BAB II BERAT BADAN DAN KADAR KOLESTEROL DARAH SERTA KAITANNYA DENGAN PEKTIN KULIT JERUK BALI. (Citrus grandis)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BERAT BADAN DAN KADAR KOLESTEROL DARAH SERTA KAITANNYA DENGAN PEKTIN KULIT JERUK BALI. (Citrus grandis)"

Transkripsi

1 9 BAB II BERAT BADAN DAN KADAR KOLESTEROL DARAH SERTA KAITANNYA DENGAN PEKTIN KULIT JERUK BALI (Citrus grandis) A. Berat Badan Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), berat badan seseorang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu normal (IMT 19-25), overweight (IMT >25) dan obese (IMT > 30). Cara menghitung IMT ditentukan berdasarkan rumus berikut : IMT = Berat badan (kg) / kuadrat tinggi badan (m 2 ) Seseorang dapat dikatakan gemuk jika mempunyai lemak > 25% berat badan untuk pria dan > 30% berat badan untuk wanita. Ukuran normal, jumlah lemak pada pria adalah 15-20%, sedangkan untuk wanita adalah 20-25% dari berat badannya (Kurnadi, 2001 : 77). Seperti telah diungkapkan sebelumnya, salah satu masalah kelebihan berat badan adalah obesitas. Obesitas adalah peningkatan masa jaringan lemak akibat ketidak-seimbangan sistematik antara asupan kalori dengan pemakaian energi (Ma ruf & Sarmanu, 2003 : 214). Masalah obesitas merupakan ancaman besar yang dapat menaikkan tingkat kematian manusia di dunia. Perilaku konsumsi makanan, aktivitas fisik dan gaya hidup merupakan faktor utama yang berpengaruh dari kasus obesitas (Melin, 2003 : 1128).

2 10 Penyebab kelebihan berat badan, menurut Kurnadi (2001 : 78) terdiri dari dua jenis, yaitu metabolic obesity dan regulatory (external) obesity. Metabolic obesity disebabkan oleh faktor genetis dimana sel-sel lemak memperbanyak diri (hyperplasia) selama bayi dan remaja sehingga jumlahnya menjadi konstan setelah dewasa. Kebutuhan kalori jangka pendek seseorang ditentukan oleh kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa turun akan menimbulkan rasa lapar, begitu juga sebaliknya bila kadar glukosa tinggi maka timbul rasa kenyang. Kebutuhan kalori dalam jangka panjang (lapar dan ingin terus makan banyak) ditentukan oleh kadar lemak dalam sel-sel lemak. Seseorang yang banyak memiliki sel-sel lemak, akan dituntut untuk makan lebih banyak untuk mengisi sel lemak tersebut. Dalam kondisi tersebut, jika orang tersebut menjadi kurus, maka akan kehilangan sebagian jaringan ototnya. Di lain pihak regulatory (external) obesity merupakan kegemukan yang tidak disebabkan oleh faktor-faktor metabolik yang mengakibatkan gemuk, tetapi hanya mengkonsumsi lebih banyak kalori dari yang dibutuhkan. Guyton & Hall (1997 : ) mengklasifikasikan penyebab obesitas menjadi empat kategori, diantaranya adalah obesitas psikogenik; kelainan neurogenik; genetik; dan kelebihan nutrisi pada masa kanak-kanak. Pada kelainan neurogenik terjadi gangguan dalam pusat pengaturan rasa lapar pada hipotalamus. Kelainan genetik pada sifat kimiawi penyimpanan lemak juga diketahui menyebabkan obesitas pada beberapa turunan mencit dan tikus. Setiap individu memiliki berat badan ideal yang berbeda. Tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya tinggi badan, jenis kelamin dan usianya.

3 11 Tabel 2.1 merupakan daftar berat badan patokan untuk penduduk Indonesia dibandingkan dengan yang dianjurkan WHO dan yang digunakan di negara Amerika Serikat. Tabel 2.1 Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika Serikat Golongan Umur Indonesia WHO AS 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun 5,5 8,0 12,0 18,0 24, Pria tahun tahun tahun tahun 50 tahun Wanita tahun tahun tahun tahun 50 tahun Sumber : Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Makalah pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI.1998 dalam Almatsier (2002 : 300) B. Lemak dan Kolesterol Lemak merupakan kumpulan zat-zat makanan yang larut dalam eter, kloroform dan benzen. Struktur molekulnya memiliki kandungan atom C dan H yang lebih tinggi dibandingkan dengan atom O. Berdasarkan struktur molekul lemak tersebut menyebabkan lemak memiliki sifat hidrofobik dan hampir semuanya tidak dapat bercampur dengan air (Linder, 1992 : 61).

4 12 Lemak terdiri dari tiga bentuk utama dalam tubuh manusia dan mamalia lainnya, yaitu gliserida, fosfolipid dan sterol. Gliserida terutama dijumpai dalam bentuk trigliserida, yaitu bentuk lemak yang disimpan untuk energi dan merupakan bentuk yang paling banyak dalam bahan-bahan makanan dan jaringan. Sedangkan sterol lebih banyak dijumpai dalam bentuk kolesterol. Kolesterol tidak didapatkan dalam bahan makanan nabati (Linder, 1992 : 60-61). Saluran pencernaan Mulut Esofagus Lambung Usus halus Usus besar Tabel 2.2 Ringkasan Proses Pencernaan Lemak Proses pencernaan Mengunyah, mencampur dengan air ludah dan ditelan. Kelenjar ludah mengeluarkan enzim lipase lingual. Tidak ada pencernaan. Lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai hidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak. Lemak susu lebih banyak dihidrolisis. Lipase lambung menghidrolisis lemak dalam jumlah terbatas. Bahan empedu mengemulsi lemak lipase yang erasal dari pankreas dan dinding usus halus menghidrolisis lemak dalam bentuk emulsi menjadi digliserida, monogliserida, gliserol dan asam lemak. Fosfolipase berasal dari pankreas menghidrolisis fosfolipida menjadi asam lemak dan lisofosfogliserida, kolesterol esterase berasal dari pankreas menghidrolisis ester kolesterol. Sedikit lemak dan kolesterol yang terkurung dalam serat makanan dikeluarkan melalui feses. (Sumber : Almatsier, 2002 : 65) Struktur dasar sterol memiliki 4 cincin karbon atau disebut cyclopentanoperhidrophenantren (Gambar 2.1). Kolesterol merupakan substrat untuk pembentukan zat-zat esensial lain, termasuk asam empedu yang dibuat oleh hati yang merupakan rute utama untuk katabolisme kolesterol, hormon-hormon steroid dari glukokortikoid dan aldosteron dalam korteks adrenal sampai

5 13 progesteron, estrogen dan androgen dalam gonad dan beberapa jaringan lain (Linder, 1992 : 66). Gambar 2.1 Struktur Molekul Kolesterol Sumber : Poedjiadi, 1994 : 74 Kolesterol dalam konsentrasi tinggi terdapat dalam jaringan kelenjar dan hati. Kolesterol dalam jumlah banyak dapat menimbulkan pengendapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pada pembuluh darah jantung menyebabkan jantung koroner. Sedangkan pada pembuluh darah otak menyebabkan serebrovaskular (Almatsier, 2002 : 63). Kolesterol dapat larut dalam air dan dapat ditransportasikan dalam darah menuju jaringan-jaringan tubuh sebagai sumber energi, komponen membran sel atau sebagai prekursor metabolit sekunder dikarenakan kolesterol diselubungi oleh mantel protein disekelilingnya (Kurnadi, 2001: 13). Gabungan molekul lipida dan protein tersebut dinamakan lipoprotein (Almatsier, 2002: 66). Penyusunan molekul yang bersifat hidrofobik di bagian dalam dan molekul hidrofilik di bagian luar memungkinkan lipida diangkut melalui cairan darah (Almatsier, 2002: 69). Di dalam lipoprotein, makin banyak bagian proteinnya makin rapat (berat = dense) lipoprotein tersebut, makin banyak bagian

6 14 lemaknya, makin ringan lipoprotein tersebut (Kurnadi, 2001: 13). Gambar 2.2 menunjukkan struktur lipoprotein. Gambar 2.2 Struktur Lipoprotein (Sumber : Torelli, 2005) Lipoprotein dalam aliran darah ada empat jenis yaitu High-density lipoproteins (HDL), Low-density lipoproteins (LDL), Very Low-density lipoproteins (VLDL) dan Chylomicrons (Almatsier, 2002 : 66). High-density lipoproteins (HDL) merupakan senyawa lipoprotein yang menguntungkan bagi proses metabolisme, karena kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL menuju hati untuk dikeluarkan melalui saluran empedu. Maka jika kadar HDL tinggi dapat mengurangi resiko artherosklerosis (Kurnadi, 2001 : 14). Low-density lipoproteins (LDL) atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah adalah kolesterol jahat karena melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan perkembangan penutupan-penutupan arteri.ldl ini mensuplai kolesterol ke sel-sel jaringan tubuh sehingga kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan resiko terjadinya artherosklerosis (Kurnadi, 2001 : 14).

7 15 Chylomicron yang dibentuk khusus berasal dari absorpsi lemak makanan, kemudian masuk ke darah melalui pembuluh lymph ductus thoracicus. Setelah itu melepaskan trigliserida kedalam jatingan-jaringan. Chylomicron yang sudah melepaskan trigliserida akan masuk ke dalam sel-sel hati. Very low-density lipoproteins (VLDL) dibentuk oleh sel hati yang berfungsi mentransport lemak trigliserida ke luar hati. (Kurnadi 2002 : 14). The National Cholesterol Education Program mengklasifikasikan kolesterol level sebagai berikut : ideal < 200mg/dL, ambang batas tinggi mg/dl dan tinggi > 240 mg/dl. Kolesterol disintesis dari bahan utama yaitu asetat. Tahap pertama proses sintesisnya merupakan penggiatan senyawa melalui pengikatan dengan molekul asetil-koenzim-a. Dilanjutkan dengan tahap reaksi yang menggunakan gugus fosfat dari ATP sebagai gugus pengaktif molekul antara. Tahap reaksi jalur biosintesis kolesterol dibagi tiga bagian, yaitu pembentukan asam mevalonat dari asetat, pembentukan skualin dari asam mevalonat dan pembentukan kolesterol dari skualin (Wirahadikusumah, 1985 :165). Tahap pembentukan kolesterol dimulai dengan perubahan fragmen C 2 (Asetat) menjadi prekursor isoprenoid C 6 (mevalonat). Pada proses ini terjadi perubahan Asetil-CoA atau Asetoasetil-CoA menjadi 3-Hidroksi-3-Metilglutaril- CoA (HMG-CoA) yang kemudian oleh enzim HMG Co-A reduktase diubah menjadi mevalonat. Perubahan 6 mol dari mevalonat C 6, melalui intermediet C 5, menjadi skualin. Dalam tahap ini mevalonat diubah menjadi Isopentenil Pirofosfat (IPP) dengan melepaskan CO 2, kemudian IPP menjadi skualin. Selanjutnya

8 16 siklisasi akan mengubah skualin menjadi lanosterol, kemudian lanosterol diubah menjadi kolesterol (Wirahadikusumah, 1985: ). Menurut Simatupang (1997: 5), proses pembentukan kolesterol secara de novo disintesis dari asetil-coa terutama dari hati dan intestine. Tiga molekul asetat dikondensasikan menjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coA (HMG-CoA), kemudian direduksi oleh HMG-CoA reduktase menjadi asam mevalonat. Asam ini kemudian melalui beberapa tahapan kondensasi dan penyusunan ulang sehingga membentuk kolesterol (Simatupang, 1997 : 5). Tahapan biosintesis kolesterol dapat dilihat dalam Gambar 2.3. Gambar 2.3 Biosintesis Kolesterol (Sumber : Simatupang, 1997 : 6) Pada hati kolesterol didegradasi menjadi asam empedu primer (asam cholic dan asam chenodeoxycholic) oleh enzim 7 α-hydroxylase. Tahapan

9 17 degradasi kolesterol dapat dilihat dalam Gambar 2.4. Asam empedu membantu mengangkut kolesterol melalui ekskresi feses dan penyerapan kolesterol dalam intestin (Simatupang, 1997 : 5-6). Kolesterol diisolasi dari bahan empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama bahan empedu tersebut (Poedjiadi, 1994 : 74). Sebagian kolesterol mengalami siklus enterohepatik yakni kolesterol dan asam empedu ini direabsorbsi terus-menerus melalui usus, kemudian melewati hati lagi dan dieksresikan lagi ke dalam empedu. Gambar 2.4 Proses Degradasi Kolesterol Menjadi Asam Empedu (Sumber : Simatupang, 1997 : 7)

10 18 Apabila terdapat dalam konsentrasi yang tinggi, kolesterol akan membentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh dikarenakan dinding pembuluh darah menjadi semakin tebal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya elastisitas atau kelenturan pembuluh darah sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah (Poedjiadi, 1994 : 74-75). Gambar 2.5 Bentuk Kristal Kolesterol (Sumber: Poedjiadi, 1994 : 75) Di dalam tubuh manusia dan hewan, jumlah kolesterol di dalam sel diatur oleh dua macam faktor. Faktor yang pertama adalah faktor luar sel, seperti jumlah kolesterol bebas atau yang terikat di luar sel, persediaan asam lemak bebas, dan adanya hormon tertentu. Faktor lainnya adalah faktor dalam sel, seperti kegiatan sistem enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol dan yang berperan dalam katabolisme kolesterol, jumlah persediaan terpenoida lanosterol dan skualin

11 19 sebagai prazat untuk sintesis kolesterol atau derivatnya keluar dari sel dengan mekanisme pengangkutan aktif melalui membran sel, dan pengaruh viskositas membran (Wirahadikusumah, 1985: 176). C. Jeruk bali (Citrus grandis) Jeruk bali merupakan salah satu jenis buah yang khas dari negara Indonesia. Buah tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Bagian kulit luarnya sangat tebal, sehingga banyak yang memanfaatkannya untuk dibuat mainan. Pada bagian dalamnya, jeruk bali dibungkus lagi dengan lapisan berwarna putih yang disebut albedo. Bagian ini juga biasa dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk dibuat manisan. Namun kebanyakan bagian kulitnya seringkali dibuang begitu saja. Klasifikasi dari jeruk bali adalah sebagai berikut : Gambar 2.6 Jeruk bali (Sumber : Dokumentasi Pribadi) bagian albedo Kingdom Divisio Class Sub Class Order Family : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Sapindales : Rutaceae

12 20 Genus : Citrus Species : Citrus grandis Synonym : Citrus maxima Sumber : toiusd.multiply.com/journal/item/127 Jeruk bali memiliki bentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar. Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan jeruk lainnya. Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda dan kekuning-kuningan setelah tua serta lebih tebal dibandingkan dengan jeruk lain. Daging buahnya berwarna merah muda atau tua; rasanya manis; tekstur daging buahnya halus,; kandungan air dalam dagingnya banyak; dan jumlah biji sedikit bahkan ada yang tidak berbiji sama sekali. Kandungan kimiawi jeruk bali antara lain vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2 dan asam folat. Setiap 100 g jeruk bali mengandung 53 kkal energi; protein 0,6 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 12,2 g; retinol 125 mcg; kalsium 23 mg; dan 27 mg fosfor. Kandungan lain seperti flavonoid, pektin dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan (Yanuarta, 2007 : 1). Jeruk juga dipercaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan karena merupakan sumber vitamin C. Vitamin C memiliki banyak manfaat penting diantaranya sebagai koenzim dan kofaktor, meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan skorbut (sariawan), mencegah penyakit kanker dan jantung (Almatsier, 2002 : 187). Kulit jeruk bali bagian albedonya dapat diolah menjadi manisan, alkohol, gula tetes serta diekstrak pektinnya. Hasil penelitian dari Purbianti (2005:2)

13 21 menunjukan pektin paling banyak terdapat pada kulit jeruk bali dibandingkan dengan kulit jeruk keprok dan jeruk lemon dengan memiliki rendemen (11,13%), kadar air (17,17%), viskositas (16,67 cps), persentase kemurnian pektin (69,69%) dan derajat keputihan (56,33). Pektin termasuk serat yang larut dalam air. Serat yang larut dalam air mempunyai kemampuan untuk mengikat lemak, kolesterol, dan asam empedu. Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tumbuhan, khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Di dalam dinding sel tumbuhan, pektin disintesis di dalam badan golgi dan membentuk matriks yang dikelilingi oleh polisakarida hemiselullosa. Pektin diubah oleh enzim pektinase menjadi asam pektinat yang akhirnya menjadi asam pektin. Selama proses pemutusan ini berlangsung, buah-buahan akan menjadi lunak. Asam pektinat disebut juga pektin, dalam molekulnya terdapat ester metil pada beberapa gugusan karboksil sepanjang rantai polimer dari galakturonat (Winarno, 1984). Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik (Esti & Kemal, 2001 : 1). Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Derajat metilasi atau jumlah gugus karboksil yang teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan gel. Semakin tinggi derajat metil semakin tinggi suhu pembentuk gel. Pada pembuatan selai diperlukan pektin dengan derajat metilasi 74, artinya 74 % dari gugus karboksil mengalami metilasi (Esti & Kemal, 2001: 2).

14 22 Kulit berbagai jenis jeruk mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi. Kandungan pektin pada kulit jeruk berkisar antara % dari berat kering. Pektin tersebut dapat diekstraksi dengan cara sederhana, biaya yang tidak mahal, dan dapat diterapkan dalam skala kecil (Esti & Kemal, 2001: 1). Di samping itu, pektin juga dapat dimanfaatkan sebagai zat antioksidan (Bocco & Cuvelier, 1998 : 2124). Pektin dapat memperpendek waktu koagulasi dalam darah dan bekerja antagonis dengan heparin. Pektin juga dapat mengikat asam empedu dalam lambung dan usus, sehingga dapat menurunkan penyerapan lemak dan mengontrol kolesterol. Pektin bersifat asam dan koloidnya bermuatan negatif karena adanya gugus karboksil bebas. Viskositas larutan pektin dipengaruhi oleh derajat polimerisasi, derajat esterifikasi, ph larutan, suhu, konsentrasi pektin dan keberadaan serta konsentrasi garam-garam. Gugus karboksil mempengaruhi larutan pektin dan hal ini tergantung pada derajat esterifikasi (Nelson et al :418). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa di dalam usus halus, pektin dapat meningkatkan viskositas dan mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan makanan (Marounek et al : 593). Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa adanya pektin dapat meningkatkan aktivitas enzim 3-hydroxymethyl-3- glutaryl CoA reduktase (Hexeberg et al :183), dan enzim kolesterol 7αhidroksilase (Fernandez et al : 1325), dimana enzim-enzim tersebut mengatur biosintesis kolesterol dan asam empedu. Pektin dikenal sebagai antikolesterol karena dapat mengikat asam empedu hasil akhir metabolisme kolesterol. Makin banyak asam empedu yang berikatan

15 23 dengan pektin dan terbuang ke luar tubuh, makin banyak kolesterol yang dimetabolisme, sehingga jumlah kolesterol dapat menurun. Selain itu, pektin juga dapat menyerap kelebihan air dalam usus, memperlunak feses, serta mengikat dan menghilangkan racun dari usus (Kurnia, 2007 :1). D. Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster Penelitian ini menggunakan hewan percobaan yaitu mencit (Mus musculus). Klasifikasi dari hewan ini antara lain : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Classis : Mammalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Species : Mus musculus L. Swiss Webster Sumber : Priyambodo (1995 : 6) Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster dipilih menjadi hewan uji karena memiliki fisiologis yang hampir sama dengan manusia. Ukuran mencit dewasa memiliki panjang rata-rata cm yang diukur dari ujung hidung sampai ujung ekor. Panjang ekor kurang lebih sama dengan panjang badannya. Berat badan mencit betina dan jantan dewasa berbeda. Betina dewasa memiliki berat badan berkisar antara gram, sedangkan jantan dewasa antara gram. Mencit yang baru lahir memiliki berat badan sekitar 1-2 gram. Bayi mencit mengalami penambahan berat badan yang sangat cepat ketika masih minum susu induknya (Sulaksono, 1994).

16 24 Mencit mempunyai peranan penting dalam kehidupan yang bersifat menguntungkan karena mencit digunakan untuk penelitian di laboratorium. Hal tersebut dikarenakan perkembangbiakan hewan ini mudah dan cepat. Hewan ini hidup pada lingkungan yang lembab dengan intensitas cahaya yang kurang (Priyambodo, 1995 : 24). Gambar 2.7 Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster dewasa (Sumber : Sancheti, 2007) Bayi mencit berwarna merah muda dan belum ditumbuhi rambut. Setelah agak besar, rambut mulai tumbuh di sepanjang badannya dengan warna putih. Mencit dapat beradaptasi dengan lingkungan, mudah dipelihara dan termasuk hewan yang memiliki aktivitas nocturnal (Hexeberg et al : 182). Berdasarkan hasil penelitian Sulaksono (1994 :124) gambaran parameter faal mencit bervariasi satu sama lainnya menurut sentra, strain maupun jenis kelamin hewan percobaan. Secara umum mencit betina pertumbuhannya lebih lambat bila dibandingkan dengan yang jantan. Masa pertumbuhan yang cepat terjadi pada umur 3-8 minggu. Pertumbuhan masih tetap berlanjut semakin perlahan sampai dengan umur 6 bulan. Pada saat berikutnya berat badan tidak bertambah untuk beberapa bulan, kemudian secara perlahan berat badan mulai menurun. Variasi

17 25 individu mencit tergantung pada faktor intrinsik yaitu seks, genotip, usia serta faktor ekstrinsik seperti makanan, kepadatan mencit per kandang dan temperatur lingkungan. Tabel 2.3 Data Fisiologi Hewan Percobaan Mencit Betina Berat tubuh dewasa 0,035 kg = 35 g Konsumsi makanan 5 gram Konsumsi air 6 ml Metabolisme dewasa 600 kal/kg/hari Usia kawin 2 bulan Tekanan darah 120/75 Volume darah 80 ml/kg (Sumber : Sulaksono, 1994) Mencit adalah hewan omnivora (pemakan segala) yang mau mengkonsumsi semua makanan baik berasal dari tumbuhan maupun hewan. Dalam mengenali pakan yang ditemukan mencit mencicipi terlebih dahulu untuk melihat reaksi yang terjadi di dalam tubuhnya. Jika setelah beberapa waktu tidak ada reaksi yang membahayakan, maka mencit akan memakan dalam jumlah yang lebih banyak, demikian seterusnya sampai pakan tersebut habis (Priyambodo, 1995 :6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit yang menjadi suatu permasalahan cukup besar saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini, berat badan setiap ekor mencit ditimbang dari mulai tahap persiapan sampai akhir perlakuan. Selama penggemukan mencit diberi pakan berlemak

Lebih terperinci

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008 PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN KULIT JERUK BALI (Citrus grandis) DAN KULIT PISANG AMBON (Musa spp.) TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) Oleh: Soesy Asiah Soesilawaty

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelebihan kolesterol dalam darah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal tersebut diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein,

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 11 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 59,52% populasi domba nasional berada di Jawa Barat (Departemen Pertanian, 2013), sementara konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif,

TINJAUAN PUSTAKA. jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Pedaging Amrullah (2003) menyatakan bahwa ayam pedaging adalah jenis ayam jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif, guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah yang sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara seperti di Negara-negara Afrika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Metabolisme Lipid Metabolisme LIPID Metabolisme LIPID Degradasi Lipid Oksidasi asam lemak Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Biosintesis Lipid Biosintesis asam lemak Biosintesis

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL

BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL 1.1.LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pangan, yang ditujukan untuk memenuhi selera agar orang lebih menikmati konsumsi makanannya,

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak penduduk Indonesia memiliki pola makan yang salah, cenderung menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Pada umumnya, makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Semua makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Deninisi Kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi bisa diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Lemak Daging Ayam Broiler yang Diberi Probiotik Berbasis Susu Sapi dan Susu Kedelai Fermentasi. Hasil pengamatan kadar lemak daging ayam broiler pada peneitian dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari pentingnya nilai kesehatan, hal ini terjadi seiring dengan banyaknya penyakit mematikan yang menyerang usia muda, usia produktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia merupakan penyakit yang banyak terjadi saat ini. Ada hubungan erat antara hiperlipidemia dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk Bali (Citrus grandis) memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dalam 100 g bagian, yaitu sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 SI (Satuan Internasional),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instan seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ilustrasi 1. Itik Cihateup. Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ilustrasi 1. Itik Cihateup. Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Ilustrasi 1. Itik Cihateup Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal yang disebabkan oleh adanya lapisan lemak tebal yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling penting sebagai sumber energi dan zat-zat gizi dalam jumlah tertentu sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pola dan gaya hidup modern semakin menggejala di dalam masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan pembangunan dan perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

LIPIDA. Universitas Gadjah Mada

LIPIDA. Universitas Gadjah Mada LIPIDA 1 - Lemak Lemak merupakan penyusun makanan yang bersifat tidak larut dalam air. Berdasarkan atas zat penyusunnya lemak dikelompokkan menjadi tiga yaitu lemak sederhana, lemak kompleks, dan turunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, banyak dijumpai berbagai produk minuman kemasan yang beredar di masyarakat dengan bermacam-macam varian rasa. Hal ini diiringi dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........ i ABSTRAK.......... iii DAFTAR ISI.............. v DAFTAR TABEL........ viii DAFTAR GAMBAR......... x DAFTAR LAMPIRAN..... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci