Analisis Kinerja Refrigerator Dengan Kompresor 1 HP Memakai Refrigeran R134a

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Kinerja Refrigerator Dengan Kompresor 1 HP Memakai Refrigeran R134a"

Transkripsi

1 Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : Analisis Kinerja Refrigerator Dengan Kompresor 1 HP Memakai Refrigeran R134a Khambali 1, Sadar Wahjudi 2, Agus Harijono 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang 1 khambali@polinema.ac.id, 2 sadar.wahjudi@polinema.ac.id, 3 agus.harijono@polinema.ac.id Abstract SUMMARY R134a is a type of refrigerant used in refrigeration. A lack or excess quantity of stuffing the refrigerant can cause poor performance of the refrigerator. The study was conducted by examining the performance of R134a refrigerant filling quantity which serve as the independent variable, dependent variable sehinggan COP will know the relationship between the quantity of mass stuffing of the COP refrigerator. The results showed that the quantity of refrigerant R134a stuffing effect on the value of the COP. The addition amount of mass refrigerant R134a refrigerator disikan into effect on the increase in value of the COP up to stuffing optimal refrigerant. The addition of the stuffing mass of refrigerant exceeds the optimal value causes impairment COP refrigerator Keywords : Refrigerant, R134a, COP I. PENDAHULUAN Semua sistem refrigerasi bekerja dengan menggunakan refrigeran sebagai fluida kerjanya. Refrigeran yang dimasukkan ke dalam refrigerator berfungsi untuk menyerap panas dan membuang panas. Penyerapan panas terjadi pada evaporator, sedang pembuangan panas terjadi pada kondensor. Nilai COP (Coefficient of Performance) suatu mesin refrigerasi ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan COP mesin refrigerasi adalah efek refrigerasi. Sedangkan nilai efek refrigerasi ditentukan oleh beberapa faktor yang salah satu di antaranya adalah kuantitas massa isian refrigeran. Hal tersebut bisa kita jumpai pada mesin refrigerotor yang kekurangan refrigeran. Kekurangan refrigeran akan berakibat pada penurunan efek refrigerasi yang ditandai dengan mesin refrigerator kurang atau sulit dingin. Kauantitas refrigeran yang diisikan ke dalam refrigerator dapat divariasikan begitu pula dengan jenis refrigerannya. Jenis refrigeran yang banyak dipakai pada saat ini salah satunya adalah R134a yang memiliki sifatsifat baik ditinjau dari segi teknik seperti: kestabilan yang tinggi, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan relatif mudah didapat. Dari uraian di atas maka kami mengadakan penelitian tentang analilis kinerja refrigerator menggunakan refrigeran R134a.. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi dan harus mudah menguap dalam temperatur rendah. Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi. Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap harus mempunyai mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu yang sesuai dengan kondisi penggunaan. R134a sebagai salah satu alternatif memiliki beberapa properti yang baik, tidak beracun, tidak mudah terbakar dan relatif stabil. R-134a juga memiliki kelemahan di antaranya, tidak bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa melakukan modifikasi sistem refrigerasi (drop in subtitute), relatif mahal, dan masih memiliki potensi sebagai zat yang dapat menyebabkan efek pemanasan global karena memiliki Global Warming Potential (GWP) yang signifikan. Selain itu R-134a sangat bergantung kepada pelumas sintetik yang sering menyebabkan masalah dengan sifatnya yang higroskopis, [1]. Penelitian yang berkaitan dengan refrigeran R134a pada sistem refrigerasi otomotif zaman sekarang dengan cara mengevaluasi konsumsi daya, temperature kabin dan kinerja refrigerator pada beban dan putaran yang bervariasi menggunakan refigeran Hydrofluorocarbon (HFC-R134a) yang dicampurkan dengan refrigerant hidrokarbon untuk otomotif hasil penelitiannya menunjukkan bahwa campuran kedua refrigerant tersebut memberikan kenaikan nilai COP dibandingkan dengan jika menggunakan R134a dari segi konsumsi energy dan distribusi temperature. Besar konsumsi energy bervariasi tergantung pada kecepatan putaran kompresor AC. Jika putaran kompresor nail maka temperature ruangan akan turun yang mengakibatkan COP turun. Dengan demikian konsumsi energinya nmengalami peningkatan. [8]. Komposisi optimal campuran HFC407C /HC290 /HC600a sebagai alternatif HCFC-22 pada Air Coditioning Windows (AC Windows).. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perilaku HCFC-22 dan HFC-407C dengan beragam bagian campuran HC (10 hingga 25%) dengan minyak mineral sebagai pelumas kompresor dianalisa dengan beragam kondisi UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November

2 ISSN : tes pada AC windows. Dari pembahasan ditemukan bahwa COP sebenarnya dari M20 (campuran HC 20% berdasarkan berat pada HFC-407C) adalah 8,19 hingga 11,15% lebih tinggi dibandingkan HCFC-22 pada berbagai suhu udara masuk condensor. Konsumsi daya M20 selama penarikan adalah 2,34 hingga 10,45% lebih tinggi dibandingkan HCFC22. Namun waktu penarikan berkurang sebesar 32,51% yang menghasilkan konsumsi energi rendah. Campuran ini mensyaratkan memperpanjang condensor sebesar 19% untuk mempertahankan tekanan penggantian dengan batas yang dapat diterima [2]. Refrigeran hidrokarbon dapat berupa zat tunggal (misal MC-22 yang merupakan propana) atau campuran (misal MC-12 dan R134A yang merupakan campuran dari propana, isobutana dan n-butana). Refrigeran hidrokarbon campuran bersifat zeotrop, berperilaku sangat berbeda dibanding dengan zat tunggal atau campuran azeotropik. Campuran ini tidak menguap dan mengembun pada suatu temperatur tetap, tetapi pada kisaran tertentu yang sering di sebut dengan glide. Refrigeran ini tepat berada pada titik didih (buble temperature) saat campuran tepat seluruhnya mencapai keadaan cair yaitu tepat pada akhir proses pengembunan. Refrigeran ini tepat berada pada titik embun (dew temperature) saat campuran tepat seluruhnya mencapai keadaan uap yaitu pada akhir proses penguapan. Efek temperatur glide ini akan berpengaruh besar pada proses di dalam evaporator dan kondensor. Temperatur penguapan meningkat dengan semakin lanjutnya proses penguapan berlangsung, sedangkan di dalam kondensor temperatur pengembunan menurun bersamaan dengan berlangsungnya proses pengembunan. Perubahan temperatur pada tekanan tetap ini merugikan efek perpindahan panas pada evaporator dan kondenser. Oleh karena itu standard maksimal glide temperature yang diijinkan untuk refrigeran adalah 12 K [7]. Pertambahan beban berpengaruh pada naiknya kerja kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban mengalami penurunan. Karakteristik dari R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja masing- masing refrigerant. R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik daripada R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22Dengan dasar itulah maka proses retrofit menggunakan refrigeran hidrokarbon campuran (MC-12 dan R134a) dilakukan pada fasa cair untuk menjaga komposisi campuran dan menjaga agar glide temperatur tidak berlebih. Retrofit MC-22 bisa dilakukan pada fasa cair dan gas, karena merupakan zat tunggal [3]. Refrigeran harus memiliki beberapa sifat seperti ramah lingkungan, yang ditunjukkan dengan nilai ODP nol, dan GWP yang dapat diabaikan, properti termofisika dan karakteristik perpindahan kalor yang baik, kerapatan fasa uap yang rendah, dan kelarutan yang baik dengan pelumas mineral. Pemilihan hidrokarbon sebagai refrigeran alternatif ramah lingkungan pengganti CFC dan HCFC harus Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian memperhatikan beberapa hal diantaranya titik didih pada tekanan normal, kapasitas volumetrik dan efisiensi energi. Titik didih harus diperhatikan untuk menjamin apakah tekanan operasi sama dengan CFC untuk menghindari keperluan penggantian peralatan tekanan tinggi seperti kompresorpenelitian mengenai Refrigeran yang lebih ramah lingkungan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, dengan variasi yang beragam. Penelitian tentang beberapa refrigerant hidrokarbon R290 dan campuran antara refrigerant R404a dan R410a menunjukkan bahwa bahwa performansi R290 sama dengan R410a, sedangkan performansi R404a 6,5% lebih tinggi dari R290 pada temperature kondensor 46 o C s.d o C [3]. Performa refrigeran R600a dan dibandingkan dengan R12 dan R 134a menunjukkan bahwa R600a memiliki keunggulan dibandingkan dengan kedua refrigeran tersebut dari segi tekanan di kondensor yang lebih rendah. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa performasi redfrigerator yang menggunakan R600a lebih tinggi dari pada yang menggunakan R12 atau R 134a. Begitu juga prosentase kebocoran R600a lebih kecil dari pada R12 dan R134a [7]. Selama operasi berkelanjutan dari sistem itu tidak ada penyimpangan signifikan dari tingkat minyak awal pada indikator yang diamati dan karena itu miscibilitas (sifat dapat dicampur) minyak M20 dengan minyak mineral ditentukan. Fakta bahwa minyak polyester (POE) dapat disebarkan dengan menggunakan M20 menggantikan HFC-407C adalah penemuan penting pada penelitian ini. Di antara campuran M20 akan menjadi pilihan terbaik bagi AC windows HCFC22 tanpa mengubah minyak mineral. Namun harga untuk mendapatkan daya larut dengan minyak mineral mungkin dapat berupa mudah terbakar. Ini mungkin bukan resiko tinggi bagi konsumen karena beban kecil dan sistem tertutup tapi bagi produsen yang harus menangani sejumlah besar di pabrik, itu penting [4]. Performansi refrigeran hidrokarbon murni dan campuran hidrokarbon, menunjukkan bahwa performansi mesin refrigerasi juga dipengaruhi oleh efek temperatur lingkungan kondensor saat bekerja. Pada temperatur lingkungan 25 o C akan memberi efek kerja kondensor yang lebih baik dari pada temperatur lingkungan 28 o C yang ditunjukkan dengan penurunan konsumsi energi. Berbagai jenis refrigeran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada konsumsi energi [2]. Beberapa refrigeran menggunakan refrigeran hidrokarbon dan HFC pada temperatur lingkungan yang berbeda terhadap mesin pendingin. Investigasi yang dilakukan pada temperatur luar 27,8 o C hingga 57 o C menunjukkan adanya peningkatan kapasitas dan COP untuk masing-masing refrigeran jika temperatur luar turun [2]. Simulasi efek temperatur kondensassi pada 30 o C dan 45 o C terhadap performansi HC dan HFC untuk fined-tube evaporator menunjukkan bahwa penurunan tempeartur kondensasi dapat meningkatkan COP. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa campuran antara refrigeran hidrokarbon dan HFC juga dapat digunakan pada mesin refrigerasi domestik [3]. 2 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November 2015

3 Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : B. Kinerja Refrigerator Sistem refrigerasi kompresi uap mempunyai parameter-parameter yang sangat penting, antara lain: kerja kompresi, laju pengeluaran panas, efek refrigerasi, dan koefisien kinerja (coefficient of performance, COP). Untuk menjelaskan penentuan parameterparameter tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan sketsa proses system refrigerasi yang gambarnya dapat dilihat pada diagram temperatur-entropi (Gbr. 1a) dan pada diagram tekanan-entalpi (Gbr. 1b). III. METODE PENELITIAN Refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis hydrofluorocarbon R134a. Parameter yang digunakan sebagai variabel bebas adalah kuantitas isian refrigeran yang dimasukkan ke dalam mesin refrigerasi, sedangkan yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah COP. Penelitian dilakukan dengan cara mengisi refrigeran pada mesin refrigerasi yang diagramnya ditunjukkan pada Gbr 2. Pengisian refrigeran dilakukan dengan kuantitas massa isian yang bervariasi (dari nilai terkecil yang dapat menghasilkan efek refrigerasi stabil hingga di atas isian optimal). P1 T1 P2 T2 kompresor HLP P4 T4 pipa kapiler kondenser T3 A evaporator P3 TXV filter dryer sight glass liquid receiver B GAMBAR 1 SIKLUS REFRIGERASI KOMPRESI UAP A. PADA DIAGRAM TEMPERATUR-ENTROPI B. PADA DIAGRAM TEKANAN-ENTHALPI Koefisien kinerja (COP), menurut Moran [5] adalah rasio antara efek refrigerasi dan kerja kompresi. Efek refrigerasi persatuan massa nerdarakan diagram pada Gambar 1b ditentukan oleh perubahan pada proses 4-1 yang dapat dinyatakan dengan selisih entalphi h 1 h4. Sedangkan kerja kompresi persatuan massa refrigeran ditentukan oleh perubahan entalpi pada proses 1-2 dan dapat dinyatakan sebagai selisih enthalpy h 2 h 1. Sehingga Koefisien kinerja dapat dinyatakan dengan persamaan COP = efek refrigeras i kerja kompresi = h h 1 2 h 4 h 1 (1) GAMBAR 2 DIAGRAM MESIN REFRIGERASI Setelah mesin pendingin dioperasikan dalam kondisi steady maka data-data yang berupa besar tekanan dan temperatur pada setian kuantitas massa refrigerant, yaitu tekanan salurang masuk kompresor (P 1), temperatur pada saluran keluar evaporator (T 1); tekanan pada saluran keluar kompresor (P 2), temperatur pada saluran keluar kompresor (T 2); temperatur pada saluran keluar kondensor (T 3); temperatur pada saluran masuk evaporator (T 4). Semua tekanan dan temperatur tersebut diukur dengan alat ukur tekan dan temperatur Data-data yang dihasilkan untuk setiap kuantitas massa refrigerant yang bervariasi tersebut kemudian digunakan untuk mencari enthalpi dengan mengacu pada tabel sifat-sifat termodinamika refrigeran yang telah tersedia. Enthapi yang telah diperoleh pada setiap kuantitas massa isian tersebut kemudian dibuat tabel. Tabel yang berisi nilai enthapi setiap tingkat keadaan kemudian digunakan untuk menghitung efek refrigerasidan kerja kompresi yang keduanya digunakan untuk menghitung COP sesuai dengan persamaan (1) yang telah disebut di atas. Hubungan atau pengaruh kuantitas isian terhadap refrigeran kemudian dianalisa. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian untuk mencari hubungan antar kuantitas massa isian refrigeran R134a terhadap kinerja refrigerator dilakukan dengan cara mengisikan refrigeran tersebut ke dalam mesin refrigerasi. Pengisian refrigeran ke dalam mesin refrigerator dilakukan secara bertahap dimulai dari kuantitas massa 10 g tetapi pada kuantitas 10 g sampai 40 g belum tampak adanya efek refrigerari pada refrigerator. Pada saat kuantitas massa isian refrigeran mencapai 50 g mulai ada terjadi efek refrigerasi yang ditandai dengan UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November

4 Temperatur T 4 [ o C] ISSN : adanya perubahan temperatur, yaitu telah terjadi fenomena penurunan temperatur T 4 pada evaporator. Selanjutnya kuantitas massa isian R134a yang disikan kedalam refrigerator diubah-ubah secara bertahap dengan cara menambah massa refrigeran sebesar 10 g. Data-data berupa temperatur pada berbagai posisi yaitu pada saluran masuk dan keluar kondensor, saluran masuk dan keluar evaporator dan tekanan pada saluran masuk dan saluran keluar kompresor diamati dan dicatat perubahan temperatur dan tekanan yang terjadi pada setiap penambahan massa 10 g. Penambahan kuantitas isian refrigeran dan pengamatan temperatur dan tekanan dilakukan terus sampai pada batas tidak adanya efek refrigerasi yang ditandai dengan kenaikan temperatur secara terus menerus pada evaporator yg sebelumnya bertemperatur rendah di bawah 0 o C, dan terjadinya peningkatan temperatur yang sangat tajam pada kondensor, juga terjadi peningkatan tekanan yang sangat tinggi pada refrigerator. Setelah dilakukan beberapa kali pengujian akhirnya diambil ketetapan untuk pengujian-pengujian selanjutnya bahwa nilai massa refrigeran terendah adalah 50 g dan yang tertinggi adalah 380 g. Alasan pengambilan data dimulai dari kuantitas isian refrigeran R134a sebesar 50 g karena pada kuantitas isian tersebut refrigerator mulai menghasilkan efek pendinginan kecil pada evaporator. Sedangkan akhir massa isian pada 500 g karena sudah ada indikasi bahwa pada massa isian lebih dari 500 g mengakibatkan efek pendinginan mulai mulai turun drastis dan terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang sangat tinggi pada bagian discharge kondensor. Dari penelitian refrigerator yang menggunakan refrigeran hydrofluorocarbon R134a dan setelah datadata yang dihasilkan diolah berdasarkan sifat-sifar termodinamika refrigeran R134a maka dapat di peroleh hubungan antara kuantitas massa isian refrigeran R134a terhadap performansi refrigerator. Data-data yang berupa temperatur pada setiap kuantitas digunakan untuk mencari nilai enthalpi setiap tingkat keadaan refrigeran dalam siklus refrigerasi. Kemudian entalphi pada setiap tingkat keadaan tersebut digunakan untuk mendapatkan efek refrigerasi dan kerja kompresi refrigerator. COP dihasilkan dari rasio antara efek refrigerasi dengan kerja kompresi sesuai dengan persamaan (1). Nilai COP yang telah dihitung dari persamaan tersebut pada setiap kuantitas isian kemudian diplot menjadi sebuah grafik yang menunjukkan pengaruh variasi kuantitas massa isian refrigeran R134a terhadap COP. Selain dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan kuantitas masssa isian refrigeran terhadap performansi refrigerator, data-data yang diperoleh juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh kuantitas massa isian refrigeran hidrofluorocarbon R134a terhadap beberapa parameter, di antaranya adalah tekanan pada saluran masuk dan keluar kompresor, temperatur evaporator, temperatur kondensor. Penambahan kuantitas refrigeran menyebabkan kenaikan tekanan pada saluran masuk dan saluran keluar kompresor. Penambahan kuantitas massa refrigeran hanya menyebabkan kenaikan kecil pada nilai tekan pada saluran masuk kompresor, Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian sedangkan pada saluran keluar kompressor mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Pengaruh kuantitas massa isian refrigeran R134a terhadap karakter refrigerator dapat dilihat pada Gbr 3 yang menunjukkan hubungan atara kuantitas massa isian refrigeran dengan temperatur evaporator (T 4) Massa Isian [g] GAMBAR 3. PENGARUH KUANTITAS ISIAN REFRIGERAN R134A TERHADAP TEMPERATUR T 4 Hubungan antara kuantitas isian refrigeran R134a terhadap temperatur evaporator ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kuantitas massa isian refrigeran dapat menyebabkan perubahan temperatur pada saluran masuk evaporator T 4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa perubahan yang terjadi awalnya berupa penurunan temperatur kemudian berupa kenaikan temperatur. Pada kuantitas massa isian refrigeran dari 50 g hingga 300 g terjadi penurunan temperatur T 4. Penurunan temperatur pada saluran masuk evaporator pada kuantitas massa isian 50 g hingga 200 g tidak begitu signifikan, hal tersebut ditandai dengan bentuk garisnya landai. Sedangkan kuantitas massa isian refrigeran dari 200 g hingga 300 g menghasilkan bentuk garis turun tajam, haltersebut menunjukkan bahwa penambahan massa isian pada 200 sampai 300 g sangat berpengaruh pada penurunan temperatur pada saluran masuk evaporator. Pada kuantitas massa isian 300 hingg 390 g menghasilkan garis sedikit menanjak atau landai, hal tersebut menunjukkan bahwa kuantitas massa isian refrigeran tidak bisa menghasilkan penurunan temperatur pada evaporator tapi malah menghasilkan yang sebaliknya yaitu dapat menyebabkan sedikit meningkatkan temperatur pada saluran masuk evaporator. Peningkatan kuantitas massa isian refrigeran secara bertahap dari 390 g sampai dengan 500 g menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur T 4 secara signifikan. Hal tersebut berarti kuantitas massa lebih dari 380 g tidak bermanfat lagi pada refrigerator karena penambahannya justru menurunkan efek refrigerasi refrigerator. Pada Gambar 3 juga terlihat bahwa untuk massa isian refrigeran 450 g temperatur saluran masuk evaporator bernilai jauh di atas 0 o C. Fakta tersebut megidikasikan bahwa untuk massa isian lebih dari 450 g maka tidak efek refrigerasi yang dihasilkan evaporator sangat kecil. Bahkan jika setelah 500 g kuantitas refrigeran ditambah lagi maka evaporator tidak akan menghasilkan efek 4 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November 2015

5 COP Temperatur T2 Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : refrigerasi sehingga yang terjadi adalah refrigerator tidak bisa dingin lagi. Data-data penelitian yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh kuantitas massa isian refrigeran hidrofluorocarbon R134a terhadap temperatur kondensor (T 2) seperti tampak pada Gbr 4. Gambar tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kuantitas massa isian refrigeran mengakibatkan terjadinya peningkatan temperatur di kondesor pada saluran masuk dan keluarnya. Kenaikan temperatur di kondensor adalah efek dari peningkatan tekanan refrigeran yang keluar dari kompresor. Pada Gambar 4 terlihat bahwa peningkatan temperatur pada kondensor berlangsung terus seiring dengan peningkatan kuantitas massa refrigeran tanpa ada pola yang fluktuatif atau kecenderungan turun kemudian naik lagi seperti yang terjadi pada perubahan temperatur pada evaporator. Kenaikan temperatur kondensor yang sangat signifikan akibat penambahan kuantitas massa isian refrigeran terjadi pada T 2 yaitu daerah di antara saluran keluar kompresor dan saluran masuk kondensor. Pada kuantitas isian refrigeran di atas 400 g berakibat pada peningkatan temperatur sangat tinggi pada saluran keluar kompresor, yaitu hampir 90 o C. Penambahan kuantitas refrigeran pada refrigerator juga berakibat pada kenaikan tekanan pada sistem. Kenaikan secara terus menerus akibat penambahan refrigera tersebut terjadi pada saluran rendah dan saluran tinggi. Kenaikan tekanan yang sangat tinggi terjadi apabila refrigerator diisi dengan refrigeran melebihi isian optimal Massa Isian [g] GAMBAR 4. PENGARUH KUANTITAS ISIAN REFRIGERAN R134a TERHADAP TEMPERATUR T 2 Sedangkan hubungan penting yang dicari dalam penelitian adalah pengaruh kuantitas isian refrigeran R134a terhadap performasi (COP) refrigerator dihitung menggunakan Persamaan (1). Variabel bebas pada penelitian ini adalah kuantitas massa isian refrigeran, sedangkan variabel terikatnya adalah performansi refrigerator. Dari data-data yang diperoleh dan setelah dilakukan pengolahan data, maka kedua variabel tersebut dapat diplot membentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara variasi massa isian refrigeran terhadap COP seperti yang ditunjukkan pada Gbr 5. Gambar tersebut memperlihatkan pengaruh kuantitas isian terhadap performasi (COP) refrigerator yang menggunakan R134a sebagai refrigeran. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa kuantitas isian refrigeran terendah yaitu 50 g sudah dapat menghasilkan COP sebesar 2.0. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan kuantitas isian refrigeran menyebabkan peningkatan nilai COP. Peningkatan COP tersebut terjadi karena peningkatan kuantitas isian refrigeran menyebabkan penurunan enthalpi keluar evaporator. Penurunan enthalpi pada saluran keluar evaporator berakibat pada peningkatan nilai efek refrigerasi secara signifikan karena enthalphi keluar kondensor sama dengan enthalpi keluar alat ekspansi. Peningkatan nilai efek refrigerasi yang signifikan menyebabkan peningkatan COP yang juga sangat signifikan karena kerja kompresi tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Gbr 5 menunjukkan nilai COP meningkat seiring dengan peningkatan kuantitas massa isian refrigeran hidrofluorocarbon R134a. Pada gambar tersebut terlihat bahwa peningkatan nilai COP dimulai dari kuantitas massa isian 50 g hingga 380 g. COP tertinggi yaitu 3,34 dicapai pada kuantitas isian refrigeran 380 g. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuantitas isian optimal R134a untuk mesin refrigerator yang dipakai dalam penelitian ini adalah 380 g. Penambahan kuantitas isian refrigeran lebih dari 380 g mengakibatkan terjadinya penurunan nilai COP yang sangat tajam. Fenomena tersebut terjadi karena jika refrigerator diisi terlalu banyak atau melebih nilai optimal maka tekanan pada refrigerator akan mengalami kenaikan khususnya pada saluran keluar kompresor yang menyebabkan peningkatan secara tajam temperatur pada saluran keluar kompresor. Peningkatan temperatur saluran keluar kondensor mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kerja kompresi. Kenaikan kerja kompresi secara tajam mengakibatkan penurunan secara tajam pula COP-nya, karena kerja kompresi digunakan sebagai pembagi atau penyebut dalam mengihitung nilai COP Kuantitas isian [g] GAMBAR 5. PENGARUH KUANTITAS ISIAN REFRIGERAN R134a TERHADAP COP SISTEM REFRIGERASI V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Dari pembahasan dan analisis baik pada datadata yang dihasilkan maupun yang telah diolah maka hubungan antara kuantitas massa isian refrigeran hydrofluorocarbon R134a dengan performansi refrigerator dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November

6 ISSN : Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian 1. Penambahan kuantitas isian refrigeran R134a berakibat pada penurunan temperatur pada evaporator hingga mencapi kuantitas massa 380 g. 2. Efek refrigerasi mesin refrigerasi meningkat seiring dengan peningkatan kuantitas massa refrigeran R134a yang diisikan. Batas penambahan kuantitas massa isian refrigeran R134a yang dapat meningkatkan nilai efek refrigerasi adalah 380 g. Sedangkan penambahan kuantitas massa isian refrigeran R134a melebihi 380 g dapat mengakibatkan penurunan nilai efek refrigerasi. 3. Penambahan kuantitas isian refrigeran R134a berakibat pada kenaikan temperatur pada kondensor yang berakibat pada peningkatan kerja kompresi. 4. Kuantitas refrigeran R134a yang diisikan pada refrigerator berpengaruh pada nilai COP. Nilai COP meningkat seiring dengan peningkatan kuantitas refrigeran yang diisikan. Kenaikan nilai COP akibat penambahan kuantitas refrigeran yang diisikan mencapai nilai maksimal pada kuantitas massa refrigeran optimal. 5. Nilai optimal kunatitas massa refrigeran R134a yang diisikan untuk refrigerator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 380 g yang menghasilkan COP tertinggi yaitu 3, Pemberian massa refrigeran R134a yang diisikan pada mesin refreigerator jika melebihi isian optimal menyebabkan penurunan nilai COP dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin refrigerator tersebut. DAFTAR PUSTAKA [1] ASHRAE, Hand Book Fundamentals [2] Fernando, W. and Primal D., Experimental Investigation of Refrigeran Charge Minimation of Small Capacity Heat Pump, Royal Insttute of Technology, Stockholm,, pp , Apr [3] Goran, Wall, Optimization of Refrigeration Machinery, International Journal of Refrigeration, Vol. 14., pp , Apr [4] Huzoz, Murat.;: Performance Comparison of Single-Stage and Cascade Refrigeration Systems Using R134a as the Working Fluid ; Kocaeli University, Department of Mechanical Education Kocaeli-TURKEY; Turkish J. Eng. Env. Sci [5] Moran, Michael J. and Shaphiro, Howard N., Fundamental of Engineering Thermodynamics, 5th edition; John Wiley & Son, West Sussex, 2005, p 458. [6] Parang, Mohd Rozy, Nasution Henry, Experimental Study on The Replacement of HFC-R134a by Hydrocarbon Mixture in Automotive Air, International Journal of Technology (2013) 1: ISSN [7] Verma1, Jitendra Kumar., A Review of Alternative to R134a (CHA3CH2F), International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering. ISSN , ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume 3, Issue 1, January 2013 [8] Wilis, Galuh Renggani, Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin,. 6 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, November 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning

Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning Puji Saksono Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan Jl. Pupuk Raya PO BOX 335

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Properti Termodinamika Refrigeran Untuk menduga sifat-sifat termofisik masing-masing refrigeran dibutuhkan data-data termodinamik yang diambil dari program REFPROP 6.. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga telah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Faldian 1, Pratikto 2, Andriyanto Setyawan 3, Daru Sugati 4 Politeknik Negeri Bandung 1,2,3 andriyanto@polban.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 REFRIGERASI DAN SISTEM REFRIGERASI Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari ruangan bertemperatur tinggi, dan memindahkan kalor tersebut ke suatu medium tertentu yang memiliki

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir. STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR OLEH : RAGIL HERI NURAMBYAH 2108 100 523 DOSEN PEMBIMBING : Ir. KADARISMAN

Lebih terperinci

Pengaruh Prosentase Massa Refrigeran R 290/R744 Terhadap COP dan Temperatur Masuk Evaporator Pada Sistem Kompresi Uap Satu Tingkat

Pengaruh Prosentase Massa Refrigeran R 290/R744 Terhadap COP dan Temperatur Masuk Evaporator Pada Sistem Kompresi Uap Satu Tingkat Pengaruh Prosentase Massa Refrigeran R 290/R744 Terhadap COP dan Temperatur Masuk Evaporator Pada Sistem Kompresi Uap Satu Tingkat Hanric Muharka 1, Rudy Soenoko 2, Slamet Wahyudi 3, Nurkholis Hamidi 4

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-593 Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban pada Sistem Refrigerasi Cascade Aprilia Choirul Lathifah Fuad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR- UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN Eko Prasetyo 1, Azridjal Aziz, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C. UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN Kevin Sanjaya 1), I Made Kartika Dhiputra 2) dan Harto Tanujaya 1) 1) Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket. SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011 No Minggu ke 1 1-2 20 Feb 27 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi system Refrigerasi Siswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE)

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) Awal Syahrani * * Abstract Good Refrigeran and used many up to last some years is the refrigeran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi atau disebut juga mesin

Lebih terperinci

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22 PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI Azridjal Aziz (1), Yazmendra Rosa (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW {sidebar id=3} MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW MUSICOOL adalah refrigerant dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam kelompok refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

BAB II DASAR TEORI. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear! BAB II DASAR TEORI 2.1 SEJARAH REFRIGERAN Sistem kompresi uap untuk refrigerasi pertama kali dipatenkan pada tahun 1834 oleh Jacob Perkins, seorang warga Amerika, dengan menggunakan ethyl ether sebagai

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No.2, Oktober 2009 ( 157-163 ) Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor I Ketut Gede Wirawan Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN A.P. Edi Sukamto 1), Triaji Pangripto P. 1), Sumeru 1), Henry Nasution ) 1)

Lebih terperinci

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK PENGGUNAAN HIDROKARBON SEBAGAI REFRIGERAN PADA MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN MEMANFAATKAN PANAS BUANG PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA Azridjal Aziz () Hanif () () Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

Pengaruh High Pressure Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigerasi Dengan Menggunakan R-134a Dan Refrigeran Hidrokarbon

Pengaruh High Pressure Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigerasi Dengan Menggunakan R-134a Dan Refrigeran Hidrokarbon Pengaruh High Pressure Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigerasi Dengan Menggunakan Dan Refrigeran Hidrokarbon 1 Puji Saksono, 2 Budha Maryanti Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT Harianto 1 dan Eka Yawara 2 Abstract Vapor compression refrigeration is one of refrigeration systems that is most widely used

Lebih terperinci

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT PENGGUNAAN HIDROKARBON SEBAGAI REFRIGERAN PADA MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN MEMANFAATKAN PANAS BUANG PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA Azridjal Aziz (1), Hanif () (1) Staf Pengajar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 3, No. 2, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIASI MODE KERJA TERHADAP PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAPWATER CHILLER TYPE WITH WATER COOLED CONDENSER DENGAN REFRIGERAN

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK Moh. Ade Purwanto 1, Agus Wibowo², Ahmad Farid³ 1. Mahasiswa, Fakultas Teknik Universitas Pancasakti, Tegal 2, Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah salah satu sistem yang digunakan untuk mengatur dan mempertahankan keadaan udara yang meliputi temperatur, kelembaban

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dilihat dengan semakin banyak digunakannya perlengkapan ini secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dilihat dengan semakin banyak digunakannya perlengkapan ini secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pengkondisian udara dewasa ini memegang peranan penting. Hal tersebut dilihat dengan semakin banyak digunakannya perlengkapan ini secara luas di berbagai

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

2.1 SEJARAH REFRIGERAN

2.1 SEJARAH REFRIGERAN BAB II DASAR TEORI 2.1 SEJARAH REFRIGERAN Sistem kompresi uap untuk refrigerasi pertama kali dipatenkan pada tahun 1834 oleh Jacob Perkins, seorang warga Amerika, dengan menggunakan ethyl ether sebagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING Mega Nur Sasongko 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono 167 Malang Telp. 0341-587710 E-mail:

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN A Sunanto Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA Eko Saputra 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon Kusnandar, Gusniawan, Fajar Sentosa Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri Indramayu. Alamat:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK Dwi Bayu Saputro, Suryadimal, S.T.,M.T 1), Ir. Wenny Marthiana., M.T 2) Program Studi

Lebih terperinci

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

PENDINGINAN KOMPRESI UAP Babar Priyadi M.H. L2C008020 PENDINGINAN KOMPRESI UAP Pendinginan kompresi uap adalah salah satu dari banyak siklus pendingin tersedia yang banyak digunakan. Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 Mei 2008 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Kampus IPB, Bogor. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi udara yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi penghuni

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga IDG Agus Tri Putra (1) dan Sudirman (2) (2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Jurusan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Ega Taqwali Berman * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD HANIF BADARUS SAMSI (2108100091) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD Contoh aplikasi di bidang pengobatan biomedis yang membutuhkan temperatur -20 C untuk penyimpanan sampel CFC mengandung ODP

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA Dalam pengambilan data perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengambilan data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang

Lebih terperinci

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal * ANALISA EFEKTIFITAS PENAMBAHAN MEDIA AIR KONDENSAT PADA AC SPLIT 1,5 PK TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI (EER) Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear! BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari suatu medium dengan temperatur lebih tinggi, kemudian memindahkan kalor tersebut ke medium lain yang memiliki temperatur

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD Oleh: Daglish Yuliyantoro 2107100518 Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Konvensi Wina dan Protokol

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 HASIL PENGUJIAN KESTABILAN SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi Sudirman 1, I Nyoman Suprapta Winaya 2 1 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali, Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BEBAN PENDINGIN TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN DENGAN REFRIGERAN R12 DAN LPG

PENGARUH VARIASI BEBAN PENDINGIN TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN DENGAN REFRIGERAN R12 DAN LPG PENGARUH VARIASI BEBAN PENDINGIN TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN DENGAN REFRIGERAN R12 DAN LPG Moch. Rizal A.Y, Nasrul Ilminnafik, Digdo Listyadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008 TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 007/008 Siklus Kompresi Uap Ideal (A Simple Vapor-Compression Refrigeration Cycle) Mempunyai komponen dan proses.. Compressor: mengkompresi uap menjadi uap bertekanan

Lebih terperinci