BAB I PENDAHULUAN. paling subjektif dan mengandung nilai aktualisasi diri yang tinggi. Pernyataan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. paling subjektif dan mengandung nilai aktualisasi diri yang tinggi. Pernyataan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah sebuah konsep komunikasi tidak langsung yang sifatnya paling subjektif dan mengandung nilai aktualisasi diri yang tinggi. Pernyataan tersebut pada dasarnya sudah dapat menjelaskan sebuah ungkapan khas yang selalu disampaikan di dalam kegiatan pengajaran dan pembelajaran keterampilan menulis di kelas. Ungkapan khas berupa Menulislah dan Kau akan Dikenang telah membangun sebuah doktrinasi bahwa kegiatan menulis dan dikenang adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di dalam ungkapan tersebut, menulis sebagai sebuah kegiatan bukan hanya dinilai sebagai wujud dari rangkaian kerja semata. Ungkapan tersebut secara implisit menjelaskan bahwa sebuah tulisan sebagai hasil dari kegiatan menulis dimaknai lebih jauh dari pada wujud harfiahnya. Tulisan dimaknai sebagai sebuah bentuk komoditas ide atau gagasan yang sifatnya subjektif serta mengandung nilai aktualisasi sebagai sebuah idenlitas intelektual dan kualitas diri secara akademik. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa menulis adalah wujud nyata dari kegiatan intelektual yang menunjukkan kualitas diri secara akademik sekaligus menunjukkan sebuah indenlitas diri secara elegan. Pada dasarnya konsep menulis dan dikenang itu seperti dua sisi pada koin (mata uang logam) yang selalu menyatu, yakni ketika berani menulis maka ide atau gagasan yang ditulis secara otomatis akan terus dikenang sebagai sebuah idenlitas 1

2 2 penulisnya. Pada dasarnya ungkapan khas di dalam pembelajaran menulis tersebut berasal dari tulisan Pramoedya Ananta Toer di dalam novel Anak Semua Bangsa dengan kutipannya sebagai berikut Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari (Toer, 2011: 112). Apabila mengacu pada kutipan pernyataan Toer di dalam novelnya tersebut, maka dapat dipahami bahwa menulis ternyata bukan hanya rangkuman huruf atau jalinan kata semata, tetapi juga sebuah media yang mampu membuka pikiran si pembaca. Secara tidak langsung konsep membuka pikiran tersebutlah yang dalam konteks ini dinilai sebagai kemampuan dari sebuah tulisan yang mampu berbuat banyak hal melebihi apa yang dibuat oleh seorang penulis ketika Dia menuliskan tema tersebut. Pernyataan tersebutlah yang secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa sebuah tulisan dinilai dapat dikenang dan abadi karena pada dasarnya aspek yang dibangun bukan hanya rangkaian huruf atau kata semata. Di dalam konteks menulis ini, aspek yang ditampilkan adalah sebuah konstruksi pesan dan amanat yang berisi tentang ide, gagasan, dan cita-cita yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Apabila ide, gagasan, dan cita-cita sudah dapat diterima oleh pembaca sebagai sebuah pesan atau amanat, maka secara tidak langsung akan membuat si penulis selalu dikenang walaupun tidak selamanya dikenal dengan baik oleh si pembaca tulisannya tersebut. Berkaitan dengan ide atau gagasan di dalam kegiatan menulis, Marwoto dkk (1985: 12) berpendapat secara lebih spesifik bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan sebuah ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif,

3 3 enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa keterampilan menulis itu sangat kompleks. Di dalam konteks ini, menulis dimaknai bukan hanya sebuah kegiatan yang sederhana berupa menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa agar dapat dipahami oleh orang lain (pembaca) saja, namun menulis juga melingkupi seluruh aspek bahasa yang di dalam pelaksanaannya memang tidak dapat berdiri sendiri. Kondisi yang kompleks tersebut muncul dikarenakan seorang penulis dituntut harus benar-benar paham tentang teknis bahasa sebagai medianya serta mengetahui dengan jelas pesan apa yang akan disampaikannya tersebut. Pada hakekatnya sebelum menguasai keterampilan menulis, seseorang harus menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya terlebih dahulu. Secara kronologis alamiah seseorang akan memperoleh empat keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis melalui sebuah rangkaian proses yang bersifat runtut serta teratur. Pada umumnya keterampilan menulis selalu merupakan keterampilan berbahasa terakhir yang diperoleh seseorang di dalam rangkaian perkembangan kebahasaannya. Di dalam konteks perkembangannya pada komunikasi modern, keterampilan menulis telah dianggap mempunyai posisi yang lebih penting dari ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Kondisi yang muncul tersebut terjadi disebabkan oleh adanya empat penilaian dengan rincian sebagai berikut. Pertama, adanya penilaian bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek vital di dalam proses komunikasi modern. Penilaian tersebut muncul dikarenakan saat ini

4 4 mayoritas komunikasi (kegiatan berbahasa) yang dilakukan oleh manusia modern adalah melalui media tulis dengan wujud adanya penggunaan aplikasi media sosial berbasis teks dengan jaringan internet. Kedua, adanya penilaian bahwa menulis merupakan kegiatan menyandikan ide atau gagasan yang khas. Kegiatan penyandian adalah rangkaian proses intelektual yang sifatnya sangat rumit dan kompleks, namun pesan yang terkandung tetap dapat terbaca karena kekhasan dari media (bahasa tulis) yang disandikan tersebut. Kondisi khas tersebutlah yang justru membuat pesan dapat dipahami dengan mudah oleh si penerima sandi (pembaca) sebagai pihak kedua di dalam proses komunikasi. Ketiga, adanya penilaian bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi tidak langsung yang presisi dan akurat. Pada dasarnya konsep komunikasi tidak langsung itu menekankan bahwa ide atau gagasan yang dipikirkan oleh penulis harus dapat disandikan melalui tulisan secara cermat dan tepat sehingga pesan yang dipikirkan oleh penulis dapat diterima dengan baik oleh pembaca, seolah-olah si pembaca berhadapan langsung dengan si penulis. Keempat, adanya penilaian bahwa keterampilan menulis adalah salah satu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Keempat penilaian tersebut muncul bukan tanpa sebab. Penilaian-penilaian tersebut muncul dari dua acuan utama sebaga bagian dari rangkaian besar kegiatan menulis. Dua acuan utama tersebut akan diuraiakn lebih rinci sebagai berikut. Acuan pertama, pada prinsipnya bahasa seseorang itu mencerminkan pikirannya, sehingga keterampilan bahasa seseorang (di dalamnya termasuk keterampilan menulis) akan menjadi salah satu ukuran untuk menilai isi pikirannya. Penilaian tersebut mengacu pada anggapan bahwa semakin terampil seseorang

5 5 berbahasa (menulis) maka semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Morsey dalam (Tarigan 2013: 4) berpendapat bahwa menulis itu digunakan untuk melaporkan, memberitahu, mempengaruhi, dan tujuan-tujuan tersebut hanya dapat dicapai oleh orang yang mampu menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas di mana kejelasan itu bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata, dan struktur kalimatnya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa menulis adalah kegiatan utama yang digunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain melalui media tulis. Berbagai tujuan tersebut hanya akan dicapai dengan baik oleh orang yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (Tarigan, 2013: 20). Acuan kedua, saat ini kemajuan sebuah bangsa dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut dan diukur dari kualitas serta kuantitas hasil percetakan yang terdapat di negara tersebut, antara lain seperti penerbitan surat kabar, majalah, dan buku (Tarigan, 2013: 1-20). Di sisi lain, saat ini tidak hanya hasil cetak secara fisik (terbitan) saja yang dinilai sebagai tolak ukur kemajuan sebuah bangsa, tetapi juga penilaian pada berbagai karya tulis di dalam media on line yang bersifat informatif juga dinilai menjadi ciri kemajuan sebuah bangsa. Berdasarkan dua acuan utama tersebut, maka dapat dipahami bahwa menulis itu mempunyai peran dan manfaat yang sangat besar di dalam kegiatan berkomunikasi, khususnya di dalam hal menyampaikan ide atau gagasan seseorang secara taktis dan sistematis. Greves dalam (Suparno dan Yunus, 2007: 1.4) juga

6 6 mengungkapkan beberapa manfaat dari keterampilan menulis lainnya secara lebih jelas, yaitu: (1) menulis itu menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya insiatif dan kreatifitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Pada dasarnya jika dilihat menurut sudut pandang akademik, manfaat menulis yang disampaikan oleh Morsey dan Greves tersebut memang sangat mendukung khususnya di dalam proses pengembangan diri seorang siswa. Di dalam konteks akademik, jenis tulisan (teks) yang umumnya digunakan untuk mengembangkan diri dengan wujud dapat mengungkapkan ide atau gagasan dan tujuan utamanya memberikan informasi adalah teks eksposisi. Secara umum teks eksposisi adalah salah satu jenis karangan yang diajarkan di jenjang SMA sebagai bagian dari strategi akademik di dalam pengembangan diri siswa melalui pembelajaran dan pengajaran komunikasi tulis. Pada hakekatnya teks eksposisi adalah bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. Teks eksposisi digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakekat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian suatu kebudayaan, keadaan sosial, dan perkembangan pendidikan kepada pembaca. Teks eksposisi dianggap sebagai sebuah alat untuk menjelaskan bagaimana pertalian suatu obyek dengan obyek lainnya atau dapat digunakan oleh seorang penulis untuk menganalisa struktur suatu barang, menganalisa karakter seorang individu, atau situasi tertentu (Keraf, 1995: 7). Di era ini, siswa pada jenjang SMA sudah dituntut untuk dapat mulai

7 7 berpikir kritis, runtut, dan solutif khususnya pada siswa kelas XI. Apabila mengacu pada aspek komunikasi modern, maka kemampuan berpikir kritis, runtut, dan solutif tersebut dituntut tidak hanya diwujudkan secara lisan saja tetapi juga secara tulis. Secara umum tuntutan-tuntutan dari aspek komunikasi modern tersebut dapat dipenuhi apabila siswa mampu menguasai teknik penulisan teks eksposisi dengan baik. Penilaian tersebut berasal dari acuan utama bahwa di dalam teks eksposisi terdapat berbagai model alur berpikir yang nantinya dapat membuat siswa semakin mahir untuk berpikir kritis di dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi secara tulis. Pendapat-pendapat tersebut muncul dikarenakan secara akademik pelaksanaan pengajaran bahasa di sekolah (SMA) khususnya pada keterampilan menulis hakekatnya adalah sebuah usaha sadar untuk mengubah siswa dari warga masyarakat yang umumnya masih berbudaya tutur (lisan) menjadi manusia yang akrab dengan bacaan sekaligus terampil menulis (Hadiwidjoyo, 1999: 8). Penilaian bahwa siswa di jenjang SMA dianggap sangat penting untuk menguasai teks eksposisi juga mengacu pada beberapa alasan lain, di antaranya yaitu: (1) teks eksposisi dapat membuat siswa mahir dalam mengungkapan ide atau gagasannya secara komprehensif dengan disertai fakta atau bukti yang valid, (2) pada jenjang SMA, siswa sudah mulai dituntut untuk dapat berkomunikasi tulis dengan baik dan benar, bukan hanya sebagai wujud tuntutan akademik semata tetapi juga sebagai sebuah bekal untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi serta kehidupan sosial di masyarakat, (3) siswa SMA akan belajar aktif di dalam proses menulis teks eksposisi dengan wujud ia harus mencari informasi, data, dan fakat untuk bahan tulisannya, (4) keterampilan menulis teks eksposisi dapat mendidik siswa menjadi pribadi yang tertib dan sistematis dengan

8 8 mengacu pada tata cara pengorganisasian alur berpikir di dalam tulisannya, (5) siswa SMA akan belajar menilai sebuah ide/gagasan secara obyektif dan cermat sebagai wujud dari sikap berpikir kritis, dan (6) berdasarkan Permendikbud, No. 69 Tahun 2013 dijelaskan bahwa teks eksposisi adalah salah satu genre teks dari 15 genre teks yang wajib dikuasai oleh siswa jenjang SMA. Berdasarkan beberapa uraian tentang pentingnya penguasaan terhadap teks eksposisi tersebutlah, maka dapat dipahami dengan jelas manfaat serta kontribusi yang akan diperoleh siswa di jenjang SMA apabila mampu menguasai keterampilan menulis teks eksposisi dengan baik. Apabila mengacu pada aspek menulis yang lebih mendasar, maka dapat dipahami bahwa pada hakekatnya untuk dapat memiliki keterampilan menulis (teks eksposisi) yang baik, maka seorang siswa juga dituntut harus mempunyai dasar bahasa yang kuat. Salah satu dasar bahasa yang harus dimiliki oleh siswa adalah pengetahuan serta penguasaan tentang kosakata sebagai modal utama bahasanya, sekaligus sebagai wujud konkret dari proses psikologis yang disebut sebagai retrival kata. Konsep rertival kata digunakan karena secara umum aspek penyimpanan, pemanggilan, dan penggunaan kata ada di dalamnya. Di dalam konteks retrival kata, kosakata (kata) dimaknai bukan hanya sebagai sebuah komponen bahasa semata, tetapi kosakata (kata) justru dimaknai lebih luas dari pada itu. Kosakata (kata) dimaknai sebagai sebuah wujud kualitas diri seseorang di dalam kegiatannya berkomunikasi. Pada sisi yang lain, konsep diksi tidak digunakan karena diksi dinilai hanya mencakup aspek penggunaan (Use) saja di dalam pelaksanaan komunikasi baik lisan maupun tulisan. Secara umum diksi digunakan untuk persoalan fraselogi, gaya bahasa, dan ungkapan yang memiliki

9 9 nilai artistik tinggi (Keraf, 2006: 23). Acuan dasar dari penilaian tersebut ada pada konsep bahwa apabila seseorang di dalam kegiatan berkomunikasinya (lisan/tulis) mampu meretriv kata dengan baik dan banyak, maka kondisi tersebut dapat menjadi sebuah indikator bahwa wawasan orang tersebut luas. Kondisi sebaliknya juga dapat menjadi indikator yaitu apabila seseorang hanya dapat meretriv kata di dalam kegiatan berkomunikasinya (lisan/tulis) dalam jumlah sedikit, maka indikasinya adalah orang tersebut memiliki wawasan yang sempit. Di sisi lain, kosakata (kata) juga menjadi indikator tentang etika dan kemampuan berkomunikasi yang efektif. Seseorang yang mampu meretif kata dengan diksi yang tepat sesuai situasi dan konteks komunikasi yang sedang berlangsung atau dihadapi maka, secara tidak langsung kondisi tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah indikator bahwa orang tersebut mempunyai etika berkomunikasi yang bagus serta kemampuan komunikasi yang efektif. Berdasarkan acuan dari aspek-aspek yang melingkupi proses retrival kata sebagai sebuah proses psikologis di dalam kegiatan berkomunikasi tersebutlah yang secara tidak langsung telah membuat pengajaran dan pembelajaran bahasa khususnya menulis dinilai menjadi semakin kompleks. Pada faktanya kompleksitas yang muncul tersebut justru telah menyadarkan kita bahwa ternyata di dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa itu tidak hanya berlangsung secara mekanistik semata, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Tahap mekanistik dimaknai sebagai tahap penerapan teknik pengajaran keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis teks eksposisi kepada

10 10 siswa. Di sisi lain tahap mentalistik dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi psikologis dan psikolinguistik siswa pada saat pengajaran keterampilan menulis teks eksposisi itu berlangsung. Berdasarkan kompleksitas tersebutlah, maka secara sederhana dapat diartikan bahwa kegiatan berbahasa itu berkaitan langsung dengan proses atau kegiatan mental (psikologis) di dalam diri seseorang (siswa). Di dalam kegiatan mental (psikologis) yang berlangsung tersebutlah, peneliti menilai adanya keterkaitan yang erat antara keterampilan menulis khususnya pada teks eksposisi dengan usaha di dalam memanggil kata dari kosakata yang telah dimiliki atau disebut sebagai proses retrival kata pada diri seseorang (siswa). Secara umum jika dipahami lebih mendalam khususnya pada proses retrival kata, maka munculnya fenomena retrival kata (Recall) menjadi salah satu faktor yang dinilai sangat menakjubkan di dalam kegiatan penggunaan bahasa. Fenomena retrival kata dimaknai sebagai sebuah variasi kecepatan pada setiap orang (siswa) saat menanggapi makna kata maupun kecepatannya di dalam mengucapkan kata (memanggil sebuah kata dari seluruh koleksi kata yang dimiliki oleh seseorang) (Dardjowidjojo, 2012: 161). Penilaian bahwa fenomena retrival kata (Recall) itu sangat menakjubkan pada dasarnya tidaklah berlebihan dikarenakan kemampuan setiap orang di dalam meretriv kata dari jumlah kosakata yang dimilikinya bukanlah perkara yang dapat dipahami secara sederhana. Selaras dengan penilaian tersebut, ternyata rumitnya fenomena retrival kata dan kosakata juga berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran keterampilan menulis di lapangan. Apabila mengacu pada proses retrival kata, maka pengajaran dan pembelajaran

11 11 keterampilan menulis di lapangan justru dinilai mengalami berbagai masalah dan tantangan yang berat. Pada dasarnya terdapat dua masalah utama di dalam proses pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran keterampilan menulis di lapangan yang berkaitan dengan proses retrival kata, yaitu sebagai berikut. Masalah pertama, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan pengajaran bahasa di sekolah khusunya pengajaran keterampilan menulis justru dinilai masih sangat sulit untuk dilaksanakan. Apabila mengacu pada aspek kosakata (kata) sebagai dasar dari kegiatan retrival kata, maka secara umum siswa di Indonesia baik di tingkat SD, SMP, SMA/SMK bahkan Perguruan Tinggi hanya memiliki kosakata (kata) yang masih terbatas (rendah). Kondisi tersebut dapat dilihat dari tulisan yang dihasilkan oleh mereka, di mana secara umum mencerminkan kemiskinan kosakata (Hadiwidjoyo, 1999: 8). Fenomena yang akan muncul di dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan menulis yang mengacu pada rendahnya kosakata (kata) akan terlihat pada saat siswa berkomunikasi kemudian merasa kehabisan kosakata (kata) (contohnya pada saat menulis menggunakan Bahasa Indonesia), maka dengan mudahnya dia akan beralih (alih kode) ke kosakata asing di mana maknanya belum tentu tepat dengan apa yang siswa pikirkan. Senada dengan kondisi tersebut, fenomena lanjutan yang akan muncul apabila mengacu pada aspek kosakata (kata) yang dimiliki seorang siswa, maka akan muncul situasi di mana seorang siswa yang terbatas kosakatanya akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan pendapatnya khususnya secara tulis. Secara teknis jika mengacu pada aspek pokok keterampilan menulis, maka kondisi tersebutlah yang dinilai akan sangat

12 12 mempengaruhi kemampuan seorang siswa di dalam menulis teks eksposisi. Kondisi tersebut dapat muncul dikarenakan seorang siswa yang memiliki kosakata (kata) sedikit (rendah) akan menemukan kesulitan-kesulitan dalam proses berkomunikasi. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat berwujud sebuah kondisi abu-abu. Kondisi abuabu diartikan sebagai sebuah kondisi di mana apa yang dipikirkan (pesan) dan dirasakan (amanat) oleh siswa sebagai penulis yang sedang menulis tidak dapat diungkapkannya dengan jelas dan tepat melalui tulisannya kepada pembaca. Apabila dilihat secara keseluruhan di dalam rangkaian keterkaitan antara keterampilan menulis teks eksposisi dengan peran kosakata (kata) sebagai wujud konkret dari proses retrival kata, maka secara sederhana dapat dirumuskan bahwa kosakata (kata) adalah sebuah representasi dari pengalaman, pengetahuan, dan kemahiran analisis dengan wujud berupa kemampuan berbahasa yang kompeten dan holistik dari seseorang. Secara umum terdapat acuan bahwa kosakata (kata) itu dapat memecahkan masalah tertentu yang diasosiasikan dengan istilah lain dari apa yang dipikirkan oleh seorang penulis pada saat itu (Keraf, 1995: 122). Pada saat seorang penulis mengekspresikan gagasannya ke dalam sebuah karangan (teks), maka ia dituntut harus dapat memilih kata serta mengatur strategi untuk menyajikan kata-kata tertentu agar gagasannya dapat tersampaikan dengan baik dan jelas (komunikatif) kepada pembaca. Pilihan kata dan strategi penyajian itulah yang pada dasarnya tidak hanya ditentukan oleh tujuan dan situasi, tetapi juga oleh proses retrival kata yang dijalani (Priyatni, 2014: 65). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kosakata (kata) di dalam sebuah teks eksposisi itu berperan sangat vital, yakni berperan sebagai batas dari jalan pikiran serta sudut pandang seorang penulis

13 13 pada saat menguraikan sebuah topik yang pada akhirnya akan melahirkan karakteristik yang unik berupa idenlitas dari tulisannya tersebut berdasarkan ciri pribadi (individual) dari penulisnya. Masalah kedua, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis adalah sebuah tahapan pembelajaran yang sangat kompleks dan harus dilalui oleh setiap siswa dengan baik, di mana pengajaran keterampilan menulis khususnya teks eksposisi ada di dalam proses tersebut. Fenomena yang dinilai penting ini dapat muncul karena di dalam pembelajaran bahasa itu sendiri selain berkenaan dengan masalah bahasa secara material dan teknikal juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa secara psikologis (mental) dan psikolinguistik. Secara umum dapat dipahami bahwa seluruh tahapan pembelajaran keterampilan menulis yang kompleks tersebut akhirnya akan mengerucut pada munculnya masalah kecemasan yang dialami oleh siswa. Pada hakekatnya kondisi psikologis berupa kecemasan, stres, takut, dan perasaan tegang (tension) memiliki kecenderungan yang tinggi untuk dialami oleh siswa sebagai pihak yang menjadi sasaran dari kegiatan pembelajaran dan pengajaran keterampilan menulis. Di dalam konteks ini, secara sederhana kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan khawatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan. Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul dari penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Gunarsa dan Gunarsa, 2008: 27). Beberapa istilah tentang kecemasan yang telah

14 14 disebutkan tersebut secara umum dapat menggambarkan kondisi kejiwaan manusia sekarang ini yang merasa penuh dengan berbagai ketidakpastian. Pada dasarnya di antara sekian bentuk persoalan kejiwaan yang terjadi pada manusia, persoalan kecemasan dinilai telah menjadi salah satu problematika terbesar manusia pada zaman ini. Kondisi-kondisi tersebutlah yang juga dinilai terjadi pada siswa sebagai peserta didik di sekolah khususnya pada jenjang SMA. Secara akademik kecemasan menulis teks eksposisi dapat dipahami sebagai efek (sikap negatif) dari adanya tuntutan akademik berupa berbagai teknik dari keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa secara holistik. Wirawan (2012: 287) berpendapat bahwa efek berupa sikap negatif terhadap tuntutan akademik seperti itulah yang disebutnya sebagai sebuah kecemasan evaluasi atau evaluation anxiety. Pada umumnya sebagian orang akan mengalami kecemasan evaluasi jika perilaku, prestasi, atau kinerjanya dievaluasi. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa faktor psikologis juga dinilai ikut berperan serta dalam mempengaruhi kemampuan seorang siswa pada saat menulis. Senada dengan hal tersebut, di dalam proses pembelajaran dan pengajaran keterampilan menulis terdapat sebuah keyakinan bahwa untuk menghasilkan tulisan yang baik maka kemampuan seorang penulis (siswa) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kognitif semata, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Kecemasan menulis teks eksposisi merupakan salah satu bentuk kecemasan akademik yang menimbulkan penderitaan dan berpotensi untuk menghambat siswa di dalam mencapai performa akademik yang optimal. Kecemasan akademik

15 15 dapat timbul ketika siswa mulai mengikuti proses pembelajaran, kemudian siswa melihat tugas akademik (tugas menulis teks eksposisi) sebagai suatu hal yang sulit baginya untuk diatasi atau sebagai suatu hal yang mengancam dirinya (Prawitasari, 2012: 81). Pada saat siswa kehilangan keyakinan akan kemampuannya untuk bisa mengatasi tugas-tugas akademik yang dihadapinya seperti tugas menulis teks eksposisi, maka pada saat itulah siswa sudah dapat dikatakan mengalami kecemasan. Wujud peliknya kondisi di lapangan tersebut, jika terus dibiarkan maka secara tidak langsung akan terus melahirkan siswa-siswa yang terkungkung dengan masalah kecemasan menulis yang dialaminya. Selain hal tersebut efek lain yang akan muncul adalah adanya siswa yang mengalami kesulitan di dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan pendapatnya terutama secara tulis karena rasa cemas yang dialaminya semakin lama akan semakin tinggi (akut). Secara keseluruhan telah dapat dipahami bahwa pada kenyataannya bahasa sebagai salah satu variabel sosial selalu menjadi topik yang menarik dan penting bagi para pemerhati masalah-masalah sosial. Di dalam konteks tersebut, fenomena psikolinguistik muncul sebagai bagian dari efek bahasa dikarenakan kedudukan bahasa yang sangat sentral. Kedudukan bahasa memiliki kaitan yang erat dengan pengalaman psikologis seseorang sebagai individu. Di sisi lain bahasa juga memiliki kedudukan yang berkaitan dengan perubahan psikologis yang mungkin ditimbulkannya dari perubahan tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Apabila dilihat dari sisi keilmuan, kajian psikolinguistik di dalam penelitian ini salah satunya memang dituntut untuk memberikan kepastian bagaimanakah

16 16 bentuk hubungan antara kemampuan menulis teks eksposisi, retrival kata, dan kecemasan menulis teks eksposisi di jenjang SMA di suatu wilayah. Bentuk hubungan tersebut dinilai penting agar pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien dan up to date. Berdasarkan uraian latar belakang tersebutlah, maka penelitian ini menjadi penting dan menarik untuk dilaksanakan guna mengetahui kondisi/keadaan dari keterkaitan retrival kata dan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eksposisi siswa SMA kelas XI di Kabupaten Banjarnegara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan tersebut, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah keterkaitan retrival kata dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? 2. Bagaimanakah keterkaitan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? 3. Bagaimanakah keterkaitan retrival kata dan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan keterkaitan retrival kata dengan kemampuan menulis teks

17 17 eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? 2. Mendeskripsikan keterkaitan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? 3. Mendeskripsikan keterkaitan retrival kata dan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara? D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis dari hasil penelitian ini, diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut. a. Penelitian ini dapat mengembangkan teori tentang keterampilan menulis khususnya pada teks eksposisi di dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang SMA. b. Penelitian ini dapat mengembangkan teori tentang retrival kata. c. Penelitian ini dapat mengembangkan teori tentang psikologi kecemasan pada siswa jenjang SMA. d. Penelitian ini dapat mengembangkan teori keterkaitan antara retrival kata dan kecemasan menulis dengan kemampuan menulis teks eskposisi. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi yang diberikan dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut. a. Bagi Peserta Didik

18 18 Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi pada siswa. Kondisi tersebut akan memudahkan siswa pada saat menghadapi tugas menulis sehingga hasil tulisannya dapat lebih komunikatif serta eksploratif terhadap tema atau topik yang diuraikan. Di sisi lain, siswa diharapkan juga akan mengalami peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep retrival kata di dalam kegiatan menulis. Pada aspek psikologis, masalah kecemasan menulis yang dialami oleh siswa sebagai bagian dari evaluasi keterampilan menulis juga diharapkan dapat diatasi dengan wujud adanya manajemen kecemasan individu di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. b. Bagi Guru Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi yang diberikan dari penelitian ini, bagi guru dibagi menjadi empat manfaat utama yaitu sebagai berikut. Pertama, secara umum hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai referensi untuk mengatasi masalah kecemasan menulis teks eksposisi pada siswa untuk jenjang SMA serta sebagai pedoman guru di dalam mengawasi manajemen kecemasan pada siswa. Kedua, guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengukur kemampuan menulis teks eskposisi siswanya yang dikaitkan dengan kecemasan menulis, dan proses retrival kata. Ketiga, secara umum guru Bahasa Indonesia pada jenjang SMA dapat menggunakan data dari penelitian ini sebagai acuan di dalam mengajarkan keterampilan menulis teks eksposisi dengan lebih efektif dan efisien. Keempat, data penelitian yang ditampilkan dengan bentuk pola yang

19 19 dipetakan secara keseluruhan atau parsial sesuai dengan wilayah perwakilan (Barat, Timur, Utara, dan Selatan) dapat digunakan oleh guru sebagai alat ukuran untuk menentukan posisi kondisi kemampuan siswa didiknya secara kewilayahan (berdasarkan perwakilan sekolah). Apabila mengacu pada data penelitian tersebut, maka guru dapat menganalisis kondisi kemampuan siswa didiknya di dalam variabel retrival kata, kecemasan menulis, dan keterampilan menulis teks eksposisi, itu ada di posisi tinggi, sedang, atau rendah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan disetiap jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam meningkatkan penguasaan dan penggunaan bahasa Indonesia secara baik, benar, terarah, dan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Selain itu, dalam UU RI No. 20,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi, menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan menuangkan hasil karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa. menulis akan memudahkan siswa untuk mengkonsumsikan menuangkan gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa. menulis akan memudahkan siswa untuk mengkonsumsikan menuangkan gagasan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan disetiap jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan antar sesamanya. Pernyataan ini memperlihatkan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bahasa memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, tanpa bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan baik secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib yang harus diterima oleh setiap siswa di semua jenjang pendidikan, baik negeri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi dan proses belajar dapat terjadi kapan saja

Lebih terperinci

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI. Menulis memiliki berberapa definisi. Menurut Tarigan (1994:3) Menulis

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI. Menulis memiliki berberapa definisi. Menurut Tarigan (1994:3) Menulis 9 BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI A. Kemampuan Menulis. 1. Hakikat Menulis. Menulis merupakan kemampuan yang harus dikembangkan secara dini mulai dari pendidikan dasar dengan cara yang metodis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan dan aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang. Asalkan mereka telah melek huruf dan memiliki kemauan untuk menulis. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu berbahasa yang baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MENULIS. Pengantar Materi Penulisan. Ari Kusmiatun PBSI, FBS, UNY

KONSEP DASAR MENULIS. Pengantar Materi Penulisan. Ari Kusmiatun PBSI, FBS, UNY KONSEP DASAR MENULIS Pengantar Materi Penulisan Ari Kusmiatun PBSI, FBS, UNY Pesan 1 Awalilah menulis dengan hati, setelah itu perbaiki tulisan dengan pikiran. Kunci pertama menulis adalah bukan pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara, menulis dan satu sama

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas berbahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam ruang lingkup kebahasaan secara umum terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

Lebih terperinci

2015 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X SMA

2015 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang wajib diajarkan kepada semua siswa mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah

Lebih terperinci

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses yang cukup panjang. Selain sebagai motivator dan fasilitator, guru dituntut professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperan penting dalam dunia pendidikan, yaitu pada saat menyampaikan materi kepada peserta didik di sekolah khususnya saat penyampaikan materi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Cita-cita tersebut termaktub dalam Undang-undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Cita-cita tersebut termaktub dalam Undang-undang Dasar Negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menggenggam cita-cita luhur dalam membangun peradaban masyarakatnya. Cita-cita tersebut termaktub dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Analisis pemakaian bahasa dalam karangan deskriptif siswa SMP Negeri 1 Polanharjo Disusun oleh: Cholik Mawardi K 1202503 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting untuk

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Suparno & Mohamad Yunus menyatakan menulis sangat bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja (2005:1), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Masalah Dalam pendidikan dewasa ini proses kegiatan belajar mengajar semakin berkembang seiring dengan perubahan waktu, begitu pula perangkat kegiatan proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dunia pendidikan pun mengikuti kemajuan tersebut dengan terus melakukan pembaruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SMP berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Setelah menamatkan studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, komunikasi antara penutur dan pendengarnya dapat berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI OLEH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Rini Turnip Drs. H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat menulis, siswa dituntut berpikir

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif. dan keterampilan menulis teks eksposisi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif. dan keterampilan menulis teks eksposisi BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN Bab terakhir ini berisi tentang; simpulan yang ditarik dari beberapa temuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya; implikasi penelitian; dan saransaran yang berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan disetiap jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, meningkatkan harkat dan martabatnya di tengah-tengah pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi sertiap manusia, dengan pendidikan kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan hidup di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis tergolong dalam kegiatan kebahasaan yang bersifat produktif. Chaedar Alwasilah (2007: 43) mengungkapkan bahwa menulis pada dasarnya bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran mulai

Lebih terperinci