BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5"

Transkripsi

1 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep Umum Perencanaan dan Perancangan Konsep yang diterapkan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta terdiri dari dua macam yaitu konsep sistem pembinaan (non arsitektural) dan konsep arsitektural. Konsep sistem pembinaan merupakan asumsi penulis terhadap sistem pembinaan yang ideal di suatu Sekolah Sepak Bola. Sedangkan konsep arsitektural mengacu pada perancangan kompleks Sekolah Sepak Bola yang tidak hanya memiliki fasilitas yang lengkap, namun juga memiliki nilai estetika Konsep Sistem Pembinaan Indonesia membutuhkan wadah pembinaan sepak bola usia muda yang representatif, baik dalam hal sistem pembinaan maupun fasilitasnya. Sekolah Sepak Bola pada proyek ini bertujuan untuk membina bibit-bibit pemain sepak bola Indonesia menggunakan sistem terbaik, agar mereka menjadi pemain profesional yang cerdas, tangguh, dan berkarakter. Pembinaan di usia muda sangatlah penting karena merupakan investasi untuk regenerasi tim nasional maupun klub profesional di masa mendatang. Dengan demikian diharapkan prestasi sepak bola Indonesia dapat meningkat. Seleksi calon siswa SSB Pembinaan di tempat terbaik Menjadi pemain profesional Regenerasi timnas/ klub Prestasi Indonesia meningkat Bagan 5.1 Langkah-langkah Pembinaan Usia Muda Sumber: Analisis Penulis 121

2 Sistem pembinaan yang ideal harus mengacu pada standar dan kurikulum yang sudah ditetapkan. Materi pelatihan sepak bola meliputi: fisik, teknik, taktik, dan mental. Selain itu, siswa juga harus menempuh pendidkan formal, tercukupi gizinya, terbentuk karakternya, dan tetap dapat berinteraksi dengan orang lain. Sistem pembinaan yang diterapkan juga harus sesuai dengan tingkat umur siswa dan dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan. Substansi pembinaan sepak bola usia muda Fisik Taktik Teknik Mental Pendidikan formal Pembentukan karakter Gizi tercukupi Interaksi sosial Pembinaan sesuai umur dan berjenjang Tingkat pemula U6-U8 Tingkat dasar U9-U12 Tingkat menengah U13-U14 Tingkat mahir U15-U16 Bagan 5.2 Substansi Pembinaan Sepak Bola Usia Muda Sumber: Analisis Penulis Perancangan Sekolah Sepak Bola yang bagus tentunya harus memahami bahwa pada hakikatnya siswa di Sekolah Sepak Bola merupakan individu yang berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Siswa di Sekolah Sepak Bola dituntut menjalani perannya sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan makhluk sosial. Siswa Sekolah Sepak Bola sebagai pelajar memiliki kewajiban untuk menempuh pendidikan formal minimal sampai jenjang SMA. Kebutuhan pendidikan formal inilah yang membedakan pemain usia muda dengan pemain senior. Sebagai atlet sepak bola, siswa harus memperoleh pembinaan dan pelatihan sepak bola yang terencana, terstruktur, dan sistematis meliputi kemampuan fisik yang prima, teknik yang handal, taktik yang cerdas, dan mental yang kuat. Sementara sebagai 122

3 makhluk sosial, siswa perlu berinteraksi dengan keluarga, staff pelatih, teman sebayanya, pemain yang lebih senior maupun junior, serta masyarakat umum. Mereka juga membutuhkan hiburan agar tidak stress. Sebagai makhluk sosial mereka juga dituntut harus memiliki karakter yang baik karena di masa depan mereka akan menjadi role model bagi masyarakat Indonesia. Karakter yang baik juga akan berpengaruh positif pada profesionalisme pemain secara individu dan tim baik di dalam maupun di luar lapangan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, Sekolah Sepak Bola idealnya dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam bentuk fasilitas ruang di dalam kompleks bangunan. Fasilitasfasilitas tersebut dapat dikategorikan dalam tipologi bangunan yang berbeda yaitu tipologi bangunan olahraga untuk fasilitas pelatihan olahraga, pelatihan fisik, dan penanganan medis, tipologi bangunan pendidikan untuk fasilitas belajar, serta tipologi bangunan residensial untuk interaksi sosial dan pembentukan karakter pemain. Sementara sebagai pelengkap diperlukan bangunan pengelola untuk menunjang ketiga fungsi utama tersebut. Peran siswa Atlet sepak bola Pelajar Makhluk sosial Aktivitas siswa Pelatihan sepak bola Aktivitas belajar Kebutuhan hidup dan aktivitas Kebutuhan ruang Tipologi bangunan olahraga Tipologi bangunan Pendidikan Tipologi bangunan residensial penunjang Bagan 5.3 Keterkaitan Peran dan Aktivitas Siswa terhadap Kebutuhan Ruang Sumber: Analisis Penulis 123

4 5.1.2 Konsep Arsitektural Seperti yang telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya bahwa aktivitas siswa yang beraneka ragam memerlukan fasilitas ruang yang beragam pula. Sehingga akan ada beberapa tipologi bangunan untuk mewadahi aktivitas tersebut. kegiatan pelatihan sepak bola memerlukan tipologi bangunan olahraga. Aktivitas belajar memerlukan tipologi bangunan pendidikan. Aktivitas sosial siswa sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial memerlukan tipologi bangunan residensial. Selain itu, sebagai penunjang perlu ada fasilitas pengelola. Dengan pertimbangan demikian, maka proyek Sekolah Sepak Bola ini dirancang sebagai kompleks Sekolah Sepak Bola yang mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga, pendidikan, residensial, dan bangunan penunjang ke dalam tatanan kompleks bangunan yang tertata, menyatu, dan harmonis. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa arsitektur sangat erat kaitannya dengan bidang kehidupan lainnya seperti bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, bangunan harus dapat berkomunikasi dengan aspek lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya dengan menampilkan citra bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi. Terorganisasi dalam tatanan kompleks Sekolah Sepak Bola yang tertata, menyatu, dan harmonis Tipologi bangunan olahraga Tipologi bangunan Pendidikan Tipologi bangunan residensial +++ Citra bangunan pengelola Bagan 5.4 Konsep Arsitektural Sekolah Sepak Bola di Yogayakrta Sumber: Analisis Penulis 124

5 5.2 Konsep Organisasi Tipologi Cara mengornasisaikan tipologi-tipologi bangunan yang berbeda-beda karakternya bisa menggunakan metode pendekatan organisasi spasial menurut Francis D.K.Ching. Meliputi hubungan antar ruang, jenis-jenis organisasi spasial, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (sub bab 4.2.2) Konsep Hubungan-hubungan Spasial Hubungan spasial antar tipologi bangunan berbeda-beda. Tergantung pada fungsi, pencapaian, tingkat privasi, dan sifat ruang. Oleh sebab itu, ada tipologi yang letaknya berdekatan, tipologi yang dihubungkan oleh ruang bersama, tipologi ruangan yang saling mengunci. Berikut ini adalah penjelasannya. 1. Ruang ruang yang berdekatan Untuk tipologi-tipologi yang perlu berdekatan karena fungsi yang berkaitan satu sama lain. Bidang yang membatasi bisa berupa dinding masif, dinding partisi, kolom, atau levelling lantai. Tipologi yang letaknya perlu berdekatan adalah pengelola dan pendidikan; pendidikan dan olahraga; lapangan dan olahraga, pendidikan, pengelola. Olahraga Pendidikan Penunjang Tabel 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam Site 125

6 Juga pada ruang-ruang di dalam masing-masing tipologi bangunan. Bidang pembatasnya berupa dinding, kolom, atau levelling lantai. Residensial Gambar 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam bangunan 2. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama Untuk tipologi-tipologi bangunan yang sebaiknya berdekatan namun privasi dan ketenangan sehingga tidak berbagi batas secara langsung. Tipologi bangunan tersebut dihubungkan oleh ruang bersama seperti lobby, koridor, selasar, atau taman. Tipologi yang dihubungkan oleh ruang bersama adalah pengelola dan pendidikan; pendidikan dan olahraga. Olahraga Pendidikan Penunjang Gambar 5.2 Ruang-ruang yang Dihubungkan Ruang Bersama (Plaza) 126

7 Tipologi yang letaknya agak berjauhan sehingga dihubungkan oleh selasar seperti bangunan pengelola, pendidikan, olahraga dengan bangunan residensial Residensial Olahraga Pendidikan Penunjang Gambar 5.3 Ruang-ruang yang Dihubungkan Ruang Bersama (Selasar) 3. Ruang-ruang yang saling mengunci Untuk tipologi bangunan yang sebagian ruangnya menyatu dengan bangunan tipologi lain. Bagian yang saling mengunci terbagi sama rata, salah satu lebih dominan, bagian yang saling mengunci membentuk ruang sendiri. Tipologi yang saling mengunci adalah tipologi yang membutuhkan kedekatan ruang secara vertikal yaitu Olahraga dan pendidikan Olahraga Pendidikan Penunjang Gambar 5.4 Ruang-ruang yang Saling Mengunci Sumber: Analisis Penulis 127

8 5.2.2 Konsep Organisasi-organisasi Spasial Sementara untuk organisasi spasial pada kompleks Sekolah Sepak Bola, tipologi bangunan ditata pada site dengan menggunakan beberapa cara organisasi spasial. Yaitu organisasi grid, dan organisasi klaster. Berikut ini penjelasannya. 1. Organisasi Grid Organisasi grid dengan membuat grid pada site /bangunan sehingga ada kesinambungan antar bangunan/ruang yang satu dengan yang lain. Grid dibuat 10x10 meter sebagai patokan penataan massa bangunan. Gambar 5.5 Organisasi Grid pada Site 2. Organisasi Terklaster Organisasi terklaster untuk mengelompokkan fasilitas ruang ke dalam salah satu massa bangunan, sesuai keterkaitan fungsinya. Peletakan ruang pada massa bangunan yang sesuai: Fasilitas olahraga, latihan fisik, dan penangan medis = bangunan olahraga Fasilitas ruang kelas, perpustakaan & komputer = bangunan pendidikan Fasilitas temat tinggal, interaksi sosial, hiburan = bangunan residensial Fasilitas penerima tamu, ruang kerja, ruang rapat = bangunan pengelola Gambar 5.6 Organisasi Terklaster pada Site 128

9 5.2.3 Konsep Prinsip-prinsip Penyusunan Selain itu perlu ada prinsip-prinsip penyusunan agar masing-masing ruang menjadi suatu kesatuan yang tertata, menyatu, dan harmonis. Prinsip penyusunan yang digunakan dalam desain Sekolah Sepak bola di Yogyakarta antara lain: sumbu, hirarki, irama, dan transformasi. 1. Sumbu Sumbu diperlukan untuk mengatur bentuk dan ruang. Sumbu bersifat imajiner. Kompleks Sekolah Sepak Bola pada proyek ini menggunakan sumbu vertikal dan horizontal pada site untuk mengatur peletakan muka bangunan, serta pada fasade bangunan. Gambar 5.7 Pengaturan Sumbu pada Site 129

10 2. Irama Irama dalam bangunan diwujudkan dengan pengulangan elemen bangunan seperti kolom, fasade, bukaan, bentuk ruang, dan lain-lain.agar ada keharmonisan antara satu massa bangunan dengan massa bangunan lainnya. Gambar 5.8 Pengulangan Elemen pada Fasade 3. Transformasi Tranformasi bentuk bangunan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ruang, pengalaman ruang, dan pembentukan citra dinamis. Bentuk dasar pada masing-masing bangunan seragam, namun transformasi bentuknya bisa berbedabeda. Sehingga tetap ada kesatuan tapi tidak monoton. Transformasi bentuk bisa dengan cara: 1) Transformasi subtraktif (pengurangan) 2) Transformasi aditif (penambahan) 3) Transformasi dimensional Gambar 5.9 Transformasi Bentuk pada Massa 130

11 4. Hirarki Hirarki adalah cara untuk memberikan penekanan visual untuk bentuk dan ruang yang penting. Pada Sekolah Sepak Bola ini, hirarki dilakukan pada massa bangunan pengelola karena massa bangunan ini merupakan bangunan yang akan dituju pertama kali oleh pengunjung. Sehingga desain bangunannya harus paling menonjol dibanding yang lain. Ada point of interest berupa ukuran massa yang lebih besar, keunikan bentuk, dan lokasi yang paling dekat dengan enntrance. Olahraga Pendidikan Penunjang Gambar 5.10 Hirarki Massa Penunjang 5.3 Tata Ruang Luar Tata Massa pada Site Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta seacara keseluruhan memiliki empat massa bangunan utama (bangunan olahraga, pendidikan, residensial, dan penunjang), area lapangan sepak bola outdoor dan indoor, area parkir, dan bangunan servis. Ruang-ruang dan massa bangunan diatur sedemikian rupa dalam site agar tertata, menyatu, dan harmonis meskipun berbeda-beda karakternya. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab konsep organisasi tipologi bangunan, maka tata massa pada site seperti berikut. 131

12 Keterangan: 1. Lap. Sepak bola outdoor 2. Lap. Sepak bola indoor 3. pengelola 1. pendidikan 2. olahraga 3. residensial 4. Area parkir dan servis Gambar 5.11 Tata Massa Pada Site utama bersifat publik, bangunan olahraga dan bangunan pendidikan bersifat semi publik, dan bangunan asrama bersifat privat. Karena bangunan pengelola bersifat publik, maka diletakkan paling dekat dengan entrance. Kemudian di tengah adalah bangunan olahraga dan bangunan pendidikan yang bersifat semi privat. Sementara yang paling jauh adalah bangunan residensial yang bersifat privat. 132

13 Keterangan: 4. Lap. Sepak bola outdoor 5. Lap. Sepak bola indoor 6. pengelola 5. pendidikan 6. olahraga 7. residensial 8. Area parkir dan servis Gambar 5.12 Perspektif Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta Residensial Olahraga Pendidikan Penunjang Gambar 5.13 Perspektif Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta 133

14 5.3.3 Tata Sirkulasi Ruang Luar Tata sirkulasi ruang luar dipisahkan menjadi sirkulasi keluar masuk kendaraan, sirkulasi servis dan sirkulasi pejalan kaki di dalam kompleks. Untuk sirkulasi kendaraan, kendaraan masuk dari gerbang utara dan keluar melalui gerbang bagian selatan. Sementara jalur sirkulasi di dalam kompleks melalui pedestrian yang dirancang berhubungan antara satu fungsi kelompok bangunan dengan bangunan lainnya. Berikut adalah gambar sirkulasi ruang luar. Keterangan: = Sirkulasi kendaraan keluar masuk kompleks = Sirkulasi kendaraan servis = Jalur sirkulasi pedestrian di dalam kompleks Gambar 5.14 Tata Sirkulasi Ruang Luar 134

15 5.3.4 Tata Lansekap Tata lansekap pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta ini mengacu pada tata massa bangunan. Lahan kosong yang tidak dibangun ditanami pohon-pohon rindang dan taman sebagai ruang terbuka hijau. Karena lahan cukup luas, vegetasi yang ditanam juga cukup banyak sehingga memberikan suasana sejuk di dalam kompleks Sekolah sepakbola. Ada tanaman yang berfungsi sebagai buffering (pada batas luar site dan jalan raya), sebagai perindang (di sekitar lapangan sepak bola dan bangunan), sebagai penunjuk arah (sepanjang jalan menuju parkir dan bangunan), serta taman. Berikut ini adalah gambar penaataan lansekap pada Sekolah Sepak Bola. Keterangan: = vegetasi = taman Gambar 5.15 Tata Lansekap 135

16 5.4 Tata Ruang Dalam Tata Zonasi Ruang Dalam Untuk penataan ruang-ruang didalam bangunan, ruang-ruang ditata berdasarkan kedekatan fungsi, tingkat privasi, sifat ruang, dan modul bangunan. Analisis zonasi (publik, semi publik, privat) pada tiap-tiap kelompok massa bangunan dapat dilihat pada tabel berikut. Fasilitas Olahraga Lap. sepak bola outdoor + tribun Lap. sepak bola indoor + tribun Kolam renang dan hidroterapy Gymnasium Tabel 5.2 Zonasi Ruang Fasilitas Pendidikan Fasilitas Asrama Fasilitas Pengelola Perpustakaan Ruang tamu Lobby & galeri Lab komputer Ruang komunal Resepsionis Ruang kelas Ruang makan Ruang tunggu Kantor staff pendidikan, pelatihan Kantor pengawas asrama Ruang ganti Ruang servis Kamar tidur Cafetaria Minimarket / soccer shop Ruang medis dan terapis Kamar mandi Mushala Gudang alat Dapur Ruang rapat Ruang servis Laundry Ruang auditorium Ruang servis Kantor pengelola sekolah Kantor staff manajemen Ruang karyawan Dapur Ruang servis Keterangan: Ruang-ruang yang bersifat publik Ruang-ruang yang bersifat semi publik Ruang-ruang yang bersifat privat Ruang-ruang yang bersifat sebagai servis Catatan: Zonasi ini hanya berlaku di dalam masing-masing massa bangunan. 136

17 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ruang yang bersifat publik adalah ruang yang dapat digunakan oleh pengguna umum, pencapaian sangat mudah, dan tidak membutuhkan privasi yang tinggi. Seperti lobby, galeri, resepsionis, ruang tunggu, cafetaria, minimarket/soccer shop, mushala, lapangan sepak bola outdoor maupun indoor, tribun penonton, dan ruang tamu asrama. Ruang yang bersifat semi publik adalah ruang yang dapat digunakan oleh pengguna yang memiliki izin dan kepentingan untuk menggunakan ruangan tersebut, pencapaian cukup mudah, membutuhkan privasi yang sedang. Kebanyakan ruang-ruang ini digunakan oleh beberapa jenis kelompok pengguna. Seperti ruang rapat, ruang auditorium, kolam renang, hydroterapy, gymnasium, perpustakaan, laboratorium komputer, ruang komunal, dan ruang makan. Sementara ruang yang bersifat privat adalah ruang yang digunakan oleh individu dari satu jenis kelompok pengguna, pencapaian paling tidak mudah, dan membutuhkan privasi yang tinggi. Seperti kantor pengelola, kantor staff manajemen, ruang karyawan, ruang ganti, ruang medis dan terapis, ruang kelas, kantor staff pendidikan dan peltihan, kantor pengawas asrama, kamar tidur, KM. Terakhir adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang servis. Ruang servis berfungsi untuk menunjang kebutuhan pengguna dan bangunan. Seperti toilet umum, RBS, gudang, dapur, laundry, ruang genset, dan ruang pompa Tata Fungsi Ruang Dalam Penataan ruang disesuaikan dengan kedekatan fungsi ruang, pencapaian, dan tingkat privasi. Penataan secara horizontal, untuk ruang publik diletakkan dekat dengan entrance sehingga mudah dicapai, ruang semi publik diletakkan dekat dengan ruang publik, ruang privat diletakkan paling jauh dari entrance untuk menjaga privasi, dan ruang servis diletakkan paling belakang dan tersembunyi (kecuali untuk toilet umum). Sementara penataan secara vertikal, ruang publik diletakkan di tingkat paling bawah, ruang semi privat diletakkan di tingkat paling bawah dan tengah, ruang privat diletakkan paling atas, dan ruang servis diletakkan menyesuaikan kebutuhan tiap lantai. 137

18 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Olahraga Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut. Bagan 5.5 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi Olahraga Pada tipologi banguna olahraga, massa bangunan menjadi pusat dari lapangan sepak bola karena lapangan sepak bola harus dekat dengan ruang ganti dan ruang medis. Sedangkan ruang medis dekat dengan fasilitas kebugaran seperti kolam renang, kolam terapis, dan gymnasium. 138

19 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Pendidikan Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut. Bagan 5.6 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi Pendidikan Pada tipologi bangunan pendidikan, entrance dari plaza (yang menyatu dengan bangunan penunjang. Pengguna masuk melali entrance menuju lobby. Pengguna yang sebagian besar siswa dapat memilih menuju kelas untuk belajar dan kelas teori, atau ke perpustakaan dan laboratorium komputer. Sedangkan staff pendidikan dan pelatihan dapat menuju ke ruang kerja dahulu sebelum ke ruang kelas. 139

20 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Residensial Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut. Bagan 5.7 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi residensial Pada tipologi bangunan residensial terdapat tiga lantai. Entrance utama menuju lobby yang berdekatan dengan ruang tunggu dan kantor pengawas asrama. Untuk orang tua siswa dapat menemui siswa di ruang tunggu. Sedangkan siswa dapat menuju kamar tidur (yang terletak di lantai 1, lantai 2, atau lantai 3), dan melakukan aktivitas bersama di ruang komunal dan ruang makan (lantai 1). Kamar lantai 1 untuk usia tahun, lantai 2 untuk usia tahun, lantai 3 untuk usia tahun. 140

21 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Penunjang Tata fungsi ruang dalam pada bangunan penunjang adalah sebagai berikut. Bagan 5.8 Tata Fungsi Ruang pada Penunjang Pada bangunan penunjang, entrance sebagai jalur masuk utama dekat dengan lobby, galeri, dan resepsionis sebagai tempat orientasi. Alur selanjutnya mengarah ke ruang tunggu, cafetaria, atau ke minimarket/soccer shop. Pengunjung juga dapat menuju ruang rapat dan ruang auditorium (di lantai dua) untuk kegiatan pertemuan, atau ruang kerja pengelola (di lantai dua). Sedangkan pengelola menuju ruang kerja staff pengelola, staff manajemen, atau ruang karyawan yang sifatnya privat dan berada di lantai dua. Pengelola juga dapat melakukan kegiatan di ruang rapat atau ruang auditorium. Pada bangunan penunjang juga disediakan mushala dan toilet umum yang letaknya cukup dekat dengan lobby. 141

22 5.4.3 Tata Sirkulasi Ruang Dalam Sirkulasi ruang dalam dapat berupa sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulai horizontal yang menghubungkan antar ruang dapat melalui plaza, lobby, koridor, maupun selasar. Khusus pada sirkulasi horizontal di dalam tipologi bangunan residensial, terdapat ruang transit pada setiap lantai untuk interaksi sosial siswa. Gambar 5.16 Sirkulasi Horizontal di dalam Sedangkan sirkulasi vertikal menggunakan tangga. Untuk sirkulasi vertikal tidak perlu lift karena tinggi bangunan tidak lebih dari tiga lantai. Gambar 5.17 Sirkulasi Vertikal di dalam 142

23 5.5 Konsep Citra Proyek Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta selain mengutamakan tatanan antar tipologi bangunan, juga mengutamakan citra bangunan. Harapannya agar pengguna maupun masyarakat umum dapat memahami tujuan hakiki dari didirikannya bangunan tersebut sehingga akan muncul gejolak semangat dalam dari mereka untuk terus berlatih, belajar, dan berkontribusi demi memajukan prestasi sepak bola di Indonesia. Berdasarkan analisis sebelumnya, maka dapat disimpulkan citra bangunan untuk masing-masing tipologi sebagai berikut. Tabel 5.3 Citra pada Masing-masing Tipologi Aspek Perbandingan Citra Tipologi Olahraga Pendidikan Residensial Pengelola Dinamis; Tenang; Tenang; Terbuka; Kuat; Kreatif; Interaktif; Interaktif; Modern Inspiratif Menyenangkan Atraktif Pengertian masing-masing sifat yang diharapkan sebagai citra bangunan dapat diartikan sebagai berikut ( KBBI): 1. Dinamis = penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan 2. Kuat = banyak tenaganya; tahan; tidak mudah goyah (terpengaruh); teguh 3. Modern = terbaru; mutakhir; sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dng tuntutan zaman 4. Tenang = tidak gelisah: tidak rusuh; tidak kacau; tidak ribut; aman, tenteram 5. Kreatif = memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan 6. Inspiratif = menginspirasi = menimbulkan inspirasi; mengilhami 7. Interaktif = bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif 8. Menyenangkan = membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik 9. Terbuka = tidak sengaja dibuka; tidak tertutup; tersingkap 10. Atraktif = mempunyai daya tarik; bersifat menyenangkan 143

24 Citra bangunan dapat diperoleh melalui fungsi ruang dan elemen-elemen pembentuk bangunan yang dapat dilihat secara visual, seperti bentuk bangunan, skala dan proporsi bangunan, warna, serta material bangunan. Aplikasi arsitektural untuk citra bangunan pada masing-masing tipologi dapat dijelaskan sebagai berikut. Tipologi bangunan olahraga menunjukkan citra kuat, dinamis, modern. Penjelasannya sebagai berikut. Tabel 5.4 Citra Tipologi Olahraga Elemen Pencitraan 1. Fungsi ruang Aplikasi Tempat latihan sepak bola, latihan fisik, ruang medis, ruang ganti Citra Kuat, dinamis Tempat latihan yang modern, penanganan medis dan kebugaran fisik yang modern Modern 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + lingkaran + segitiga Transformasi bentuk bentuk kubus dan lengkung, elemen-elemen fasade lengkung + segitiga (struktur baja) Modern, Dinamis 3. Skala dan proporsi Monumental lap. indoor, kolam renang Normal ruang ganti, ruang medis Modern, kuat 4. Warna Merah + putih/abu-abu semangat nasionalisme eksterior dan interior Orange/coklat/kuning interior dan furniture Kuat, dinamis Dinamis, kuat 5. Material Beton, baja struktur utama Kaca, metal/polikarbonat elemen fasade bangunan Kuat, modern Dinamis, modern 144

25 Tipologi bangunan pendidikan menunjukkan citra teang, kreatif, inspiratif. Penjelasannya sebagai berikut. Tabel 5.5 Citra Tipologi Pendidikan Elemen Pencitraan 1. Fungsi ruang Aplikasi Ruang kelas, ruang diskusi Citra Tenang, kreatif, inspiratif, Perpustakaan, lab komputer sarana menambah pengetahuan terutama dari dunia luar Tenang, Inspiratif Ruang dan koridor bangunan yang menampilkan berbagai hal tentang sepak bola (sejarah, pemain, kejuaraan, prestasi, kata-kata motivasi, dll) Inspiratif Ruang dan koridor bangunan yang menampilkan berbagai art work karya siswa Kreatif, inspiratif 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + segitiga Transformasi bentuk bentuk kubus, elemen-elemen fasade/struktur segitiga Kreatif, inspiratif 3. Skala dan proporsi Normal untuk ruang-ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer tidak perlu skala dan proporsi yang monumental Tenang 4. Warna Dominasi hijau + abu-abu/putih (gradasi) eksterior dan interior (ruang kelas, perpustakaan, lab.komputer) Warna-warna alami yang didapat dari material (hijau dari vegetasi, coklat dari kayu) elemen eksterior dan interior Tenang (konsentrasi, segar) Tenang 145

26 Sedikit elemen warna orange furniture >< kontras dengan warna hijau yang tenang Inspiratif, kreatif 5. Material Beton struktur utama Kaca fasade bangunan transparan sehingga dapat melihat suasana di luar Kayu elemen fasade bangunan Inspiratif Tenang Tipologi bangunan residensial menunjukkan citra tenang, interaktif, menyenangkan. Penjelasannya sebagai berikut. Tabel 5.6 Citra Tipologi Residensial Elemen Pencitraan 1. Fungsi ruang Aplikasi Ruang istirahat (kamar tidur) Ruang komunal, ruang makan sarana interaksi sosial Citra Tenang Interaktif Ruang komunal sarana hiburan Menyenangkan 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + segitiga Transformasi bentuk bentuk kubus, elemen-elemen fasade/struktur segitiga Teang, interaktif 3. Skala dan proporsi Intim untuk kamar tidur Tenang, Interaktif Normal untuk ruang komunal, ruang makan, ruang tunggu Interaktif, menyenangkan 146

27 4. Warna Dominasi biru + abu-abu (gradasi) eksterior dan interior Tenang Warna-warna alami yang didapat dari material (hijau dari vegetasi, coklat dari kayu) elemen eksterior dan interior Tenang Sedikit elemen warna merah furniture/aksen interior >< kontras dengan warna biru Interaktif, menyenangkan 5. Material Beton struktur utama Kayu, batu alam elemen fasade bangunan Tenang pengelola menunjukkan citra terbuka, interaktif, atraktif. Penjelasannya sebagai berikut. Tabel 5.7 Citra Pengelola Elemen Pencitraan 1. Fungsi ruang Aplikasi Fasilitas penerima tamu: lobby + galeri, resepsionis, ruang tunggu Citra Terbuka, interaktif Ruang kerja, ruang rapat, ruang auditorium Interaktif Plaza dan taman terbuka, sclupture 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + lingkaran Transformasi bentuk bentuk kubus dan lengkung, elemen-elemen fasade lengkung Interaktif, atraktif Terbuka, interaktif, atraktif 147

28 3. Skala dan proporsi Monumental plaza, lobby dan galeri, auditorium Normal untuk ruang rapat, ruang kerja Atraktif, terbuka Interaktif 4. Warna Merah + putih/abu-abu semangat nasionalisme eksterior dan interior Orange/coklat/kuning interior dan furniture Atraktif, interaktif Interaktif 5. Material Beton struktur utama Kaca elemen fasade Polikarbonat, metal elemen fasade, sclupture Terbuka Atraktif Kesimpulan fungsi ruang, bentuk bangunan, proporsi dan skala, warna, dan material yang akan diterapkan dalam proyek Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta akan dijabarkan di bawah ini Konsep Bentuk Bentuk massa bangunan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta mengunakan bentuk dasar bujursangkar yang ditransformasikan dengan gabungan bentuk dasar lingkaran atau segitiga. Elemen penyusun fasade juga dapat diolah. Sehingga kesan yang didapatkan ada sisi kuat dan dinamis dalam bangunan namun tetap efisien. Kompleks bangunan terdiri dari tiga massa yaitu: satu massa bangunan penunjang, satu massa bangunan pendidikan yang digabung dengan bangunan olahraga, dan satu massa bangunan residensial. penunjang dihubungkan oleh plaza dengan bangunan pendidikan dan bangunan olahraga. 148

29 Untuk transformasi bentuk bangunan akan dijelaskan seperti di bawah ini: 1 Kompleks bangunan terdiri dari empat massa: penunjang, tipologi bangunan pendidikan, olahraga, dan residensial. 2 residensial dipisahkan karena membutuhkan privasi lebih. Sedangkan bangunan penunjang, pendidikan, dan olahraga dijadikan satu masa karena membutuhkan kedekatan fungsi. 3 Untuk menyesuaikan kebutuhan luas ruangan, maka beberapa massa dibuat bertingkat. penunjang dan olahraga menjadi 2 lantai, sedangkan 149

30 4 Untuk menambah citra dinamis pada bangunan, maka massa ditransformasikan dengan bentuk lengkung.pada sisi-sisi-nya. Gambar 5.18 Konsep Transformasi Bentuk pada Massa Gambar 5.19 Alternatif (2) Konsep Bentuk pada Massa Sedangkan pada lapangan sepak bola indoor menggunakan struktur atap baja lengkung seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 5.20 Alternatif (2) Konsep Bentuk pada Massa 150

31 5.5.2 Konsep Skala dan Proporsi Skala dan proporsi yang dipilih beraneka ragam. Konsep skala dan proporsi ini menyesuaikan dengan fungsi ruang dan citra yang ingin didapatkan. Skala monumental digunakan pada ruang yang berfungsi untuk kepentingan massal dan ruang yang membutuhkan sirkulasi udara yang banyak seperti plaza, lobby dan galeri, ruang auditorium, lapangan sepak bola indoor, dan kolam renang. Skala intim digunakan pada ruang yang berfungsi untuk kegiatan privat dan interaksi antar personal seperti kamar tidur. Sedangkan ruangan lainnya menggunakan skala normal. Gambar 5.21 Konsep Skala dan Proporsi Ruang (1) Skala Intim; (2) Skala Normal; (3) Skala Monumental Konsep Warna Pengguan warna untuk eksterior, interior, dan furniture pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta sangat diperhatikan. Terlebih lagi penggunanya sebagian besar anak-anak yang masih suka bermain, ceria, dan belum stabil. Sehingga bangunan didesain dengan beragam warna yang menyesuaikan dengan fungsi ruangnya. Warna-warna hangat dan ceria seperti merah, orange, kuning digunakan pada ruang-ruang yang berfungsi meningkatkan semangat siswa, kreativitas, dan interaksi sosial. Warna-warna dingin seperti biru, hijau, dan coklat digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan untuk beristirahat serta konsentrasi yang tinggi untuk belajar. Sementara hitam, abu-abu, dan putih digunakan sebagai variasi tone pada warna-warna panas maupun warna-warna dingin. Lebih jelasnya seperti pada tabel berikut ini. 151

32 Tabel 5.8 Konsep Penggunaan Warna pada Tipologi Olahraga Eksterior Interior Furniture Dominasi merah dan putih/abu-abu Merah dan putih/abu-abu Coklat/orange/ kuning Coklat/orange/ kuning Pendidikan Dominasi hijau dan abu-abu/putih Dominasi hijau dan abu-abu/putih Hijau dan sedikit elemen warna orange Warna-warna alami yang didapat dari material Warna-warna alami yang didapat dari material Residensial Dominasi biru dan abu-abu/putih Dominasi biru dan abu-abu/putih Biru dan sedikit elemen warna merah Warna-warna alami yang didapat dari material Warna-warna alami yang didapat dari material Penunjang Dominasi merah dan putih/abu-abu Merah dan putih/abu-abu Coklat/orange/ kuning Coklat/orange/ kuning 152

33 Berikut ini adalah alternatif variasi warna pada bangunan. Gambar 5.22 Alternatif (1) Penggunaan Warna pada Gambar 5.23 Alternatif (2) Penggunaan Warna pada Gambar 5.24 Alternatif (3) Penggunaan Warna pada 153

34 5.5.4 Konsep Material Material yang digunakan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta beraneka ragam. Untuk struktur utamanya dapat menggunakan beton atau baja karena memiliki kekuatan. Sementara untuk elemen pengisi fasade dan interior bangunan dapat berupa kombinasi material disesuaikan dengan fungsi dan citra ruang yang diinginkan. Kaca yang bersifat transparan dan terbuka digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan keterbukan dan akses pemandangan yang luas terhadap lingkungan luar. Kayu yang bersifat hangat dan alami digunakan pada elemen-elemen eksterior dan interior yang membutuhkan kehangatan dan ketenangan. Metal yang bersifat ringan dan modern maupun polikarbonat yang bersifat elastis dan dinamis digunakan pada elemen-elemen bangunan yang membutuhkan kedinamisan bentuk. Tabel 5.9 Konsep Penggunaan Material pada Tipologi Struktur Utama Fasade Olahraga Beton, Baja Kaca (Curtain Wall) PVC, metal Pendidikan Beton Kaca (Curtain Wall), kayu Residensial Beton Kayu, batu alam Penunjang Beton Kaca (Curtain Wall), PVC, metal Sumber: Analisis Penulis Curtain Wall Shading Kayu PVC Gambar 5.25 Alternatif Penggunaan Material pada Beton 154

35 5.5.5 Konsep Totalitas Sepak Bola dalam Desain Untuk menambah kecintaan pengguna pada sepak bola dan menambah semangat mereka, biasanya di setiap pusat pelatihan sepak bola eksterior, interior, maupun detail furniture dirancang dengan nuansa sepak bola. Antara lain: Sclupture di halaman depan berbetuk bola. Pembatas pagar berbentuk sclupture pemain bola. Furniture seperti meja dan kursi berbentuk bola. Wallpaper foto-foto pemain sepak bola nasional maupun internasional. Kalimat-kalimat yang memotivasi di dinding-dinding ruangan. Dinding-dinding ruangan yang didominasi warna merah dan putih. Galeri sepak bola yang berisi sejarah sepak bola Indonesia dan internasional, foto-foto tim nasional Indonesia dari masa ke masa, replika piala-piala kejuaran reginal dan internasional, jersey tim nasional Indonesia (1) (2) (3) (4) Gambar 5.26 Contoh Desain Bernuansa Sepak Bola (1) dan (2) Sclupture Bernuansa Sepak Bola; (3) Wallpaper Pemain Tim Nasional; (4) Kata-kata Motivasi di Dinding 155

36 5.6 Konsep Sistem Sistem bangunan merupakan hal yang penting untuk menunjang kegiatan dalam Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta. Sistem bangunan ini berupa utilitas bangunan yang terdiri dari sistem pencahayaan, sistem penghawaan, sistem elektrikal, sistem penanggulangan kebakaran, sistem penangkal petir, dan sistem drainase. Sistem pencahayaan Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta menggunakan dua sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pada siang hari diutamakan memanfaatkan cahaya matahari, sehingga bangunan didesain dengan bukaan kaca yang lebar namun diberi shading agar di dalam tidak terlalu panas. Pencahayaan buatan digunakan pada malam hari dengan memakai lampu LED yang lebih hemat energi. Di lapangan olahrga juga disediakan lampu khusus stadion yang terletak di tepi lapangan. Sistem penghawaan diupayakan sebisa mungkin memanfaatkan sirkulasi udara alami. Hal ini disebabkan karena lingkungan sekitar yang masih asri dan sejuk sehingga udaranya masih bersih dan bebas polusi. Untuk beberapa ruangan membutuhkan penghawaan buatan menggunakan AC unit seperti di ruang auditorium, ruang rapat, ruang kerja, perpustakaan, laboratorium komputer, minimarket/soccer shop. Exhaust fan digunakan pada dapur, kamar mandi, dan kamar ganti. Penghawaan buatan juga menggunakan kipas angin di asrama seperti pada ruang tamu, kamar tidur, ruang komunal, dan ruang makan. Sistem pengadaan air bersih menggunakan sistem up-feed dengan sumber air berasal dari air sumur dan PDAM, dilengkapi pompa air dan upper tank. Sistem pengolahan air kotor dibendakan menajdi air tinja, air sabun, dan air hujan. Khusus sistem drainase pada lapangan, lapisan tanah area pertandingan dibagi dua, yaitu lapisan atas yang cepat menyerap air dengan lapisan bawah yang sulit menyerap air. Lapisan atas terdiri dari rumput dan tanah berpasir. sedangkan lapisan bawah adalah tanah. Prinsip utamanya adalah pada permukaan lapisan bawah dibuat miring 1% - 2% dari tengah menuju tepi lapangan sedangkan untuk lapisan atas permukaannya tetap rata. 156

37 Gambar 5.27 Sistem Drainase Lapangan Sumber: Materi Kuliah Drainase Lapangan Olah Raga (Widiyanto) Sistem elektrikal Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta memanfaatkan pasokan listrik dari PLN. Selain itu untuk jaga-jaga keadaan darurat juga disediakan genset sebanyak duah buah. Sistem jaringan telekomunikasi terdiri dari telepon, jaringan internet, dan jaringan TV kabel. Sistem penangkal kebaran menggunakan fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan smoke detector. Sedangkan sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday. 157

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN VI.1. Landasan Konseptual Sebagai sebuah planet kehidupan, Bumi memiliki beberapa lapisan penting yaitu: Atmosfer, Hidrosfer, Geosfer dan Biosfer. Dimana lapisanlapisan penting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep yang mendasari perancangan Pusat Pelatihan Sepakbola Bandung ini adalah sebagai berikut; 1. Konsep Filosofis yaitu Kerjasama yang terarah. Konsep tersebut

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Konsep Dasar Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. Primer sebagai pusat informasi dan edukatif, 2. Sekunder merupakan penjabaran fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

Structure As Aesthetics of sport

Structure As Aesthetics of sport 154 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan merupakan area olahraga dengan tema yang dipakai adalah Structure as Architecture, dengan dasar perancangan mengacu pada sebuah sistem struktur

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN DASAR PROGRAM PERANCANGAN RELOKASI STADION LEBAK BULUS, JAKARTA

BAB VI KONSEP DAN DASAR PROGRAM PERANCANGAN RELOKASI STADION LEBAK BULUS, JAKARTA BAB VI KONSEP DAN DASAR PROGRAM PERANCANGAN RELOKASI STADION LEBAK BULUS, JAKARTA 6.1. Konsep Dasar Perancangan 6.1.1. Tujuan Perancangan Relokasi Stadion Lebak Bulus ke Kecamatan Pesanggrahan bertujuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar perancangan Pusat Seni Pertunjukan ini adalah mendesain suatu bangunan dengan fasilitas pertunjukan yang dapat berfungsi dengan baik secara sistem

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK Latar Belakang Pemilihan OBJEK OBJEK sebagai wadah pengembangan potensi dan bakat dalam bidang olahraga serta sebagai media hiburan. JENIS KEGIATAN Kegiatan Olah Raga dibagi menjadi dua, yaitu : Sepakbola

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA V.1 Konsep Dasar Perencanaan merupakan fasilitas pendidikan pra-sekolah yang menangani anak-anak usia

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user digilib.uns.ac.id 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Bali Style. Bali Style merupakan konsep yang sering digunakan pada bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep tampilan eksterior dan interior bangunan berdasarkan hasil temuan analisis yang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5. 1 Program Ruang No. Kelompok Kegiatan/Ruang Luas KELOMPOK RUANG KEGIATAN PRIVAT 1. Deluxe Room 811,2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1. Rancangan Tapak Hasil akhir dari rancangan mengacu pada konsep yang telah ada. Dengan demikian rancangan yang dihasilkan tidak jauh berbeda dari konsep yang telah dibuat. Konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang Dari hasil perhitungan besaran ruang pada bab sebelumnya, maka didapat program ruang sebagai berikut: GEDUNG

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta 6.1. Konsep Perencanaan 6.1.1. Konsep Zoning Massa Berdasarkan hasil analisis pada Bab V, kawasan Studio Film di Yogyakarta terbagi atas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA VI.1. KONSEP DASAR Permasalahan yang ada dalam perencanaan dan perancangan Griyä Pernikahan di Yogyakarta adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual 2.4 HASIL STUDI BANDING Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Kontekstual Arsitektural Terletak di Gedung Kuliah Bersama Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabe5.1 Rekapitulasi Program Ruang SMA Negeri 54 Jakarta Kelompok Kegiatan Utama 1. Hall 75,00

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perencanaan 5.1.1 Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. Alamat : JL. Hayam

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG 5.. Program Dasar Perencanaan Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perencanaan dan perancangan BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam konsep perencanaan ini akan mengulas lebih lanjut dari pendekatan konsep perencanaan pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota BAB 5 KONSEP 5.1. Konsep Dasar Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota gerak makhluk hidup sebagai ide bentuk. Dalam setiap karya arsitektur biomorfik, selalu memberikan

Lebih terperinci

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK - BAB. V - KONEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK PARKIR / PUBLIK GEDUNG D/ EMIPRIVAT PERPUTAKAAN / EMIPUBLIK GEDUNG TK/ EMIPRIVAT PARKIR/ PUBLIK YAYAAN/

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci