BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Karakter merupakan suatu cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Salahudin dan Irwanto (2013: 42) pengertian secara khusus, karakter adalah nilainilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Pusat Bahasa Depdiknas (Suyadi, 2013: 4) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang, atau symbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Artinya, bahwa orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain. 8 8

2 9 Menurut American Heritage Dictionary of the English Language (Salahudin dan Irwanto, 2013: 42), character is defined as the combination of qualities or features that distinguishes one person, group, or things from another. Karakter sebagai gabungan antara kualitas dan ciri-ciri yang membedakan seseorang, kelompok atau sesuatu dengan yang lain. Pengertian karakter menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 64) adalah perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang, setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya. Maknanya dari pengertian pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anakanak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Menurut Ratna Megawangi (Kesuma dan Triatna, 2012: 5) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Fakry Gaffar (Kesuma dan Triatna, 2012:5) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses 9

3 10 transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Departemen Pendidikan Amerika Serikat dalam brosur Pendidikan Karakter (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Mendukung pendapat tersebut, Lickona (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter pada siswa. Dari beberapa pernyataan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha menanamkan nilai moral pada setiap individu yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang berkarakter serta memiliki sifat yang bertanggung jawab, peduli terhadap lingkungan, berpendirian dan berbuat sesuai dengan landasan nilai-nilai etik. 10

4 11 b. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak kehidupan suatu bangsa. Ahmad Fikri (Salahudin dan Irwanto, 2013: 104) menjelaskan bahwa, fungsi pendidikan karakter, adalah : 1) Sebagai pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikiran dan berperilaku baik; 2) Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural untuk menjadi bangsa yang bermartabat; 3) Penyaring: untuk menyaring budaya yang negatif dan menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Sejalan dengan pendapat tersebut, fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional, adalah : 1) Pengembangan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik. 2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. 3) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. 11

5 12 c. Tujuan Pendidikan Karakter Adanya pendidikan karakter dalam suatu bangsa memiliki tujuan agar suatu bangsa tersebut nantinya dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Menurut M. Qultubh (Salahudin dan Irwanto, 2013:109) tujuan pendidikan karakter adalah : 1) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 2) Mengembangkan kemampuan pesera didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. 3) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penih kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Selain itu, Kesuma dan Triatna (2012: 9) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 12

6 13 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. d. Macam-macam pendidikan karakter di Sekolah Dasar Pada jenjang sekolah dasar, pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting yang harus diberikan kepada siswa. Menurut Suyadi (2013: 8) terdapat 18 nilai karakter yang perlu diterapkan pada siswa sekolah dasar, yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan dan Nasionalisme, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Komunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, dan Tanggung jawab. Adapun salah satu karakter yang menjadi variable utama peneliti dalam penelitian ini adalah karakter Rasa ingin tahu. 2. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu merupakan suatu sikap yang menunjukkan ketertarikan dan rasa penasaran terhadap suatu hal. Menurut Daryanto Darmiatun (2013: 138) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Sedangkan menurut Suyadi (2013: 9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap 13

7 14 segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. Dari pernyataan menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu rasa yang ada dalam diri seorang individu yang mendorong individu tersebut untuk terus menggali suatu informasi yang ingin ia ketahui sampai mendapatkan jawaban yang diinginkan dan yang sebelumnya belum paham menjadi dapat dipahami. b. Indikator Rasa Ingin Tahu Adanya indikator rasa ingin tahu bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya peneliti dalam melakukan suatu penelitian tentang rasa ingin tahu. Daryanto dan Darmiatun (2013: 147) menjelaskan bahwa indikator keberhasilan rasa ingin tahu terdiri dari indikator kelas 1 3 dan kelas 4 6, penjelasan indikator rasa ingin tahu untuk kelas 5 adalah sebagai berikut : 1) Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. 2) Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi 3) Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi politik, teknologi yang baru didengar. 14

8 15 Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 138) indikator rasa ingin tahu dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Indikator Sekolah a) Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah. b) Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. 2) Indikator Kelas a) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu b) Eksplorasi lingkungan secara terprogram c) Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik). Berdasarkan indikator-indikator Rasa ingin tahu di atas, diambil beberapa indikator yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun indikator yang akan digunakan, yaitu : a. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. b. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi c. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi politik, teknologi yang baru didengar. 15

9 16 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa dalam hal belajar. Menurut Arifin (2013: 12) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Hamdani (2011: 138) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil penilaian usaha belajar yang dilakukan oleh siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor. b. Pengertian Belajar Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat salah satu ahli, yaitu R. Gagne, menurut R. Gagne (Ahmad Susanto, 2014: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunnya sebagai 16

10 17 akibat pengalaman. Adapun menurut Aunurrahman (2011: 36) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Selain itu, Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pernyataan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar sebagai interaksi dirinya dengan lingkungan yang ditandai dengan perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri. c. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu tingkat pencapaian siswa dalam hal belajar secara kognitif. Menurut Arifin (2013: 12) Prestasi Belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan 17

11 18 masing-masing. Menurut Hamdani (2011: 138) Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pendapat para ahli tentang prestasi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil dan pencapaian yang diperoleh oleh siswa sebagai dampak dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Hal-hal yang tergolong dalam faktor internal adalah : 1) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Beberapa hal yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri dari : 18

12 19 a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan. b) Faktor non-intelektif. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Hal-hal yang tergolong dalam faktor eksternal, ialah : 1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. 4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Menurut Depdiknas (Ahmad Susanto, 2014: 184) kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. 19

13 20 Suwaningsih dan Tiurlina (2006: 3) menyebutkan bahwa matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika mudah dipahami oleh orang lain maka dimanipulasi menggunakan bahasa matematika atau notasi matematika secara universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu, logika adalah dasar terbentuknya matematika. Lerner (Abdurrahman 2009: 252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan sebagai bahasa simbolis dan bahasa universal yang diperoleh melalui pemikiran (penalaran) dan kemudian diproses secara rasio sehingga terbentuk suatu konsep matematika. b. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa terhadap pelajaran matematika. Menurut Ahmad Susanto (2014: 185) Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar 20

14 21 dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut Santrock (2010: 266) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Selain itu, Corey (Ahmad Susanto, 2014: 186) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah lakunya. Menurut Ahmad Susanto (2014: 186) pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Dari pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengelola kondisi lingkungan agar memungkinkan terjadinya suatu respon terhadap pembelajaran dan 21

15 22 bertujuan untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami ilmu matematika. c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan ilmu matematika. Menurut PERMENDIKNAS No. 22 (2006: 148), pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan menghasilkan konsep atau algoritma. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari 22

16 23 5. Materi Pembelajaran Matematika Materi pelajaran matematika yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini, yaitu tentang Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang digunakan, yaitu ditunjukkan oleh tabel 2.1 di bawah ini : Tabel 2.1 S.K dan K.D Materi Pecahan Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan Penjelasan mengenai S.K dan K.D di atas tentang materi yang akan diberikan, yaitu : a. Pecahan Pecahan merupakan suatu bilangan yang memiliki pembilang dan juga penyebut. Menurut Heruman (2007: 43) pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. 23

17 24 Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Heruman, 2007: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Adapun materi pecahan yang dipelajari di kelas V SD menurut Sumanto Y.D (2008: 103) adalah sebagai berikut : A. Mengubah pecahan ke bentuk pecahan lain : 1. Persentase a. Menentukan persentase dari banyak benda atau kuantitas Misal dari 50 buah mangga terdapat 4 buah di antaranya busuk. Dari keterangan di atas persentase buah mangga yang busuk sebagai berikut : Jadi, dapat dikatakan bahwa 8% dari buah mangga itu sudah busuk. b. Menentukan banyak (kuantitas) jika persentase dan banyak benda keseluruhan diketahui Misal : Harga sepatu yang tertera pada label Rp ,00. Apabila besar diskon 20%, kita dapat menentukan nilai diskon (potongan harga) dalam rupiah. 24

18 25 Diskon = 20% x = = Jadi, diskon 20% itu senilai dengan Rp Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya a. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan sebaliknya b. Mengubah desimal ke persen dan sebaliknya Contoh : c. Mengubah pecahan biasa ke desimal dan sebaliknya Contoh : B. Membandingkan Pecahan berada di sebelah kiri, berarti atau Jadi, dapat ditulis ke dalam bentuk lain, yaitu : atau 25

19 26 C. Menjumlah dan Mengurang Pecahan 1. Menjumlah Pecahan a. Menjumlahkan pecahan yang penyebutnya berbeda Contoh : b. Menjumlahkan Pecahan Desimal 0,25 + 0,42 = 0,67 c. Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan 2. Mengurang Pecahan a. Mengurang pecahan yang penyebutnya berbeda Contoh : KPK dari 3 dan 5 b. Mengurang pecahan desimal dengan pecahan desimal 1,75 0,23 = 1,52 c. Mengurang berbagai bentuk pecahan diubah penyebutnya yaitu KPK dari 2 dan 10 d. Pengerjaan Hitung Campuran berbagai Bentuk Pecahan 26

20 27 D. Mengali dan Membagi Pecahan 1. Mengalikan Pecahan a. Mengalikan Pecahan Biasa Contoh : b. Perkalian Pecahan Desimal Contoh : c. Perkalian berbagai Bentuk Pecahan Contoh : 2. Membagi Pecahan a. Membagi Pecahan Biasa Contoh : Membagi suatu bilangan pecahan sama dengan mengalikan dengan kebalikan pembagi. b. Pembagian Pecahan Desimal Contoh : diubah ke bentuk pecahan biasa 27

21 28 c. Pembagian berbagai Bentuk Pecahan Contoh : E. Perbandingan dan Skala 1. Perbandingan Contoh : Dalam kotak terdapat 45 kelereng, yaitu : 20 kelereng merah, 15 kelereng biru, dan 10 kelereng hijau. a. Perbandingan banyak kelereng merah dengan banyak kelereng biru adalah 20 : 15 = 4 : 3 b. Perbandingan banyak kelereng merah dengan banyak kelereng hijau adalah 20 : 10 = 2 : 1 c. Perbandingan banyak kelereng biru dengan banyak seluruh kelereng adalah 15 : 45 = 1 : 3 Perbandingan dapat dinyatakan sebagai bentuk pecahan dan sebaliknya. Perbandingan pada umumnya dituliskan dalam bentuk paling sederhana. Perbandingan 4 : 3 dibaca empat berbanding tiga. 2. Skala Skala dapat dijumpai pada peta atau denah. Salah satu cara menentukan skala, yaitu dengan menyederhanakan pecahan. 28

22 29 Contoh : Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Skala peta dapat ditentukan sebagai berikut : Jadi, skala peta 1 : , artinya setiap 1 cm pada peta mewakili cm = 2,5 km pada jarak sebenarnya. 6. Strategi Pembelajaran Aktif Learning Tournament a. Pengertian Strategi Belajar Aktif Strategi belajar aktif merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar dengan membuat pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Hamdani (2011: 48) Strategi pembelajaran aktif merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mel. Silberman (2006: 23) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confisius apa yang disebut belajar aktif, yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. 29

23 30 Ujian Sukanda (2011: 48) menjelaskan bahwa strategi active learning adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak bergantung kepada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru. Berdasarkan pengertian tentang strategi belajar aktif menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi belajar aktif merupakan suatu cara mengajar dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar melalui diskusi ataupun tanya jawab sehingga siswa dapat memiliki tanggung jawab terhadap apa yang mereka pelajari serta membuat siswa terus berkeinginan untuk belajar dan memahami materi yang dijelaskan oleh guru secara maksimal untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun. b. Strategi Learning Tournament Strategi learning tournament merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang akan membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa. Menurut Mel. Silberman (2006: 171) strategi learning tournament merupakan versi sederhana dari Turnamen permainan tim yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya. 30

24 31 Teknik ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan. Langkah-langkah strategi learning tournament menurut Mel. Silberman (2006:171) adalah : a. Guru membagi siswa menjadi sejumlah kelompok beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa setiap kelompok memiliki jumlah yang sama. (jika ini tidak bisa dilakukan, guru harus merata-ratakan skor dari tiap tim). b. Berikan materi kepada setiap kelompok untuk dipelajari bersama anggota kelompok. c. Buatlah beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau pengingatan akan materi pelajaran. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda, mengisi titik-titik, benar/salah, atau definisi istilah. d. Berikan sebagaian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai ronde satu dari turnamen belajar. Tiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perseorangan. e. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawaban dan perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab benar. Selanjutnya perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan tiap anggota kelompok mereka untuk mendapat skor kelompok. Umumkan skor dari tiap kelompok. 31

25 32 f. Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua. Perintahkan kelompok untuk sekali lagi menggabungkan skor mereka dan menambahkannya ke skor mereka di ronde pertama. g. Guru bisa membuat ronde sebanyak yang guru mau, namun pastikan untuk memberi kesempatan kelompok untuk menjalani sesi belajar antar masing-masing ronde. Lama waktu dalam turnamen belajar juga bisa bervariasi. Bisa singkat selama dua puluh menit atau bahkan beberapa jam). h. Untuk variasi dalam turnamen belajar, guru dapat memberikan penalti kepada siswa yang memberi jawaban salah dengan memberi siswa skor minus 2 atau minus 3. Jika siswa tidak yakin dengan jawabannya, lembar jawaban kosong maka bisa dianggap nol (0). 7. Implementasi Pembelajaran Mengalikan dan Membagi Berbagai Bentuk Pecahan Dengan Menggunakan Strategi Learning Tournament Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti akan mengambil pembelajaran dengan materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan strategi learning tournament. Gambaran langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan strategi learning tournament pada 32

26 33 materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, yaitu sebagai berikut : a. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu kepada siswa mengenai materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, yaitu tentang menentukan hasil perkalian berbagai bentuk pecahan dan menentukan hasil pembagian berbagai bentuk pecahan agar siswa dapat memiliki gambaran terhadap materi tersebut. b. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, atau guru dapat membagi secara langsung siswa menjadi sejumlah kelompok yang beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Setiap kelompok diusahakan untuk memiliki jumlah anggota yang sama agar lebih mudah dalam penghitungan skor. c. Guru memberikan materi kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari bersama anggota kelompok masing-masing. Contohnya, guru memberikan materi berupa lembar kerja kelompok (LKK) berupa rangkuman materi yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran yang disertai dengan latihan soal sebagai bahan latihan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi. d. Pada saat anak berdiskusi tentang materi yang telah diberikan pada masing-masing kelompok, guru mengawasi dan membuat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang siswa diskusikan untuk diberikan pada siswa saat pelaksanaan pertandingan akademis nantinya. 33

27 34 Contoh soal, yaitu : Tentukan hasil perkalian dari pecahan di bawah ini : Guru memberikan ketentuan bahwa siswa harus menjawab pertanyaan secara perseorangan dengan cara yang runtut. e. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat kepada siswa, kegiatan ini disebut perlombaan sesi ronde 1, kemudian siswa mengangkat tangannya apabila mereka bisa menjawab pertanyaan tersebut, siswa yang paling cepat mengangkat tangan akan mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada sesi ini, guru dapat memberikan penalti kepada siswa apabila jawaban mereka salah, siswa akan diberikan skor minus 2 atau minus 3. Sedangkan apabila siswa tidak yakin bisa menjawab dan lembar jawab kosong maka skor yang didapat nol (0). f. Setelah pertanyaan yang guru buat telah diajukan pada perlombaan akademis, guru menyediakan kunci jawaban untuk dicocokan dengan jawaban siswa. Guru meminta siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar, kemudian siswa diminta untuk menyatukan skor mereka menjadi skor tim. Pada saat mencocokan jawaban siswa dengan kunci jawaban pada guru, guru menjelaskan materi dilengkapi dengan media kertas lipat untuk lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang guru jelaskan. 34

28 35 g. Setelah pertandingan akademis pada ronde pertama selesai. Guru dapat membuat ronde-ronde pertandingan akademis berikutnya dengan peraturan yang sama dan pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa. Pada setiap jeda ronde, guru kembali memberikan waktu kepada siswa untuk belajar dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Untuk ronde kedua dan seterusnya, siswa tetap menjawab pertanyaan secara perseorangan dan kemudian skor yang mereka dapat dihitung dan digabungkan dengan skor teman satu anggota kelompok untuk mendapat skor tim. h. Setelah pelaksanaan pertandingan akademik dilakukan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai halhal yang belum mereka pahami. Kemudian apabila masih tersedia waktu, guru menjelaskan kembali bagian yang belum dimengerti oleh siswa. i. Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward kepada kelompok yang mendapatkan skor teerbanyak pada sesi pertandingan akademik yang telah dilaksanakan. Dari penjelasan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan strategi learning tournament di atas, proses pembelajaran yang dilaksanakan akan berpusat pada siswa, karena guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang bertugas untuk membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. 35

29 36 Guru hanya akan memberikan sedikit penjelasan tentang materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, kemudian membagi materi kepada siswa dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompok masing-masing untuk membahas materi yang guru berikan. Strategi learning tournament akan membuat siswa aktif selama kegiatan pembelajaran berlangung. Siswa akan berusaha lebih baik dalam belajar karena pada kegiatan pembelajaran akan ada sesi pertandingan akademis yang akan membuat siswa memperoleh skor apabila mereka dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penggunaan strategi learning tournament dalam kegiatan pembelajaran di kelas akan dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa terhadap materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. 8. Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian tentang efektifitasi strategi learning tournament telah dilakukan diantaranya penelitian oleh Yulian Dini (2013: 4) tentang Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Learning Tournament Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 15 Padang. Penelitian ini menyatakan bahwa strategi learning tournament berpengaruh terhadap meningkatnya hasil nilai belajar matematika siswa dengan hasil ketuntasan belajar pada kelas yang menerapkan strategi learning tournament lebih tinggi yaitu dengan rata-rata nilai 74,66, sedangkan pada kelas yang tidak menerapkan strategi learning 36

30 37 tournament memiliki rata-rata nilai yang lebih rendah yaitu 67,52. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian ekspreimental yang dilakukan di SMPN 15 Padang dengan hasil bahwa penerapan strategi learning tournament efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian lain oleh Wardhani Eva Yuli (2015: 7) tentang Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Tournament Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru juga menunjukkan hasil bahwa strategi learning tournament berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa dengan koefesien pengaruh sebesar 6,77%. Pada kedua penelitian di atas memiliki kesamaan atau sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan strategi learning tournament yang diterapkan pada proses pembelajaran. Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa strategi Learning Tournament efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian di atas juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena menerapkan strategi learning tournament, namun penelitian di atas menggunakan pendekatan eksperimental dan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 37

31 38 9. Kerangka Pikir Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa masih rendahnya sikap rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran matematika materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Kurangnya sikap rasa ingin tahu siswa ditunjukkan melalui sikap siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat kurang bersungguhsungguh dalam mengikuti kegiatan belajar, selain itu saat kegiatan diskusi kelompok hanya terlihat beberapa siswa yang serius dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, sementara siswa lain lebih memilih bermain dan tidak memperhatikan. Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran matematika tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar siswa yang memperoleh hasil nilai ulangan harian matematika materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, peneliti melakukan tindakan dua kali pada siklus I dan siklus 2 yang diawali dengan perencanaan, tindakan, 38

32 39 observasi dan refleksi dengan menerapkan strategi learning tournament dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran learning tournament merupakan salah satu tipe dari strategi pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa, dengan teknik yang ada dalam strategi learning tournament dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi melalui kompetisi akademik yang dilakukan. Penerapan strategi learning tournament pada proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar 2.1 di bawah ini : Kondisi Awal Pembelajaran belum menerapakan strategi learning tournament Sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa rendah Siklus I Siklus II Menggunakan strategi learning tournament Diharapkan melalui strategi learning tournament dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa Refleksi Kondisi akhir Sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa meningkat Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir 39

33 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu pembelajaran menggunakan strategi learning tournament dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan di kelas V SD Negeri Gununggiana. 40

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Aunurrahman (2011:108) kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Menurut Adjie dan Maulana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Kline (Suwarningsih & Tiurlina, 2006: 4) bahwa matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Karakter menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 64) adalah perilaku yang bersifat individual, keadaan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Membangun dan mengembangkan karakter yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori. Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik sehingga timbul

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah beserta

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian ini peneliti akan membahas beberapa kajian-kajian teori diantaranya ialah tentang hakikat matematika serta pembelajaran matematika dan tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan perlu melakukan pembaharuan dari waktu ke waktu tanpa henti dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 102 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Pembelajaran di kelas perlu menumbuhkan karakter yang ada pada diri siswa, salah satunya adalah rasa ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Cek Kosong a. Pengertian Teknik Pembelajaran Hamdani menjelaskan bahwa teknik pembelajaran diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Siswa memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah guru, sehingga harus memiliki tanggung jawab atas perintah tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Cinta Tanah Air Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan nilainilai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia, karena pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jam pelajaran matematika di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau mundurnya perkembangan

Lebih terperinci

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 BUDONG-BUDONG Muhammad Ali P 1, Fatimah 2, Wiwik Rudjatiningsih 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor utama dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Hakikat Matematika Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengemukakan: Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika adalah salah satu cabang ilmu yang penting

Lebih terperinci

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta 1 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) KELAS VIID SMP NEGERI 4 PANDAK Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS Siti Rosyidah SMP Negeri 2, Jalan Dr.M.Saleh no.7 kota Probolinggo E-mail : sitirosyidah30@gmail.com Abstrak : Pendidikan memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan perlu sentuhan kreativitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat (Miarso,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, manusia dituntut untuk bisa bersaing dalam berbagai bidang sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang persaingan

Lebih terperinci

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah BAB II KAJIAN TEORITIS A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata pelajaran matematika adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci