ADAPTASI TANAMAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADAPTASI TANAMAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN"

Transkripsi

1 ADAPTASI TANAMAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN Oleh: ENY PUSPANI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 iv

2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya makalah dengan judul Strategi Penanaman STS dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Manfaat Lahan dapat diselesaikan pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya saran dan kritik yang bersifat menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Denpasar; Nopember 2014 Penulis iv

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI......ii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan...2 II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Tiga Strata (STS) Persiapan Lahan dan bibit tanaman STS Pengolahan lahan Bibit untuk lahan kering Rumput dan leguminosa (stratum 1) Semak (stratum 2) Pohon (sebagai stratum 3) Bibit Untuk Lahan Khusus Cara Penanaman Hijauan Pakan Ternak pada STS Rumput dan leguminosa (stratum 1) Semak (stratum 2) Pohon Penyulaman Tanaman STS Integrasi Tanaman dengan STS...12 III. METODE PENULISAN...13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Penanaman STS dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Manfaat Lahan

4 Rumput dan leguminosa (stratum 1) Semak (stratum 2) Pohon (stratum 3) Bagian inti...16 V. PENUTUP Kesimpulan Saran...17 DAFTAR PUSTAKA

5 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan asset yang paling utama bagi petani karena lahan yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber penghasilan. Lahan adalah tempat tumbuhnya tanaman, dimana produktivitasnya sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, varietas yang ditanam, lingkungan dan kondisi lahan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan kreativitas yang tinggi bagi petani untuk mengintensifkan usahataninya. Dari ha lahan di Indonesia 90,79% adalah lahan untuk pertanian dan hanya 9,21% untuk lahan pekarangan. Dari ha lahan pertanian, 82,28% adalah pertanian lahan kering dan hanya 17,72% merupakan pertanian lahan basah. Dilihat dari penguasaan lahan 96,6% lahan pertanian di Indonesia merupakan pertanian rakyat, hanya 3,4 % merupakan pertanian komersial. Sehingga dapat dikatakan pertanian di Indonesia adalah pertanian lahan sempit karena luas lahannya rata-rata 0,5 ha dengan kisaran 0,25 7,5 ha, (Nitis, 2007). Pada pertanian lahan sempit, hampir semua lahan dipakai untuk tanaman pangan dan perkebunan, Tidak ada lahan khusus yang disediakan untuk menanam semak dan pohon. Pakan ternak tumbuh pada galangan, lahan tidur, pinggir jalan, lapangan dan lahan yang tidak dipakai untuk tanaman kebutuhan manusia. Sedangkan masalah utama yang dihadapi oleh petani di lahan kering adalah tidak tersedianya secara khusus pakan hijauan untuk kebutuhan ternak sepanjang tahun. Apabila ditinjau dari sub sektor peternakan, kedua permasalahan ini akan berdampak langsung pada peningkatan produktivitas ternak dalam kaitannya dengan penyediaan pakan karena sebagian besar pakan ternak 3

6 khususnya ternak ruminansia terdiri dari hijauan. Untuk itu kontinyuitasnya harus terjaga sepanjang tahun. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem penanaman hijauan pakan ternak sehingga dapat tersedia sepanjang tahun. Sistem tiga strata atau STS adalah suatu tata cara penanaman dan pemangkasan, legume, semak dan pohon, sehingga hijauan pakan ternak tersedia sepanjang tahun. Sistem ini dapat digunakan untuk mengatasi kendala penyediaan hijauan pakan ternak karena pada waktu musim hujan sebagian besar (> 60%) hijauan pakan ternak terdiri dari rumput dan legume, pada pertengahan musim kering sebagian besar pakan ternak terdiri dari semaksemak ( stratum 2), dan pada akhir musim kering, sebagian besar pakan ternak terdiri dari daun pohon-pohonan (sebagai stratum 3). STS sangat potensial untuk lahan yang mengalami musim kering yang panjang yaitu 7-9 bulan. Pada lahan yang tidak mengalami musim kering yang panjang, STS dapat juga diterapkan dengan memilih jenis tanaman unggul sehingga daya tampung lahan dapat ditingkatkan. STS merupakan sistem penanaman rumput /leguminosa, semak dan pohon pada satu areal secara tercampur. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan suatu strategi penanaman hijauan pakan ternak sehingga efisiensi manfaat lahan dapat ditingkatkan Paper ini akan membahas mengenai penerapan konsep STS dalam menyusun strategi penanaman STS untuk meningkatkan efisiensi manfaat lahan khususnya pada lahan kering. 4

7 1.2 Tujuan Tujuan penyusunan paper ini adalah untuk menerapkan konsep STS dan menyusun strategi penanaman hijauan pakan ternak sehingga efisiensi manfaat lahan dapat ditingkatkan. 1.3 Manfaat Manfaat dari penyusunan paper ini adalah : mendapatkan suatu strategi penanaman hijauan pakan ternak berdasarkan konsep STS, sehingga efisiensi manfaat lahan dapat ditingkatkan. 5

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tiga Strata (STS) STS adalah tata cara penanaman dan pemangkasan rumput, leguminosa, semak, dan pohon, secara teratur, sehingga hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun. Dengan STS kekurangan hijauan pada musim kering serta turunnya berat badan ternak ruminansia dapat ditanggulangi. Caranya adalah dengan menanam dan memangkas rumput dan leguminosa (sebagai stratum 1), semak (sebagai stratum 2), dan pohon (sebagai stratum 3) sedemikian rupa sehingga tersedia pakan hijauan sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan, sebagian besar (70%) sumber pakan ternak adalah berasal dari rumput dan leguminosa (sebagai stratum satu). Pada awal musim kering sebagian besar (45%) hijauan makanan ternak berasal dari semak-semak (sebagai stratum dua). Pada akhir musim kering, sebagian besar (45%) hijauan makanan ternak berasal dari pohon-pohonan (stratum tiga) (Gambar 1) (Nitis, 2003). Selanjutnya dijelaskan pula mengenai deskripsi STS, mulai dari lahan yang dibutuhkan untuk satu unit STS, jenis dan jumlah tanaman yang ditanam pada bagian inti, bagian selimut, dan bagian pinggir. Satu unit STS memerlukan lahan seluas m 2, untuk inti m 2, bagian selimut 900 m 2, dan bagian pinggir mempunyai keliling 200 m. Bagian inti adalah lahan yang terletak di tengah-tengah unit. Lahan ini tetap ditanami tanaman pangan. Tata cara penanaman pada bagian inti ini, adalah seperti yang biasa dilakukan oleh petani. Bagian selimut adalah lahan yang berada diantara bagian inti dan bagian pinggir ditanami rumput serta leguminosa. Bagian pinggir adalah bagian paling luar yang sekaligus menjadi batas keliling dari satu unit STS, ditanami pohon dengan jarak tanam 5 m. Di antara dua pohon tersebut ditanami semak dengan jarak 6

9 tanam 10 cm. Setelah semua jenis pohon ditanam, sesuai dengan masingmasing stratumnya, maka setiap m 2 STS, akan terdapat m 2 tanaman pangan atau industri, 900 m 2 rumput dan leguminosa, semak, dan 42 pohon (Gambar 2).. Sistem Tiga Strata dapat diterapkan pada pertanian lahan kering yang curah hujannya kurang dari 1500 mm per tahun dengan 8 bulan musim kering dan 4 bulan musim hujan, pada pertanian lahan kering yang topografinya datar ataupun miring yang kurang produktif untuk pertanian pangan, pada lahan perkebunan dan kehutanan yang mengintegrasikan ternak ruminansia (sapi, kambing atau biri-biri) serta pada lahan tidur dan lahan kritis. 2.2 Persiapan Lahan dan bibit tanaman STS Pengolahan lahan Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur, drainase dan distribusi kesuburan tanah serta membasmi gulma sehingga tanaman dapat tumbuh secara optimal. Pengolahan lahan dilakukan pada akhir musim kering dan dilakukan seperlunya saja, disesuaikan dengan kontur tanah dengan tujuan mengurangi erosi. Misalnya kalau tanah miring ke timur, maka pengolahan lahan dari arah selatan Pengolahan lahan juga tidak boleh terlalu intensif karena bisa menyebabkan struktur tanah rusak dan berlumpur. Sebaliknya pengolahan yang terlalu ringan menyebabkan cepatnya tumbuh gulma. Setelah diolah tanah dibiarkan istirahat sehingga gulma tumbuh sampai musim hujan datang. Pada awal musim hujan, tanah dibajak dan digaru kembali untuk membunuh gulma yang tumbuh kembali sehingga lahan menjadi bersih dan siap untuk ditanami. Lahan yang digunakan dalam STS adalah lahan datar maupun lahan miring seluas 25 are. Bentuk lahan tidak harus persegi empat. dan dapat 7

10 disesuaikan dengan batas-batas pemilikan lahan. Dapat digunakan lahan yang sedang/masih ditanami, lahan tidur maupun lahan kritis Bibit untuk lahan kering Rumput dan leguminosa (stratum 1) Leguminosa memiliki nilai gizi yang tinggi sebagai sumber protein. Oleh karena itu mutlak diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ternak yang optimal. Disamping itu legume dapat menambah kesuburan tanah karena pada akarnya terdapat bintil-bintil zat lemas (nodul akar) yang dapat memfiksasi N atmosfer.. Adapun rumput unggul yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :: 1. Rumput buffel (Cenchrus ciliaris). Berasal dari Afrika Timur, produksinya tinggi yaitu 6,5 8,4 ton MD/ha/tahun, tahan kekeringan, nilai gizi dan mudah berkembang biak (Bryant dan Slater, (1974). Rumput Buffel mempunyai 3 kultivar yaitu jenis tinggi, sedang dan rendah. Rumput ini tumbuh pada curah hujan mm/tahun dan tidak tahan terhadap naungan atau tanah yang berdrainase jelek 2. Rumput Panikum (Panicum maximum). Dapat beradaptasi dengan baik pada curah hujan 760 mm, tahan naungan, tahan kekeringan, responsive terhadap pupuk dan dapat dicampur dengan baik dengan leguminosa (Prosea, 1992). Rumput Panikum mempunyai 3 kultivar yaitu jenis tinggi, sedang dan rendah. Produksinya 6,7 8,9 ton DM/tahun. Kelemahannya adalah biji setelah dipanen mengalami dormasi selama lebih kurang 18 bulan. 3. Rumput Urokloa (Urochloa mosambicensis). Rumput ini tahan kekeringan, hidup baik mm/tahun dan pertumbuhannya membentuk rumpun (Prosesa, 1992). Hidup sangat baik pada tanah yang subur dengan drainase yang baik 8

11 4. Rumput unggul lain. Contohnya : Setaria splendida, Chloris gayana, Brachiaria decumbus Jenis leguminosa yang dapat dipakai adalah : 1. Stylosanthes. Leguminosa ini mempunyai varietas yang sangat banyak, ada yang berdaun lebar ( S. guyanensis), batangnya keras dan berupa semak-semak (S. scabra), berbatang lembut ( S. guyanensis cv. Oxley fine stem) dan berdaun kecil ( S. humilis, S. hamata)(bryant dan Slater, 1974). Produksinya sangat bervariasi 2. Centro (Centrocema pubescens). Leguminosa ini tumbuh baik pada curah hujan 1270 mm, tahan terhadap naungan, berdaun relative lebar dan sifat tumbuhnya membelit (Briant dan Slater, 1974). Awal pertumbuhan lambat sehingga perlu pengolahan lahan yang baik sewaktu menanamnya. Centro sering dijumpai sebagai tanaman penutup lahan di kebun kelapa, kapok dan karet. Centro disenangi ternak, bernilai gizi tinggi, tahan pengembalaan, tahan penyakit, tetapi produksinya relative rendah 3. Siratro (Macroptilium atropurpureum). Tumbuh membelit, nilai gizi tinggi, tahan kekeringan, disenangi ternak dan hidup dengan baik bila dicampur dengan rumput. Tetapi sering diserang penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang hidup dalam tanah sehingga sulit dibasmi Semak (stratum 2) Semak yang dapat dipakai adalah : 1. Gamal (Gliricidia sepium). Gamal dikembangkan dengan stek sehingga dapat berkembang dengan cepat. Kurang disukai ternak karena mempunyai bau yang khas yang disebabkan oleh alkaloid, teutama pada daun muda. Kurang potensial sebagai sumber hijauan pada 9

12 musim kering karena daunnya rontok.. Dengan memangkas sebelum daun rontok, efisiensi pemanfaatan gamal dapat ditingkatkan. 2. Lamtoro ( Leucaena leucocephala). Merupakan sumber hijauan yang potensial. Nilai gizinya tinggi, disenangi oleh ternak, beradaptasi pada lahan kritis, produksinya tinggi dan mudah dikembangkan. Daun lamtoro mengandung zat racun yang disebut mimosin yang apabila dimakan ternak sebanyak 30% menyebabkan kerontokan bulu (Bryant and Slater, 1974). Namun untuk daerah tropis mimosin tersebut tidak berbahaya karena pada perut (rumen)) temak tropis terdapat bakteri yang dapat menetralisasi mimosin tersebut (Hegarty et al., 1985). 3. Lamtoro merah (Acacia villosa). Akasia diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti lamtoro sebab tanaman itu tidak diserang oleh kutu loncat. Akasia dikembangbiakan dengan biji, tetapi awal pertumbuhan sangat lambat, cepat berbunga dan berbuah 4. Turi (Sesbania grandiflora). Turi dikembangbiakan dengan biji. Daunnya merupakan sumber hijauan yang baik, nilai gizinya tinggi, disenangi oleh ternak dan dapat diberikan kepada ternak pada musim kering. Produksi daunnya relatif rendah (Prosea, 1992) Pohon (sebagai stratum 3) Adapun pohon yang dapat dipakai adalah sebagai berikut : 1. Bunut (Ficus spoacelli.). Bunut tahan hidup pada lahan kering dan miring karena mempunyai sistem perakaran yang dalam (Prosea, 1992). Daun bunut disenangi oleh ternak, produksinya tinggi dan pohon ini dikembangbiakan dengan stek. Pada musim kering daunnya tidak rontok sehingga merupakan hijauan potensial pada musim kering. Kelemahannya terletak pada pertumbuhannya yang lambat dan daunnya 10

13 yang mengeluarkan getah ('latex'). 2. Santen (Lannea coromandilica). Kayu santen sangat tahan terhadap kekeringan karena mempunyai kulit batang yang sangat tebal. Pohon ini cukup baik sebagai sumber hijauan terutama pada musim kering. Namun, pada musim kering daunnya rontok dengan produksi daun yang relatif rendah. 3. Waru (Hibiscus tillleaceus). Adaptasi pohon ini sangat bervariasi yaitu dari lahan basah sampai kering. Produksinya tinggi dengan nilai gizi yang tinggi pula. Waru tahan terhadap tanah bergaram, tetapi kurang mampu beradaptasi terhadap lahan miring dengan lapisan tanah yang dangkal Bibit Untuk Lahan Khusus STS dapat diterapkan pada lingkungan yang beragam oleh karena itu jenis hijauan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.. Misalnya untuk lahan kering akan berbeda dengan yang untuk lahan basah ataupun lahan perkebunan. Untuk lahan basah, dipilih jenis hijauan yang produksinya tinggi antara lain : rumput gajah, rumput raja, (stratum I), kaliandra, turi, lamtoro (sratum 2) dan albizia, dadap, waru (stratum 3). Pada lahan perkebunan jenis hijauan yang, dipilih adalah yang tahan terhadap naungan antara lain :,.Stenotaphrum spp. Panicum spp, Centro, Arachis spp (Stratum 1 ),. gamal, akasia (Stratum 2), dadap, waru (stratum 3). Untuk lahan yang kondisinya belum diketahui secara pasti, dapat dipilih jenis hijauan yang variasi hidupnya sangat luas. Adapun jenis rumput yang variasi hidupnya luas antara lain B. humidicola, P maximum dan P notatum. Jenis rumput brachiaria cocok dikembangkan,pada lahan asam, sedangkan pada lahan tergenang dan ternaung adalah rumput P maximum dan P notatum. Di lain pihak C ciliaris cocok untuk lahan alkali (basa).. 11

14 Seperti halnya rumput, leguminosa yang dapat hidup pada lingkungan yang luas antara lain macroptilium (siratro). Leguminosa yang cukup tahan terhadap tanah asam antara lain jenis A. pintoi, Desmodium, Macroptilium, Pueraria dan S. Hamata. Namun sangat sedikit yang tahan terhadap air tergenang. Siratro cukup baik dikembangkan pada lahan kering yang kurus dan ternaung, sedangkan centro pada lahan lembab yang kurus dan ternaung dan Arachis, menghendaki lahan yang relatif subur dan ternaung. Jenis semak dan pepohonan mempunyai toleransi yang luas terhadap lingkungan, khususnya pada lahan asam dan kering adalah G. sepium (gamal), L. leucocephala (lamtoro) dan Sesbania grandi flora (turi). Jenis A, lebbek C. colothyrsus (kaliandra) dan Desmanthus cukup berpotensi untuk dikembangkan pada lahan asam asal tidak ternaung. Demikian pula A. lebbeck dan sesbania tumbuh cukup baik pada lahan bergaram. 2.3 Cara Penanaman Hijauan Pakan Ternak pada STS STS merupakan sistem penanaman rumput/leguminosa, semak dan pohon pada satu areal secara tercampur. Pengembangan STS ditujukan pada lahan non produktif, khususnya pada lahan miring yang sering mengalami erosi bila dimanfaatkan untuk penanaman palawija. Apabila lahannya subur (produktif) dan petani masih memerlukan hasil palawija maka bagian inti ditanami palawija hanya pada pinggiran petak yang luasnya 25 are, sedangkan bagian dalam petak ditanami dengan palawija. Apabila lahannya kurang subur (tidak dipakai untuk penanaman tanaman pangan/ perkebunan) pohon dan semak ditanam pada pinggiran petak sedangkan ditengah-tengah petak ditanami dengan rumput unggul dan leguminosa. Pilihan lain, semak/pohon ditanam berlarik dan di antara larikan tersebut ditanami rumput/leguminosa ( Intensive Feed Garden). Bila lahannya miring dan berteras, di bawah teras ditanam semak secara berlarik 12

15 mengikuti arah teras yang fungsinya sebagai penyangga teras. Jarak tanam semak adalah I m dan di bawahnya dapat dikembangkan rumput.dan leguminosa selebar 1 m mengikuti teras Rumput dan leguminosa (stratum 1) Rumput dan leguminosa ditanam berkeliling pada pinggiran petak. Lebar petak untuk rumput dan leguminosa adalah 5 m sehinggga di dalam petak yang luasnya 25 are terdapat 9 are untuk rumput dan leguminosa. Penanaman rumput dan leguminosa dapat sendiri-sendiri (monokultur) atau dicampur. Kalau dicampur, sebaiknya rumput dicampur dengan leguminosa atau rumput yang tumbuhnya tegak dicampur dengan leguminosa yang tumbuhnya membelit sehingga rumput merupakan tumpuan bagi leguminosa. Contohnya Stelo scabra dan sentrocema ditanam bersama-sama, sehingga stelo scabra yang berbentuk perdu merupakan panjatan bagi centrocema yang menjalar. Biji legume Stelo scabra dan Stelo verano harus digosok dengan kertas amplas sampai bersih, agar dapat berkecambah lebih cepat. Kalau tidak digosok dengan kertas amplas, berkecambahnya pada tahun pertama agak rendah. Biji rumput buffel, urokloa dan panikum dan biji legume centrocema harus dicelup pada air panas suam kuku selama 15 menit agar berkecambah lebih cepat. Harus ditanam langsung sehabis dicelupkan pada air panas tersebut. Cara penanaman rumput/ leguminosa adalah sebagai berikut. : setelah tanah diolah dengan baik, dibuat larikan-larikan dengan garu sedalam 1-2 cm dengan jarak larikan 10 cm. Arah larikan tegak lurus dengan kontour untuk mencegah erosi. Setelah diberi perlakuan (antara lain skarifikasi dan inokulasi) biji tersebut dicampur dengan pasir lalu disebarkan pada larikan untuk kemudian ditimbuni kembali. Jumlah biji yang ditanam adalah 16 kg/ha atau 1,44 kg/petak. Setelah ditanam pada larikan yang telah tersedia, biji selanjutnya ditimbuni dengan tanah dengan menarik pelepah kelapa/cabang kayu berdaun menyilang larikan. 13

16 Penanaman dilakukan pada musim hujan yaitu menjelang penanaman palawija.. Penirnbunan dengan tanah dimaksudkan untuk mencegah hilangnya biji karena diterbangkan oleh angin dan dilarikan oleh semut atau untuk menjaga kelembaban biji Semak (stratum 2) Gamal dan lamtoro ditanam sebagai pagar dari petak. Gamal yang ditanam berupa stek dari cabang yang berumur kira-kira 1 tahun dengan panjang 1, 25 m, ditanam sedalam cm pada jarak 10 cm. Penanaman berlarik (sebagai pagar) dengan panjang larikan 5 m, sehingga dalam 1 petak terdapat 20 larikan gamal atau sejumlah 1000 batang stek. Penanaman stek gamal dilakukan pada permulaan musim hujan yaitu pada akhir bulan November. Untuk mencegah agar stek gamal tidak rebah harus dijepit dengan bambu pecah 4. Biji lamtoro ditanam berlarik sepanjang 5 m. Biji lamtoro ditanam sedalam 3-5 cm pada jarak 10 cm, sehingga jumlah larikan petak didapat 20 baris atau 1000 batang tanaman. Gamal dan lamtoro ditanam berselang-seling pada pagar petak. Penanaman biji lamtoro dilakukan pada permulaan musim hujan saat tanah tidak terlalu basah Pohon Pohon ditanam berupa stek yang panjangnya 1,75-2 m.. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, tetapi waru ditanam pada musim hujan. Pohon ditanam sedalam cm pada jarak 5 m, sehingga pada setiap petak terdapat 14 pohon bunut, 14 kayu santen dan 14 waru. Penanamannya berselang-seling antara bunut, santen dan waru. Setelah stek dimasukkan, lubang harus ditutup dengan tanah dan dipadatkan. Dalam pelaksanaannya 14

17 sering diadakan modifikasi mengingat kemampuan tumbuh dari jenis pohon itu berbeda. Pada lahan miring ditanam bunut dan kayu santen, sedangkan pada lahan datar waru. Penanamannya tidak perlu berselang-seling, tetapi jumlah masing-masing pohon adalah tetap yaitu 14 pohon bunut, 14 kayu santen dan 14 waru. 2.4 Penyulaman Tanaman STS Cara penyulaman tanaman adalah sebagai berikut : Penyulaman rumput, legume, semak dan pohon dilakukan 2 bulan sesudah penanaman, yaitu pada musim hujan. Penyulaman rumput dan legume dilakukan kalau 25% dari setiap petak atau larikan tidak ditumbuhi rumput atau legume unggul. Pohon dan gamal yang disulam adalah stek yang tunasnya belum tumbuh, kulit batang kering atau yang mati, 2.5 Integrasi Tanaman dengan STS Apabila lahan bagian inti ditanami palawija pada permulaan musim hujan (bulan Nopember) maka jenis palawija yang dapat ditanam disesuaikan dengan kebiasaan setempat seperti jagung, kedelai, ketela pohon, kacang tanah, kacang merah dan turi. Waktu panen disesuaikan dengan umur tanaman dan kebiasaan masyarakat setempat. Turi sesudah berumur 6 bulan dapat dipanen setiap hari untuk sayur. Tetapi untuk pakan ternak turi dipanen pada waktu musim kering. Jerami palawija dapat dikeringkan dan disimpan untuk pakan ternak. Apabila memanen ketela pohon, sebelum mencabutnya, maka daun pada pucuk batang dipetik dan diberikan ke ternak. Batang disimpan untuk bibit dan untuk pakan ternak pada waktu musim kemarau (musim kering yang lama). Selain ditanami palawija, lahan inti juga dapat ditanami tanaman perkebunan seperti buah-buahan (kelapa, mangga, jeruk, nangka) dan tanaman 15

18 industri (kopi, kapuk, panili, cengkeh, kapulaga). Apabila perkebunan sudah ada, maka pagar diganti dengan stratum 2 dan stratum 3, Stratum 1 dibuat disekeliling pinggir kebun dengan lebar 5 m dan ditanami dengan rumput dan legume unggul tahan naungan seperti rumput Stenotaprum dan legume Desmodium ovalifolium. 16

19 III. METODE PENULISAN Berdasarkan tujuan dari penulisan makalah ini, maka diterapkan beberapa metoda antara lain: 1. Penelahan terhadap pustaka yang ada, baik berupa hasil penelitian maupun artikel yang dipublikasikan pada media elektronik (internet), ataupun media cetak berupa buku, jurnal ilmiah, ataupun majalah. 2. Penginterpretasian dari materi kuliah dan praktikum mata kuliah Sistem Tiga Strata yang diperoleh di Program S-3 Peternakan 17

20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penanaman STS dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Manfaat Lahan STS merupakan sistem penanaman rumput/leguminosa, semak dan pohon pada satu areal secara tercampur. STS dapat diterapkan pada lingkungan yang beragam, oleh karena itu jenis hijauan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.. Misalnya untuk lahan kering akan berbeda dengan yang untuk lahan basah ataupun lahan perkebunan. Berikut disampaikan strategi penanaman STS pada lahan kering dengan tujuan meningkatkan efisiensi manfaat lahan Rumput dan leguminosa (stratum 1) Rumput unggul yang dapat dipakai adalah buffel, Panicum dan Urokloa, sedangkan legumnya adalah Stelo verano dan Centrocema. Jenis rumput dan legume unggul ini tahan terhadap kekeringan. Rumput dan legume ditanam selang seling berkeliling pada pinggiran petak dan ditanam berlarik. Pada bagian selimut ini dibuat petak-petak berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m. Pada petak-petak ini dibuat larikan berjarak 10 cm dengan kedalaman 1 cm untuk ditanami biji rumput dan legume. Larikan dibuat tegak lurus dengan kemiringan lahan sehingga biji tanaman tidak dihanyutkan air hujan. Rumput Panicum ditanam dekat Centrocema karena Panicum yang tumbuh tegak merupakan panjatan bagi centrocema yang menjalar. Panikum dan centro dapat ditanam dekat pagar karena tahan terhadap naungan. Selain itu centro dapat juga ditanam di pagar karena sifatnya yang tahan naungan dan membelit. Rumput bufel dan urokloa tumbuh bagus di daerah terbuka, karena tidak tahan naungan. Oleh karena itu ditanam jauh dari pagar.± 2,5 m atau lebih dari pagar (Suarna, 1990). Jenis legume stylo verano jangan ditanam di dekat 18

21 pagar karena tidak tahan naungan. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi stylo verano ditanam dekat centrocema karena fiksasi N oleh centrocema akan berpengaruh positif terhadap stylo verano. Kehadiran legume pada STS sangat penting karena pada akar legume dijumpai adanya bintil-bintil zat lemas (nodul akar) yang mengandung bakteri yang dapat memfiksasi N atmosfer sehingga dapat menambah kesuburan lahan Semak (stratum 2) Semak yang dapat dipakai adalah gamal dan lamtoro. Kedua jenis semak ini tahan kekeringan, produksi tingginya, bernilai gizi tinggi dan mudah dikembangbiakan. Cara penanamannya adalah ditanam berselang-seling sebagai pagar dari petak dengan jarak 10 cm, Perkembangbiakan gamal dilakukan dengan stek. Gamal ditanam dengan kedalaman 25 cm dan lebar 25 cm. Sedangkan lamtoro yang ditanam adalah bijinya, sedalam 5 cm. Gamal dan lamtoro mempunyai perakaran yang dalam, lebat dan kuat sehingga dapat menahan tanah dan kerikil dari kikisan air hujan. Cabang yang banyak dengan daun yang lebat merupakan kanopi yang baik untuk menahan air hujan, sehingga mengurangi sentakan air hujan yang jatuh ke tanah. Daun yang gugur pada musim kering, merupakan humus yang dapat menyerap air hujan, sehingga mengurangi air hujan yang merembes mengikis tanah. Pada lahan miring semak berfungsi menahan kerikil besar dan batu yang mengelinding dihanyutkan oleh air hujan. Diantara kedua jenis semak ini, naungan lamtoro memberikan efek yang lebih bagus daripada gamal terhadap produksi hijauan yang ada dibawahnya. Rumput Bufel yang tidak tahan naungan ditanam dekat dengan lamtoro akan memberikan hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan gamal. Hal ini berkaitan dengan perbedaan morfologi daun sehingga jumlah sinar yang dapat dilewatkan lebih banyak oleh lamtoro dibandingkan gamal. 19

22 4.1.3 Pohon (stratum 3) Jenis pohon yang dapat dipakai adalah bunut, santen dan waru Penanaman pohon dilakukan berselang-seling disekeliling batas STS dengan jarak 5 m, kedalaman 50 cm dan lebar 25 cm. Pohon bunut dan santen sangat tahan terhadap kekeringan dan lahan yang miring karena mempunyai sistem perakaran yang dalam dan kuat. Perakaran yang dalam sangat menguntungkan karena tidak terjadi kompetisi dengan strata 1 dan 2. Produksinya tinggi dan mudah dikembangbiakan. Sedangkan pohon waru mempunyai daya adaptasi yang sangat bervariasi yaitu dari lahan basah sampai kering. Produksinya tinggi dan bernilai gizi tinggi. Pohon waru ditanam pada tempat yang datar karena sistem perakarannya dangkal dan batangnya berkulit tipis sehingga sangat tergantung pada kadar air tanah Bagian inti Pada bagian inti dapat ditanami tanaman pangan/palawija. Di bawah larikan tanaman semusim, misalnya jagung ditanami tanaman yang berfungsi sebagai penutup tanah karena mempunyai pertumbuhan yang rapat dan rendah, yaitu tanaman leguminosa seperti centrocema pubercens, Pueraria phasoloides dan Arachis prostrate. Tanaman ini dipotong pada saat tanaman pangan akan ditanam. Dengan cara ini diharapkan kesuburan lahan akan bertambah karena sumbangan nitrogen dari bintil-bintil akar, sehingga efisiensi manfaat lahan juga meningkat. 20

23 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam menaman tanaman hijauan pakan ternak STS diperlukan suatu strategi penanaman atau cara mengatur penanaman tanaman, sehingga efisiensi manfaat lahan dapat ditingkatkan. 2. Pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada STS meliputi pengaturan tanaman rumput/leguminosa (strata 1), semak (strata2) dan pohon (strata 3). 3. Jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam pada STS adalah jenis unggul yang meliputi strata 1 terdiri dari rumput (buffel, urokloa dan panikum ), leguminosa ( centrocema dan stylo verano), strata 2 terdiri dari semak (lamtoro dan gamal) dan strata 3 terdiri dari pohon (bunut, santen dan waru). 5.2 Saran Saran yang dapat dikemukakan disini adalah perlu dicari alternatif jenis hijauan pakan ternak lokal yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, dalam upaya memanfaatkan plasma nutfah yang ada. 21

24 DAFTAR PUSTAKA Nitis, I M Peningkatan Produktivitas Peternakan dan Kelestarian Lingkungan Pertanian Lahan Kering dengan Sistem Tiga Strata. Buku Ajar. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar. Nitis, I M Gamal di Lahan Kering. Arti Foundation. Denpasar. LPM Unud Petunjuk Praktis Tata Laksana Sistem Tiga Strata. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Udayana, Denpasar. 22

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) Siti Nurul Kamaliyah SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) DEFINISI Suatu cara penanaman & pemotongan rumput, leguminosa, semak & pohon shg HMT tersedia sepanjang rahun : m. hujan : rumput &

Lebih terperinci

nutrisi yang rendah. Meskipun demikian, kebutuhan akan tanaman pakan sebagai sumber hijauan makanan ternak ruminansia tetaplah penting.

nutrisi yang rendah. Meskipun demikian, kebutuhan akan tanaman pakan sebagai sumber hijauan makanan ternak ruminansia tetaplah penting. 2 nutrisi yang rendah. Meskipun demikian, kebutuhan akan tanaman pakan sebagai sumber hijauan makanan ternak ruminansia tetaplah penting. Pada saat tekanan yang sangat tinggi terhadap kebutuhan lahan,

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Inilah Gambaran Peternak Dalam Mencari Hijauan Bagaimna Penanaman Rumput Pada Peternak Ruminansia Bagaimna Penanaman Rumput

Lebih terperinci

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang diperlukan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan dalam

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah POKOK-POKOK TATALAKSANA DALAM PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Oleh : Siti Rochani, SPt. MM Sudah kita ketahui bersama bahwa keberhasilan suatu peternakan tidak lepas dari efisiensi kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di

Lebih terperinci

INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Paskalis Th. Fernandez dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 PEMBUATAN GARIS KONTUR (SABUK GUNUNG)

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah TINJAUAN PUSTAKA Tanah sawah Tanah sawah adalah habitat yang sangat unik untuk penambatan nitrogen secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah digolongkan menjadi dua kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan menjadi salah satu faktor untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

SOSIALISASI SISTEM TIGA STRATA (STS) UNTUK MENGATASI MASALAH HIJAUAN MAKANAN TERNAK PADA PETANI TERNAK SAPI PERBIBITAN DI DESA SAKTI, NUSA PENIDA

SOSIALISASI SISTEM TIGA STRATA (STS) UNTUK MENGATASI MASALAH HIJAUAN MAKANAN TERNAK PADA PETANI TERNAK SAPI PERBIBITAN DI DESA SAKTI, NUSA PENIDA JURNAL UDAYANA MENGABDI, VOLUME 15 NOMOR 1, JANUARI 2016 SOSIALISASI SISTEM TIGA STRATA (STS) UNTUK MENGATASI MASALAH HIJAUAN MAKANAN TERNAK PADA PETANI I.W. Wirawan 1, I.A.P. Utami 1, T.G.O. Susila 1,

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

AN TERNAK D m. Oleh : Diana Rurp *)

AN TERNAK D m. Oleh : Diana Rurp *) AN TERNAK D m PENINGUTAN PENDAPATAN PETANI TERNAK Oleh : Diana Rurp *) Salah satu penyebab gagalnya reboasasi pada hutan jati dikarenakan tingginya tingkat penggembalaan liar, khususnya pada daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Penyusun E. Eko Ananto Dadan Ridwan Ahmad Trip Alihamsyah Penyunting Sunihardi Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

Studi kasus (lanjutan)

Studi kasus (lanjutan) Studi kasus (lanjutan) 25 A. Air drainasi keluar dari kedalaman tanah.8 m Air drainasi (mm) 2 15 1 5 pemupukan urea-n 6 kg ha -1 dan pemangkasan gliricidia tanam kacang tanah dan pemangkasan peltophorum

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar JENIS PAKAN 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA I Wayan Mathius Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang berkesinambungan dalam artian jumlah yang cukup clan kualitas yang baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai termasuk kedalam famili Solanaceae dengan sistem perakaran cukup menyebar. Sifat tanaman cabai keriting adalah tahan terhadap serangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

Gambar 2. Centrosema pubescens

Gambar 2. Centrosema pubescens TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat kasar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, khususnya bagian

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

PERAN TANAMAN PAKAN RUMPUT DAN LEGUMINOSA UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN SERTA PENGAWETAN TANAH DAN AIR

PERAN TANAMAN PAKAN RUMPUT DAN LEGUMINOSA UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN SERTA PENGAWETAN TANAH DAN AIR PERAN TANAMAN PAKAN RUMPUT DAN LEGUMINOSA UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN SERTA PENGAWETAN TANAH DAN AIR Muchtar Effendi Siregar Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Peranan ternak dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah 2.1.1. Deskripsi Rumput Gajah Rumput gajah disebut juga Elephant grass, Uganda Grass, Napier grass, dan dalam bahasa latinnya adalah Pennisetum purpereum, termasuk

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa semak rendah,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci