RUANG EKONOMI KREATIF PADA SENTRA KESENIAN TRADISIONAL BETAWI DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA
|
|
- Sri Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RUANG EKONOMI KREATIF PADA SENTRA KESENIAN TRADISIONAL BETAWI DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA Tegar Prabasaki, Nina Nurdiani, Renhata Katili Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, BINUS University, ABSTRACT An increase in arts and culture is one way to advance regional economy.to support the development of arts and culture, there is needed spaces to support art activity or regional art exhibition.the condition of betawi cultural village at present increasing in the numbers of artistry. But Betawi cultural village do not have adequate space in order to provide employment and to improve economic conditions of the community and also create a creative economy that can improve economic conditions in betawi cultural village in srengseng sawah. In addition to introduce Betawi traditional arts, it needed space supporting space activities and space culture of Betawi traditional arts. So betawi traditional arts centre and space of the creative economy becomes an important part in the city's environment, as a green public space in the city, as a means of introduction and the preservation of the arts and culture of betawi. (TP) Keywords : Traditional Art centre, Betawi, creative Economic ABSTRAK Peningkatan Kesenian dan Kebudayaan merupakan salah satu cara untuk memajukan perekonomian daerah. Untuk mendukung perkembangan seni dan budaya diperlukan tempat-tempat yang memadai dan menunjang untuk kegiatan ataupun pameran kesenian daerah. Kondisi Perkampungan Budaya Betawi saat ini mengalami peningkatan dalam hal wisata. Akan tetapi kegiatan Kesenian di Perkampungan Budaya Betawi belum memiliki ruang yang memadai dalam rangka menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menciptakan Ruang Ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian di Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah. Selain itu untuk mengenalkan kesenian tradisional Betawi kepada masyarakat perlu adanya ruang ruang penunjang kegiatan Kebudayaan maupun ruang hasil kesenian adat Betawi. Sehingga Sentra kesenian Tradisional Betawi dan Ruang Ekonomi Kreatifnya menjadi bagian penting didalam lingkungan kota, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai sarana pengenalan dan pelestarian kesenian dan kebudayaan Betawi. (TP) Kata Kunci : Sentra Kesenian Tradisioal, Betawi, Ekonomi Kreatif PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa,presiden RI telah mengeluarkan interuksi presiden no.6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif tahun Untuk itu dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah, pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air.
2 Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Akan tetapi Departemen Perdagangan RI (2008) mengidentifikasi setidaknya ada 14 (empat belas) sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu (periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fasion, film video dan fotografi, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan peranti lunak, radio dan televisi). Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan salah satu kawasan wisata yang menerapkan kemitraan dalam pengembangannya. Perkampungan ini menampilkan suatu kawasan yang dihuni oleh komunitas Betawi untuk mempertahankan keaslian nilai-nilai, norma dan budaya serta membina dan melindungi kelestarian budaya Betawi secara terencana. Hingga saat ini lahan yang telah dibangun di perkampungan Budaya Betawi kurang lebih 4000m 2 dari total luasan 289 hektar. Pembangunan fasilitas yang dilakukan diantaranya adalah (tabel 1 dan gambar 1). Tabel 1 Tabel Fasilitas Bangunan di Perkampungan Budaya Betawi no Jenis bangunan Luas m² 1 Panggung teater terbuka ± 355 m² 2 Plaza - 3 Kantor Pengelola ± 164 m² 4 Prototype Rumah Tradisional Betawi ± 165 m² 5 Wisma Betawi ± 160 m² 6 Gallery ± 165 m² 7 Tempat Parkir ± 100 m² 8 Toilet - 9 Musholla - 10 Loket Sepeda Air - Gambar 1 Bangunan Eksisting November 2014
3 Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah DKI Jakarta tentang ruang terbuka hijau dalam rangka penataan Perkampungan Budaya Betawi, telah terbit keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khuus Ibukota Jakarta Nomor : 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Diharapkan nantinya kawasan Srengseng Sawah dapat menjadi tempat untuk memperlihatkan/mempertontonkan kesenian Betawi. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada sudah diuraikan diatas yaitu untuk melestarikan kesenian Betawi maka dibutuhkan suatu ruang untuk menunjang kegiatan kesenian dan juga ruang untuk kegiatan industri kreatif untuk meningkatkan perekonomian di Perkampungan Budaya Betawi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam studi atau penelitian ini adalah kualitatif dan deskriptif Jenis data yang diperlukan antara lain: 1.Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer yaitu: sumber asli yang memuat informasi/data tersebut. 2.Studi Sekunder Data sekunder didapat dari Studi literature,artinya pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen resmi yang dapat diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang ada terutama berkenaan dengan arsip-arsip laporan, buku literatur, internet dan lain-lain yang menunjang atau berupa catatan tertulis tentang kesenian tradisional betawi. Dalam melakukan penelitian terdapat 2 metode yang akan digunakan, antara lainsebagai berikut: 1.Observasi Observasi yang dilakukan peneliti ini adalah observasi langsung yaitu peneliti mengadakan pengamatan tentang lingkungan dan kegiatan ekonomi kreaif di Perkampungan Buaya Betawi. Metode observasi bertujuan untuk mendapatkan data selengkapnya dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Observasi dilakukan pada sumber utama yaitu kesenian tradisional betawi b. Observasi dilakukan dengan sikap jujur dan se-objektif mungkin c. Data yang tampak segera peneliti catat dalam lembar pengamatan yang telah peneliti siapkan. d. Observasi penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan tahapan observasi. e. Untuk memperoleh data-data visual sebagai bukti dari data yang diteliti. 2. Wawancara Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka, yang dimaksudkan untuk memperoleh data data mengenai perkembangan perekonomian kampung betawi di srengseng sawah.jakarta Selatan. HASIL DAN BAHASAN Setu Babakan dengan luas area 289 hektar berada di kawasan yangditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan BudayaBetawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sebagai kawasan wisata di perkampungan Budaya Betawi. Aktifitas yang berlangsung adalah perpaduan antara warga sebagai pelaku kesenian dan pengunjung. Pemerintah DKI Jakarta sedang menjalankan proyek pembangunan kawasan kampung betawi sebagai sarana pariwisata atas dasar SK Gubernur no.9 tahun 2000, sejak tahun penetapan ini pemerintah dan masyarakat mulai merintis dan mengembangkan kampung tersebut sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.akan tetapi hingga saat ini baru beberapa bangunan yang berdiri. Menurut Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel penentu proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga, yaitu : 1) sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor produksi tanah ) 2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan 3) stok barang kapital yang ada. Menurutnya sumber daya alam yang tersedia merupakan bahan baku utama dari kegiatan produksi suatu perekonomian dan jumlahnya terbatas.
4 Dan adapun potensi yang dapat dikembangkan dalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi di Srengseng Sawah seperti pada peta gambar dibawah ini, yaitu kegiatan kuliner, wisata fisotek, kantor pengelola, panggung tari, mushola, dan area membatik (gambar 2) Gambar 2 peta potensi yang dapat dikembangkan di Area Perkampungan Betawi. Kerajinan seni Budaya Betawi dapat lebih dikembangkan dengan memanfaatkan dan meningkatkan sumberdaya manusia yang tinggal di Perkampungan Budaya Betawi untuk meningkatkan Ekonomi daerah. Salah satu kerajinan yang terdapat di Perkampungan Budaya Betawi adalah kegiatan Membatik. Kondisi saat ini sudah terdapat sebuah ruang kerajinan Membatik di Perkampungan Budaya Betawi. Guna untuk mengenalkan kesenian Tradisional batik maka kegiatan membatik akan di tambahkan ke dalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi (gambar 3). Gambar 3 Kegiatan Ekonomi Kreatif Membatik di Setu Babakan Ada 2 jenis membatik yang terdapat di Perkampungan Budaya Betawi, yaitu Batik cetak dan Batik tulis atau manual (gambar 4,5,dan 6).
5 Gambar 4 Kegiatan Ekonomi Kreatif Membatik cetak di Setu Babakan Gambar 5 proses Pembuatan Batik Cetak Gambar 6 Hasil pembuatan Batik setelah pewarnaan Selain proses membatik terdapat juga kesenian Kerajinan Tangan seperti topeng dan soufenir, kesenian ini juga dapat dikembangkan sebagai upaya peningkatan Perekonomian daerah Perkampungan Budaya Betawi dan di terapkan pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi (gambar 7 dan 8).
6 Gambar 7 hasil kerajinan tangan khas Betawi Setu Babakan Gambar 8 hasil kerajinan tangan khas Betawi Adapun potensi yang ada pada kawasan ini dapat dijadikan konsep untuk memperkuat rantai produksi dengan morelokasikan ke tempat kawasan wisata yang dilewati oleh pengunjung. Maka pada perancangan sentra kesenian betawi akan di terapkan konsep sharpley yaitu membentuk rantai produksi yang dapat menciptakan trianggulasi yang seimbang antara tujuan wisata dan habitat disekitarnya yang mendukung satu sama lain (gambar 9). Gambar 9 Diagram Kesinambungan antara Habitat, Tujuan Wisata, dan Industri pariwisata Dengan bukunya M.Togar Simatupang (2008). yang berjudul Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Kota Bandung, volume 8 menjelaskan bahwa industri kreatif perlu dikembangkan demi menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup manusia dan dapat juga memberikan sumberdaya manusia yang berbasis pengetahuan dan kreatifitas, sehingga dengan adanya ekonomi kreatif maka kemajuan daerah dapat dipastikan, Dalam upaya peningkatan perekonomian daerah hendaknya tidak membunuh habitat aslinya dengan memindahkan begitu saja potensi yang ada, hendaknya kita tetap memikirkan untuk tetap berkesinambungan antara Sentra Kesenian Tradisional Betawi dengan Habitat Perkampungan Betawi,
7 maka untuk mencapai titik tersebut Fungsi Sentra kesenian Tradisional Betawi hanya sebagai Etalase sebagian kegiatan Ekonomi Kreatif yang terdapat di Perkampungan Betawi. dengan kata lain pengunjung yang hendak melihat habitat aslinya tetap bisa mendatangi lokasi tersebut, dan untuk memfasilitasi pengunjung yang menginginkan inspeksi ke habitat aslinya perlu diberikan fasilitas yang juga merupakan cirri khas betawi seperti Delman ataupun Sepeda. Dan kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Sehingga dalam sebuah kawasan wisata pengunjung tidak hanya melihat membeli, tetapi juga dapat merasakan proses pembuatanya dengan tangan sendiri, hal ini dapat menciptakan memorabilia tersendiri pada sebuah kawasan wisata Dengan potensi-potensi yang ada di Perkampungan Betawi, dan setelah melakukan analisa tentang potensi didalam kawasan Perkampungan Betawi maka dipilih dua potensi yaitu Membatik dan Kerajinan Tangan, sehingga 3 faktor kegiatan wisata dapat terpenuhi (tabel 2). Tabel 2 Konsep Pengembangan Potensi Setu Babakan no Kriteria Yoeti Potensi yang akan dikembangkan 1 Something to see - kawasan wisata(semua aspek wisata di sentra kesenian tradisional) 2 Something to do - Membatik - Kesenian tradisional (kerajinan tangan, batik, arsitektur betawi) - Membuat kerajinan tangan 3 Something to buy - Hasil kerajinan tangan sendiri - Hasil membatik sendiri - Kesenian tradisional batik dan kerajinan tangan Dalam Studi Sentra Kesenian Tradisional Betawi perlu adanya studi luasan dan kebutuhan ruang untuk menunjang Ruang Ekonomi Kreatif (tabel 3). Tabel 3 Tabel Kebutuhan dan Luasan Ruang No Ruang kegiatan kapasitas standar Luas m 2 1 Space area parkir 2 Loket dan sarana informasi 3 Ruang ganti staff 4 Ruang galeri batik 5 Ruang pembuatan batik staff parkir Menaga loket 45 mobil pribadi 5 mobil bis 100 motor 5 mobil staff 2 orang staff 2-3m 2 /orang 4 m 2 Beli tiket 30 orang 0.96m 2 /orang 30 m 2 pengunjung Ganti baju 15 orang 2-3m 2 /orang 30 m 2 pameran 80 orang 0.96m 2 /orang 77 m % = 92.5 m 2 Membuat batik 12 orang 2-3m 2 /orang 35 m % = 42 m 2
8 6 Ruang pembuatan batik pengunjung 7 Gudang batik Menyimpan barang 8 Ruang pembuatan kerajinan tangan 9 Galeri kesenian 10 Gudang penyimpanan bahan 11 Ruang pelatihan pembuatan kerajinan tangan pengunjung 12 Ruang administrasi Membuat batik 15 orang 6-8m 2 /orang 110 m % = 130 m 2 2 orang 2-3 m 2 /orang 4m % = 5 m 2 Membuat karya 15 orang 2-3m 2 /orang 30 m % = 100 m 2 pameran 100 orang 2-3m 2 /orang 76.8 m 2 +20% = 260 m 2 Menyimpan 2 orang 2-3 m 2 /orang 4m % barang = 5 m 2 Membuat batik 15 orang 6-8 m 2 /orang 110 m % = 130 m 2 mengelola 3 orang 6-8 m 2 /orang 18 m 2 Ruang rapat 4-6 orang 2-3 m 2 /orang 8 m 2 Ruang pimpinan 1 orang 6-8 m 2 /orang 6 m 2 Total : 32 m 2 Setelah mebuat Organisasi ruang, perlu adanya penzoningan, Zoning terbentuk berdasarkan teori Yoeti Somtething To Buy yaitu fungsi yang harus ada dalam satu kawasan wisata, dan didukung dengan teori sharpley yaitu kebutuhan sebuah outlet pada tempat wisata sehingga letak area membatik dan kerajinan tangan dapat diletakan di area yang memiliki potensi untuk menarik perhatian pengunjung, yaitu area yang dilalui oleh pengunjung. Dari analisa tersebut maka terciptalah Zoning seperti gambar (gambar 10).
9 Gambar 10 Zoning Sentra Kesenian Tradisional Betawi Setelah itu perlu menentukan pola pada Masterplan Sentra Kesenian Tradisional Betawi. Pola bangunan terbentuk berdasarkan pola pada bangunan eksisting yang dimana bentuk pola pada bangunan museum dan rumah percontohan Yang berorientasikan kepada plaza di tengahnya sehingga membentuk pola cluster. Sehingga pada proyek Sentra Kesenian Tradisional Betawi akan menyesuaikan bentuk pada banguna eksisting dengan menerapkan pola yang sama, yaitu pola Cluster (gambar 11 dan 12). Gambar 11 Pola cluster pada area eksisting
10 Gambar 12 Pola cluster pada Sentra Kesenian Tadisional Betawi SIMPULAN DAN SARAN Dalam konteks kepariwisataan yang berkaitan dengan kesenian dan kerajinan tangan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio.bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif dan ruang tersebut harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi model linkage tersebut adalah penetapan lokasi outlet yang harus diusahakan berada di tempat strategis dan dekat dengan tempat wisata. Sehingga tercipta trianggulasi yang seimbang antara Habitat asli Perkampungan Betawi dengan kawasan wisata dan Indutri wisata itu sendiri Berdasarkan teori Yoeti dengan mengaplikasikan potensi-potensi yang ada di Perkampungan Betawi kedalam Sentra Kesenian Tradisional Betawi. sehingga pengunjung tidak hanya melihat proses pembuatan dan membeli produk kesenian tetapi juga dapat merasakan langsung pembuatan Kesenian Tradisional Betawi itu sendiri Oleh karena itu Konsep Sentra Kesenian Tradisional Betawi diharapkan dapat menunjang fasilitas dan sarana untuk manunjukan kepada masyarakat tentang kesenian dan kebudayaan asli Betawi, tujuan sebagai berikut: menjadi bagian penting didalam lingkungan kota, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai sarana pengenalan kesenian dan kebudayaan asli Indonesia kepada masyarakat domestik maupun mancanegara. REFERENSI Evans, Graeme L (2009). From Cultural Quarters to Creative Clusters Creative Spaces in The New City Economy. (12 januari 2015) Farida.Meutia.(2009). Membangun Ketahanan Bangasa Melalui Kesenian. Departemen Antropologi FISIP-UI. (12 januari 2015) Simatupang, M, Togar. (2008). Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Kota Bandung, Journal Of Manajemen Teknologi, Volume 8, (1), 1-5 Sharpley, Richard. (2000). Exploring The Theoretical Divide. Journal Of Tourism And Sustainable Development. Volume 8, 1-17.
11 Vanolo, Alberto. (2010). The Case Of Christiania. Journal Of Alternative Capitalism And Creative Economy. Volume 3, Victoria, L,Geberich. (2005). An Evaluation Of Sustainable American Indian Tourism. Journal Of Advanced In Tourism Research, Volume 7, RIWAYAT PENULIS Tegar Prabasaki lahir di kota Kebumen pada tanggal 2 Juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di dunia berkembang dari ekonomi agrikultur menjadi ekonomi industri.banyak sumber daya di indonesia yang dikuasai pihak asing, namun seara de facto yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Tinjauan Proyek Judul : Pusat Pendidikan Budaya Betawi Tema : Arsitektur Betawi Lokasi : Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan Luas Lahan : ±
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG PENATAAN LINGKUNGAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH. KECAMATAN JAGAKARSA KOTAMADYA JAKARTA
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah
DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN... 0 1.1 PENGERTIAN JUDUL... 0 1.2 LATAR BELAKANG... 0 1.2.1 Kawasan Betawi Condet... 0 1.2.2 Program Pemerintah Terkait Kawasan Betawi Condet... 1 1.2.4 Kawasan Wisata
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH
Lebih terperinci2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME Disusun oleh : Ardi Hirzan D I0212021 Dosen Pembimbing: Ir. Marsudi, M.T NIP. 195603141986011001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang kaya akan obyek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, peninggalan sejarah maupun sejarah
Lebih terperinciINPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng
INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan
Lebih terperinciPenerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-15 Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi Alivia Bianca Bella Diena dan Murtijas Sulistijowati Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif yang mencakup industri kreatif, di berbagai negara di dunia saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA KOTAMADYA JAKARTA SELATAN DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBesarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era otonomi daerah saat ini, setiap daerah dituntut kemandiriannya dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan kata lain, setiap daerah
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciminimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.
minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus
Lebih terperinciPUSAT BUDAYA BETAWI DI KAWASAN SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT BUDAYA BETAWI DI KAWASAN SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan
Lebih terperinciKAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR Oleh : DANIEL AZKA ALFAROBI L2D 097 435 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciBAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianzb Pariwisata telah bergerak sangat cepat dan telah menjadi stimulus pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata adalah bidang
Lebih terperinci6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan
6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Pekalongan merupakan kota yang sangat strategis karena berada di jalur pantai utara, sehingga banyak orang yang melaluinya. Selain itu kota Pekalongan mempunyai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta
Lebih terperinciPERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan permasalahanpermasalahan yang ada, tujuan yang ingin dicapai serta metode penelitian yang mencakup teknik pengumpulan dan pengolahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki
Lebih terperinciPETA KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN Maret 2015 PETA KELURAHAN SRENGSENG SAWAH KEL. CIGANJUR KEL. JAGAKARSA 17 11 05 04 10 19 KEL.LENTENG AGUNG KEL. CIPEDAK 09 08 07 06 18 16
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang beragam tidak terlepas dari berbagai aktifitas yang membutuhkan tempat untuk mewadahinya. Dalam arsitektur sering dikenal istilah space, atau
Lebih terperinci3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75
2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatra, Indonesia yang memiliki budaya yang khas, yaitu Budaya Melayu. Sebagai ibukota provinsi, sudah
Lebih terperinciBAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Pendekatan Aspek Fungsional 5.1.1. Pendekatan Fasilitas Pusat Seni Budaya Rakyat Borobudur ini akan menyediakan fasilitas sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
Lebih terperinciPENINGKATAN EKONOMI KREATIF MELALUI INTEGRASI RUANG PADA PUSAT KESENIAN DI JAKARTA
PENINGKATAN EKONOMI KREATIF MELALUI INTEGRASI RUANG PADA PUSAT KESENIAN DI JAKARTA Yanuar Satrio. P, Nina Nurdiani, Renhata Katili Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya yang di angkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan
Lebih terperinciMENINGKATKAN EKONOMI MIKRO PADA KAWASAN PUSAT BATIK DI KAMPUNG PALBATU TEBET JAKARTA
MENINGKATKAN EKONOMI MIKRO PADA KAWASAN PUSAT BATIK DI KAMPUNG PALBATU TEBET JAKARTA Ricky Rahmadyansah Husni, Albertus Galih Prawata, Nofriyon Nasir Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN Tugas Akhir 126 Arsitektur Undip BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau yang dulunya dikenal dengan sebutan Kantor Agraria ini adalah lembaga pemerintah non kementerian di Indonesia yang mempunyai tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan
Lebih terperinciPEKALONGAN BATIK CENTER
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEKALONGAN BATIK CENTER DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH : LARISSA ANGESTIA SARI L2B
Lebih terperinciIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai
Lebih terperinciBAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Landasan dasar program perencanaan dan perancangan ini merupakan suatu kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk
Lebih terperinciPUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH: IGNASIUS
Lebih terperinciPropinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung merupakan kota yang sering dijuluki dengan kota paris van java karena banyaknya bangunan-bangunan heritage seperti kota paris dan pertunjukan kesenian atau
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta, adalah ibu kota Negara Republik Indonesia, dengan Betawi sebagai suku aslinya. Seperti suku lain di Indonesia, suku Betawi juga mempunyai banyak keunikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Budaya lokal suatu daerah dapat mengangkat citra serta identitas daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke tingkat nasional maupun internasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau
Lebih terperinciPASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
Lebih terperinci- BAB I - PENDAHULUAN
- BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari
Lebih terperinciABSTRAK PERANCANGAN PROMOSI TARI TOPENG CIREBON UNTUK MENINGKATAN PARIWISATA BUDAYA KOTA CIREBON. Oleh Ezraef Jeconiah NRP
ABSTRAK PERANCANGAN PROMOSI TARI TOPENG CIREBON UNTUK MENINGKATAN PARIWISATA BUDAYA KOTA CIREBON Oleh Ezraef Jeconiah NRP 1064047 Kota Cirebon memiliki banyak potensi dalam bidang pariwisata. Salah satunya
Lebih terperinciENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI
TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA
RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai
Lebih terperinciPenataan Kampung Songket Pandai Sikek, Kab. Tanah Datar sebagai Kawasan Wisata Kerajinan
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Kampung Songket Pandai Sikek, Kab. Tanah Datar sebagai Kawasan Wisata Kerajinan (Lingkup Mikro Penggal Jalan Utama Jorong Baruah) Penekanan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang termasuk 5 (lima) kota besar yang ada di Indonesia. Kelebihan kota Bandung dibandingkan kota kota lainnya adalah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 IdePerancangan Ide perancangan muncul karena melihat potensi kebudayaan di Madura yang memiliki tempat yang kurang layak untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep
Lebih terperinciDAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii
DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1.Gambaran Umum Lokasi Taman Mini Indonesia Indah merupakan obyek wisata berupa taman yang di dalamnya terdapat anjungan berupa rumah adat rumah adat yang terdapat
Lebih terperinciBAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Animasi (anime) merupakan sebuah produk entertaintment, media, bahkan industri yang sangat pesat perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi. Penggunaannya
Lebih terperinciSTUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan
Lebih terperinciCOVER LEMBAR PENGESAHAN...
ABSTRAK Indonesia sangat terkenal akan keanekaragaman kesenian tradisionalnya. Kesenian tradisional merupakan salah satu warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Masing masing daerah dari Sabang hingga
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk menjaga dan melestarikan potensi kesenian tradisional dan kuliner yang ada di Trenggalek.
Lebih terperinci