kesalahan perhitungan Kesalahan memilih material Kesalahan pengerjaan dingin, panas, laminasi Kesalahan dalam penyimpaan dan transportasi Kesalahan proses peleburan Kesalahan proses pengecoran dan penempaan Kontrol kwalitas kurang baik Diluar spesifikasi/ standar yang berlaku MATERIAL (Materials) PEMBUATAN (Material) RUSAK (Failure) OPERASI (Service) DESAIN (Design) Pemasangan diluar spesifikasi teknis Tidak diperhatikannya kondisi operasi dan lingkungan Kesalahan dalam pengelasan Kurang teliti dalam perbaikan Overloading Pengaruh lingkungan, korosi dan temperatur Perubahan atau berkurangnya pelumasan Kesalahan pemeliharaan Kurang teliti dalam pengontrolan Gambar 2.5. Diagram faktor-faktor penyebab kerusakan suatu komponen [12] Kegagalan terjadinya akibat keretakan atau kadang-kadang gabungan dari bermacam-macam gejala di atas. Kebanyakan kegagalan terjadi secara berangsurangsur, dimana fluida alir menembus ketebalan dinding tube atau pipa yang retak dan

9 14 akhirnya pipa mengalami kebocoran, yang potensial menimbulkan kondisi yang membahayakan [13]. Sangat jarang terjadi kegagalan bermula dari rambatan retak yang langsung memecahkan tube atau pipa, atau pecahnya tube terjadi secara mendadak tanpa didahului oleh adanya keretakan. Dengan demikian kegagalan yang terjadi adalah akibat keretakan tahap awal yang tumbuh dan merambat. Menurut David N. French [14] mentabulasi 10 sebab kegagalan pada industri yang menggunakan ketel yang dapat dilihat pada tabel Prosedur analisa kegagalan untuk komponen ketel Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menganalisa kegagalan pada komponen ketel adalah sebagai berikut [15]: a. Data kerusakan meliputi lokasi dan posisi komponen yang gagal. b. Data operasi seperti suhu, tekanan dan kondisi air ketel. c. Pemilihan dan pengambilan sampel. d. Pemeriksaan kondisi sampel, retak, pecah, adanya kerak dan korosi. e. Pemeriksaan bidang petahan secara visual dan pemeriksaan fraktografi. f. Pemeriksaan struktur mikro. g. Pengujian mekanik. h. Pengujian komposisi. i. Penentuan mekanisme patahan dan penyebabnya. j. Analisa keseluruhan, kesimpulan dan menulis laporan.

10 15 Tabel 2.1. Sebab-sebab kegagalan tube superheater [14] No. Sebab-sebab kegagalan Prosentasi (%) 1. Long term overheating 23,4 2. Lelah (thermal 8,6 %, korosi 5,3%) 13,9 3. Korosi debu (batubara 8,1%, sampah 2,5%, oli 1,4%) 12,0 4. Kerusakan hydrogen 10,0 5. Kegagalan pengelasan (logam yang berbeda 3,4%) 9,0 6. Temperatur tinggi (short term overheating) 8,8 7. Erosi 6,5 8. Lubang oksigen 5,6 9. Serangan benda tajam 2,6 10. Stress corrosion cracking 2,6 T O T A L 95, Tube Pecah karena Overheating Apabila air dipanaskan di dalam tube dengan flux panas yang aliran panasnya merata (uniform) disepanjang tube di bawah kondisi yang menghasilkan keseimbangan dinamis. Maka semua titik disepanjang tube akan berhubungan langsung dengan fluida air dingin, fluida air mendidih, fluida uap kualitas rendah dan uap yang superheater. Gradien temperatur antara dinding tube dan fluida di dalam tube memberikan gaya untuk menghasilkan perpindahan panas pada setiap titik [16]. Pada unit pembangkit uap telah direncanakan agar keseimbangan (balance) panas yang masuk dari hasil pembakaran dengan uap superheater. Di dalam dapur temperatur gas panas cukup tinggi, panas tersebut diserap oleh dinding dapur dan uap di dalam tube superheater (pada daerah laluan konveksi) sehingga temperatur turun.

11 16 Untuk menjaga panas dan meningkatkan overall thermal efficiency air dari feed water dipanaskan dulu di ekomoniser. Flux panas pada kondisi steady state adalah ditunjukkan dengan persamaan 2.1 [17]: QQ/AA 0 = UU 0 TT.. (2.1) dimana : QQ/AA 0 = flux panas per unit area (Btu/h.ft 2 ) UU 0 = coefisien overall heat transfer (Btu/h.ft 2. o F) TT = perbedaan temperatur fluida di luar dan di dalam tube ( o F) Harga UU 0 dan AA 0 berbanding terbalik dan merupakan kombinasi tahanan untuk aliran panas. Dari gambar 2.6. menunjukkan gradient temperatur perpindahan panas dari gas panas ke uap. Masing-masing tahanan panas dari gas ke uap adalah: Bagian gas: R 1 = 1/h o... (2.2) Dinding tube: R 2 = rr0.ln (rr0 rrrr ) kkkk (2.3) Bagian kerak: R 3 = (2.4) rr0.ln ( rrrr rrrr ) kkkk... Bagian uap: R 4 = rr 0 rrrr. hii (2.5) Dimana: ro = jari-jari luar tube (ft) ri = jari-jari dalam tube (ft)

12 17 rs = jari-jari kerak (ft) km= konduktifitas panas tube (Btu.in/h.ft 2 ) ks = konduktifitas panas kerak (Btu.in/h.ft 2 ) T 0 T 0 T 1 T 2 T 1 T 2 T 3 T 3 Tube tube kerak T s Tidak ada kerak ada kerak Gambar 2.6. Temperatur tube yang bersih dan tube mempunyai internal scale [17] Karena tahanan hubungan seri maka overall heat transfer coefisien dapat ditulis dengan persamaan seperti ditunjukkan persamaan (2.6): UU 0 = 1/{ 1 + rr0.ln rr0 rrrr ho kkkk + rr0.ln rrrr rrrr + rr 0 kkkk rrrr. hii } (2.6) Gradient temperatur untuk masing-masing posisi adalah: Gas side: T gs = To T 1 = Q/A 0 (1/ho). (2.7) Tube wall: T tw = T 1 T 2 = Q/A 0 ( rr0.ln rr0 rrrr ).. kkkk (2.8)

13 18 ID scale: T sc = T 2 T 3 = Q/A 0 ( rr0.ln rrrr (2.9) rrrr kkkk ).. Steam side: T ss = T 3 T s = Q/A 0 ( rr 0 rrrr. hii ). (2.10) Koefisien perpindahan panas pada bagian gas (ho) adalah kombinasi pengaruh aliran konveksi dan radiasi dan memberikan kontribusi setiap terjadinya deposit pada permukaan luar tube. Persamaan (2.9) untuk menghitung penambahan temperatur karena adanya kerak (scale) di dalam tube. Persamaan (2.7) sampai (2.10) menunjukkan perubahan flux panas (ho), bertambahnya ketebalan kerak (scale) atau berberkurangnya koefisien perpindahan panas (koefisien heat transfer) sisi uap karena berkurangnya aliran uap akan menambah temperatur material tube. Pada kondisi terjadinya perbedan temperatur yang besar antara dinding tube dan fluida, secara teoritis tube akan pecah karena terjadi melting pada material tube, walaupun kenyataannya tube akan pecah apabila material tube kehilangan kekuatannya, karena itu perlu diperhitungkan kemampuan material tube menerima panas yang tinggi. Pada superheater temperatur operasinya di atas temperatur uap masuk ke dalam tube, perpindahan panasnya diatur dengan aliran fluida dibagian inlet dan outlet. Walaupun demikian flux panas yang tinggi dapat menyebabkan temperatur dinding

14 19 tube yang tinggi pula, misalnya dengan adanya deposit pada dinding tube dapat mengakibatkan overheating. Tube pecah karena overheating dapat terjadi dalam waktu beberapa menit (short term overheating) atau dapat juga terjadi dengan waktu yang lama ( long term overheating). Ditinjau dari permukaan pecahnya, pecah karena overheating dapat dibagi dua yaitu thick lip rupture dan thin lip rupture [18] Thick lip rupture Pecah thick lip rupture ditandai dengan permukaan pecahnya yang tebal, sedikit liat dan terjadi swelling atau mengelembung. Pecahnya yang normal terjadi dibagian yang sejajar dengan sumbu axis atau pada sisi longitudinal, dikenal dengan pecah fishmouth seperti ditunjukkan pada gambar 2.7. Struktur mikro permukaan pecah menunjukkan terjadi creep, cavitasi, pemisahan batas butir dan terjadinya retak intergranular pada bagian inside dan outside diameter atau oxide penetrasi pada batas butir. Karbida pada baja ferrite adalah fully spheroidized seperti ditunjukkan pada gambar 2.7. Pecah thick lip disebabkan oleh overheating dalam waktu lama (long term overheating) pada temperatur di atas temperatur aman dari material tube.

15 20 Gambar 2.7. Pecah thick lip dan struktur mikro permukaan akibat overheating [18] Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur melebihi kondisi design (overheating) adalah: 1. Terjadinya bloking pada laluan gas panas Terjadinya flux panas di superheater dan reheater, hal ini karena terjadinya bagian tertentu yang terbloking pada laluan konveksi sehingga akan meningkatkan aliran gas panas pada daerah tertentu saja. Kecepatan gas panas yang tinggi akan memperbesar koefisien heat transfer (ho) di bagian sisi uap dan akan meningkatkan temperatur material. 2. Faktor dalam kerak (factor internal scale) Kerak atau scale deposit dari bagian air (water side) dapat meningkatkan konduktivitas termal baja sampai 5%. Hal ini akan mengurangi perpindahan panas dari gas panas ke fluida. 3. Terjadinya pengurangan supply uap

16 21 Kondisi ini apabila terjadi penyumbatan aliran uap karena adanya internal kerak pada tube, hal ini disertai terbentuknya lapisan uap yang tipis (vapor film) yang konduktivitas panasnya rendah. Sewaktu aliran flux panas yang besar melalui daerah yang lapisan uapnya tipis akan mengakibatkan temperatur dinding tube tinggi sekali (terjadi overheating). 4. Faktor burner adjustment Ketidak sempurnaan bahan bakar gas atau oxygen yang didistribusikan tidak sesuai dengan burner, pengaruhnya akan meningkatkan flux panas. 5. Faktor aliran uap yang tidak sempurna Pada awal perencanaan harus diperhitungkan kondisi aliran uap yang tidak seimbang dari tube ke tube, faktor ini harus diperhitungkan dalam merencanakan temperatur material tube Thin lip rupture Kegagalan yang disebabkan oleh short term overheating terjadi diatas temperatur aman material tube dan disertai swelling di dekat daerah pecah [18]. Gambar 2.8. Kegagalan short term overheating

17 22 Pada gambar 2.8. menunjukkan uap keluar dengan kecepatan tinggi melalui permukaan pecah akan menimbulkan gaya reaksi pada tube berupa pembengkokan secara lateral, semakin tinggi temperatur dan tidak uniform overheating maka pembengkokan lateral semakin besar [19]. Pecah thin lip dapat ditunjukkan dengan penipisan dinding tube yang disebabkan oleh tegangan luluh (yielding) di daerah pecah, kadang-kadang permukaan pecahnya menjadi tajam seperti pada gambar 2.8, penipisan juga terjadi didaerah swelling dekat daerah pecah. Faktor penyebab short term overheating dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Terjadinya bloking di dalam tube superheater karena terkumpulnya kondensat pada laluan uap. 2. Terjadinya bocor halus pada tube. Pada pipa air kebocoran halus tidak dapat dideteksi di dalam dapur. Kebocoran yang besar diketahui dengan berkurangnya aliran fluida yang terjadi dibawah kondisi normal, disertai flux panas yang tinggi menyebabkan temperatur material naik dengan cepat. Penipisan dinding tube adalah salah satu karakteristik dari kagagalan short term overheating, namun tidak selalu kegagalan tersebut mengakibatkan penipisan dinding Analisa Tegangan pada Tube Superheater

18 23 Sistem perpipaan (tube) pada instalasi ketel sebagai transportasi aliran fluida, karena itu desain sistem struktur tube harus diperhatikan. Pada PT PIM terjadi kegagalan (kerusakan) tube superheater, tegangan yang bekerja pada pipa yang mengalami tekanan dalam (internal pressure) meliputi tegangan melingkar (circumferential atau hoop stress), tegangan radial (radial stress) dan tegangan memanjang (longitudinal stress). Tekanan yang tinggi pada saat pemakaian juga berpengaruh pada material, apabila material yang di gunakan tidak sesuai dengan pemakaian maka pipa tersebut juga akan pecah Tegangan tangensial (hoop stress) Tegangan tangensial σ H ditimbulkan oleh tekanan internal yang bekerja secara tengensial dan besarnya bervariasi tergantung pada tebal dinding pipa, jika r i /t 20 dinding tipis (thin wall), r i /t 20 dinding tebal (thick wall). Persamaan untuk tegangan tangensial dapat dihitung dengan memakai persamaan Lame seperti diperlihatkan dengan persamaan 2.11 [19]: σh r 1 + o r 2 2 = pir i 2 2 r r 2 o i. (2.11)

19 24 Gambar 2.9. Tegangan yang terjadi pada tube ( σ ) r max = p i diimana r = r i.. (2.12) ( σ θ ) max = p i ( r ( r 2 i 2 o + r 2 o 2 i r ) ) diimana r = r i... (2.13) σ H adalah tegangan melingkar (circumferential atau hoop stress), Pi adalah tekanan dalam tube, r i adalah jari-jari dalam tube, r o adalah jari-jari luar tube seperti ditunjukkan gambar Tegangan radial dan tegangan longitudinal Tegangan radial dapat dihitung dari persamaan 2.14: σ R r 1 o r 2 2 = pir i 2 2 r r 2 o i (2.14) Tegangan Longitudinal σ L adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan internal (P) yang bekerja pada dinding pipa searah sumbu pipa, yang ditunjukan seperti dengan persaman 2.15: σ L = i 2 o r p r 2 i r 2 i (2.15) σl adalah tegangan memanjang (longitudinal atau axial stress), P adalah tekanan dalam tube, d 0 adalah diameter luar, dan t adalah tebal dinding pipa. Konsep kegagalan

20 25 Struktur dirancang untuk mencegah kegagalan dimana ketidakmampuan sebuah komponen melakukan fungsinya dapat diistilahkan sebagai kegagalan. Kegagalan dapat terjadi bila material pertama-tama meluluh (yield). Oleh karena itu batas luluh banyak dipakai sebagai kriteria kegagalan. Kebanyakan teori dikembangkan dengan menghubungkan tegangan-tegangan utama pada sebuah titik pada bahan (σ 1, σ 2, σ 3) terhadap kekuatan luluh bahan tersebut (σ y ). Tujuannya adalah untuk meramalkan kapan peluluhan pertama akan terjadi dibawah kondisi pembebanan yang tertentu. Teori kegagalan ini juga disebut teori geser (shear energy theory) dan teori von Misses-Hencky. Teori ini sedikit sulit pemakaiannya dari pada teori tegangan geser maksimum, dan teori ini adalah teori yang terbaik untuk dipakai pada bahan ulet. Seperti teori tegangan geser maksimum, teori ini dipakai hanya untuk menjelaskan permulaaan bahan mengalami luluh. Untuk tujuan analisis dan perencanaan, akan lebih mudah apabila kita menggunakan tegangan von-misses. Kriteria Von Mises menyatakan bahwa peluluhan pertama kali terjadi bila energy regangan maksimum terjadi pada sistem tegangan komplek sama dengan tegangan maksimal (kekuatan luluh σ y ). Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan 2.16 [10]. 2σ vm 2 = (σ 1 σ 2 ) 2 + (σ 2 σ 3 ) 2 + (σ 3 σ 1 ) (2.16) Dimana: σvm = Tegangan von mises (MPa)

21 26 σy = Tegangan luluh (MPa) σ 1 = Tegangan hoop (MPa) σ 2 = Tegangan radial (MPa) σ 3 = Tegangan longitudinal (MPa) Tegangan Von Misses harus lebih kecil dari tegangan luluh (σy). σ vm < σ y Temperatur dapat mempengaruhi sifat-sifat logam secara fisik dan mekanik. Dengan bertambahnya temperatur akan meningkatkan sifat keuletan tapi disertai pula dengan menurunnya kekerasan dan kekuatan, hal ini berarti akan menurunkan tegangan seperti ditunjukkan pada gambar 2.10 [17]. Data-data kondisi operasi tube superheater sebagai berikut: Kapasitas Temperatur uap Tekanan uap Material tube Diameter luar tube : 120 ton/jam : C : 5 MPa : SA-213 Grade T11 : 44,5 mm (1,752 in) Tebal tube : 4 mm (0,1575) Diameter dalam : 40,5 mm (1,595 in) Tegangan termal dapat dihitung seperti ditunjukkan dengan persamaan (2.17): σσ HHHH = EEEE TT.. (2.17)

22 27 Dimana: α = Termal ekspansi (mm/mm/ o C) Pi = Tekanan ( MPa) v = Poisson ratio E = Modulus Elastis ( MPa) ro =Jari-jari luar (mm) ri = Jari-jari dalam (mm) r = jari-jari rata-rata (mm) T1 = Temperature luar tube ( o C) T2 = Temperatur dalam tube ( o C) Kondisi tube superheater package boiler bagian dalam tidak terdapat kerak, maka dikatakan bahwa tube dalam keadaan bersih. Gambar Perubahan σ - ԑ terhadap temperatur untuk baja lunak [17] 2.6. Diagram Transformasi Waktu Suhu (Time Temperature Transformation Diagram) Suhu transformasi adalah temperatur di mana terjadi perubahan fase. Istilah ini kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan batas suhu dari tingkat transformasi.

23 28 Mikrostruktur tergantung pada komposisi dan perlakuan panas. Paling sering, tingkat pendinginan lebih lambat yang lebih dekat ke kesetimbangan mengakibatkan pembentukan ferit dan perlit, dengan terbentuknya bainit atau martensit pada kondisi pendinginan yang lebih cepat. Struktur mikro yang terbentuk dapat diidentifikasi menggunakan waktu suhu transformasi (TTT) diagram. Type Diagram TTT untuk baja Grade 11 ditunjukkan pada gambar 2.11 Suhu yang telah ditentukan (gambar 2.11) untuk studi perilaku material SA 213 Grade T11 adalah sebagai berikut [26]: a. A C1 adalah suhu di mana austenit mulai terbentuk selama pemanasan adalah sekitar 1430 º F (780 º C). b. A C3 adalah suhu di mana transformasi dari austenit ke ferit adalah selama pemanasan sekitar 1635 º F (890 º C). c. AR1 adalah suhu di mana transformasi dari austenit ke ferit atau ferit ditambah sementit pada saat pendinginan selesai biasanya sekitar 1285 º F (696 º C).

24 29. Gambar Tipe diagram TTT untuk baja paduan rendah grade 11 d. A R3 adalah suhu di mana austenit mulai mengubah untuk ferit selama pendinginan biasanya sekitar 1550 º F (843 º C). e. A R4 adalah suhu di mana delta ferrite untuk mengubah austenit selama pendinginan. f. Bs adalah suhu di mana transformasi austenit untuk bainit dimulai pada saat pendinginan biasanya sekitar 1130 º F (611 º C) Diagram Laju Pendinginan Dengan cara yang sama, kurva transformasi pendinginan kontinyu (CCT) dikembangkan untuk menunjukkan terbentuk mikrostruktur melalui kontrol termal diterapkan siklus untuk sejumlah proses manufaktur yang berbeda. Namun, penting bahwa siklus termal yang digunakan untuk menghasilkan kurva CCT menjadi relevan

25 30 dengan proses tertentu. Salah satu faktor penting untuk dipertimbangkan adalah butir austenit ukuran sebelumnya yaitu; ukuran butir pada saat pertama transformasi dari austenit. Struktur mikro pendinginan diharapkan sekitar 1750 º F (955 º C) sehingga dapat diperkirakan dari diagram CCT seperti diperlihatkan pada gambar Pendinginan yang sangat cepat akan menghasilkan struktur martensit dominan; untuk tingkat pendinginan biasanya terkait dengan komponen boiler, formasi bainit akan mendominasi pada tingkat yang relatif cepat, dengan pembentukan ferit mendominasi selama pendinginan lambat dapat dilihat tabel 2.2. Gambar Diagram type CCT untuk baja paduan rendah grade 11 Tabel 2.2. Perubahan laju pendinginan pada mirostruktur dan kekerasan

26 31 Dalam aplikasi praktis, pendinginan lambat akan sering terjadi setelah perlakuan panas yang lama, ketebalan bagian komponen, dan dalam komponennya, mempunyai mikrostruktur feritik. Dalam sebagian besar kasus, produk transformasi akan perlit, namun, di antara tingkat pendinginan, transformasi ke perlit dan bainit dapat terjadi.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

Jurnal MEKINTEK ISSN ANALISA BULGING TUBE SUPERHEATER BOILER PADA MATERIAL SA 213 Gr.T11

Jurnal MEKINTEK ISSN ANALISA BULGING TUBE SUPERHEATER BOILER PADA MATERIAL SA 213 Gr.T11 ANALISA BULGING TUBE SUPERHEATER BOILER PADA MATERIAL SA 213 Gr.T11 Sariyusda Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail: sariyusda@yahoo.com Abstrak Tube superheater package boiler mengalami pecah akibat

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bukit Asam adalah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia yang bertempat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. PT. Bukit Asam menggunakan pembangkit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN BOILER Boiler atau ketel uap adalah bejana tertutup pada ujung pangkalnya digunakan untuk memproduksi uap. Dalam perkembangan ketel uap dilengkapi dengan pipa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Konstruksi Boiler

Gambar 1.1 Konstruksi Boiler 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Boiler adalah suatu alat yang berfungsi memanaskan air, dimana panas dari pembakaran bahan bakar disalurkan untuk memanaskan air sehingga terjadi perubahan air menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori PLTGU atau combine cycle power plant (CCPP) adalah suatu unit pembangkit yang memanfaatkan siklus gabungan antara turbin uap dan turbin gas. Gagasan awal untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pembangkit listrik tenaga uap adalah sistem yang dapat membangkitkan tenaga listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PROSES PENGERASAN (HARDENNING) PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan sebuah unit produksi yang memelukan sumber energi yang besar untuk menggerakkan mesin-mesin serta peralatan lain yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic) HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper: PROSES TEMPER Proses temper adalah proses memanaskan kembali baja yang sudah dikeraskan dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Proses temper terdiri

Lebih terperinci

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 KEBOCORAN TUBE BOILER Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 Lokasi kebocoran tube reheater Row 16 Pipa no.7 SUMBER BOCORAN 2 Hasil Pemeriksaan TUBE R17 b8 Tube R.17 B-8 mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa Termodinamika Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap kering (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

09: DIAGRAM TTT DAN CCT

09: DIAGRAM TTT DAN CCT 09: DIAGRAM TTT DAN CCT 9.1. Diagram TTT Maksud utama dari proses perlakuan panas terhadap baja adalah agar diperoleh struktur yang diinginkan supaya cocok dengan penggunaan yang direncanakan. Struktur

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia industri dimana banyak rancangan komponen mesin pabrik menggunakan material tersebut. Sifat mekanik yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA 1 PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP Oleh BAYU AGUNG PERMANA JASIRON NENI SUSANTI (0615021007) TEKNIK MESIN UNILA (0715021012)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA KEGAGALAN MATERIAL SA-210C PADA APLIKASI BOILER STEAM PIPE

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA KEGAGALAN MATERIAL SA-210C PADA APLIKASI BOILER STEAM PIPE ANALISA KEGAGALAN MATERIAL SA-210C PADA APLIKASI BOILER STEAM PIPE Andi Rinaldi Hasan Pasca Sarjana Teknik Mesin Universitas Trisakti Email : andi.rinaldi@indonesiapower.co.id Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses

Lebih terperinci

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing

Lebih terperinci

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Instalasi Turbin Gas Instalasi turbin gas merupakan suatu kesatuan unit instalasi yang bekerja berkesinambungan dalam rangka membangkitkan tenaga listrik. Instalasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Boiler Salah satu peralatan yang sangat penting di dalam suatu pembangkit tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel uap. Alat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis dan Klasifikasi Ketel Uap Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya seperti pada gambar 2.1 dan dalam perkembangannya dilengkapi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO ABSTRAK Ketel uap/boiler adalah suatu pesawat yang mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan dan uap tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

pesawat konversi, untuk mengkonversikan energi potensial fluida menjadi energi

pesawat konversi, untuk mengkonversikan energi potensial fluida menjadi energi BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Turbin Turbin adalah salah satu mesin pengerak dimana mesin tersebut merupakan pesawat konversi, untuk mengkonversikan energi potensial fluida menjadi energi kinetis

Lebih terperinci

TURBIN UAP. Penggunaan:

TURBIN UAP. Penggunaan: Turbin Uap TURBIN UAP Siklus pembangkitan tenaga terdiri dari pompa, generator uap (boiler), turbin, dan kondenser di mana fluida kerjanya (umumnya adala air) mengalami perubaan fasa dari cair ke uap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1) BAB II DASAR TEORI 2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADAA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 SPESIFIKASI TURBIN Turbin uap yang digunakan pada PLTU Kapasitas 330 MW didesain dan pembuatan manufaktur dari Beijing BEIZHONG Steam Turbine Generator Co., Ltd. Model

Lebih terperinci

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap BAB V TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan.

Lebih terperinci

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012 08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT

Lebih terperinci

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Perpatahan Rapuh Keramik (1) #6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK 3.1 Konfigurasi PLTGU UBP Tanjung Priok Secara sederhana BLOK PLTGU UBP Tanjung Priok dapat digambarkan sebagai berikut: deaerator LP Header Low pressure HP header

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Nylon yang merupakan salah satu industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Panas atau kalor merupakan salah satu bentuk energi. Panas dapat berpindah dari suatu zat ke zat lain. Panas dapat berpndah melalui tiga cara yaitu : 2.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci