BAB II KAJIAN GERAK DALAM PERTUNJUKAN ANGKLUNG BUNCIS DI ARJASARI BANDUNG. Ciri dari adanya kehidupan mahluk hidup adalah gerak, dari manusia,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN GERAK DALAM PERTUNJUKAN ANGKLUNG BUNCIS DI ARJASARI BANDUNG. Ciri dari adanya kehidupan mahluk hidup adalah gerak, dari manusia,"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN GERAK DALAM PERTUNJUKAN ANGKLUNG BUNCIS DI ARJASARI BANDUNG A. Gerak Ciri dari adanya kehidupan mahluk hidup adalah gerak, dari manusia, hewan, bahkan tumbuhan secara tidak kentara mereka bergerak tumbuh semakin tinggi atau besar. Pada manusia, gerak tidak hanya terdapat pada denyutandenyutan di seluruh tubuhnya dan dapat memungkinkan manusia itu hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Soedarsono (1978:1) mengungkapkan: Gerak itu merupakan gejala yang paling primer dari manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginanya atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia. Tari identik dengan gerak karena media utama dalam tari adalah gerak. Tari merupakan bahsa tubuh yang di munculkan melalui gerak-gerak. Tari yang berkembang di masyarakat banyak mengambil dari gerak-gerak di kehidupan sehari-hari, seperti kegiatan bersawah, berkebun, atau nelayan. Substansi baku tari adalah gerak. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. (Jhon Martin, 1965). Dari pendapat ini kita bisa mengetahuai bahwa yang mengispirasi terciptanya gerak-gerak dalam tari adalah pengalaman fisik yang terjadi sehari-hari, sebagai conntoh kesenian angklung buncis yang berhubungan dengan pertanian terdapat gerak ngangler yaitu gerak pada kegiatan bersawah, merapihkan galengan di petakan sawah. Tentu saja 11

2 12 gerak-gerak tersebut tidak seperti aslinya namun telah diperhalus dan terdapat nilai estetisnya agar dapat dinikmati para penonton maupun pelaku. Gerak-gerak yang berasal dari aktivitas keseharian memiliki berbagai macam tingkatan pengungkapan, yang bisa disebut gerakan imitatif (meniru), memetis (meragakan), stilisasi (penghalusan), dan distortif (merusak atau menjauhkan). Gerak ini juga termasuk gerak representative (mewakili) yaitu gerak yang memiliki makna dalam gerakan tubuh. Gerak yang bisa menjadi tarian, adalah gerak yang mempunyai ritme. Gerak-gerak di dalam tari itu bukanlah gerak realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Soedrasono (1978: 2) mengungkapkan bahwa Gerak ekspresif, ialah gerak-gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerak yang indah, ialah gerak yang distilir, yang di dalamnya mengandung ritme tertentu.. Bila gerak dimasukan ke dalam konsep tari maka ada beberapa hal yang perlu dimiliki gerak, yaitu, gerak dalam tari memeiliki ritme atau tempo, gerak itu memiliki keterkaitan dengan iringan atau musik pengiring Kebanyakan gerak dalam tari memiliki maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh seniman tari yang bersangkutan biasa disebut gerak maknawi. Seorang ahli tari bernama Suryodiningrat pernah mengutarakan sebuah definisi tari yang berbunyi tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu (Soedarsono, 1978: 2). Dalam jiwa manusia terdapat tiga aspek yang berbeda-beda, yaitu kehendak, akal dan rasa atau emosi. Ketiga aspek ini memegang peranan dalam

3 13 penciptaan gerak di sebuah tarian. Tarian tardisional yang kebanyakan bersifat magis sebagai ritual dalam upacara adat tertentu merupakan ekspresi jiwa manusia yang didominasi oleh kehendak untuk maksud-maksud tertentu. Salah satu contohnya gerak-gerak dalam upacara pertanian yang dipersembahkan untuk Dewi Sri bermaksud untuk meminta kesuburan, agar panen yang akan datang lebih melimpah, bisa juga dimaksudkan sebagai rasa syukur karena panen yang mereka laksanakan berhasil atau melimpah. Gerak dalam suatu pertujukan bisa berasal dari aktivitas sehari-hari namun tidak langsung gerak wantahnya tetapi mengalami stilisasi gerak, artinya merubah gerak wantah menjadi gerak yang tidak wantah, baik gerak itu diperhalus maupun dirombak (distorsi) dari yang biasanya. Gerak tari yang telah distilir dan mengandung arti ini dalam dunia tari lazim disebut gesture atau gerak maknawi. Selain gerak maknawi terdapat juga gerak murni atau pure movement yaitu gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk yang artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. B. Pendekatan Etokoreologi Pengkajian tari pada pengkajian seni pertujukan dinilai masih kurang dibanding pengkajian seni lainya, namun pengkajian tari saat ini terus berkembang dari masa kemasa, Tati Narawati dalam bukunya Seni dan Pendidikan Seni (2003) menyoroti dua kiblat pengkajian tari yang terwakili oleh koreologi yang awalnya dipreposisi oleh Kuarth serta etnokoreologi yang preposisinya dilontarkan oleh R.M Soedarsoni. Menurut Tati Narawati dalam

4 14 bukunya Seni dan Pendidikan Seni (2003) menyatakan, bahwa pendekatan yang paling cocok untuk penelitian tari Indonesia adalah etnokoreologi, menggunakan penelitian tekstual dan kontestual, karean tari-tari etnis Indonesia banyak memerlukan data teks yang menurut Marco de Marinis disebutnya sebagai multilapis yang meliputi geraka, busana tata rias, postur penari, iringan tari, dan lain-lain yang kadang-kadang memerlukan pemahaman secara kontekstual, pendekatan etnokoreologis yang multidisiplin lebih memadai. Pendapat ini didukung pula oleh Soedrasono yaitu: Multi Layers dalam seni pertunjukan tari seperti gerak, busana, bahkan penontonpun termasuk kedalamnya, penelitian kombinasi antara penelitian kontekstual dan tekstual yang sampai lengkap dengan analisis geraknya yang menggunakan labanotation, serta penelitian kontekstual yang menekankan pada aspek kesejarahan, ritual, psikologi, phisiognomi, filologi, dan linguistic bahkan juga perbandingan. (Soedarsono 1999, Narawati et.al.,2003). Maka dari itu dalam mengkaji gerak dalam pertunjukan Angklung Buncis ini penulis mencoba menggunakan pendekatan kualitatif dengan disiplin ilmu etnokoreologi. Dalam pengkajiannya peneltiti menitikberatkan pada pengkajian gerak dalam pertunjukan angklung Arjasari dari Rukun Seni Buncis dalam fungsi hiburan untuk pemetasan diatas panggung. Peneliti menggunakan beberapa tahapan, untuk penelitian tekstual yaitu mengidentifikasi gerak, mengkategorikan gerak, menggunkan notasi laban dan menganalisis gerak, sedangkan untuk penelitian kontekstual menggunakan empat aspek yang diungkapkan oleh Soedarsono dalam bukunya Narawati yaitu, ada empat aspek yang diteliti secara seimbang, yaitu aspek kesejarahan, aspek ritual, aspek sastra, serta aspek estetiknya.

5 15 Untuk penelitian tekstual pada tahap pengkategorian gerak, peneliti mengambil dari pendapat Soedarsono yang dikutip dari Buku Tati Narawati,(2003: 121) sebagai beriktu,ada empat kategori gerak dalam komposisi tari, yaitu: (1) gerak berpindah tempat (locomotion); (2) gerak murni (pure movement); gerak maknawi (gesture); dan (4) gerak penguat ekspresi (baton signal). Selanjutnya peneliti mencoba menggunakan notasi laban (labanotation). untuk menganalisi dan membandingkan gerak secara tekstual dalam disiplin etnokoreologi. Notasi laban adalah gerak-gerak yang dituangkan dalam notasi, dari empat dimensi menjadi dua dimensi. Penemu notasi ini adalah Rudolf Von Laban seorang penari dan koreografer berdarah Austro-Hungaria, berusaha sepenuh hati mencurahkan sebagian besar dari hidupnya untuk menciptakan sebuah system notasi gerak yang bisa menacatat sembarang gerak manusia. Semula ia memikirkan masalah teori dan kualitas dari gerak yaitu eukinetics, kemudian ia lebih menaruh perhatian pada notasi tari yang akhirnya betul-betul berhasil dengan diterbitkan bukunya yang pertama pada tahun Dalam menganalisis gerak peneliti menggunakan beberapa aspek dari beberapa pendapat, diantaranya aspek bagian tubh yang diungkapkan oleh La Meri dalam bukunya Dance Composition: The Basic Element (1965) yang telah diterjemahkan oleh Soedarsono menjadi Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar (1975), aspek disain garis oleh Doris Humphrey dalam bukunya Seni Menata Tari (The Art of Making Dances), dan aspek kualitas yang di jelaskan oleh Alam M. Hawkins dalam bukunya Creating Through Dances.

6 16 C. Kesenian Angklung Kesenian yang menjadi kekayaan budaya bangsa di Indonesia sangat banyak dan bervariatif, karena setiap wilayah di Indonesia mempunyai budaya dan ciri khasnya masing-masing. Provinsi Jawa Barat memiliki kebudayaan Sunda yang kaya akan kesenian, salah satunya adalah kesenian angklung yang terbuat dari bambu. Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. (Wikipedia Indonesia.com). Angklung telah ada sebelum awal Kerajaan Sunda berdiri pada tahun 952 Saka atau tahun 1030 Masehi. Data bersumber dari prasasti yang ditemukan di Daerah Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sementara itu ada juga yang mengatakan bahwa angklung sudah ada di tatar Sunda sebelum kerajaan Sunda atau Kerajaan Pakuan Padjajaran di Bogor. Selain itu, informasi tentang angklung terdapat juga di dalam Kitab Negara Kertagama dalam pupuh 11:7, yang berkisah tentang digunakannya angklung untuk menyambut kedatangan Raja Hayam Wuruk. Kesenian angklung, selain dipergunakan dalam upacara-upacara kerajaan, juga dipergunakan sebagi kesenian yang mengiringi peperangan. Dalam peperangan yang dilakukan Sultan Agung Banten, serangan pasukannya selalu diiringi oleh musik perang yang dimainkan oleh kesenian angklung. Lagu perang yang dimainkan berjudul balagajur, sedangkan pemain-pemainnya sebagian besar

7 17 berasal dari derah Bali (Kawit No. 45 Thn. 1992). Sebagai kesenian yang mengiringi peperangan, angklung juga dipergunakan pasukan kerajaan Pajajarn dalam kancah Perang Bubat ( Pikiran Rakyat, 16 Mei 2002). Dalam perkembangannya, angklung menyebar secara luas hampir di seluruh pelosok Jawa Barat dan dipergunakan sebagai alat kesenian yang mendukung upacara-upacara adat dan tradisi derah-daerah tersebut. Di dareah Banten, Baduy, Sukabumi, Cirebon, dan lain-lain, angklung memiliki fungsi utama sebagai sarana ritual seperti upacara ngaseuk pare, nginebkeun pare, ngampihkeun pare, seren taun, nadran, ngunjung ka gunung jati, heleran, dab lain-lain. Dalam fungsi sarana ritual tersebut, angklung dimainkan utnuk menghormati Dewi Sri sebagai dewi kesuburan, agar berkenan melimpahkan berkah kesuburan pada tanaman pertanian atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan penduduk, dengan harapan, hasilnya akan dapat membawa manfaat dan berkah bagi penduduk. Selain berfungsi sebagai sarana ritual, angklung juga dimainkan untuk kepentingan hibuaran. Dalam fungsi ini, angklung banyak dimainkan bersama kesenian tradisonal lainnya. Dikenal kemudian angklung degung, angklung mengiringi kuda lumping, angklung yang dimainkan dalam kesenian badeng dan mengiringi kawih, angklung yang mengiringi tarian, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, kita akan mengenal angklung Padaeng yang memiliki skala tangga nada diatoinis dan memungkinkan memainkan repertoar-repertoar musik modern (Agus Safari, 2008).

8 18 Dalam situs resmi Kabupaten Bandung disebutkan bahwa angklung berasal dari Ank yang berarti nada dan Lung yang artinya patah atau hilang. Angklung juga dapat dikatakan sebagai laras yang tidak lengkap, sehinggga angklung tidak bisa dimainkan oleh hanya satu orang, melainkan harus dengan beberapa orang. Angklung tersebut dari bambu, dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Satu angklung bisa menghasilkan 2 sampai 3 nada untuk setiap ukuran angklung. Angklung lahir dari sebuah mitos di masyarakat Sunda terhadap Nji Sri Pohaci sebagai Dewi Sri penghidupan. Dalam perenungan masyarakat Sunda dalam mengelola pertanian, menghasilkan syair-syair pemujaan dan penghormatan terhadap Dewi Sri. Syair-syair penyembahan tersebut diiringi dengan alat musik yang terbuat dari bamboo yang kita kenal sekarang dengan angklung. Penghormatan terhadap dewi Sri tersebut juga diiringi dengan taritarian. Pemujaan terhadap Dewi Sri dilakukan ketika menanam padi dan masa panen, dengan tujuan agar hasil padi tumbuh subur dan tidak mendatangkan malapetaka. Angklung adalah alat musik yang dibuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digetarkan, digoyangkan, dan di-tengkep (Kamus Bahasa Sunda). Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar Dalam membuat angklung jenis bambu yang dapat digunakan antara lain, jenis bambu hitam, bambu kuning, dan bambu tutul ( bambu yang berwarna putih

9 19 coklat). Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan bahan bambu untuk membuat angklung. Bapak Udjo berpendapat bahwa: Bambu yang baik untuk angklung kira-kira berumur antara tiga sampai empat tahun. Dengan umur itu berarti keadaan bambu tidak terlampau tua, juga tidak terlampau muda. Bambu yang sudah melebihi usia itu akan terlampau regas, cepat patah, atau retak, sedangkan kurang dari usia itu akan menimbulkan perubahan suara yang terus menerus karena bambu terus mengkerut.( Angklung Jawa Barat: 2003: 18) Berdasarkan fungsinya, angklung di Jawa Barat terdiri atas dua jenis, yaitu angklung souvenir dan angklung seni pertunjukan. Angklung souvenir adalah angklung yang dibuat untuk cendera mata atau hiasan, bentuknya berukuran kecil (mini) dan sedang (medium) serta bernada diatonis. Angklung seni pertunjukan adalah jenis angklung yang biasa dimainkan dalam rangka pertunjukan. Berikut gamnar kontruksi angklung (Juju Masunah, 2003:20)

10 20 Dalam perkembangannya pertunjukan angklung dibagi dua yaitu, angklung modern yang disajikan dalam bentuk orchestra dan angklung tradisi yang terdapat dinenerapa daerah Jawa Barat. Angklung tradisi Jawa Barat berjumlah 21 jenis (Kawit, edisi 41, 1987), diantaranya yaitu: gubrag di Cipining- Bogor, bungko di Bungko-Cirebon, badud di Cijulang-Ciamis, dogdog di Mekarwangi-Pandeglang, reak di Situraja-Sumedang, dogdod lojor di Ciptarasa- Sukabumi, badeng di Sanding-Garut, buncis di Arjasari, Banjaran-Bandung, dan Angklung Sunda Indonesia di Saung Angklung Udjo Padasuka-Bandung. Angklung tradisi disertai pula dengan unsure gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk. ( Indonesia.com) Dari berbagai angklung tradisi salah satunya adalah angklung buncis, angklung buncis juga terdapat dibeberapa dareah Jawa barat diantaranya di Sukabumi dan di Bandung. Angklung buncis Sukabumi berada di desa Gunung Bentang, kecamatan Sigaranten. Angklung buncis secara tradisional dilaksanakan pada saat masyarakat melaksanakan kegiatan upacara menanam padi di sawah dengan bunyi angklung lagu buncis yang khas menurut tradisinya. Lagu-lagu yang biasa dibawakan antara lain lagu Buncis, Bancet, Rawa, Engko, Buncis Balak, Manuk Gunung, dan Oray Orayan disertai gerakan lucu dari pelakunya. Sedangkan Angklung buncis yang terkenal di Bandung terdapat di Kampung Cipurut Desa Baros Arjasari Kabupaten Bandung.

11 21 D. Angklung Buncis Arjasari Bandung Arjasari merupakan salah satu wilayah KABUPAten Bandung Propinsi Jawa Barat yang cukup kaya akan keragaman keseniannya. Kesenian yang tumbuh itupun masih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan (adat) masyarakat yang sudah turun temurun sejak lama dan menjadi pegangan hidupnya. Kebiasaan tersebut telah menempatkan kesenian mereka sebagai sarana untuk melakukan upacara atau ritual tertentu, yang bisanya berhubungan masalah kesuburan tanah, khitanan anak, perkawinan, hari-hari besar dan banyak lagi. Salah satu bentuk kesenian yang senantiasa berhubungan dengan hal tersebut di atas diantaranya adalah kesenian Angklung Buncis yang berkembang di desa Baros Arjasari-Bandung. Masyarakat desa Baros mayoritas kehidupan masyarakatnya bercocok tanam atau bertani. Desa ini terletak di sekitar 750 meter di atas pemukaan laut dan memiliki temperature suhu rata-rata sekitar 20 derajat celcius. Desa pertanian inipun dilingkup hutan dengan keragaman hayatinya dan salah satu tumbuhan yang hidup subur di sana adalah bambu. Lantas, sebagai salah satu interaksi yang harmonis antara lingkungan dan manusia yang mengelolanya, dari tumbuhan bamboo yang ada, masyarakat desa Baros melahirkan kesenian Angklung Buncis. (W. Herman HMT, 2008: 97) Sekitar tahun 1700-an ada seorang yang bernama Aki Bonce, penangkap ikan di sungai dengan menggunakan perangkap dari bambu, masyarakat Sunda menyebutnya bubu. Ketika Aki Bonce mau memeriksa tangkapan tampaknya air sungai mengalir deras dan membawa sampah-sampah dari tumbuhan termasuk sampah bambu. Potongan bambu yang terbawa air tersebut satu sama lain saling beradu dan menimbulkan bunyi yang khas. Akhirnya menimbulkan inspirasi baru bagi Aki Bonce untuk membuat alat musik dari bambu. Lantas bambu-bambu

12 22 tersebut dibawa kemudian ditiriskan, dipotong-potong menjadi ukuran kecil, disusun dan nadanya daiatur sedemikian rupa sehingga terbentuklah angklung, serta memliki sebutan angklung buncis. Sebuah sebutan dari bahasa kirata (dikirakira tapi nyata) yakni dari sebuah aktifitas diibub diicis-icis (dari benda yang basah kemudian dikeringkan). (Memed Sutisna, wawancara 5 Juli 2009) Selain itu menurut Memed Sutisna kata Angklung Buncis ini diambil dari sebuah lagu, yakni dari lagu; Cis kacang buncis nyengcle/ti anggo lati inem/eces caang hasil gawe/ti awi nu karendem (terlihat dengan baik hasil pekerjaan dari bambu yang terendam). Namun cerita inipun seperti legenda tidak diketahui secara pasti kebenarannya, karena sebuah situs mengatakan angklung telah di temukan sebelum awal kerajaan sunda berdiri pada tahun 952 Saka atau tahun 1030 Masehi. Anglung Buncis adalah perapaduan antara seni musik dengan seni tari yang dimainkan oleh 8 orang pemain atau lebih. Angklung Buncis terdiri dari sembilan buah angklung yang masing-masing dinamakan singgul, jongjrong, ambrug, ambrug panerus, pancer, pancer panerus, engklok, roel, dan poel panerus. Perkusi yang kemudian melengkapi angklung buncis adalah tiga buah dog-dog yang berukuran 25 cm-45cm, masing-masing dinamakan tilingtit, jongjrong atau tong, dan bangbrang atau badugblag. Waditra-waditra tersebut kemudian dilengkapi pula oleh tarompet, kecrek, kendang pencak, goong, dan juru kawih.

13 23 Kesenian ini juga tercipta dari bermula dari kebiasaan masyarakat yang sebagian besar sebagi petani, seperti yang diungkapkan oleh Juju Masunah (2003: 63) bahwa: Pertunjukan angklung buncis berkaitan dengan upacara menanam padi. Dulu, hingga tahun 1940-an, kesenian digunakan untuk acara ngidepkeun (menyimpan padi ke lumbung). Acara pertunjukan diselenggarakan setelah panen. Padi hasil panen diangkut menggunakan rengkong ke lumbung sambil diiring angklung buncis. Setibanya di lumbung, acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian pantun. Rangkaian acara dimaksud merupakan bagian dari penghormatan kepada Dewi Sri. Namun tidak lama kemudian, acara seperti ini tidak dilakukan lagi. Angklung buncis tidak lagi digunakan dalam upacara ngidepkeun. Angklung buncis kemudian hanya berfungsi sebagi hiburan. Perubahan yang terjadi di dorong juga oleh perkembangan jaman. Saat ini pertanian di Indonesia telah mengalami perkembangan atau perubahan dari cara yang tradisonal ke cara yang lebih modern, sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dahulu sudah mulai berkurang dan ditinggalkan. Angklung Buncis dalam pertunjukannya diiringi dengan perangkat musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik serta vokalis. Biasanya pertunjukan ini diadakan untuk mengungkapkan rasa syukur kita kepada tuhan dan dewi pohaci atas keberhasilan panen masyarakat. Sajiannya berupa permainan angklung yang ceria dan penuh kemeriahan dengan para penari laki-laki. Mereka menari dengan cerita keberhasilan pesta panen padi dan mengarak padi sampai ke lumbung. Para penari melakukan gerak sederhana seperti imitasi gerak-gerak aktivitas di sawah yaitu, mencangkul, menanam padi, menebar benih dan pupuk, dan ada gerak khas yaitu oray-orayan yang memiliki makna simbolis sebagai runtuyan kehidupan, agar masyarakat saling gotong royong suyunan dalam segala hal. Ada juga gerak-gerak yang diambil dari bela

14 24 diri yaitu pencak silat. Penyajiannya seperti tari pergaulan menari bersama, terdapat gerak-gerak yang sama dan kompak. Tarinya banyak menggunakan pola lantai, melingkar dan berbaris sambil berjalan mengelilingi kampung. Terdapat juga beberapa gerak yang memiliki makna, terutama gerak yang menggambarkan ritual pensyukuran keberhasilan panen dengan adanya unsur-unsur magis seperti mengelilingi sesaji yang disediakan. Tari dalam pertunjukan ini berfungsi sebagai sarana ritual dan termasuk tari komunal karena bernafaskan kemasyarakatan. Angklung buncis yang peneliti ambil adalah Angklung Buncis Kampung Cipurut Desa Baros Arjasari Bandung, Rumpun Seni Buncis Daya Sunda, pimpinan Bapak Emen, yang telah berdiri sejak tahun 1960, beliau adalah generasi ke7 dari Abah Engka yang mengusung kesenian angklung buncis ini. Rukun Seni Buncis Daya Sunda ini telah memiliki berbagi pengalaman bermain angklung buncis, mulai dari yang di dalam negeri sampai ke mancanegara. Namun keberadaannya sekarang mulai surut dikarenakan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari Angklung Buncis Arjasari ini, sehingga proses pewarisan sulit dilaksanakan. Beberapa cara dilakukan Bapak Emen salah satunya yaitu, mengajarkan angklung buncis untuk dimainkan oleh wanita, baik itu ibu-ibu atau anak remaja, ini merupakan inovasi yang dilakukan agar kesenian angklung buncis ini terus berkembang dan tidak punah.

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik yang mengkolaborasikan warna-warna seni lain sesuai dengan keinginan para penikmat, salah

Lebih terperinci

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang telah banyak dikenal oleh masyarakat baik secara lokal di Indonesia maupun di Mancanegara. Khususnya di Indonesia kesenian

Lebih terperinci

Kata Kunci : Udjo Ngalagena, model pembelajaran, Angklung Sunda Kreasi.

Kata Kunci : Udjo Ngalagena, model pembelajaran, Angklung Sunda Kreasi. Kata Kunci : Udjo Ngalagena, model pembelajaran, Angklung Sunda Kreasi. Udjo Ngalagena dilahirkan di Bandung Jawa Barat pada tanggal 5 Maret 1929 dari pasangan bapak Mas Wiranta dan ibu Nyi Mas Imi Sarmi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK Angkulung Buhun. Angklung buhun berbeda dengan angklung dari Jawa Barat dan dari Banyumas. Angklung buhun lebih sederhana dan lebih banyak berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pendidikan musik, umumnya yang terbayangkan pertama kali dalam pikiran adalah berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan seni musik dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa Islam. Meski awalnya kesenian gembyung hanya dipakai sebagai sarana upacaraupacara ritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( )

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( ) Kebudayaan Suku Sunda Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia (270110140158) Latar Belakang Masyarakat indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian helaran atau arak-arakan atau iring-iringan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian helaran atau arak-arakan atau iring-iringan pada umumnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian helaran atau arak-arakan atau iring-iringan pada umumnya terkait untuk kepentingan-kepentingan tertentu, diantaranya acara karnaval, upacara pesta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil pengematan buatlah definisi tari menurut Anda:

Berdasarkan hasil pengematan buatlah definisi tari menurut Anda: 1. Konsep Tari Definisi tari telah diungkapkan oleh tokoh-tokoh tari, seperti Curt Sach, Hawkins, Kemaladevi, Corie Hartong, Soedarsono, B.P.A Soerjadiningrat, dan sebagainya. Curt Sacs yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jawa Barat merupakaan salah satu provinsi di Indonesia sebagai pusat perkembangan sebagai sektor pembangunan, seperti pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dalam jiwa manusia. Kesenian di Indonesia beraneka

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Utami Lasmawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Utami Lasmawati, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan kabupaten terluas yang ada di provinsi Jawa Barat, kaya dengan kebudayaan daerahnya baikitu yang berupa kesenian daerah maupun adat istiadat yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang terdiri dari 34 provinsi terkenal dengan keberagaman suku bangsa yang dimilikinya. Baik dari segi bahasa, perilaku, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai

1 BAB I PENDAHULUAN. dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan bentuk dari sebuah kesenian budaya yang harus dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat yang menciptakannya, serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh masyarkat pendukungnya.

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keberagaman suku bangsa. Tidak mengherankan bahwa begitu banyak kebudayaan dan kesenian yang lahir dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni Budaya Garut mencakup kepercayaan, norma-norma artistik dan sejarah-sejarah nenek moyang yang tergambarkan melalui kesenian tradisional. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO A. Kesenian Tradisional Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari hasil kreativitas dan inovasi masyarakat dan lingkungannya. Kesenian

Lebih terperinci

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang didalamnya terkandung kesenian, seperti halnya kesenian berupa tari-tarian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan merupakan aktivitas yang mencakup sosial, hiburan, juga kepercayaan atau adat istiadat yang tidak berwujud sebagai benda. Seni pertunjukan tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat diantaranya : suling, tarompet, toleat, taleot, elet, sarawelet, tarawelet, dan sondari (1989 : 17).

Lebih terperinci

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG Skripsi Diajukanuntukmemenuhi salah satu Syarat mengikuti ujian akhir sidang sarjana (S1) Seni Musik Oleh : ANGGA P.SYARIEF RANGKUTI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan prosedur yang membantu peneliti dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian. Penggunaan metode dalam penelitian dimaksudkan

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman suku-suku di Indonesia yang merupakan bagian terpenting dari kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar terjadinya transfer pengetahuan keterampilan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta Pulau kecil lainnya, di mana setiap Pulau terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumedang larang merupakan sebuah kerajaan yang dipercaya oleh Kerajaan Padjajaran untuk meneruskan pemerintahan di tatar Sunda setelah Kerajaan Padjajaran terpecah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan sebuah ide atau gagasan baru. Kreativitas harus ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, proses yang kreatif

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angklung merupakan musik tradisional dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang

Lebih terperinci

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI 30. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI KELAS: I Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah

Lebih terperinci

1. Koreografi Komunal

1. Koreografi Komunal 1. Koreografi Komunal Jika melihat dari kata koreografi dan komunal tersebut, dapat diartikan bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang melibatkan instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 1 MATA PELAJARAN : SBK Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa PROGRAM SEMESTER SENI RUPA Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya seni hadir sebagai bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi, dan kehadirannya selalu dibutuhkan oleh manusia di mana pun mereka berada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan seperti kesenian, suku bangsa, makanan, rumah adat, dan lain-lain. Dengan berbagai keanekaragaman tersebut diharapkan Indonesia

Lebih terperinci

Pertemuan PENGERTIAN, TUJUAN, PENDIDIKAN SENI TARI. 1. Pengertian Seni Tari. 2. Konsep Pendidikan Seni Tari

Pertemuan PENGERTIAN, TUJUAN, PENDIDIKAN SENI TARI. 1. Pengertian Seni Tari. 2. Konsep Pendidikan Seni Tari Pertemuan 1 PENGERTIAN, TUJUAN, PENDIDIKAN SENI TARI 1. Pengertian Seni Tari Menurut Prof. Dr. R.M. Soedarsono, Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang ritmis dan indah. Menurut Tetty Rachmi, Tari adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Desain Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode etnomusikologi, studi kasus dan performance studies.

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua. selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua. selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kesenian Tradisional Tradisional merupakan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat istiadat yang ada secara turun temurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap cetusan hati nurani atau daya

Lebih terperinci