TUGAS AKHIR PERANCANGAN PRODUK MEJA KERJA BANTU MENJAHIT KARPET YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PERANCANGAN PRODUK MEJA KERJA BANTU MENJAHIT KARPET YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERANCANGAN PRODUK MEJA KERJA BANTU MENJAHIT KARPET YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD) DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Diajukan Oleh: Siti Fatimah E PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIAN NUSWANTOROSEMARANG 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-nya telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Produk Meja Kerja Bantu Menjahit Karpet Yang Ergonomis Menggunakan Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dengan tepat waktu. Dalam penyusunan laporan ini Penulis banyak mendapat pengarahan, bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Allah SWT, atas segala petunjuk-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik dan lancar. 2. Ibu Dr. Ir. Dian Retno Sawitri MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Dr. Herwin Suprijono, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Ibu Ratih Setyaningrum, MT selaku Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini. 5. Bapak Jazuli, S.T, M.Eng selaku Pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini. v

6 6. Orang Tua dan seluruh keluarga, yang selalu dijadikan Penulis sebagai pembangun semangat di saat jenuh dan selalu memberi dukungan moril maupun materi dan pengawasan kepada Penulis dalam setiap proses yang dijalani. 7. Teman-teman Teknik Industri Angkatan 2012,especially Bonbin yang selalu memberikan suasana menjadi menyenangkan dalam penyelesaian Tugas Akhir serta memberikan banyak informasi, semangat, dan doa untuk Penulis. Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro dan menjadi referensi bagi rekan rekan sekalian. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Semarang, 20 Maret 2017 Penulis vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pembatasan Masalah Keaslian Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Dan Pengembangan Produk Ergonomi Anthropometri Pengukuran Bentuk Tubuh Keluhan Muskuloskeletal Pengertian Muskuloskeletal Faktor Penyebab Muskuloskeletal Jenis Keluhan Muskuloskeletal Pengukuran Muskuloskeletal Disorders (Nordic Body Map) Teori Sampel Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Uji Statitstik Uji Reliabilitas Data Uji Validitas Data Ergonomic Function Deployment (EFD) vii

8 2.7.1 Langkah-Langkah Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Prosedur Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Obyek dan Sumber Penelitian Jenis Dan Sumber Data Data Primer Data Sekunder Metode Pengumpulan Data Observasi Wawancara Studi Pustaka Kuesioner Alur Penelitian Studi Lapangan Identifikasi dan Perumusan Masalah Pengumpulan Data Uji Statistik Analisis Postur Awal dengan RULA Pengolahan Data dengan Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) Pendekatan Antropometri Perancangan Produk Analisis Postur Akhir dengan RULA Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Pengumpulan Data Kuesioner Awal Pengumpulan Data Postur Kerja Pengumpulan Data Kuesioner EFD Pengumpulan Data Antropometri Analisis Postur Awal dengan Metode RULA Pengujian Data Kuesioner EFD viii

9 4.3.1 Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Implementasi EFD Identifikasi Kebutuhan Konsumen Menentukan Tingkat Kepentingan Konsumen Menentukan Tingkat Kepuasan Konsumen Menentukan Goal (Target) Menentukan Rasio Perbaikan (Improvement Ratio) Menentukan Titik Jual (Sales Point) Menghitung Raw Weight Mengitung Normalized RawWeight Menentukan Respon Teknis Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Menentukan Target Spesifikasi Analisis Benchmarking House of Ergonomic Olah Data Antropometri Uji Kecukupan Data Antropometri Uji Keseragaman Data Antropometri Perhitungan Nilai Persentil Perancangan Produk Perancangan Desain Daftar Kebutuhan Bahan dan Analisa Biaya Analisis Implementasi Efektivitas Produksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1Postur Pekerja saat Menjahit Karpet... 3 Gambar 1. 2 Posisi saat Menjahit Karpet... 4 Gambar 1. 3 Posisi saat Menjahit Karpet... 5 Gambar 2. 1Fase Pengembangan Produk...14 Gambar 2. 2Anthropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dimensinya Gambar 2. 3Kuesioner Nordic Body Map Gambar 2. 4House of Ergonomic Gambar 3. 1Alur Penelitian Gambar 4. 1Scoring RULA pada salah satu fase gerakan...69 Gambar 4. 2 Hubungan Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Gambar 4. 3House of Ergonomic Gambar 4. 4 Grafik Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk Gambar 4. 5 Grafik Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk Gambar 4. 6 Grafik Uji Keseragaman Data Rentangan Tangan Gambar 4. 7 Grafik Uji Keseragaman Data Jangkauan Tangan Gambar 4. 8 Tampak Depan Gambar 4. 9 Tampak Samping Gambar Tampak 3 Dimensi x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang... 8 Tabel 3.1 Daftar Pernyataan...52 Tabel 4. 1 Tabel Kuesioner NBM...64 Tabel 4. 2 Kuesioner Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Tabel 4. 3 Hasil Rekap Data Pernyataan Kepentingan Tabel 4. 4 Hasil Kuesioner Tingkat Kepuasan Konsumen Tabel 4. 5 Aktivitas Menjahit Karpet Tabel 4. 6Rekapitulasi Perhitungan RULA Tabel 4. 7 Tabel Scoring RULA Tabel 4. 8 Hasil Uji Validitas Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas Tabel Daftar Kebutuhan Konsumen Tabel Rekap Data Hasil Tingkat Kepentingan Tabel Rekap Data Hasil Tingkat Kepentingan Tabel 4. 13Goal (Target) Tabel 4. 14Improvement Ratio Tabel 4. 15Sales Point Tabel 4. 16Raw Weight Tabel 4. 17Normalized Raw Weight Tabel Karakteristik Teknis Tabel Simbol Kekuatan Hubungan Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Tabel Perhitungan Kontribusi dan Urutan Prioritas Tabel Target Spesifikasi Tabel Produk Pendahulu Tabel Data Antropometri Tabel Hasil Perhitungan Persentil Tabel Bahan dan Biaya Pembuatan Tabel 4. 26Benchmarking NBM Produk Lama dan Produk Baru Tabel 4. 27Benchmarking RULA Produk Lama dan Produk Baru xi

12 INTISARI Di Jawa Tengah terdapat sebanyak kurang lebih 600 unit industri pengrajin karpet dan keset yang semakin hari memiliki tingkat permintaan yang semakin tinggi. Dalam memenuhi permintaan tersebut, para pengrajin karpet dituntut untuk bekerja lebih keras. Tuntutan kerja yang tinggi ini menyebabkan adanya ketergantungan bekerja sambil duduk menjadi besar. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan sebuah fasilitas kerja yang dapat mengakomodasi kebutuhan penjahit dalam waktu tertentu. Hasil observasi yang dilakukan pada para pengrajin ditemukan bahwa para pekerja memiliki keluhan musculoskeletal dimana 100% responden yang diteliti mengalami keluhan sakit pada bahu kiri dan punggung.begitu juga dengan analisa RULA pada beberapa postur aktivitasnya menghasilkan score 7 yang memiliki level resiko tinggi. Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) digunakan untuk mendapatkan desain produk yang sesuai kebutuhan dan memiliki ukuran yang nyaman digunakan bagi pekerja penjahit karpet. Untuk perancangan sebuah fasilitas kerja yang ergonomis maka dilakukan perhitungan antropometri dengan data rentangan tangan untuk panjang meja kerja bantu jahit karpet dengan ukuran 166 cm, data jangkauan tangan untuk lebar meja kerja bantu jahit karpet dengan ukuran 116 cm, data tinggi siku duduk dan data tinggi popliteal duduk untuk tinggi meja kerja bantu jahit karpet dengan ukuran 73,5 cm. Hasil implementasi perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan meja kerja bantu jahit karpet yang ergonomis dengan menggunakan Nordic Body Map diperoleh penurunan musculoskeletal pada pekerja menurun menjadi 40% pada bahu kiri dan 60% pada punggung. Begitu pun analisa postur RULA setelah implementasi mengalami penurunan secara umum atau memiliki level resiko kecil, yang berarti kenyamanan yang dirasakan oleh para pekerja meningkat. Hasil ini menunjukkan ukuran dan desain meja kerja bantu menjahit tersebut nyaman digunakan untuk para pekerja. Kata Kunci : Pengrajin karpet, Ergonomis, Ergonomic Function Deployment (EFD) xii

13 ABSTRACT In Central Java, there are as many as about 600 industrial units artisan rugs and doormats, which continues to have a higher level of demand. In fulfilling the request, the carpet craftsmen are required to work harder. This high work demands led to the dependence of work while sitting be great. It has an impact on the needs of a working facility that can accommodate the needs of a tailor in a certain time. The results of observations made on the craftsmen discovered that workers had musculoskeletal complaints where 100% of respondents surveyed had complaints of pain in the left shoulder and back. Likewise with RULA analysis on some postures activity to produce a score 7 who have a high risk level. Ergonomic Function Deployment (EFD) is used to get the design of products that fit the needs and size that is comfortable to use for workers tailor carpet. To design a facility ergonomic work then do the calculations anthropometric data arm span to long work desk auxiliary sewing carpet with a size of 166 cm, the data arm reach for a wide work desk auxiliary sewing carpet with a size of 116 cm, high data elbow seating and high data popliteal sitting on a high work table sewing aids carpet with a size of 73,5 cm. The results of the implementation of the comparison before and after using the auxiliary sewing work desk ergonomic carpet by using Nordic Body Map acquired musculoskeletal decline in workers declined to 40% in the left shoulder and 60% on the back. So even posture analysis RULA after the implementation of the general decline or have a small risk level, which means the comfort felt by the workers increased. These results indicate the size and design workbench sewing aids are convenient to use for the workers. Keywords: Craftsman carpet, Ergonomics, Ergonomic Function Deployment (EFD) xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, (Usaha Kecil Menengah) UKM memiliki peran tersendiri yang sangat penting dalam perekonomian. Unit UKM mengalami perkembangan tiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang, pertumbuhan UKM setiap tahunnya naik cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan mencapai 2,38% per tahun. Kebanyakan, UKM di Semarang adalah usaha perdagangan dan industri.hingga akhir tahun 2014, jumlah UKM yang terdata pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang sebanyak unit. Dari jumlah tersebut, perannya sungguh luar biasa, karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih orang. Pekerjaan menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang banyak ditekuni masyarakat dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.salah satu UKM yang menyerap banyak tenaga kerja menjahit adalah UKM pengrajin karpet.berdasarkan data tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah menunjukkan bahwa terdapat sebanyak kurang lebih 600 unit industri pengrajin karpet dan keset (Dinkop Jateng, 2014). Kebanyakan dari UKM tersebut merupakan industri skala rumah tangga. Salah satu sentra UKM pengrajin karpet berada di Kabupaten Kendal yang sampai saat ini telah beroperasi selama 8 (delapan) tahun, dimana pengrajin karpet di UKM ini seluruh pekerjanya melakukan aktivitas menjahit. Adapun karpet yang diproduksi adalah karpet berukuran besar. 1

15 Pekerjaan menjahityang sampai saat ini masih memerlukan operator untuk pengerjaannya, seringkali menyebabkan operator merasakan rasa nyeri di daerah leher, bahu, pinggang dan beberapa bagian tubuh lainnya (Li, Haslegrave, & Corlett, 1995) (Öztürk & Esin, 2011).Pekerjaan menjahit merupakan salah satu jenis pekerjaan duduk yang berat.kelompok pekerja ini sering mengalami keadaan postur yang kaku, beban otot yang statis, tugas yang berulang-ulang dengan jumlah produksi yang tinggi.tuntutan kerja yang tinggi ini menyebabkan adanya ketergantungan bekerja sambil duduk menjadi besar.hal tersebut berdampak pada kebutuhan sebuah fasilitas kerja yang dapat mengakomodasi kebutuhan penjahit dalam waktu tertentu. Sikap duduk menjahit adalah sikap bekerja dimana kedua tangan selalu berada di atas meja mesin jahit untuk memegang obyek jahitan dan kedua kaki menekan sadel penggerak dynamo dengan leher cenderung miring ke depan membentuk sudut tertentu. Hasil observasi yang dilakukan pada para pengrajin di UKM tersebut ditemukan bahwa para pengrajin memiliki keluhan musculoskeletal dan kelelahan.keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal (Tarwaka, 2004).Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya 2

16 semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun (Saito, 1999).Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dna berkurangnya kemampuan motorik (Australia Safety Compensation Council, 2006) Gambar 1.1Postur Pekerja saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet,

17 Gambar 1.2 Posisi saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet, 2016 Berdasarkan hasil penelitian sisi keluhan musculoskeletal yang telah dilakukan terhadap 15 responden pekerja pengrajin karpet menggunakan kuesioner Nordic Body Map didapatkan100% sakit pada bahu kiri dan punggung, 93% sakit pada siku kiri, 86% sakit pada lengan bawah kiri dan pergelangan tangan kiri, 66% sakit pada leher dan 53% sakit pada pinggang dan tangan kiri. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pongki Dwi Aryanto, 2008 menunjukkan bahwa pada pekerja penjahit dengan masa kerja yang kurang dari 10 tahun sebesar 81,82% mengeluhkan kesakitan pada bagian pinggang. Sedangkan pada pekerja dengan masa kerja tahun sebesar 81,82% juga mengalami keluhan pada bagian yang sama. Sedangkan pada 4

18 pekerja penjahit yang bekerja dengan masa kerja lebih dari 20 tahun terdapat sebesar 85,71%. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Tiyas Wijayanti, 2013 terhadap 36 responden di salah satu sentra industri menjahit diketahui bahwa 23 orang (63,9%) mengalami keluhan nyeri pinggang berat dan 13 orang (36,1%) mengalami keluhan nyeri pinggang ringan. Gambar 1.3Posisi saat Menjahit Karpet Sumber : UKM Pengrajin Karpet, 2016 Selain keluhan musculoskeletal para penjahit karpet juga mengalami kelelahan di antaranya disebabkan oleh kelelahan akibat menjahit, kelelahan akibat postur tubuh yang tidak baik saat menjahit dan kelelahan akibat lingkungan kerja. Berdasarkan hasil kuesioner kelelahan yang telah disebarkan kepada 15 responden pada UKM tersebut, didapatkan 93,33% 5

19 disebabkan postur tubuh, 80% disebabkan kelelahan akibat menjahit, dan 26,67% disebabkan oleh lingkungan kerja. Dapat dilihat bahwa prosentase kelelahan terbesar diakibatkan karena postur tubuh yang kurang baik saat menjahit, ditambah lagi penjahit merasa kesulitan saat menarik karpet dikarenakan ukuran karpet yang luas dan berat serta bentuk meja yang kurang ergonomis. Hal ini sangat mengganggu penjahit jika bekerja dalam waktu yang lama dan produksi jumlah besar.sehingga menurut dari latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan menerapkan prinsip antropometri ergonomis pada penjahit tentang perancangan kursi dan meja jahit karpet. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada UKM pengrajin karpet dan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka didapatkan perumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana merancang meja kerja bantu jahit ergonomis dan sesuai kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment (EFD)? 2. Bagaimana analisa postur kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) sebelum dan sesudah menggunakan meja kerja bantu jahit yang ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan? 6

20 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menghasilkan suatu rancangan meja kerja bantu jahit ergonomis dan sesuai kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment (EFD). 2. Untuk mengetahui postur kerja para pengrajin karpet menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) sebelum dan setelah menggunakan meja kerja bantu jahit yang ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penulisan Tugas Akhir ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat diantaranya : 1. Bagi Perusahaan a. Diharapkan dapat menjadi referensi untuk metode perancangan produk agar produk yang dihasilkan benar benar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. b. Memberikan kenyamanan pada penjahit di unit UKM tersebut. 2. Bagi Akademik Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan acuan untuk perancangan produk yang mengangkat tema serupa untuk kemudian bisa dikembangkan pada masa yang akan datang. 3. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses perancangan produk dengan metode Ergonomic Function Deployment (EFD) dan 7

21 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. 1.5 Pembatasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas, serta karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu penelitian, maka permasalahan akan dibatasi sebagai berikut: a. Penelitian ini dilakukan di dan unit kerja menjahit karpet pada UKM yang bersangkutan. b. Perancangan dan pengaplikasian produk meja jahit karpet ini khususnya untuk unit pengrajin karpet pada UKM yang bersangkutan. c. Acuan yang digunakan dalam penelitian adalah metode Ergonomic Function Deployment (EFD) dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). 1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1.1Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Tri Novianto Perancangan dan EFD Penerapan metode EFD (2015) Pengembangan didapatkan rancangan Desain Produk Meja Warung/Café desain meja lesehan yang memiliki fitur permainan, Lesehan laci/tempat simpan, Multifungsi yang kokoh, desain Ergonomis Menggunakan Metode Ergonomic maksimalis-minimalis serta ergonomis dengan dimensi meja 70cm x Function 70cm x 40cm. Data 8

22 Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Deployment (EFD) tersebut didapatkan dari hasil perhitungan antropometri pada saat perancangan. Rina Astutik (2015) Robertha Zulfhi Surya (2014) Reza Adrianto (2014) Perancangan Meja EFD Penelitian ini dengan Kerja Khusus menggunakan metode Recycle Sampah EFD mendapatkan Elektronik yang bentuk meja kerja khusus Ergonomis Recycle Bin yang Menggunakan ergonomis serta hasil Metode Ergonomic waktu pembongkaran Function lebih singkat dengan Deployment (EFD) bobot 2,04 dan pekerjaan lebih rapi dengan bobot 1,87. Dengan dimensi meja 142,5cm x 1,00cm x 76cm. Aplikasi Ergonomic EFD Setelah dilakukan Function perancangan ulang alat Deployment (EFD) parut kelapa sistem Pada Redesign Alat engkol menunjukkan Parut Kelapa Untuk bahwa rancangan alat Ibu Rumah Tangga parut kelapa sistem engkol yang berbasis EFD dapat menurunkan tingkat keluhan musculoskeletal sebesar 17,39%. Usulan Rancangan EFD Usulan Rancangan Tas Tas Sepeda Trial Sepeda Trial Menggunakan Menggunakan Metode 9

23 Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Metode Ergonomic EFD menghasilkan Function sebuah desain tas sepeda Deployment (EFD) yang dirancang agar pengguna tas sepeda ini dapat semua prinsip ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat, efisien). Meyharti Usulan Rancangan EFD Usulan Rancangan Baby (2013) Baby Tafel Portable Tafel Portable dengan dengan Metode Metode EFD dihasilkan Ergonomic Function perancangan mempunyai Deployment (EFD) ukuran 95x63x85 cm. Data tersebut didapatkan dari hasil perhitungan antropometri pada saat perancangan. Iqbal Evaluasi Ergonomi RULA Hasil penelitian dan Muharram Menggunakan pengolahan data terhadap (2015) Metode Rapid postur kerja Upper Limb menggunakan metode Assessment (RULA) RULA menghasilkan untuk rancangan alat bantu Mengidentifikasi berupa kursi dan meja Alat Bantu pada ergonomis dengan Mesin Roasting berdasarkan antropometri Kopi tubuh orang Indonesia. Wahyu Perbaikan Metode RULA Penelitian dengan Susihono Kerja Berdasar menggunakan metode (2011) Rapid Upper Limb RULA ini menghasilkan Assessment (RULA) rancangan usulan 10

24 Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian pada Perusahaan fasilitas kerja berupa Konstruksi dan kursi dengan tinggi 23- Fabrikasi 30cm, lebar kursi 43-45cm dan rancangan usulan re-design penyimpanan tools dengan tinggi 135,5cm agar kenyamanan jangkauan tangan tetap terjaga. Agung Kristanto (2011) Eri Achiraeniwati (2010) Perancangan Meja Pendeka dan Kursi Kerja tan yang Ergonomis Anthrop pada Stasiun Kerja ometri Pemotongan sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Perbaikan Fasilitas Pendeka Hasil penelitian dan pengolahan data antropometri ukuran tubuh manusia menghasilkan meja dan kursi pada stasiun kerja pemotongan yang berpengaruh terhadap waktu baku dan output standar untuk penyelesaian pemotongan yaitu terjadi peningkatan output sebanyak 72 unit/jam dan produktivitas sebesar 18,18% Penelitian menggunakan Kerja dengan tan prinsip ergonomi Pendekatan Ergonomi dengan Ergono mi antropometri disesuaikan serta dengan Studi Kasus Industi Anthrop kebutuhan pekerja di CV. 11

25 Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Rumah Tangga ometri Gerund menghasilkan Sepatu Cibaduyut: rancanfan meja untuk CV Gerund menyimpan komponen dan produk jadi serta meja untuk melakukan perakitan. Rancangan kursi kerja dibuat dengan prinsip adjustable sehingga memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Denny Perancangan Meja Pendeka Pada penelitian ini Nurkertamanda dan Kursi Anak tan dihasilkan rancangan (2006) Menggunakan Anthrop meja dan kursi anak usia Metode Quality ometri 4-6 tahun yang sesuai Function dan dengan data Deployment dengan Pendekatan QFD anthropometri anak dan bentuk fisik anak pada Anthropometri dan usia tersebut sehingg Bentuk Fisik Anak dapat memberikan kenyamanan pada anak pada waktu belajar dan bermain. Pada perancangan meja dan kursi ini terdapat sandaran kaki yang dapat dilepas dan dipasang sesuai dengan kebutuhan. 12

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Dan Pengembangan Produk Menurut (Philip Kotler, 2001) menyatakan bahwa rancangan adalah totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan. Adapun parameter rancangan yang didefinisikan menurut (Philip Kotler, 2001) adalah sebagai berikut : a. Gaya (style), menggambarkan penampilan dari suatu produk. b. Daya Tahan (durability), menggambarkan umur beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu. c. Kehandalan (reliability), merupakan ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu. d. Mudah diperbaiki (reparability), ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak. Perancangan dan pengembangan produk secara garis besar adalah rangkaian aktivitas yang dimulai dengan analisis peluang dan kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman.pengembangan produk dapat didefinisikan sebagai pengembangan produk yang ada dimasyarakat atau membuat suatu produk yang baru serta dapat membantu kegiatan manusia dalam kesehariannya.pengembangan produk selalu ditinjau dari berbagai sisi seperti kualitas, biaya produk, waktu pengembangan, biaya pengembangan dan kapabilitaspengembangan. 13

27 14 Proses pengembangan dan perancangan produk dapat dibagi menjadi 5 fase menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger (2001) dalambukunya Perancangan dan Pengembangan Produk yaituproses perencanaan, pengembangan konsep, perancangan tingkatsistem,perancangan rinci, pengujian dan perbaikan dan peluncuran produk. Tahapan pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1Fase Pengembangan Produk Sumber: Ulrich and Eppinger, 2001 Proses diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zerofase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep danmerupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk.

28 15 Adapun penjelasan tiap fasenya adalah sebagai berikut : Fase 0 : Perencanaan Produk Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zero phase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Fase 1 : Pengembangan Konsep Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Fase 2 : Perancangan Tingkat Sistem Fase perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponenkomponen. Fase 3 : Perancangan Detail Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Fase 4 : Pengujian dan Perbaikan Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam macam versi produksi awal produk.

29 16 Fase 5 : Produksi Awal Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang timbul pada proses produksi sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap.pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan. 2.2 Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu dimana dalam penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang bertujuan demi tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggitingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik sektor modern, maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi. Pada sektor tradisional pada umumnya dilakukan dengan tangan dan memakai peralatan serta dalam sikap-sikap badan dan cara-cara kerja yang secara ergonomi dapat diperbaiki (Suma mur, 1989). Menurut International Ergonomic Association (IEA), ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya hukum alam, sehingga ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam

30 17 suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya (Nurmianto, 2008). Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik (Tarwaka, 2010) Ergonomi ialah ilmu yang sistematis dalam memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja, dengan ergonomi diharapkan penggunaan proyek fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta memberikan kepuasan kerja. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokkan dalam 4 bidang penelitian, yaitu : 1. Penelitian tentang Display. Display adalah alat yang menyajikan informasi tentang lingkunganyang dikomunikasikan dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang. Display terbagi menjadi dua bagian, yaitu Display statis dandisplay dinamis.display statis adalah Display yang memberikan informasi tanpadipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya peta. Sedangkan Display dinamis adalah Display yang dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya speedometer yang memberikan informasi kecepatan kendaraan bermotor dalam setiap kondisi.

31 18 2. Penelitian Tentang Kekuatan Fisik Manusia Penelitian ini mencakup mengukur kekuatan/daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktifitas tersebut. Penelitian ini merupakan bagian dari biomekanik. 3. Penelitian Tentang Ukuran/Dimensi Dari Tempat Kerja. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia, dipelajari dalam Anthropometri. 4. Penelitian Tentang Lingkungan Fisik. Penelitian ini berkenaan dengan perancangan kondisi lingkungan fisik dari ruangan dan fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja.hal ini meliputi perancangan cahaya, suara, warna, temperatur, kelembaman, baubauan dan getaran pada suatu fasilitas kerja Anthropometri Istilah Anthropometriberasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran.secara definitif Anthropometridapatdinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.sedangkan menurut (Nurmianto, 2008) Anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

32 19 Anthropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomisdalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas merupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Data Anthropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal: 1. Perancangan areal kerja (work stasion, interior mobil, dll). 2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll). 3. Perancangan produk-produk kosumtif (pakaian, kursi, meja, dll). 4. Perancangan lingkungan kerja fisik. Anthropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukurantubuh manusia khususnya dimensi tubuh.anthropometri dibagi atas dua bagian, yaitu: Anthropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusiayang berada dalam posisi diam. Anthropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagaiposisi tubuh yang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur. 1) Anthropometri statis Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam

33 20 keadaan diam. Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya: a. Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat berumur 60 tahun. b. Jenis kelamin Jenis kelamin manusia yang berbeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh manusia dikarenakan fungsi yang berbeda.pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. c. Suku bangsa (etnis) Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh Etnis. Ukuran tubuh dan proporsi manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai perbedaan yang signifikan.orang kulit hitam cenderung mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang dibandingkan orang kulit putih. d. Pekerjaan Selain faktor-faktor diatas, aktifitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.

34 21 2) Anthropometri dinamis Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu: a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : dalam mempelajari performance atlet. b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat bekerja. Contoh : jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk. c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer. Selain faktor-faktor diatas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti: a. Cacat tubuh, dimana data Anthropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat. b. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orangpun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain. c. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi tersebut.

35 Pengukuran Bentuk Tubuh Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).anthropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya seperti tampak pada Gambar 2.2 Gambar 2.2Anthropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dimensinya Sumber : Nurmianto, 2008 Keterangan : 1. Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak 4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak 5. Tinggi genggaman tangan (knuckle) pada posisi relaks kebawah 6. Tinggi badan pada posisi duduk

36 23 7. Tinggi mata pada posisi duduk 8. Tinggi bahu pada posisi duduk 9. Tinggi siku pada posisi duduk 10. Tebal bahu 11. Jarak dari pantat ke lutu 12. Jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat 13. Tinggi lutut 14. Tinggi lipat lutut (popliteal) 15. Lebar bahu (bideltoid) 16. Lebar Panggul 17. Tebal dada 18. Tebal Perut (Abdominal) 19. Jarak dari siku ke ujung jari 20. Lebar Kepala 21. Panjang Tangan 22. Lebar Tangan 23. Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri (tidak ditunjukkan dalam gambar) 24. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertical ke atas dan berdiri tegak 25. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertical ke atas dan duduk 26. Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan dan horizontal

37 24 Data Anthropometri jelas diperlukan agar suatu rancangan produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh yang dapat dipakai oleh sejumlah populasi yang besar. Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu: a. Pada sikap berdiri: tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung-ujung jari. b. Pada sikap duduk: tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal paha, jarak bokong-lutut, jarak bokong-lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008). Sekurang-kurangnya 90-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk harus dapat menggunakan dengan selayaknya. Untuk kepentingan itulah maka data Anthropometri diharapkan mengikuti distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, ) dan simpangan standarnya (standar deviasi, ) dari data yang ada. Daridata tersebut kemudian dapat kemudian dapat ditetapkan percentile. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan presentasi tertentu dariorang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th percentileakan menunjukkan 95% populasi akanberada pada atau di bawah nilai dari suatu data yang diambil.

38 25 Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada dataanthropometri adalah : 1) Kecukupan data Tingkat kepercayaan = 95 %, sehingga k = 1,96 ~ 2 S = derajat ketelitian Apabila N < N, maka data dinyatakan cukup. 2) Keseragaman data Batas Kontrol Atas/Batas Kontrol Bawah (BKA/BKB) BKA = + k BKB = k = standar deviasi 3) Percentile Percentil adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut (Tayyari & Smith 1997).Pada umumnya, percentile yang digunakan adalah : P5 = - 1,645 P50 = P95 = + 1,645

39 26 Dapat pula diberikan toleransi terhadap perbedaan yang mungkin dijumpai dari data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi dalam merekomendasikan ukuran suatu rancangan (allowance). Yang sering disebut sebagai anthropometri rekayasa adalah aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan peralatan. Konsep persentil dalam perancangan adalah penggunaan datadata ke 0,05; 0,5 atau 0,95 dari sebaran data anthropometri yang telah diurutkan, yang ditujukan untuk memberi aspek keamanan dan kenyamanan bagi manusia di dalam alat atau sistem kerja yang dirancang. Persentil pada dasarnya menyatakan persentase manusia dalam suatu populasi yang memiliki dimensi tubuh yang sama atau lebih kecil dari nilai tersebut misalnya persentil pertama ukuran tinggi tubuh, menunjukkan bahwa 95 persen dari populasi yang diukur memiliki tinggi tubuh melebihi angka tersebut. 2.4 Keluhan Muskuloskeletal Pengertian Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot, dan saraf.aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot (OHSCO, 2007). Keluhan Muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis.kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot,

40 27 inflamasi, dan degenerasi.sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir (Merulalia, 2010). Musculoskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletalyang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Rizka, 2012). Berdasarkan pada definisi yang telah diungkapkan dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa musculoskeletal disorders (MSDs) adalah serangkaian gangguan yang dirasakan pada bagian otot, tendon, saraf, persendian yang menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama Faktor Penyebab Muskuloskeletal Menurut Peter Vi (2004), faktor penyebab keluhan muskuloskeletal antaralain: 1. Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat. 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.seperti mencangkul, membelah kayu, angkat-angkat dan sebagainya.perawat memiliki aktivitas yang dilakukan berulang-ulangs

41 28 seperti mengangkat dan memindahkan pasien, melakukan bed making, dan aktivitas kerja lainnya yang dilakukan setiap hari secara berulangulang dan dalam waktu yang relative lama. 3. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan sebagainya. Perawat adalah tenaga medis yang 24 jam berada di dekat pasien, kebutuhan dasar pasien harus diperhatikan oleh seorang perawat. Tingginya aktivitas yang dilakukan perawat, sehingga perawat tidak memperhatikan posisi tubuh yang baik saat melakukan tindakan Jenis Keluhan Muskuloskeletal Jenis-jenis keluhan Keluhan Muskuloskeletal antara lain: a. Sakit Leher Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher, Peningkatan tegangan otot, leher miring atau kaku leher.pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku. b. Nyeri Punggung Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot.nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan computer.

42 29 c. Carpal Tunnel Syndrome Merupakan kumpulan gejala yang mengenaitangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus.keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidaknormal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. d. Thoracic Outlet Syndrome Merupakan keadaan yang mempengaruhibahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic outlet syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan. e. Tennis Elbow Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendonekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor. f. Low Back Pain Low back pain terjadi apabila ada penekanan padadaerah lumbal yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus.hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak

43 30 ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja Pengukuran Muskuloskeletal Disorders (Nordic Body Map) Pengukuran Muskuloskeletal disorders menggunakan NBM dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Gambar 2.3Kuesioner Nordic Body Map Sumber: Google, 2016 Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuransubyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Kuesioner NordicBody Map merupakan salah satu bentuk kuesionerchecklist ergonomic. Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

44 31 digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian kuesioner NordicBodyMap ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasasakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Survei ini menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan bagian tubuh yaitu yang dilihat dari bagian depan dan belakang. Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut. Nordic Body Map memiliki 28 pertanyaan tentang tingkat keluhanmuskuloskeletal dari leher hingga ujung kaki. Masing-masing sisi tubuh kiri dan kanan memiliki pertanyaan yang berbeda, sehingga seluruh tubuh yang nyeri akan dinilai dengan cermat. Pada Nordic Body Map terdapat empat rentang skor yaitu skor satu untuk tidak sakit, skor dua untuk agak sakit, skor tiga untuk sakit dan skor empat untuk sangat sakit. Setelah kuesioner diisi, skor dari masing-masing pertanyaan akan diakumulasi untuk mengetahui tingkatan keluhan musculoskeletal yang diderita (Dryastiti, 2013). 2.5 Teori Sampel Dalam teori sampel terdapat beberapa pengertian dasar yang harusdiketahui, antara lain sebagai berikut (Setiawan, 2005): a. Elemen Elemen merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitian, dapat berupa orang atau benda yang dikenakan pengukuran. Misalnya Mahasiswa

45 32 Universitas Dian Nuswantoro, Dosen Universitas Dian Nuswantoro, SMA Negeri di Kota Semarang. b. Populasi (N) Populasi merupakan kumpulan lengkap dari elemen-elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan berdasarkan karakteristik. Misalnya Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dapat dibedakan berdasarkan variabel jenis kelamin dengan karakteristik laki-laki atau karakteristik IPK dengan karakteristik indeks antara 0-4. c. Sampel (n) Sampel merupakan bagian dari populasi, elemen anggota sampel merupakan anggota populasi dimana sampel diambil.jika N banyaknya elemen populasi dan n banyaknya elemen sampel, maka n < N. d. Sampling Sampling merupakan proses pengambilan atau memilih n buah elemen daripopulasi yang berukuran N. Misalnya memilih sebagian murid SD Negeri di kota Bandung, dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui proporsi latar belakang tingkat pendidikan orang tua dari seluruh murid SD Negeri di kota Bandung Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Secara garis besar teknik pengambilan sampel dibagi menjadi dua cara yaitu teknik sampling secara probabilitas dan juga secara non probabilitas (Febriyanti, 2013).

46 33 1. Teknik Sampling secara Probabilitas Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatankepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Teknik secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian. b. Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi. c. Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional randomsampling). Jika populasi terdiri dari sub populasi-sub populasi makasampel penelitian diambil dari setiap sub populasi. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis. d. Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila sub populasi-sub populasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proporsional. 2. Teknik Sampling secara Non Probabilitas Teknik sampling non probabilitas adalah teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut

47 34 pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara non probabilitas adalah sebagai berikut: a. Purposive sampling atau judgemental sampling. Penarikan sampel secarapurposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. b. Snow-ball sampling (penarikan sampel secara bola salju). Penarikansampel pola ini dilakukan dengan menentukan sampel pertama, sampel ketigas ditentukan berdasarkan informasi dari sampel kedua dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin besar, seolaholah terjadi efek bola salju. c. Quota sampling (Penarikan sampel secara jatah). Teknik sampling inidilakukan dengan dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sampel penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data. d. Accidental sampling atau convenience sampling. Dalam penelitian bisasaja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan. 2.6 Uji Statitstik Uji Reliabilitas Data Reliabilitas berarti konsistensi tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Realibilitas tes perlu, tetapi tidak memadai sebagai syarat validitas

48 35 tes. Agar sebuah tes dikatakan valid, maka harus reliabel.namun demikian tes yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. Konsep reliabilitas ini mendasari perhitungan kesalahan pengukuran atas skor tunggal, yang bisa dipakai untuk memprediksi kisaran fluktuasi yang mungkin muncul dalam skor individual sebagai hasil dari faktor-faktor peluang yang tak diketahui atau irrelevan. Dalam pengertian yang paling luas, reliabilitas tes menunjukkan sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat dianggap sebagai disebabkan oleh perbedaan yang sesungguhnya dalam karateristik yang dipertimbangkan dan sejauh mana dapat dianggap disebabkan oleh kesalahan peluang. Untuk menempatkannya dalam istilah yang lebih teknis, ukuran-ukuran reliabilitas tes memungkinkan untuk memperkirakan berapa proporsi dari varians total skor-skor tes yang merupakan varians kesalahan. Pada dasarnya, koefisien korelasi (r) menyatakan derajat kesesuaian atau hubungan, antara dua perangkat skor. Dengan demikian, jika individu denganskor top pada variabel 1 juga mendapatkan skor top pada variabel 2, individu nomor dua pada variabel dua dan seterisnya sampai pada individu paling buruk skornya dalam kelompok, lalu akan ada korelasi sempurna pada variabel 1 dan 2, korelasi seperti ini akan memiliki nilai + 1,00.

49 Uji Validitas Data Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas sebuah tes member info tentang apa yang bisa disimpulkan dari skor-skor tes. Pengujian validitas adalah penting bagi peneliti karena sebagian besar instrumen yang digunakan dalam penyelidikan pendidikan dan psikologis dirancang untuk mengukur konstruksi hipotesis.pada dasarnya, semua prosedur untuk menentukan validitas tes berkaitan dengan hubungan antarakinerja pada tes dan faktafakta lain yang dapat diamati secara independen tentang ciri-ciri perilaku. 2.7 Ergonomic Function Deployment (EFD) Ergonomic Function Deployment (EFD) merupakan pengembangan dariquality Function Deployment (QFD) (Ulrich & Eppinger,1995) yaitu denganmenambahkan hubungan baru antara keinginan konsumen dan aspek ergonomi dari produk. Hubungan ini akan melengkapi bentuk matrik House ofquality yang juga menterjemahkan ke dalam aspek-aspek ergonomi yangdiinginkan. Matrik House of Quality yang digunakan pada QFD dikembangkan menjadi matrik House of Ergonomic. Gambar 2.4House of Ergonomic Sumber: Ulrich & Eppinger, 1995

50 Langkah-Langkah Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) 1. Identifikasi Atribut Produk Yaitu untuk mengetahui atribut produk yang akan dikembangkan dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka diperlukan identifikasi produk. Atribut produk yang digunakan diturunkan dari aspek ergonomi, yaitu ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien). a. Efektif, adalah tercapainya sasaran atau target yang telah ditentukan. b. Nyaman, adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku yang dikondisikan untuk memberikan tingkat kinerja stabil, biasanya bebas dari resiko. c. Aman, adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku yang dikondisikan untuk memberikan tingkat stabil, biasanya bebas dari resiko. d. Sehat, adalah menghilangkan hal-hal yang bias mengakibatkan gangguan kesehatan atau sakit. e. Efisien, sasaran dapat dicapai dengan upaya, biaya, pengorbanan yang rendah. 2. Desain kuesioner dilakukan untuk mengetahui atribut mana yang dianggap penting oleh konsumen. 3. Desain kuesioner penelitian yaitu data hasil penyebaran kuesioner pendahuluan kepada responden digunakan sebagai input desain kuesioner sebagai alat ukur. 4. Pembentukan House of Ergonomic dibentuk sesuai kebutuhan dan

51 38 keinginan konsumen. Kebutuhan konsumen dapat diperoleh dari voice of customer yang dikumpulkan. Kebutuhan ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dari wawancara, kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan konsumen yang disusun berdasarkan tingkatan yang diinginkan dan dibutuhkan. Planning matrix memiliki beberapa langkah yaitu: a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer) Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada. b. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen (CurrentStatisfaction Performance) Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian produk yang akan dianalisa. Dihitung dengan rumus: c. Nilai Target (Goal) Nilai target ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan target nilai target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen. d. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio) Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang akan dicapai (goal) pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Rasio ini dihitung dengan rumus:

52 39 e. Titik Jual (Sales Point) Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari: 1 = Tidak ada titik jual 1.2 = Titik jual menengah 1.6 = Titik jual kuat f. Raw Weight Raw Weight adalah nilai keseluruhan dari data-data yangdimasukkan dalam Planning Matriks tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan selanjutnya dalam pengembangan produk. Ratio ini dihitung dengan rumus: g. Normalized Raw Weight Merupakan nilai dari Raw weight yang dibuat dalam skala 0-1 atau dibuat dalam bentuk presentase. Dihitung dengan rumus: h. Technical Responses Technical response atau disingkat juga dengan matrik How s berisi data atau informasi teknis yang digunakanperusahaan untuk

53 40 mendeskriptifkan kinerja dari produk atau jasa yang disediakannya. Matrik ini merupakan translasi darikriteria kebutuhan pelanggan (voice ofcustomer) ke dalam gambaran bagaimana produk atau jasatersebut dikembangkan (voice of developer). Cara yang dapat digunakan untuk menentukan isi dari matrik ini adalah dengan menentukan dimensi dan cara mengukurnya, dengan melihat fungsi produk atau jasa tersebut dan subsistemnya. Sementara itu untuk ukuran kinerja di bidang jasa dapat menggunakan pendekatan proses atau jalannya proses dari pelayanan jasa tersebutdari awal hingga akhir sampai ke konsumen. i. Matrix Relationship Matrixrelationship menyatakan hubungan yang terjadi antara Customer Need dan Technical Response. Setiap hubungan menunjukkan kekuatan hubungan antara satu technical response dengan satu VOC. Kekuatan hubungan ini disebut pengaruh (impact) dari technical response terhadap VOC. Kemungkinan dalam Relationship Matrik akan digambarkan oleh simbol-simbol untuk memudahkan dalam visualisasi dengan pembagian atribut respon teknis sangat kuat, kuat,sedang, atau tidak saling terhubung sama sekali. Kekuatan hubungan tersebut dilambangkan dengan angka 0, 1, 3, 9.

54 41 j. Technical Correlation Korelasi teknis mengidentifikasikan hubungan yang terjadi pada tiap bagian dari rekayasa teknis (design requirement) yang dinyatakan dengan matrik korelasi. Penjelasan tentang tingkat kepentingan hubungan serta keterkaitan antara design requirement, dijelaskan dengan simbol tertentu yangmengartikah apakah terjadi hubungan yang sangat positif, positif, negatif, sangat negatif, atau tidak ada korelasi sama sekali. 2.8 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi : Jumlah gerakan Kerja otot statis Gaya Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan Waktu kerja tanpa istirahat

55 42 Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk : 1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas; 2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot; 3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasionaldan biasanya digunakan untuk melengkapi persyaratan penilaian dari UK Guidelines on the prevention of workrelated upper limb disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas di negara Inggris) Prosedur Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap.tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang lebih detail. Tahap 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja

56 43 Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan.sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki.hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian. o Grup A Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan: Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya sebagai berikut: 1 untuk ekstensi 20 dan fleksi 20 2 untuk ekstensi lebih dari 20 atau fleksi antara ; 3 untuk fleksi antara ; 4 untuk fleksi lebih dari 90. o Grup B Leher, punggung dan kaki : Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut: 1 untuk fleksi 0-10 ; 2 untuk fleksi ;

57 44 3 untuk fleksi lebih dari 20 ; 4 bila dalam posisi ekstensi. Tahap 2 : Pengembangan sistem skor untuk pengelompokan bagian tubuh. Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh.hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. sedangkan penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D. Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal. Berdasarkan grand score dari Tabel C, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action levelberikut : Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

58 45 Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkansesegera mungkin (mendesak).

59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek dan Sumber Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pengrajin karpet di UD.Amarta yang terletak di daerah Mangkang. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan penulis ingin mengetahui kondisi sebenarnya yang dirasakan oleh pengrajin karpet.pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli Jenis Dan Sumber Data Dalam suatu penelitian dibutuhkan data yang lengkap dan benar agar kesimpulan dari penlitian dapat dipertanggung jawabkan. Berikut ini merupakan data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari obyekpenelitian, yaitu: 1. Customer voices hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pekerja di UKM pengrajin karpet. Data yang diperlukan dalam Customer Voice ini adalah: 46

60 a. Jam kerja pekerja pengrajin karpet b. Keluhan pekerja pengrajin karpet terhadap alat kerja yang ada saat ini c. Kondisi lingkungan kerja 2. Nordic Body Map (NBM) yang menggambarkan gangguan atau keluhan bagian tubuh sebelah mana saja yang dialami oleh pekerja di UKM pengrajin karpet Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai referensi dalam penelitian yaitu berupa: a. Jurnal dari dalam maupun luar negeri b. Buku-buku pustaka 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut: Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan terjun langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengamati obyek secara teliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan adalah dengan meninjau langsung proses menjahit karpet. 47

61 Wawancara Wawancara merupakan suatu proses pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung pada narasumber yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada para pekerja yang melakukan proses menjahit karpet dan pemilik UKM tersebut Studi Pustaka Studi pustaka dalam penelitian ini yaitu suatu pengumpulan data menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada dari penelitian sebelumnya dan referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian Kuesioner Dalam penelitian ini, diberikan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada para responden dalam bentuk kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan para pekerja di UKM pengrajin karpet mengenai meja kerja bantu jahit yang digunakan para pekerja pada saat ini. 1. Data kuesioner, terbagi menjadi 2 tahap antara lain : a. Kuesioner tahap awal, digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dan kebutuhan pekerja selama proses menjahit karpet. Kuesioner yang digunakan pada tahap ini yaitu kuesioner terbuka dan Nordic Body Map (NBM). b. Kuesioner tahap akhir, digunakan untuk mengetahu tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan mengenai produk meja kerja bantu jahit pada UKM tersebut. Untuk menentukan tingkat kepentingan konsumen, kuesioner ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasikan sebagai berikut:

62 49 1. Sangat Penting (SP) diberi bobot 1 2. Penting (P) diberi bobot 2 3. Cukup Penting (CP) diberi bobot 3 4. Tidak Penting (TP) diberi bobot 4 5. Sangat Tidak Penting (STP) diberi bobot Alur Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat untukmelakukannya. Alur kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

63 50 Mulai Studi Lapangan Studi Pustaka Identifikasi dan Perumusan Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data Analisis Postur Awal dengan RULA Pengolahan Data dengan Metode EFD 1. Penyebaran kuesioner kepentingan dan kepuasan 2. Uji validitas dan reliabilitas EFD (Implementasi dari QFD) 1. Identifikasi kebutuhan konsumen 2. Penentuan tingkat kepentingan konsumen 3. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen 4. Penentuan nilai target 5. Penentuan rasio perbaikan (improvement ratio) 6. Penentuan titik jual (sales point) 7. Penentuan Raw Weight 8. Penentuan Normalized Raw Weight 9. Penyusunan kepentingan teknis 10. Penyusunan HOE (House Of Ergonomic) ANTHOPOMETRI : 1. Perhitungan dimensi tubuh 2. Uji kecukupan data (N ) 3. Uji keseragaman data (BKA, BKB) 4. Uji normalitas data 5. Perhitungan percentile 6. Peta kontrol Perancangan Produk Analisis NBM dan postur RULA Akhir Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1Alur Penelitian Sumber: Olah Data, 2016

64 51 Penjelasan masing-masing langkah atau prosedur dari flowchart yang telah digambarkan di atas adalah sebagai berikut: Studi Lapangan Observasi lapangan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi yang konkret mengenai permasalahan yang ada selama proses menjahit dan kebutuhan atau keinginan pekerja pengrajin karpet akan perancangan alat kerja yang lebih nyaman dalam proses menjahit Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi masalah ini dimaksudkan untuk mempelajari lebih detail terhadap permasalahan yang akan dijadikan tema atau objek dari permasalah penelitian. Peneliti menemukan permasalahan mengenai alat kerja pada UKM tersebut berupa meja kerja bantu jahit yang ada pada saat ini menyebabkan keluhan musculoskeletal pada pekerja pengrajin karpet dalam proses menjahit. Sehingga dengan adanya penelitian mengenai perancangan alat kerja berupa meja jahit kerja ini diharapkan dapat memperbaiki postur kerja pekerja pengrajin karpet pada saat melakukan proses menjahit Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini nantinya akan diolah dengan menggunakan metode yang telah dipilih. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, antara lain: a. Data Kuesioner Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan

65 52 tujuan survey. Kuesioner ini berisi tentang data tingkat kepentingan yang diperlukan untuk perancangan meja kerja proses menjahit. Daftar pernyataan kuesioner adalah seperti pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Daftar Pernyataan Sumber: Olah Data Penyusunan kuesioner dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir.tahap awal merupakan tahap penyusunan kuesioner berdasarkan kebutuhan konsumen.teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan terbuka kepada responden, sedangkan kuesioner akhir berisi pernyataan karakteristik produk, daftar pertanyaan yang diberikan berbentuk angket dengan pilihan jawaban yang tiap poin angka memiliki beberapa tingkat arti kepentingan yang berbeda. Untuk menentukan tingkat kepentingan konsumen kuesioner ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasi sebagai berikut: 1. Sangat Penting (SP) diberi bobot 5 2. Penting (P) diberi bobot 4 3. Cukup Penting (CP) diberi bobot 3 4. Tidak Penting (TP) diberi bobot 2

66 53 5. Sangat Tidak Penting (STP) diberi bobot 1 Data antropometri digunakan sebagai dasar perancangan ukuran pada produk yang akan dibuat. Hal ini dilakukan agar produk yang dirancang menjadi ergonomis bagi para penggunanya dan dapat berfungsi secara maksimal. Sampel data antropometri yang ada diambil dari ukuran tubuh orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Setelah didapatkan data-data antropometri tersebut maka data tersebut digunakan untuk merancang bentuk dan ukuran dari produk meja kerja untuk menjahit karpet yang akan dirancang. Adapun dimensi yang digunakan dalam perancangan produk adalah tinggi siku duduk (TSD), tinggi popliteal duduk (TPD), rentang tangan (RT) dan jangkauan tangan (JT) Uji Statistik Pada tahapan ini, peneliti akan mengolah data, melakukanidentifikasi permasalahan berdasakan hasil wawancara langsung yang diperoleh, wawancara tersebut berisi data apa saja keinginan konsumen dari sebuah produk meja kerja bantu jahit alat yang dibutuhkan oleh para pekerja pengrajin karpet. Setelah itu, penulis melakukan uji statistika yaitu uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan variabel output, sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kestablian dan konsistensi responden di setiap variabel yang diteliti.

67 Analisis Postur Awal dengan RULA Postur kerja yang tidak benar dan kerja statis yang menjadi faktor resiko utama yang sering dijumpai pada pekerja dapat diketahui dan diukur. Analisi postur awal dengan menggunakan metode RULA yang dikembangkan bertujuan untuk mengetahui postur kerja atau faktor resiko yang patut mendapatkan rekomendasi lebih jauh lagi. Setelah melakukan pengukuran dengan metode RULA dan menghasilkan nilai grand score table dapat diketahui apakah penelitian dan perubahan pada obyek kerja diperlukan. Apabila diperlukan untuk selanjutnya akan dilakukan perbaikan dan perancangan ulang terhadap obyek yang digunakan Pengolahan Data dengan Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) Ergonomic Function Deployment (EFD) merupakan pengembangan dari Quality Function Deployment (QFD) yaitu dengan menambahkan hubungan baru antara keinginan konsumen dan aspek ergonomi dari produk. Hubungan ini akan melengkapi bentuk matriks House of Quality yang juga menterjemahkan ke dalam aspek-aspek ergonomi yang diinginkan. Matriks House of Quality yang digunakan pada EFD dikembangkan menjadi matriks House of Ergonomic. Dalam penelitian ini metode EFD disempurnakan dengan pendekatan antropometri. Adapun langkah dalam metode EFD adalah: 1. Identifikasi Atribut Produk Yaitu untuk mengetahui atribut produk yang akan dikembangkan dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka diperlukan identifikasi

68 55 produk. Atribut produk yang digunakan diturunkan dari aspek ergonomi, yaitu ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien). a) Efektif, adalah tercapainya sasaran atau target yang telah ditentukan. b) Nyaman, adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku yang dikondisikan untuk memberikan tingkat kinerja stabil, biasanya bebas dari resiko. c) Aman, adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku yang dikondisikan untuk memberikan tingkat stabil, biasanya bebas dari resiko. d) Sehat, adalah menghilangkan hal-hal yang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan atau sakit. e) Efisien, sasaran dapat dicapai dengan upaya, biaya, pengorbanan yang rendah. 2. Desain Kuesioner Desain kuesioner dilakukan untuk mengetahui atribut mana yang dianggap penting oleh konsumen. 3. Pembentukan House of Ergonomic Pembentukan House of Ergonomic dibentuk sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen.kebutuhan konsumen dapat diperoleh dari voice of customer yang dikumpulkan.kebutuhan ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dari wawancara, kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan konsumen yang disusun berdasarkan tingkatan yang

69 56 diinginkan dan dibutuhkan. Adapun pembentukan House of Ergonomicdilakukan dengan langkah langkah berikut: a. Identifikasi Kebutuhan Konsumen Mengidentifikasi kebutuhan konsumen merupakan tahap awal dari metode EFD. b. Membuat Matriks Perencanaan (Planning Matrix) c. Tingkat Kepentingan Konsumen (Importance to Customer) Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen. d. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen (Current Statisfaction Performance) Dihitung dengan pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk mengukur bagaimana kepuasan konsumen setelah pemakaian produk. Pengukuran ini dilakukan dengan rumus : e. Nilai Target (Goal) Nilai target ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan target nilai target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen.

70 57 f. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio) Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang akan dicapai (goal) pihak perusahaan dengan tingkat kepuasankonsumen terhadap suatu produk. Rasio ini dihitung dengan rumus: g. Titik Jual (Sales Point) Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari: 1 = Tidak ada titik jual 1.2 = Titik jual menengah 1.5 = Titik jual kuat h. Raw Weight Raw weight adalah nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan dalam Planning Matrikss tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan selanjutnya dalam pengembangan produk. Dihitung dengan rumus: i. Normalized Raw Weight Merupakan nilai dari Raw weight yang dibuat dalam skala 0-1 atau dibuat dalam bentuk presentase. Dihitung dengan rumus:

71 58 4. Penyusunan Kepentingan Teknik Dalam tahap ini dilakukan pengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 5. Menentukan Hubungan Antara Kebutuhan Konsumen Dengan Kepentingan Teknik. Penentuan ini menunjukkan hubungan (relationship matrix) antara setiap kebutuhan dan kepentingan teknik. 6. Penentuan Prioritas Penentuan ini menunjukkan prioritas yang akan dikembangkan lebih dulu berdasarkan kepentingan teknik Pendekatan Antropometri Metode Antropometri dalam penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah berikut: 1. Perhitungan Dimensi Tubuh Dalam perancangan meja kerja bantu jahit karpet ini digunakan sampel dimensi tubuh sebanyak 30 sampel yang kemudian data tersebut masing-masing diolah untuk mencari jumlah ( ), rata-rata ( ) dan standar deviasi (σ). 2. Uji Kecukupan Data K = Tingkat kepercayaan Bila tingkat kepercayaan 99%, maka k = 2,58 3 Bila tingkat kepercayaan 95%, maka k = 1,96 2

72 59 Bila tingkat kepercayaan 68%, maka k 1 N = Jumlah semua data s = derajat ketelitian apabila N < N, maka data dinyatakan cukup. 3. Uji Keseragaman Data Batas Kontrol Atas/Batas Kontrol Bawah (BKA/BKB) BKA BKB = + k = - k = standar deviasi 4. Uji Normalitas Data Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS: a) Input data nilai dimensi pada data view. b) Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name diganti dengan nama dimensi. c) Pengolahan data : Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore. Masukkan semua variabel sebagai dependent variables. Checklist both pada toolbox display. Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue. Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf padadescriptive. Checklist normality plots with test, kemudian continue. Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian

73 60 continue. Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output. 5. Perhitungan Percentile Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut (Tayyari & Smith 1997). Persentil yang digunakan adalah : P5 = - 1,645 P50 = P95 = + 1, Peta Kontrol Peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan dalam menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan.untuk membuat peta kontrol dihitung rata-rata (mean), batas kontrol atas (BKA), batas kontrol bawah (BKB), dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 % Perancangan Produk Pada tahap ini, setelah diketahui material produk, perhitungan ukuran yang sesuai maka dilakukan perancangan dan pembuatan produk meja kerja bantu jahit karpet. Perancangan produk menggunakan software desain produk yaitu AutoCAD. Setelah tahap perancangan, maka akan dilakukan pembuatan produk meja kerja bantu jahit karpet yang ergonomis.

74 Analisis Postur Akhir dengan RULA Uji coba meja kerja bantu jahit dengan menggunakan produk yang telah dibuat tersebut secara langsung di tempat penjahitan karpet. Setelah itu melakukan analisis postur kembali dengan metode RULA sehingga diperoleh scoring kelelahan pada pekerja. Dari hasil analisis tersebut akan diperoleh hasil perbandingan apakah dengan menggunakan meja kerja bantu jahit karpet para pekerja memiliki score kelelahan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya serta mampu memberikan kenyamanan sehingga dapat diperoleh hasil yang baik dari pengguna meja kerja bantu jahit karpet tersebut Analisa dan Pembahasan Data kuesioner mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap perancangan produk yang telah diinginkan diolah ke dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam pembacaan data yang kemudian diterapkan pada metode EFD sehingga dibuat ke dalam bentuk matriks House of Ergonomic. Pada matrikss tersebut akan terlihat hubungan antara kebutuhan konsumen dengan karakteristik teknik yang terdapat pada pengembangan produk. Dari hal itu maka terlihat mana saja kebutuhan konsumen yang harus diprioritaskan dalam perancangan produk meja kerja bantu jahit karpet yang ergonomis. Setelah diketahui prioritas dari kebutuhan konsumen dan karakteristik teknik dari pengembangan produk maka dilanjutkan dengan desain produk yang akan dirancang sesuai karakteristik dari hasil matriks House of Ergonomic. Untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan

75 62 tingkat kenyamanan konsumen kemudian dilakukan pengujian dengan metode Antropometri, 30 sampel dimensi tubuh responden digunakan dalam metode ini, kemudian data antropometri tersebut diolah hingga mendapatkan ukuran dimensi produk yang ergonomis. Melakukan Post Test Nordic Body Map terhadap produk meja kerja bantu jahit karpet kepada pekerja pengrajin karpet. Sehingga dari Post Test tersebut dapat diketahui tingkat perbandingan keluhan musculoskeletal yang dialami oleh pekerja pengrajin karpet sebelum dan sesudah menggunakan produk meja kerja bantu jahit karpet yang dirancang oleh penulis dengan kerja menjahit karpet yang ada pada saat ini Kesimpulan dan Saran Merupakan rangkuman berdasarkan hasil analisa pemecahan masalah yang kemudian memberikan solusi yang efektif sehingga akan tercipta produk meja kerja bantu jahit karpet yang ergonomis dan bisa mengurangi keluhan musculoskeletal pada pekerja pengrajin karpet pada saat melakukan proses menjahit.

76 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperlukan untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendukung penyelesaian masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data kuesioner dilakukan melalui 4 tahap yaitu: Pengumpulan Data Kuesioner Awal Pada tahap ini dilakukan survey pendahuluan dengan membagikan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang bertujuan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada bagian tubuh yang dirasakan responden dan mengetahui jumlah anggota tubuh yang mengalami keluhan sakit. Identifikasi terhadap keluhan rasa nyeri di beberapa bagain tubuh dilakukan dengan penyebaran kuesioner Nordic Body Map. Kuesioner ini berisi checklist bagian tubuh yang mengalami keluhan sakit pada saat melakukan pekerjaan menjahit karpet. Penyebaran kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi cedera dan mengetahui ketidaknyamanan pekerja. Pada kuesioner ini anggota tubuh dibagi menjadi 28 bagian guna mempermudah pekerja dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Jumlahkuesioner yang disebar yaitu 15 buah kuesioner dengan memberi tanda (v) pada bagian tubuh mana yang dirasa sakit. 63

77 64 Tabel 4. 1 Tabel Kuesioner NBM Sumber : Olah Data, 2016 Tabel 4.1 di atas menunjukkan rekap hasil penelitian sisi keluhan musculoskeletal yang telah dilakukan terhadap 15 responden pekerja pengrajin karpet menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Hasilnya didapatkan 100% sakit pada bahu kiri dan punggung, 93% sakit pada siku kiri, 86% sakit pada lengan bawah kiri dan pergelangan tangan kiri, 66% sakit pada leher dan 53% sakit pada pinggang dan tangan kiri.hal ini dikarenakan pekerjaan menjahit dilakukan secara berulang dalam jangka waktu yang lama. Dan posisi saaat melakukan pekerjaan tersebut juga membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Setelah didapatkan hasil dari kuesioner Nordic Body Map(NBM) ini maka hasilnya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pembuatan pernyataan pada kuesioner yang selanjutnya.

78 Pengumpulan Data Postur Kerja Untuk mendapatkan gambaran sikap/postur kerja yaitu leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail, sehingga dari rekaman atau foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Dilihat dari data postur kerja yang dilakukan oleh pekerja pada aktivitas menjahit karpet dengan pengambilan gambar pada saat pekerja melakukan pekerjaan tersebut, maka dapat disimpulkan ada 3 pola aktivitas yang dilakukan oleh pekerja yaitu aktivitas saat menjahit, aktivitas saat memutar sisi karpet dan aktivitas memposisikan atau menarik karpet Pengumpulan Data Kuesioner EFD Tahapan awal dalam metode EFD yaitu pembuatan kuesioner EFD yang bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap meja kerja bantu jahit karpet serta mengetahui karakteristik teknis alat yang dibutuhkan. Penyebaran kuesioner ini dilakukan kepada 15 responden untuk mendapatkan hasil skala tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap variabel ENASE. Kuesioner ini dibuat berdasar daftar pernyataan yang sudah tercantum pada Tabel 3.1. Daftar pernyataan kuesioner tingkat kepentingan dan kepuasan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

79 66 Tabel 4. 2 Kuesioner Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Sumber : Olah Data, 2016 Berikut adalah skala pada kuesioner EFD di atas yang harus diisi oleh responden: 1. Sangat Penting (SP) diberi bobot 5 2. Penting (P) diberi bobot 4 3. Cukup Penting (CP) diberi bobot 3 4. Tidak Penting (TP) diberi bobot 2 5. Sangat Tidak Penting (STP) diberi bobot 1

80 67 Tabel 4. 3 Hasil Rekap Data Pernyataan Kepentingan Sumber : Olah Data, 2016 Tabel 4. 4 Hasil Kuesioner Tingkat Kepuasan Konsumen Sumber : Olah Data, 2016 Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di atas merupakan hasil rekapan dari penyebaran kuesioner kepentingan dan kepuasan. Sebelum diolah lebih lanjut, rekap data hasil pernyataan kepentingan dan kepuasan tersebut akan diuji validitas dan reliabilitasnya.

81 Pengumpulan Data Antropometri Data antropometri digunakan sebagai dasar perancangan ukuran pada produk yang akan dibuat. Hal ini dilakukan agar produk yang dirancang menjadi ergonomis bagi para penggunanya dan dapat berfungsi secara maksimal. Sampel data antropometri yang ada diambil dari ukuran tubuh orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Setelah didapatkan data-data antropometri tersebut maka data tersebut digunakan untuk merancang bentuk dan ukuran dari produk meja kerjabantuuntuk menjahit karpet yang akandirancang. Adapun dimensi yang digunakan dalam perancangan produk adalah tinggi siku duduk (TSD), tinggi popliteal duduk (TPD), rentang tangan (RT) dan jangkauan tangan (JT). 4.2 Analisis Postur Awal dengan Metode RULA Dilihat dari data postur kerja yang dilakukan oleh pekerja pada aktivitas menjahit karpet dengan pengambilan gambar pada saat pekerja melakukan pekerjaan tersebut, maka dapat disimpulkan pola aktivitas yang dilakukan oleh pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4. 5 Aktivitas Menjahit Karpet Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko Menjahit semua sisi pinggiran karpet Kedua tangan memegang sisi pinggiran karpet sambil menjahit mengikuti alur Keluhan pada punggung dan pinggang

82 69 Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko Memposisikan karpet Memutar sisi karpet Kedua tangan menarik karpet yang terjuntai ke bawah untuk kemudian diposisikan ke atas meja Kedua tangan memutar ke sisi lain karpet untuk kemudian dijahit Keluhan pada punggung pinggang, bahu kiri dan pada lengan Keluhan pada punggung dan bahu kiri Sumber : Hasil Pengamatan, 2016 Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap tiap gerakan pada saat bekerja dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Berikut ini contoh pengkodean dengan metode RULA pada salah satu fase gerakan menjahit karpet pada gambar di bawah ini. Gambar 4. 1 Scoring RULA pada salah satu fase gerakan Sumber : Olah Data, 2016

83 70 Hasil kode RULA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut: A. Group A a. Upper Arm Dari gambar dapat diketahui bahwa sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja adalah sebesar 20-45º. Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. b. Lower Arm Dari gambar dapat diketahui bahwa sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan aktivitas kerja adalah sebesar º. Sudut yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi batang tubuh. c. Wrist Dari gambar dapat diketahui bahwa sudut pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15º. Sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan bawah. d. Wrist Twist Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa putaran pergelangan tangan berputar jauh dari jangkauan tengah. B. Group B a. Neck Penilaian terhadap leher (neck) adalah penilaian yang dilakukan terhadap posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja dengan

84 71 fleksi sudut tertentu. Dari gambar dapat diketahui bahwa sudut pergerakan leher dengan sudut sebesar 20º+ terhadap sumbu tubuh. b. Trunk Penilaian terhadap batang tubuh (trunk) merupakan penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan. Dari gambar dapat diketahui bahwa sudut pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 20-60º. c. Legs Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja. Posisi kaki adalah bekerja dengan posisi normal/seimbang. Tabel 4. 6 Rekapitulasi Perhitungan RULA No Jenis Aktivitas Hasil Score RULA 1 Menjahit sisi karpet 6 2 Memposisikan karpet 7 3 Memutar sisi karpet 6 Sumber : Olah Data, 2016 Tabel 4. 7 Tabel Scoring RULA Sumber: Olah Data, 2016

85 72 Tabel 4.7 di atas menunjukkan rekap hasil scoring RULA pada semua pola aktivitas yang dilakukan. Dari hasil pengkodean RULA di atas dapat dilihat bahwa score RULA yang paling tinggi adalah 7 yang artinya masuk ke dalam Action Level 4 dengan level resiko tinggi sehingga perlu diadakan pemeriksaan dandiadakan perubahan.maka dari itu dilakukan rancangan usulan berupa meja kerja bantu jahit yang dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pekerja dan memudahkan pekerja menyelesaikan pekerjaan. 4.3Pengujian Data Kuesioner EFD Sebelum data diolah menggunakan implementasi EFD, hasil dari kuesioner diuji terlebih dahulu uji validitas dan reliabilitasnya.berikut ini adalah hasil ujivaliditas dan reliabilitas Uji Validitas Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak. Pada uji validitas ini menggunakan software SPSS Tabel 4.8 berikut adalah hasil uji validitas.

86 73 Tabel 4. 8 Hasil Uji Validitas Sumber : Olah Data, 2016 Berdasarkan uji validitas pada tabel 4.8, diketahui nilai corrected item-total correlation pada tiap pernyataan. V Wiratna Sujarweni (2015) menggunakan jumlah responden sebanyak 15 maka diperoleh nilai r tabel dengan df (degree of freedom) yaitu n-2, jadi df = 15-2 = 13, maka r tabel yang didapatkan dengan tingkat kepercayan 95% adalah sebesar 0,5140. Karena nilai corrected item-total correlation pada tiap pernyataan > r tabel maka semua pernyataan tersebut valid Uji Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilandan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan jika digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula atau tidak.

87 74 Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas Sumber : Olah Data, 2016 Dari hasil uji reliabilitas pada tabel di atas, didapatkan nilai Cronbach s Alpha = 0,970. Menurut V Wiratna Sujarweni (2015) kriteria uji reliabilitas adalah realibilitas sesuai konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach s Alpha> 0,60. Karena Alpha 0,970 > 0,60 maka hasil kuesioner tersebut adalah adalah reliabel. Dari semua uji di atas, karena jumlah kuesioner sudah cukup dan hasil kuesioner sudah valid serta reliabel, maka dapat dilanjutkan ke Olah Data selanjutnya. 4.4Analisis Implementasi EFD Implementasi metode EFD digunakan untuk menetapkan target yang akan dicapai oleh karakteristik teknik produk sehingga dapat mewujudkan kebutuhan konsumen. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 4.4.1Identifikasi Kebutuhan Konsumen Pada tahap ini sudah dapat diidentifikasikan kebutuhan dari konsumen dengan melanjutkan dari pernyataan kebutuhan konsumen yang ditentukan dari variabel EFD yaitu ENASE. Daftar kebutuhan konsumen yang sudah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 4.10

88 75 Tabel Daftar Kebutuhan Konsumen Variabel Atribut Pernyataan Ekonomis Harga produk terjangkau Efektif Perawatan Mudah dalam perawatan Bahan Baku Bahan baku kuat dan awet Nyaman Ukuran Desain produk ergonomis Memiliki ukuran yang nyaman Aman Resiko Kerja Aman saat digunakan Sehat Keluhan Mengurangi pegal pada punggung dan bahu kiri Efisien Fungsional Desain konstruksi yang kuat Mempercepat waktu pengerjaan Mudah dalam pengoperasian Sumber: Olah Data, Menentukan Tingkat Kepentingan Konsumen Tingkat kepentingan konsumen ditentukan dari kuesioner dimana responden diminta untuk memilih 5 kriteria jawaban yaitu sangat tidak penting, tidak penting, cukup penting, penting dan sangat penting. Kelima kriteria jawaban tersebut akan dinilai menggunakan skala Likert yang bernilai dari 1 sampai 5. Tabel 4.11 berikut adalah pernyataan-pernyataan yang diolah lebih lanjut dalam metode EFD dan data hasil tingkat kepentingan. Tabel Rekap Data Hasil Tingkat Kepentingan No. Tingkat Kepentingan STP TP CP P SP Total Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet , , ,00 Nilai Kinerja

89 76 No. Tingkat Kepentingan STP TP CP P SP Total Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian , , , , , , ,00 Nilai Kinerja Total ,43 Sumber: Olah Data, 2016 Dari tabel 4.11 di atas dapat diketahui hasil rekap dari kuesioner tingkat kepentingan dan nilai kinerja dari masing-masing pernyaataan. Nilai kinerja untuk tingkat kepentingan dihitung dengan cara sebagai berikut: No.1 = = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Contoh perhitungan tingkat kepentingan: No.1 = = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) No.1 = = = 4.29 Keterangan: N1 = jumlah responden dengan jawaban STP N2 = jumlah responden dengan jawaban TP

90 77 N3 = jumlah responden dengan jawaban CP N4 = jumlah responden dengan jawaban P N5 = jumlah responden dengan jawaban SP Menentukan Tingkat Kepuasan Konsumen Tingkat kepuasan konsumen (customer satisfaction performance) merupakan tanggapan konsumen mengenai sejauh mana suatu produk atau jasa dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apakah sesuai dengan harapan konsumen atau tidak. Pernyataan yang diberikan sama dengan penilaian tingkat kepentingan, para responden diminta untuk memilih 5 kriteria jawaban yang diberi bobot nilai menggunakan skala Likert 1 sampai 5. Dari hasil penyebaran kuesioner terhadap 15 responden diperoleh tingkat kepuasan konsumen yang dapat dilihat pada Tabel Tabel Rekap Data Hasil Tingkat Kepuasan No. Tingkat Kepentingan STP TP CP P SP Total Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik Nilai Kinerja , , , , , ,60 7 Meja kerja bantu jahit ,00

91 78 No. Tingkat Kepentingan STP TP CP P SP Total Nilai Kinerja karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu Meja kerja bantu jahit 8 karpet memiliki desain ,40 konstruksi yang kuat 9 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu ,00 pengerjaan 10 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian ,00 Total ,43 Sumber: Olah Data, 2016 Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui hasil rekap dari kuesioner tingkat kepuasan dan nilai kinerja dari masing-masing pernyaataan Menentukan Goal (Target) Nilai Goal ditetapkan untuk menunjukkan sasaran yang ingin dicapai peneliti, yaitu dengan menilai seberapa jauh peneliti ingin memenuhi kebutuhan konsumen dengan pertimbangan apakah kebutuhan konsumen tersebut dapat terpenuhi atau tidak.penetapan nilai Goal dilakukan dengan memperhatikan nilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen menggunakan skala 1 sampai 5.Penilaian Goal (target) dapat dilihat pada Tabel Tabel 4. 13Goal (Target) No. Tingkat Kepentingan Goal 1 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau 4,00 2 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan 3,40 3 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet 4,00 4 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis 4,20

92 79 No. Tingkat Kepentingan Goal 5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman 4,20 6 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik 3,80 7 Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu 4,27 8 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat 4,00 9 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan 3,80 10 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian 4,00 Sumber: Olah Data, 2016 Berdasarkan tabel 4.13 diatas diperoleh hasil tertinggi dari goalyaitu sebesar 4,27 untuk variabel meja kerja bantu jahit karpet dapat mengurangi pegal pada punggung dan bahu. Kemudian untuk variabel terendah didapatkan nilai goal sebesar 3,40 yaitu meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan Menentukan Rasio Perbaikan (Improvement Ratio) Rasio perbaikan (improvement ratio) menunjukkan seberapa besarusaha yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mencapaigoal.untuk nilai yang semakin besar menunjukkan semakin besartingkat perubahan yang harus dilakukan. Penentuan nilai improvement ratio dengan rumus: Improvement Ratio = Contoh perhitungan improvement ratio: Improvement Ratio = =1,54 Hasil dari perhitungan nilai improvement ratio dapat dilihat pada Tabel 4.14.

93 80 Tabel Improvement Ratio No. Tingkat Kepentingan Improvement Ratio 1 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau 1,54 2 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan 1,21 3 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet 1,67 4 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis 1,75 5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman 2,10 6 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik 1,46 7 Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu 2,13 8 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat 1,67 9 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan 1,90 10 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian 2,00 Sumber: Olah Data, 2016 Berdasarkan tabel 4.14 di atas diperoleh hasil tertinggi nilai improvement ratio yaitu sebesar 2,13 untuk variabel meja kerja bantu jahit karpet dapat mengurangi pegal pada punggung dan bahu. Kemudian untuk variabel terendah didapatkan nilai improvement ratio sebesar 1,21 yaitu meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan Menentukan Titik Jual (Sales Point) Titik jual (sales point) menunjukkan seberapa besar pengaruh pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap produk. Penetapan nilai Sales Point didasarkan pada nilai tingkat kepentingan seperti yang dijelaskan pada halaman 60. Tabel 4.15 berikut merupakan penentuan nilai sales point.

94 81 No Tingkat Kepentingan Tabel Sales Point Tingkat Kepentingan Improvement Ratio Sales Point Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau 4,00 1,54 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan 3,40 1,21 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet 4,00 1,67 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis 4,20 1,75 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman 4,20 2,10 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik 3,80 1,46 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan 4,27 2,13 1,5 bahu Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat 4,00 1,67 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan 3,80 1,90 1,5 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian 4,00 2,00 1,5 Sumber: Olah Data, 2016 Dari tabel 4.15 Nilai Sales Point yang ditentukan seluruhnya sebesar 1,5 karena nilai tingkat kepentingan > 3. Nilai 1,5 berarti bahwa apabila kebutuhan atribut tersebut terpenuhi, maka akan sangat membantu dalam daya jual produk Menghitung Raw Weight Nilai raw weight merupakan nilai tingkat kepentingan secara menyeluruh (overall importance) dari kebutuhan konsumen. Besarnya nilai raw weight diperoleh dari perkalian tingkat kepentingan konsumen, rasio perbaikan dan sales point. Semakin besar raw weight maka semakin penting

95 82 kebutuhan tersebut untuk dipenuhi. Besarnya raw weight dihitung dengan rumus: Raw Weight = (Importance to Customer).(Improvement Ratio).(Sales Point) Contoh perhitungan Raw Weight: Raw Weight = 4,00 x 1,54 x 1,5 = 9,23 Hasil perhitungan Raw Weight dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut. Tabel Raw Weight No. Tingkat Kepentingan Raw Weight 1 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau 9,23 2 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan 6,19 3 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet 10,00 4 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis 11,03 5 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman 13,23 6 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik 8,33 7 Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu 13,65 8 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat 10,00 9 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan 10,83 10 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian 12,00 Total 104,49 Sumber: Olah Data, 2016 Berdasarkan tabel 4.16 di atas diperoleh hasil tertinggi nilai RawWeight yaitu sebesar 13,65 untuk variabel meja kerja bantu jahit karpetdapat mengurangi pegal pada punggung dan bahu. Kemudian untuk variabel terendah didapatkan nilai Raw Weight sebesar 6,19 yaitu meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan.

96 Mengitung Normalized RawWeight Perhitungan normalized raw weight merupakan nilai raw weight yang dibuat dalam skala 0 sampai 1 atau dalam persen. Besarnya normalized raw weight dihitung dengan rumus: Normalized Raw Weight= Contoh perhitungan normalized raw weight= =0.09 Hasil perhitungan normalized raw weight dapat dilihat pada tabel 4.16 Tabel Normalized Raw Weight No Tingkat Kepentingan Normalized Raw Weight Meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau 0,09 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan 0,06 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet 0,10 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain produk yang ergonomis 0,11 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki ukuran yang nyaman 0,13 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki tingkat keamanan yang baik 0,08 Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu 0,13 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat 0,10 Meja kerja bantu jahit karpet mempercepat waktu pengerjaan 0,10 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam pengoperasian 0,11 Total 1,00 Sumber: Olah Data, 2016 Berdasarkan tabel 4.17 di atas diperoleh hasil tertinggi nilainormalized raw weight yaitu sebesar 0,13 untuk variabel meja kerja bantu jahit dapat mengurangi pegal pada punggung dan bahu. Kemudian

97 84 untuk yang terendah didapatkan nilai normalized raw weight sebesar 0,06 yaitu meja kerja bantu jahit mudah dalam perawatan Menentukan Respon Teknis Langkah selanjutnya yaitu menentukan respon teknis. Respon teknis ini berisi tentang penerjemahan selera konsumen dalam bentuk istilah teknis. Menunjukkan rencana-rencana atau rancangan usaha teknis dalam mewujudkan kebutuhan konsumen. Daftar karakteristik teknis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut. Tabel Karakteristik Teknis No. Tingkat Kepentingan Karakteristik Teknis 1 Meja kerja bantu jahit karpet Harga sesuai dengan kualitas memiliki harga terjangkau produk yang baik 2 Meja kerja bantu jahit karpet mudah dalam perawatan Proses perawatan mudah dilakukan 3 Meja kerja bantu jahit karpet memiliki bahan baku yang kuat dan awet Awet dan tahan lama Meja kerja bantu jahit karpet 4 memiliki desain produk yang Pekerja nyaman dalam ergonomis menggunakan produk Meja kerja bantu jahit karpet 5 memiliki ukuran yang nyaman Meja kerja bantu jahit karpet 6 memiliki tingkat keamanan yang baik Tidak menciderai pekerja Meja kerja bantu jahit karpet mengurangi pegal pada punggung dan bahu kiri Meja kerja bantu jahit karpet memiliki desain konstruksi yang kuat Mengurangi pegal pada bagian tubuh yang digunakan saat menjahit Menggunakan bahan dan engsel yang kuat Meja kerja bantu jahit karpet Membantu pekerja menyelesaikan mempercepat waktu pengerjaan produk lebih cepat Meja kerja bantu jahit karpet Terdapat penambahan tempat mudah dalam pengoperasian untuk peletakan karpet Sumber: Olah Data, 2016

98 Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Pada metode EFD digunakan matriks House of Ergonomic, yaitu suatu matriks yang sistematis menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk yang berkualitas, mudah dikerjakan, mengidentifikasi karakteristik teknis yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terukur dan global. Hubungan antara respon teknis dengan kebutuhan konsumen ditunjukkan dengan simbol yang melambangkan seberapa kuat hubungan diantara keduanya.semakin banyak suatu elemen pada karakteristik teknis yang berhubungan dengan elemen kebutuhan konsumen berarti elemen-elemen karakteristik teknis tersebut berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Simbol untuk kekuatan hubungan karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen dapat dilihat pada Tabel Tabel Simbol Kekuatan Hubungan Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Sumber: Cohen, 1995 Dari Tabel 4.19 di atas, dapat dilihat simbol-simbol kekuatan hubungan antara karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen.

99 86 Terdapat 3 simbol yang dapat diartikan secara singkat yaitu hubungan yang lemah, sedang dan kuat. Dan apabila tidak terdapat simbol itu berarti tidak terdapat hubungan antara karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen. Hubungan antara karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut. Gambar 4. 2 Hubungan Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan Konsumen Sumber: Olah Data, 2016

100 87 Dari Gambar 4.2 di atas, dapat dilihat hubungan karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen dengan menggunakan simbol. Langkah selanjutnya setelah diketahui hubungan antara karakteristik teknis dengan kebutuhan konsumen dihitung nilai kontribusi masing-masing karakteristik teknis. Tabel 4.20 berikut ini adalah tabel perhitungan kontribusi dan urutan prioritas. Tabel Perhitungan Kontribusi dan Urutan Prioritas Sumber: Olah Data, 2016

101 88 Berdasarkan Tabel 4.20 diatas diperoleh hasil tertinggi nilai perhitungan kontribusi dan urutan prioritas yaitu sebesar 2,52 untuk variabel bentuk meja kerja mengurangi pegal pada saat menjahit. Kemudian untuk variabel terendah didapatkan nilai yaitu sebesar 1,41 yaitu harga sesuai dengan kualitas produk Menentukan Target Spesifikasi Target spesifikasi ini merupakan suatu hasil dari pengembangan karakteristik teknis yang didapat dari identifikasi kebutuhan konsumen. Tabel Target Spesifikasi Karakteristik Teknis Target Spesifikasi Harga sesuai dengan kualitas produk Harga < Rp ,- Proses perawatan mudah dilakukan Tidak perlu biaya khusus untuk perawatan Awet dan tahan lama 8 tahun 10 tahun Pekerja nyaman dalam menggunakan Desain produk memperhatikan produk kenyamanan pekerja Tidak menciderai pekerja Konstruksi kuat dan aman Mengurangi pegal pada bagian tubuh Dimensi sesuai postur tubuh yang digunakan saat menjahit pekerja Menggunakan bahan dan engsel yang kuat Rangka besi kokoh dan penahan papan kuat Membantu pekerja menyelesaikan produk lebih cepat Efektif dalam penyelesaian produk Terdapat space baru untuk peletakan karpet Area meja bantu 166 cm x 48 cm Sumber: Olah Data, Analisis Benchmarking Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan untuk melakukan perbandingan dan mengukur terhadap aktivitas kegiatan atau unit yang serupa atau sejenis. Dalam penelitian ini, produk pesaing yang dipilih sebagai pembanding adalah pada Tabel 4.22

102 89 Tabel Produk Pendahulu Produk Material Spesifikasi Besi dan Multiplex Luas meja kurang ergonomis sehingga menyebabkan kelelahan kerja saat menjahit karpet Tidak terdapat space tambahan untuk karpet Sumber: Olah Data, 2016

103 Gambar 4. 3House of Ergonomic Sumber: Olah Data, House of Ergonomic Setelah menentukan aspek-aspek dari EFD, tabel-tabel tersebut di atas seluruhnya disusun dalam house of ergonomic seperti pada Gambar

104 4.5 Olah Data Antropometri Data antropometri disini merupakan acuan yang diperlukan dalam merancang dimensi produk. Data antropometri dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut. Tabel Data Antropometri No. TPD TSD RT JT 1 44,5 26, , , , , , , , , , , , ,5 26, Sumber: Olah Data,

105 Uji Kecukupan Data Antropometri Pengujian data Antopometri digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan adalah cukup. Data dinyatakan cukup apabila nilai N lebih kecil dari nilai N (jumlah responden). Berikut adalah perhitungan data antopometri tinggi siku duduk (TSD), rentangan tangan (RT) dan jangkauan tangan (JT) yang digunakan. Tingkat kepercayaan (k) = 95% = 2 Tingkat ketelitian (s) = 5% = 0,05 1. Uji kecukupan data antropometri tinggi siku duduk (TSD). N = k s N X 2 X X 2 2 = 2 0,05 30(22471) (820) = = 40 * 41, = 4,12 Dari hasil perhitungan uji kecukupan data nilai N adalah 4,12 lebih kecil dari jumlah responden yaitu sebanyak 30, maka data dinyatakan cukup.

106 93 2. Uji kecukupan data antropometri tinggi popliteal duduk (TPD). N = = = = = 3,30 Dari hasil perhitungan uji kecukupan data nilai N adalah 3,30 lebih kecil dari jumlah responden yaitu sebanyak 30, maka data dinyatakan cukup. 3. Uji kecukupan data antropometri rentangan tangan (RT). N = = = X X X N s k (4713) 30(741124) 0, X X X N s k (1378) 30(63427) 0, *62,6

107 94 = 40 *146, = 1,53 Dari hasil perhitungan uji kecukupan data nilai N adalah 1,53 lebih kecil dari jumlah responden yaitu sebanyak 30, maka data dinyatakan cukup. 4. Uji kecukupan data antropometri jangkauan tangan (JT). N = k s N X 2 X X 2 2 = 2 0,05 30(221656) (2574) = = 40*155, = 5,85 Dari hasil perhitungan uji kecukupan data nilai N adalah 5,85 lebih kecil dari jumlah responden yaitu sebanyak 30, maka data dinyatakan cukup.

108 Uji Keseragaman Data Antropometri Uji keseragaman data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan tidak terlalu menyimpang. Keseragaman data dapat dilihat dari letak data apakan berada diantara BKA dengan BKB atau tidak. Berikut perhitungan uji keseragaman data antopometri. 1. Uji keseragaman data antropometri tinggi siku duduk (TSD). ( x x) N = 1,41 2 Peta kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% BKA X BKB X + k = 27, (1,41) = 30,15 - k = 27,33-2 (1,41) = 24,51 Hasil perhitungan uji keseragaman data menunjukan nilai standar deviasi sebesar 1,41 nilai BKA sebesar 30,15 dan nilai BKB sebesar 24,51. Dari data diketahui bahwa data yang digunakan tidak melebihi nilai BKA dan BKB, sehingga dapat dikatakan bahwa data adalah seragam. Berikut adalah grafik uji keseragaman data tinggi siku duduk (TSD).

109 96 Gambar 4. 4Grafik Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk Sumber: Olah Data Uji keseragaman data antropometri tinggi popliteal duduk (TPD). ( x x) N = 2,12 2 Peta kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% BKA X BKB X + k = 45, (2,12) = 50,17 - k = 45,93-2 (2,12) = 41,69 Hasil perhitungan uji keseragaman data menunjukan nilai standar deviasi sebesar 2,12 nilai BKA sebesar 50,17 dan nilai BKB sebesar 41,69. Dari data diketahui bahwa data yang digunakan tidak melebihi nilai BKA dan BKB, sehingga dapat dikatakan bahwa data

110 97 adalah seragam. Berikut adalah grafik uji keseragaman data tinggi popliteal duduk (TPD). Gambar 4. 5 Grafik Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk Sumber: Olah Data Uji keseragaman data antropometri rentangan tangan (RT). ( x x) N = 5,47 2 Peta kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% BKA X BKB X + k = 157, (5,47) = 168,03 - k = 157,08-2 (5,47) = 146,13 Hasil perhitungan uji keseragaman data menunjukan nilai standar deviasi sebesar 5,47 nilai BKA sebesar 168,03 dan nilai BKB

111 98 sebesar 146,13. Dari data diketahui bahwa data yang digunakan tidak melebihi nilai BKA dan BKB, sehingga dapat dikatakan bahwa data adalah seragam. Berikut adalah grafik uji keseragaman data rentangan tangan (RT). Gambar 4. 6 Grafik Uji Keseragaman Data Rentangan Tangan Sumber: Olah Data Uji keseragaman data antropometri jangkauan tangan (JT). ( x x) N = 5,27 2 Peta kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% BKA X BKB X + k = 85, (5,27) = 96,35 - k = 84,80-2 (5,27) = 75,25

112 99 Hasil perhitungan uji keseragaman data menunjukan nilai standar deviasi sebesar 5,27 nilai BKA sebesar 94,35 dan nilai BKB sebesar 75,25. Dari data diketahui bahwa data yang digunakan tidak melebihi nilai BKA dan BKB, sehingga dapat dikatakan bahwa data adalah seragam. Berikut adalah grafik uji keseragaman data jangkauan tangan (JT). Gambar 4. 7 Grafik Uji Keseragaman Data Jangkauan Tangan Sumber: Olah Data Perhitungan Nilai Persentil Perhitungan persentil yang ada yaitu persentil 5, 50, 95. Berikut ini merupakan perhitungan persentil data antropometri dengan rumus: P5 = - 1,645σ P50 = P95 = + 1,645σ

113 100 Tabel Hasil Perhitungan Persentil P5 P50 P95 TSD 25,01 27,33 29,65 TPD 42,45 45,93 49,42 RT 166,09 171,08 176,09 JT 77,12 85,80 94,48 Sumber: Olah Data, Perancangan Produk Dalam proses perancangan produk ini terdapat beberapa tahapan. Hasil akhir dari perancangan produk ini adalah hasil rancangan akhir yang diwujudkan dalam bentuk nyata. Berikut ini tahapan perancangan produk meja kerja menjahit yang baru ergonomis dan mampu mengurangi beban pada bahu Perancangan Desain Perancangan desain ini dilakukan dengan mempertimbangkan dan mengolah seluruh data yang diperoleh yakni mengenai kebutuhan konsumen target spesifikasi dan data antropometri. Berikut ini adalah pertimbangan penentuan dimensi dari produk yang akan dirancang. 1. Tinggi meja kerja bantu menjahit Dalam perancangan tinggi meja kerja bantu menjahit diperlukan ukuran yang meliputi tinggi siku duduk (TSD) ditambahkan dengan tinggi popliteal duduk (TPD). Untuk ukuran ketinggian meja kerja bantu jahit ini digunakan persentil 50 tinggi siku duduk yaitu 27,33 cm dan persentil 50 tinggi popliteal duduk yaitu 45,93 cm. Pada pengukuran ketinggian meja menggunakan persentil 50 agar saat orang duduk ketinggian meja bisa sesuai, baik yang berukuran pendek

114 101 maupun tinggi dapat menggunakan meja dengan nyaman.maka ketinggian meja kerja bantu menjahit yaitu 73,27cm dibulatkan menjadi 73,5 cm. 2. Panjang meja kerja bantu menjahit Dalam perancangan panjang meja kerja bantu menjahit diperlukan ukuran yang meliputi rentang tangan (RT). Pada pengukuran panjang meja menggunakan persentil 5 agar pada ukuran tersebut orang yang memiliki rentang tangan panjang ataupun pendek dapat menjangkau keseluruhan meja sehingga mampu mendorong karpet sampai titik terjauh. Untuk ukuran panjang meja kerja bantu jahit ini digunakan persentil 5 tinggi siku duduk yaitu 166,09 cm dibulatkan menjadi 166 cm. 3. Lebar meja kerja bantu menjahit Dalam perancangan lebar meja kerja bantu menjahit diperlukan ukuran yang meliputi jangkauan tangan (JT). Pada pengukuran lebar meja menggunakan persentil 95 dimensi tubuh jangkauan tangan yaitu 94,48cm. Namun setelah melakukan penyesuaian sesuai fungsi dan bentuk meja itu sendiri, maka didapatkan hasil 116 cm sebagai ukuran lebar meja.

115 102 Gambar 4. 8 Tampak Depan Sumber: Olah Data, 2016 Gambar 4. 9 Tampak Samping Sumber: Olah Data, 2016 Gambar Tampak 3 Dimensi Sumber: Olah Data, 2016

116 Daftar Kebutuhan Bahan dan Analisa Biaya Setelah rancangan desain selesai, maka diperlukan adanya analisis kebutuhan bahan dan analisis biaya. Selain itu daftar kebutuhan bahan juga digunakan untuk mengetahui seberapa banyak bahan dan bahan apa saja yang digunakan. Hal ini dilakukan juga untuk mengetahui harga jual produk yang sesuai. Untuk lebih jelasnya, perhitungan harga jual produk dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Bahan dan Biaya Pembuatan HARGA JUAL PRODUK Nama Siti Fatimah Jumlah 1 unit NIM E Material Besi hollow Nama Perabot Meja Kerja Bantu Jahit Ergonomis Multiplex No Uraian Satuan Kebutuhan Harga Satuan Total 1 Besi hollow Rp Mm 24 30x Multiplex Lembar 1 Rp Perlengkapan dan Aksesoris 3 Engsel Pcs Sekrup Pcs Bahan Finishing Total Harga Bahan Baku Tenaga Kerja Tenaga Kerja 6 Langsung Jumlah Borongan Rp Rp Rp Rp Rp Rp

117 104 Overhead Biaya 7 Overhead Jumlah Harga Pokok Produksi 10% 8 Profit 20% Harga Jual Sumber: Olah Data, 2016 Rp Rp Rp Rp Dari tabel 4.25 dapat dilihat total perhitungan harga jual meja kerja kerja bantu menjahit karpet dari harga bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead dan profit. Maka dari itu diketahui harga jual dari meja kerja bantu menjahit karpet sebesar Rp ,00 dibulatkan menjadi Rp , Analisis Implementasi Analisis implementasi ini dilakukan dengan menggunakan produk Meja Bantu Kerja Jahit Ergonomis di lokasi UKM menjahit karpet. Hasil implementasi didapatkan hasil analisis Post Nordic Body Map, postur RULA akhir pada saat menggunakan meja kerja bantu jahit karpet. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan keluhan musculoskeletal yang dirasakan oleh penjahit karpet dan perubahan postur sebelum dan sesudah menggunakan Meja Bantu Kerja Jahit Ergonomis.

118 105 Tabel 4. 26Benchmarking NBM Produk Lama dan Produk Baru Lokasi Keluhan Jumlah dalam % Sebelum Sesudah Leher Bahu Kiri Bahu Kanan Lengan Atas Kiri Punggung Lengan Atas Kanan Pinggang Pantat (buttock) Pantat (buttom) Siku Kiri Siku Kanan Lengan Bawah Kiri Lengan Bawah Kanan Pergelangan Tangan Kiri Pergelangan Tangan Kanan Tangan Kiri Tangan Kanan Sumber: Olah Data, 2016 Pada Tabel 4.26 di atas dapat dilihat bahwa keluhan musculoskeletal yang dirasakan oleh penjahit karpet berkurang setelah menggunakan Meja Kerja Bantu Jahit Karpet Ergonomis. Terdapat 10 bagian tubuh yang mengalami penurunan keluhan sakit atau pegal. Di antaranya adalah leher, bahu kiri, lengan atas kiri, punggung, pinggang, siku kiri, lengan bawah kiri, pergelangan tangan dan tangan kiri. Hasil yang signifikan ditunjukkan pada bagian tubuh bahu kiri dan punggung yang awalnya 100% para pekerja mengalami keluhan pada bagian tubuh tersebut, namun setelah dilakukan implementasi terhadap produk baru yang dinilai lebih nyaman dan ergonomis keluhan tersebut berkurang menjadi 40% untuk bagian bahu kiri dan menjadi 60% untuk bagian punggung.

119 106 Tabel 4. 27Benchmarking RULA Produk Lama dan Produk Baru Posisi Score RULA Awal Score RULA Akhir Menjahit sisi karpet 6 4 Memposisikan karpet 7 3 Memutar sisi karpet 6 3 Sumber: Olah Data, 2016 Tabel 4.28 Tabel Scoring RULA Sumber: Olah Data, 2016 Pada Tabel 4.27 dan Tabel 4.28 menunjukkan perubahan scor dan action level antara postur kerja sebelum dan sesudah menggunakan meja kerja bantu, terjadi penurunan action level pada semua elemen kerja. Hal ini berarti pada postur kerja setelah implementasi, resiko terjadinya cedera pada pekerja akan semakin kecil. Untuk postur kerja pada aktivitas menjahit sisi memang masih memiliki score 4, yang memiliki score awal 6. Hal tersebut dikarenakan pada saat menjahit sisi karpet, postur kerja operator duduk dan sedikit membungkuk dengan waktu yang lama dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Pada aktivitas kegiatan ini postur tubuh operator ikut bergerak mengikuti arah karpet saat dijahit.

120 Efektivitas Produksi Analisis efektivitas produksi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemenuhan output pada UKM tersebut setelah menggunakan Meja Kerja Bantu Jahit Karpet Ergonomis. Semakin tinggi pencapaian output yang dihasilkan maka dikatakan proses menjahit menggunakan meja kerja tersebut semakin efektif. Di bawah ini adalah data output produksi menggunakan Meja Kerja Bantu Jahit Karpet Ergonomis yang sudah diimplementasikan pada UKM yang bersangkutan. Tabel 4.29 Data Output Produksi Karpet Sumber: UKM Pengrajin Karpet, 2016 Pada Tabel 4.29 menunjukkan peningkatan jumlah output produksi karpet dengan mesin dan operator yang sama. Sebelumnya tiap mesin dapat menyelesaikan ± 70 karpet setiap hari, setelah dilakukan implementasi menggunakan Meja Kerja Bantu Jahit Karpet Ergonomis selama beberapa hari terlihat peningkatan jumlah produktitas. Dengan kata lain, adanya meja kerja bantu pada UKM tersebut mampu meningkatkan efektivitas produksi.

121 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perancangan meja kerja bantu menjahit karpet dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment menghasilkan variabel yang menjadi prioritas perancangan produk yaitu dapat mengurangi pegal pada saat menjahit dengan score 2,52 kemudian memiliki space baru untuk mempermudah proses penjahitan karpet dengan score 2,14 dan pekerja merasa nyaman menggunakan meja kerja bantu tersebut dengan score 2,01. Dimana didapatkan hasil sebuah meja kerja khusus menjahit karpet yang ergonomis dan sesuai kebutuhan dengan dimensi 166x116x73,5cm. Dengan panjang meja menggunakan dimensi antropometri rentang tangan, lebar meja menggunakan dimensi jangkauan tangan, dan tinggi meja menggunakan dimensi tinggi siku duduk dan tinggi popliteal duduk. 2. Hasil analisis Nordic Body Map dan RULA hasil implementasi menunjukkan terjadi penurunan. Hasil yang signifikan ditunjukkan pada bagian tubuh bahu kiri dan punggung yang awalnya 100% para pekerja mengalami keluhan pada bagian tubuh tersebut berkurang menjadi 40% untuk bagian bahu kiri dan menjadi 60% untuk bagian punggung. Begitu juga dengan perubahan postur kerja yang mengalami penurunan secara 107

122 108 umum dengan level resiko kecil dan tindakan perbaikan dapat dilakukan hanya jika diperlukan dan dalam jangka beberapa waktu ke depan. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya digunakan kursi yang sesuai dengan meja kerja supaya pekerja lebih nyaman dalam melakukan pekerjaan sehingga menunjang dalam proses pengerjaan penjahitan karpet. 2. Dalam perancangan meja kerja bantu jahit ini masih diperlukan analisis pengembangan lebih lanjut berkaitan dengan fungsi dan material yang digunakan, agar kedepannya didapatkan desain yang lebih baik lagi.

123 DAFTAR PUSTAKA Astutik,Rina.2015.Perancangan Meja Kerja Khusus RecycleSampah Elektronik Yang Ergonomis MenggunakanMetode Ergonomic Function Deployment (EFD).Universitas Dian Nuswantoro. Dwi, Pongki Gambaran Risiko Ergonomi Dan Keluhan Gangguan Muskuloskeletal Pada Penjahit Sektor Usaha Informal. Universitas Indonesia. EGC.Jateng, Dinkop Diakses pada 5 Agustus Harrianto, R Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. Izzhati, Dwi Nurul Perancangan Alat Pemotong Tahu yang Ergonomis di Industri Kecil Menengah Tahu Langen Sari Semarang. UNISULA. Jateng, Tribun Diakses pada 5 Agustus Kotler, P. dan Amstrong, G Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Indeks. Li, G., Haslegrave, C. M., & Corlett, E. N Factors Affecting Posture For Machine Sewing Tasks. Applied Ergonomics. 46: Merulalia Postur Tubuh Yang Ergonomis Saat Bekerja. Universitas Sumatera Utara. Nurmianto, Eko Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasainya.Surabaya: Guna Widya. Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) Prevention Musculoskeletal Tool Box USA:Ontario. Osni, Mutia Gambaran Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif terhadap Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Penjahit Sektor Informal di Kawasan Home Industry RW 6, Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang pada Tahun Universitas Indonesia. Öztürk, N., & Esin, M. N Investigation Of Muscoluskeletal Symptoms And Ergonomic Risk Factors Among. International Journal of Industrial Ergonomics. 41:

124 110 Pangaribuan, Dina Analisa Postur Kerja dengan Metode RULA pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Universitas Sumatera Utara. Peter, Vi Musculoskeletal Disorders. Diakses pada 21 Agustus Rizka Diakses pada 17 Agustus Saito, Kazuo Measurement Of Fatigue In Industries. Industrial Health. 39: Shalahuddin, Ilham Perancangan Produk Meja dan Kursi Alat Bantu Mencanting yang Ergonomis Menggunakan Metode Ergonomic Function Deployment (EFD). Universitas Dian Nuswantoro. Suma mur Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung. Tarwaka, dkk Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Tarwaka Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo. Ulrich & Eppinger Product Design and Development. NY: McGraw-Hill. Ulrich, Karl T., dan Steven D. Eppinger Perancangan dan PengembanganProduk. Jakarta: Salemba Teknika. Wijayanti, Tiyas Hubungan Antara Posisi Kerja Duduk Dengan Keluhan Subyektif Nyeri Pinggang Pada Penjahit Garment Di Pt. Apac Inti Corpora Kabupaten Semarang Tahun Universitas Dian Nuswantoro. Zuraida, Rida Analisis Penyebab Nyeri Dan Ketidaknyamanan Dalam Bekerja Pada Pengrajin Keset Kain Limbah-Pringapus Semarang. Universitas Bina Nusantara.

125 111 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Observasi Nama : Jenis Kelamin : Umur : PERTANYAAN Bagaimanakah proses membuat karpet? JAWAB :... Berapa lama proses menjahit karpet? JAWAB :... Apa saja alat kerja yang digunakan pada proses menjahit? JAWAB :... Berapa banyak karyawan yang bekerja pada proses menjahit? JAWAB :... Apakah selama ini terdapat keluhan para pekerja pada saat menjahit? JAWAB :...

126 112 Lampiran 2 Kuesioner Nordic Body Map Nama : Jenis Kelamin : Umur : Anda diminta untuk menilai apa yang anda rasakan pada bagian tubuh yang ditunjukkan pada gambar. Apakah bagian tubuh yang sudah diberikan nomor tersebut tidak terasa sakit (pilih A) dan terasasakit (pilih B). Pilih dengan memberikan tanda pada kolom huruf pilihan anda. No Lokasi Sakit/Pegal Peta Bagian Tubuh A B 0 Sakit / kaku pada leher atas 1 Sakit pada leher bawah 2 Sakit pada bahu kiri 3 Sakit pada bahu kanan 4 Sakit pada lengan atas kiri 5 Sakit pada punggung 6 Sakit pada lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada pantat (buttock) 9 Sakit pada pantat (bottom) 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan 15 kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan

127 Lampiran 3 Rekap Nordic Body Map Awal 113

128 Lampiran 4 Rekap Post Nordic Body Map 114

129 115 Lampiran 5 Kuesioner Tingkat Kepentingan Nama : Jenis Kelamin : Umur : Berilah penilaian tingkat kepentingan atribut yang mewakili harapan anda terhadap meja kerja bantu menjahit karpet, sehingga menjadi produk yang dapat memenuhi kebutuhan anda. Berilah tanda ( ) pada skala yang telah ditentukan. Dengan skala sebagai berikut : Sangat Tidak Penting (STP) = 1 Tidak Penting (TP) = 2 Cukup Penting (CP) = 3 Penting (P) = 4 Sangat Penting (SP) = 5 Contoh :Seberapa penting meja kerja bantu jahit karpet yang memiliki harga terjangkau menurut anda? (Pembacaan penilaian : Meja kerja bantu jahit karpet yang memiliki harga terjangkau merupakan atribut yang sangat penting) [KEPENTINGAN] Seberapa penting atribut produk meja kerja bantu menjahit karpet dibawah ini menurut anda?

130 Lampiran 6 Rekap Kuesioner Kepentingan 116

131 117 Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Kepuasan Nama : Jenis Kelamin : Umur : Berilah penilaian tingkat kepuasan atribut terhadap meja kerja menjahit karpet yang ada pada saat ini. Berilah tanda ( ) pada skala yang telah ditentukan. Dengan skala sebagai berikut : Sangat Tidak Puas (STP) = 1 Tidak Puas (TP) = 2 Cukup Puas (CP) = 3 Puas (P) = 4 Sangat Puas (SP) = 5 Contoh :Seberapa puaskah anda dengan kondisi meja kerja menjahit karpet saat ini jika disesuaikan dengan atribut berikut? (Pembacaan penilaian : Saya cukup puas meja kerja bantu jahit karpet memiliki harga yang terjangkau) [KEPUASAN] Seberapa puaskah atribut produk meja kerja dibawah ini menurut anda?

132 Lampiran 8 Rekap Kuesioner Kepuasan 118

133 Lampiran 9 Dokumentasi Produk 119

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI ALAT BANTU MENCANTING YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)

PERANCANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI ALAT BANTU MENCANTING YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD) PERANCANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI ALAT BANTU MENCANTING YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD) Ilham Shalahuddin Afif, Jazuli, Rindra Yusianto Alumni Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ Muhammad Zein Anwar 1, Abdul Rahim Matondang 2, Anizar 3 Departemen Teknik

Lebih terperinci

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28 Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja Dian Palupi Restuputri, M. Lukman, Wibisono Teknik Industri, Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan menginginkan produktivitas kerja karyawannya semakin meningkat, untuk mewujudkan hal itu di perlukan lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK)

SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK) SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK) Disusun oleh RAHMAT SUBAIQI 2012.10.215.188 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu permasalahan umum yang dialami penjahit dalam menjalankan pekerjaannya. Keluhan muskuloskeletal

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu moda transportasi umum (public transport) yang telah beroperasi di Kota Semarang saat ini yaitu Trans Semarang. Trans Semarang adalah sebuah layanan angkutan

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik Komar merupakan badan usaha milik perseorangan yang dimiliki oleh H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. yang bergerak dibidang produksi kain batik. Batik Komar didirikan

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom USULAN PERBAIKAN SPESIFIKASI ALAT BANTU DI STASIUN KERJA PENGIKISAN ALAT CAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (STUDI KASUS RUMAH BATIK KOMAR) Yuvie Mutiarasari 1, Rino Andias

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 17-22 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Amri 1*, Syarifuddin, As

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan dari laporan penelitian. Bagian yang akan dibahas adalah latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai pada penelitian, batasan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment RANCANG BANGUN ULANG KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA Rudy Bastian Hutabarat Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Studi Kasus : UD. Dhiana Kali Ampo Batu - Malang Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996. Perusahaan ini didirikan

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry Perencanaan Tempat Duduk Traktor dengan Antropometri (Nurhidayah dkk) PERENCANAAN TEMPAT DUDUK TRAKTOR RODA EMPAT YANG ERGONOMIS DENGAN ANTROPOMETRI Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor

Lebih terperinci