GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI MENGENAI PERAWATAN KOLOSTOMI BAG DI RUMAH SAKIT

Transkripsi

1 1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI MENGENAI PERAWATAN KOLOSTOMI BAG DI RUMAH SAKIT Eko Purwanto¹, Efy Afifah 2 1.Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati,,Jl Rs Fatmawati raya, Cilandak, Jakarta Selatan Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat eko_dian72@yahoo.co.id ABSTRAK Kolostomi dapat diartikan sebagai suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dari kolon (usus besar) yang keluar dari abdomen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien mengenai perawatan kolostomi bag dirumah sakit. Studi ini menggunakan design deskriptif. Sampel pada penelitian ini sebesar 23 responden, dengan tehnik total sampling. Hasil pada riset ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan klien dengan kolostomi bag sebesar 65,2%. Rekomendasi pada penelitian ini dapat meningkatkan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan diharapkan untuk melakukan penelitian kualitatif dan metode yang lebih komprehensif sehingga tergali data yang lebih dalam tentang pengetahuan mengenai perawatan kolostomi bag Kata kunci: Kolostomi, klien, pengetahuan ABSTRAK Colostomy can be interpreted as a surgery in which an opening of the colon or large intestine out of the abdomen. The purpose of this study was to determine the level of knowledge regarding client care colostomy bag at hospital. This study used descriptive design. The sample in this study was 23 respondents with sampling total technique. The result showed that the level of knowledge patient with the bag colostomy is 65,2%. Recomendation in this study can improve the science of nursing in providing nursing care and is expected to do more comprehensive research and qualitative methods of data that can be mined deeper knowledge about the colostomy bag care Keyword: Colostomy, client, knowledge

2 2 PENDAHULUAN Stoma adalah suatu lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit. Stoma merupakaan pembukaan pembedahan terbentuk dari bagian dalam ke organ luar (Hyland 2002). Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) kedinding perut (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen (Brunner and Suddarth, 2002). Karsinoma kolorektal menyebabkan kematian per tahun di Amerika Serikat dan menempati urutan kedua setelah kanker paru. Insiden puncaknya berada diantara usia tahun. Seperempat khusus kanker kolon terjadi pada seikum. Sementara 11% pada kolon tranversum, 6% pada kolon desendens dan 55% pada rektosigmoid. Dilaporkan ada ostomates (orang dengan stoma) di Inggris (Williams & Ebanks, 2003). Angka ini sebagian besar masih tidak berubah selama beberapa kali. (Lee, 2001). Pada tahun 2006 ada stoma yang dibentuk, pada tahun 2001 sebanyak dan pada tahun 1996 mereka mencapai (IMS, 2007). Sedangkan diindonesia frevalensi karsinoma kolon dan rectum cukup tinggi dan kejadiannya meningkat pada usia di atas 40 tahun (Sjamsuhidayat,1997) Operasi merupakan penanganan pilihan, baik untuk tindakan paliatif maupun kuratif. Pembedahan paliatif dilakukan untuk penyakit yang tidak dapat diresesi, yaitu bila terdapat invasi lokal pada struktur yang tidak dapat dijangkau atau struktur metastase jauh sehingga tidak dapat direseksi. Prosedur kuratif bertujuan untuk mengangkat tomor primer. Adanya dermatitis merupakan hal yang sering terjadi pada klien dengan kolostomi, disamping adanya alergi serta infeksi pada kulit. Penelitian yang membahas kolostomi yaitu Santy (2012), mengenai edukasi keluarga dalam perawatan stoma. Diketahui peneliti menggunakan desain penelitian quest experiment dengan menggunakan tehnik pursive sampling dengan 15 responden.instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner pengetahuan dan lembar observasi tentang perawatan stoma. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma. Kemampuan keluarga sebelum diberikan edukasi rata rata 18,93. Hal ini menunjukkan kemampuan kelurga kurang dalam perawatan stoma. Sedangkan kemmpuan setelah diberi edukasi rata rata 35,67, yang berarti keluarga sudah mampu melakukan perawatan stoma/kolostomi secara mandiri.. Angka kejadian Ca kolon di RSUP Fatmawati pada bulan Januari 2013 sampai dengan Desember (2013) sebanyak 50 kasus dengan rentang usia tahun sebanyak 3 klien, usia tahun, sebanyak 13 klien, usia sebanyak 24 klien dan usia 65 tahun keatas sebanyak 10 klien. 20 kasus terjadi pada klien laki laki dan 30 lagi untuk perempuan.(irmik,rsf, 2013) Rumah sakit umum pusat Fatmawati memiliki banyak ruang perawatan. Salah satunya ialah ruang perawatan bedah. Diruang perawatan bedah ini tidak hanya klien yang akan dioperasi melainkan semua jenis kasus bedah yang memerlukan perawatan dapat dirawat dirumah sakit ini. Pemberian informasi akan pembedahan, komplikasi dan juga perawatannya selalu diberikan oleh dokter maupun perawat. Dari hasil wawancara peneliti dengan tiga klien dengan kolostomi disebutkan bahwa mereka sama sekali belum mengerti akan yang namanya kolostomi. Mereka mengakui telah dijelaskan mengenai kalau bila operasi nanti akan dipasang kantong diperut, tapi mereka tidak tahu apa namanya kolostomi dan tidak tahu bagaimana merawatnya nanti. Dari hal ini pulalah peneliti akhirnya ingin meneliti mengenai gambaran klien dengan kolostomi mengenai perawatan kolostomi bag di RSUP Fatmawati.. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode cross sectional debgan desain penelitian deskriftip katagorik.instrumen pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner.

3 3 Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dan di uji cobakan ke responden sejumlah 15 kemudian di uji validitas.dan didapatkan kembali sampel 8 responden. Dari perhitungan sampel diketahui menurut rumus besar deskriptif kategorik sejumlah 97 sampel dikarenakan sampel pada saat itu tidak ada yang sesuai dengan kriteria maka sampel yang di uji cobakan kuesioner tersebut ditambahkan data menjadi responden sehingga peneliti mendapatkan 23 responden. Responden yang didapat dalam hal ini ialah klien dengan kolostomi. Dengan lama pemasangan kolotomi yang beraneka ragam. Klasifikasi ditemukan 9 klien merupakan kolostomi baru dalam waktu 1 bulan, 8 klien merupakan klien dengan rencana kemoterapi dan 6 orang lainnya merupakan klien yang rencanakan tutup kolostomi dengan lama pemasangan kolostomi kurang lebih selama 6 bulan.. Penelitian dilaksanakan digedung Teratai RSUP Fatmawati Hasil dan Pembahasan Gambaran karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan sumber informasi digedung Teratai RSUP Fatmawati dituangkan dalam tabel 1berikut: Tabel 1 Distribusi frekwensi karakteristik responden Gedung Teratai tahun 2014 No Variabel Jumlah Persentase 1. Umur a tahun 3 13,0 b tahun c tahun ,6 30,4 2. Jenis kelamin a. Perempuan 10 43,5 b. Laki-laki 13 56,5 3. Pendidikan terakhir a. Tidak sekolah 1 4,3 b. SD 6 26,1 c. SMP 9 39,2 d. SMA 7 30,4 4. Pekerjaan a. Tidak bekerja b. Ibu rumah tangga c. Pedagang d. Swasta ,3 21,7 43,6 30,4 5. Pendapatan a. < 2 juta 8 34,8 b. >2 juta 15 65,2 6. Sumber informasi a. Dari teman b. Media cetak Total ,7 78,3 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berumur tahun di bandingkan dengan responden lainnya dengan presentase responden 56,6%. Distribusi jenis kelamin responden yang paling banyak perempuan dengan persentase 43,5,%. Distribusi pendidikan terakhir responden yang paling banyak yaitu SMP dengan persentase 39,2%. Distribusi dari segi pekerjaan, pedagang memiliki jumlah yang banyak responden yang paling banyak yaitu 43,6 %. Distribusi pendapatan yang lebih meningkat ialah dengan jumlah > 2 juta sebanyak 65,2%. Dan distribusi responden dari sumber informasi melalui media cetak menghasilkan prosentase 65,3%. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak usia yaitu tahun, perempuan, pendidikan SMP, pedagang, pendapatan > 2juta dan memperoleh sumber informasi dari media cetak. Gambaran tingkat pengetahuan responden digedung Teratai RSUP Fatmawati dituangkan dalam tabel berikut : Tabel 2 Distribusi tingkat pengetahuan responden di gedung Teratai RSUP Fatmawati tahun 2014 Frekuensi (n) Persentase (%) Kurang 4 17,4 Cukup 4 17,4 Baik 15 65,2 Berdasarkan tabel 2 hasil analisis penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden sebagian besar menunjukan kriteria pengetahuan baik dengan persentase 65,2%. Sedangkan untuk responden yang memiliki kriteria pengetahuan cukup dan kurang memiliki persentase yang sama sebesar 17,4%.

4 4 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian bahwa usia tahun lebih dominan memiliki pengetahuan tinggi sebesar 56,6%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Huclok (1998) yang menyatakan bahwa semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dapat diketahui bahwa usia tahun tersebut memiliki pola pikir yang cepat ditambah pengalaman yang menjadikan usia benar benar harus di isi dengan berbagai pengetahuan. Informasi mengenai pengetahuan tentang kolostomi di dapat dari cepat daya ingat seseorang di tambah pemahaman sehingga usia yang masuk kategori ini dapat mudah untuk dipahami. Menurut Notoatmojo, (2007) usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik. Berdasarkan hasil penelitian analisis, dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada kateristik jenis kelamin laki laki dengan jumlah prosentase 56,5%. Di bandingkan dengan yang jenis kelamin perempuan sebanyak 43,5%. Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin namun sekarang terbantah karena apapun jenis kelamin seseorang bila dia masih produktif, berpendidikan atau berpengalaman maka ia akan cenderung akan mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi (Fuadbahsin, 2009). Banyaknya antara laki laki atau perempuan yang memakai kolostomi, peneliti belum menemukan adanya sumber yang menyebutkan bahwa diantara jenis kelamin tersebut ada yang lebih beresiko terpasang kolostomi. Kolostomi sendiri lebih sering ditemukan dikota kota dibandingkan dengan daerah pedesaan dan bisa menjadi suatu kemungkinan pola hidup sehat sangat mempengaruhi terjadinya suatu yang menimbulkan terjadinya indikasi terpasangnya kolostomi. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kateristik ini adalah adalah responden dengan pendidikan SMP sebanyak 39,2%. Hal ini mempengaruhi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi ilmu yang di dapat. Dari responden berpendapat benar,tetapi ada juga bahwa ilmu tidak harus diperoleh dari dari pendidikan formal melainkan dari pengalaman. Menurut Notoatmodjo (2003) secara umum pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas dari pada orang yang berpendidikan rendah. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang itu mendapat informasi yang masuk dan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pendidikan sendiri didapat tidak hanya melalui pendidikan formal yang tidak formal pun dapat mengetahui informasi yang akan diperoleh. Meskipun pendidikan rendah, bila individu itu mempunyai semangat yang kuat untuk belajar tentunya apa yang diinginkannya dapat tercapai. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kateristik pekerjaan yaitu pedagang dengan memperoleh prosentase sebesar 43,6%.. Lebih tinggi dibandingkan dengan kateristik lain seperti tidak bekerja,ibu rumah tangga dan juga dari swasta. Pengetahuan dapat didapat dari sektor pekerjaan khususnya pedagang ini didapatkan dari lintas faktor interaksi sosial dengan dunia luar. Dimana interaksi sosial dipengaruhi juga oleh budaya sehingga pengetahuan dapat di dapat dikarenakan pertukaran informasi. Pertukaran informasi tidak hanya bertumpu pada bidang ekonomi saja, pengalaman kesehatan juga bisa membuat individu mengetahui pengetahuan tentang kesehatan. Berdasarkan hasil analisis peneliti, dapat diketahui bahwa responden dengan kateristik pendapatan > 2juta memiliki pengetahuan yang tinggi sebesar 65,2%. Pendapatan yang tinggi mempunyai peran tertentu dalam pengetahuan. Status ekonomi yang sudah mapan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut Lukman (2008) sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.seseorang memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain. Status ekonomi seseorang akan memntukan adanya fasilitas untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendapatan dapat mempengaruhi individu untuk dapat memperoleh pengetahuan dan mendapatkan sesuatu hal yang diinginkannya. Hasil penelitian dari karakteristik sumber informasi ialah sebesar 65,3%. Informasi sangat berpengaruh pada pengetahuan seseorang.media yang didapat juga berpengaruh kepada daya tangkap individu itu sendiri. Masing masing kateristik seperti teman,, media cetak ataupun media elektronik mempunyai pesan khusus dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian ini mengambil dari sumber media. Dari media cetak dan elektronik, media cetak lebih menjadi suatu sumber pengetahuan dikarenakan bisa dibaca sewaktu waktu dimanapun berada. Berbeda dengan media elektronika yang dapat hilang dalam beberapa saat bila tiidak dicermati dalam dalam. Menurut Wied Hary (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia ingin mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya tv,radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan

5 5 pengetahuan seseorang. Hasil ini sesuai dengan analisa peneliti, dimana pengetahuan akan lebih jelas dan mudah dipahami bila ada media cetak yang dapat menjelaskannya secara rinci. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik presentasi 65,2%, untuk cukup dan kurang memiliki persentase dengan jumlah yang sama sebanyak 17,4%. Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Notoatmodjo (2007) tingkatan pengetahuan mencakup enam pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, menerapkan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Sebagian besar responden adalah yang berusia tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki laki, sebagian besar responden adalah yang pendidikannya SMP,,dari jenis pekerjaan pedagang mempunyai nilai tinggi dengan pendapatan > 2juta dan sumber informasi didapatkan dari surat kabar. Hasil dari tingkat pengetahuan yang diperoleh pada penelitian ini memperoleh tingkat pengetahuan yang baik dengan presentase 65,2% Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut: Bagi Pendidikan Agar dapat menambah referensi dalam proses pembelajaran menggunakan jurnal dan hasil riset dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswa (perawat) sehingga informasi yang didapatkan menjadi lengkap dan dalam aplikasinya dapat dilaksanakan dengan efektif. Bagi pelayanan perawatan Dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan perawat pada khususnya dan klien pada umumnya. Media cetak ataupun media elektronika dapat digunakan sebagai alat bantu yang didapatkan baik itu diruang rawat jalan ataupun dirawat inap. Media cetak berupa leaflet dapat dibawa pulang kerumah dan dibaca bukan hanya klien dan keluarga melainkan siapa saja. Karena media cetak yang seperti ini mudah dibawa bawa di bandingkan media elektronika yang hanya didapat informasi hanya sesaat bagi klien dan keluarga. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan diruang rawat jalan ataupun ruang rawat inap melalui program yang disediakan dirumah sakit yang dapat memberikan pendidikan kesehatan berbagai materi ditiap bulannya. Bagi Perawat Agar dapat selalu memberikan informasi menjelang sebelum dan sesudah tindakan,bukan hanya tindakan operasi saja melainkan semua tindakan kesehatan yang dilakukan dalam masa perawatan.. Pemberian informasi yang diberikan melalui pendidikan kesehatan dapat meyakinkan klien agar dapat memahami dan mengerti mengenai apa yang akan di bahas. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menambah dan meningkatkan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan diharapkan untuk melakukan penelitian kualitatif dan metode yang lebih komprehensif sehingga tergali data yang lebih dalam tentang pengetahuan mengenai perawatan kolostomi bag Daftar Pustaka Arikunto. (2006) Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta: EGC, Gramedia. Brunner & Suddarth, (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah,edisi 8,volume 2 Jakarta: EGC Britto,J.A. (2005) Kisi kisi menembus masalah bedah, alih bahasa : Anton Cahaya Widjaya,Jakarta : EGC Dahlan. (2009) Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Esra, K.., Okan, T., Ahmed,KB.,Mine,O.,(2007) The effect of permanent ostomy and body image, self-esteem,marital adjustment, and sexual functioning, Turk Psikiyatri Dergisi 2007;18 (4) Turkish Journal of Psychiatry Friedman, Marilyn M. (1998) Keperawatan keluarga teori dan praktik, edisi 3, Jakarta : EGC Hidayat,A, (2010) Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif Jakarta: Health Book Publising Hidayat,A, (2012) Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah, Jakarta: Salemba Medika Hurlock (2001) Psikologi perkembangan, Jakarta :EGC Jennie Burch,. (2008) Stoma care, John Wiley & sons Ltd Joyce Young Johnson (2005) Prosedur perawatan dirumah ;Pedoman untuk perawat. Jakarta : EGC

6 6 Lyon CC, Smith AJ,Griffiths CE,and Beck MH, The spectrum oh skin disordes in adominal stoma patient. The Brittish Journal Of Dermatology (br J Dermatol), ISSN: , (2000) Dec:vol 143. Nainggolan,E,S dan Asrizal (2012) Edukasi kemammpuan keluarga dalam proses perawatan stoma pasien kolostomi di RSUP H.Adam Malik Medan. Notoatmodjo, S.. (2005). Metodologi penelitian kesehatan edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2007) Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo,S (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika. Panusur dan Nurhidayah (2007) Kemampuan self care dan gambaran diri pasien kolostomidi RSUP Adam Malik Medan,Di kutip dari Repository. Usu.ac.id/bitstream.di buka tanggal 28 april - Skripsi. Potter, P,A & Perry. G, A,. (2009). Fundamental keperawatan. (Adrina Fendrika Nggie dan Marina Albar, Penerjemah).Vol. 2. Ed. 7. Jakarta: EGC. Sastroasmoro, S. & Sofyan, I. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. Silva M A, Ratnayake G, Deen KI (2003) Quality of life of stoma patients : temporary ileostomy vs colostomy. World J Surg, 27: Sjamsuhidayat,R & Jong,W,D (2004), Buku ajar ilmu bedah,editor Wim De Jong, edisi 2 Jakarta : EGC. Wawan, A dan M, Dewi,. (2010). Teori & Pengukuhan pengetahuan, sikap dan perilaku manusia, Yogyakarta, Nuha Medika