TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMAAM KEBAKARAN PAA GEUNG CCV AN PERKANTORAN PT SUMI INO KABEL TBK TANGERANG isusun oleh : Rensius ART JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 009

2 LEMBAR PENGESAHAN PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMAAM KEBAKARAN PAA GEUNG CCV AN PERKANTORAN PT SUMI INO KABEL TBK TANGERANG iajukan Oleh : Nama : Rensius ART NIM : Telah disetujui untuk dijadikan Tugas Akhir osen Pembimbing, Koordinator Tugas Akhir, Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc r. H. Abdul Hamid M.Eng

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-nya maka pada akhirnya dapat terselesaikan juga penulisan Tugas Akhir ini dengan baik. Penyusunan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademis untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Mesin (Strata Satu), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana, Jakarta. Topik Tugas Akhir ini adalah merencanakan ulang Sistem Penanggulangan dan Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tbk di Tangerang. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu didalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Ucapan ini secara khusus saya sampaikan kepada : 1. Keluarga yang tercinta, yaitu Marshinta istri yang tersayang dan ketiga putriku yang telah banyak memberikan dukungan dan dorongan yang sangat berarti dan selalu mendampingi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc, selaku dosen pembimbing atas segala saran, koreksi serta bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Ini. ii

4 3. Bapak r. H. Abdul Hamid M.Eng, selaku Kaprodi Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercubuana, beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Mesin. 4. Bapak Ir. Nanang Rukhyat M.T selaku Sekretaris Kaprodi, Pembimbing Akademik dan Kordinator Tugas Akhir. 5. Seluruh staff dan karyawan PT Sumi Indo Kabel yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan Tugas Akhir ini. 6. Seluruh keluarga besar Aritonang dan Simanjuntak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penulisan Tugas Akhir ini. 7. Segenap teman teman seperjuangan angkatan XI jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Mercubuana Jakarta. 8. Semua pihak pelaksana proyek dan konsultan yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data, perhitungan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 9. Semua pihak, teman, relasi, rekan, keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan pada waktunya. Mudah mudahan semua kebaikan yang telah diberikan dapat memperoleh balasan berkat, rahmat serta anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca iii

5 merupakan penghargaan tersendiri bagi penulis. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih sekali lagi kepada semua pihak atas selesainya Tugas Akhir Ini. Jakarta, Juni 009 Penulis (Rensius ART) iv

6 ABSTRAK A. Nama : Rensius Art B. NIM : C. Judul : Perencanaan Ulang Sistem Instalasi Pencegahan. 111 halaman; 15 tabel; 7 gambar E. Kata Kunci : Instalasi Pipa F. Abstrak dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel. Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan instalasi yang mengikuti standar National Fire Protection Association (NPFA) dan persyaratan yang ditetapkan oleh inas Pemadam Kebakaran KI Jakarta sehingga system dapat diandalkan dan bekerja efektif. Pemilihan jenis pompa, diameter pipa harus menggunakan peraturan dari NPFA karena hal tersebut sangat penting dalam menanggulangi masalah seperti: kerugian akibat tekanan tinggi, kecepatan air, dan sebagainya. engan instalasi yang memenuhi syarat dan perawatan yang intensif, maka kualitas dari system akan terjaga. Tugas Akhir ini menggunakan teori dan perhitungan data yang ada untuk memilih jenis pompa, diameter pipa, tekanan air di dalam pipa dengan menggunakan data di lapangan sehingga dapat digunakan untuk instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel. G. aftar Pustaka : : 9 buku H. osen Pembimbing : Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc. v

7 ABSTRACT A. Name : Rensius Art B. NIM : C. Title : Redesign of Piping Installation System for Fire. 130 pages; 15 tables ; 7 figures Protection at Sumi Indo Cable Administration and Office Building. E. Key word : Piping Installation F. Abstract The objective of the design at the final assignment is to apply the National Protection Fire Association Codes (NPFA), and the Jakarta Fire Codes at pipe installation for fire protection so that system is reliable and can work effectively. The selection of pumps, pipe diameter, and plumbing fixture must be according to NFPA codes. It is very important to overcome problems such as high pressure losses, water velocity, etc. Careful installation and an intensive of maintenance will keep the quality of the whole system. This final assignment uses theory and empiric calculation method to choose the pump type, pipe diameter, water pressures inside the pipe which according to data at the field. So it can be used for the fire protection pipe for Sumi Indo Kabel Building. G. Literatures : 9 books H. Lecturer : Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc. vi

8 AFTAR ISI halaman LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ABSTRAK.. ii iv AFTAR ISI... viii AFTAR GAMBAR... xi AFTAR TABEL xiii AFTAR IAGRAM. xiv AFTAR NOTASI.. xv BAB I PENAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Permasalahan Pembatasan Masalah Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan. 4 BAB II LANASAN TEORI.1. Pengertian Kebakaran Teori Terjadinya Api 6.1. Penyebab Kebakaran Klasifikasi kebakaran Prinsip asar Pengamanan Kebakaran 1.3 Metode Pemadaman Sistem Penyediaan Air vii

9 .4.1 Jaringan kota Tangki Gravitasi 15.5 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa dan Sistem pemipaan Jenis Perencanaan Instalasi Pipa iluar Gedung idalam Gedung Sistem Pemipaan Pipa Pompa Katup Penyambungan Pipa (fitting) Peralatan Bantu Utama 3.6 Perencanaan Instalasi Fire Protection System Sprinkler System Hydrant System Siamese Connection Rumus-rumus yang digunakan 35.8 Pengujian Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran 39.9 Pemeliharaan Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran.. 40 BAB III METOOLOGI PERENCANAAN 3.1 Objek Perencanaan Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran Pada Bangunan Tinggi Teknik Pengumpulan ata.. 47 viii

10 3.4 iagram Alir Perhitungan iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Sprinkler iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Hydrant iagram Alir Perhitungan Tebal Pipa iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer iagram Alir Perhitungan Head Kerugian alam Pipa iagram Alir Perhitungan Kerugian Gesek dalam Pipa iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Tekan iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Hisap iagram Alir Perhitungan Head Total Pompa iagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa iagram Alir Perhitungan Tekanan iagram Alir Perhitungan aya Pompa.. 55 BAB IV PERHITUNGAN AN ANALISA PERENCANAAN 4.1 Pengamatan Pendahuluan Perencanaan Pendahuluan Penentuan dan Peletakan Sistem Instalasi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pengaturan dan Peletakan Sprinkler Head Penempatan dan Jumlah Outdoor Hydrant Box Penempatan dan Jumlah Hydrant Pillar Penempatan dan Jumlah Siamese Connection Penentuan dan Jenis Fitting yang ipasang.. 59 ix

11 4.4 Perhitungan perhitungan pada Gedung B (CCV Lantai 4) Perhitungan iameter Pipa Sprinkler Perhitungan iameter Pipa Outdoor Hydrant Box Perhitungan Kerugian Head Perhitungan Kerugian Head pada Pipa Tekan Perhitungan Kerugian Head pada Pipa Hisap Perhitungan Head Total Pompa Perhitungan Head Pompa pada Sprinkler Perhitungan Head Pompa pada Hydrant Perhitungan Tekanan Perhitungan Tekanan untuk Sprinkler Head Perhitungan Tekanan untuk Outdoor Hydrant Pemilihan Jenis Pompa dan Perhitungan aya Pompa Perhitungan Electric Pump Perhitungan Jockey Pump Perhitungan Reservoir Perhitungan Biaya Pemasangan dan Titik Balik Modal Perencanaan Biaya Pekerjaan Perhitungan Titik Kembali Modal 99 BAB V KESIMPULAN AN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran. 103 AFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 AFTAR GAMBAR halaman Gambar.1 Segitiga Api.. 7 Gambar. Pipa.. 17 Gambar.3 Gate Valve Gambar.4 Globe Valve Gambar.5 Check Valve... 0 Gambar.6 Foot Valve... 0 Gambar.7 Pressure Reducer Valve... 1 Gambar.8 Shocked... 1 Gambar.9 Standar Ukuran Knee... Gambar.10 Tee Jenis Standar... Gambar.11 Tee Jenis Y... 3 Gambar.1 Reducer... 3 Gambar.13 Flens... 3 Gambar.14 Flexible Joint... 4 Gambar.15 Strainer... 4 Gambar.16 Penyangga Pipa... 5 Gambar.17 Penggantung Pipa... 5 Gambar.18 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Atas... 8 Gambar.19 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Bawah... 8 Gambar.0 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Samping... 8 Gambar.1 Metode ½ S dan ½... 9 Gambar. Metode ¼ S dan ½... 9 xi

13 halaman Gambar.3 (a), (b), (c) Metode istribusi Untuk Sprinkler Gambar 4.1 Lay Out Sprinkler Lantai 4 Gedung B CCV SIK Gambar 4. Lay Out Lantai 1 Gedung Administrasi & CCV Gambar 4.3 Pemilihan Jenis Pompa Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Pompa xii

14 AFTAR TABEL halaman Tabel.1 Ukuran iameter Pipa yang Umum igunakan Tabel. Macam Kepala Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap Suhu... 7 Tabel.3 Kapasitas Aliran Air pada Sprinkler Tabel.4 Persyaratan Teknis Hydrant pada Gedung... 3 Tabel.5 Simbol peralatan Instalasi Pemadam Kebakaran Tabel 3.1 Lambang Lambang yang igunakan dalam iagram Alir Tabel 4.1 Ukuran Pipa Sprinkler untuk Bahaya Kebakaran Sedang Tabel 4. Hasil Perhitungan iameter Sprinkler Gedung B CCV Lantai Tabel 4.3 Hasil Perhitungan iameter Hydrant Tabel 4.4 Koefisien Penyempitan C c untuk Air Tabel 4.5 Kerugian Head Reducer H c pada Pipa Sprinkler Tabel 4.6 Koefisien Kerugian Tinggi Tekan Peralatan Bantu Tabel 4.7 Koefisien Head Gesekan H f pada Sprinkler Tabel 4.8 Kerugian head Gesekan H f pada Hydrant Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Sprinkler Head pada Setiap Lantai xiii

15 AFTAR IAGRAM halaman iagram iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Sprinkler iagram 3.4. iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Hydrant iagram iagram Alir Perhitungan Tebal Pipa iagram iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer iagram iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Jalur Pipa iagram iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Gesek Pipa iagram iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Tekan iagram iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Hisap... 5 iagram iagram Alir Perhitungan Head Total Pompa... 5 iagram iagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa iagram iagram Alir Perhitungan Tekanan iagram iagram Alir Perhitungan aya Pompa xiv

16 AFTAR NOTASI SIMBOL KETERANGAN SATUAN Q Kapasitas Aliran fluida m 3 /s V Kecepatan Aliran m/s A Luas penampang pipa m h c Head kerugian reducer m C c Koefisien penyempitan untuk air g Percepatan Gravitasi m /s h e Head kerugian dalam jalur pipa m K Faktor untuk sambungan dan belokan R e Bilangan Reynolds iameter dalam pipa m µ Viskositas kinematik air m /s h f Kerugian gesek dalam jalur pipa m f Koefisien gesekan dalam pipa distribusi L Panjang total pipa m H pompa Head total pompa m h a Head Statis total m h p Head Perbedaan tekanan m h l Head Loses m h p Head Tekanan m p Tekanan N/m ρ Rapat massa kg/m 3 h v Head kecepatan m Z 1 Tinggi permukaan air m Z Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang m dihitung headnya h ld Head Loses ischarge m h ls Head loses suction m n s Putaran spesifik pompa rpm n Putaran pompa rpm H Head total pompa m P p aya pompa watt P h aya hidrolik Watt η Efisiensi pompa p xv

17 BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya laju pembangunan di Indonesia, kebakaran yang terjadi pada bangunan gedung cenderung meningkat. Kebakaran yang tidak dikehendaki oleh manusia, tidak memilih waktu dan tempat, mulai dari daerah pemukiman sampai bangunan bangunan tinggi dan megah, seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran, apartemen, gedung pabrik, dll tidak luput dari ancaman bahaya kebakaran. Pada umumnya bangunan tersebut kurang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pencegah kebakaran, padahal bahaya kebakaran merupakan suatu gangguan keamanan dan keselamatan yang dapat menimbulkan kerugian baik materi maupun jiwa bagi penghuninya. Penyebab kebakaran tertinggi disebabkan oleh kelalaian manusia seperti kurang diperhatikannya sistem instalasi listrik yang baik, kompor, membuang puntung rokok sembarangan, umur gedung yang sudah tua dan lain lain. Faktor yang menjadi penyebab lambatnya kebakaran ditanggulangi adalah jauhnya jarak antara petugas kebakaran dan lokasi yang terbakar, kurangnya peralatan pemadam kebakaran, macetnya jalan yang menuju lokasi kebakaran, komunikasi dan informasi yang terlambat pada dinas kebakaran, posisi gedung yang terbakar dan lain lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu adanya upaya pencegahan dan penyiapan penanggulangan bahaya kebakaran oleh semua pihak, salah satunya adalah perencanaan sistem instalasi pipa pemadam kebakaran pada gedung. 1

18 1. Maksud dan Tujuan Penulisan alam penulisan ini tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu : a. Merencanakan ulang sistem penanggulangan kebakaran pada gedung perkantoran lantai dan gedung proses kabel CCV 4 lantai yang belum mempunyai sistem pemadam kebakaran yang memadai. b. Membuat suatu sistem pencegahan kebakaran (fire protection) agar dapat menghindari kerugian baik materi maupun jiwa penghuninya. c. Merencanakan suatu sistem pemadam kebakaran yang baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh National Protection Fire Association (NPFA). d. Mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar asuransi kebakaran, pengisian tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan lain lain. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan alam merancang ulang sistem pemadam kebakaran ini, hal hal yang akan dibahas antara lain adalah : a. Perencanaan instalasi pipa pemadam kebakaran termasuk peletakan posisi pipa sprinkler, jenis sprinkle, menentukan peletakan hydrant box, pillar hydrant, siamese connection, perhitungan diameter pipa-

19 3 pipa, menentukan spesifikasi jenis pompa yang yang digunakan, perhitungan volume air yang dibutuhkan dan reservoar tank. b. Perhitungan biaya yang diperlukan dalam investasi sistem pemadam gedung, perbandingan biaya investasi dengan biaya asuransi kebakaran serta perhitungan titik kembali modal ( Break Even Point ). 1.4 Pembatasan Masalah alam perencanaan tugas akhir ini, perlu dilakukan pembatasan masalah yang bertujuan untuk memperjelas dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : a. Perencanaan instalasi system pemadan kebakaran hanya di titik beratkan pada gedung CCV 4 lantai dengan tinggi meter dan gedung administrasi perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tangerang. b. Perencanaan instalasi pipa untuk sprinkler system dan outdoor hydrant system, perhitungan diameter pipa, perhitungan tekanan, pemilihan jenis pompa, pemilihan material pipa dan spesifikasi pipa berdasarkan data yang tersedia. c. Pembahasan hanya dibatasi pada ruang lingkup tehnik mesin saja dan tidak menyinggung masalah listrik dan sistem control dan mengabaikan hal hal yang tidak begitu mempengaruhi perhitungan perencanaan instalasi pipa. d. Pemilihan dan penentuan fitting, katup penyangga, kapasitas dan tekanan yang telah disesuaikan dengan standar inas Pemadam Kebakaran.

20 4 1.5 Metodologi Penelitian alam menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan metode penyusunan yaitu : a Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari dan menggunakan literatur, buku-buku referensi, jurnal ilmiah, majalah, berbagai sumber dari media maya serta modul yang didapat dari perkuliahan sebagai landasan teori. b Penelitian Lapangan, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dilapangan, mencocokkan data gambar dengan data actual, serta melakukan wawancara secara langsung dengan pihak pihak yang terkait, seperti staff inas Pemadam Kebakaran Tangerang, Suplier dan beberapa karyawan sebagai nara sumber. 1.6 Sistematika Penulisan Secara menyeluruh, sistematika penulisan tugas akhir Perancangan Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran ini dituangkan dalam lima bab yaitu : BAB I PENAHULUAN Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, ruang lingkup permasalahan, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori dasar tentang terjadinya kebakaran secara umum, jenis-jenis peralatan dan komponen yang digunakan dalam

21 5 instalasi pipa dan pemadam kebakaran, sistem penyediaan air, dan sistem pemeliharaan nya. BAB III METOOLOGI PERANCANGAN Bab ini berisikan pengumpulan data data yang diperlukan dalam merancang instalasi pipa pada gedung dan sistematika perhitungan data. BAB IV ANALISA AN PERHITUNGAN Bab ini menguraikan perhitungan perhitungan yang digunakan untuk merancang instalasi pipa pemadam kebakaran, perhitungan biaya investasi yang dikeluarkan serta perhitungan titik kembali modal. BAB V KESIMPULAN AN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan akhir dari penjelasan yang diberikan pada bab bab sebelumnya.

22 BAB II LANASAN TEORI.1 Pengertian Kebakaran alam suatu batasan tertentu, api merupakan teman manusia. Api dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain dapat digunakan untuk memasak, menghangatkan ruangan pada daerah yang temperatur udaranya rendah, untuk peleburan logam dan lain lain. Tetapi api juga dapat merupakan ancaman yang sangat berbahaya, jika dalam penggunaannya, api tidak dapat dikendalikan lagi dan dalam hal ini disebut dengan kebakaran..1.1 Teori asar Terjadinya Api Api merupakan sebuah reaksi kimia (reaksi Oksidasi) yang bersifat eksothermis yang di ikuti oleh evaluasi pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan tiga unsur yaitu : bahan / benda, oksigen dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi tertentu yang memenuhi syarat, timbullah reaksi oksidasi yang dikenal dengan sebagai proses kebakaran. Kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang), mengakibatkan reaksi reaksi kimia sebagai proses pembakaran yang menimbulkan terjadinya api awal. Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini akan terus berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang. 6

23 7 Ketiga unsur yang sangat berpengaruh dalam proses pembakaran adalah : a. Oksigen, merupakan suatu unsur / zat yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, binatang dan tumbuh tumbuhan, tanpa kehadiran oksigen, api tidak akan terjadi. alam proses pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi. b. Benda / Bahan Bakar, Benda yang mudah terbakar adalah benda yang mempunyai suhu penyalaan rendah. Sebaliknya benda benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit terbakar. c. Panas, Sumber sumber panas yang dapat menimbulkan api antara lain adalah : api terbuka, sinar matahari, energi mekanis (gesekan), kompresi udara /gas, listrik, proses kimia. Bilamana keadaan suhu telah sampai pada titik nyala suatu bahan, maka ketiga unsur tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segi tiga yang di kenal dengan Segi Tiga Api (Fire Triangle of Combustion). Gambar.1 Segi Tiga Api (Fire Triangle of Combustion)

24 8 Sekali proses pembakaran dimulai dan bahan bakar serta oksigen tersedia dalam jumlah yang besar maka panas yang timbul akan lebih besar lagi. engan adanya penambahan panas akan meningkatkan jumlah bahan bakar dan juga kebutuhan oksigen. Selanjutnya karena adanya oksigen, panas pembakaran lebih meningkat dan melibatkan lebih banyak lagi bahan bakar. Selanjutnya apabila suhu mencapai titik nyalanya, akan timbul lagi proses pembakaran, demikian seterusnya. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus hingga semua bahan bakar habis dan panas telah terbuang semua ataupun oksigen terpakai habis, sehingga suhu bakar berkurang dibawah titik nyalanya dan proses pembakaran akan berangsur-angsur terhenti. Pada umumnya kebakaran atau berkembangnya api melalui beberapa tahap yaitu: Tahap Pertumbuhan (growth period), Tahap Pembakaran (steady combustion / burning combustion dan Tahap Surut (dry period). Tahapan tahapan tersebut ditandai dengan adanya peningkatan suhu, dari suhu yang rendah kemudian meninggi dan mencapai puncaknya serta berangsur angsur menurun..1. Penyebab Kebakaran Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor faktor penyebab terjadinya kebakaran adalah karena ulah manusia, penyalaan sendiri dan gerakan alam. A. Faktor Manusia 1. Kurangnya pengertian terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.

25 9 alam hal ini orang yang bersangkutan belum mengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya: a. Mendekatkan benda yang mudah terbakar ke sumber api seperti ; - Meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang mudah terbakar. - Meletakkan kain lap yang mudah terbakar diatas mesin yang sedang beroperasi. - Meletakkan lampu, obat nyamuk, pedupaan dan sebagainya yang sedang menyala di tempat yang gampang terbakar. - Menyimpan bahan bakar di dekat sumber panas. b. Memadamkan api / kebakaran yang sedang terjadi dengan menggunakan peralatan pemadam / media pemadam yang bukan pada tempatnya, seperti memadamkan api yang berasal dari kebakaran benda cair ( bensin, solar, minyak tanah ) dengan menggunakan air.. Kelalaian alam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang orang yang sudah memahami / mengerti tentang cara cara penanggulangan bahaya kebakaran, hanya saja ia malas / lalai melakukannya, misalnya : - Tidak pernah mau memperhatikan / meneliti atau mengadakan pengontrolan / pemeriksaan secara

26 10 rutin terhadap alat alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik dll) - Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan / situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruangan. - Membiarkan anak anak bermain api tanpa pengawasan. - Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan dan fasilitas pemadam kebakaran. - Tidak pernah mau mematuhi larangan larangan yang terdapat pada suatu tempat ( pada tempat yang berbahaya biasanya terdapat tanda peringatan ilarang Merokok, dan lain lain. - Merokok sambil bermalas malasan di tempat tidur. 3. Sabotase Adalah suatu kebakaran yang benar benar disengaja dilakukan oleh seseorang atau pihak tertentu dengan tujuan dan maksud maksud tertentu, misalnya dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab guna mencari keuntungan sendiri, balas dendam, atau menghilangkan jejak kejahatan. B. Penyalaan Sendiri 1. Pada penyimpanan penyimpanan tembakau di gudang. Pada tempat tempat penimbunan sampah

27 11 C. Kejadian Alam a. Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu batuan pijar, lahar panas, gas panas dan gempa bumi. b. Kilatan petir c. Sinar matahari d. kebakaran hutan.1.3 Klasifikasi Kebakaran Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis benda benda / bahan bahan yang terbakar. engan adanya klasifikasi kebakaran tersebut, diharapkan akan lebih mudah, lebih cepat dan lebih tepat dalam memilih media pemadam yang akan digunakan untuk melaksanakan pemadaman. Klasifikasi kebakaran : 1. Bahaya kebakaran ringan adalah mempunyai nilai kemudahan terbakar dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang rendah, tingkat perambatan api rendah.. Bahaya kebakaran rendah kelompok I, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah, penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari.5 meter dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang sedang, tingkat perambatan api sedang. 3. Bahaya kebakaran Sedang kelompok II, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas sedang, tingkat perambatan api sedang.

28 1 4. Bahaya kebakaran Sedang kelompok III, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. 5. Bahaya kebakaran berat, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas tinggi dan penjalaran api cepat.. Prinsip asar Pengamanan Kebakaran Pada dasarnya tujuan tindakan pengamanan bahaya kebakaran adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap ancaman keselamatan jiwa. Perlindungan harta benda termasuk bangunan 3. Perlindungan informasi/proses yang berlangsung 4. Perlindungan lingkungan hidup terhadap kerusakan Sebagai realisasi dari tindakan tersebut, maka sistem pengamanan terhadap kebakaran meliputi sekurang-kurangnya adalah : 1. Mencegah timbulnya percikan api. Membuat prosedur pertolongan 3. Membatasi penjalaran api 4. Mendeteksi dan melakukan pemadaman dini 5. Meminimalisasi kerusakan bila kebakaran terjadi Sistem pengamanan tersebut perlu direalisasikan dalam perancangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sistem dengan manajemen sistem yang baik.

29 13.3 Metode Pemadaman Prinsip pemadaman adalah merusak keseimbangan campuran antara unsurunsur atau faktor-faktor penunjang untuk terjadinya api. Telah diuraikan terdahulu bahwa dalam proses kebakaran untuk menimbulkan terjadinya api, dibutuhkan tiga faktor, yaitu adanya bahan/benda, sumber panas dan oksigen. Bilamana salah satu dari ketiga faktor tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. Penghilangan atau pengurangan salah satu dari faktor tersebut akan membuat api menjadi sirna. engan demikian untuk menghilangkan / memberantas api dapat dilakukan dengan cara : 1. SMOTHERING Penutupan / Penyelimutan Cara atau metode ini biasa dikenal dengan system pemadaman isolasi / lokalisasi yaitu : Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan karung basah Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan Lumpur, pasir atau tanah Memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api jenis busa. Sekaligus pula dalam hal ini melokalisir atau membatasi areal kebakaran agar api tidak membesar/meluas ke tempat lain.. COOLING Pendinginan Yaitu : mengurangi / menurunkan panas sehingga benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya, misalnya: isiram / disemprot dengan air (mengingat air mempunyai daya serap yang baik).

30 14 itimbuni dengan pohon-pohon yang mengandung air. ipadamkan dengan alat pemadam api jenis CO 3. STARVATION Yaitu mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar atau menutup aliran bahan (cair atau gas) yang terbakar, misalnya : Memisah-misahkan benda yang terbakar Menjauh-jauhkan benda yang terbakar Menutup keran pada instalasi aliran minyak atau gas yang terbakar. 4. EMULSIFICATION : Misalnya : memadamkan api dari kebakaran plastik dengan menggunakan air 5. PELARUTAN Misalnya : Memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air..4 Sistem Penyediaan Air Setiap jenis sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaaan pemilik gedung. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya, harus ditunjuk badan lain yang diberi kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadi kebakaran.

31 Pada Jaringan Kota Pipa penyalur untuk sistem sprinkler dapat disambung pada sistem jaringan kota apabila kapasitas dan tekanan mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan Air Minum..4. Tangki Gravitasi Tangki Gravitasi adalah tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik sehingga dapat diterima sebagai sistem penyediaan air, Tangki gravitasi untuk melayani kebutuhan rumah tangga, keran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus memiliki syarat sebagai berikut : irencanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadaman kebakaran dapat dipertahankan. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan..5 Jenis Perencanaan Instalasi pipa dan Sistem Pemipaaan.5.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa Bila ditinjau dari segi lokasi, perencanaan instalasi pipa secara umum dibagi menjadi dua jenis perencanaan, antara lain :

32 Perencanaan Instalasi Pipa iluar Gedung Pada perencanaan instalasi pipa diluar gedung, fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air dan gas saja, tetapi dapat juga berupa minyak atau cairan cairan kimia. Sistem perencanaan instalasi pipa diluar gedung dapat dibagi menjadi : 1. Perencanaan instalasi pipa dinas PAM. Perencanaan instalasi pipa dibidang Perminyakan dan Gas 3. Perencanaan instalasi pipa dibidang industri kimia 4. Perencanaan instalasi pipa dibidang industri lain.5.1. Perencanaan Instalasi Pipa idalam Gedung Perencanaan instalasi pipa didalam gedung sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari. Sistem perencanaan instalasi pipa didalam gedung dibagi menjadi : 1. Perencanaan instalasi pipa distribusi air bersih. Perencanaan instalasi pipa air kotor 3. Perencanaan instalasi pipa air buangan 4. Perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran 5. Perencanaan instalasi pipa central air conditioning.5. Sistem Pemipaan Peralatan-peralatan yang terpasang untuk sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :.5..1 Pipa Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan fluida. alam hal ini yang disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. alam menentukan jenis pipa yang digunakan harus disesuaikan dengan tekanan yang dibutuhkan

33 17 untuk mengalirkan fluida. Pipa yang digunakan untuk instalasi pemadam kebakaran adalah jenis Black Steel Schedule 40. Panjang standar pipa Black steel adalah 6 meter. Pipa black steel yang dipakai sebagai instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran karena alasan sebagai berikut : Memiliki Ketahanan terhadap panas yang baik Memiliki kekuatan baja yang baik apat menahan tekanan tinggi Gambar. Pipa ibawah ini adalah ukuran ukuran pipa yang dijual dipasaran Tabel.1 Ukuran iameter Pipa Yang Umum igunakan iameter pipa (inchi) iameter pipa (mm) ½ 15 ¾ ¼ 3 1 ½ ½

34 Pompa Pompa yang digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi adalah pompa jenis centrifugal, ada 3 macam jenis pompa yang digunakan antara lain adalah : 1. Electric Motor Pump, digunakan untuk mengalirkan air bersih dari tangki utama menuju instalasi sprinkler system dan hydrant box.. iesel Engine Pump, digunakan untuk pompa pencegahan dan penanggulangan kebakaran sebagai pengganti electric pump yang kemungkinan saat kebakaran tidak berfungsi karena aliran listrik padam. 3. Jockey Engine Motor Pump, digunakan untuk menambah tekanan air dalam pipa pada saat electric pump sedang beroperasi dan sebagai penyeimbang tekanan bilamana system dalam posisi stand by. Rumah pompa merupakan salah satu pokok yang diatur dalam standar dengan persyaratan: alam bangunan yang khusus dan terpisah alam bangunan yang bersebelahan / bersatu dengan bangunan utama yang dilindungi dan dipisahkan oleh dinding tahan api.5..3 Katup Katup yang digunakan pada instalasi pipa bangunan tinggi antara lain adalah: 1. Gate Valve, berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa

35 19. Globe Valve Gambar.3 Gate Valve Fungsi dari globe valve pada dasarnya sama dengan gate valve, yaitu untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa. Tetapi bila melewati globe valve, aliran air akan membentuk pola huruf S, hal ini akan menahan aliran air sehingga tekanan yang terjadi tidak akan meningkat. Gambar.4 Globe valve

36 0 3. Check Valve Check valve berfungsi untuk menahan aliran balik apabila pompa tiba tiba berhenti beroperasi. 4. Foot Valve Gambar.5 Check Valve Foot valve berfungsi sebagai saringan agar kotoran tidak terbawa masuk kedalam pompa. Apabila kotoran masuk kedalam pompa, kotoran tersebut dapat merusak sudu sudu dalam pompa. Foot Valve dipasang pada ujung suction pipe (pipa hisap). Selain itu fungsi dari foot valve adalah menahan aliran balik pada saat pompa berhenti beroperasi sehingga air tidak perlu dipancing lagi pada saat pompa beroperasi kembali. Gambar.6 foot Valve 5. Pressure Reducer Valve Pressure reducer Valve (PRV) berfungsi untuk mengurangi tekanan air dalam pipa agar air yang mengalir pada pipa mempunyai tekanan yang

37 1 konstan. PRV ini dipasang pada cabang pipa dari shaft yang masuk ketiap lantai, gambar PRV dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar.7 Pressure Reducer Valve.5..4 Penyambungan Pipa (Fitting) Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara : Sambungan ulir, untuk Galvanized Iron Pipe dan Black Steel Kadang juga PVC. Sambungan las, untuk Black steel dengan diameter Sambungan dengan menggunakan lem, untuk pipa PVC Macam macam penyambungan pipa antara lain adalah : 1. Socked: untuk menyambung pipa lurus dengan diameter yang sama. Gambar.8 Shocked. Knee / Siku / Elbow: digunakan untuk menyambung pipa yang membelok, dibawah ini ditunjukkan bermacam jenis knee.

38 Gambar.9 Ukuran standar knee 3. Tee : digunakan untuk menyambung 3(tiga) buah pipa. Sambungan jenis ini memiliki (dua) macam bentuk, antara lain: Tee : Tee jenis ini mempunyai (dua) jenis bentuk yaitu : a. d 1 = d = d 3 b. d 1 = d d 3 Tee Y Gambar.10 Tee Jenis Standar Tee jenis ini mempunyai (dua) jenis bentuk, yaitu : c. d 1 = d = d 3 d. d 1 = d d 3

39 3 Gambar.11 Tee Y 4. Reducer, digunakan untuk menyambung pipa lurus dengan diameter berbeda Gambar.1 Reducer 5. Flens, digunakan untuk menghubungkan (dua) buah pipa yang disambung dengan cara pengelasan dan dihubungkan dengan baut. Gambar.13 Flens.5..5 Peralatan Bantu Utama Peralatan Bantu utama pada instalasi pipa dalam gedung antara lain adalah :

40 4 1. Flexible Joint, berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada waktu pompa dioperasikan, getaran yang terlalu kencang dapat merusak sambungan pipa. Flexible Joint dipasang pada suction pipe dan discharge pipe. Gambar.14 Flexible Joint. Strainer : berfungsi untuk menyaring kotoran kecil berupa pasir, kerikil dan lain sebagainya agar tidak masuk ke dalam pompa. Kotoran tersebut dapat merusak sudu sudu pompa. Strainer dipasang pada suction pipe. Gambar.15 Strainer 3. Manometer : berfungsi untuk mengatur tekanan air di dalam pipa. Manometer dipasang pada discharge pipe 4. Penyangga dan Penggantung Pipa

41 5 Penyangga pipa digunakan untuk meletakkan pipa diatas tanah. Gambar pipa dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar.16 Penyangga Pipa Penggantung pipa digunakan tepat diatas ruangan atau dibawah langit langit. Gambar penggantung pipa dapat dilihat dibawah ini. Gambar.17 Penggantung Pipa.6 Perencanaan Instalasi Fire Protection System Pada perencanaan instalasi Fire Protection System, alat alat yang digunakan antara lain :.6.1 Sprinkler System Sistem pemercik air (Sprinkler System) adalah suatu jaringan instalasi pemipaan yang dapat memancarkan air bertekanan tertentu secara otomatis

42 6 berdasarkan sensor panas, ke segala arah dalam suatu ruangan. Macam macam sprinkler antara lain : 1. Sprinkler sistem Basah (Wet Type System) Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler (baik dibawah maupun diatas katup kendali / control valve) berisi air bertekanan tertentu dan dihubungkan dengan persediaan air, sehingga memungkinkan sistem sprinkler tersebut dapat bekerja pada saat kepala sprinkler pecah langsung memancarkan air. Sistem sprinkler ini, pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat (retard chamber). Fungsi dari peralatan ini adalah untuk menghindari aktifnya alarm gong akibat terjadinya kelebihan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali Cara kerja : engan pecahnya kepala sprinkler karena menerima rangsangan panas sesuai dengan tingkat suhunya, air akan memancar keluar. Air yang memancar dari kepala sprinkler mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi akan turun sampai titik tertentu. Turunnya tekanan akan mengakibatkan pressure switch menggerakkan pompa sehingga pompa bekerja. Setelah pompa bekerja, menekan air melalui jaringan menuju titik titik sprinkler termasuk mengaktifkan alarm gong.. Sprinkler Sistem kering (ry Pipe System) Sprinkler sistem kering adalah suatu jaringan sprinkler dimana selain menggunakan katup kendali, juga dilengkapi dengan katup pipa kering (dry pipe valve). ari titik dry pipe valve sampai ke titik titik sprinkler tidak berisi air, tetapi berisi udara yang bertekanan, sedangkan dari dry pipe valve sampai ke pompa berisi air bertekanan.

43 7 Sistem ini biasanya digunakan pada daerah yang mengalami musim dingin seperti di Eropa dan Amerika. Cara kerja : Serupa dengan cara kerja sistem basah, namun pada saat kepala sprinkler pecah, tidak langsung keluar pancaran air, melainkan didahului dengan keluarnya udara yang bertekanan. Pada saat tekanan pada jaringan turun, dry pipe valve akan terbuka dan air mengalir ke titik titik sprinkler seraya mengaktifkan pompa kebakaran dan alarm gong. Macam macam kepala sprinkler berdasarkan kepekaan suhu dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel. Macam Kepala Sprinkler berdasarkan Kepekaan Terhadap Suhu No Warna Cairan dalam tabung Tingkat suhu ( o C) gelas 1 Jingga 57 Merah 68 3 Kuning 79 4 Hijau 93 5 Biru Ungu 18 7 Hitam 04 / 60 Berdasarkan arah pancarannya, kepala sprinkler dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1. Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke atas (upright). Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke bawah (pendent) 3. Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke samping (sidewall)

44 8 Gambar.18 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke atas (upright) Gambar.19 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke bawah (pendent) Gambar.0 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke samping (sidewall) Untuk penempatan kepala sprinkler, terdapat (dua) jenis system pengaturan yaitu 1. Metode ½ S dan ½. Metode ¼ S dan ½

45 9 Gambar.1 Metode ½ S dan ½ Gambar. Metode ¼ S dan ½ S = Jarak antara dua kepala sprinkler = Jarak antara dua jalur pipa S x untuk bahaya kebakaran ringan = 1 ~ 1 m S x untuk bahaya kebakaran sedang = 9 ~ 1 m S x untuk bahaya kebakaran berat = 9 m isamping dua jenis penempatan tersebut, terdapat pula beberapa metoda penempatan untuk kepala sprinkler yang disesuaikan dengan kondisi ruangan yang akan dipasang kepala sprinkler, seperti gambar berikut ini:

46 30 Gambar.3 (a)(b)(c)(d) Metode istribusi untuk Sprinkler Persyaratan teknis kapasitas aliran, tekanan, kepadatan pancaran dan daerah kerja maksimum, berdasarkan Kep. Men. Pekerjaan Umum No. 0/KPTS/1985 pasal 1dan keputusan Gubernur KI Jakarta No adalah sebagai berikut : Tabel.3 Persyaratan Sistem Pemancar Air (Sprinkler) untuk Bahaya Kebakaran Ringan minimum Rate pada Control Valve m 3 /s Minimum ebit Air m 3 /s Minimum Penyediaan 9 m 3 Maksimum Tekanan N/m Minimum Tekanan N/m Maksimum jumlah sprinkler per katup 500 buah pengontrol Untuk bangunan tinggi, pada setiap lantai harus ada kontak aliran air (water flow switch) dan saluran pembuangan air (drainage) serta keran pengatur. Persediaan kepala sprinkler sebagai cadangan adalah minimal 6 buah perlantai

47 31 Hydrant System Hydrant kebakaran (Fire Hydrant) adalah suatu sistem jaringan pemipaan untuk menyalurkan air (tekanan tertentu) yang digunakan sebagai sarana pemadam kebakaran. Berdasarkan tempat / lokasinya sistem hydrant kebakaran dapat dibagi menjadi (dua) yakni : 1. Hydrant Gedung adalah hydrant yang terletak didalam bangunan, dan sistem peralatannya disediakan / dipasang oleh pihak pengelola gedung tersebut. Berdasarkan penggunaannya, hydrant jenis ini diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu : Hydrant Kelas I Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter,5 inchi, penggunaannya diperuntukkan secara khusus bagi petugas Pemadam Kebakaran atau orang yang terlatih. Hydrant Kelas II Hydrant yang dilengkapi dengan selang yang berdiameter 1,5 inchi, yang penggunaannya diperuntukkan bagi penghuni gedung atau para petugas yang belum terlatih. Hydrant Kelas III Adalah hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara hydrant kelas I dan kelas II.

48 3. Sistem Hydrant Halaman Hydrant halaman adalah hydrant yang terletak di luar / lingkungan gedung, sedangkan instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pemilik bangunan. Persyaratan teknis hydrant gedung berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 0/KPTS/1985, Keputusan Gubernur KI Jakarta dan ketentuan-ketentuan dari inas kebakaran KI Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.4. Persyaratan Teknis Hidrant Gedung untuk Bahaya Kebakaran Ringan Minimum iameter Selang 0,037 m (1 ½ ) Minimum ebit Air 0,006 m 3 /s Minimum iameter Pipa Untuk bangunan rendah 40 mm Untuk bangunan tinggi 65 mm Maksimum Tekanan N/m Minimum Tekanan N/m Minimum Pemakaian 30 menit Kotak hydrant harus dipasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan lantai,mudah dilihat dan dicapai serta kotaknya tidak boleh terkunci Panjang selang maksimal 30 meter (100 feet),harus tidak bocor dan tidak lapuk serta diatur sehingga tidak membelit jika ditarik (direntangkan). Pipa pemancar harus selalu terpasang pada slang. Pipa hydrant harus dicat merah, kotak hydrant tersebut harus diberi tulisan HYRANT dengan warna putih, tinggi tulisan minimal 10 cm dan penempatannya tidak terhalang oleh benda-benda lain.

49 33 Pada bangunan tinggi yang memakai pipa tegak 6 inchi harus disediakan kopling pengeluaran (landing valve) yang berdiameter ½ inchi dengan bentuk kopling yang sama dengan kopling yang digunakan oleh mobil inas Pemadam Kebakaran Sedangkan untuk hydrant Halaman harus diletakkan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak antara masing masing hydrant Halaman maksimal 150 meter Hydrant dipasang dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah Hydrant Halaman harus dipasang 1 meter dari pagar halaman bangunan, mudah dilihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda benda lain dan dicat merah. Hydrant halaman harus mampu mengalirkan air 1.15 L/menit Tekanan maksimum Hydrant Halaman adalah N/m dan tekanan Minimum Hydrant Halaman adalah N/m Harus disediakan Sambungan inas Kebakaran (Fire Brigade Connection) yang berupa kopling kembar Siam (Siamese Connection) dengan jenis yang sama dengan kopling yang digunakan mobil inas Pemadam Kebakaran serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh unit mobil inas Kebakaran. Tidak ada kebocoran pada Katup pembuka Pipa Hydrant tidak boleh ada Pengembunan Siamese connection Siamese Connection merupakan kopling masukan (inlet bercabang dua yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam sistem instalasi apabila pompa kebakaran, mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis.

50 34 Siamese Connection biasanya terletak ditempat yang mudah dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran, biasanya dipasang pada halaman muka, disamping atau dibelakang bangunan. Tabel.5 Simbol Peralatan Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran

51 35 Rumus rumus yang igunakan 1. ebit Air ( Kapasitas Aliran Air fluida ) Q = V. A imana : Q = Kapasitas Aliran fluida (m 3 /s) V = Kecepatan Aliran (m/s) A = Luas penampang pipa (m ). Head Kerugian Reducer h c = 1 V C 1 c g imana : h c = Head kerugian reducer (m) C c = koefisien penyempitan untuk air V = kecepatan aliran (m/s) g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s 3. Head kerugian alam jalur Pipa h e = K v g. imana : h e = Head kerugian dalam jalur pipa (m) K = Faktor untuk sambungan dan belokan v = kecepatan aliran (m/s) g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s 4. Bilangan Reynolds R e = v.d µ

52 36 imana : R e = Bilangan Reynolds d = iameter dalam pipa (m) v = Kecepatan aliran fluida (m/s) µ = Viskositas kinematik air (m /s) 5. Kerugian Gesek dalam Pipa (aliran bersifat turbulen) h f = L v f.. g imana : h f = kerugian gesek dalam jalur pipa (m) f = Koefisien gesekan dalam pipa distribusi L = Panjang total pipa (m) = iameter dalam pipa (m) g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s 6. Head Total Pompa H pompa = h a + h p + h 1 + v g imana : H pompa = Head total pompa (m) h a = Head Statis total (m) h p = Head Perbedaan tekanan ( m) h l = Head Loses (m) 7. Head Tekanan P P1 h p = ρ. g imana: h p = Head Tekanan (m) p = Tekanan (N/m ) ρ = Rapat massa (kg/m 3 )

53 37 8. Head Kecepatan g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s h v = v v1 g imana : h v = Head kecepatan (m) v = kecepatan aliran (m/s) g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s 9. Head Statis h a = Z Z 1 imana : h a = Head Statis Normal (m) Z 1 = Tinggi permukaan air (m) Z = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya (m) 10. Head Losses ischarge dan Head Losses Suction h ld = h f + h c + h e h ls = h f + h e imana : h ld = Head Loses ischarge (m) h f = Kerugian gesek dalam pipa (m) h c = Head kerugian reducer (m) h e = Head kerugian dalam jalur pipa (m) h ls = Head loses suction (m) 11. Head Loses h loses = h ld + h ls imana : h l = Head Loses (m) h ld = Head Loses ischarge (m) h ls = Head loses suction (m)

54 38 1. Putaran Spesifik Pompa n Q n s = 3 / 4 H imana : n s = Putaran spesifik Pompa (rpm) 13. Persamaan Energi n = Putaran Pompa (rpm) Q = Kapasitas pompa (m 3 /s) H = Head total pompa (m) p ρg 1 + v1 g + Z 1 + H pompa = p ρg + v g + Z + H loses imana : p1 ρg = Head tekanan pada sisi isap (m) v1 g Z 1 = Head kecepatan pad sisi isap (m) = Tinggi permukaan air (m) H pompa = Head pompa (m) p ρg v g Z = Head tekanan pada sisi tekan (m) = Head kecepatan pada sisi tekan (m) = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung head (m) H loses = Head loses (m)

55 aya Pompa P p = ρ. g. H. Q η p engan : η = p Ph P p imana : P p = aya pompa (Watt) P h = aya Hidrolik (Watt) η = Efisiensi pompa p H = Head Total Pompa (m) ρ = Rapat massa (kg/m 3 ) Q = Kapasitas pompa (m 3 /s) g = Percepatan Gravitasi (m /s) = 9.81 m /s Pengujian Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pengujian yang dilakukan pada instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran antara lain adalah : 1. Pengujian Tekanan Pada pengujian tekanan ini perlu diketahui apakah pengujian akan sampai ke semua bagian dari sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran tersebut. Pelaksanaannya, yaitu dengan cara : menjalankan pompa untuk menghantarkan tekanan ke semua pipa cabang dan membuka katup. Pengujian dilakukan dengan tekanan Hidrostatik 0 kg/cm 3 selama 4 jam terus menerus tanpa penurunan tekanan pada tiap tiap cabang pipa.

56 40. Pengujian Tangki Setelah selesai dibangun, tangki harus dibersihkan secara baik kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Selama pengujian tangki harus tidak menunjukkan gejala kebocoran sekurang kurangnya 4 jam. 3. Pengujian Aliran Pada pengujian ini, aliran air harus benar benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati sama dengan debit aliran keluar. 4. Pengujian Sprinkler System Pengujian ini dilakukan hanya pada beberapa kepala sprinkler, sehingga pada suhu tertentu tabung kaca kepala sprinkler akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang lubang kepala sprinkler. 5. Pengujian Pompa Pada pengujian ini, pompa yang digunakan pada gedung dinyalakan. iharapkan pompa tersebut harus dapat bekerja secara otomatis dan manual, dapat menyalurkan air sesuai dengan kebutuhan, dapat berfungsi dengan sumber daya PLN maupun darurat. Pemeliharaan Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Aspek pemeliharaan suatu instalasi tidak dapat dipisahkan dari perancangan maupun pemasangan, terlebih pada instalasi pipa pemadam kebakaran ini, karena sistem ini merupakan suatu sistem yang sangat penting yang harus dimiliki suatu bangunan tinggi dan jika pemeliharaannya kurang memadai, maka instalasi tersebut tidak dapat diandalkan.

57 41 Umumnya masalah pemeliharaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran kurang mendapat perhatian bahkan pada bangunan tinggi yang telah dirancang dan dibangun dengan penampilan baik sekalipun. Oleh karena itu mutu suatu bangunan tinggi sebenarnya tidak dapat dinilai baik jika perancangan dan pemeliharaannya tidak merupakan Tiga Serangkai yang nyata dan sesuai dengan peraturan yang berlaku..9.1 Pemeliharaan Tangki Penyediaan Air Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan pemeliharaan tangki, antara lain adalah : Pemeriksaan bagian dalam Tangki inding tangki sewajarnya tidak mempunyai keretakan yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran. Pemeriksaan Ketinggian Permukaan Air. Ketinggian permukaan air pada tangki harus dijaga, antara lain dengan menggunakan pelampung agar ketinggian permukaan air pada tangki tetap dapat terpenuhi. Pemeliharaan Pipa Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain adalah : Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat Pemeriksaan terhadap laju aliran dan tekanan air Pemeriksaan penggantung dan penyangga pipa

58 4 Pemeliharaan Pompa Pada pemeliharaan pompa, yang harus dilakukan antara lain adalah : Pembersihan pada Katup Hisap(Suction Valve) dan Pipa Hisap (Suction Pipe). Jika selama pompa beroperasi ada benda asing. Kotoran atau sampah yang masuk kedalam pipa Hisap atau Katup hisap, maka pompa akan mengalami gangguan yang serius. Karena itu, pompa harus diperiksa dari benda benda yang dapat mengganggu dan merusak pompa. Pemeriksaan minyak pelumas Gemuk dan minyak pelumas harus diperiksa kebersihannya dan jumlahnya. Pemeriksaan kebocoran dari bagian bagian pompa, diamati secara visual. Arus Listrik, dibaca pada control panel. Pemeliharaan Sprinkler System dan Hydrant System Kedua alat ini harus berada pada posisi yang baik, yaitu bebas dari korosi, bebas dari kotoran dan debu. Sebaiknya kepala sprinkler dilapisi atau diolesi gemuk agar terhindar dari korosi. Pastikan bahwa pintu hydrant box dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.berikan gemuk pada engsel pintu hydrant box.

59 BAB III METOOLOGI PERENCANAAN alam perencanaan sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini, penulis melakukan beberapa cara dalam pengumpulan data-data yang diperlukan. Adapun metodologi perencanaan yang penulis lakukan antara lain adalah studi ke sumber data gedung, survey di lapangan dan melakukan wawancara dengan beberapa organisasi / instansi yang terkait. 3.1 Objek Perencanaan alam penulisan Tugas Akhir ini, yang menjadi objek perencanaan penulis adalah Perencanaan sistem dan instalasi pemadam kebakaran pada gedung Produksi CCV Line dan gedung perkantoran PT Sumi Indo Kabel jalan Gatot Subroto Km 7.8 Jatiuwung Tangerang. 3. Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Tinggi. Prosedur pemasangan instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi akan dijelaskan dalam bentuk diagram alir (flow diagram). iagram alir digambarkan menggunakan lambang-lambang seperti dibawah ini. Lambang-lambang itu dibuat untuk memudahkan pengertian urutanurutan pengerjaan. Jumlah lambang-lambang yang akan dipakai diusahakan seminimal mungkin. 43

60 44 Tabel 3.1. Lambang Lambang yang digunakan dalam diagram alir Terminal Untuk menyatakan mulai (Start), berakhir (end) dan berhenti (stop) Input Pernyataan data dan Penyusunan data isini diperlukan pertimbangan seperti Pekerjaan, Orang pemilihan persyaratan kerja, perlakuan panas, penggunaan faktor keamanan dll. Pengolahan Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan persamaan, table dan gambar Keputusan Harga dihitung, dibandingkan dengan yang telah distandartkan okumen Untuk menyatakan keluaran dari tempat keputusan ketempat sebelumnya / berikutnya Penghubung Garis aliran Untuk menghubungkan langkah langkah berurutan

61 45 iagram Alir Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Tinggi. START Gambar irancang Gambar Masuk ke Tim Penasehat Arsitektur kota (TPAK) Ada Advise dari TPAK Gambar masuk ke Tim Pemeriksa Instalasi Bangunan (TPIB) No Mendapat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung ibangun Pemasangan Instalasi pencegahan dan penanggulangan pada bangunan oleh kontraktor A

62 A 46 Bangunan Berdiri Kontraktor mengundang inas Pemadam Kebakaran untuk melakukan uji coba terhadap Instalasi Pencegahan dan Penanggulangan yang telah dipasang pada bangunan Ada Rekomendasi dari PK Pemeriksaan oleh inas Penataan dan Pengawasan Bangunan No Bangunan dinyatakan layak pakai EN Peraturan-peraturan yang harus di patuhi dalam perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah: 1.SK.GUB.KKI Jakarta No.55/1984.Peraturan aerah No.3 tahun 199

63 47 3.Kep.Men. Pekerjaan Umum No.378/KPTS/ NFPA 13 5.Kep.Men Pekerjaan umum No.10/KPTS/ Teknik Pengumpulan ata alam penyusunan penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan. engan mengambil, mengamati serta mengumpulkan data-data pada gedung administrasi dan perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tangerang.. Wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang lebih lengkap mengenai segala sesuatu yang belum diketahui penulis, yaitu dengan wawancara langsung pada perusahaan rekanan dan nara sumber lain yang terkait dengan penulisan tugas akhir ini. 3. Riset Kepustakaan engan mengumpulkan data data melalui buku buku literature, materi perkuliahan, searching data melalui jalur internet, dan pencarian buku buku lain yang berhubungan dengan materi penulisan tugas akhir ini 4. Audiensi ke Pemerintah Terkait Audiensi ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan ketentuan yang berlaku dalam merencanakan system instalasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran

64 iagram Alir Perhitungan Setelah dilakukan penelitian dilapangan, kepustakaan dan kunjungan kunjungan ke kantor dan Instansi Pemerintah Terkait, dilakukan perhitungan perhitungan sebagai berikut: iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Sprinkler Start ebit air, Q (m 3 /s) dan kecepatan air minimum, v (m/s) iameter pipa sprinkler, = 4Q πν (m) Pemeriksaan terhadap v, dimana dimasukkan lagi kedalam rumus v No End Yes

65 iagram Alir Perhitungan iameter Pipa Hydrant Start ebit air, Q (m 3 /s) dan kecepatan air minimum, v (m/s) iameter pipa Hydrant, = 4Q πν (m) Pemeriksaan terhadap v, dimana dimasukkan lagi kedalam rumus v No Yes End iagram Alir Perhitungan Tebal Pipa Start Tekanan alam Pipa, (N/m ) iameter dalam pipa, (m) Tegangan Tarik bahan yang diijinkan, σ (N/m 3 ) Konstanta bahan, C (m) P. Tebal pipa, t = + C (m).σ End

66 iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer Start iameter pipa 1, 1 (mm) dan iameter pipa 1, (mm) dan π Koefisien penyempitan untuk air, Cc = 4 ( ) π ( 1 ) 4 1 ν Head Kerugian Reducer, h c = 1 ( m) C c g End iagram Alir Perhitungan Head Kerugian alam Jalur Pipa Start Faktor untuk Sambungan dan Belokan, K K v Head Kerugian dalam jalur pipa, h e = 9. (m) End

67 iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Gesek alam Pipa Start iameter Pipa, (m) dan panjang total pipa L (m) Koefisien gesekan dalam pipa distribusi, f = Head Kerugian Gesek pada Pipa h f = L v f.. g (m) End iagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total pada Pipa Tekan (ischarge) Start Head Kerugian Reducer, h c ; Head Kerugian dalam jalur pipa h e ; kerugian gesek dalam jalur pipa h f Head Losses ischarge, h ld = h c + h e + h f (m) End

68 iagram Alir Perhitungan Head Total pada Pipa Hisap (Suction) Start Head Kerugian dlm jalur pipa, h e ; kerugian gesek dalam jalur pipa h f Head Losses Suction, h ls = h e + h f (m) End iagram Alir Perhitungan Head Total Pompa Start Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya, Z 1 (m)dan tinggi permukaan air, Z (m) Head Statis Total, h a = Z Z 1 (m) C

69 53 C Tekanan Minimum hydrant gedung, P dan tekanan awal, P 1 Head Perbedaan Tekanan, hp = P P1 (m) ρ. g Kecepatan air minimum, v dan kecepatan awal, v 1 Head Kecepatan, h v = v v1 (m) g Head Losses ischarge, h ld dan Head Losses Suction, h ls Head Losses = h losses = h ld + h ls (m) Head statis total h a ; Head Perbedaan Tekanan h p ; Head Kecepatan, h v ; Head Losses, h losses Head Pompa, H pompa = h a + h p + h v + h losses (m) End

70 iagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa Start Putaran pompa, n; Head Pompa, H pompa ; ebit air, Q Putaran spesifik pompa, n n s = Q 3 4 H (rpm) Efisiensi Pompa, η p End iagram Alir Perhitungan Tekanan Start Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya, Z 1 ; tinggi permukaan air Z ; Head Pompa, H pompa ; Tekanan Awal P 1 dan Kecepatan Air Minimum v P1 ρg Tekanan Sprinkler Head Terjauh, v1 P v + Z1 + H = + + Z + g ρg g + pompa H losses End

71 iagram Alir Perhitungan aya Pompa Start Kerapatan air, ρ (kg/m 3 ) Kecepatan Gravitasi, g (m/s ) Head Pompa, H (m) Kapasitas Pompa, Q (m 3 /s) Efisiensi Pompa, η aya pompa, P = ρ. g. H. Q η p (watt) End

72 BAB IV PERHITUNGAN AN ANALISA PERENCANAAN 4.1 Pengamatan Pendahuluan Pada tahap perencanaan pembuatan konsep, penelitian dilapangan sangat penting untuk dilakukan, karena jika tidah lengkap atau kurang memadai akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perencanaan dan dapat menyebabkan terhambatnya pemasangan pipa. Pada pengamatan pendahuluan ini dilakukan pengumpulan data awal berupa: Jumlah lantai gedung Penggunaan Gedung enah Bangunan Luas Bangunan Kondisi Lingkungan Penelitian di lapangan tidak hanya berarti melihat situasi setempat dilapangan, tetapi juga meliputi kunjungan ke instansi pemerintah yang terkait dalam hal ini PK Tangerang, survey material yang ada dipasaran dan penelitian terhadap supplier dan pelaksana kontraktor yang akan ditunjuk. Berikut adalah data teknis dan lokasi Gedung : Nama Gedung : Gedung Perkantoran dan Administrasi PT. Sumi Indo Kabel. Lokasi : Jalan Gatot Subroto Km 7.8 Jatiuwung Tangerang Batas batas lokasi: 56

73 57 Sebelah utara : PT. Karya Sumiden Indonesia Sebelah Selatan : Jalan Raya Telesonic, PT Inter Kayu Sebelah barat Sebelah timur : PT. Cometa Can Company : PT. Mesindo Agung Jumlah Gedung : gedung terdiri dari; Gedung A ( Perkantoran dan administrasi, lantai ) Tinggi gedung : 6 meter Panjang Gedung : 36 meter Lebar Gedung : 18 meter Luas atap lantai 1 : 648 m Luas atap lantai : 648 m Gedung B ( Produksi untuk CCV line, 4 lantai ) Tinggi gedung : meter Panjang Gedung : 45 meter Lebar Gedung : 1 meter Luas atap lantai 1 : 540 m Luas atap lantai : 318 m Luas atap lantai 3 : 504 m Luas atap lantai 4 : 88 m alam perhitungan Tugas Akhir ini, penulis mengambil Gedung CCV lantai 4 sebagai acuan perhitungan sebagai titik kritis untuk semua sistem yang bekerja.

74 58 4. Perencanaan Pendahuluan Pada tahap ini yang harus disiapkan adalah dasar dasar perencanaan dengan menggunakan dua konsep rencana serta data pada sistem perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang diperoleh dari penelitian di lapangan berupa : Sistem ata Gedung Penyediaan air untuk instalasi pipa dan pencegahan dan penanggulangan kebakaran Penentuan jenis kebakaran yang sesuai dengan peruntukan gedung Penempatan instalasi pipa sprinkler dan sprinkler head yang dipasang Jumlah dan lokasi penempatan outdoor hydrant box, hydrant pillar dan Siamese connection yang akan dipasang Penentuan banyaknya pipa cabang Perhitungan Tekanan Pemilihan jenis Pompa yang digunakan 4.3 Penentuan Sistem Instalasi pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pengaturan dan Peletakan Sprinkler Head Peletakan sprinkler head yang digunakan adalah metode ½ S dan ½. Jenis kebakaran pada gedung Admistrasi dan perkantoran PT Sumi Indo kabel ini adalah jenis kebakaran sedang sehingga untuk perencanaan ini digunakan S x = (1 : 1)m.

75 Penempatan dan Jumlah Outdoor Hydrant Box Outdoor hydrant box diletakkan diluar gedung, tepatnya pada bahu jalan sehingga mudah untuk dijangkau oleh mobil inas pemadam Kebakaran. Peletakan outdoor hydrant box harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu harus diperhatikan juga estetika dari arsitektur yang tersedia. Rencana pemasangan outdoor hydrant box untuk system instalasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada gedung ini adalah sebanyak 5 buah Penempatan dan Jumlah Hydrant Pillar Setiap pemasangan hydrant pillar harus dilengkapi dengan hydrant box (ketentuan pemerintah). Hydrant pillar ini harus dipasang pada pondasi beton dengan ketentuan berat pondasi minimal kali lebih berat dari hydrant pillar dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau, mudah terlihat dan tidak terhalang oleh apapun. irencanakan hydrant pillar yang terpasang pada halaman gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo kabel adalah sebanyak 5 buah Penempatan dan jumlah Siamese Connection Siamese Connection diletakkan pada halaman gedung yang pemasangannya harus pada pondasi beton dengan berat kali alat itu sendiri. Siamese Connection diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah terlihat oleh inas kebakaran. irencanakan pada gedung ini akan dipasang 1 buah siamese connection Penentuan Jenis Pipa dan Fitting yang ipasang Untuk perencanaan pipa ini dipilih pipa jenis Black Steel Schedule 40 dengan alasan sebagai berikut :

76 60 Memiliki kekuatan baja yang baik Umum digunakan pada instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran Mampu menerima tekanan maksimum sebesar ± 40 kg/cm ( N/m ) sedangkan untuk fitting digunakan dari bahan yang sama dengan bahan pipa yang mampu menerima tekanan sebesar ± 40 kg/cm ( N/m ). 4.4 Perhitungan Perhitungan Pada Gedung B (CCV Lantai 4) Perhitungan iameter Pipa Sprinkler Perhitungan diameter pipa sprinkler yang digunakan untuk pendistribusian air ke instalasi pipa, ditentukan mulai dari titik yang terjauh dari pipa utama dan pipa cabang. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan diameter berikutnya berdasarkan jumlah sprinkler dengan melihat tabel, yaitu ukuran pipa sprinkler untuk jenis kebakaran sedang. Ukuran pipa sprinkler dan hydrant, keduanya mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh inas Pemadam Kebakaran KI Jakarta serta peraturan NPFA (National Fire Protection Association) Tabel 4.1 Ukuran Pipa Sprinkler untuk Bahaya Kebakaran Sedang Jumlah Inch mm Sprinkler 1 ¾ ¼ ½ ½ ~ 4 100

77 Gambar 4.1 Lay Out Sprinkler Lantai 4 Gedung B CCV SIK 61

78 6 ari Gambar 4.1, dilakukan perhitungan sebagai berikut : iameter pipa sprinkler No 1, 4, 8, 1, 16, 0, 4, 8 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 1 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001 3,4x3 = 0,01 m = 1 mm iambil = 0 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 0 mm Setelah didapat = 0 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001 3,14x ( 0,0) = 3,18 m/s Karena v yang didapat 3,18 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13. iameter pipa sprinkler No, 5, 9, 13, 17, 1, 5, 9 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat sprinkler head

79 63 engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0.001x 3.14x3 = 0,09 m = 9 mm iambil = 3 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 3 mm Setelah didapat = 3 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x 3,14x ( 0,03) =,48 m/s,5 m/s Karena v yang didapat,5 m/s 3 m/s, maka v yang didapat tidak sesuai dengan ketentuan NFPA 13. Maka diambil = 5 mm Setelah didapat = 5 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x 3,14x ( 0,05) = 4,07 m/s Karena v yang didapat 4.07 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13 iameter pipa sprinkler No. 3, 6, 10, 14, 18,, 6, 30 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 3 sprinkler head

80 64 engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q 4x0,001x3 = = π. v 3,14x3 iambil = 3 mm = 0,035 m = 35 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 3 mm Setelah didapat = 3 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x3 3,14x ( 0,03) = 3,73 m/s Karena v yang didapat 3,73 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13. iameter pipa sprinkler No 7 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 6 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x6 3,14x3 = 0,050 m = 50 mm iambil = 50 mm

81 65 Jadi Ø pipa pipa diatas = 50mm Setelah didapat = 50mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x6 3,14x ( 0,050) = 3, 057 m/s Karena v yang didapat 3,057 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13. iameter pipa sprinkler No 11 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 9 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x9 3,14x3 = 0,06 m = 6 mm iambil = 50 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 50 mm Setelah didapat = 50 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x9 3,14x ( 0,050) = 4,6 m/s Karena v yang didapat 4,6 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13.

82 66 iameter pipa sprinkler No 15 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 1 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x1 3,14x3 = 0,071 m = 71 mm iambil = 65 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 65 mm Setelah didapat = 65 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x1 3,14x ( 0,065) = 3,6 m/s Karena v yang didapat 3,6 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13 iameter pipa sprinkler No 19 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 15 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4

83 67 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x15 3,14x3 = 0,079 m = 79 mm iambil = 65 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 65 mm Setelah didapat = 65 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x15 3,14x ( 0,065) = 4,5 m/s Karena v yang didapat 4,5 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13 iameter pipa sprinkler No 3 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 18 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x18 3,14x3 = 0,087m = 87 mm iambil = 65 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 65 mm

84 68 Setelah didapat = 65 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x18 3,14x ( 0,065) = 5,4 m/s Karena v yang didapat 5,4 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13. iameter pipa sprinkler No 7 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 1 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x1 3,14x3 = 0,094 m = 94 mm iambil = 65 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 65 mm Setelah didapat = 65 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x1 3,14x ( 0,065) = 6,33 m/s Karena v yang didapat 6,33 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13.

85 69 iameter pipa sprinkler No 31 Q = 0,001 m 3 /s ( per sprinkler head, sesuai dengan ketentuan NFPA 13 ) v = minimal 3 m/s v diambil = 3 m/s Terdapat 4 sprinkler head engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,001x4 3,14x3 = 0,1009 m = 101 mm iambil = 65 mm Jadi Ø pipa pipa diatas = 65 mm Setelah didapat = 65 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,001x4 3,14x ( 0,065) =7,3 m/s Karena v yang didapat 7,3 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sesuai dengan ketentuan NFPA 13.

86 70 Tabel 4.. Hasil Perhitungan iameter Pipa Cabang Sprinkler pada Gedung B, CCV Lantai 4 Pipa No Jumlah Sprinkler Q (m 3 /s) didapat (mm) diambil (mm) 1, 4, 8, 1, 16, 0, 4, 8 1 0, , 5, 9, 13, 17, 1, 5, 9 0, , 6, 10, 14, 18,, 6, , , , , , , , , Perhitungan iameter Pipa Outdoor Hydrant Box alam perencanaan sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel ini, digunakan 5 buah outdoor hydrant box, terdiri dari buah outdoor hydrant box dibagian depan dan 3 buah outdoor hydrant box dibagian samping. Skema layout pemipaan untuk hydrant system dapat dilihat pada gambar 4. seperti berikut :

87 Gambar 4.. Lantai 1 Gedung Administrasi dan CCV 71

88 7 Perhitungan diameter pipa yang digunakan adalah sebagai berikut : iameter pipa untuk 1 outdoor hydrant box ( pipa a dan c) : Q = 0,019 m 3 /s (per hydrant) v = minimal 3 m/s (kecepatan air minimum sesuai dengan NFPA) v diambil = 3 m/s engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,019 3,14x3 = 89 mm diambil = 100 mm Jadi Ø pipa diatas = 100 mm Setelah didapat = 100 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019 3,14x ( 0,100) =,4 m/s,5 m/s Karena v yang didapat,5 m/s 3 m/s, maka v yang didapat tidak sesuai dengan ketentuan NFPA 13. Jadi diambil = 75 mm Setelah didapat = 75 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019 3,14x ( 0,075) = 4,3 m/s Karena v yang didapat 4,3 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sudah sesuai dengan ketentuan NFPA 13.

89 73 iameter pipa untuk outdoor hydrant box (pipa b dan d): Q = 0,019 m 3 /s (per hydrant) v = minimal 3 m/s (kecepatan air minimum sesuai dengan NFPA) v diambil = 3 m/s engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,019x 3,14x3 = 0,17 m = 17 mm diambil = 150 mm Jadi Ø pipa diatas = 150 mm Setelah didapat = 150 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019x 3,14x ( 0,150) =,5 m/s,5 m/s Karena v yang didapat,5 m/s 3 m/s, maka v yang didapat tidak sesuai dengan ketentuan NFPA 13. Jadi diambil = 100 mm Setelah didapat = 100 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019x 3,14x ( 0,100) = 4,83 m/s Karena v yang didapat 4,83 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sudah sesuai dengan ketentuan NFPA 13.

90 74 iameter pipa untuk 3 outdoor hydrant box (pipa b dan d): Q = 0,019 m 3 /s (per hydrant) v = minimal 3 m/s (kecepatan air minimum sesuai dengan NFPA) v diambil = 3 m/s engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,019x3 3,14x3 = 0,155 m = 155 mm diambil = 150 mm Jadi Ø pipa diatas = 150 mm Setelah didapat = 150 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019x 3,14x ( 0,150) = 3,5 m/s Karena v yang didapat 3,5 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sudah sesuai dengan ketentuan NFPA iameter pipa untuk 5 outdoor hydrant box (pipa f ): Q = 0,019 m 3 /s (per hydrant) v = minimal 3 m/s (kecepatan air minimum sesuai dengan NFPA) v diambil = 3 m/s engan Q = v x A dimana A = π, sehingga : 4 Q = v. π. 4

91 75 4Q = π. v 4Q = = π. v 4x0,019x5 3,14x3 = 0, m = 00 mm diambil = 00 mm Jadi Ø pipa diatas = 00 mm Setelah didapat = 00 mm, maka dilakukan perhitungan balik untuk mendapatkan kecepatan aliran v yang baru dengan rumus : 4. Q v = = π. 4x0,019x5 3,14x ( 0,00) = 3,0 m/s Karena v yang didapat 3,0 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sudah sesuai dengan ketentuan NFPA. Akan tetapi pada pelaksanaan dilapangan, perhitungan diameter hydrant diambil = 100 mm, dengan pertimbangan bahwa kebakaran tidak mungkin terjadi secara sekaligus dan bersamaan di setiap titik hydrant dan sistem ini hanya bersifat pertolongan pertama saja. Pengujian terhadap kecepatan aliran v dengan = 100 mm; 4. Q v = = π. 4x0,019x5 3,14x ( 0,100) = 1,1 m/s Karena v yang didapat 1,1 m/s 3 m/s, maka v yang didapat sudah sesuai dengan ketentuan NFPA Untuk hasil perhitungan diameter pipa hydrant lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

92 76 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan iameter Pipa Hydrant Jumlah Hydrant Q (m 3 /s) didapat (mm) diambil (mm) diambil (inchi) 1 0, , , , Perhitungan Kerugian Head Head kerugian adalah head untuk mengatasi kerugian kerugian yang terjadi di dalam pipa, seperti kerugian yang ditimbulkan oleh penyempitan aliran air (reducer), kerugian belokan, katup, sambungan / percabangan dan kerugian gesekan akibat aliran air di dalam pipa. Hasil dari perhitungan kerugian head pada sprinkler sistem dan hydrant sistem akan digunakan untuk mencari besarnya head total untuk menentukan besarnya head pompa yang dibutuhkan Perhitungan Head Pada Pipa Tekan (discharge). Kerugian Head Reducer pada Sprinkler. Kerugian ini terjadi karena adanya sambungan pipa (reducer) yang digunakan untuk menyambung dua buah pipa dengan ukuran yang berbeda, dari diameter yang lebih besar ke diameter yang lebih kecil, sehingga menyebabkan penyempitan aliran air didalam pipa. Kerugian reducer tersebut dihitung mulai dari pipa keluar pompa (header pipe)

93 77 hingga pipa terujung dalam rangkaian instalasi sprinkler yang direncanakan (lantai 4 gedung B, CCV) dengan rumus seperti dibawah ini 1 ν Head Kerugian Reducer, h c = 1 ( m) C c g imana Harga C c didapat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Koefisien Penyempitan C c Untuk Air (Weisbach) A / A 1 C c 0,1 0,64 0, 0,63 0,3 0,643 0,4 0,659 0,5 0,681 0,6 0,71 0,7 0,755 0,8 0,813 0,9 0,89 1,0 1,000 Untuk diameter 100 mm 65 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,065) 4 3,14 (0,100) 4 = 0,0033 0,00785 = 0,4 0,4 Maka harga C c didapat : 0,659 (tabel 5.3) 1 3 h c = 1 = 0,13( m) 0,659.9,81 Untuk diameter 65 mm 50 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,050) 4 3,14 (0,065) 4 0,00196 = = 0,59 0,0033 0,6 Maka harga C c didapat : 0,71 (tabel 5.3)

94 h c = 1 = 0,075( m) 0,71.9,81 Untuk diameter 50 mm 3 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,03) 4 3,14 (0,050) 4 0,0008 = = 0,4 0,0019 0,4 Maka harga C c didapat : 0,659 (tabel 5.3) 1 3 h c = 1 = 0,13( m) 0,659.9,81 Untuk diameter 3 mm 5 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,05) 4 3,14 (0,03) 4 0,0005 = = 0,065 0,0008 0,6 Maka harga C c didapat : 0,71 (tabel 5.3) 1 3 h c = 1 = 0,075( m) 0,71.9,81 Untuk diameter 5 mm 0 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,00) 4 3,14 (0,05) 4 0,0003 = = 0,06 0,0005 Maka harga C c didapat : 0,71 (tabel 5.3) 1 3 h c = 1 = 0,075( m) 0,71.9,81 Hasil perhitungan kerugian reducer pada pipa discharge sprinkler sampai ke diameter yang terkecil dapat dilihat pada tabel berikut.

95 79 Tabel 4.5 Kerugian Head Reducer (h c ) pada Pipa Sprinkler iameter (mm) A / A 1 (m) C c h c (m) Jumlah Reducer h c Total (m) ,0033 / 0,0078 0,659 0,13 1 0, ,0019 / 0,0033 0,71 0, , ,0008 / 0,0019 0,659 0,13 1 0, ,0005 / 0,0008 0,71 0, , ,0003 / 0,0005 0,71 0, ,6 Jumlah seluruh kerugian head reducer (h c ) 1,473 Kerugian Head Reducer pada Hydrant Pada hydrant hanya terdapat reducer dari 100 mm 75 mm A A 1 π ( ) = 4 π ( 1 ) 4 = 3,14 (0,075) 4 3,14 (0,100) 4 0,0044 = = 0,5 0,0085 Maka harga C c didapat : 0,681 (tabel 5.3) 1 3 h c = 1 = 0,1( m) 0,681.9,81 Jadi kerugian head reducer pada pipa hydrant adalah 0, m Kerugian Head Belokan, Katup, Cabang (h e ) pada Sprinkler Kerugian ini ditimbulkan akibat adanya gate valve, check valve, control valve, flexible joint yang bekerja pada sistem, sedangkan kerugian belokan / percabangan diakibatkan karena adanya fitting seperti elbow, tee, strainer dsb.

96 80 Tabel 4.6 Koefisien Kerugian Tinggi-Tekan Peralatan Bantu Peralatan Bantu Kerugian Tinggi-Tekan (K) Angle Valve 5,0 Gate Valve 0,19 Check Valve,5 Strainer 0,19 Flexible Joint 10 Tee Standart 1,8 Elbow Standart 0,9 Siku Lekuk Panjang 0,6 Siku Lekuk Menengah 0,75 Pada jalur pipa sprinkler gedung B, CCV Plant, kerugian akibat belokan, katup sbb : Flexible Joint 1 buah K = 1 x Gate Valve 1 buah K = 1 x 0,19 0,19 Check Valve 1 buah K = 1 x,5,5 Tee 7 buah K = 7 x 1,8 1,6 Elbow 3 buah K = 3 x 0,9,7 Jadi K Total pada jalur sprinkler = 7,99, maka; K. v 7,99x3 h e = = = 1,84( m) g x9,81 Jumlah total seluruh kerugian head belokan, katup, sambungan/percabangan pada pipa sprinkler h e sebesar 1,84 meter.

97 81 Kerugian Head Belokan, Katup, Cabang (h e ) pada Hydrant Pada jalur pipa hdrant, kerugian akibat belokan, katup sbb : Flexible Joint 1 buah K = 1 x Gate Valve 1 buah K = 1 x 0,19 0,19 Check Valve 1 buah K = 1 x,5,5 Tee 1 buah K = 1 x 1,8 1,8 Elbow 1 buah K = 1 x 0,9 0,9 Jadi K Total pada jalur sprinkler = 15,39, maka; K. v 15,39x3 h e = = = 7,06( m) g x9,81 Jumlah total seluruh kerugian head belokan, katup, sambungan/percabangan pada pipa hydrant, h e sebesar 7,06 meter. Kerugian Head Gesekan (h f ) pada Sprinkler Kerugian ini diakibatkan oleh adanya gesekan air terhadap dinding pipa yang kemudian menimbulkan hambatan pada aliran air, sebelum perhitungan gesekan, kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat aliran tersebut laminer atau turbulen. Pada angka reynold R e < 300, aliran bersifat laminer Pada angka reynold R e > 4000, aliran bersifat turbulen Pada angka reynold R e = 300 ~ 4000, merupakan daerah transisi dimana bisa laminer maupun turbulen tergantung kondisi pipa Untuk diameter pipa terkecil d = 0,0 m, µ:viskositas kinematik air pada temperatur 0 o C = 1,

98 8 v.d R e = = µ 3x0,0 1,007x10 6 = 5958,9 Untuk diameter pipa terbesar d = 0,1 m, µ:viskositas kinematik air pada temperatur 0 o C = 1, v.d R e = = µ 3x0,1 1,007x10 6 = 97914,6 Sehingga jenis aliran pada pipa sprinkler bersifat turbulen: Untuk pipa diameter 100 mm, panjang m : ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 05 0,1 h f = ƒ. L v x g = 0,05x 0,1 3 x =,5m x9,81 Untuk pipa diameter 65 mm, panjang 15 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 08 0,065 h f = ƒ. L v x g = 0,08x 15 0,065 3 x =,96m x9,81 Untuk pipa diameter 50 mm, panjang 6 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 03 0,050 L v 6 3 h f = ƒ. x = 0,03x x = 1,65m g 0,050 x9,81

99 83 Untuk pipa diameter 3 mm, panjang 5,5 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 036 0,03 h f = ƒ. L v x g = 0,036x 5,5 0,03 3 x = 13,16m x9,81 Untuk pipa diameter 5 mm, panjang 3 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 04 0,05 h f = ƒ. L v x g = 0,04x 3 0,05 3 x = 3,5m x9,81 Untuk pipa diameter 0 mm, panjang 16 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 045 0,00 L v 16 3 h f = ƒ. x = 0,045x x = 16,5m g 0,00 x9,81 Jadi jumlah keseluruhan kerugian akibat gesekan aliran fluida pada pipa sprinkler dapat dilihat pada tabel 5.6 seperti berikut :

100 84 Tabel 4.7 Kerugian Head Gesekan (h f ) Pada Sprinkler iameter Pipa Panjang L f h f (m) (m) (m) 0,100 0,05,5 0, ,08,96 0, ,030 1,65 0,03 5,5 0,036 13,16 0,05 3 0,040 3,5 0, ,045 16,5 Jumlah Kerugian Gesek pada Sprinkler 60,9 Kerugian Head Gesekan (h f ) pada Hydrant ari data diketahui : iameter pipa hisap = 100 mm v = 3 m/s Untuk pipa diameter 75 mm, panjang 30 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 066 0,075 h f = ƒ. L v x g = 0,066x 30 0,075 3 x = 4,9m x9,81 Untuk pipa diameter 100 mm, panjang 10 m: ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 05 0,100

101 85 h f = ƒ. L v x g = 0,05x 10 0,100 3 x = 13,8m x9,81 Tabel 4.8 Kerugian Head Gesekan (h f ) Pada Hydrant iameter Pipa Panjang L f h f (m) (m) (m) 0, ,05 13,8 0, ,07 4,9 Jumlah Kerugian Gesek pada Hydrant 18,7 Perhitungan Jumlah Kerugian Total Pipa Tekan (ischarge) Pada pipa sprinkler :h ld = h c + h e + h f = 1, , ,9 = 74,603 m Pada pipa hydrant : h ld = h c + h e + h f = 0, + 7, ,7 = 5,96 m Perhitungan Head Pada Pipa Hisap (Suction). Head kerugian pada pipa hisap (suction) adalah kerugian akibat belokan, katup, sambungan / percabangan (h e ) dan kerugian gesekan dari aliran dalam pipa (h f ), dimana perhitungannya sebagai berikut : Kerugian Head alam Jalur Pipa Flexible Joint 1 buah K = 1 x Foot Valve 1 buah K = 1 x 0,19 0,19 Strainer 1 buah K = 1 x 0,19 0,19 Elbow 1 buah K = 1 x 0,9 0,9 K total = 11,8 m

102 86 Sehingga jumlah keseluruhan dari head kerugian dalam jalur pipa hisap : K. v 11,8x3 h e = = = 5,17( m) g x9,81 Kerugian Head Gesek pada Pipa Hisap Untuk pipa diameter 100 mm, panjang 7,5 m, dimana µ:viskositas kinematik air pada temperatur 0 o C = 1, v.d R e = = µ 3x0,1 1,007x10 6 = 97914,5978 Karena R e > 4000, aliran bersifat turbulen, sehingga perhitungan head pipa hisap sebagai berikut : ƒ 0,0005 = 0,00 + (Formula arcy) 0,0005 ƒ = 0,00 + = 0, 05 0,100 h f = ƒ. L v x g 7,5 3 = 0,05x x = 0,86m 0,1 x9,81 Perhitungan Jumlah Kerugian Total Pipa Hisap (Suction) h ls = h e + h f = 5,17 + 0,86 = 6,03 m Perhitungan Head Total Pompa alam perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pompa dan sprinkler system dan hydrant system digabung, dimana sistem instalasi fire sprinkler dan fire hydrant pada pengoperasiannya memakai sistem yang sama, dimana dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 0/KPTS/1985 tentang Pedoman Pemasangan Sprinkler dan Hydrant ditentukan :

103 87 - Tekanan minimum sprinkler head = N/m - Tekanan maksimum sprinkler head = N/m - Tekanan minimum outdoor hydrant box = N/m - Tekanan maksimum outdoor hydrant box = N/m Perhitungan Head Pompa Pada Sprinkler alam menentukan head total pompa, kita mengansumsikan bahwa pompa harus mampu mensuplai air ke titik yang terjauh dangan tekanan yang memadai. Untuk mendapatkan head total, digunakan persamaan Bernoulli dari permukaan air p ρg 1 + v1 g + Z 1 + h pompa = p ρg + v g + Z + h losses imana : p1 ρg = Head tekanan pada sisi isap (m) v1 g Z 1 = Head kecepatan pada sisi isap (m) = Tinggi permukaan air (m) h pompa = Head pompa (m) p ρg v g Z = Head tekanan pada sisi tekan (m) = Head kecepatan pada sisi tekan (m) = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung head (m) h losses = Head loses (m) Sehingga Head Pompa:

104 88 p p1 v h pompa = + + ( Z Z1) + ρg. g h losses, dimana h p = p p1 ρg merupakan head tekanan (m), p = tekanan minimum sprinkler 1,0 x 10 5 N/m p 1= tekanan atmosfir 1 atm = 10 5 N/m ρ = rapat massa air pada 0 o C = 998, kg/m 3 h p = (1,0 1) x10 998,x9,81 5 = 0,04 m h a = Z Z 1 merupakan head statis pompa Z = tinggi posisi sprinkler tertinggi =,5 m Z 1 = tinggi permukaan air = 1 m dari level pompa h a =,5 (-1) = 3,5 m v = 3 m/s (NFPA 13) h l = head losses = head losses pada sprinkler + head losses pipa hisap = 74, ,03 = 80,633 m Sehingga total head pompa yang dibutuhkan untuk sprinkler adalah : h pompa = h a + h p + h 1 + v g h pompa = 3,5 + 0, , x9,81 h pompa = 105 meter

105 Perhitungan Head Pompa Pada Hydrant h pompa = h p = h a + h p p1 ρg p + h 1 + v g merupakan head tekanan (m), p = tekanan minimum hydrant 5,90 x 10 5 N/m p 1= tekanan atmosfir 1 atm = 10 5 N/m ρ = rapat massa air pada 0 o C = 998, kg/m 3 h p = (5,90 1) x10 998,x9,81 5 = 50 m h a = Z Z 1 merupakan head statis hydrant Z = tinggi posisi hydrant tertinggi = 1,5 m Z 1 = tinggi permukaan air = 1 m dari level pompa h a = 1,5 (-1) =,5 m v = 3 m/s (NFPA 13) h l = head losses = head losses pada hydrant + head losses pipa hisap(hl 1 + hl ) = 5,96 + 6,03 = 31,99 m Sehingga total head pompa yang dibutuhkan untuk hydrant adalah : h pompa =, , x9,81 h pompa = 84,95 m Sehingga pada perencanaaan sistem instalasi penanggulangan bahaya kebakaran pada Gedung Administrasi Perkantoran dan CCV PT. Sumi Indo Kabel menggunakan Head Pompa adalah 105 m, hal ini bukan merupakan masalah

106 90 karena kedua sistem baik sistem sprinkler maupun sistem hydrant dapat bekerja dengan baik, karena diambil head yang terbesar Perhitungan Tekanan Pada perhitungan tekanan ini akan diberikan contoh perhitungan tekanan yang terjadi pada setiap sprinkler head dan hydrant box, sehingga dapat diketahui berapa besar tekanan yang terjadi dan apakah masih memungkinkan untuk digunakan pada alat pemadam kebakaran atau harus menggunakan alat PRV (Pressure Reducing Valve), perhitungan ini juga dipengaruhi oleh ketentuan dari Pemda dan NPFA tentang tekanan maksimum dan minimum sprinkle head serta tekanan maksimum dan minimum hydrant halaman Perhitungan Tekanan Untuk Sprinkler Head Perhitungan tekanan untuk sprinkler head dilakukan pada titik tertinggi yaitu lantai 4 gedung Administrasi / Perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tangerang, akan diberikan berdasarkan data data berikut ini : Lantai 4 Head Pompa : 105 m P 1 = 1 atm = 1 x 10 5 N/m ρ = 998, kg / m 3 v = 3 m/s v 1 = 0 (dapat diabaikan) g = 9,81 m/s h losses = 74,603 m h losses 1 = 6,03 m Z = m

107 91 Z 1 = 1 m p ρg 1 + v1 g + Z 1 + h pompa = p ρg + v g + Z + h losses, sehingga menjadi : P1 v P = + ( Z1 Z ) + hpompa ( hl + h 1)(. g) l ρ ρ. g. g P = (10,1 0, ,633)(998,x9,81) P = 18446,15 N/m 1,8 x 10 5 N/m Lantai 3 Head Pompa : 105 m P 1 = 1 atm = 1 x 10 5 N/m ρ = 998, kg / m 3 v = 3 m/s v 1 = 0 (dapat diabaikan) g = 9,81 m/s h losses = 7,743 m h losses 1 = 6,03 m Z = 15,5 m Z 1 = 1 m P1 v P = + ( Z1 Z ) + hpompa ( hl + h 1)(. g) l ρ ρ. g. g P = (10,1 0,46 14, ,773)(998, x P = 10310,191 N/m,1 x 10 5 N/m Lantai Head Pompa : 105 m P 1 = 1 atm = 1 x 10 5 N/m 9,81)

108 9 ρ = 998, kg / m 3 v = 3 m/s v 1 = 0 (dapat diabaikan) g = 9,81 m/s h losses = 69,334 m h losses 1 = 6,03 m Z = 11,5 m Z 1 = 1 m P1 v P = + ( Z1 Z ) + hpompa ( hl + h 1)(. g) l ρ ρ. g. g P = (10,1 0,46 10, ,346)(998,x9,81) P = 83037,853 N/m,83 x 10 5 N/m Lantai 1 Head Pompa : 105 m P 1 = 1 atm = 1 x 10 5 N/m ρ = 998, kg / m 3 v = 3 m/s v 1 = 0 (dapat diabaikan) g = 9,81 m/s h losses = 57,553 m h losses 1 = 6,03 m Z = 5,5 m Z 1 = 1 m P1 v P = + ( Z1 Z ) + hpompa ( hl + h 1)(. g) l ρ ρ. g. g

109 93 P = (10,1 0,46 4, ,553)(998,x9,81) P = 51607,04 N/m 5, x 10 5 N/m Hasil perhitungan tekanan untuk sprinkler head pada tiap tiap lantai dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tekanan Sprinkler Head di Setiap Lantai Lantai Tekanan Sprinkle Head (N/m ) Keterangan 4 1,8 x 10 5 M 3,1 x 10 5 M,83 x 10 5 M 1 5, x 10 5 PRV Keterangan : M = Memenuhi ketentuan Pemda dan NPFA PRV = Menggunakan PRV (Pressure Reducer Valve) Perhitungan Tekanan Untuk Outdoor Hydrant Head Pompa : 105 m P 1 = 1 atm = 1 x 10 5 N/m ρ = 998, kg / m 3 v = 3 m/s v 1 = 0 (dapat diabaikan) g = 9,81 m/s h losses = 5,96 m h losses 1 = 6,03 m Z = 1,5 m Z 1 = 1 m

110 94 p ρg 1 + v1 g + Z 1 + h pompa = p ρg + v g + Z + h losses, sehingga menjadi : P1 v P = + ( Z1 Z ) + hpompa ( hl + h 1)(. g) l ρ ρ. g. g P = (10,1 0,46 0, ,99)(998, x P = ,059 N/m 8,05 x 10 5 N/m 9,81) Karena tekanan yang terjadi pada hydrant terjauh 8,05 x 10 5 N/m < dari Tekanan maksimum 8,1 x 10 5 N/m, maka pada Outdoor Hydrant Box telah memenuhi aturan Pemda dan NPFA Pemilihan Jenis Pompa dan Perhitungan aya Pompa Perhitungan Electric Pump Pada umumnya, kapasitas pompa yang digunakan untuk instalasi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran mengikuti aturan NPFA No. 0 yaitu minimal 500 GPM (gallon per minute). 500x3,785 = 0, x60 m 3 /s ari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa head pompa yang digunakan adalah 105 m, dan kapasitas pompa yang digunakan 500 GPM, maka dengan menggunakan diagram pemilihan jenis pompa dapat ditentukan bahwa pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal.

111 95 Gambar 4.3 Pemilihan Jenis Pompa Kelebihan pompa jenis ini adalah : Ukurannya tidak terlalu besar dan sedikit ringan Konstruksinya sederhana dan mudah dioperasikan Aliran zat cair tidak terputus putus apat memompa secara terus menerus tanpa gejolak, stabil Getarannya kecil Harga pembelian dan biaya perawatan kecil alam perhitungan daya pompa kita memakai rumus: P p = ρ. g. H. Q η p imana : P p = daya pompa (watt) ρ = kerapatan, massa jenis air 998, kg/m 3 g = percepatan gravitasi 9,81 m/s H = Head pompa 105 meter Q = Kapasitas Pompa 0,03 m 3 /s

112 96 η p = efisiensi pompa untuk mendapatkan efisiensi pompa, terlebih dahulu kita menentukan besar putaran spesifik pompa (n s ) dengan rumus : n Q n s = 3 / 4 H imana : n s = Putaran spesifik Pompa (rpm) n = Putaran Pompa 900 Q = Kapasitas pompa 0,03(m 3 /s) H = Head total pompa 105 m 900 0,03 n s = = 15,8 16 rpm 3 / Gambar 4. Grafik Efisiensi Pompa

113 97 daya pompa : Berdasarkan grafik, maka didapatkan efisiensi pompa = 7%, maka besar P p = 998,x9,81x105x0,03 0,7 P p = 45697,6 Nm/s = 45697,6 W = 46 KW Perhitungan Jockey Pump n Q n s = 3 / 4 H imana : n s = Putaran spesifik Pompa (rpm) n = Putaran Pompa 900 Q = Kapasitas pompa 50 GPM ~ 0,016(m 3 /s) H = Head total pompa 105 m daya pompa : 900 0,016 n s = = 15,8 11,18 rpm 3 / Berdasarkan grafik, maka didapatkan efisiensi pompa = 6%, maka besar P p = 998,x9,81x105x0,016 0,6 P p = 6534,088 Nm/s = 6534,088 W = 7 KW Perhitungan Reservoir Pada perencanaan instalasi penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran pada gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel, menggunakan GWR (Ground Water Reservoir) yang terletak di lantai 1 halaman samping. Sesuai dengan Keputusan Gubernur KI Jakarta No 887 tahun 1981 dan dari epartemen PU mengenai Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran

114 98 Tahun 1980, untuk jenis kebakaran ringan sampai sedang, diasumsikan kebakaran yang terjadi dalam 30 menit dan diperkirakan hanya ¼ bagian gedung saja yang terbakar. Pada Gedung ini, jumlah sprinkler head yang dipergunakan pada setiap lantai adalah : Lantai 1 : 108 buah Lantai : Lantai 3 : Lantai 1 : 9 buah 4 buah 4 buah Total jumlah sprinkler head : 66 buah, apabila terjadi kebakaran pada salah satu lantai, maka diasumsikan alat alat yang bekerja antara lain: 7 buah sprinkler head ( ¼ jumlah sprinkler yang diambil dari lantai yang menggunakan sprinkler head terbanyak), dan 1 buah outdoor hydrant box. Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan sprinkler head dan hydrant, maka jumlah kapasitas aliran adalah : Q sprinkler head = 0,001 x 7 = 0,07 m 3 /s Q outdoor hydrant = 0,019 x 1 = 0,019 m 3 /s Total seluruh line = 0,07 + 0,019 = 0,046 m 3 /s Jadi kapasitas air pada sistem adalah 0,046 m 3 /s ari perhitungan diatas, kebutuhan air pada sistem ini bila terjadi kebakaran selama 30 menit adalah: 30 x 60 x 0,046 = 83 m Perhitungan Biaya Pemasangan dan Titik Balik Modal Perencanaan Biaya Pekerjaan Pada perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di PT Sumi Kabel ini, direncanakan mengundang kontraktor yang

115 99 benar benar mengerti dan memenuhi kualifikasi dan dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu dan aman. Sistem ini memerlukan perkiraan dana sebagai berikut : Peralatan Utama : Rp ,- Meliputi pengadaan Pompa kebakaran listrik NPFA-0 Standard (Kapasitas 500 gpm, head 105 m, 46 KW), Pompa Kebakaran iesel NPFA-0 Standard (Kapasitas 500 gpm, head 105 m, 46 KW), Pompa Jockey (Kapasitas 50 gpm, head 105 m, 7 KW) Pemipaan, Valve dan Alat Bantu, Ongkos Kerja : Rp ,- Meliputi : Material pipa, Siamese, Hydrant, Sprinkler, Valves, pengecetan, Jasa tenaga kerja mulai dari level operator sampai manager proyek pelaksana, jasa pekerjaan instalasi pipa, pompa, building renovation, pekerjaan sipil, dll. Total biaya yang dinvestasikan pada proyek ini direncanakan Rp 610 juta Perhitungan Titik Kembali Modal (Break Even Point) Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar asuransi kebakaran setiap tahunnya mencapai 00 juta rupiah. Jadi dengan dilaksanakannya proyek ini dengan investasi 610 juta rupiah, maka dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun akan mencapai titik kembali modal dengan perhitungan biaya perawatan diabaikan. Maka setelah tahun ke 4, perusahaan akan dapat menghemat Rp 00 juta / tahun.

116 BAB V KESIMPULAN AN SARAN 5.1 Kesimpulan Spesifikasi Akhir dari Sistem Perencanaan Setelah melalui langkah langkah sistem perencanaan, yaitu penentuan jenis pompa, penentuan metode peletakan dan lain lain, maka selanjutnya adalah merancang sistem tersebut kedalam bentuk gambar teknik dan diserahkan ke kontraktor yang akan melaksanakan proyek tersebut. Berikut ini adalah hasil dari pengolahan data pada perencanaan sistem penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran pada gedung perkantoran dan administrasi PT Sumi Indo Kabel Tangerang. 1. Metode Pemasangan Sprinkler Tipe : ½ S dan ½ Lokasi : Pada Setiap Lantai Gedung A dan B. Klasifikasi Kebakaran Jenis : Kebakaran Ringan sampai Sedang (extra light hazard) 3. Sprinkler Head Tipe : Quartzoid Bulb, Pendent Type Kepekaan : 68 o C Warna Fluida : Jingga ebit Air yang dibutuhkan : 0,01 x 7 = 0,07 m 3 /detik Tekanan Minimum Sprinkler Head : 1,0 x 10 5 N/m 100

117 101 Tekanan Maksimum Sprinkler Head : 3,40 x 10 5 N/m Jumlah Sprinkler Head : 66 buah 4. Outdoor Hydrant Box Jumlah : 5 buah Lokasi : Halaman epan : buah Halaman Samping Kanan : 1 buah Halaman Samping Kiri : buah 5. Siamese Connection Jumlah : 1 buah Lokasi : Halaman epan Gedung 6. Ground Water Reservoir Jumlah : 1 buah Tipe : Ground Tank Lokasi : Ruang Pompa, Lantai 1 samping kiri Gedung Kapasitas : 83 m 3 7. Pompa Electric Fire Pump Tipe : Centrifugal pump Kapasitas : 0,03 m 3 /menit (500 GPM) aya : 46 KW Total Head : 105 meter Putaran : 900 rpm iesel Fire Pump Tipe : Centrifugal pump

118 10 Kapasitas : 0,03 m 3 /menit (500 GPM) aya : 46 KW Total Head : 105 meter Putaran : 900 rpm Jockey Pump Tipe : Centrifugal pump Kapasitas : 0,016 m 3 /menit (50 GPM) aya : 7 KW Putaran : 900 rpm 8. Fire Extingiusher iletakkan pada setiap lantai, pada lokasi yang telah ditenykan menggunakan Portable Fire Extinguisher ry Chemical Powder kg. Khusus pada ruangan EP, rumah pompa, ruang panel, ruang trafo, diletakkan Portable Fire Extinguisher CO Biaya dan Rencana Kembali Modal (ROI) Biaya Material : Rp 380 juta Biaya Instalasi dan pemasangan : Rp 150 juta Biaya Others : Rp 80 juta Total Investasi : Rp 610 juta Rencana Kembali Modal (ROI) : 3 tahun

119 Saran alam perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di PT Sumi Indo Kabel ini, hendaknya mengacu pada peraturanperaturan yang telah ditetapkan inas Pemadam Kebakaran KI Jakarta dan NPFA, hal ini akan memudahkan jalannya proses perencanaan dan pelaksanaan sehingga sistem ini dapat bekerja secara optimal dan sesuai dengan standar internasional. alam perencanaan sistem ini, hendaklah faktor keselamatan diatas segala galanya, baik itu keselamatan terhadap pekerja kontraktor, maupun pekerja yang berada disekitar lokasi proyek. Sistem sirkulasi, distribusi dan transportasi material juga hendaknya diperhitungkan secara cermat, demikian juga pada waktu pelaksanaan proyek diatur sedemikian rupa sehingga meminimalkan gangguan yang terjadi, hal ini dikarenakan pekerjaan proyek berlangsung dimana terdapat aktivitas yang cukup banyak disekitar area proyek. Sebelum pekerjaan diserah terimakan ke pihak pemilik (handling over), perlu dilakukan uji coba (commisioning) dari semua sistem yang terpasang, hal ini untuk memastikan bahwa semua sistem berfungsi dengan baik.

120 AFTAR PUSTAKA 1. Inspection, Test, and Maintenance Manual, Fire Protection System USA : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/000 Tanggal 1 Maret 000 Tentang Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. epartemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 3. Lamit, Louis Gary Piping System : rafting and esign Prentice Hall 4. NPFA, Fire Protection Handbook. 13 th Edition. NPFA Boston 5. Noerbambang, Sofyan Moh, Takeo Morimura, Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Edisi 5, Jakarta : PT Pradnya Paramita 6. Panduan Pemasangan Sistem Hydrant untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. 1987Jakarta : epartemen Pekerjaan Umum 7. Peraturan aerah Khusus Ibukota Jakarta No.03 tahun 199 Tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah Khusus Ibukota Jakarta 8. Raswari Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan Jakarta : Universitas Indonesia 9. Streeter, Victor L.E, Benjamin Wylie Mekanika Fluida Jilid 1. Edisi 8. Jakarta : Erlangga 10. Sularso, Haruo Takara. 00 Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan Pompa dan Kompressor, Cetakan ke-7jakarta : PT Pradnya Paramita 104

121 11. Technical Specification of Building Construction and Accessories at SIK Jakarta : Taiyo Sinar Raya Tehnik, Teori asar Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Ed.IV.00 Jakarta : inas Pemadam Kebakaran 105

122 Lampiran 1. Skema Gedung Administrasi Sumi Indo Kabel 106

123 Lampiran. Karakteristik Air 107

124 Lampiran 3. Karakteristik Material Pipa 108

125 Lampiran 4. iameter Pipa menurut Jumlah Sprinkler 109

126 Lampiran 5. Sifat sifat Fisika Air alam Satuan SI

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB III. Analisa Dan Perhitungan

BAB III. Analisa Dan Perhitungan Laporan Tugas Akhir 60 BAB III Analisa Dan Perhitungan 3.1. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14 mei 014 di gedung tower universitas mercubuana dengan data sebagai berikut : Gambar

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( ) PERANCANGAN FOAM WATER SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK Oleh : Wisda Mulyasari (6507 040 018) BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang no 1 tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT 3.1. Metode Pengambilan Data Penganbilan data ini dilakukan di gedung VLC (Vehicle Logistic Center) PT. X berdasarlan data dan kegiatan yang ada di gedung tersebut. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI

ANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI ANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI HAIRUN NIZAR 41308010044 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JAKARTA

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya :

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya : 1. Sistem Sprinkler Di era sekarang, dimana semakin banyaknya bangunan-bangunan pencakar langit dan semakin mdern-nya bangunan yang didirikan, sistem penanggulangan kebakaran memegang peranan penting pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( ) PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN (6506 040 009) 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Metode Penelitian

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

BAB III PERENCANAAN HYDRANT BAB III PERENCANAAN HYDRANT Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasangan instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. Gambar 1. Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MODUL 3 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PENGAMAN RUANG DAN KEBAKARAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 3 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PENGAMAN RUANG DAN KEBAKARAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 3 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PENGAMAN RUANG DAN KEBAKARAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 3 D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum   Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API Regina Tutik Padmaningrum e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Alat Pemadam Api adalah semua jenis alat ataupun bahan pemadam

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tabel 5.1 Hasil perhitungan data NO Penjelasan Nilai 1 Head kerugian mayor sisi isap 0,14 m 2 Head kerugian mayor sisi tekan 3,423 m 3 Head kerugian minor pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DONALD SUPRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN & ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN & ANALISA BAB IV PEMBAHASAN & ANALISA 4.1. Pembahasan Instalasi Pemipaan Sprinkler Pada instalasi pemipaan sprinkler terdapat satu riser (pipa tegak) dimana riser ini diameter pipanya adalah sebesar 100 mm yang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN SERI NAMA : YUFIRMAN NPM : 20407924 PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT JURUSAN TEK NIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2014 LATAR BELAKANG Pompa adalah

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori Laporan Tugas Akhir 9 BAB II Landasan Teori.1. Pengertian Kebakaran Api dan manusia dalam batas tertentu merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Api memang dapat memberikan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PADA FUEL SUPPLY SYSTEM UTILITY WORK MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT (STUDY KASUS PT. PERTAMINA DPPU JUANDA) Bagus Faisal Darma Arif NRP. 2112 105 022 Dosen

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PIPA PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI LAPANGAN MINYAK LEPAS PANTAI WEST SENO

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PIPA PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI LAPANGAN MINYAK LEPAS PANTAI WEST SENO TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PIPA PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI LAPANGAN MINYAK LEPAS PANTAI WEST SENO Untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA 4. 1. Perhitungan Kapasitas Aliran Air Bersih Berdasarkan acuan dari hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2010 dan Permen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu Tugas Akir BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT 4.1 Data data Perencanaan Jenis cairan : Air Massa jenis cairan : 1 kg/liter Temperatur cairan : 5ºC Kapasitas : 4.731 liter/menit (150 gpm) Kondisi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Perhitungan Therminol dari HM Tank (Heat-Medium) di pompakan oleh pompa nonseal kemudian dialirkan melalui pipa melewati dinding-dinding DVD (dowtherm Vacuum Dryer) kemudian

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990-1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997-2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( ) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO YUSUF WIRYAWAN ABDULLAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO YUSUF WIRYAWAN ABDULLAH UNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN ALAT UJI HEAD STATIS POMPA PADA TEKANAN TANGKI 1.5 BAR TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya YUSUF WIRYAWAN ABDULLAH 21050111060058

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2 129 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2 Muhammad Al Haramain 1*, Riki Effendi 2, Febri Irianto 3 1,2,3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN GEDUNG TWIN BUILDING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Oleh : Dunung Sarwo Jatikusumo 2110 038 017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT Latar

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN TELANAI INDAH KOTA JAMBI SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HITLER MARULI SIDABUTAR NIM.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 Diajukan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1 Kapasitas Pompa 3.1.1 Kebutuhan air water cooled packaged (WCP) Kapasitas pompa di tentukan kebutuhan air seluruh unit water cooled packaged (WCP)/penyegar udara model

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOT MARHUALA SARAGIH NIM. 080401147 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11 Proteksi Bahaya Kebakaran Kuliah 11 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Beberapa kebakaran pabrik yang menewaskan pekerja di China dalam 10 th Tahun Tempat Perusahaan Meninggal 1991 Cina Pabrik jas hujan 72

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci