Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN JUDUL. Hukum Maritim 2. SMK / MAK Kelas X Semester 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN JUDUL. Hukum Maritim 2. SMK / MAK Kelas X Semester 2"

Transkripsi

1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN JUDUL Hukum Maritim 2 SMK / MAK Kelas X Semester 2 i

2 DISKLAIMER Penulis : Editor Materi : Editor Bahasa : Ilustrasi Sampul : Desain & Ilustrasi Buku : Hak Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Milik Negara Tidak Diperdagangkan Semua hak cipta dilindungi undang-undang, Dilarang memperbanyak (mereproduksi), mendistribusikan, atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku teks dalam bentuk apapun atau dengan cara apapun, termasuk fotokopi, rekaman, atau melalui metode (media) elektronik atau mekanis lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain, seperti diwujudkan dalam kutipan singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan non-komersial tertentu lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk komersial harus mendapat izin tertulis dari Penerbit. Hak publikasi dan penerbitan dari seluruh isi buku teks dipegang oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan. ii

3 KATA PENGANTAR Pembaca yang budiman, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Buku Teks Bahan Ajar Hukum Maritim kelas X Semester 2. Buku Teks Bahan Ajar ini disusun untuk memberikan gambaran, pengetahuan dan informasi bagi para siswa, guru, nelayan, ataupun pembaca pada umumnya. Buku Teks Bahan Ajar ini disusun, untuk memberi bekal dalam mengembangkan kemampuan siswa bidang keahlian pelayaran yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan pelayaran dan keselamatan pelayaran. Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim, memahami fakta bahwa Indonesia adalah negara maritim dan dikenal dengan kebahariannya. Buku Teks Bahan Ajar ini disusun dengan mengacu pada Ujian profesi kepelautan dan dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk persiapan menghadapi ujian Negara Kepelautan. Akhirul Kalam, selamat membaca semoga buku teks ini bermanfaat. Tidak ada motivasi lain dalam penulisan buku teks ini kecuali niat terbesar memberikan sumbangan yang terbaik bagi bangsa dengan niat ikhlas hanya untuk Allah SWT semata. iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DISKLAIMER... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi I PENDAHULUAN Deskripsi Prasyarat Petunjuk Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar Tujuan Akhir Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Cek Kemampuan Awal... 5 II. PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran 1 : Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal Kegiatan Pembelajaran 2 : PKL (Perjanjian Kerja Laut) Kegiatan Pembelajaran 3 : Kelaiklautan Kapal III. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Kecelakaan transportasi laut Gambar Contoh Alat Keselamatan Pelampung SOLAS Gambar 2. 3Life jacket (alat bantu keselamatan) Gambar 2. 4.Beberapa contoh alat bantu keselamatan Gambar 2. 5 Penyebab kecelakaan pelayaran, kedaruratan pelayaran dan penanganannya Gambar 2. 6.Contoh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari kapal Gambar Contoh sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi pencemaran Laut Gambar Plimsoll mark pada kapal barang kapal pengangkut Log Gambar Prosedur Penertiban Sertifikat Keselamatan Kapal Gambar 2. 10Contoh Sertifikat Keterampilan SCRB (Survival Craft and Rescue Boats) v

6 DAFTAR TABEL Tabel 2. 1Jadwal Penerapan dan pemenuhan ISM Code diberlakukan secara internasional Tabel 2. 2Jadwal Penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia Tabel 2. 3Jadwal Penerapan ISM Code yang dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention Tabel 2. 4Jadwal permohonan verifikasi periodik kepada BKI vi

7 I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Hukum laut tumbuh dan berkembang senantiasa dalam kaitan dan hubungannya yang sangat erat dengan pertumbuhan dan perkembangan politik, baik yang berhubungan dengan perkembangan sejarah maupun yang berkaitan dengan kepentingan yang kini sedang timbul. Menilik perkembangan jumlah negara yang merdeka yang naik sangat cepat dan meluas sesudah berakhirnya Perang Dunia II maka tidak mengherankan jika perkembangan terus menimbulkan gelombang perubahan baru dalam suasana dan selera perikehidupan umat manusia dan masyarakat bangsa-bangsa dewasa ini. Hal tersebut tercermin sangat jelas sekali dalam perubahan dari perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi internasional bagi negara-negara merdeka. Perubahan yang demikian cepat dan luas dalam jumlah negara itu sudah barang tentu mempengaruhi tata pengaturan dan tata pengelolaan kehidupan bangsa-bangsa di bidang maritim. Buku Teks Bahan Ajar ini mengacu pada ujian profesi kepelautan untuk calon perwira di kapal niaga, untuk memberi bekal dalam mengembangkan kemampuan siswa bidang pelayaran yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pelayaran, dan keselamatan pelayaran. Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim. Apalagi jika memahami fakta bahwa Indonesia adalah negara maritim yang dikenal dengan kebahariannya. Tetapi dalam konteks keilmuan, hal ini merupakan langkah maju menuju pembumian kembali nilai dan makna kebaharian atau kemaritiman di kalangan generasi penerus. Materi Hukum Maritim ini disajikan dalam 2 (dua) semester di kelas X, untuk materi pokok dari kegiatan pembelajaran di semester 2 ini disajikan dalam 3 (tiga) pokok materi pembelajaran yaitu : Kegiatan Pembelajaran I: Kegiatan Pembelajaran II: Kegiatan Pembelajaran III: Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal. Perjanjian Kerja Laut (PKL). Kelaikan Laut Kapal. Setelah menguasai Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan para siswa SMK di bidang Keahlian Pelayaran memiliki pemahaman, kesadaran, kepedulian, kearifan serta komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan melaksanakan hukum maritim sesuai hukum yang berlaku, khususnya yang berkaitan dengan 1

8 peraturan hak dan kewajiban awak kapal, Perjanjian Kerja Laut (PKL) dan Kelaikan laut kapal dalam rangka menjaga keselamatan pelayaran dan kapal beserta seluruh isinya, termasuk manusia dan barang bawaannya, baik selama pelayaran maupun ketika berada dan keluar atau masuk pelabuhan. 1.2 Prasyarat Sebelum mempelajari Buku Teks Bahan Ajar, sebaiknya siswa memiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepedulian terhadap fakta (ruang lingkup) hukum maritim, sejarah, perkembangan hukum maritim, teori, ketentuan-ketentuan, prinsip-pinsip serta peraturan-peraturan yang berkaitan tentang pelayaran, kepelautan dan perkapalan. 1.3 Petunjuk Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam Buku Teks Bahan Ajar sebaiknya Anda : 1. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar ini mulai dari pendahuluan (uraian materi), bahan latihan, rangkuman sampai dengan tes formatif sebagai kesatuan utuh. 2. Memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan para siswa di sarankan agar membaca buku-buku referensi yang menunjang pemahaman Anda dalam mempelajari lembar informasi, lembar kerja dan lembar evaluasi. 3. Berkonsentrasi secara penuh dalam memperhatikan uraian-uraian serta langkah-langkah kerja agar benar-benar dapat di pahami dan bukan menghapalnya. 4. Menanyakan langsung kepada guru pembimbing apabila terdapat kata atau istilah yang tidak Anda pahami atau tidak terdapat pada daftar peristilahan (glossary). 5. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam lembar cek kemampuan untuk mengetahui apakah Anda benar-benar membutuhkan Buku Teks Bahan Ajar. 6. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar secara sistematis. 7. Mengerjakan semua soal-soal latihan dan evaluasi secara cermat dan teliti dengan tetap mengacu pada kriteria keberhasilan yang ada. 8. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, kemudian buatlah kelompok belajar, buatlah berbagai soal-soal latihan, sebab semakin banyak berlatih penguasaan materi atau keterampilan akan semakin meningkat. 2

9 9. Konsultasikan segera dengan guru atau pembimbing apabila Anda menemukan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar. Peranan Guru dalam Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar Untuk suksesnya proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi siswa, kepada rekan guru diharapkan untuk : 1. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar. 2. Membimbing dan mengkoordinir siswa melalui tugas-tugas pelatihan siswa dalam tahap belajar. 3. Membantu siswa dalam memahami konsep dan praktik serta menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa. 4. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan (referensi) untuk belajar. 5. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya. 7. Melaksanakan evaluasi (penilaian) terhadap pembelajaran siswa. 8. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap, keterampilan, dan pengetahuan dari suatu kompetensi, yang perlu dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya. 9. Mencatat data pencapaian kemajuan belajar siswa. 1.4 Tujuan Akhir Setelah mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini, Anda sebagai siswa SMK bidang Keahlian Pelayaran diharapkan memiliki kemampuan, pemahaman, kesadaran, kepedulian, kearifan serta komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan melaksanakan hukum maritim sesuai hukum yang berlaku khususnya yang berkaitan dengan peraturan hak dan kewajiban awak kapal, penerapan perjanjian kerja laut dan kelaikan laut kapal dalam kegiatan Pelayaran. 1.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Hukum Maritim Kelas XSemester 2 sebagai berikut : KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KOMPETENSI DASAR 1.1 Meyakini anugerah Tuhan pada pembelajaran hukum maritim sebagai amanat untuk kemaslahatan umat manusia 2. Menghayati dan mengamalkan 2.1 Menghayati pentingnya kerjasama 3

10 KOMPETENSI INTI perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung. KOMPETENSI DASAR sebagai hasil pembelajaran hokum maritim. 2.2 Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan praktek sebagai hasil dari pembelajaran hukum maritim. 2.3 Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran hukum maritim 3.1 Menerapkan pengetahuan Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal 3.2 Menerapkan pengetahuan Perjanjian Kerja Laut 3.3 Menerapkan pengetahuan Kelaiklautan Kapal 4.1 Menalar Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal. 4.2 Menalar Perjanjian Kerja Laut. 4.3 Menalar Kelaiklautan Kapal. 4

11 1.6 Cek Kemampuan Awal Pernyataan 1. Apakah Anda mengetahui peraturan tentang kepelautan? 2. Apakah Anda mengetahui hak-hak dan kewajibankewajiban seorang awak kapal? 3. Apakah Anda mengetahui kewajiban dan kewenangan seorang nakhoda? 4. Apakah Anda mengetahui pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)? 5. Apakah Anda mengetahui Isi Perjanjian Kerja Laut (PKL)? 6. Apakah Anda mengetahui Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut (PKL)? 7. Apakah Anda mengetahui Pengertian Kelaik laut kapal? 8. Apakah Anda mengetahui Syarat-syarst Kelaik laut kapal? 9. Apakah Anda mengetahui Status hukum kapal? 10. Apakah Anda tahu tentang Manajemen Keselamatan kapal? 11. Apakah Anda tahu tentang Manajemen Keamanan Kapal? Jawaban Ya Tidak Apabila Jawaban Anda adalah Ya untuk semua pertanyaan, maka sebenarnya Anda tidak memerlukan Buku Teks Bahan Ajar ini, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan Tes Formatif pada Buku Teks Bahan Ajar ini. Apabila salah satu atau lebih jawaban Anda adalah tidak maka Anda perlu mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini. 5

12 II. PEMBELAJARAN 2.1 Kegiatan Pembelajaran 1 : Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal Deskripsi Indonesia dengan ciri sebagai negara kepulauan dan negara maritim, maka peranan transportasi laut bagi Indonesia adalah sangat strategis dalam berbagai aspek mulai dari aspek ekonomi, ideologi, politik, budaya maupun dalam aspek pertahanan dan keamanan. Sebagai negara kepulauan sudah selayaknya Indonesia memiliki armada laut yang sangat kuat bukan hanya armada militer, tetapi juga armada-armada atau kapalkapal niaga yang kuat yang mampu bersaing dengan kapal niaga asing. Namun pada kenyataannya kita belum banyak memiliki armada-armada kapal yang bisa mendukung keberadaan sebagai negara kepulauan, apalagi sebagai negara maritim. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, industri pelayaran merupakan infrastruktur dan tulang punggung (backbone) kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun demikian, industri pelayaran nasional saat ini dalam kondisi terpuruk yang antara lain disebabkan oleh sulitnya memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan yang berakibat pada kesulitan dalam pengadaan kapal, sehingga berdampak pada masih dominannya kapal asing terutama pada kegiatan ekspor impor dan berakibat pada hilangnya peluang pendapatan negara dari sektor pelayaran. Meskipun daya saing sumberdaya manusia pelayaran, baik pelaut maupun sumberdaya manusia di industri pelayaran masih relatif rendah. Pelayaran (Shipping) sebagai salah satu kegiatan di laut khususnya pelayaran niaga nasional baik pelayaran luar negeri maupun pelayaran dalam negeri, merupakan sektor yang penting dalam menggerakkan dan meningkatkan perekonomian atau perdagangan internasional suatu negara serta faktor pemersatu bangsa. Masalah dibidang pelayaran tidak berdiri sendiri karena terkait dengan beberapa aspek. Oleh karena itu untuk terciptanya kegiatan pelayaran yang handal, diperlukan faktor-faktor pendukung yang kondusif, meliputi aspek publik seperti tersedianya armada kapal niaga yang cukup, laik laut dan sesuai dengan perkembangan perdagangan serta teknologi modern; tersedianya kapal perikanan yang sesuai dengan perkembangan teknologi modern; keselamatan pelayarannavigasi; awak kapal; kepelabuhanan; galangan kapal/reparasi kapal, 6

13 industri permesinan; pendaftaran kapal. Sedangkan aspek keperdataaan seperti perjanjian pengangkutan di laut; asuransi laut; hipotik atas kapal; Perjanjian Kerja Laut (PKL). Pentingnya keselamatan pelayaran bagi para pihak yang bersangkutan dengan pengangkutan di laut terutama bagi para pemakai jasa angkutan sudah tidak dapat disangkal lagi. Telah menjadi prinsip umum bahwa setiap orang yang mengirim barang atau penumpang kapal sebagaimana menghendaki terjaminnya keselamatan jiwa dan barang itu sejak saat pemberangkatannya sampai di tempat tujuan. Untuk maksud itulah maka kapal sebagai alat angkutan tersebut terjamin laik laut nya (sea worthiness), sehingga penyelenggaraan pengangkutan itu dapat terlaksana dengan tertib, aman dan sempurna. Tentang layak lautnya kapal itu hanyalah merupakan salah satu faktor saja bagi terjaminnya keselamatan pelayaran, sebab masih ada faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi keselamatan pelayaran, antara lain: diisyaratkannya kemampuan dan kebijaksanaan nahkoda sebagai pemimpin kapal atau bidang teknis-nautis serta adanya pengetahuan dan keahlian dari perwira kapal serta kepandaian yang cukup dari anak buah kapal tersebut dalam melakukan tugasnya. Hal ini sehubungan dengan adanya suatu pendapat yang mengatakan bahwa apabila kapal telah berada dilautan merupakan suatu masalah tersendiri dan disinilah kedudukan nahkoda memegang peranan yang sangat penting dan menentukan. Dengan alasan inilah pemerintah perlu mengadakan usaha-usaha yang diperlukan guna mengatur terjaminnya keselamatan pelayaran bagi para penumpang dan barang yang diselenggarakan dengan menggunakan kapal itu. Disini tampak bahwa kapal yang digunakan pelayaran di laut itu hanya dilengkapi dengan segala alat-alat perlengkapan yang diperlukan, terutama tentang teknikkonstruksi kapal tersebut. Meskipun nahkoda telah memenuhi persyaratan dalam memimpin kapal baik mengenai kemampuan dan keahliannya, tapi kalau kapal yang dipimpinnya itu belum cukup diperlengkapi dan belum cukup diawaki. Sudah barang tentu tentang keselamatan itu belum terjamin, maka sebelum kapal digunakan perlu terlebih dahulu diadakan penelitian tentang laik-laut kapal tersebut; 7

14 Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1, siswa diharapkan mampu : a. Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai dan mempelajari peraturan hak dan kewajiban awak kapal sebagai sarana menyajikan informasi secara lisan dan tulisan. b. Bersikap cermat, teliti dan bertanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran peraturan hak dan kewajiban awak kapal. c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran peraturan hak dan kewajiban awak kapal. d. Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran peraturan hak dan kewajiban awak kapal. e. Menerapkan peraturan hak dan kewajiban awak kapal. f. Melaksanakan peraturan hak dan kewajiban awak kapal. g. Menyebutkan peraturan-peraturan yang mengatur hak dan kewajiban Awak kapal. h. Menyebutkan syarat-syarat untuk bekerja di laut. i. Menyebutkan jabatan-jabatan Kepelautan. j. Menyebutkan hak-hak Awak Kapal. k. Menjelaskan hak atas upah. l. Menjelaskan hak atas tempat tinggal dan makan. m. Menjelaskan hak atas cuti. n. Menjelaskan hak awak kapal waktu sakit atau kecelakaan. o. Menjelaskan tugas atau Jabatan-jabatan seorang nakhoda. p. Menyebutkan kewajiban dan wewenang dari seorang nakhoda. B. Uraian Materi Keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang awak kapal, dari waktu ke waktu perlu dibina keseimbangannya antara jumlah kesediaan dengan jumlah kebutuhan pelaut. Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. 8

15 Mengingat tugas sebagai awak kapal memiliki ciri khusus yang antara lain meninggalkan keluarga dalam waktu yang relatif lama, saat terjadi kerusakan kapal harus menangani sendiri tanpa batas waktu dan jam kerja, dan bekerja pada segala cuaca, maka diperlukan adanya pengaturan perlindungan kerja tersendiri. Atas dasar hal-hal tersebut maka disusunlah peraturan pemerintah yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, pelatihan, perijasahan, kewenangan serta hak dan kewajiban pelaut. a. Peraturan Pemerintah yang berkait dengan Hak dan Kewajiban Awak kapal adalah : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan. 2. UU RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. UU RI No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 4. UU RI Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran. 5. UU RI No. 1 tahun 2008 tentang pengesahan ILO Convention No.185 Concering Revising The Seafarers Identity Documents Convention, 1958 (Konvensi ILO No. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958). 6. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) Buku Kedua. b. Jabatan-Jabatan Kepelautan Pengertian Jabatan-jabatan Kepelautan 1. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau di pekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam buku sijil (UU RI No. 17/2008 tentang pelayaran). 2. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP. RI No. 7 /2000 tentang kepelautan). 3. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau yang dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 4. Anak kapal adalah mereka yang tercantum dalam daftar anak kapal(kuhd). 9

16 5. Anak buah kapal adalah awak kapal selain nakhoda ataupun pemimpin kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 6. Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain nakhoda (UU RI.No.17/2008 tentang pelayaran). 7. Anak Buah Kapal adalah semua orang yang ada di kapal selain nakhoda (KUHD). 8. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau keterampilan sebagai awak kapal ( PP 7/ 2000 tentang kepelautan ). 9. Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum di atas kapal serta menjadi wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai peraturan perundang - undangan yang berlaku (UU RI No. 17/2008). 10. Nakhoda adalah orang yang memimpin kapal (KUHD pasal34 ). 11. Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggug jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU RI No. 17/2008). 12. Nakhoda kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum di atas kapal serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 13. Pemimpin kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan yang di miliki Nakhoda (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 14. Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal di berikan pangkat sebagai perwira ( KUHD ). 15. Rating adalah awak kapal selain nakhoda, para mualim, masinis dan operator radio. 16. Perwira-perwira kapal : mualim, masinis dan operator radio, ahli mesin. 17. Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 10

17 18. Dinas awak kapal adalah pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh anak kapal yang diterima untuk bekerja di kapal, kecuali pekerjaan nakhoda. 19. Penumpang adalah mereka yang termasuk sebagai pelayar tetapi bukan merupakan awak kapal di atas kapal dan mereka membayar untuk perjalanan tersebut. 20. Penumpang adalah pelayar yang ada di atas kapal selain awak kapal dan anak berumur kurang dari 1 (satu) tahun (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). 21. Operator kapal adalah orang atau badan hukum yang mengoperasikan kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan). Adapun syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi untuk dapat bekerja sebagai anak buah kapal sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, antara lain: 1. memiliki sertifikat keahlian pelaut dan / atau sertifikat keterampilan pelaut. 2. berumur sekurang-kurangnya 18 tahun. 3. memiliki buku pelaut (passport untuk yang bekerja di luar negeri). 4. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu. 5. Disijl. 6. Sudah menandatangani PKL (Perjanjian Kerja Laut). c. Hak dan Kewajiban Awak Kapal Hak- hak Awak Kapal Pada dasarnya hak-hak awak kapal, baik itu nahkoda, kelasi adalah sama, walaupun ada perbedaan sedikit namun tidak begitu berarti. Hak disebutkan dalam pasal 18 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2000 tentang Kepelautan antara lain menjelaskan Hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sekurang-kurangnya adalah (a) Hak pelaut Menerima gaji, upah, lembur, uang pengganti hari-hari libur, uang delegasi, biaya pengangkutan dan upah saat diakhirinya pengerjaan, pertanggungan untuk barang-barang milik pribadi yang dibawa serta, kecelakaan pribadi serta perlengkapan untuk musim dingin untuk yang bekerja di wilayah yang suhunya 15 derajat celcius atau kurang yang berupa pakaian dan peralatan musim dingin; 11

18 UU No.17 tahun 2008 (Pasal 151) tentang pelayaran, mengenai kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang menjelaskan : 1. Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi : a. gaji; b. jam kerja dan jam istirahat; c. jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal; d. kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami kecelakaan; e. kesempatan mengembangkan karier; f. pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman; dan g. pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi kecelakaan kerja. 2. Kesejahteraan kerja dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 152 UU No. 17 tahun 2008 menerangkan bahwa : a. Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas kesehatan bagi penumpang. b. Fasilitas kesehatan meliputi ruang pengobatan atau perawatan, peralatan medis dan obat-obatan serta tenaga medis. 1. Hak atas Upah Besarnya upah yang diperoleh anak buah kapal didasarkan atas perjanjian kerja laut, sepanjang isinya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan, dan tidak bertentangan dengan peraturan gaji pelaut Berdasarkan Pasal 21 ayat (1), (2), PP No.7 tahun 2000, Upah tersebut didasarkan atas: a. 8 Jam Setiap hari. b. 44 jam perminggu. c. Istirahat sedikitnya 10 jam dalam jangka waktu 24 jam. d. Libur sehari setiap minggu. e. Ditambah hari-hari libur resmi. Ketentuan di atas tidak berlaku bagi pelaut muda, artinya mereka berumur antara 16 tahun sampai 18 tahun tidak boleh bekerja melebihi 8 jam 12

19 sehari dan 40 jam seminggu serta tidak boleh dipekerjakan pada waktu istirahat, kecuali dalam pelaksanaan tugas darurat demi keselamatan berlayar. Dalam perjanjian kerja laut upah yang dimaksud tidak termasuk tunjangan atas upah lembur atau premi sebagaimana diatur dalam pasal : 402, 409, dan 415 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD ). Biasanya jumlah upah yang diterima anak buah kapal paling sedikit adalah yang sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian laut, kecuali upah yang dipotong untuk hal-hal yang sudah disetujui oleh anak buah kapal tersebut atau pemotongan yang didasarkan pada hukum yang berlaku. Pengaturan mengenai pemotongan tersebut sehingga gaji bisa berkurang menurut pasal 1602r Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut : a. Ganti rugi yang harus dibayar. b. Denda-denda yang harus dibayar kepada perusahaan yang harus diberi tanda terima oleh perusahaan (Pasal 1601s KUHPerdata). c. Iuran untuk dana (Pasal 1601s Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). d. Sewa rumah atau lain-lain yang dipergunakan oleh anak buah kapal di luar kepentingan dinas. e. Uang Muka (Persekot) atas upah yang telah diterimanya. f. Harga pembelian barang-barang yang dipergunakan oleh anak buah kapal di luar kepentingan dinasnya. g. Kelebihan pembayaran upah-upah yang lalu. h. Biaya pengobatan yang harus dibayar oleh anak buah kapal (Pasal 416 Kitab Undang-undang Hukum Dagang). i. Istri atau anggota keluarga lainnya sampai dengan keempat dengan jumlah maksimum 2/3 dari upah (pasal Kitab Undang-Undang hukum dagang ). Selain, pemotongan-pemotongan tersebut di atas, maka besarnya upah anak buah kapal juga dapat berkurang disebabkan : a. Denda oleh nahkoda sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Pengurangan upah karena sakit yang sampai membuat anak buah kapal tidak dapat bekerja. c. Perjalanan pelayaran terputus. d. Ikatan kerja terputus karena alasan-alasan yang sah. 13

20 Selain itu juga harus diperhatikan bahwa upah anak buah kapal dapat bertambah besarnya (bertambah) karena: a. Pengganti libur yang seharusnya dinikmati anak buah kapal, akan tetapi tidak diambilnya (Pasal 409 dan 415 KUH Dagang ) atau atas permintaan pengusaha angkutan perairan paling sedikit 20 hari kalender untuk setiap jangka waktu 1 tahun bekerja akan mendapatkan imbalan upah sejumlah cuti yang tidak dinikmati (Pasal 24 PP No.7tentang kepelautan). b. Pembayaran waktu tambahan pelayaran, jika perjanjian kerja laut untuk suatu pelayaran karena suatu kerusakan, sehingga terpaksa berhenti di pelabuhan darurat (Pasal 423 KUH Dagang). c. Pembayaran kerja lembur, yaitu jam kerja melebihi jam kerja wajib. Khusus untuk upah lembur hari minggu dihitung dua kali lipat pada hari biasa. Menurut Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tentang Kepelautan, Perhitungan upah lembur sebagai berikut: : d. Pembayaran istimewa, karena mengangkut muatan berbahaya,menunda menyelamatkan kapal lain atau mengangkut muatan di daerah yang sedang perang. Kecuali tugas negara (Pasal 452f Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ). e. Mengemban tugas yang lebih tinggi yang tidak bersifat insidentil, seperti Mualim II (Pasal 443 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). f. Kenaikan upah minimum yang ditetapkan oleh negara. g. Keterlambatan pembayaran upah dari waktu biasa (Pasal1801/ dan 1602n Kitab Undang-undang Hukum Perdata, jika itu sebagai akibat dari kelalaian perusahaan pelayaran (Pasal 1602q Kitab Undangundang Hukum Perdata dan Pasal 452c Kitab Undang-undang Hukum Dagang). h. Tidak diberikan makanan sebagaimana ditetapkan yang menjadi hak anak buah kapal (Pasal 436 dan 437 Kitab Undang-undang Hukum Dagang). 2. Hak atas tempat tinggal dan makan Peraturan mengenai hak tempat tinggal dan makan bagi anak buah kapal diatur pada pasal Kitab Undang-Undang-Undang Hukum Dagang dan Pasal 13 Schepelingen Ongevalin (S.O) Berdasarkan ketentuan pasal 14

21 tersebut. Anak buah kapal berhak atas tempat tinggal yang baik dan layak serta berhak atas makan yang pantas yaitu cukup untuk dan dihidangkan dengan baik dan menu yang cukup bervariasi setiap hari. Ketentuan ini dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang Kepelautan pasal 25 yaitu : a. Pengusaha atau perusahaan angkutan di perairan wajib menyediakan makanan, alat-alat pelayanan dalam jumlah yang cukup dan layak untuk setiap pelayaran bagi setiap awak kapal di atas kapal. b. Makanan harus memenuhi jumlah, serta nilai gizi dengan jumlah minimum kalori perhari yang diperlukan anak buah kapal agar sehat dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kapal. c. Air tawar harus tetap tersedia di kapal dengan cukup dan memenuhi kesehatan. Apabila ketentuan diatas dilanggar, maka dapat dikatakan sebagai pelanggaran hukum, dimana anak buah kapal dapat melakukan pemaksaan terhadap pelayaran untuk membayar ganti rugi terhadap kerugian yang diderita. 3. Hak Cuti Ketentuan yang mengatur hak cuti anak buah kapal terdapat dalam Pasalpasal 409 dan 415 KUHDagang, yang prinsipnya sama dengan cuti yang diberikan kepada tenaga kerja di perusahaan pada umumnya. Pasal 409 KUH Dagang menyebutkan: Bilamana nahkoda atau perwira kapal telah bekerja selama setahun berturut turut atau terus menerus, maka berhak atas cuti selama 14 hari atau bila di kehendaki pengusaha pelayaran bisa dilakukan dua kali, masing masing delapan hari. Ini dilakukan mengingat kepentingan operasional kapal atau permintaan nahkoda Hak cuti ini gugur bila diajukan sebelum satu tahun masa kerjanya berakhir. Hak ini berlaku untuk perjanjian kerja laut yang didasarkan atas pelayaran. Pasal 415 KUH Dagang yang menyebutkan : Bilamana anak buah kapal telah bekerja selama setahun terus menerus sedangkan perjanjian kerja lautnya bukan perjanjian kerja laut pelayaran, maka berhak atas cuti selama 7 hari kerja atau dua kali lima hari kerja dengan upah penuh 15

22 4. Hak waktu sakit atau kecelakaan Pengertian sakit dalam perjanjian kerja laut dilihat dari sebabsebabnya antara lain meliputi : a. Sakit Biasa Seorang anak buah kapal apabila sewaktu bertugas menderita sakit maka berhak atas: Pengobatan sampai sembuh, akan tetapi paling lama 52 minggu bilamana diturunkan dalam kapal, demikian juga bila dia tetap berada dikapal berhak mendapatkan pengobatan sampai sembuh (Pasal 416 KUH Dagang). Pengangkutan cuma-cuma ke rumah sakit atau ke kapal lain dimana ia akan dirawat dan ke tempat ditandatanganinya perjanjian kerja laut (Pasal 416 KUH Dagang). Selama anak buah kapal sakit atau kecelakaan ia berhak atas upah sebesar 80 % dengan syarat tidak lebih dari 28 minggu (Pasal 416a KUH Dagang) dan jaminan diperoleh disamping biaya perawatan sampai sembuh. Pasal tersebut mensyaratkan bahwa anak buah kapal mengadakan perjanjian kerja laut untuk waktu paling sedikit satu tahun atau bekerja terus menerus selama paling sedikit satu setengah tahun. Demikian juga sebaliknya, Pasal 416b Kitab Undang-undang hukum dagang menentukan bahwa jika anak buah kapal mengadakan perjanjian kerja laut kurang dari satu tahun, maka ia hanya mendapat perawatan sampai sembuh, dan upah yang diterima diperhitungkan dengan interval waktu tidak kurang dari 4 (empat) minggu tapi tidak lebih dari 26 (dua puluh enam) minggu. Jaminan-jaminan dalam hal perawatan dapat ditolak oleh perusahaan pelayaran, apabila: Anak buah kapal menolak menghindari pengobatan dokter atau lalai mengobatkan diri ke dokter. Anak buah kapal tidak menggunakan kesempatan pengobatan menurut ketentuan Pasal 416f Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, tunjangan atau upah dapat tidak dibayarkan oleh perusahaan pelayaran atau dikurangi jumlahnya bila sakitnya atau kecelakaan yang terjadi karena adanya faktor kesengajaan atau akibat kerja yang kasar atau tidak hatihati dari anak buah kapal. 16

23 b. Sakit karena kecelakaan Berdasarkan Pasal 1602 KUHPerdata, anak buah kapal yang mengalami sakit karena kecelakaan maka berhak atas: Tuntutan ganti rugi bila terbukti kecelakaan tersebut disebabkan oleh kelalaian pihak perusahaan pelayaran Jika kecelakaan menimpa anak buah kapal dan mengakibatkan meninggal, maka ganti ruginya diberikan kepada ahli warisnya Penggantian akibat kecelakaan ditambah dengan hak-hak atas perawatan. Berdasarkan pasal 30 PP. RI. No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan menyebutkan : Jika awak kapal setelah dirawat akibat kecelakaan kerja menderita cacat tetap yang mempengaruhi kemampuan kerja besarnya santunan ditentukan : a. Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan kerja hilang 100% besarnya santunan minimal Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah); b. Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan kerja berkurang besarnya santunan ditetapkan persentase dari jumlah sebagaimana ditetapkan dalam huruf a sebagai berikut : Kehilangan satu lengan : 40%; Kehilangan dua lengan : 100%; Kehilangan satu telapak tangan : 30%; Kehilangan kedua telapak tangan : 80%; Kehilangaan satu kaki dari paha : 40%; Kehilangan dua kaki dari paha : 100%; Kehilangan satu telapak kaki : 30%; Kehilangan dua telapak kaki : 80%; Kehilangan satu mata : 30% Kehilangan dua mata : 100%; Kehilangan pendengaran satu telinga : 15%; Kehilangan pendengaran dua telinga : 40%; Jika awak kapal kehilangan beberapa anggota badan sekaligus besarnya santunan ditentukan dengan menjumlahkan persentase dengan ketentuan tidak melebihi jumlah sebagaimana ditetapkan dalam ayat (1) huruf a. Berdasarkan Pasal 31 (PP. No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan.) 1. Jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal, pengusaha angkutan di perairan wajib menanggung biaya pemulangan dan penguburan jenazahnya ke tempat 17

24 yang dikehendaki oleh keluarga yang bersangkutan sepanjang keadaan memungkinkan. 2. Jika awak kapal meninggal dunia, pengusaha angkutan di perairan wajib membayar santunan : a. Untuk meninggal karena sakit besarnya santunan minimal Rp ,00 (seratus juta rupiah); b. Untuk meninggal dunia akibat kecelakaan kerja besarnya santunan minimal Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 3. Santunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 440 Kitab Undang Undang Hukum Dagang a. Perusahaan pelayaran berkewajiban menanggung biaya penguburan atau pembuangan jenazah ke laut Jika awak kapal meninggal dunia, di atas kapal. 5. Hak menggugat dan menuntut Selain hak-hak yang telah diterangkan di atas, anak buah kapal juga mempunyai hak-hak yang bersifat azasi dan kebebasan serta hak-hak untuk menuntut jika diperlakukan tidak adil. a. Awak kapal berhak atas perlakuan yang patut. Hal ini tercermin dari beberapa alasan mendesak untuk awak kapal yang dapat membatalkan perjanjian kerja laut. Jika diperlakukan itu merupakan penghinaan atau merusak nama baik awak kapal maka awak kapal yang bersangkutan mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi atas penghinaan tersebut. b. Awak kapal berhak meminta izin mempelajari Perjanjian Kerja Laut dan melihat sijil anak buah kapal. c. Anak Buah kapal berhak mengadukan nakhoda kepada syahbandar atau konsul (di luar negeri) jika ternyata mereka diberi perintah oleh nakhoda yang bertentangan dengan hukum. d. Anak buah Kapal berhak mengetahui tujuan kapalnya. e. Bilamana 1/3 atau lebih anak buah kapal meminta untuk diadakan penyelidikan terhadap makanan tersebut harus diselidiki apakah pantas dan memenuhi syarat gizi atau sesuai dengan perjanjian. f. Jika makanan tidak diberikan, maka awak kapal berhak menuntut ganti rugi sesuai dengan nilai makanan yang tidak diberikan. g. Anak buah kapal berhak naik banding ke pengadilan Negeri atas hukuman yang dijatuhkan oleh nakhoda jika hukuman tersebut dianggap tidak sepatutnya. 18

25 6. Hak Pengangkutan a. Setelah berakhirnya PKL atau kapalnya musnah atau dimutasikan ke kapal (Lain) berhak atas angkutan cuma-cuma ke tempat dimana perjanjian kerja laut ditandatangani atau ke tempat tinggal awak kapal atau ke tempat lain yang dicantumkan dalam perjanjian. b. Pelaut Indonesia yang terlantar di luar negeri, berhak untuk mendapat pengangkutan pulang ke Indonesia, atas permintaan konsul Indonesia atau pejabat setempat. Berdasarkan PP No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan pasal 26 menerangkan bahwa : 1. Awak kapal yang habis masa kontrak kerjanya harus dikembalikan ke tempat domisilinya atau ke pelabuhan ditempat perjanjian kerja laut ditandatangani. 2. Jika awak kapal memutuskan hubungan kerja atas kehendak sendiri, pengusaha angkutan dibebaskan dari kewajiban pembiayaan untuk pemulangan yang bersangkutan. 3. Apabila masa kontrak dari awak kapal habis masa berlakunya pada saat kapal dalam pelayaran, awak kapal yang bersangkutan diwajibkan meneruskan pelayaran sampai di pelabuhan pertama yang disinggahi dengan mendapat imbalan upah dan kesejahteraan sejumlah hari kelebihan dari masa kontrak. 4. Biaya-biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (3), merupakan tanggungan pengusaha angkutan diperairan yang meliputi biaya-biaya pemulangan, penginapan dan makanan sejak diturunkan dari kapal sampai tiba ditempat domisilinya. d. Kewajiban Awak Kapal 1. Bekerja sekuat tenaga, wajib mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh nakhoda. 2. Tidak boleh membawa atau memiliki minuman keras, membawa barang terlarang, senjata di kapal tanpa izin nakhoda ( Pasal 391 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang). 3. Keluar dari kapal selalu dengan ijin nahkoda dan pulang kembali tidak terlambat (Pasal 385 Kitab Undang-undang Hukum Dagang). 4. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal dan muatan dengan menerima upah tambahan (Pasal 452/c Kitab Undang-undang Hukum Dagang). 19

26 5. Menyediakan diri untuk nakhoda selama 3 hari setelah habis kontraknya untuk kepentingan membuat kisah kapal (Pasal 452/b Kitab Undang-undang Hukum Dagang). 6. Taat kepada atasan, teristemewa menjalankan perintah-perintah nahkoda (Pasal 384 Kitab Undang-undang Hukum Dagang). 7. Kewajiban pelaut : Pasal 18ayat3 PP RI. No.7 tahun2000 adalah Melaksanakan tugas sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian, menanggung biaya yang timbul karena kelebihan barang bawaan di atas batas ketentuan yang ditetapkan perusahaan, mentaati perintah perusahaan dan bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian. Pekerjaan Awak kapal di jelaskan di dalam : a. Perjanjian kerja laut. b. Sijil awak kapal. c. Peraturan dinas di kapal yang di buat oleh Nakhoda. Hak Perusahaan adalah mempekerjakan pelaut sesuai perjanjian Kewajiban Perusahaan adalah memenuhi semua hak pelaut sesuai perjanjian. e. Kewajiban-kewajiban Nakhoda Nakhoda disamping hak-hak dan kewenangan jabatan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap kapal, anak buah kapal, pengusaha kapal, pemilik muatan, pemerintah atau terhadap keselamatan pelayaran. 1. Kewajiban sebelum berlayar nakhoda harus meyakinkan bahwa kapal berada dalam keadaan laik laut. 2. Kewajiban umum Nakhoda wajib mentaati peraturan-peraturan pengusaha selama tidak menyimpang dari Perjanjian Kerja Lautnya dan undang-undang atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lazim. 3. Kewajiban selama pelayaran. Nakhoda harus selalu berada di atas kapal selama pelayaran. 4. Kewajiban untuk memberikan pertolongan bagi orang-orang yang dalam bahaya di laut. 5. Kewajiban mengikuti haluan. 6. Kewajiban menyimpan dan merawat surat-surat kapal. 7. Kewajiban menyelenggarakan Buku Harian kapal. 8. Kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang berhak atas kapal. 9. Kewajiban mentaati perintah penguasa. 20

27 10. Kewajiban melaksanakan register hukum. 11. Berusaha melakukan perbaikan-perbaikan guna meneruskan pelayaran dengan cara bagaimanpun. Bilamana tidak bias mendapatkan biaya dari pengusaha atau tidak mendapatkan hubungan dengan pengusaha, misalnya menggadaikan kapalnya atau menjual sebagian muatan atau kapalnya untuk perbaikan guna meneruskan pelayaran. 12. Berusaha menyelamatkan kapalnya dari penghancuran atau penangkapan dari pihak lawan, jika negaranya dalam keadaan berperang, kemudian memasuki pelabuhan aman dan melaporkan keadaannya kepada pengusaha dan menunggu perintah selanjutnya. 13. Bertindak sebagai penuntut atau penggugat, apabila kapalnya disita atau ditahan oleh suatu negar dan melaporkannya kepada pengusaha. 14. Mengatur pekerjaan anak buah kapal sebaik-baiknya asal tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan umum pengusaha. 15. Menindak anak buah kapal atau penumpang yang melakukan pelanggaran demi terlaksananya tertib hukum dan disiplin. 16. Mengusahakan permakanan semua pelayar di atas kapal secara optimal. 17. Mengatur tempat tinggal anak buah kapal sesuai dengan persyaratan kesehatan dan peraturan yang berlaku. 18. Menyerahkan semua dokumen-dokumen kapal (surat-surat kapal, sertifikat-sertifikat) kepada pengusaha dengan mendapat tanda terima, setelah berakhir suatu pelayaran. f. Kewenangan lain dari Nahkoda 1. Dalam keadaan darurat berhak memakai bahan makanan milik pelayar. 2. Ditempat tidak ada perwakilan dapat mengadakan perlengkapan kapal. 3. Dalam keadaan mendesak diluar wilayah Indonesia berwenang menjual kapal. 4. Mempekerjakan atau menurunkan penumpang gelap. 5. Apabila dalam musyawarah dengan perwira diminta sumbangan pikiran nahkoda bebas untuk menerima atau mengabaikan saran tersebut. 21

28 6. Ditempat yang tidak ada perwakilan perusahaan nahkoda berhak menandatangani konosemen. 7. Menjatuhkan hukuman disipliner terhadap ABK berupa peringatan sampai pemotongan upah maximum 10 hari kerja. 8. Sebagai wakil dari pengusaha kapal. Pasal 143 UU RI No. 17 tahun 2008 tentang kepelautan menjelaskan bahwa :ayat (1)Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas pelanggaran yang dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang : a. Meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda; b. Tidak kembali ke kapal pada waktunya; c. Tidak melaksanakan tugas dengan baik; d. Menolak perintah penugasan; e. berperilaku tidak tertib; dan/atau f. berperilaku tidak layak. Nakhoda Ketentuan Pasal 341 dan Pasal 377 KUHD menyebutkan bahwa nahkoda adalah pemimpin kapal, yaitu seorang tenaga kerja yang telah menandatangani perjanjian kerja laut dengan perusahaan pelayaran sebagai nakhoda yang memenuhi syarat dan tercantum dalam sijil anak buah kapal sebagai nakhoda ditandatangani dengan mutasi dari perusahaan dan pencantuman namanya dalam surat laut. Nakhoda dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diatas kapal mempunyai jabatan penting. Tugas Nakhoda Secara Umum yaitu : 1. Pemimpin kapal. 2. Pemegang kewibawan umum di atas kapal. 3. Pegawai kepolisian atau abdi hukum/jaksa. 4. Pegawai pencatatan sipil. 5. Notaris. 6. Nakhoda sebagai wakil perusahaan. 7. Nakhoda sebagai wakil muatan. 1. Nahkoda sebagai Pemimpin kapal Tugasnya selaku pemimpin kapal, mengandung arti nahkoda merupakan pemimpin tertinggi dalam mengelola, melayarkan dan mengarahkan kapal tersebut. Mampu membawa kapal dengan selamat kepelabuhan tujuan, Mampu 22

29 mengurus kapal, penumpang dan muatan,mampu memelihara kapal agar tetap layak Laut, mampu mengelola tertib administrasi kapal. Demikian pula, setiap anak buah kapal akan turun ke darat bila kapal sedang berlabuh, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu kepada nakhoda, dan jika ijin tersebut ditolaknya, maka nakhoda harus menulis dalam buku harian kapal dengan alasan yang cukup sebagaimana ditentukan pada pasal 385 KUHD. Selain itu nakhoda harus melayarkan kapalnya dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, tepat waktu, praktis dan selamat. 2. Nahkoda sebagai pemegang kewibawaan umum di atas kapal a. Kewibawaan terhadap semua pelayar, artinya semua orang yang berada di kapal, wajib menuruti perintah-perintah nahkoda guna kepentingan keselamatan atau ketertiban umum. berwibawa terhadap semua orang di atas kapal demi keselamatan kapal. b. Kewibawaan disiplin terhadap anak buah kapal, artinya Berwibawa menegakan disiplin di atas kapal, para awak kapal berada dibawah perintah nahkoda. 3. Nahkoda sebagai kepolisian atau abdi hukum/jaksa Di tengah laut nahkoda wajib menyelidiki atau mengusut kejahatan yang terjadi di dalam kapalnya : a. Mengumpulkan bahan-bahan untuk proses verbal (mengumpulkan bahanbahan mengenai peristiwa yang terjadi). b. Menyita barang-barang bukti (menyita barang-barang yang dipakai dalam peristiwa itu). c. Mendengar para tertuduh dan saksi serta mencatat dalam berita acara keterangannya. d. Mengamankan tertuduh, mengambil tindakan terhadap tertuduh, menurut kebutuhan. Misalnya mengasingkan (menutup) di dalam kamar tertutup. e. Menyerahkan berkas, barang bukti dan tertuduh kepada polisi setibanya kapal kepada Pengadilan negeri di pelabuhan pertama yang disinggahi. Nahkoda wajib pula mencatat peristiwanya dan tindakan-tindakan yang telah diambilnya di dalam daftar hukuman. (Djoko Triyono, 2005:34). 4. Nahkoda sebagai pegawai catatan sipil Apabila selama dalam pelayaran ada seseorang anak lahir atau seseorang meninggal dikapal, nahkoda harus membuatkan akta-akta pencatatan sipil yang bersangkutan di dalam buku harian kapal. 23

30 a. Pada kelahiran Apabila ada seorang anak lahir, nahkoda harus membuat akta kelahiran didalam buku harian kapal, dalam waktu 24 jam, dengan dihadiri oleh si ayah dan dua orang saksi. b. Pada Kematian Apabila ada seorang meninggal dunia dikapal, nahkoda harus membuat akta kematian juga dalam waktu 24 jam dengan dihadiri pula oleh dua orang saksi. Sebab-sebab kematian tidak boleh disebutkan, karena sebab-sebab kematian hanya dapat diberikan oleh orang yang berwenang/ahli dengan otopsi. Nakhoda menyerahkan berita acara kepada catatan sipil di pelabuhan berikutnya atau kalau di luar negeri melalui perwakilan RI, baru dibuatkan akte kelahiran atau kematian. 5. Nakhoda menjabat sebagai wakil pengusaha kapal dalam hal : a. Penandatangan Perjanjian Kerja Laut. b. Pengaturan tugas anak buah kapal. c. penandatangan konosemen. d. pemungutan uang tambang atau upah-upah lain. e. memperlengkapi kapalnya untuk berlayar. f. sebagai tergugat dan penggugat untuk pengusaha dalam proses pengadilan. 6. Nakhoda sebagai wakil pemilik muatan Dalam beberapa kasus nakhoda dapat menjabat sebagai wakil pemilik muatan (pengirim atau penerima), hal ini terjadi jika : a. Jika kapal ditahan atau disita, nakhoda mengambil tindakan untuk menanggulanginya atas nama pemilik barang (KUHD pasal 369). b. Jika memerlukan biaya untuk muatan, nakhoda boleh menjual sebagian muatan (KUHD pasal 371). c. Pengganti Nakhoda : jika nakhoda berhalangan atau nakhoda tidak mampu memimpin kapal karena sesuatu hal, misalkan sakit dll, maka nakhoda di ganti oleh Mualim I. Jika Mualim I juga berhalangan misalnya untuk datang, maka diganti oleh Mualim lainnya berurutan menurut tingkatnya. Mualim yang dimaksud disini ialah Mualim yang berijazah yang mempunyai wewenang untuk itu. d. Mualim yang berwenang, sebab mungkin sekali di kapal ada mualim yang tidak berwewenang misalnya untuk sesuatu pelayaran dan untuk besar kapalnya tertentu hanya diwajibkan, nahkoda harus berijazah Mualim II. 24

31 C. Refleksi a. Berdasarkan pembahasan materi 1 tentang peraturan hak dan kewajiban Awak Kapal dapat disimpulkan sebagai berikut : Peraturan-peraturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban Awak kapal adalah : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan. 2. UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. UU RI No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 4. UU RI Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran. 5. UU RI No. 1 tahun 2008 tentang pengesahan ILO Convention No.185 Concering Revising The Seafarers Identity Documents Convention, 1958 (Konvensi ILO No. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958). 6. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) Buku Kedua. b. Hak Awak Kapal adalah mendapatkan gaji, cuti, makan dan tempat tinggal, perawatan pada saat sakit dan kecelakaan, hak menggugat dan menuntut, hak pengangkutan. c. Kewajiban Awak kapal adalah mentaati perintah perusahaan, bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian, melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang ditetapkan, mentaati semua perintah nakhoda (atasan), tidak membawa barang-barang terlarang. d. Pihak tenaga kerja di kapal atau awak kapal dan ABK seharusnya semakin menumbuhkan kesadaran hokum yang tinggi pada diri sendiri sehingga pelanggaran-pelanggaran di atas kapal tidak akan terjadi. Dengan adanya kesadaran hukum yang tinggi maka kinerja tenaga kerja tidak terganggu sehingga dapat terwujud situasi kerja yang saling menghormati, menghargai antara pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja atau awak kapal. e. Pihak Perusahaan, seharusnya lebih meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja di kapal atau awak kapal dan ABK dan keluarganya. Salah satunya dengan mengingat resiko bahaya dalam berlayar dan jauh dari keluarga. Dan harusnya pihak perusahaan lebih menaikkan upah kerja. f. Pihak Pemerintah, hendaknya dapat merespon dan lebih memperhatikan nasib para tenaga kerja baik yang di darat maupun yang dilaut. Dan lebih aktif untuk mengadakan pengawasan agar tenaga kerja dapat memperoleh hak mereka sesuai dengan sifat pekerjaan yang mereka lakukan. Dan lebih 25

32 memperhatikan terhadap segala permasalahan yang dialami oleh Perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi laut maupun darat. D. Tugas Tugas individu : Siswa diminta untuk mempelajari kegiatan pembelajaran 1, kemudian membuat resume dari materi yang sudah dipelajari. Tugas Kelompok : Untuk memahami materi 1, siswa diminta untuk tampil bersama kelompoknya melakukan role play (bermain peran) beberapa naskah drama yang diberikan oleh guru yang berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari (naskah terlampir). Kemudian tiap kelompok menyimpulkan isi dari naskah drama. Laporkan hasil kegiatanmu kepada guru pembimbing. Skenario Dialog I. (siswa dapat memahami syarat-syarat menjadi awak kapal (pelaut) atau yang ingin bekerja ke laut). Amir adalah seorang pelaut yang berhasil, ia bekerja di kapal ikan/kapal kargo di negara Spanyol. Amir mendapatkan cuti dan pulang ke Indonesia. Sesampainya di kampung halaman, ia bertemu dengan sahabatnya Darto. Darto : Apa kabar Amir? kapan datang ke Indonesia? Amir Darto : Kabar baik, saya datang sore kemarin. Bagaimana kabar kamu? : Kabar saya baik juga. Amir : Apa kegiatan kamu sekarang? 26 Darto Amir Darto Amir Darto Amir : Masih menganggur, (sambil menarik nafas panjang). : Mau kan kamu bekerja bersama saya ke negara Spanyol? Sebagai seorang nelayan. : Mau....mau..mau....!!!! apa persyaratannya. : Persyaratannya mudah, pertama bekerja keras pantang menyerah, disiplin. Kedua kamu harus punya dokumen atau sertifikat kepelautan, yang harus dimiliki yaitu sertifikat kepelautan Basic Safety Trainning (BST), sertifikat BST ini sebagai syarat kamu untuk membuat buku pelaut, lalu kamu urus passport. : baiklah mulai besok saya akan daftar BST, dimana ya? : kamu daftar saja di SMKN 1 Mundu Cirebon, dan disana bias juga dengan pembuatan buku pelautnya.

33 Darto : besok saya akan ke Mundu, terima kasih kawan. Pada saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba handphone Amir berbunyi, lalu Amir menjawab nada panggilan dari handphone nya. Agen : hallo, assalamu alaikum. Amir : wa alaikum salam, dengan siapa ini? Agen : Budi dari PT. Internasioanal Maritim Jaya. Amir : oh iya pa Budi, gmn pa ada yang bisa saya bantu? Agen : tolong kamu carikan ABK untuk kapal ikan di negara Spanyol, nanti berangkatnya bersama kamu. Amir : kebetulan pa, ini ada sahabat saya, yang mau kerja di kapal ikan/kapal kargo, saya jamin teman saya ini orang siiip dah,....bagus pa orangnya. Agen : ya...sudah kalo begitu, kamu persiapkan saja segala persyaratannya, setelah komplit langsung kamu ajak temanmu itu ke Jakarta untuk pengurusan visa, gaji dan sebagainnya, ok? Amir : ok kalo begitu pa...selamat siang. Dialog 2 : (Siswa dapat memahami Hak-hak dan kewajiban sebagai seorang awak kapal) Satu bulan kemudian Amir membawa Darto ke PT. Internasional Maritim Jaya, sesampainya di kantor mereka langsung menemui Bapak Budi. Amir : Selamat siang Pak? Budi : Selamat siang, silahkan masuk, (kemudian keduanyabersalaman dan Pak Budi mempersilahkan duduk kepada Amirdan Darto). Amir : Pak, kenalkan ini Darto, yang satu bulan saya perkenalkan kepada Bapak lewat telepon. Darto : Saya Darto Pak, ini persyaratannya (sambil mengeluarkan map yang isinya sertifikat BST, buku pelaut), (Pak Budi meneliti isi map) Budi : Selain persyaratan kamu harus membayar uang administrasi Darto : sebesar Rp ,00 (kemudian Pak Budi menjelaskan penggunaan uang tersebut). Pak Budi Apa hak-hak dan kewajiban saya sebagai anak buah kapal di negara Spanyol. Budi : Hak yang kamu peroleh, kamu akan mendapatkan gaji (upah, bonus, asuransi, uang lembur), makan, cuti, tempat tinggal, perawatan kesehatan jika sakit atau kecelakanan, hak 27

34 pemulangan atau pengangkutan. (Darto menyimak penjelasan yang diutarakan Pak Budi). Darto : Kalau kewajiban-kewajiban yang harus saya lakukan apa Pak? (tanya Darto). Budi : (Pak Budi menjelaskan kewajiban-kewajiabn ABK kepada Darto) Kewajiban-kewajiban kamu adalah kamu harus taat kepada perintah atasan, teristimewa terhadap perintah nakhoda, kamu harus meminta izin pada saat meninggalkan kapal, melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh nakhoda, membantu menyelamatkan kapal, penumpang dan muatannya dalam kecelakaan kapal, berperilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal, melakukan tugas dengan penuh dedikasi (Darto menyimak penjelasan dari pak Budi dengan penuh perhatian). Dialog 3 (Siswa memahami jabatan-jabatan kepelautan) Satu bulan kemudian Amir beserta Darto sudah berada di negara Spanyol, dan bertemu dengan nakhoda kapal (Amir memperkenalkan Darto kepada nakhoda dalam bahasa Spayol, lalu diterjemahkan kepada Darto). Darto : Apa yang kamu bicarakan Amir? Amir : Mr. Captain menceritakan bahwa kamu disini sebagai ABK, selain gaji, kamu juga akan mendapatkan bonus setiap satu ton hasil tangkapan akan mendapatkan bonus uang sebesar $ 50. Kemudian Amir menjelaskan jabatan-jabatan yang ada di kapal, Darto kemudian diperkenalkan kepada perwira deck yang berasal dari Indonesia yang bernama Syamsul. Amir : Mas Syamsul kenalkan ini Darto, yang saya bawa dari kampung. Syamsul : Darto, tugas kamu disini adalah sebagai ABK yang melayani, penyortiran hasil tangkapan dan membersihkan deck, setelah proses penyortiran. Darto : Baik Mas Syamsul. Syamsul : saya harap kamu dapat bekerja dengan baik, penuh rasatanggung jawab dan dengan disiplin yang tinggi, dengan modal itu saya yakin kamu akan menjadi pelaut yang sukses. Darto : Baik mas, terima kasih. 28

35 Perhatian(1) Disiplin (2) Tekun (3) Aktif Mendengar dan Bertanya (4) E. Tes Formatif a. Tuliskan peraturan-peraturan yang mengatur hak dan kewajiban Awak kapal! b. Tuliskan syarat-syarat bekerja di laut! c. Tuliskan dan Jelaskan jabatan kepelautan! d. Tuliskan Hak-hak awak kapal! e. Jelaskan Hak atas upah seorang awak kapal! f. Jelaskan Hak atas tempat tinggal dan makan seorang awak kapal! g. Jelaskan Hak atas cuti seorang awak kapal! h. Jelaskan Hak awak kapal waktu sakit atau kecelakaan! i. TuliskanTugas atau Jabatan-jabatan seorang nakhoda! j. Tuliskan kewajiban dan wewenang dari seorang nakhoda! Penilaian A. Sikap Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung Lembar Penilaian Sikap No Nama Siswa Kriteria Penilaian Jumlah skor Ket Keterangan Skor Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 =kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. 29

36 Kerja sama Mengkomunikasikan pendapat Toleransi Keaktifan Menghargai pendapat teman Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Peserta didik memperoleh nilai : 1. Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor 3.66 s.d Baik (B) : apabila memperoleh skor 2.66 s.d Cukup (C) : apabila memperoleh skor 1.66 s.d Kurang (K) : apabila memperoleh skor < B. Pengetahuan Nilai diperoleh dari Pengamatan selama proses diskusi kelompok, presentasi dan tes tertulis dan penugasan. Pedoman penilaian : Nilai untuk Keterampilan menggunakan penilaian kuantitatif 1-4 : a. Sangat Baik = 4 b. Baik = 3 c. Cukup = 2 d. Kurang = 1 C. Keterampilan Nilai diperoleh dari penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) pada saat diskusi, dan presentasi (bermain peran). a. Rubrik kegiatan Diskusi No Nama Siswa Aspek Penilian Jml Skor Nilai Ket 1 2 dst 30

37 Komuni Kasi Sistematika penyampaian Wawasan Keberanian Antusias Gesture dan penampilan Keterangan Skor : Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadangkadang tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : b. Rubrik Penilaian Presentasi No Nama Aspek Penilaian Ʃ Nilai Ket Siswa Skor dst Keterangan Skor : kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. 31

38 Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Keterangan Skor c. Lembar Pengamatan Bermain Peran Kelompok /Kelas :... Kegiatan : Bermain peran /role play Tema /KD :... Nama Partisipasi Aspek Penilaian Penghayatan peran Kerjasama Rata-Rata Nilai dst Pedoman Penskoran Aspek Penilaian Deskripsi Nilai Keterlibatan dalam bermain Partisipasi peran Peran dari tokoh yang diperankan Penjiwaan terhadap tokoh Penghayatan Peran Kesesuaian kostum tokoh Semangat bermain peran Membantu teman Kerjasama Tenggang rasa dengan teman

39 Kriteria Pencapaian Kompetensi /Ketuntasan Belajar Aspek Pengetahuan 1-4 Predikat Keterampilan 1-4 Predikat Sikap SB/ B/ C/ K Keterangan KKM Pengetahuan dan Keterampilan KKM > 2.66 KKM Sikap : Baik Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM > 2.66, maka anda dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi apabila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM < 2.66 maka anda dinyatakan belum tuntas, maka anda harus mengulangi mulai dari kegiatan belajar, terutama pada bagian yang masih belum anda kuasai. 33

40 2.2 Kegiatan Pembelajaran 2 : PKL (Perjanjian Kerja Laut) Deskripsi Pelayaran (Shipping) sebagai salah satu kegiatan di laut khususnya pelayaran niaga nasional, baik pelayaran luar negeri maupun pelayaran dalam negeri, merupakan sektor yang penting dalam menggerakkan dan meningkatkan perekonomian atau perdagangan internasional suatu negara serta faktor pemersatu bangsa. Masalah dibidang pelayaran tidak berdiri sendiri karena terkait dengan beberapa aspek. Oleh karena itu untuk terciptanya kegiatan pelayaran yang handal, diperlukan faktor-faktor pendukung yang kondusif, meliputi aspek publik seperti tersedianya armada kapal niaga yang cukup, laik laut dan sesuai dengan perkembangan perdagangan serta teknologi modern; tersedianya kapal perikanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi; keselamatan pelayaran-navigasi; awak kapal yang handal; kepelabuhanan; galangan kapal atau reparasi kapal, industri permesinan; pendaftaran kapal. Sedangkan aspek keperdataaan seperti perjanjian pengangkutan di laut; asuransi laut; hipotik atas kapal; Perjanjian Kerja Laut (PKL). Dalam rangka memperlancar pembangunan di Indonesia perlu untuk memperhatikan di sektor perhubungan laut atau pelayaran dan serta di susun system transportasi yang baik dengan memperhatikan sumberdaya manusia. Negara Republik Indonesia adalah negara yang terbesar dalam menyediakan tenaga kerja bidang kelautan atau pelayaran dan untuk menjamin perlindungan ketenaga kerjaan di bidang ini pemerintah berkewajiban untuk membentuk undang-undang pelayaran yang tidak lepas dari perjanjian internasional. Untuk melindungi tenaga kerja pelaut Indonesia, yang bekerja di kapalkapal bendera asing maupun Indonesia dalam memberikan kemudahan untuk dapat ijin turun ke darat (landing shore pass) diperlukan suatu bentuk standar internasional. Indonesia sebagai negara anggota ILO, telah meratifikasi beberapa konvensi ILO dalam rangka penerapan standarstandar internasional dan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia. LO Convention NO. 185 Concering Revising Seafarers Identity Document Convention, 1985 (Konvensi ILO NO. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958) merupakan salah satu instrumen yang memberikan perlindungan dan kemudahan bagi tenaga kerja 34

41 pelaut dalam menjalankan profesinya dengan menggunakan identitas diri pelaut yang berstandar internasional. Selain itu, sesuai dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang menyatakan bahwa setiap calon tenaga kerja Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan mengingat tenaga kerja pelaut merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia, maka para tenaga kerja pelaut ini wajib dilindungi yang dalam hal dokumen identitas pelaut, yang merupakan bentuk lain dari Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Indonesia perlu meratifikasi Konvensi ILO NO. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 2 siswa diharapkan mampu : a. Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai dan mempelajari Perjanjian Kerja Laut (PKL) sebagai sarana menyajikan informasi secara lisan dan tulisan. b. Bersikap cermat, teliti dan bertanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran Perjanjian c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran Perjanjian Kerja Laut. d. Bersikap jujur, disiplin serta bertanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran Perjanjian Kerja Laut. e. Menjelaskan pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL). f. Menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam PKL. g. Menjelaskan jenis-jenis (bentuk-bentuk) PKL. h. Menjelaskan isi PKL. i. Menjelaskan keuntungan dari PKL kolektif (Kesepakatan Kerja Bersama). j. Menjelaskan berakhirnya PKL. 35

42 B. Uraian Materi Perjanjian Kerja Laut (PKL) a. Pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL) Mengenai Perjanjian Kerja Laut diatur dalam BAB IV, Buku II KUHD Pasal 395 sampai 465 (70 buah pasal). Pasal 395 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Laut adalah perjanjian yang diadakan antara seorang pengusaha perkapalan pada satu pihak dengan seorang buruh di pihak lain, di mana yang terakhir ini mengikat dirinya untuk melakukan pekerjaan dalam dinas pada pengusaha perkapalan dengan mendapat upah sebagai nakhoda atau anak buah kapal. (KUHD 341,375, 399 dst.) terhadap perjanjian kerja antara majikan lain dan seorang buruh di mana yang terakhir ini mengikat diri untuk melakukan dinas anak buah kapal berlaku selama waktu buruh itu terdapat dalam daftar anak buah kapal, ketentuan bab ini, kecuali pasal-pasal dan 404. (KUHD 375 dst., 396, , 408 dst., 413 dst.; KUHP 567.) Pasal 396 KUHD Terhadap Perjanjian Kerja Laut di samping ketentuan bab ini berlaku ketentuan-ketentuan dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Ketiga, Bab VIIA Bagian ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 bila berlakunya itu tidak dilarang. (KUHD 402, 4042, 4104, 416h, 4205, 4282, 4292, 4302, 4352, 4413, 444, 4452, 4463, 4482, 4493, 4504, 452c2, 452d.) Pasal 397 KUHD Selama perjalanan, nakhoda mewakili pengusaha kapal dan majikan lainnya yang buruhnya bekerja di kapal yang dipimpinnya dalam melaksanakan perjanjian kerja yang diadakan dengan mereka. (KUHD 341a, 405, 5302.) Pasal 398 KUHD Perjanjian Kerja Laut dapat diadakan untuk waktu tertentu, untuk satu perjalanan atau lebih, untuk waktu yang tidak tertentu atau sampai pemutusan perjanjian. (KUHPerd. 1603g; KUHD 405.) Pasal 399 KUHD Perjanjian kerja antara pengusaha kapal dan seorang buruh yang akan bertindak sebagai nakhoda atau perwira kapal, harus diadakan secara tertulis dengan ancaman hukuman jika perjanjian kerja menjadi batal. 1. Perjanjian Kerja Laut atau PKL adalah perjanjian yang dibuat antara seorang pengusaha kapal di suatu pihak dengan seorang buruh di pihak lain, dengan mana pihak tersebut 36

43 menyanggupi untuk di bawah perintah pengusaha itu melakukan pekerjaan dengan mendapat upah baik sebagai nakhoda atau anak buah kapal (KUHD Pasal 395). 2. Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian kerja perorangan yang di tanda tangani oleh Pelaut Indonesia dengan pengusaha angkutan di perairan (PP. 7 Tahun 2000 Pasal 1 tentang Kepelautan). 3. Menurut KUHD PKL antara pengusaha harus dibuat tertulis tapi tidak harus di hadapkan kepada pejabat pemerintah, tapi PKL untuk anak kapal harus tertulis dan dibuat dihadapkan pejabat pemerintah. 4. Tapi sesuai peraturan pemerintah No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan, semua PKL harus di ketahui pejabat pemerintah yang di tunjuk oleh Menteri. 5. Selain dari PKL kita mengenal Perjanjian Kerja Kolektif (PKK) atau di sebut juga Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yaitu perjanjian antara satu atau beberapa pengusaha kapal dengan satu atau beberapa organisasi perburuhan. 6. Pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan : Persetujuan perburuhan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. 7. Pengertian Perjanjian Kerja laut diatur dalam Pasal 395 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Jadi, secara singkat perjanjian kerja laut dapat dikatakan sebagai perjanjian kerja yang dibuat antara seorang majikan atau pengusaha kapal dengan seseorang yang mengikatkan diri untuk bekerja padanya, baik nakhoda atau anak kapal dengan menerima upah dan perjanjian tersebut harus dibuat atau ditandatangani dihadapan pejabat yang ditunjuk pemerintah serta pembuatannya harus pula menjadi tanggung jawab perusahaan pelayaran. Maksud dari perjanjian kerja dibuat di hadapan pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah (administratur pelabuhan) adalah agar pembuatan akta 37

44 perjanjian tersebut harus berdasarkan atas kemauan kedua belah pihak atau tanpa adanya paksaan dan dalam perjanjian tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku. Dengan demikian dalam pelaksanaannya administratur pelabuhan harus memberitahu yang seterang-terang nya. Melakukan perjanjian kerja laut antara pengusaha kapal dengan nakhoda atau perwira kapal harus dibuat secara tertulis, supaya dianggap sah (berlaku) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 399 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). 8. Melakukan perjanjian kerja laut antara pengusaha kapal dengan anak kapal harus dibuat dihadapan anak kapal, dihadapan syahbandar atau pegawai yang berwajib dan ditandatangani olehnya, pengusaha kapal dan anak buah kapal tesebut (Pasal 400 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). 9. Disamping syarat tertulis perjanjian kerja laut harus memenuhi pula ketentuan yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, antara lain: a. Adany kesepakatan atau kemauan secara sukarela dari kedua belah pihak. b. Masing-masing mempunyai kecakapan untuk bertindak. c. Persetujuan mengenai atau mengandung suatu hak tertentu. d. Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. b. Faktor yang penting diperhatikan saat penandatanganan PKL antara lain : 1. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (terkait financial dan aturan yang mengikatnya). 2. Pengawasan (penilaian kerja). 3. Gaji (gaji pokok, uang lembur, fee, bonus, tunjangan dll). 4. Hubungan antar pribadi (struktur organisasi di kapal dan perusahaan). 38

45 5. Kondisi pekerja (jaminan penempatan sesuai keahlian dan keterampilannya). 6. Keamanan kerja (jaminan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan di atas kapal). PKL antara pengusaha kapal dengan awak kapal pada dasarnya adalah ikatan kerja berdasarkan perjanjian keperdataan, yaitu pihak-pihak yang terlibat tidak dapat dipaksakan melalui tindakan kepolisian untuk mentaati perjanjian. Pada umumnya sanksi yang diberikan adalah dikenakan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. c. Bentuk-bentuk atau Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut : 1. Perjanjian kerja laut dapat dilakukan untuk 3 macam ikatan kerja (pembagian berdasarkan waktu terbagi 3 ) (Pasal 398 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang): a. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tertentu atau perjanjian kerja laut periode, misal: untuk 2 (dua) tahun, 5(lima) tahun atau 10(sepuluh) tahun, dan lain-lain. Dalam perjanjian ini para pihak telah menentukan secara tegas mengenai lamanya waktu untuk saling mengikatkan diri, dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Pada Perjanjian Kerja Laut ini biasanya disebutkan atau ditentukan juga kapal dan trayeknya. b. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tidak tertentu.. Dalam perjanjian ini hubungan kerja berlaku terus sampai ada pengakhiran oleh para pihak atau sebaliknya hubungan kerja berakhir dalam waktu dekat (besok), besok lusa dan sebagainya jika memang salah satu pihak ataupun para pihak menghendakinya. Perjanjian Kerja Laut yang tidak ditetapkan masa berlakunya. Dalam perjanjian kerja laut jenis ini berakhirnya sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak c. PKL yang diselenggarakan untuk satu atau beberapa perjalanan atau trip adalah perjanjian kerja laut yang diselenggarakan berdasarkan pelayaran yang diadakan perusahaan pelayaran dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. 39

46 2. PKL jika ditinjau dari sudut perbedaan perjanjian kerja laut dalam Undangundang, yaitu menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah untuk melakukan pemutusan hubungan kerja,maka perjanjian kerja laut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Perjanjian kerja laut untuk nahkoda. b. Perjanjian kerja laut untuk anak buah kapal. Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah untuk pemutusan hubungan kerja. 3. PKL dilihat dari pihak yang mengikatkan diri, perjanjian kerja laut terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. Perjanjian kerja laut pribadi atau perseorangan, yaitu perjanjian kerja laut yang dibuat antara seorang tenaga kerja dengan perusahaan pelayaran. b. Perjanjian kerja laut kolektif atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yaitu perjanjian kerja laut yang dibuat antara perusahaan pelayaran atau gabungan perusahaan pelayaran dengan gabungan tenaga kerja (anak buah kapal), dengan syarat masing-masing pihak harus berbentuk badan hukum. Atau Perjanjian Kerja Laut antara majikan atau gabungan dari majikan dengan gabungan pelaut. Kedua belah pihak harus berbentuk badan hukum. Perjanjian ini pada hakekatnya belumlah Perjanjian Kerja dengan pelaut, jadi perjanjian kerja secara individu masih harus dibuat. Akan tetapi isi perjanjian kerja dengan individu pelaut kemudian tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja laut kolektif. Bilamana ada pertentangan yang dapat mengakibatkan dibatalkannya perjanjian tersebut. Perjanjian Kerja Laut Kolektif sangat menguntungkan buruh (pelaut), sebab mereka berunding dengan majikan sebagai satu kesatuan, yaitu organisasi yang sah dan diakui (di Indonesia : Kesatuan Pelaut Indonesia), sehingga tidak mudah ditekan oleh majikan, karena jika perundingan atau musyawarah mendapat jalan buntu, secara kuantitatif majikan akan lebih banyak menderita rugi daripada pelautnya, karena kapalnya tidak beroperasi. Namun demikian majikan juga mendapat keuntungan berupa kepastian mengenai syaratsyarat kerja, sehingga tidak dapat pula dituntut perubahan-perubahan oleh pelaut setiap waktu sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja laut Kolektif tersebut. Kedua belah pihak tidak perlu berunding setiap waktu 40

47 dan kedua belah pihak dapat bekerja dengan tenang tanpa kecurigaan akan sesuatu pihak untuk mengambil kesempatan dalam hal-hal yang menyulitkan pihak yang lain. Pelaut juga mendapat keuntungan berupa jaminan lapangan kerja yang merata, sebaliknya majikan juga mendapat jaminan penyediaan pelaut, sehingga kurang kemungkinan terhalangnya operasi kapal, disebabkan karena kekurangan pelaut yang tersedia. Jika sistem ini telah diterapkan benar-benar secara konsisten, maka tidak akan ditemui lagi pelaut perusahaan, sebab semua pelaut tidak terikat dengan perusahaan pelayaran, akan tetapi kepada organisasi pelautnya. Dengan demikian masing-masing pelaut akan mendapat pengalaman yang seragam atau hampir seragam, sehingga istilah pelaut domestik dan pelaut internasional tidak mungkin kita temui lagi. Untuk perusahaanpun dapat menyeragamkan ongkos exploitasi perusahaannya dengan perusahaan lain, paling kurang dalam bidang pembiayaan personil, yang di negara-negara yang sudah berkembang merupakan Keuntungan dari KKB (Kesepakatan Kerja Bersama atau PKL Kolektif) adalah : a. Persyaratan kerja sudah di tentukan. b. Berlaku secara luas dan dalam waktu tertentu. c. Pelaut tidak harus bernegosiasi setiap pembutan PKL karena PKL tidak boleh bertentangan dengan KKB. d. Jaminan lapangan kerja lebih merata. Menurut UU RI. NO. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran (Sijil Awak Kapal) Pasal 224 : 1. Setiap orang yang bekerja di kapal dalam jabatan apa pun harus memiliki kompetensi, dokumen pelaut, dan disijil oleh Syahbandar. 2. Sijil Awak Kapal dilakukan dengan tahapan : a. penandatanganan perjanjian kerja laut yang dilakukan oleh pelaut dan perusahaan angkutan laut diketahui oleh Syahbandar; dan b. berdasarkan penandatanganan perjanjian kerja laut, nakhoda memasukkan nama dan jabatan awak kapal sesuai dengan kompetensinya ke dalam buku sijil yang disahkan oleh Syahbandar. 41

48 Isi Perjanjian Kerja Laut (PKL) Isi dari Perjanjian Kerja Laut (Pasal 401 Kitab Undang-undang Hukum Dagang) antara lain : a. Nama lengkap, tanggal lahir dan tempat kelahiran dari anak kapal. b. Tempat dan tanggal dilakukan perjanjian. c. Jenis PKL d. Dikapal mana ia akan bekerja. e. Perjalanan-perjalanan yang akan ditempuh. f. Sebagai apa ia dipekerjakan atau jabatan tenaga kerja di kapal, baik sebagai nahkoda atau anak buah kapal. g. Pernyataan yang berisi : apakah tenaga kerja tersebut mengikatkan diri untuk tugas-tugas lain selain tugas di kapal. h. Nama syahbandar yang menyaksikan atau mengesahkan perjanjian kerja laut itu. i. Gaji atau upah dan jaminan-jaminan lainnya selain yang harus atau diharuskan oleh Undang-undang. j. Saat perjanjian kerja laut itu dimulai. k. Pernyataan yang berisi : Undang-undang atau peraturan yang berlaku dalam penentuan hari libur atau cuti. l. Hak dan kewajiban pelaut. m. Hak dan kewajiban pengusaha. n. Tanda tangan tenaga kerja, pengusaha pelayaran dan syahbandar. o. Tanggal ditandatanganinya atau disahkannya perjanjian kerja laut tersebut. p. Perihal pengakhiran hubungan kerja. q. Penyelesaian perselisihan (PP No. 7 tahun 2000) r. Jabatan pelaut di kapal s. Tanda tangan buruh, majikan dan syahbandar t. Tanggal di tanda tanganinya atau disyahkannya perjanjian kerja laut. Berlakunya Perjanjian Kerja Laut adalah seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau setelah pelaut terdaftar dalam sijil anak buah kapal. Jika tidak ada keterangan apa-apa, maka Perjanjian Kerja Laut berlaku mulai tanggal penanda tanganan (pasal 408 dan 413 KUHD). 42

49 Mengakhiri Hubungan Kerja (Berakhirnya PKL ) Akhir perjanjian kerja laut dapat terjadi beberapa alasan, alasan yang wajar (biasa) atau secara sah a. waktu perjalanan berakhir. Jika waktu perjanjian berakhir pada waktu kapal sedang dalam pelayaran, maka perjanjian kerja laut dianggap berlaku sampai di pelabuhan berikutnya, dimana perjanjian kerja boleh berakhir. Dalam hal ini perjanjian boleh diteruskan dengan syarat-syarat yang sama dengan PKL yang lama (PKL yang lama masih berlaku). b. Pelaut meninggal dunia. c. Persetujuan kedua belah pihak. d. Jika perjanjian tidak sah. e. Jika salah satu pihak tidak setuju selama dalam jangka akte percobaan (tiga bulan menurut undang-undang perburuhan). f. Perusahaan likwidasi. Alasan mendesak bagi majikan ialah tindakan, sifat atau perilaku buruh yang mengakibatkan bahwa dari pihak majikan secara wajar tidak dapat dibenarkan (tolelir) untuk hubungan kerja selanjutnya misalnya : a. Pelaut menipu waktu pembuatan PKL (penipuan dengan memberikan keterangan palsu seperti ijazah, surat-surat dan bukti-bukti palsu). b. Tidak cakap untuk melakukan tugasnya. c. Suka mabuk, madat dan perbuatan buruk lainnya. d. Mencuri atau melakukan penggelapan. e. Menganiyaya, menghina majikan atau teman kerja. f. Menolak perintah majikan atau atasan. g. Membawa barang selundupan. h. Sipelaut memberikan keterangan-keterangan palsu atau menyesatkan, sehubungan dengan pekerjaan. i. Pelaut kurang pander atau tidak cakap. j. Pelaut melakukan pencurian, penggelapan, penipuan atau kejahatankejahatan lain. k. Pelaut dengan sengaja merusak milik majikan atau mengancam majikan walaupun telah diperingatkan. l. Pelaut sangat melalaikan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya sesuai dengan persetujuan. m. Membocorkan rahasia perusahaan. 43

50 Alasan mendesak dari pihak buruh adalah : a. Majikan menganiaya, mengancam secara kasar. b. Membujuk untuk membuat hal hal yang bertentangan dengan undang undang. c. Tidak membayar upah pada waktunya. d. Melalaikan kewajiban yang di beban kan pada PKL. e. Bila kapal di operasikan untuk penyelundupan. f. Bila makanan tidak layak. g. Bila tempat tinggal tidak memenuhi syarat sehingga mempengaruhi kesehatan h. Buruh sakit menjadi tidak mampu bekerja i. Bila kapal kehilangan hak atas negara bendera. j. Bila PKL dibuat satu/beberapa perjalanan, sedangkan majikan menyuruhmelakukan perjalanan lain. k. Bila majikan member tugas yang bertentangan dengan perjanjian dan undangundang. l. majikan menyuruh kapal berlayar ke wilayah perang. m. Majikan memerintahkan buruh bekerja pada majikan lain yang tidak diperjanjikan. n. Bila kapal dipergunakan untuk perdagangan budak, pembajakan atau pengangkutan barang-barang yang dilarang. Bila PKL ingin di putuskan dengan alasan mendesak maka harus di sampaikan secepat mungkin kepada pihak lain. Apabila tidak di sampaikan secepat mungkin maka alasan mendesak berubah jadi alasan penting. Untuk pemutusan dengan alasan penting harus di ajukan melalui Pengadilan Negeri atau kalau di luar negeri melalui perwakilan RI. Pemutusan hubungan kerja juga sah, jika : a. dengan ganti rugi, ganti biaya plus bunga uang. b. pelaut mendapat pekerjaan lain yang lebih tinggi gaji atau jaminannya, asal pelaut dapat mencarikan penggantinya, akan tetapi dengan syarat bahwa perjanjian kerja laut yang telah ditanda tangani tersebut jangka waktunya kurang satu tahun. 44

51 C. Refleksi Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan Hukum Maritim dalam Perjanjian Kerja Laut dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Para tenaga kerja (pelaut) perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan sosial berupa kontrak kerja yang bisa menjamin kesejahteraan mereka. b. Khusus untuk para pekerja di atas kapal harus mendapatkan jaminan ekstra berupa jaminan kesehatan dan keselamatan. c. Pihak pihak yang terlibat dalam Perjanjian Kerja Laut adalah calon pelaut, nakhoda, perusahaan dan pejabat pemerintah yang ditunjuk (syahbandar). d. Pengertian PKL adalah perjanjian yang dibuat antara seorang pengusaha kapal di suatu pihak dengan seorang buruh di pihak lain, dengan mana pihak tersebut menyanggupi untuk di bawah perintah pengusaha itu melakukan pekerjaan dengan mendapat upah baik sebagai nakhoda atau anak buah kapal (KUHD ps 395). e. Isi dari Perjanjian Kerja Laut (PKL) : 1. Nama lengkap, tanggal lahir dan tempat kelahiran dari anak kapal. 2. Tempat dan tanggal dilakukan perjanjian. 3. Jenis PKL. 4. Dikapal mana ia akan bekerja. 5. Perjalanan-perjalanan yang akan ditempuh. 6. Sebagai apa ia dipekerjakan atau jabatan tenaga kerja di kapal, baik sebagai nahkoda atau anak buah kapal. 7. Pernyataan yang berisi : apakah tenaga kerja tersebut mengikatkan diri untuk tugas-tugas lain selain tugas di kapal. 8. Nama syahbandar yang menyaksikan atau mengesahkan perjanjian kerja laut itu. 9. Gaji atau upah dan jaminan-jaminan lainnya selain yang harus atau diharuskan oleh Undang-undang. 10. Saat perjanjian kerja laut itu dimulai. 11. Pernyataan yang berisi : Undang-undang atau peraturan yang berlaku dalam penentuan hari libur atau cuti. 12. Hak dan kewajiban pelaut. 13. Hak dan kewajiban pengusaha. 45

52 14. Tanda tangan tenaga kerja, pengusaha pelayaran dan syahbandar. 15. Tanggal ditandatanganinya atau disahkannya perjanjian kerja laut tersebut. 16. Perihal pengakhiran hubungan kerja. 17. Penyelesaian perselisihan (PP No. 7 tahun 2000) f. Bentuk-bentuk atau Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut Perjanjian Kerja Laut dapat dilakukan untuk 3 macam ikatan kerja (Pasal 398 Kitab Undang-Undang HukumDagang) : 1. Pembagian PKL berdasarkan waktu atau periode yaitu ada 3 : a. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tertentu atau perjanjian kerja laut periode, misal: untuk 2 (dua)tahun, 5 (lima)tahun atau 10 (sepuluh) tahun, dan lain-lain. Dalam perjanjian ini para pihak telah menentukan secara tegas mengenai lamanya waktu untuk saling mengikatkan diri, dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Pada perjanjian kerja laut ini biasanya disebutkan atau ditentukan juga kapal dan trayeknya. b. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tidak tertentu, dalamperjanjian ini hubungan kerja berlaku terus sampai ada pengakhiran oleh para pihak atau sebaliknya hubungan kerja berakhir dalam waktu dekat (besok), besok lusa dan sebagainya jika memang salah satu pihak atupun para pihak menghendakinya. Perjanjian Kerja Laut yang tidak ditetapkan masa berlakunya. Dalam Perjanjian Kerja Laut ini berakhirnya sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. c. PKL yang diselenggarakan untuk satu atau beberapa perjalanan atau trip adalah perjanjian kerja laut yang diselenggarakan berdasarkan pelayaran yang diadakan perusahaan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. 2. PKL jika ditinjau dari sudut perbedaan Perjanjian Kerja Laut dalam Undang-Undang, yaitu menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah untuk melakukan pemutusan hubungan kerja, maka Perjanjian Kerja Laut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Perjanjian Kerja Laut untuk nahkoda. b. Perjanjian Kerja Laut untuk anak buah kapal. Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah untuk pemutusan hubungan kerja. 46

53 3. PKL dilihat dari pihak yang mengikatkan diri, Perjanjian Kerja Laut terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. Perjanjian Kerja Laut pribadi atau perseorangan, yaitu Perjanjian Kerja Laut yang dibuat antara seorang tenaga kerja dengan perusahaan pelayaran. b. Perjanjian Kerja Laut kolektif atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yaitu Perjanjian Kerja Laut yang dibuat antara perusahaan pelayaran atau gabungan perusahaan pelayaran dengan gabungan tenaga kerja (anak buah kapal), dengan syarat masing-masing pihak harus berbentuk badan hukum. Atau Perjanjian Kerja Laut antara majikan atau gabungan dari majikan dengan gabungan pelaut. Kedua belah pihak harus berbentuk badan hukum. Perjanjian ini pada hakekatnya belumlah perjanjian kerja dengan pelaut, jadi perjanjian kerja secara individu masih harus dibuat. Pihak tenaga kerja dikapal anak buah kapal (ABK) seharusnya semakin menumbuhkan kesadaran hukum yang tinggi pada diri sendiri sehingga pelanggaranpelanggaran diatas kapal tidak akan terjadi. Dengan adanya kesadaran hukum yang tinggi maka kinerja tenaga kerja tidak terganggu sehingga dapat terwujud situasi kerja yang saling menghormati. menghargai antara pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja atau anak buah kapal (ABK). g. Keuntungan dari PKL kolektif (KKB) 1. Persyaratan kerja sudah di tentukan. 2. Berlaku secara luas dan dalam waktu tertentu. 3. Pelaut tidak harus bernegosiasi setiap pembutan PKL karena PKL tidak boleh bertentangan dengan KKB. 4. kesempatan kerja lebih merata dan luas. h. Berakhirnya PKL Mengakhiri secara sah 1. Kedua belah pihak menyetujui. 2. PKL sudah berakhir. 3. Salah satu pihak membayar Kompensasi. 4. Pelaut meninggal dunia. 47

54 5. Alasan mendesak. 6. Alasan penting. 7. Perusahaan likuidasi atau bangkrut. Alasan mendesak bagi majikan ialah tindakan, sifat atau perilaku buruh yang mengakibatkan bahwa dari pihak majikan secara wajar tidak dapat dibenarkan (tolelir) untuk selanjutnya hubungan kerja misalnya : a. Pelaut menipu waktu pembuatan PKL. b. Tidak cakap untuk melakukan tugasnya. c. Suka mabuk, madat dan perbuatan buruk lainnya. d. Mencuri atau melakukan penggelapan. e. Menganiyaya, menghina majikan atau teman kerja. f. Menolak perintah majikan / atasan. g. Membawa barang selundupan. h. Si pelaut memberikan keterangan-keterangan palsu atau menyesatkan, sehubungan dengan pekerjaan. i. Pelaut kurang pander atau tidak cakap. j. Pelaut melakukan pencurian, penggelapan, penipuan atau kejahatankejahatan lain. k. Pelaut dengan sengaja merusak milik majikan atau mengancam majikan walaupun telah diperingatkan l. Pelaut sangat melalaikan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya sesuai dengan persetujuan. m. Membocorkan rahasia perusahaan. Alasan mendesak dari pihak buruh adalah : a. Majikan menganiaya, mengancam secara kasar. b. Membujuk untuk membuat hal hal yang bertentangan dengan undang undang. c. Tidak membayar upah pada waktunya. d. Melalaikan kewajiban yang di beban kan pada PKL. e. Bila kapal di operasikan untuk penyelundupan. f. Bila makanan tidak layak. g. Bila tempat tinggal tidak memenuhi syarat sehingga mempengaruhi kesehatan. h. Buruh sakit menjadi tidak mampu bekerja. i. Bila kapal kehilangan hak atas negara bendera. 48

55 j. Bila PKL dibuat satu/beberapa perjalanan, sedangkan majikan menyuruh melakukan perjalan lain. k. Bila majikan memberi tugas yang bertentangan dengan perjanjian dan undang-undang. l. Majikan menyuruh kapal berlayar ke wilayah perang. m. Majikan memerintahkan buruh bekerja pada majikan lain yang tidak diperjanjikan. n. Bila kapal dipergunakan untuk perdagangan budak, pembajakan atau pengangkutan barang-barang yang dilarang. Bila PKL ingin di putuskan dengan alasan mendesak maka harus di sampaikan secepat mungkin kepada pihak lain. Apabila tidak di sampaikan secepat mungkin maka alasan mendesak berubah jadi alasan penting. Untuk pemutusan dengan alasan penting harus di ajukan melalui Pengadilan Negeri atau kalau di luar negeri melalui perwakilan RI. D. Tugas a. Tugas individu : Siswa diminta untuk mempelajari materi 2, kemudian membuat resume. Guru memberikan contoh bentuk Perjanjian Kerja Laut dan siswa diminta untuk mempelajari isi dari PKL dan berlatih untuk mengisi contoh naskah dari Perjanjian Kerja Laut yang diberikan oleh guru. b. Tugas Kelompok: Siswa ditugaskan mencari materi PKL dan mendiskusikan masalahmasalah yang sering atau banyak ditemukan dalam PKL dan merekomendasikan bentuk-bentuk pemecahan masalahnya dan bagaimana upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi hak-hak pelaut sesuai dengan peraturan perundangundangan. E. Tes Formatif Jelaskan pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)! a. Tuliskan pihak-pihak yang terlibat PKL! b. Jelaskan jenis-jenis atau bentuk-bentuk PKL! c. Tuliskan isi PKL! d. Tuliskan keuntungan dari PKL kolektif (KKB) e. Tuliskan sebab-sebab berakhirnya PKL! 49

56 2.2.3 Penilaian A. Sikap proses Lembar Penilaian Sikap No Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung Nama Siswa Kriteria Penilaian Perhatian (1) Disiplin (2) Tekun (3) Aktif Mendengar dan Bertanya (4) Jumlah skor Ket Keterangan Skor Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 =kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Peserta didik memperoleh nilai : 1. Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor 3.66 s.d Baik (B) : apabila memperoleh skor 2.66 s.d Cukup (C) : apabila memperoleh skor 1.66 s.d Kurang (K) : apabila memperoleh skor <

57 Kerja sama Mengkomunikasikan pendapat Toleransi Keaktifan Menghargai pendapat teman B. Pengetahuan Nilai diperoleh dari Pengamatan selama proses diskusi kelompok, presentasi dan tes tertulis dan penugasan. Pedoman penilaian : Nilai untuk Keterampilan menggunakan penilaian kuantitatif 1-4 : Sangat Baik = 4 Baik = 3 Cukup = 2 Kurang = 1 C. Keterampilan Nilai diperoleh dari penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) pada saat diskusi, dan presentasi (bermain peran). a. Rubrik kegiatan Diskusi No Nama Siswa Aspek Penilian Jml Skor Nilai Ket 1 2 dst Keterangan Skor : Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadangkadang tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. 51

58 Komuni Kasi Sistematika penyampaian Wawasan Keberanian Antusias Gesture dan penampilan Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : b. Rubrik Penilaian Presentasi No Nama Aspek Penilaian Ʃ Nilai Ket Siswa Skor dst Keterangan Skor : kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Pedoman Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Keterangan Skor 52

59 Kriteria Pencapaian Kompetensi /Ketuntasan Belajar Aspek Pengetahuan 1-4 Predikat Keterampilan 1-4 Predikat Sikap SB/ B/ C/ K Keterangan KKM Pengetahuan dan Keterampilan KKM 2.66 KKM Sikap : Baik Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM 2.66, maka anda dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi apabila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM < 2.66 maka anda dinyatakan belum tuntas, maka anda harus mengulangi mulai dari kegiatan belajar, terutama pada bagian yang masih belum anda kuasai. 53

60 2.3 Kegiatan Pembelajaran 3 : Kelaiklautan Kapal 3.1 Kelaikalautan Kapal dan BKI (Balai Klasifikasi Indonesia) 3.2 Pencegahan Pencemaran dari Kapal 3.3 Manajemen Keselamatan dan Keamanan Kapal Deskripsi Transportasi merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dan bangsa Indonesia. Aktivitas perkembangan transportasi di Indonesia yang terdiri dari berbagai matra (transportasi laut dan transportasi lainnya) semakin meningkat. Hal ini merupakan dampak dari aktivitas perekonomian dan aktifitas sosial budaya dan masyarakat. Disamping itu, proses deregulasi proses pembaruan regulasi di bidang transportasi secara nasional juga telah memicu peningkatan aktifitas transportasi. Memahami sepenuhnya bahwa kesadaran manusia terhadap pelestarian lingkungan semakin tinggi, sehingga kecelakaan transportasi di laut yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan (pencemaran) menjadi bahan pertimbangan yang signifikan. Peningkatan aktifitas transportasi secara nasional baik dalam matra transportasi darat, laut, udara, perkeretaapian tersebut di sisi lain juga berdampak semakin meningkatnya insiden dan kecelakaan transportasi. Tingginya kasus kecelakaan laut di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian seluruh pihak, bukan hanya pemilik kapal tetapi juga pemerintah, instansi terkait dan masyarakat yang harus lebih aktif dalam memberikan informasi. Penyebab utama kecelakaan laut pada umumnya adalah karena faktor kelebihan angkutan dari daya angkut yang ditetapkan, baik itu angkutan barang maupun orang. Bahkan tidak jarang pemakai jasa pelayaran memaksakan diri naik kapal meskipun kapal sudah penuh dengan tekad asal dapat tempat di atas kapal. Dalam rangka pengintegrasian sarana dan prasarana transportasi yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan transportasi, perlu standarisasi atau peraturan sistem dan prosedur, serta sumber daya manusia yang profesional untuk mewujudkan pelayanan penyelenggaraan transportasi yang utuh dan berhasil guna serta berdaya guna. Maka untuk itu diperlukan suatu sistem tata pemerintahan yang baik dimana pemerintah mempunyai fungsi sebagai pembinaan terhadap pelayanan transportasi meliputi aspek pengaturan, aspek pengawasan dan aspek pengendalian. Aspek pengaturan, meliputi penetapan kebijakan umum dan kebijakan teknis 54

61 antara lain penentuan standar, norma, pedoman, kriteria, perencanaan, prosedur termasuk persyaratan keamanan dan keselamatan. Aspek pengawasan, meliputi kegiatan pemantauan, penilaian, dan investigasi, rekomendasi dan tindakan korektif serta penegakan hukum terhadap penyelenggaraan transportasi agar sesuai standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan perencanaan yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Aspek pengendalian meliputi arahan, bimbingan dan petunjuk, perijinan, sertifikasi dan pelatihan serta bantuan teknis di bidang pembangunan dan pengoperasian dan dalam proses pelaksanaannya selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 3, siswa mampu : a. Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai dan mempelajari kelaikan laut kapal, sebagai sarana menyajikan informasi secara lisan dan tulisan. b. Bersikap cermat, teliti dan tanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran kelaikan laut kapal. c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran kelaikan laut kapal. d. Bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran kelaikan laut kapal. e. Menjelaskan pengertian kelaik lautan kapal. f. Menjelaskan pengertian keselamatan kapal. g. Menyebutkan persyaratan kapal laik laut. h. Menjelaskan tentang status hukum kapal. i. Menyebutkan peran dan fungsi dari BKI (Balai Klasifikasi Indonesia). j. Menyebutkan jenis-jenis dokumen (sertifikat-sertifikat) yang harus dimiliki oleh sebuah kapal. k. Menyebutkan dokumen-dokumen awak kapal. l. Menjelaskan pencegahan pencemaran dari kapal. m. Menjelaskan fungsi sertifikat garis muat kapal dan pemuatannya. n. Menjelaskan sertifikat kesempurnaan, surat laut dan sertifikat keselamatan. o. Menjelaskan Manajemen Keselamatan kapal. p. Menjelaskan Manajemen Keamanan Kapal. 55

62 Pengertian Kelaiklautan kapal Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan yang harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan selama proses pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak pemerintah selaku administrator dan pihak Klasifikasi dalam hal ini di Indonesia oleh Biro Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan di laut. Sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan kepelabuhan. Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian. Aturan internasional keselamatan pelayaran : Usaha dalam penyelamatan jiwa di laut merupakan suatu kegiatan yang dipergunakan untuk mengendalikan terjadinya kecelakaan di laut yang dapat mengurangi sekecil mungkin akibat yang timbul terhadap manusia, kapal dan muatannya. Untuk memperkecil terjadinya kecelakaan di laut diperlukan suatu usaha untuk penyelamatan jiwa tersebut dengan cara memenuhi semua peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime Organization), ILO (International Labour Organization), dan ITU (International Telecomunication Union) maupun oleh pemerintah. Dan lebih lanjut untuk dapat menjamin keselamatan di laut tersebut diperlukan suatu standard (aturan) yang berlaku secara nasional dan internasional antara lain : a. Standar Nasional Standar Nasional meliputi : 1. Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri, Peraturan pelaksanaanya. 2. Undang-undang No. 3 tahun 1988 pengganti Undang-undang No. 5 tahun 1964 tentang Telekomunaksi yang dilengkapi dengan PP No. 22 Tahun 1974 tentang Telekomunikasi untuk umum. 56

63 3. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan yang antara lain mengatur kompetensi, kualifikasi keahlian dan keterampilan bagiawak kapal dan Nakhoda pada semua kapal kecuali kapal layar motor, kapal layar, kapal motor dengan ukuran kurang dari GT 35, kapal pesiar pribadi yang dipergunakan untuk tidak berniaga dan kapal-kapal khusus. 4. KUHD (Kitab Undang-undang Dagang) Buku Kedua. b. Standar Internasional Dalam standar Internasional terdapat tiga organisasi dunia yang mengatur tentang keselamatan kapal yaitu IMO (International Maritime Organization), ILO (International Labour Organization) dan ITU (International Telecomunication Union), Indonesia salah satu anggota dari ketiga organisasi tersebut dan telah meratifikasi konvensi-konvensinya. Sebagai konsekwensi dari keanggotaannya, Indonesia harus melaksanakan aturan tersebut secara baik dan dibuktikan secara kongkrit dalam suatu sertifikasi melalui independent evaluation setiap 5 tahun. Konvensi-konvensi Internasional yang mengatur tentang keselamatan kapal tersebut meliputi : 1. SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea) dan amandemen amandemennya. 2. Marpol 73/78 dan protocol-protocolnya. 3. Load Line Convention (LLC, 1966). 4. Collreg 1972 (Collision Regulation). 5. Tonnage Measurement STCW 1978 Amandemen 95 International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah pada tahun International Convention on Maritime Search and Rescue, International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam 3 jilid. 9. ILO NO. 147 Tahun 1976 tentang Minimum Standar Kerja bagi Awak Kapal Niaga. 10. ILO Convention NO. 185 Tahun 2008 tentang SID (Seafarers Identification Document) yang telah diratifikasi berdasarkan UU No. 1 Tahun Demikian pula bab-bab lain dalam SOLAS yaitu Penerapan ketentuanketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran termasuk didalamnya penerapan of the International Safety Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility 57

64 Security (ISPS) Codeserta IMDG Code (international maritime dangerous Goods) yang baru di revisi 1 Januari 2002 dan mulai berlaku 1 Juli Selain konvensi yang disebutkan di atas terdapat satu aturan yang tidak dapat dilepaskan dari keselamatan pelayaran yang mengatur tentang Radio Komunikasi Laporan yang erat hubungannya dengan GMDSS yaitu Radio Regulation (RR), Telegraph and Telephone Regulation di bawah konvensi International Telecomunication Union (ITU). Dari semua standard konvensi di atas disimpulkan bahwa untuk mencapai sasaran keselamatan jiwa di laut dapat diperlukan 4 (empat) kelompok persyaratan utama yaitu : 1. Persyaratan kapal (keselamatan dan keamanan kapal). 2. Persyaratan SDM. 3. Persyaratan pengoperasiannya. 4. Pengaruh faktor external terhadap pengoperasian kapal. Persyaratan Kapal Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kapal di laut, maka kapal harus memenuhi semua persyaratan mengenai keselamatan berdasarkan aturan-aturan yang didapat dari konvensi Internasional seperti halnya disebut di atas, yaitu SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea) yaitu salah satu konvensi internasional yang berisikan persyaratan-persyaratan kapal dalam rangka menjaga keselamatan jiwa di laut untuk menghindari atau memperkecil terjadinya kecelakaan di laut yang meliputi kapal, crew dan muatannya. Untuk dapat menjamin kapal beroperasi dengan aman harus memenuhi ketentuan-ketentuan di atas khususnya konvensi internasional tentang SOLAS 1974 pada Chapter I s.d V, yang mencakup tentang : 1. Konstruksi kapal yang berhubungan dengan struktur, subdivisi dan stabilitas, instalasi permesinan dan instalasi listrik di kapal. 2. Konstruksi kapal yang berhubungan dengan kebakaran baik mengenai perlindungan kebakaran, alat penemu kebakaran dan alat pemadam kebakaran. 3. Pengaturan dan penggunaan alat keselamatan jiwa (seperti : pelampung, life jacket, sekoci dll). 4. Perlengkapan alat komunikasi radio. (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan api, detoktor api dan pemadam kebakaran); 5. Alat-alat keselamatan navigasi. Di dalam Marpol diatur tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran di laut baik berupa minyak, muatan berbahaya, bahan kimia, sampah, 58

65 kotoran (sewage) dan pencemaran udara yang terdapat dalam annex Marpol tersebut. Dalam hal ini kapal jenis penumpang sangat erat kaitannya dengan tumpahan minyak, kotoran dan sampah dalam menjaga kebersihan lingkungan laut. Sertifikat yang berhubungan dengan konvensi tersebut adalah : 1. Sertifikat pencegahan pencemaran disebabkan oleh minyak (oil). 2. Sertifikat pencegahan pencemaran yang disebabkan oleh kotoran (sewage). 3. Sertifikat pencegahan pencemaran yang disebabkan oleh sampah (garbage). Dalam hubungannya dengan kecelakaan kapal, Marpol memegang peranan penting terutama mengenai limbah yang dibuang yang berbentuk minyak kotor, sampah dan kotoran (sewage). Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut telah memenuhi konvensi internasional mengenai Marpol 73/78 dibuktikan dengan adanya sertifikasi. Load Line Convention (LLC 1966) Kapal yang merupakan sarana angkutan laut mempunyai beberapa persyaratan-persyaratan yang dapat dikatakan laik laut. Persyaratan-persyaratan kapal tersebut diantaranya Certificate Load Line yang memenuhi aturan pada Load Line Convention (LLC 1966). Pada umumnya semua armada telah memiliki Certificate Load Line baik yang berupa kapal barang maupun kapal penumpang. Certificate Load Line tersebut adalah kapal harus melalui pemeriksaan dan pengkajian yang telah diatur dalam Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Kapal yang telah diuji dan diperiksa tersebut, apabila telah memenuhi persyaratan keselamatan kapal dapat diberikan Certificate Load Line yang diterbitkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang berlaku secara nasional. Sertifikat tersebut juga berlaku secara internasional sesuai dengan SOLAS Dari tahun ke tahun kecelakaan pelayaran di Indonesia tak pernah berkurang. Bahkan, sebab kecelakaan laut seperti mengulang-ulang kesalahan di masa lalu, yaitu kecelakaan tidak pernah jauh dari cuaca buruk, kelebihan beban, atau kapal yang tidak memenuhi standar kelayakan. Setidaknya, ada 2 (dua) sebab penting terjadinya kecelakaan laut di Indonesia. Pertama kondisi armada, kapal-kapal transportasi pada umumnya dibuat tanpa menggunakan standarstandar tertentu dalam keselamatan. Selain itu, banyak armada kapal di Indonesia merupakan kapal bekas yang dibeli dari negara lain. Perawatan kapal-kapal ini juga di bawah standar, umur kapal bekas yang dipakai dalam pelayaran di Indonesia biasanya sangat tua. 59

66 Sehingga kapal-kapal ini tidak laik berlayar. Kapal-kapal bekas tersebut, di negara asalnya, sebetulnya sudah tidak digunakan sebagai salah satu modal transportasi laut. Sebab kedua adalah operasional armada, baik aspek kapal maupun aspek muatan. Problem ini adalah problem yang muncul karena lemahnya pengawasan standar keselamatan pelayaran yang akhirnya mengakibatkan masalah kelebihan beban atau muatan berbahaya yang tidak dilaporkan. Alasan tentang cuaca buruk dan kondisi alam, sebenarnya tidak layak diajukan sebagai alasan utama kecelakaan pelayaran, karena Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selalu mengumumkan kondisi cuaca berikut prakiraan-prakiraannya. Disinilah pentingnya peranan Syahbandar pelabuhan yang harus secara tegas menyeleksi, kapal mana yang diijinkan berlayar dan kapal yang harus menunggu cuaca mereda, sedangkan yang boleh ditahan oleh Syahbandar adalah kapal-kapal khusus seperti High Speed Craft (HSC). Disamping itu kita ketahui bersama ada banyak penyebab terjadinya kecelakaan di laut, antara lain : 1. Cuaca buruk (Bad Weather). 2. Kebakaran termasuk akibat muatan berbahaya. 3. Stabilitas kapal termasuk akibat muatan yang bergeser. 4. Tidak ada daya apung cadangan akibat muatan yang berlebihan. 5. Kandas (Grounding), terdampar (stranding). 6. Tubrukan (Collision). 7. Desain dan struktur yang tidak sempurna. 8. Kelalaian manusia (Human Negligence). 9. Blow Out (Offshore Oil Platform). Dapat di simpulkan bahwa penyebab kecelakaan kapal terjadi pada : 1. Operator a. Keselamatan Kapal Banyak kapal dibuat secara tradisional dan tidak mempunyai sertifikat Banyak pembuatan kapal tidak mengikuti arahan gambar kapal yang sudah disyahkan. Banyak sertifikat kapal sudah kadaluarsa. Peralatan komunikasi dan navigasi kapal kurang berfungsi. b. Pemuatan Pemuatan berlebihan terutama on-deck. Penempatan muatan atau peningkatan tidak benar. Pemuatan penumpang berlebihan. 60

67 Kesadaran penumpang masih kurang. 2. Pengawasan Aparat a. Kapal dapat keluar atau masuk tempat dimana saja. b. Jumlah lokasi aparat pengawas terbatas, Tidak semua tempat singgah kapal dapat diawasi. c. Kemungkinan pemeriksaan kurang teliti. 3. Pengguna Jasa dan masyarakat a. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya keselamatan pelayaran. b. Sering memaksakan kehendak tanpa memperdulikan keselamatan pelayaran. Berdasarkan survey dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus dipenuhi. Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi silih berganti, dalam beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel. Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan secara langsung di laut seperti : 1. Faktor manusia. 2. Faktor teknis. 3. Faktor alam. 1. Faktor manusia Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi: a. Kecerobohan didalam menjalankan kapal. b. Kekurang mampuan awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yangmungkin timbul dalam operasional kapal. c. Secara sadar memuat kapal secara berlebihan. 2. Faktor teknis Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan didalam desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Kapal Tampomas diperairan Masalembo, Kapal Livina. 3. Faktor alam Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang 61

68 dipengaruhi oleh musim atau badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas. Gambar Kecelakaan transportasi laut SOLAS merupakan ketentuan yang paling penting dan juga yang tergolong paling tua berkaitan dengan keselamatan kapal-kapal niaga. International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), Perangkat keselamatan kapal Perangkat keselamatan yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal terjadi kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa : a. Sekoci. b. Baju pelampung. c. Rakit penolong. Gambar Contoh Alat Keselamatan Pelampung SOLAS

69 Gambar 2. 3Life jacket (alat bantu keselamatan) (Sumber : alat keselamatan Jpg) Gambar 2. 4.Beberapa contoh alat bantu keselamatan Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang meliputi : 1. Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan radio pantai. 2. Telepon satelit. 63

70 Jenis-jenis kecelakaan meliputi : 1. Bocor. 2. Hanyut. 3. Kandas. 4. Kerusakan Konstruksi. 5. Kerusakan Mesin. 6. Meledak. 7. Menabrak Dermaga. 8. Menabrak Tiang Jembatan. 9. Miring. 10. Orang Jatuh ke Laut. 11. Tenggelam. 12. Terbakar. 13. Terbalik. 14. Tubrukan. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan nelayan dan jaminan keselamatan sumberdaya, pihak Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap perlu menerapkan ketentuan-ketentuan dan persyaratan mengenai Kelayakan Kapal Perikanan yang bertanggung jawab melalui satu Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Setiap kapal yang akan melakukan operasi penangkapan ikan harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan laik tangkap untuk menghindari terjadinya pelanggaran di laut yang mengakibatkan kapal tenggelam, melindungi pekerja di atas kapal untuk menghindari kecelakaan di laut saat melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan serta menjaga potensi sumberdaya perikanan agar dapat dikelola secara berkelanjutan. Berdasarkan Bab VIII ayat 1 dan 2, NO.17 Tahun 2008 tentang Keselamatan dan keamanan angkutan diperairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh pemerintah. BAB VIII pasal 117 ayat 1, menyatakan keselamatan dan keamanan angkutan perairan wajib terpenuhinya persyaratan : Kelaiklautan kapal dan kenavigasian. Menurut UU RI No. 17 tahun 2008 pasal 117 dan pasal 118 menerangkan bahwa Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-daerahnya meliputi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan kapal, garis muat kapal dan pemuatan, kesehatan penumpang dan kesejahteraan awak kapal, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan 64

71 pencegahan pencemaran dari kapal dan manajemen keamanan kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal harus dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal. Sedangkan untuk persyaratan kenavigasian terdiri sarana bantu navigasipelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrografi dan meteorology, alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal dan salvage dan pekerjaan bawah air. Pengertian Kelaiklautan kapal dan Keselamatan kapal : Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, kontruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Laik tangkap adalah kesesuaian hubungan antara ukuran kapal, mesin, alat tangkap, alat bantu penangkapan, jalur penangkapan, dan kecakapan pekerja (ABK) di atas kapal ikan. Sarana Bantu Navigasi pelayaran adalah sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu navigasi dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar. 65

72 Gambar 2. 5 Penyebab kecelakaan pelayaran, kedaruratan pelayaran dan penanganannya Peraturan Pengawakan Kapal Dengan diberlakukannya Amandemen International Convention on Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) 1995 sebagai penyempurnaan STCW 1978, maka Menteri Perhubungan menetapkan peraturan dalam bentuk keputusan Menteri perhubungan No. 70 tahun 1998 tanggal 21 Oktober 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga. Pada BAB. II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang berlayar harus diawaki dengan susunan terdiri dari : seorang nakhoda, sejumlah rating. Susunan awak kapal didasarkan pada daerah pelayaran, tonase kotor kapal (Gross tonnage/gt) dan ukuran tenaga penggerak kapal (kilowatt/kw). Pada pasal 8 menetapkan dan memperjelas bahwa awak kapal yang mengawaki kapal niaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Bagi nakhoda, mualim atau masinis harus memiliki sertifikat keahlian pelaut yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran, tonase kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan memiliki sertifikat keterampilan pelaut. 2. Bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang ada di kapal dan di kapal dan memiliki sertifikat keterampilan pelaut. 66

73 3. Bagi ratting harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat keterampilan pelaut yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal. (Pasal 135) menyebutkan setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional. Pengawakan Kapal Niaga dan kewenangan jabatan Kapal harus diawaki dengan awak kapal yang cukup, cakap dan memiliki sertifikat yang diharuskan, serta sehat jasmani dan rohani sesuai pemeriksaan dari rumah sakit yang ditunjuk pemerintah. Setiap awak kapal harus familiar dengan tugas-tugasnya di kapal dan menguasai peralatan yang ada di kapal serta dapat ber koordinasi dengan baik dalam menanggulangi keadaan darurat. Jumlah awak kapal minimum sesuai dengan Safe Manning Certificatedan susunan perwiranya sesuai ketentuan pemerintah. Pasal 3 PP RI NO. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan menerangkan ; 1. Setiap awak kapal harus memiliki sertifikat kepelautan. 2. Jenis sertifikat kepelautan terdiri dari : 3. Sertifikat Keahlian Pelaut; 4. Sertifikat Keterampilan pelaut. Pasal 4 1. Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut terdiri dari : a. Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika; b. Sertifikat Keahlian Pelaut Teknik Permesinan; c. Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika. 2. Jenis Sertifikat Keterampilan Pelaut b terdiri dari : a. Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut; b. Sertifikat Keterampilan Khusus. Pasal 5 1. Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika terdiri dari : a. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat I; b. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat II; c. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat III; d. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat IV; e. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat V; f. Sertifikat Ahli Nautika Tingkat Dasar. 2. Sertifikat Keahlian Pelaut Teknik Permesinan terdiri dari : a. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat I; 67

74 b. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat II; c. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat III; d. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat IV; e. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat V; f. Sertifikat Ahli Teknika Tingkat Dasar. 3. Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika terdiri dari : a. Sertifikat Radio Elektronika Kelas I; b. Sertifikat Radio Elektronika Kelas II; c. Sertifikat Operator Umum; d. Sertifikat Operator Terbatas. Pasal 6 1. Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut adalah Sertifikat Keterampilan dasar Keselamatan (Basic Safety Training). 2. Jenis Sertifikat Keterampilan Khusus terdiri dari : a. Sertifikat Keselamatan Kapal Tanki (Tanker safer); b. Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang Roro; c. Sertifikat Keterampilan Penggunaan Pesawat Luput Maut dan Sekoci Penyelamat (Survival Craft dan Rescue Boats ); d. Sertifikat Keterampilan Sekoci Penyelamat Cepat (Fast Rescue Boats); e. Sertifikat Keterampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut (Advance Fire Fighting); f. Sertifikat KeterampilanPertolongan Pertama (Medical Emergency First Aid); g. Sertifikat Keterampilan Perawatan Medis di atas kapal (Medical Care on Boat). h. Sertifikat Radar Simulator; i. Sertifikat ARPA Simulator. Pasal 7 (1) Pada setiap kapal yang berlayar harus berdinas : 1. Seorang nahkoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat keterampilan pelaut sesuai dengan daerah pelayaran, ukuran kapal, jenis kapal dan daya penggerak kapal; 2. Sejumlah rating yang memilki sertifikat keahlian pelaut dan/atau sertifikat keterampilan pelaut sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan tata susunan kapal. 68

75 Menurut UU RI. No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran Kesejahteraan Awak Kapal dan Kesehatan Penumpang Pasal Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraanyang meliputi: a. gaji; b. jam kerja dan jam istirahat; c. jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal; d. kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami kecelakaan; e. kesempatan mengembangkan karier; f. pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman; dan g. pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi kecelakaan kerja. 2. Kesejahteraan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas kesehatan bagi penumpang. 2. Fasilitas kesehatan meliputi : a. ruang pengobatan atau perawatan; b. peralatan medis dan obat-obatan; dan c. tenaga medis. Pasal 153 Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja dan persyaratan fasilitas kesehatan penumpang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Biro Klasifikasi (Clasification Bureau) Clasification Bureau (Biro Klasifikasi ) adalah suatu badan atau lembaga yang berfungsi dan berwenang untuk memberikan kelas kepada kapal-kapal dalam rangka pengawasan dan jaminan kekuatan konstruksi kapal, serta mesin dan perlengkapan kapal lainnya. Biro klasifikasi mempunyai hak dan kewajiban untuk mengadakan survey dan menguji serta meneliti kepada setiap kapal pada periode-periode tertentu, dengan tujuan agar kapal tetap berada dalam kelasnya atau kelaik lautannya. 69

76 70 Penelitian dan uji mutu serta survei yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi antara lain : a. Survey tahunan adalah survey yang dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Survey besar adalah survey yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi secara khusus dan lebih ketat (biasanya 2 tahun sekali). c. Survey berlanjut adalah suatu survey dari Biro Klasifikasi yang sifatnya berlanjut dan kontinyu. d. Survey permulaan/pembuatan/pembangunan adalah suatu survey dari Biro Klasifikasi dilakukan pada saat dibangun atau baru dibeli. e. Survey sewaktu-waktu adalah survey dari Biro Klasifikasi dilakukan pada waktu setelah kapal mengalami kecelakaan, tabrakan, kandas atau ada perubahan nama kapal. Beberapa Biro Klasifikasi yang terkenal di dunia : 1. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta BKI 2. Lioy s Registrered of Shipping London LR 3. The British Corporation Glasgow BC Regsitered of Shipping and Air Craft 4. Bureau Veritas Paris BV 5. Germanisher Lloyd Jerman GL 6. Registro Italiano Navale Genoa RI 7. Det Norske Veritas Oslo NV 8. Nippon Taikako Kaiji Kyokai Tokyo NK 9. Register of Shipping of USSR Moskwa PC 10. American Bureau of Shipping New York AB 11. Hellenic Register of Shipping Athena HS Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) adalah badan hukum yang dimodali oleh pemerintah dengan bentuk Perum (Perusahaan Umum) yang dikelola oleh suatu management tersendiri. Sesuai dengan surat keputusan Menteri Perhubungan Laut RI No.th. 1/17/1 tertanggal, 26 September 1964 tugas BKI adalah sebagai berikut : a. Meng kelas kan kapal-kapal yang dibangun di bawah pengawasan BKI baik selama pembuatannya maupun setelah beroperasi. b. Berwenang untuk menetapkan dan memberikan tanda-tanda lambung timbul pada kapal-kapal tersebut. c. Mengeluarkan sertifikat garis muat pada kapal-kapal berbendera nasional yang dikeluarkan oleh BKI. Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses : a. pengukuran kapal;

77 b. pendaftaran kapal; dan c. penetapan kebangsaan kapal. Kapal harus mempunyai surat tanda kebangsaan yang masih berlaku sesuai ukuran kapal. Pasal 155 UU RI No. 17 tahun 2008 menjelaskan : 1. Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilakukan pengukuran oleh pejabat pemerintah yang diberi wewenang oleh Menteri. 2. Pengukuran kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan menurut 3 (tiga) metode, yaitu: a. pengukuran dalam negeri untuk kapal yang berukuran panjang kurang dari 24 (dua puluh empat) meter; b. pengukuran internasional untuk kapal yang berukuran panjang 24 (dua puluh empat) meter atau lebih; dan c. pengukuran khusus untuk kapal yang akan melalui terusan tertentu. 3. Berdasarkan pengukuran diterbitkan Surat Ukur untuk kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh Gross Tonnage). 4. Surat Ukur diterbitkan oleh Menteri dan dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk. Pasal Pada kapal yang telah diukur dan mendapat Surat Ukur wajib dipasang Tanda Selar. 2. Tanda Selar harus tetap terpasang di kapal dengan baik dan mudah dibaca. Sertifikat kapal dan surat kapal harus dimiliki oleh sebuah kapal pertama sekali disaat kapal baru selesai dibangun atau baru dibeli. Tentu perlu diadakan survey untuk melengkapi data-data kapal yang diperlukan mengeluarkan sertifikat atau suratsurat kapal oleh instansi yang berwenang dan sesuai dengan peraturan dan undangundang yang berlaku, setelah segala sesuatunya selesai, maka kapal yang bersangkutan diberikan sertifikat Kapal dan atau surat-surat kapal antara lain sertifikat ukur kapal, surat tanda pendaftaran kapal, Flag of Convenience, sertifikat garis muat, sertifikat penumpang kapal, sertifikat hapus tikus dan surat kapal lainnya. Klasifikasi kapal merupakan kewajiban para pemilik kapal berbendera Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan yang menyatakan bahwa kapal - kapal yang wajib klas adalah kapal - kapal dengan ketentuan : 1. Panjang >= 20 m dan atau 2. Tonase >= 100 GT dan atau Mesin Penggerak >= 250 PK (PM. 7 Tahun 2013) 71

78 3.2 Pencegahan Pencemaran dari Kapal Pasal 134 (Menurut PP. RI No. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan) menerangkan Pencegahan Pencemaran dari Kapal 1. Setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran. 2. Pencegahan dan pengendalian pencemaran ditentukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan. 3. Kapal yang dinyatakan memenuhi persayaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran diberikan sertifikasi dan pengendalian pencemaran oleh menteri. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pencegahan pencemaran diatur dengan peraturan menteri. MARPOL (MARINE POLUTION 73/78) Mengapa ada MARPOL 73/78? Usaha mengadakan pencegahan pencemaran minyak mulai muncul sejak tahun 1885 saat peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama GLUKAUF dan penggunaan pertama mesin diesel sebagai penggerak utama kapal. Sekitar tahun 1920 atau sebelum perang dunia II gagasan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pecemaran di laut akibat minyak sebenarnya telah ada namun setelah perang dunia II masih saja membuang ke laut air cucian ke tangki dan residu minyak ke laut. Di Inggris pada tahun 1954 telah di adakan konvensi internasional tentang pencegahan pencemaran laut oleh minyak Oil Pollution Convention yang di undangkan pada tanggal 26 Juli 1958 di sponsori oleh IMCO (Internasional Govermental Maritime Consultative Organization) yaitu suatu badan Internasional PBB yang khusus menangani masalah-masalah kemaritiman yang baru diakui secara Internasional tahun 1958 ( ) yang kemudian berubah nama menjadi IMO pada tanggal 22 Mei IMO (Internatonal Maritime Organization) berkedudukan di London yang merupakan satu-satunya badan Internasional PBB yang bermarkas di Inggris. Konvensi ini berisi persyaratan-persyaratan operasi dari kapal dan perlengkapannya pembuangan minyak atau air campuran minyak dilarang pada tempatnya, waktu dan keadaan-keadaan tertentu, serta disyaratkan adanya Oil Record Book. Perubahan-perubahan berikut dari konvensi 1954 tersebut diselenggarakan pada tahun 1962, 1969, dan

79 Amandemen tahun 1962 yang mulai diundangkan pada tanggal 18 Mei 1967 mewajibkan tambahan terhadap pembuangan minyak atau campuran minyak serta menetapkan penyediaan sarana penampungan limbah (Shore Reception Facilities) terutama di loading Terminal. Pada tahun 1967 terjadi pencemaran dari sebuah kapal tanker TORREY CANYON di pantai selatan Inggris yang menumpahkan menyak sekitar 35 juta gallond crude oil. Amandemen tahun 1969 di maksud untuk mengganti jenis pembatasan terhadap pembuangan minyak yang persisten ( kuat ikatan unsur unsurnya ) yang meyakinkan bahwa pembuangan tersebut di izinkan asalkan berada di bawah batasbatas yang telah tentukan. Air yang bercampur minyak dari kapal tanker di larang di buang ke laut kecuali keadaan tersebut di bawah ini di penuhi : Kapal tanker sedang berlayar. Kecepatan pembongkaran dari minyak yang terkandung dalam campuran tidak boleh lebih dari 60 liter/mil. Kapal tanker harus berada pada lokasi laut yang jaraknya dari pantai terdekat lebih dari 50 mil. Jumlah minyak yang boleh di buang 1/5000 kapasitas angkut dari kapal tanker. Maksud dan persyaratan tersebut di atas selain untuk membatasi pembuangan minyak bisa dengan cepat di cerai beraikan dan di musnakan dalam waktu 2-3 jam. Amandement tahun 1971 membatasi ukuran muatan keadaan kompartementkompartement dengan maksud untuk memperkecil aliran keluar minyak apabila terjadi kecelakaan di laut. Selanjutnya Konvensi 1954 tersebut berikut amandement- amandementnya di sidangkan dan hasilnya konvensi Internasional tentang pencegahan pencemaran di laut oleh kapal (International Convension For the Prevention of Pollution from Ship) tahun 1973 dan kemudian di sempurnakan oleh TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) protokol pada tahun 1978 biasa disebut dengan MARPOL 1973 protokol 1978 memuat 6 annex yang berlaku sampai sekarang. MARPOL 1973/1978 memuat 6 (enam) Annexs yakni : Annex I: Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh Minyak. Annex II:Peraturan-peraturan untuk pengawasan pencemaran oleh zat-zat cair beracun dalam jumlah besar. 73

80 Annex III:Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemarean oleh zat-zat berbahaya yang diangkut melalui laut dalam kemasan, atau peti atau tangki jinjing atau mobil tangki dan gerbong tangki. Annex IV:Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal Annex V:Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal. Annex VI:Peraturan untuk pencegahan pencemaran udara dari kapal-kapal. Konvensi ini berlaku secara International sejak 2 Oktober Annex 1 MARPOL 73/78 yang berisi mengenai peraturan untuk mencegah pencemaran oleh tumpahan minyak dari kapal sampai 6 Juli 1993 sudah terdiri dari 26 regulation. Dokumen penting yang menjadi bagian integral dari Annex I adalah: Appendix 1 : Mengenai daftar dan Jenis minyak. Appendix 2 : Bentuk format dari IOPP certificate. Appendix 3 : Bentuk Formal dari Oil Record Book. Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen berdasarkan MARPOL 73/78 : 1. List of oil sesuai appendix I MARPOL 73/78 adalah daftar dari minyak yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar tersebut tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria industri perminyakan. 2. International Oil Pollution Prevention Certificate (IOPC) untuk semua kapal dagang, dimana supplement atau lampiran mengenai Record of Construction and Equipment for ship other than oil tankers and oil tankers 3. Oil Record Book adalah buku catatan yang ditempatkan di atas kapal, untuk mencatat semua kegiatan menangani pembuangan sisa-sisa minyak serta campuran minyak dan air di kamar mesin, semua jenis kapal, dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast kapal tanker. Pendekatan yang di lakukan IMO untuk mencegah jangan sampai terjadi tumpahan minyak ke laut yakni melakukan kontrol pada struktur kapal di lakukan pada tahun 1970 an. Selanjutnya IMO pada tahun 1984 melakukan beberapa modifikasi yang menitik berkaitan pencegahan hanya ada kegiatan operasi tanker pada Annex 1 dan terutama adalah keharusan kapal di lengkapi dengan Oil Water Separating Equipment dan Oil Discharge Monitoring System. 74

81 Karena itu MARPOL1973/1978 dapat di bagi dalam 3 (tiga) kategori : a. Peraturan pencegahan terjadinya pencemaran. b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran. c. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran Peraturan dalam MARPOL 73/78 sangat kompleks, memuat banyak kreteria dan spesifikasi. Karena itu memerlukan kesabaran dan ketelitian untuk mempelajari dan melaksanakannya. Penting untuk diketahui waktu atau tanggal berlakunya suatu peraturan karena berbeda satu dengan yang lainnya, dan kaitannya dengan kapal bangunan baru (New Ships ) dan kapal yang sudah ada ( Existing Ships ). Pasal 65 ayat (1) UU. No.21 tahun 1992 menegaskan bahwa setiap kapal dilarang melakukan pembuangan limbah atau bahan lainnya apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pembuangan limbah atau bahan lain yang dilarang itu antara lain : Pembuangan (dumping) limbah air got dari kapal tanpa prosedur, membuang sampah atau kotoran dan sisa-sisa muatan (dirty Sweeping), membuang air cleaning dari tangki muat kapal dan lain sebagainya. Menurut pasal 67 UU. No. 21 tahun 1992, setiap Nakhoda atau Pemimpin perusahaan kapal mempunyai kewajiban dalam upaya menanggulangi atau mencegah pencemaran laut yang bersumber dari kapalnya. Wajib segera melaporkan kepada pejabat pemerintah atau instansi yang berwenang yang menangani penanggulangan pencemaran laut, mengenai terjadinya pencemaran laut yang disebabkan oleh kapalnya, atau oleh kapal lain atau apabila melihat adanya pencemaran di laut. MARPOL 1973/1978 juga masih melanjutkan ketentuan hasil Konvensi 1954 mengenai Oil Pollution 1954 dengan memperluas pengertian minyak dalam semua bentuk termasuk minyak mentah, minyak hasil olahan, sludge atau campuran minyak dengan kotoran lain dan fuel oil, tetapi tidak termasuk produk petrokimia (Annex II ). Ketentuan Annex I Reg. 9 menyebutkan bahwa pembuangan minyak atau campuran minyak hanya diperbolehkan apabila : a. Tidak di dalam Special Area seperti Laut Mediteranean, b. Laut Baltic, Laut Hitam, Laut Merah dan daerah Teluk, c. Lokasi pembuangan lebih dan sama dengan 50 mil laut dari daratan, d. Pembuangan dilakukan waktu kapal berlayar, e. Tidak membuang lebih dari 30 liter/nautical mile, f. Tidak membuang lebih besar dari 1 : dari jumlah muatan, g. Tangker harus dilengkapi dengan Oil Discharge Monitoring (ODM) atau ODM dengan kontrol sistemnya. 75

82 Peraturan MARPOL 73/78 Annex 1 Reg.16 menyebutkan bahwa : Kapal ukuran 400 GRT atau lebih tetapi lebih kecil dari GRT harus dilengkapi dengan Oil Water Separating Equipment yang dapat menjamin pembuangan minyak ke laut setelah melalui sistim tersebut dengan kandungan minyak kurang dari 100 parts per million (100 ppm ), Kapal ukuran GRT atau lebih harus dilengkapi dengan kombinasi antara Oil Water Separating Equipment dengan Oil Discharge Monitoring and Control Systems, atau dilengkapi dengan Oil Filtering Equipment yang dapat mengatur buangan campuran minyak ke laut tidak lebih dari 15 parts per million (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran tersebut). Dalam melakukan usaha mencegah sekecil mungkin minyak mencemari laut, maka sesuai MARPOL 1973/1978 dimana sisa-sisa dari campuran minyak di atas kapal terutama di kamar mesin yang tidak mungkin untuk diatasi seperti halnya hasil purifikasi minyak pelumas dan bocoran dari sistim bahan bakar minyak, dikumpulkan dalam tangki penampungan seperti slop tanks yang daya tampungnya mencukupi, kemudian dibuang ke tangki darat. Peraturan ini berlaku untuk kapal ukuran 400 GRT atau lebih. Peraturan untuk Menanggulangi Pencemaran BAB. III dari MARPOL Annex I Reg.22 dan 23 mengatur mengenai Usaha mengurangi seminim mengkin polusi minyak akibat kerusakan lambung dan plat dasar dari kapal. Dengan melakukan perhitungan secara hipotese aliran minyak dari tangki muatan, maka pada annex I dibuat petunjuk perhitungan untuk mencegah sekecil mungkin minyak yang tumpah ke laut apabila terjadi tabrakan atau kandas. Semua tanker minyak segala ukuran diharuskan menggunakan Oil Discharge Monitoring (ODM) Centrak System dan Oil Water Separating atau Filtering Equipment yang bisa membatasi kandungan minyak dalam air yang akan dibuang ke laut maksimum 15 ppm. Segregated Ballast Tanks (SBT) sesuai Reg. 13 E, harus berfungsi juga sebagai pelindung atau Protective Location daerah tangki muatan pada waktu terjadi tabrakan atau kandas, untuk tangker minyak mentah dwt atau lebih. Regulation 24, membatasi volume tangki muatan yang mengatur sedemikian rupa sehingga tumpahan minyak dapat dibatasi bila kapal bertabrakan atau kandas Annex I MARPOL 73/78 berlaku untuk semua jenis kapal, dimana membuang minyak ke laut di beberapa lokasi dilarang dan di tempat lain sangat dibatasi Karena itu kapal harus memenuhi persyaratan konstruksi dan peralatan serta mempersiapkan Oil Record Book 76

83 Kapal-kapal ukuran besar dan terlibat dalam perdagangan international harus disurvey dan diberikan sertifikat. Pelabuhan diharuskan menyediakan fasilitas penampungan campuran minyak dan residu dari kapal. Pemerintah negara anggota IMO atau Marine Administration berkewajiban melaksanakannya terhadap kapal sendiri (Flag State Duties), terhadap kapal asing yang memasuki pelabuhannya (Port State Duties) dan terhadap pengawasan pantainya (Coastal State Duties). Ketentuan selanjutnya mengenai pelaksanaan konvensi MARPOL adalah sebagai berikut : 1. Kapal ukuran di bawah dari 400 grt, tidak perlu diperiksa kelengkapannya dan tidak bersertifikat, tetapi harus diawasi agar kapal tetap memenuhi peraturan sesuai Annex I MARPOL 73/78 (Reg.4.2) dan kondisi kapal tetap terpelihara, 2. Tanker ukuran di bawah 150 grt tidak perlu pemeriksaan tidak bersertifikat IOPP ( International Oil Pollution Prevention ), tetapi harus mengikuti peraturan dalam Annex I MARPOL 73/78 dan kondisi kapal serta peralatan lainnya terpelihara (Re.4.4 ), 3. Oil Record Book tetap dibutuhkan di atas kapal dan diisi sesuai dengan Regulation Tanker ukuran 150 grt atau lebih harus memenuhi semua persyaratan sesuai Reg. 4 Annex I dan kondisi serta peralatan kapal harus dipelihara untuk menghindari pencemaran, 5. Sertifikat IOPP hanya untuk tanker yang berlayar Internasional, dan tidak dibutuhkan untuk tanker domestik, tetapi ditentukan sendiri oleh Pemerintah yang ada hubungannya dengan survey (Reg.5). Kelengkapan Dokumen yang harus dibawa berlayar bersama kapal sesuai dengan Annex I MARPOL 73/78 adalah sebagai berikut : 1. Oil Record Book, Part I mengenai operasi di Kamar Mesin dan Part II operasi Bongkar Muat Cargo dan Air Ballast, Reg. 20, 2. Loading and Damage Stability Information Book Reg, 25, 3. Oil Discharge Monitoring Operation Manual, Reg Crude Oil Washing Operation and Equipment Manual, Reg. 13.B 5. Clean Ballast Tank Opeartion Manual, Reg. 13.A, 6. Instruction and Operation Manual of Oil Water Separating and Filtering Equipment. Reg. 16, 7. Shipboard Oil Pollution Emergency Plan, Reg

84 Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 4 tahun 2005 Tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pencegahan Pencemaran adalah Upaya yang diambil oleh nakhoda atau awak kapal sedini mungkin untuk menghindari atau mengurangi tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan. BAB II. RUANG LINGKUP Pasal 2 1. Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu harus memenuhi ketentuan Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran Dari kapal (International Convention of marine Pollution Prevention from Ships, 1973, protocol 1978) yang diratifikasi dengan keputusan Presiden Nomor 46 tahun 1986 tentang pengesahan International Convention for The Prevention of Oil Pollution from Ships, 1973 and the protocol of 1978 Relating Thereto (Lembaran Negara tahun Nomor 59). 2. Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1), yaitu: a. Kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 150 atau lebih dan kapal selain kapal selain kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 400 atau lebih wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh minyak sesuai dengan Annex I konversi MARPOL 73/ 78. b. Kapal tangki denga ukuran berapapun yang mengangkut bahan cair beracun wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun sesuai dengan Annex II KONVENSI MARPOL 73/78. c. Kapal dengan ukuran berapapun yang mengangkut bahan pencemar dalam bentuk kemasan yang tercantum dalam ketentuan IMDG Code wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran sesuai dengan ANNEX III KONVENSI MARPOL 73/78. d. Kapal dengan tonase kotor GT 200 atau lebih dan/atau kapal yang mengangkut lebih dari 10 orang wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal sesuai dengan ANNEX V KONVENSI MARPOL 73/78. e. Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal sesuai dengan ANNEX IV KONVENSI MARPOL 37/78. 78

85 f. Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran udara sesuai dengan Annex VI KONVENSI MARPOL 73/78. Pasal 3 1. Kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 100 sampai dengan (GT) 149 dan selain kapal tangki minyak dengan tonase kotor (GT) 100 sampai dengan (GT) 399 dan/atau yang menggunakan mesin penggerak utama 200 PK atau lebih wajib memenuhi ketentuan Bab III peraturan ini. 2. Kapal berbendera asing dengan ukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang beroperasi secara tetap sekurang-kuangnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, wajib memenuhi ketentuan Bab III peraturan ini. BAB III PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH MINYAK DARI KAPAL Pasal 4 1. Kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, wajib memenuhi persyaratan kontruksi dan peralatan untuk pencegahan pencemaran sebagai berikut : a. Pondasi-pondasi, tangki-tangki dan pipa-pipa yang berkaitan dengan pemasangan peralatan pencegahan pencemaran dirancang dan dibangun dengan kontruksi yang kuat dan menggunakan bahan yang memadai. b. Sistem pipa balas di kapal terpisah dari system pipa minyak bahan bakar, minyak muatan dan minyak pelumas. c. Tangki penampungan minyak kotor dari ruang permesinan berkapasitas sekurang-kurangnya : V= 0,15 x C Dimana : V = kapasitas minimum tangki tangki dalam m3 C= Pemakaian bahan bakar minyak setiap hari, dalam ton d. Pada pipa saluran pembuangan dari kapal ke darat dipasang flense sambungan pembuangan dengan ukuran standar sebagaimana tercantum dalam Lampiran I A dan I B peraturan ini; e. Pada peralatan pemisah air berminyak (Oily Water Separator) yang dipasang di ruang mesin dengan pembuangan berkadar tidak melebihi 15 ppm (part per million) dengan kapasitas sebagai berikut : 0,10 m3/jam untuk kapal dengan mesin penggerak utama kurang dari 500 PK; 0,25 m3/jam untuk kapal dengan mesin penggerak utama 500 PK atau lebih; 79

86 f. Menyediakan Buku Catatan Minyak (Oil Record Book) untuk mencatat kegiatankegiatan di kapal sebagai berikut : Untuk kapal tangki minyak : 1. Buku catatan minyak untuk ruang permesinan : a. Pencucian tangki minyak bahan bakar. b. Pembuangan air bilga melalui alat pemisah air dan minyak. c. Penyaluran limbah berminyak dari tangki penampungan minyak kotor ke fasilitas penampungan di darat. 2. Buku Catatan minyak untuk ruang muatan : a. Pemuatan minyak muatan. b. Pemindahan muatan minyak di dalam kapal selagi berlayar. c. Pembongkaran minyak muatan. d. Pencucian tangki muatan. e. Pengisian tolak bara di tangki muatan. f. Pembuangan air bilga ke luar kapal melalui alat pemisah air dan minyak. g. Pencucian tangki minyak bahan bakar. h. Penyaluran limbah berminyak dari tangki slop kapal ke fasilitas penampungan di darat. Untuk kapal selain kapal tanki minyak : Buku Catatan Minyak untuk ruang permesinan : a. Pencucian tangki minyak bahan bakar. b. Pembuangan air bliga alat melalui alat pemisah air dan minyak. c. Penyaluran limbah berminyak dari tangki penampungan minyak kotor ke fasilitas penampungan di darat. 2. Kapal tangki minyak, selain wajib memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga wajib dilengkapi dengan tangki slop penampungan limbah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Berkapasitas sekurang-kurangnya 3% dari kapasitas ruang muat; b. Dilengkapi dengan alat pendeteksi batas permukaan air dan minyak (Oil Water Interface Detector); c. Dilengkapi dengan instalasi pembuangan ke fasilitas penampungan 80

87 Pasal 5 Pemilik atau operator kapal bertanggung jawab atas pembuangan dan pemindahan limbah berminyak dari tangki penampungan di kapal ke fasilitas penampungan di darat. Pasal 6 1. Pembuangan limbah berminyak dari kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, hanya dapat dilakukan pada tempat penampungan limbah di darat yang telah ditetapkan, 2. Pembuangan limbah minyak dari kapal ke tempat penampungan limbah di darat dilakukan dengan cara diangkut menggunakan drum atau disalurkan melalui pipa. Pasal 7 1. Pemeriksaan kapal harus meliputi pemeriksaan atas kontruksi, perlengkapan dan sistem peralatan pencegahan pencemaran di kapal sebagaimana diatur dalam pasal 4, yang dilakukan sebagai berikut : a. Pemeriksaan pertama dilakukan sebelum kapal dioperasikan. b. Pemeriksaan tahunan (endorse) dilakukan setiap 12 (dua belas) bulan sekali; dan c. Pemeriksaan pembaharuan dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlakunya sertifikat berakhir. 2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh pejabat pemeriksa keselamatan kapal.. Pasal 8 1. Kapal yang telah diperiksa dan memenuhi persyaratan kontruksi, peralatan dan perlengkapan pencegahan pencemaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 diterbitkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh minyak yang bersifat sementara oleh pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal sebagaiman tercantum dalam Lampiran II A Peraturan ini. 2. Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak yang bersifat sementara sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) berlaku paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak dapat diperpanjang. 3. Untuk memperoleh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemilik/operator mengajukan permohonan dengan dilampiri : a. Hasil pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran. b. Fotokopi sertifikat lama. c. Fotokopi surat ukur. 81

88 d. Gambar instalasi peralatan pencegahan pencemaran di kapal. Pasal 9 1. Untuk mendapatkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari kapal yang bersifat tetap sebagaimana tercantum dalam Lampiran II B Peraturan ini, pemilik/operator kapal mengajukan permohonan kepada Direktur Kenderal dengan melampirkan : a. hasil pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran. b. fotokopi sertifikat sementara. c. fotokopi surat ukur. d. gambar instalasi peralatan pencegahan pencemaran di kapal. 2. Direktur Jenderal menerbitkan sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. 3. Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk jangka waktu paling lama 5(lima). Pasal 10 Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dan pasal (9) ayat. (1), dinyatakan tidak berlaku apabila terjadi ; 1. Perubahan atas kontruksi, penataan, perlengkapan, atau peralatan pencegahan pencemaran; atau. 2. Perubahan data kapal yang tercantum dalam sertifikat. Pasal Kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dapat diberikan pembebasan sebagian atau seluruhnya dari persyaratan pemasangan peralatan pencegahan pencemaran 2. Kapal-kapal yang dapat diberikan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. Tongkang tidak berawak. b. Kapal penyimpan terapung (floating storage). c. Kapal hidrofil. d. Kapal negara yang tidak dioperasikan secara komersil. e. Kapal selam wisata. f. Kapal yang tidak cukup ruangan di kamar mesin untuk memasang peralatan pencegahan pencemaran. 82

89 3. Kapal-kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mempunyai sekurangkurangnya tangki yang memadai untuk menampung minyak kotor dan buku catatan minyak (Oil Record Book). 4. Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh Direktur Jenderal. BAB IV PERALATAN PENANGGULANGAN AWAL PENCEMARAN OLEH MINYAK DI KAPAL Pasal Kapal selain kapal tangki dengan tonase kotor (GT) 400 atau lebih dan kapal tangki dengan tonase kotor (GT) 150 atau lebih wajib dilengkapi dengan pola penanggulangan tumpahan minyak dari kapal yang mencantumkan tata cara penanggulangan tumpahan minyak dari kapal dan mendapat pengesahan dari Direktur Jenderal. 2. Nakhoda atau pemimpin kapal harus membuat sijil penanggulangan tumpahan minyak dan harus dipasang ditempat yang mudah terlihat. Pasal Nakhoda harus melaksanakan latihan penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di kapal sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau bila terjadi penggantian awak kapal yang telah melebihi 25% dari jumlah anak buah kapal. 2. Latihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dicatat dalam Buku Harian kapal. Pasal Apabila nakhoda merasa tidak mampu menanggulangi tumpahan minyak di badan di sekitar kapal, harus segera meminta bantuan dari pihak-pihak yang memiliki potensi dalam penanggulangan tumpahan minyak. 2. Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari penanggulangan tumpahan minyak dan pencemaran perairan, sepenuhnya menjadi beban pemilik atau operator kapal. Pasal Pemilik atau operator kapal wajib melengkapi kapalnya dengan peralatan dan bahan penanggulangan tumpahan minyak yang berasal dari kapalnya. 2. Peralatan dan bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu ; a. bahan kimia pengendap (dispersant) 100 liter, untuk kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 150 atau lebih sampai kurang dari tonase kotor GT 1000; 83

90 b. bahan kimia pengendap (disperdsant ) 60 liter, untuk kapal selaik dari kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 400 atau lebih sampai kurang dari tonase kotor GT 1000; c. oil boom berukuran panjang sekurang-kurangnya 140 meter, bahan kimia pengendap (dispersant) 400 liter, alat penyemprot, dan bahan penyerap (absorber) minyak 100 kg, untuk kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 1000 sampai kurang dari tonase kotor GT 5000; d. bahan kimia pengendap (dispersant) 400 liter dan bahan penyerap (absorber) minyak 100 kg, untuk kapal selain dari kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 1000 atau lebih sampai kurang dari tonase kotor GT e. Oil boom berukuran panjang sekurang-kurangnya 200 meter, bahan kimia pengendap (dispersant) 600 liter, alat penyemprot, dan bahan penyerap (absorber) minyak 200 kg untuk kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 5000 sampai kurang dari tonase kotor GT ; f. Bahan kimia pengendap (dispersant) 600 liter, alat penyemprot dan bahan penyerap (absorber) minyak 200 kg, untuk kapal selain dari kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 5000 sampai kurang dari tonase kotor GT ; g. Oil boom yang panjangnya sekurang-kurangnya 300 meter, bahan kimia pengendap (dispersant) 1000 liter, alat penyemprot, dan bahan penyerap (absorber) minyak 300 kg untuk kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT atau lebih h. Bahan kimia pengendap (dispersant) 1000 liter, alat penyemprot dan bahan penyerap (absorber) minyak 300 kg, untuk kapal selain dari kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT atau lebih. 3. Kapal-kapal yang dilengkapi dengan oil boom harus dilengkapi pula dengan sekoci kerja. BAB V TANGGUNG JAWAB PEMILIK ATAU OPERATOR KAPAL Pasal Pemilik atau operator kapal tunduk pada ketentuan konversi internasional tentang tanggung jawab privat atas kerusakan akibat pencemaran oleh minyak (clc,69 protocol 1992) WAJIB mengasuransikan tanggung jawabnya atas kerugian yang disebabkan karena pencemaran di perairan oleh minyak yang berasal dari kapal nya. 84

91 2. Pemilik atau operator kapal yang mengangkut minyak sebagai muatan secara curah kurang dari 2000 ton, bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang disebabkan karena pencemaran di perairan oleh minyak yang berasal dari kapalnya. Pasal 17 Kapal yang mengangkut bahan cair pencemar selain minyak, bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang disebabkan karena pencemaran di perairan yang berasal dari kapalnya. Pasal Pemilik atau operator kapal yang telah mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), diterbitkan Sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Direktur Jenderal sebagaimana contoh Lampiran III Peraturan ini. 2. Untuk dapat diterbitkannya sertifikat dana jaminan ganti rugi pencemaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemohon mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan : a. Fotokopi dan asli bukti jaminan keuangan (blue card) dari asuransi yang masih berlaku, yang nilai nominalnya mencapai jumlah tanggung jawab pemilik kapal; dan b. Fotokopi sertifikat pencegahan pencemaran oleh minyak di kapal. 3. Sertifikat Dana Jaminan Ganti Pencemaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterbitkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Pasal Masa berlaku sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak sama dengan masa berlaku jaminan ganti rugi pencemaran oleh minyak dari perusahaan asuransi. 2. Sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak tidak berlaku, apabila: a. Kapal ganti nama. b. Perubahan konstruksi kapal. c. Perubahan fungsi kapal. d. Ganti pemilik atau operator. e. Berakhirnmya masa berlaku jaminan ganti rugi pencemaran. 85

92 3. Sertifikat Dana jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak yang masih berlaku harus berada di kapal; dan siap untuk ditunjukan kepada pejabat yang berwenang setiap kali diminta. Pasal 20 Pemilik atau operator kapal bertanggung jawab terhadap pencemaran yang diakibatkan dari kapalnya sebesar nilai nominal dana jaminan ganti rugi pencemaran yang dipertanggungkan Pasal Ganti rugi yang menjadi tanggung jawab pemilik kapal sekurang-kurangnya meliputi : a. Biaya operasi penanggulangan pencemaran tumpahaan minyak. b. Biaya pemulihan lingkungan laut; dan c. Biaya kerugian masyarakat. 3.2 Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, sekurang-kurangnya meliputi : a. Biaya personil. b. Biaya perjalanan dan akomodasi. c. Biaya peralatan. d. Biaya bahan yang dipakai. e. Biaya pengangkutan. f. Biaya penyimpanan sementara limbah. g. Biaya analisa laboratorium. h. Biaya administrasi dan komunikasi. BAB VI PENCUCIAN TANGKI KAPAL DAN DUMPING Pasal 22 Pembersihan tangki kapal yang tidak dilakukan oleh awak kapal harus dilaksanakan oleh badan usaha yang bergerak di bidang pembersihan tangki kapal yang memenuhi syarat BAB VII PENGANGKUTAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN Pasal 30 Pengangkutan limbah bahan Berbahaya dan beracun (limbah B3) melalui kapal, harus mendapat izin dari pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal di pelabuhan dimana kapal berada sebagai bagian dari Surat Izin Berlayar (SIB) setelah mendapat rekomendasi dari Menteri yang bertanggung jawab dibidang lingkungan hidup. 86

93 Gambar 2. 6.Contoh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari kapal 87

94 88 Gambar Contoh sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi pencemaran Laut

95 3.3 Manajemen keselamatan dan Manajemen Keamanan Kapal Pasal 169 Pengertian Manajemen Keselamatan kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal (UU RI No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran) Manajemen Keselamatan kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal adalah satu kesatuan sistem dan prosedur serta mekanisme yang tertulis dan terdokumentasi bagi perusahaan angkutan laut dan kapal niaga untuk pengaturan, pengelolaan, pengawasan dan peninjauan ulang serta peningkatan terus menerus dalam rangka memastikan dan mempertahankan terpenuhinya seluruh kesesuaian terhadap standar keselamatan dan pencegahan pencemaran yang dipersyaratkan dalam ketentuan internasional yang terkait dengan manajemen kapal dan pencegahan pencemaran. 1. Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis dan ukuran tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal. 2. Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diberi sertifikat. 3. Sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal berupa Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of Compliance/DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate/SMC) untuk kapal. 4. Sertifikat diterbitkan setelah dilakukan audit eksternal oleh pejabat pemerintah yang memiliki kompetensi atau lembaga yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah. 5. Sertifikat Manajemen Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diatur dengan Peraturan Menteri. ISM code adalah pedoman manajemen keselamatan yang diterapkan di perusahaan (pelayaran, operator, ship management) dan kapal (armada) perusahaan guna mengoperasikan kapal secara aman (ABK, muatan, kapal) serta mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. ISM code adalah manajemen internasional untuk keselamatan kapal-kapal dan untuk pencegahan pencemaran yang telah di sahkan oleh IMO (ketentuan ini di revisi 89

96 pada tanggal 1 Januari 2002 dan mulai berlaku 1 Juli Perusahaan harus memiliki DOC (Document of Compliance) berlaku selama 5 tahun diaudit setiap 2,5 tahun. (Safety Management Certificate) berlaku 5 tahun dan diaudit 2,5 tahun. Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor manusia dan perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kapal, manusia, cargo dan harta benda serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal dan perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Koda International Safety Management (ISM Code) yang juga dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention. Tabel 2. 1Jadwal Penerapan dan pemenuhan ISM Code diberlakukan secara internasional Tanggal Ukuran dan Tipe Kapal 01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi GT >= 500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia, Kapal Tangki Gas Cair, Kapal Muatan Curah, Kapal Barang Kecepatan Tinggi 01 Juli 2002 GT >= 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore Drilling Unit (MODUl) Pemerintah Indonesia yang meratifikasi Kode tersebut, menetapkan penjadwalan penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia yang beroperasi secara internasional sesuai dengan jadwal tersebut diatas dan bagi yang beroperasi secara domestik diberlakukan sebagai berikut : Tabel 2. 2Jadwal Penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia Tanggal Ukuran dan Tipe Kapal 01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang, Kapal Penumpang Penyeberangan dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi GT >= 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry) GT >= 500 untuk Kapal Tangki Kimia dan Kapal Cargo 90

97 Tanggal Ukuran dan Tipe Kapal Kecepatan Tinggi 01 Juli 1999 GT >= 500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki Gas Cair 01 Juli 2000 GT >= 500 untuk Kapal Muatan Curah 01 Juli <= GT < 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry) GT >= 500 untuk Kapal Peti Kemas 01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU) 01 Juli 2004 GT >= 500 untuk Kapal Barang Lainnya 01 Juli <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia, Kapal Tangki Gas Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang memiliki atau mengoperasikan kapal-kapal sesuai dengan penjadwalan di atas, harus menetapkan, Sistem Manajemen Keselamatan untuk perusahaan dan kapalnya dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Persyaratan tersebut, meliputi mendokumentasikan, menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen keselamatan yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh Pemerintah atau organisasi yang diakui (Recognized Organization / RO) dalam rangka penerbitan sertifikat setelah dipenuhinya semua persyaratan ISM Code. Perusahaan (Company) yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan Dokumen Kesesuaian atau Document of Compliance (DOC) dan setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan Sertifikat Manajemen Keselamatan atau Safety Management Certificate (SMC). Baik DOC maupun SMC masa berlakunya 5 tahun. Perusahaan dan kapalnya yang tidak dapat memenuhi persyaratan ISM Code akan menghadapi kesulitan dalam operasionalnya, baik diperairan internasional maupun domestik. dan perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kapal, manusia, cargo dan harta benda serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal dan perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Koda International Safety Management (ISM Code) yang juga dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention. 91

98 Tabel 2. 3Jadwal Penerapan ISM Code yang dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention 01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU) 01 Juli 2004 GT >= 500 untuk Kapal Barang Lainnya 01 Juli <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia, Kapal Tangki Gas Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi BKI sebagai Organisasi yang diakui (RO)oleh Pemerintah Indonesia telah ditunjuk atas nama Pemerintah untuk melaksanakan approval, verifikasi dan menerbitkan sertifikat DOC & SMC Interim atau short term. Sedangkan sertifikat permanen akan diterbitkan oleh Pemerintah cq Ditjen Perhubungan Laut. Data perusahaan dan kapal yang telah disertifikasi akan didaftarkan dan dipublikasikan dalam Buku Register ISM Code oleh BKI. Prosedur untuk mendapatkan sertifikat DOC - ISM Code sebagai berikut : 1. Menyerahkan form aplikasi dengan dilampirkan manual Sistem Manajemen Keselamatan kepada BKI Kantor Pusat cq Divisi Statutoria atau Kantor Cabang BKI terdekat. 2. BKI akan melakukan approval atas manual Sistem Manajemen Keselamatan. Apabila ada kekurangan, maka manual akan dikembalikan untuk diperbaiki. 3. Apabila manual Sistem Manajemen Keselamatan telah memenuhi syarat, maka dilakukan Verifikasi Awal (Initial Verification) ke kantor perusahaan pemohon untuk diperiksa kesesuaian antara manual dengan penerapannya. Untuk ini, BKI akan mengirimkan auditor yang kompeten untuk memeriksa penerapan sistem di perusahaan. 4. Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Audit dan Sertifikat DOC sementara yang berlaku 5 bulan. 5. Untuk penerbitan DOC permanen dari Pemerintah, BKI akan mengurus penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI. Prosedur untuk mendapatkan sertifikat SMC - ISM Code sebagai berikut : 1. Kapal harus dioperasikan atau dikelola oleh perusahaan yang telah memiliki sertifikat DOC 2. Menyerahkan form aplikasi dengan dilampirkan salinan DOC kepada BKI Kantor Pusat cq Divisi Statutoria atau Kantor Cabang BKI terdekat. 3. BKI akan menunjuk auditor yang kompeten untuk melakukan verifikasi diatas kapal untuk diperiksa kesesuaian persyaratan ISM Code diatas kapal. 92

99 4. Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Audit dan Sertifikat SMC sementara yang berlaku 5 bulan. 5. Untuk penerbitan SMC permanen dari Pemerintah, BKI akan mengurus penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI. Setelah mendapatkan sertifikat, baik DOC atau SMC, maka ada kewajiban dari Perusahaan dan kapalnya untuk mempertahankan sertifikat tersebut dengan mengajukan permohonan verifikasi periodik kepada BKI dengan jadwal sebagai berikut : Tabel 2. 4Jadwal permohonan verifikasi periodik kepada BKI Sertifikat Verifikasi Periodik DOC Verifikasi Tahunan (Annual Verification), setiap tahun dengan masa pengajuan antara 3 bulan sebelum s.d 3 bulan sesudah dari ulang tahun sertifikat. Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan masa pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat. SMC Verifikasi Antara (Intermediate Verification), dengan masa pengajuan antara tahun ke 2 hingga tahun ke 3 dari ulang tahun sertifikat. Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan masa pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat. Selain itu, BKI juga diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat DOC atau SMC Interim yang ditujukan bagi perusahaan atau kapal dengan kondisi sebagai berikut : 1. Perusahaan yang baru didirikan. 2. Tipe Kapal baru ditambahkan pada dokumen DOC yang sudah ada. 3. Kapal yang baru selesai dibangun. 4. Kapal yang baru bergabung dengan perusahaan. 5. Kapal baru berganti bendera kapal. 93

100 94 Persyaratan untuk mendapatkan DOC/SMC Interim adalah : 1. Telah memiliki manual Sistem Manajemen Keselamatan sesuai persyaratan ISM Code. 2. Memiliki jadwal implementasi selama masa berlakunya DOC / SMC Interim. Masa berlaku DOC Interim adalah 6 bulan dan sertifikat SMC Interim adalah 6 bulan (dapat diperpanjang maksimal 6 bulan lagi.) Manajemen Keamanan Kapal Pasal 170 Pengertian Manajemen Keamanan kapal (UU RI No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran) Manajemen keamanan kapal adalah satu kesatuan sistem dan prosedur dan mekanisme yang tertulis dan terdokumentasi bagi perusahaan angkutan laut dan kapal niaga untuk pengaturan, pengelolaan, pengawasan dan peninjauan ulang seta peningkatan terus menerus dalam rangka memastikan terpenuhinya seluruh kesesuaian terhadap kesiapan kapal menghadapi, mempertahankan, dan menjaga keamanan kapal dalam rangka meningkatkan keselamatan kapal. 1. Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk ukuran tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal. 2. Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi sertifikat. 3. Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional (International Ship Security Certificate/ISSC). 4. Sertifikat diterbitkan setelah dilakukan audit eksternal oleh pejabat pemerintah yang memiliki kompetensi atau lembaga yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah. 5. Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal diterbitkan oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh Menteri. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan sertifikat manajemen keamanan kapal diatur dengan Peraturan Menteri. Pada tanggal 12 Desember 2002, IMO telah menyetujui amandemen SOLAS dalam meningkatkan sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan. Amandemen tersebut adalah Chapter baru dari SOLAS yaitu XI-2 "Special Measure to Enhance Maritime Security". IMO juga menyetujui pemberlakuan International Ship Security and Port Facility Code (ISPS Code). Pemenuhan Part A dari ISPS Code adalah mandatory bagi kapal-kapal yang terkena lingkup penerapan serta fasilitas pelabuhan yang melayani jasa kepelabuhan terhadap kapal`yang beroperasi secara internasional.

101 ISPS-Code (Internasional Ship and Port Facility Security Code) adalah manajemen keamanan penanggulangan terhadap ancaman kapal dan pelabuhan dari gangguan, teror, bajak laut, perampok, pencurian, penyelundupan nakhoda, penumpang gelap dan sabotase.isps-code diberlakukan bagi pelabuhan dari ancaman keamanan, berlaku mulai 1 Juli Implementasi ISPS-Code : ISPS Code ini mulai diberlakukan secara internasional mulai 1 Juli 2004, bagi jenis atau tipe kapal yang melayari perairan internasional, yang meliputi : 1. Kapal Penumpang, termasuk High Speed Passenger Craft (HSC) / kapal penumpang kecepatan tinggi, 2. Kapal barang termasuk kapal barang berkecepatan tinggi / Cargo Ship, termasuk High Speed Craft dengan tonase > 500 GT dan 3. Mobile Offshore Drilling Unit (MODU) / Unit pengeboran Lepas Pantai berpindah. Dan Fasilitas Pelabuhan yang memberi layanan terhadap kapal-kapal yang melayari perairan internasional. Resiko jika kapal tidak memilki atau tidak mempunyai ISPS-code : Kapal tidak dapat berlayar ke luar negeri dan kapal asing tidak akan menyinggahi pelabuhan company security officer (CSO) : ditunjuk perusahaan bertanggung jawab terhadappedoman manajemen, Berlaku 5 tahun diaudit setiap 2,5 tahun. ISPS Code (International Ship and Port facility Security Code) adalah suatu ketentuan yang berisi tentang tindakan khusus untuk meningkatkan keamanan kapal, perusahaan, dan fasilitas pelabuhan, tujuannya adalah : 1. Untuk menetapkan suatu kerangka kerja sama antara negara-negara anggota badan pemerintah, administrasi lokal, industry pelayaran, dan pelabuhan untuk mendeteksi ancaman keamanan dan mencegah insiden keamanan serta cara mengatasinya yang berpengaruh terhadap kapal-kapal atau fasilitas pelabuhan yang dipergunakan untuk perdagangan internasional. 2. Menetapkan peran dan tanggung jawab setiap negara anggota (Contracting Government), Badan-badan pemerintah, Pemerintah setempat, Industri Pelayaran dan Pelabuhan, baik ditingkat nasional maupun internasional untuk menjamin keamanan di laut (maritim). 3. Untuk menciptakan suatu metodologi untuk penilaian keamanan yang digunakan untuk membuat rencana keamanan dan prosedur-prosedur untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan aksi terhadap perubahan setiap level atau tingkat keamanan. 95

102 4. Untuk memastikan pengumpulan dan pertukaran informasi yang terkait dengan keamanan lebih awal. 5. Untuk memastikan kepercayaan bahwa ketentuan keamanan maritim cukup dan professional di bidangnya. Jika merujuk kepada persyaratan ISPS Code, semua kapal yang terkena peraturan ini, harus menetapkan Sistem Manajemen Keamanan kapal yang di dokumentasikan dalam manual Ship Security Plan (SSP) dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Persyaratan tersebut, meliputi mendokumentasikan Ship Security Assessment (SSA) &Ship Security Plan (SSP), menerapkan dan mempertahankan Sistem Manajemen Keamanan yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh Pemerintah atau organisasi yang diakui (Recognized Security Organization / RSO) dalam rangka penerbitan sertifikat International Ship Security Certificate (ISSC) setelah dipenuhinya semua persyaratan ISPS Code. Masa berlakunya sertifikat ISSC adalah 5 tahun. Kapal yang tidak dapat memenuhi persyaratan ISPS Code akan menghadapi kesulitan dalam operasionalnya, khususnya diperairan internasional. BKI sebagai Organisasi keamanan yang diakui (RSO) oleh Pemerintah Indonesia telah ditunjuk atas nama Pemerintah untuk melaksanakan approval, verifikasi dan menerbitkan sertifikat ISSC Interim atau short term. Sedangkan sertifikat ISSC permanen akan diterbitkan oleh Pemerintah cq Ditjen Perhubungan Laut. Data perusahaan dan kapal yang telah disertifikasi akan didaftarkan dan dipublikasikan dalam Buku Register ISPS Code oleh BKI. Prosedur untuk mendapatkan sertifikat ISSC - ISPS Code sebagai berikut : 1. Perusahaan pemohon menyerahkan form aplikasi dengan dilampirkan manual Ship Security Plan (SSP), Ship Security Assessement (SSA) dan salinan sertifikat Company Security Officer (CSO) / Ship Security Officer (SSO) kepada BKI Kantor Pusat cq Divisi Statutoria atau Kantor Cabang BKI terdekat. 2. BKI akan melakukan approval atas manual SSP. Apabila ada kekurangan, maka manual akan dikembalikan untuk diperbaiki. 3. Apabila manual SSP telah memenuhi syarat, BKI akan memberikan Laporan Kesesuaian Dokumen SSP dan memberikan stempel 'Approval' pada halaman depan dan setiap halaman dari manual SSP. 4. Manual SSP yang sudah disetujui dikembalikan ke pemohon untuk diteruskan ke kapal yang bersangkutan dalam rangka implementasi di atas kapal. 96

103 5. Setelah diimplementasikan minimal 2 bulan, Perusahaaan pemohon mengajukan aplikasi untuk dilakukan Verifikasi Awal (Initial Verification) di atas kapal untuk diperiksa kesesuaian antara manual SSP dengan penerapannya. Untuk ini, BKI akan mengirimkan auditor yang kompeten dalam memeriksa penerapan Sistem Manajemen Keamanan di atas kapal. 6. Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Verifikasi Awal (Initial Verification Report) dan Sertifikat ISSC sementara (short term) yang berlaku 5 bulan. 7. Untuk penerbitan ISSC permanen dari Pemerintah, BKI akan mengurus penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI. Setelah mendapatkan sertifikat ISSC, maka ada kewajiban dari Perusahaan dan kapalnya untuk mempertahankan sertifikat tersebut dengan mengajukan permohonan verifikasi periodik dengan jadwal sebagai berikut : 1. Verifikasi Antara (Intermediate Verification), dengan masa pengajuan antara tahun ke 2 hingga tahun ke 3 dari ulang tahun sertifikat. 2. Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan masa pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat. Selain itu, BKI diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat ISSC Interim yang ditujukan bagi kapal dengan kondisi sebagai berikut : 1. Kapal yang belum memiliki sertifikat ISSC. 2. Kapal ganti perusahaan induknya, yang sebelumnya belum mengoperasikan kapal tersebut. 3. Kapal baru berganti bendera kapal. Persyaratan untuk mendapatkan ISSC Interim adalah : 1. Ship Security Assessment (SSA) telah dilakukan dan didokumentasikan untuk kapal ybs. 2. Ship Security Plan (SSP) telah disusun, telah disetujui oleh Pemerintah /RSO yang ditunjuk dan siap / sedang diimplementasikan. 3. Kapal dilengkapi dengan Ship Security Alert System (SSAS) sesuai dengan pemberlakuannya. 4. Company Security Officer (CSO) menjamin SSP diterapkan diatas kapal, termasuk pelaksanaan security drill, pelatihan dan internal audit. 5. Merencanakan waktu pelaksanaan Verifikasi Awal (Initial Verification). 6. Nakhoda dan awak kapalnya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya dalam hal keamanan kapal. 97

104 7. Ship Security Officer (SSO) sesuai dengan persyaratan ISPS Code. Masa berlaku ISSC Interim adalah 6 bulan dan tidak dapat diperpanjang. Dokumen-dokumen kapal dapat dibagi : 1. Sertifikat-sertifikat dan surat-surat kapal. 2. Sertifikat-sertifikat dan surat-surat kir alat-alat. 3. Surat-surat kapal untuk awak kapal. 4. Surat-surat kapal sehubungan dengan pengoperasian kapal. Dokumen dan Sertifikat Dokumen - dokumen dan sertifikat sertifikat yang harus ada di kapal adalah : 1. Surat tanda kebangsaan (Surat Laut / Pas Tahunan / Pas kecil ). 2. Surat Ukur. 3. Buku Sijil. 4. Sertifikat sertifikat : a. Sertifikat keselamatan konstruksi kapal barang. b. Sertifikat keselamatan perlengkapan kapal barang. c. Sertifikat keselamatan radio kapal barang. d. Sertifikat keselamatan kapal penumpang. e. DOC dan SMC ( Berdasarkan ISM Code ). f. Sertifikat pencegahan oleh Minyak ( IOPP ). g. Buku catatan minyak dan SOPEP. h. Minimum safe Manning Certificate. i. Sertifikat dari Perwira dan ABK. j. Load Line Certificate. k. Surat izin berlayar dari pelabuhan terakhir. l. Crew List. m. Cargo Manifest. n. Buku kesehatan. 1. Surat Tanda Pendaftaran Kapal (Certificate Of Registry) Surat Tanda Pendaftaran Kapal adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa kapal telah dicatat dalam register kapal-kapal, yaitu setelah memperoleh Surat Ukur. Maksud dan tujuan Pendaftaran kapal ialah untuk mendapatkan bukti Tanda Kebangsaan dan Surat Laut atau Surat Pas Kapal. Kapal yang belum didaftarkan dalam register kapal tidak mungkin mendapat suatu bukti kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan berupa Surat laut atau Pas Kapal itu 98

105 penting karena dengan mengibarkan bendera kebangsaan dapat diketahui kebangsaan dari kapal yang bersangkutan. Manfaat dan atau kekuatan dari Bukti Kebangsaan Kapal : a. Sebagai kekuatan hukum di dalam Negara Indonesia, artinya :Bahwa kapal sudah didaftarkan dalam register kapal dan kapal itu bukan kapal asing, melainkan kapal Indonesia yang tundukpada hukum Negara Indonesia. b. Sebagai kekuatan hukum diluar Negara Indonesia, pada saat kapal berada di wilayah teritorial negara lain, diatas kapal itu tetap merupakan wilayah Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Surat Tanda Kebangsaan kapal Indonesia diberikan oleh Menteri dalam bentuk : a. Surat Laut untuk Kapal berukuran GT 175 atau lebih. b. Pas besar (Pas tahunan) untuk kapal berukuran GT 7 sampai dengan ukuran kurang dari GT 175. c. Pas kecil untuk kapal berukuran kurang dari GT 7. d. Surat ijin sementara (surat tanda kebangsaan sementara) untuk kapal yang proses pendaftarannya belum selesai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kapal diberi Surat Ukur setelah diadakan pengukuran oleh Juru Ukur, kemudian kapal didaftarkan untuk memperoleh Tanda Pendaftaran Kapal, setelah itu diberikan Bukti Kebangsaan. 2. Surat Ukur (Certificate Of Tonnage And Measurement) Surat Ukur (Certificate of Tonnage and Measurement ) ialah suatu Sertifikat yang diberikan setelah diadakan pengukuran terhadap kapal oleh juru ukur dan instansi pemerintah yang berwenang, yang merupakan sertifikat pengesahan dan ukuran-ukuran dan tonase kapal menurut ketentuan yang berlaku. Setelah diadakan pengukuran kepada kapal diberikan Surat Ukur Kapal. Isi dari sebuah Surat Ukur itu antara lain, Nama Kapal, Tanda Selar (Nomor Register resmi kapal), Tempat asal kapal, Jumlah dek, jumlah tiang, dasae berganda, tangki ballast, Ukuran Tonnage, Volome dan lainnya. Surut Ukur tidak berlaku lagi atau tidak mempunyai masa berlaku lagi apabila kapal tidak berganti nama, tidak berubah konstruksi, tidak tenggelam, tidak terbakar, musnah dan sejenisnya. Juru ukur dari instansi pemerintah yang berwenang, biasanya dari pegawai di lingkungan Dirjen Perhubungan Laut, dan hanya kapal-kapal yang besarnya 20 m3 keatas yang wajib memperoleh Surat Ukur. 3. Sertifikat lambung timbul/ Garis Muat Kapal(Lode Line Certificate) Sertifikat Garis Muat Kapal (Load Line Certificateional) adalah suatu sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah Negara kebangsaan kapal, 99

106 berdasarkan perjanjian internasional tentang garis muat untuk tiap-tiap musim atau daerah atau jenis perairan dimana kapal berlayar. Lambung timbul adalah tanda pada lambung kapal yang menunjukkan batas pemuatan kapal, merupakan salah satu pertimbangan syahbandar sebelum menerbitkan surat izin berlayar.lambang lambung timbul berupa lingkaran beserta beberapa garis yang menunjukkan batas pemuatan pada beberapa jenis atau daerah yang dilalui, hal ini penting karena berat jenis air di sungai akan berbeda dengan laut di daerah tropis ataupun di daerah yang bersuhu dingin. Maksud dan tujuan dari sertifikat garis muat itu adalah agar kapal tidak dimuati lebih dari garis muat yang diijinkan sehingga kapal tetap memiliki daya apung cadangan (reserve of Buoyance) yang cukup sehingga menjamin pula keamanan selama pelayaran. Tanda merkah kambangan ini biasanya di cat putih atau kuning dengan dasar gelap atau di cat hitam dengan latar belakang dengan warna muda. Semua garis-garisnya mempunyai tebal 1 atau 25. Tanda ini dibuat dengan maksud agar setiap kapal membatasi jumlah berat muatan yang diangkutnya sesuai dengan jenis kapal dan musim yang berlaku di tempat dimana kapal tersebut berlayar. Adapun isi dari sertifikat garis muat meliputi nama kapal, nama panggilan kapal, nama pelabuhan pendaftaran, isi kotor dan ukuran serta susunan lambung timbul kapal/merkah kambangan/plimsol Mark dituliskan huruf : S = Musim panas W = Musim dingin WNA = Musim dingin Atlantik utara T = daerah Tropis FW = Daerah Air Tawar TFW = Daerah Air Tawar di tempat Tropis Pasal 147 UU RI No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, Garis Muat Kapal dan Pemuatan 1. Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan persyaratan. 2. Penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis Muat. 3. Pada setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang Marka Garis Muat secara tetap sesuai dengan daerah-pelayarannya. 100

107 Pasal Setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dilengkapi dengan informasi stabilitas untuk memungkinkan Nakhoda menentukan semua keadaan pemuatan yang layak pada setiap kondisi kapal. 2. Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan muatan barang serta pengaturan balas harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Pasal Setiap peti kemas yang akan dipergunakan sebagai bagian dari alat angkut wajib memenuhi persyaratan kelaikan peti kemas. 2. Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan peti kemas serta pengaturan balas harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Susunan muatan harus diperhatikan baik yang menyangkut stabilitas kapal maupun yang menyangkut masalah keselamaatan. Muatan tidak boleh menggaggu pemandangan dari anjungan serta tidak mengganggu operasi dari alat-alat penolong dan pemadam kebakaran. Stabilitas kapal harus baik dan selamat untuk berlayar. Batas benaman tidak boleh melebihi garis Plimsol Mark didasarkan perhitungan sesuai Load Line Convention 1966, dimana sertifikatnya harus ada di kapal. 101

108 Gambar Plimsoll mark pada kapal barang kapal pengangkut Log Sertifikat Lambung Timbul sesuai dengan Peraturan Garis Muat Indonesia (PGMI 1986) yang berlaku untuk perairan Indonesia yang berada di daerah tropis dan sekitarnya. Sertifikat ini berlaku 4 (empat) tahun. Sertifikat Lambung Timbul sesuai Internasional Load Line Convention (ILLC 1966) yang berlaku untuk kapal samudera yang berlayar di daerah tropis, subtropis maupun perairan yang bermusim dingin. Sertifikat ini berlaku 5 (lima) tahun. 102

109 4. Sertifikat Kesempurnaan Sertifikat Kesempurnaan adalah surat keterangan kondisi kapal, alat perlengkapan, alat navigasi, alat komunikasi kapal berfungsi tertentu dengan ketentuan setelah diadakan pemeriksaan fisik kapal yang bersangkutan ; 5. Sertifikat Kapal Bendera Kemudahan (Flag Of Convenience) Bendera kemudahan adalah kapal yang menggunakan bendera kebangsaan Negara yang tidak sama dengan kebangsaan dari pemilik kapal tersebut. Contoh sebuah kapal yang menggunakan bendera kemudahan itu adalah bila pemilik kapal adalah warga Negara Indonesia akan tetapi kapalnya didaftarkan di Panam, jadi kapal tersebut mempunyai register Panama. Ada beberapa hal yang penting perlu diketahui mengapa banyak kapal yang mencari bendera kemudahan karena : a. Pemilik kapal dengan sengaja menghindari pajak nasional. b. Menghindari peraturan-peraturan keselamatan pelayaran. c. Menghindari adanya standar pelatihan dan sertifikasi untuk para pelaut. d. Menghindari peranan organisasi pelaut dalam melindungi tenaga kerja pelaut. e. Membayar upah pelaut di bawah standar ITF (International Transport Workers Federation). 6. Sertifikat kapal penumpang (Passanger Ship Safety Certificate) Sertifikat kapal penumpang hanya diberikan kepada kapal penumpang yang mengangkut penumpang lebih dari 12 orang. Sebuah kapal penunpang dapat diberi sertifikat kapal penumpang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Mengenai kontruksi kapal. b. Mengenai Radio Telegraphy dan atau radio telephony. c. Mengenai garis muat. d. Mengenai Akomodasi penumpangnya. e. Mengenai alat-alat penolong kapal (safety equipment). 7. Sertifikat hapus Tikus kapal (Dreating Certificate) Sertifikat hapus Tikus kapal (Dreating Certificate) adalah suatu sertifikat yang diberikan kepada sebuah kapal oleh Departemen kesehatan yaitu kesehatan pelabuhan (Port Health), setelah kapal yang bersangkutan di semprot dengan uap campuran belerang atau cyanide dan telah diteliti tidak terdapat tikus di kapal atau relatif sudah sangat sedikit jumlahnya. 103

110 Masa berlaku sertifikat ini adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 1 tahun. Jika telah habis masa berlakunya tetapi kapal belum disemprot lagi hanya diteliti dan ditemui bahwa tidak ada atau tidak banyak tikus di kapal, maka kapal itu diberikan Surat keterangan yang disebut dengan pembebasan Hapus Tikus (Dreating Exemption) yang berlaku 6 bulan. Pembebasan Hapus tikus di kapal (Dreating Exemption) adalah sebuah keterangan yang diberikan kepada sebuah kapal yang sertifikat hapus tikusnya telah gugur atau tidak berlaku lagi, dimana kapal tersebut tidak atau belum disemprot lagi dengan uap campur belerang atau cyanide, melainkan hanya diteliti dan didapati bahwa tidak ada atau tidak banyak tikus di kapal. Pembebasan hapus tikus (Dreating Exemption) diberikan dengan masa berlakunya 6 bulan. 8. Sertifikat Keselamatan Berdasarkan UU RI. No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran Sertifikat keselamatan adalah sertifikat yang diberikan, apabila kapal telah memenuhi syarat-syarat keselamatan kapal (material, kontruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio, elektronika kapal) serta telah memiliki sertifikat kesempurnaan. Sertifikat keselamatan terdiri atas: a. Sertifikat keselamatan kapal penumpang. b. Sertifikat keselamatan kapal barang. c. Sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan. Nahkoda dan atau ABK harus memberitahukan kepada Pejabat pemeriksaan keselamatan kapal apabila mengetahui bahwa kondisi kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal ikan, dan nakhoda wajib membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. Pemilik, operator, badan klasifikasi yang ditunjuk sebagimana dimaksud pada ayat 2 wajib melaporkan kegiatannya kepada menteri. Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasi pada badan klasifikasi untuk keperluan mempersyaratan keselamatan kapal. Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang memenuhi persyaratan dengan jenis, ukuran, daerah pelayarannya. Kapal sesuai dengan jenis, ukuran, daerah pelayarannya wajib menyebarluaskan kepada pihak lain dan atau instansi pemerintah. 104

111 Gambar Prosedur Penertiban Sertifikat Keselamatan Kapal 9. Sertifikat Keselamatan radio Sertifikat yang diberikan, apabila pesawat radio telegraf telah memenuhi syarat. Sertifikat ini diwajibkan untuk tiap kapal yang menurut undang-undang harus dilengkapi dengan radio telegraf. 10. Surat-surat kapal yang lain Kapal yang datang dari laut dengan membawa muatan dan atau penumpang. Nakhoda sudah membuat dan menyiapkan dokumen-dokumen kapal yang lain seperti : a. Crew list adalah Daftar nama dari seluruh anggota atau awak kapal. b. Personal effect list adalah daftar nama dan jumlah barang pribadi milik awak kapal dibuat dalam kepentingan pemeriksaan petugas Bea dan Cukai, dibuat untuk kapal yang dating dari luar negeri. c. Cargo manifest adalah daftar muatan di kapal. d. Cargo Discharging list adalah daftar muatan yang akan dibongkar di pelabuhan yang bersangkutan. e. Passangers List adalah daftar nama penumpang di kapal. 105

112 106 f. Harbor Report (warta kapal) merupakan suatu warta kapal yang berisi segala keterangan mengenai kapal, muatan, air tawar, bahan bakar,penumpang, hewan ada tidaknya senjata api di kapal, tempat berlabuh atau tempat sandar. g. Intenational Declaration of Health adalah suatu pernyataan bahwa kapal sehat, tidak tersangka dan tidak terjangkit suatu penyakit menular. h. Daftar atau sijil Awak kapal adalah suatu buku yang berisi daftar nama dan jabtan anak kpal, yaitu mereka yang melakukan tugas di atas kapal yang harus diketahui serta disyahkan oleh syahbandar (Pasal 375 KUHD). Perbedaan Crew List dengan sijil Awak Kapal dapat dilihat dari : Crew List hanya berlaku sekali pakai yaitu pada saat kapal memasuki pelabuhan. Sijil Awak kapal berlaku terus, sepanjang tidak ada alasan untuk menggugurkannya.crew List dibuat dan ditanda tangani oleh nakhoda setiap kali masuk pelabuhan. Sijil Awak kapal ditanda tangani oleh syahbandar setiap ada awak kapal yang naik dan turun dari kapal (sign on atau sign off) 11. Buku Harian Kapal (BHK) BHK adalah jurnal yang harus di buat oleh kapal yang berukuran lebih dari 500 m3 isi kotornya, sedangkan menurut PP No. 51 tahun 2002 tentang perkapalan kapal dengan isi kotor GT 100 atau lebih. Isi Buku Harian Kapal : a. Mengenai kegiatan kapal dan pelayarannya. b. Pelaksanaan peraturan dan undang-undang di kapal. c. Aktifitas kerja awak kapal. d. pertanggung jawaban semua tindakan awak kapal. Fungsi penyelenggaraan BHK : a. sebagai bentuk pertanggungjawaban nakhoda. b. sebagai kontrol apakah peraturan-peraturan telah di laksanakan atau tidak. c. bahan pembuktian. d. sumber data bagi hakim jika terjadi sengketa. e. sebagai bahan pengawasan oleh pemerintah. Larangan terhadap BHK : a. Dilarang mencoret-coret BHK. b. Menghapus atau merobek BHK. c. mengosongkan halaman BHK. d. menyobek halaman BHK.

113 e. menyisipkan halaman BHK (tiap-tiap buku harus diberi nomor halaman). f. penggantian BHK itu sendiri. BHK diisi oleh nakhoda atau mualim I tiap hari untuk menghindari lupa, kekeliuran waktu. Sebagai fungsi kontrol terhadap aspek-aspek keselamatan yang dilaksanakan di atas kapal selama pelayaran dan sebagai kontrol terhadap pengisian BHK, buku harus diserahkan untuk diperiksa setiap akhir pelayaran kepada syahbandar, yang kemudian menanda tanganinya, sebagai bukti pemeriksaan (EXHIBITUM). Sistematika Buku Harian Kapal terbagi 2 komponen yaitu a. Komponen keterangan yang tidak rutin. b. Komponen keterangan rutin (rutin harian). Komponen yang tidak rutin terdiri dari keterangan-keterangan : a. Nama perusahaan. b. Nama kapal. c. Ukuran-ukuran kapal. d. Nama nakhoda. e. Tanggal mulai pemakaian buku dan tanggal habisnya. f. Peringatan kepada nakhoda dan perwira akan dasar-dasar hukum yang menyangkut pengisisan dan penyelenggaraan buku harian. g. Nama-nama ABK, lengkap dengan jabatan, tanggal mutasi naik dan turun atau tanggal promosi pangkat (jika BHK sambungan). h. Tanggal permulaan pelayaran dari pelabuhan asal. i. Pekerja-pekerja yang ikut (jumlahnya) selain awak kapal. j. Tanggal latihan sekoci, latihan pemadam kebakaran. k. Daftar petunjuk halaman pada komponen rutin mengennai; kelahiran, kematian, hukuman dan pemeriksaan kejahatan, exhibitum, naik dok dan reparasi yang harus disurvey, inspeksi alat-alat penolong dan pemadam kebakaran. l. Tanggal berakhirnya sertifikat-sertifikat. Komponen-komponen rutin meliputi : a. Lautan tempat berlayar. b. Tempat tolak dan tujuan. c. Hari dan tangggal. d. Jam jaga. e. Jarak tempuh dan kecepatan/jam. f. Haluan sejati dll. 107

114 BHK merupakan bukti-bukti dan data-data utama mengenai sesuatu kejadian di kapal, baik kecelakaan ataupun kerusakan. 12. Buku Harian Mesin Kapal dengan tenaga penggerak utama 200 TK atau lebih harus menyelenggarakan Buku Harian Mesin adalah Buku yang berisi data-data mengenai pengoperasian mesin kapal. 13. Buku Harian Radio Kapal-kapal yang memiliki perangkat radio harus menyelenggarakan Buku harian Radio. Buku Harian Radio adalah Buku / jurnal yang harus diisi oleh kapal-kapal yang berukuran lebih besar dari 500 m3. Buku ini diisi oleh markonis kepala dan ditanda tangani. Diisi setiap hari dan ditandatangani oleh nakhoda. Prinsipnya pengisian hampir sama dengan Buku Harian Kapal dan Buku Harian Mesin. 14. Kisah Kapal Kisah kapal adalah suatu akta yang berisi sebuah laporan mengenai peristiwa-peristiwa selama dalam perjalanan, dan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Kisah kapal biasa (tidak wajib) Setelah tiba di pelabuhan, nakhoda dapat membuatkan kisah kapal oleh syahbandar apabila selama dalam perjalanan tidak mendapat kerusakan dan tidak terjadi peristiwa luar biasa. Tidak ditentukan jangka waktunya b. Kapal (wajib) jika : 1. Mendapat kerusakan pada kapal atau muatan. 2. Terjadi peristiwa luar biasa. 3. Peristiwa yang mengakibatkan luka-luka atau kematian seseorang. 4. Setelah tiba di suatu pelabuhan, nakhoda wajib membuat terlebih dahulu kisah kapal sementara, dalam waktu 3 x 24 jam, disusul dengan kisah kapal yang lengkap dalam waktu 30 hari (hari minggu dan hari besar tidak terhitung). Pada lazimnya kisah kapal itu dibuat atas dasar buku harian kapal, dimana diberikan penjelasan-penjelasan dan tambahan-tambahan mengenai apa yang tercatat dalam buku harian itu. Harus ada persesuaian yang cukup antara kisah kapal dengan buku harian kapal. Apabila misalnya kapal tenggelam, dan buku harian itu hilang, maka kisah kapal dapat digunakan sebagai bukti tersendiri. Tetapi di dalamnya harus disebutkan pula sebabsebab mengapa buku harian itu hilang. Pada semua kerugian-laut, paling 108

115 sedikit satu salinan dari kisah kapal yang resmi, harus dikirimkan kepada pengusaha kapal. Apabila nakhoda lalai dalam hal ini, dan kemudian bukubuku harian itu hilang karena kapal tenggelam atau terbakar, maka pengusaha kapal akan mendapat kesukaran dalam menuntut ganti kerugiannya. Kisah kapal memuat keterangan lebih rinci yang tidak dapat ditulis dalam buku harian karena keterbatasan tempat. Sertifikat kapal tidak berlaku apabila (UU RI. No. 17 tahun 2008) a. Masa berlaku sudah habis. b. Tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat (endorsement). c. Kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal. d. Kapal berubah nama. e. Kapal berganti bendera. f. Kapal tidak sesuai lagi dengan data teknis dalam sertifikat keselamatan kapal. g. Kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan konstruksi kapal, perubahan ukuran utama, perubahan fungsi, kapal ditutuh (scrapping). Sertifikat kapal dibatalkan apabila : a. Keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk penertiban sertifikat ternyata tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Kapal sudah tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal. c. Sertifikat diperoleh secara tidak sah. Dokumen-Dokumen Awak Kapal 1. Sijil Anak Buah kapal (Monsterol) Sijil Anak Buah kapal adalah suatu buku yang merupakan daftar dari anak buah kapal lengkap dengan catatan-catatan pribadi anak buah kapal dan disyahkan oleh syahbandar. a. ditandatangani oleh oleh nakhoda atau salah seorang perwira yang ditunjuk nakhoda atas nama nakhoda dan syahbandar. b. syarat anak buah kapal yang dapat dicantumkan dalam sijil anak buah kapal adalah para anak buah kapal yang telah menanda tangani perjanjian kerja laut dengan pengusaha kapal dan telah memenuhi syarat-syarat yaitu umur paling sedikit 14 tahun (untuk perwira 18 tahun). 109

116 c. mempunyai buku pelaut. d. surat buku kesehatan (surat kuning). e. tanda lulus kir mata dan kir telinga untuk yang kena jaga laut. f. surat kuasa dari wali untuk yang di bawah umur. Isi Sijil Anak Buah Kapal Sijil anak buah kapal merupakan buku yang halaman depannya berisi : a. Nama kapal, pemilik kapal, pengusaha kapal serta nama nakhoda. b. Halaman-halaman berisi kolom-kolom nama anak buah kapal, tanggal naik (mulai dinas) di kapal, tanggal turun kapal, alasan meninggalkan kapal, jabatan anak buah kapal, jabatan perwira kapal, kolom tandatangan nakhoda atau personil yang ditunjuk nakhoda atas namanya, kolom tanda tangan syahbandar (pegawai pencatatan yang disyahkan). Personil yang tercantum dalam Sijilnakhoda yaitu anak buah kapal, (perwira dan bawahan), supercargo, pedagang atau pengusaha yang berusaha di kapal jika telah diijinkan pengusaha kapal, Cara Pendaftaran dalam sijil anak buah kapal sebagai berikut : a. daftar nama-nama anak buah kapal yang akan di sijilkan diajukan kepada syahbandar di lampiri salinan pejanjian kerja laut; b. kemudian dicantumkan ke dalam sijil dan ditanda tangani oleh nakhoda atau orang yang ditunjuk oleh nakhoda atau orang yang ditunjuk oleh nakhoda daftar nama ini kemudian oleh syahbandar; c. kapal-kapal yang akan berangkat ke luar negeri, harus ada ijin dari imigrasi untuk ijin berangkat keluar negeri (exit permit); d. pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak ada syahbandar, dalam keadaan mendesak seorang ABK boleh dinaikan ke kapal, kemudian dicantumkan dalam sijil sampai pelabuhan berikutnya baru disyahkan; e. sijil akan berubah susunannya bilaberganti nakhoda, berganti jabatan anak buah kapal (satu atau lebih), jika ada anak buah kapal pengganti di kapal. f. semua kapal yang berangkat ke laut atau tiba di pelabuhan harus mempunyai sijil.kapal tidak akan diijinkan meninggalkan pelabuhan jika tidak mempunyai sijil ABK. ABK yang tidak sah sebagai ABK kapal, jika namanya tidak tercantum dalam sijil ABK dan sendirinya membatalkan hak dan kewajiban serta wewenang baik ABK maupun nakhoda atau pengusaha dalam hubungan kerja, apabila menyangkut kapal yang 110

117 berlayar ke luar negeri, bisa dianggap sebagai hal yang menyangkut persoalan penyelundupan orang ke luar negeri sebab belum mendapat ijin keluar (exit permit). g. bagi ABK, sijil merupakan bukti pengalaman berlayarnya di kapal, andai kehilangan buku pelautnya. h. sijil anak buah kapal diperbaharui bilamana : 1. kapal berganti nama. 2. kapal berganti pemilik. 3. kapal berganti bendera. 4. halaman-halaman sijil tersebut habis. 2. Buku Pelaut (Seaman s Book) Buku Pelaut adalah Buku tanda pengenal pelaut dan tanda pengenal kewarganegaraannya. a. Dibeberapa Negara buku pelaut diperlukan hampir sama dengan paspor, sehingga pelaut tersebut dapat berlayar ke luar negeri tanpa paspor. b. Buku pelaut dikeluarkan oleh pejabat keselamatan pelayaran atau syahbandar dan diberikan atas dasar bukti-bukti kepelauatan ijazah laut, surat tanda pegawai laut, suatu perusahaan atau instansi, keanggotaan pelaut Indonesia, surat kelahiran, kir mata dan telinga, sertifikat BST (syarat-syarat membuat buku pelaut). c. Berlaku 3 tahun dan dapat diperpanjang terus menerus sampai bukunya habis. Buku pelaut berisi : a. nama dan keterangan pribadi si pelaut. b. catatan pemeriksaan kesehatan. c. tanggal permulaan jadi pelaut. d. Ijazah-ijazah umum yang dipunyai. e. nama dan alamat keluarga. f. tanggal naik kapal dan turun kapal. g. ukuran kapal. h. sifat pelayaran kapalnya. i. jabatan di kapal. j. alasan turun kapal. Isian tersebut disahkan oleh nakhoda dan/atau syahbandar. Dalam buku pelaut tidak dicantumkan konduite dan gaji anak buah kapal. 111

118 3. Buku Vaksinasi Internasional Adalah catatan peng-imun-an anak buah kapal terhadap penyakit-penyakit karantina, misalnya cacar, pes, kolera, desentri dsb, yang diberikan oleh Departemen Kesehatan RI atau kesehatan Pelabuahan (Port Health) dan diberikan dengan dasar peraturan Kesehatan Internasional. Buku ini lebih dikenal dengan buku kuning (sertificate of vaccination). Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk melakukan survei dan eksplorasi perikanan Kelaiklautan kapal perikanan adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal, serta penumpang atau status hukum kapal untuk berlayar diperairan tertentu. Laik tangkap adalah kesesuaian hubungan antara ukuran kapal, mesin, alat tangkap, alat bantu penangkapan, jalur penangkapan, dan kecakapan pekerja (ABK) di atas kapal ikan. a. Kelaikan Operasional Kapal Berdasaran Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun 1996 Sertifikasi Kelaik Lautan Kapal Penangkap Ikan setiap kapal penangkap ikan yang akan berlayar harus memenuhi persyaratan kelaik lautan kapal penangkap ikan dan kapal penangkap ikan yang dinyatakan memenuhi persyaratan kelaik lautan diberikan surat dan sertifikat berupa Surat Tanda Kebangsaan Kapal dan Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan. Surat Tanda Kebangsaan Kapal Surat tanda kebangsaan kapal diberikan pada kapal ikan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Surat laut : isi kotor kapal 500 m3 atau 175 GT. 2. Pas tahunan : isi kotor kapal 20 m3 atau 7 GT. 3. Pas kecil : isi kotor kapal <20 m3 atau >7 GT. 4. Pas biru : isi kotor kapal 10 m3 atau 3 GT. 112

119 b. Sertifikat Kelaikan Kapal Kelaikan kapal penangkap ikan meliputi : 1. Konstruksi dan tata susunan kapal. 2. Stabilitas dan garis muat kapal. 3. Perlengkapan kapal. 4. Permesinan dan listrik kapal. 5. Sistem dan perlengkapan pencegahan dan pemadam kebakaran. 6. Sistem dan perlengkapan pencegahan pencemaran dari kapal. 7. Jumlah dan susunan awak kapal. Perlengkapan kapal, Alat pemadam kebakaran dan alat penolong berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut No Kp 46/1/1/-83 tahun 1983 menetapkan bahwa : Kapal dengan ukuran isi kotor kapal < 425 m3 atau < 150 GT harus memiliki Perlengkapan kapal yang memenuhi persyaratan dan dalam keadaan baik. Satu buah jangkar haluan dan 1 buah jangkar arus dengan rantai. 1. Satu tali tarik 2 tali tambat, diameter dan panjang tali sesuai peraturan. 2. Satu lampu puncak merah dan dibawahnya 1 lampu puncak hijau yang dapat terlihat dengan baik minimal 5 mil laut. 3. Satu lampu lambung kanan (hijau) dan 1 lampu lambung kiri (merah). Panjang kapal < 12 meter, lampu lambung merah dan hijau dapat diganti dengan 1 lampu gabungan hijau-merah yang dipasang diatas puncak tiang. 4. Satu lampu buritan putih dan 1 lampu jangkar putih. 5. Panjang kapal < 7 meter, apabila kapal tidak memungkinkan dipasang lampu navigasi, maka kapal dilengkapi dengan 1 senter dan lentera cahaya putih yang siap digunakan sewaktu-waktu. 6. Satu kerucut hitam dengan garis tengah alas 1 kaki, dipasang dihaluan dengan puncaknya kebawah, apabila kapal berlayar menggunakan pesawat penggerak bantu. 7. Dua pompa tangan, dipasang secara tetap untuk palka dan kamar mesin serta kapal dilengkapi peralatan untuk menguras air. 8. Perlengkapan lainnya : a. Satu terompet isyarat dan alat bunyi lainnya. b. Satu Pedoman kemudi dan peta laut. c. Satu Perum tangan dengan panjang tali 25 meter. 113

120 d. Satu Teropong jauh. e. Dua bola hitam. f. Bendera Republik Indonesia. 9. Isi kotor kapal > 100 m3, kapal dilengkapi 1 sampan dan dayung. Dua tabung pemadam kebakaran ( kapasitas 9 liter jenis busa ). 10. Satu bak pasir ( kapasitas 0,5 m3 ) dan 2 sekop. 11. Dua Pelampung penolong dan tali secukupnya (wama Jingga dan tulisan nama kapal). 12. Jaket penyelamat setiap pelayar (wama jingga). 13. Alat apung lainnya. 14. Alat isyarat dalam bahaya. 15. Isi kotor kapal > 100 m3 kapal dilengkapi alat komunikasi radio. 16. Minuman, makanan dan obat-obatan. a. Persediaan air minum > 5 liter/pelayar/hari dan cadangan air minuman selama > 5 hari. b. Persediaan makanan : Persyaratan gizi dan tidak rusak serta jumlah yang cukup untuk semua pelayar selama pelayaran. c. Perlengkapan kesehatan : alat balut, obat batuk, obat demam malaria, influenza, sakit perut dll. Persyaratan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan untuk Pengawakan Kapal Penangkap Ikan bahwa setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus diawaki : 1. Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki. a. Sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan. b. Sertifikat keterampilan dasar pelaut sesuai dengan daerah pelayaran, ukuran kapal dan daya penggerak kapal. 2. Sejumlah awak kapal (ABK) yang memiliki sertifikat keterampilan dasar pelaut. 3. Sertifikat keahlian pelaut Nautika Kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN). a. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat I. b. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat II. c. Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat III. Sertifikat keahlian pelaut Tekhnik Permesinan Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) a. Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat I. 114

121 b. Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat II. c. Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat III. Persyaratan pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan ukuran kapal dan daerah operasinya : 1. Kapal dengan bobot 35 GT dan daerah pelayaran <60 mil a. Nakhoda : surat keterangan kecakapan 60 mil. b. KKM : surat keterangan kecakapan 60 mil. 2. Kapal dengan bobot sampai dengan 88 GT dan daerah pelayaran < 200 mil. a. Nakhoda : surat keterangan kecakapan 60 mil Plus. b. KKM : surat keterangan kecakapan 60 mil plus. 3. Kapal dengan bobot GT dan daerah pelayaran seluruh Indonesia. a. Nakhoda : ANKAPIN II (MPL tingkat II). b. Mualim I: ANKAPIN II (MPL tingkat II). c. KKM : ATKAPIN II ( AMKPL tingkat II). d. Masinis: ATKAPIN II (AMKPL tingkat II). 4. Kapal dengan bobot GT dan daerah pelayaran seluruh lautan. a. Nakhoda : ANKAPIN I (MPL tingkat I). b. Mualim I : ANKAPIN I (MPL tingkat I). c. Mualim II : ANKAPIN II (MPL tingkat II). d. KKM : ATKAPIN I (AMKPL tingkat I). e. Masinis I : ATKAPIN I (AMKPL tingkat I). f. Masinis II : ATKAPIN II (AMKPL tingkat II). c. Kelaikan Operasional Kapal Penangkap Ikan Kelaikan Operasional Kapal Penangkap Ikan adalah Keadaan kapal perikanan yang memenuhi persyaratan kelaik lautan dan operasional penangkapan ikan sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan. 115

122 Gambar 2. 10Contoh Sertifikat Keterampilan SCRB (Survival Craft and Rescue Boats) d. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Surat Ijin Usaha Perikanan, yang diselanjutnya disebut SIUP, adalah Ijin tertulis yang harus dimiliki Perusahaan Perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana peroduksi yang tercantum dalam Ijin tersebut. SIUP yaitu surat izin yang harus dimiliki oleh perusahaan/perorangan yang akan melakukan usaha penangkapan ikan dilaut dengan menggunakan kapal dengan daerah penangkapan dan jumlah kapal perikanan yang akan dioperasikan. e. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) Surat Ijin Penangkapan Ikan yang selanjutnya disebut SIPI adalah Ijin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP yaitu surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikanan berbendera Indonesia untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan. 1. Koordinat daerah penangkapan 2. Alat penangkap ikan yang digunakan. 3. Pelabuhan penangkapan. 116

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak

Lebih terperinci

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN PP 1/1998, PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL Menimbang: *35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UMUM Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pelaut dimaksudkan untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 93 ayat (3) Undang-undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN SAMPUL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Hukum Maritim 1 SMK / MAK Kelas X Semester I NAUTIKA KAPAL NIAGA KELAS X-1 I Hukum Maritim 1 DISKLAIMER (DISCLAIMER) Penulis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP 29 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, yang mana hal tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI PELAYARAN NIAGA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang No.1510, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Peserta Penerima Upah. Jaminan Kecelakaan Kerja. Jaminan Kematian. Jaminan Hari Tua. Tata Cara Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL BAB II PERIHAL ORANG-ORANG *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: A. Pengusaha Kapal/Pemilik Kapal. 1. Nakhoda 2. Awak Kapal 3. Umum. PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENERBITAN SURAT-SURAT KAPAL, SURAT KETERANGAN KECAKAPAN, DISPENSASI PENUMPANG DAN SURAT IZIN BERLAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 7 Menimbang : Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERSYARATAN DAN MEKANISME SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI KENDARAAN DI ATAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang membentang dari 6 LU sampai 11 LS dan 92 BT sampai

Lebih terperinci

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN *46909 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2012 BADAN WAKAF INDONESIA. Kepegawaian. Administrasi. PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 17-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 98, 1992 (PERHUBUNGAN. Laut. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

SILABUS ETIKA PROFESI

SILABUS ETIKA PROFESI SILABUS ETIKA PROFESI Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 61 JAKARTA Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen Program Keahlian : Keuangan Paket Keahlian : Akuntansi/Perbankan/Perbankan Syariah Kelas /Semester

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang

Lebih terperinci

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 20. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KELAS: X KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menghayati

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 14, 1992 (TENAGA KERJA. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang BAB II PERBUATAN-PERBUATAN YANG TERMASUK LINGKUP TINDAK PIDANA DI BIDANG PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG RI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN C. Perbandingan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2017 KEMEN-KP. Sertifikasi HAM Perikanan. Persyaratan dan Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang ini sudah tidak lagi sesuai

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013 MODUL PERATURAN CUTI MEISA ISNAINI Un XI AK M K S / M k ut Semester 2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) yang terbesar di dunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat luas Oleh karena itu, kapal merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE) PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan ketatanegaraan maka Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 284 Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau

Lebih terperinci

PT AVRIST ASSURANCE POLIS SPEKTA PASAL 1 PENGERTIAN DASAR

PT AVRIST ASSURANCE POLIS SPEKTA PASAL 1 PENGERTIAN DASAR PT AVRIST ASSURANCE POLIS SPEKTA PASAL 1 PENGERTIAN DASAR 1. Perusahaan adalah PT Avrist Assurance. 2. Pemilik Polis adalah subyek hukum yang mengadakan perjanjian dengan Perusahaan untuk polis ini. 3.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.700, 2014 BAWASLU. Tata Tertib. Pegawai. Kinerja. Disiplin Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK Negeri 4 Klaten Kelas/ Semester : XI AK 3/1 Mata Pelajaran : Administrasi Perpajakan Materi Pokok : Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Alokasi Waktu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3610) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan telah mengatur

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Keahlian Alokasi Waktu :SMK Negeri 4 Baubau : Komputer dan Jaringan Dasar : XI / Ganjil : Teknik Komputer

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KELAS : X Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN

Lebih terperinci

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK Program Keahlian : Teknik Mesin Paket Keahlian : Teknik Fabrikasi Logam Mata Pelajaran : Gambar Teknik Kelas : XI smt 1 dan 2 : 72 Jam Pelajaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK Negeri 4 Klaten Kelas/ Semester : XI AK 1/1 Mata Pelajaran : Administrasi Perpajakan Materi Pokok : Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Alokasi Waktu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci