BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga menurut Friedman (2010) dalam Family Service America mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan keintiman. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, dan beberapa orang yang terkumpul dan tiggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 2002). Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dua orang atau lebih yang tinggal di suatu tempat dibawah satu atap yang disatukan oleh kebersamaan, kedekatan emosional dan saling ketergantungan. 2. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan menurut Friedman, (2010) keluarga sebagai berikut :

2 a. Fungsi Afektif adalah memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. b. Fungsi Sosialisasi adalah memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakay yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga. c. Fungsi Reproduksi adalah untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. d. Fungsi Ekonomi adalah menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya. e. Fungsi Perawatan Keluarga adalah menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan. Effendy (2002), menyebutkan fungsi pokok keluarga antara lain : a. Asih Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. b. Asuh Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatanya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3 c. Asah Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. 3. Tipe dan Bentuk Keluarga Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, ( 2010 ) yaitu : a. Keluarga inti Keluarga yang terdiri dari ayah yang mencari nafkah, ibu sebagai yang mengurus rumah tangga dan anak. b. Keluarga dual earner family Keluarga yang terdiri dari dua orang tua yang keduanya memiliki pekerjaan, mengatur mengoordinasi pengasuh anak sementara orang tua bekerja. c. Keluarga tanpa anak Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu tanpa mempunyai anak. d. Keluarga adopsi Keluarga yang tidak dapat memiliki anak kandung sendiri, tetepi tetap mempunyai keinginan untuk menjadi orang tua. e. Keluarga asuh Keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan anak, yaitu anak ditempatkan dirumah yang yang terpisah dengan orang tua

4 atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan fisik serta emosional. f. Keluarga ekstended family Keluarga ekstended family adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kaka atau adik dan keluarga dekat lainnya. g. Keluarga orang tua tunggal Keluarga orang tua tungga adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala rumah tangga. h. Keluarga orang tua tiri Keluarga orang tua tiri adalah keluarga yang menikah lagi dikarenakan pasangannya meninggal atau bercerai. i. Keluarga binuklir Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sisitem kelurga yang terdiri dari dua rumah tangga inti, makternal dan paternal dengan beragam dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga. j. Keluarga cohabiting family Keluarga cohabiting family adalah keluarga yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan, baik itu kaum muda, orang tua, janda atau individu yang bercerai.

5 4. Tahap Dan Perkembangan Keluarga Perlu juga dipahami bahwa keluarga berkembang melalui suatu tahapan perkembangan tertentu yang menurut Duvall (1977) dalam Friedman (2010) yaitu : a. Tahap keluarga pasangan baru Pada tahap ini dimulai dari pasangan yang baru menikah dan membentuk satu keluarga inti. Pada tahap ini keluarga memilik tugas yaitu : 1) Membentuk perkawinan yang memuaskan bagi kedua belah pihak. 2) Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan. 3) Merencanakan sebuah keluarga. b. Tahap childbearing family Pada tahap ini adalah menantikan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan : 1) Mempersiapkan diri menjadi orang tua. 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan keluarga. 3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan kedua belah pihak. c. Tahap keluarga dengan anak prasekolah Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun : 1) Memenuhi kebutuhan anggota seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa nyaman.

6 2) Membantu bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga. 5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 6) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. d. Tahap keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri dengan ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun : 1) Menyosialisasikan anak pada saat sekolah 2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3) Meningkatkan komunikasi terbuka dan mendukung hubungan pasangan e. Tahap keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, anak akan meningkan keluarga lebih awal atau lebih lama lama tinggal di rumah. 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengikat remaja sudah bertambah dewasa mengikuti otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua

7 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga f. Tahap keluarga melepas anak dewasa muda Tahap ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan kosongnya rumah sampai anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. 1) Membantu anak tertua untuk terjun dalam dunia luar 2) Membantu anak yang terkecil agar mandiri 3) Memasukan anggota keluarga baru dari pernikahan anak pertama dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri g. Tahap orang tua paruh baya Tahap ini adalah tahap pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Biasanya tahap ini dimulai ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun. 1) Menciptakan lingkungan yang sehat 2) Menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan anak pada saat anak dewasa dan dengan orang tua mereka yang lansia 3) Mempertahankan keakraban pasangan. h. Tahap keluarga lansia dan pensiunan Tahap ini dimulai pada saat pensiunnya salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lainnya.

8 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2) Mempertahankan kehidupan yang memuaskan 3) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan pendapatan 4) Melakukan life review ( merenungkan kehidupan ) 5. Struktur Keluarga a. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. b. Pola komunikasi keluarga Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluraga dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga mempengaruhi komunikasi keluarga. c. Struktur kekuatan keluarga Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Struktur keluarga menurut Jhonson R dalam Friedman, (2010) dibagi menjadi lima yaitu :

9 a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun memlalui jalur ayah. b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah ibu. d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah suami. e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan suami istri 6. Struktur Peran Keluarga Nye, (1976) dalam Friedman, (2010) peran didasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka. 7. Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Friedman, (2010) membagi 5 tugas kesehatan yang haruus dilakukan oleh keluarga, yaitu :

10 a. Mengenal masalah kesehatan. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan keperawatan. c. Melakukan perawatan di rumah bagi anggota keluarga yang sakit. d. Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan. e. Menggunakan fasilitas kesehatan. 8. Proses Dan Strategi Koping Keluarga Stressor-stressor keluarga bisa berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi (dari dalam maupun luar keluarga), lingkungan, ekonomi, atau sosial budaya. Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian terhadap perubahan. Hasil dari suatu keadaan keseimbangan yang berubah atau homeostatis. Adaptasi bisa positif bisa negatif, yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya keadaan sehat keluarga. Strategi koping berlawanan dengan mekanisme pertahanan strategi ini sebagai strategi positif dari adaptasi. Koping terdiri dari upaya-upaya pemecahan masalah seorang individu yang dihadapkan pada tuntutantuntutan yang berkaitan dengan keadaan kesejahteraannya, tetapi benarbenar menekan sumber-sumber. Stressor merupakan agen-agen pencetus, penyebab stress (Friedman, 2010) dan adaptasi merupakan penyesuaian terhadap perubahan. Stressorstressor keluarga bisa berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi (dari

11 dalam maupun dari luar keluarga), lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Friedman (1998) mengidentifikasi tiga strategi untuk mengadaptasi stress individu yaitu : a. Mekanisme pertahanan Merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan, secara otomatis digunakan untuk berespon. b. Strategi koping Berlawanan dengan mekanisme pertahanan, strategi ini sebagai strategi positif dari adaptasi, koping terdiri dari upaya pemecahan masalah seseorang individu yang diharapkan pada tuntutan yang berkaitan dengan keadaan kesejahteraan. c. Penguasaan Merupakan model adaptasi paling positif, adalah hasil dari penggunaan strategi koping individu yang efektif Friedman, (2010) juga membagi dua tipe strategi koping, yaitu internal dan eksternal. a. Strategi koping Internal Disebut juga interfamilial yang dilakukan dengan cara mengandalkan kelompok keluarga, penggunaan humor, lebih banyak melakukan pengungkapan bersama, mengontrol makna dari masalah dan penyusunan kembali kognitif, pemecahan masalah secara bersamasama, fleksibilitas peran serta menormalkan.

12 b. Strategi koping eksternal Strategi ini dilakukan dengan cara mencari informasi, memelihara hubungan aktif dengan komunitas dan mencari dukungan spiritual. 9. Keluarga Sebagai Klien Dalam melihat keluarga sebagai pasien Effendy (2002) melihat ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya adalah : a. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya. b. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari beberapa segi : 1) Pola komunikasi 2) Pengambilan keputusan 3) Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga 4) Kebudayaan 5) Gaya hidup c. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan. d. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.

13 10. Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga Peran perawata adalah tingkahlaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Beberapa peran dari keperawatan komunitas diantaranya : a. Clinician Role Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas. b. Educator Role Disebut juga health teacher, memberikan pengajaran atau informasi tentang kesehatan. Educator role merupakan peran dominan perawat komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan. Perawat harus signifikan dalam menjangkau populasi yang lebih luas. Pemberian informasi dapat dilakukan pada institusi formal atau pilihan sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat.

14 c. Advocate Role Perawat komunitas berperan memberikan advocacy kepada klien (komunitas). Setiap individu, kelompok, dan masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sederajat. Masyarakat miskin, kurang beruntung, tanpa asuransi kesehatan, penduduk pendatang tidak merasakan pelayanan kesehatan yang sederajat. Perawat komunitas memberikan pengarahan dan penjelasan terhadap kompleksitas sistem pelayanan kesehatan yang tujuannya agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. d. Manager Role Perawat komunitas dapat mengkaji, merencanakan, mengorganisasi kebutuhan klien, mengatur, mengawasi dan mengevaluasi dari pelayanan yang diberikan. Peran ini berkaitan dengan 4 hal yaitu nurse as planner, nurse as organizer, nurse as leader, nurse as controller and evaluator. 1) Nurse as planner adalah melakukan kolaborasi, menentukan target dan evaluasi. 2) Nurse as organizer adalah mendesign struktur dengan siapa bekerja dan apa tugas yang akan dilakukan. 3) Nurse as leader adalah perawat harus mempunyai kemampuan mengatur, mempengaruhi, membujuk orang lain agar memberikan perubahan perubahan positif terhadap kesehatan masyarakat.

15 4) Nurse as controller and evaluator adalah bagaimana program dan rencana berjalan dengan baik. e. Collaborator Role Perawat komunitas jarang bekerja sendiri. Berkolaborasi dengan tenaga professional yang lain, seperti : dokter, bidan, ahli gizi, LSM, ahli lingkungan, dan kesmas. Perawat komunitas dalam melakukan kolaborasi harus memiliki kemampuan komunikasi, kerjasama tim, sikap asertif terhadap anggota tim yang lain. f. Leadership Role Kepemimpinan berfokus pada terjadinya perubahan. Disebut juga juga agent of change. Perawat komunitas memulai perubahan positif untuk kesehatan masyarakat. Mengajak orang lain untuk melakukan perubahan. Dalam mewujudkan perubahan tersebut, perawat juga bekerjasama dengan tim professional lainnya. g. Researcher Role Perawat juga sebagai peneliti. Perawat terlibat dalam investigasi sistematis, pengumpulan data, analisa data, mencari pemecahan masalah dan menerapkan solusi atau intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan di lapangan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

16 B. Masalah Kesehatan a. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada kesempatan yang berbeda dan dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140 mmhg untuk sistolik dan 90 mmhg untuk diastoliknya (Corwin, 2000). Hipertensi adalah tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolic diatas 90 mmhg (Bougman, dan Harley, 2000). Hipertensi pada lansia adalah hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmhg. Tabel I. 2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Hipertensi Ringan Hipertensi Sedang Hipertensi Berat > 180 > 110 Sumber : WHO, (2004)

17 b. Anatomi Fisiologi a) Anatomi Gambar II. 1 Diagram Sirkulasi Sumber : (Evelyn, 2000) b) Fisiologi Menurut Evelyn (2000) sirkulasi darah, pembuluh darah pada peredaran darah kecil terdiri atas : a) Arteri pulmonaris merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstra menuju ke paru-paru. b) Vena pulmonaris merupakan verba pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke jantung bagian antrium sinistra.

18 Darah dari vena kemudian masuk kedalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya kedalam arteri pulmonaris. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri darah tidak sukar memasuki pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paruparu. Peredaran darah besar (sirkulasi sistemik). Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah ke seluruh bagian tubuh. Arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyepitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah memmpertahankan tekanan darah arteri, mengatur aliran darah dalam kapiler. Kemudian kapiler bergabung dan membentuk pembuluh darah lebih besar disebut Venula, yang kemudian bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah kembali ke jantung. Kemudian vena bersatu hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan aggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.

19 c. Etiologi Sedangkan menurut penyebabnya, dijelaskan oleh Mansoer Arief (2000) hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Hipertensi Primer / essensial Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, merokok, alkohol. b. Hipertensi Sekunder / renal Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Faktor pendukung menurut Soeparman & Waspadji (1998) yaitu : 1) Kegemukan 2) Usia 3) Riwayat keluarga / keturunan 4) Jenis kelamin 5) Merokok 6) Pecandu alkohol 7) Intake lemak jenuh tinggi 8) Intake tinggi sodium 9) Emosi / stress

20 d. Patofisiologi Menurut Sarwono (2001), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan diikuti dengan kenaikan perifer yang mengakibatkan kenaikan darah perifer yang menetap. Hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Selain faktor tersebut faktor lingkungan seperti stress, obesitas, psikososial, dan kurang olahraga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Adapun mekanisme hipertensi menimbulkan kelumpuhan dan kematian berkaitan langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah pada ventrikel kiri akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertensi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertensi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung jadi semakin terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokardium berkurang, kebutuhan miokardium akan oksigen meningkat akibat hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung. Akhirnya menyebabkan angina atau miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infark miokardium atau payah jantung. Kerusakan vascular akibat hipertensi

21 terlihat jelas diseluruh perifer. Perubahan vascular dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan oftalmoskopik yang berguna untuk menilai perkembangan penyakit dan respon terhadap terapi yang dilakukan. Perubahan struktur dalam arteri kecil ariola menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit maka aliran arteri terganggu dan dapat menyebabkan mikro infark jaringan. Akibat yang ditimbulkan perubahan vascular ini paling nyata pada otak dan ginjal. Obstruksi atau rupture pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematiann akibat hipertensi. Sklerosis progresif pembuluh darah ginjal mengakibatkan disfungsi dana gagal ginjal yang juga dapat menimbulkan kematian. e. Tanda dan Gejala 1. Nyeri kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. 2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. 3. Ayunan langkah yang tidak menetap karena kerusakan saraf pusat. 4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal filtrasi glomerulus. 5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. 6. Pemeriksaan fisik mungkin tidak adanya abnormalitas selain tingginya tekanan darah. 7. Terjadinya hipertropi ventrikel kiri, gagal jantng.

22 8. Keterlibatan vascular serebral (stroke) yaitu hipoglikemi temporer, pingsan, perubahan penglihatan (Corwin, 2000). f. Penatalaksanaan Umum Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat, karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mencegah penyakit hipertensi. Beberapa cara hidup yang sehat untuk mencegah penyakit hipertensi : a) Kendalikan emosi dan melatih kesabaran. b) Jaga suasana yang harmonis dalam keluarga. c) Manajemen stress d) Terapi relaksasi e) Terapi musik f) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan berat badan. g) Membatasi alkohol h) Meningkatkan aktifitas fisik olahraga. i) Berhenti merokok. j) Mengurangi asupan lemak jenuh serta kolesterol dalam makanan. k) Diit rendah garam. l) Periksa tekanan darah secara rutin kepelayanan kesehatan.

23 7. Pathways Asupan Na Genetik, Usia Stress Obesitas Jenis Kelamin Retensi Na Perubahan Aktifitas Hiperinsulinemia Ginjal Membran Sel Simpatik Curah Jantung Ketidakmampuan keluarga Tahanan Perifer Meningkat mengenal masalah Meningkat HIPERTENSI Upaya Perawatan - Penjelasan kepada keluarga Memodifikasi lingkungan tentang cara perawatan Hipertensi Memodifikasi gaya hidup - Anjurkan keluarga untuk Tekhnik relaksasi memodifikasi gaya hidup - Tekhnik relaksasi Ketidakmampuan keluarga Gangguan pola ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan istirahat mengambil keputusan Tidak dilakukan Peningkatan suplai Retensi pembuluh darah O 2 otak Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Gangguan perfusi jaringan serebral Nyeri Kronik Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit Sumber : Long, (1996) dalam Friedman, (2010)

24 8. Fokus Intervensi a. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan koping individu pada keluarga Ibu M khususnya Ibu M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal stressor dalam jangka panjang. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 7x pertemuan ketidakefektifan koping dapat teratasi. Kriteria Hasil : 1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan. 2. Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat. 3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Intervensi : 1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan a) Gali pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan. b) Motivasi keluarga. c) Diskusikan tentang penyebab ketidakefektifan koping. d) Beri reinforcement atas kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi masalah. 2. Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat. a) Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat tentang ketidakefektifan koping.

25 b) Motifasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. c) Beri reinforcement atas keputusan keluarga. 3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. a) Gali pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anggota keluarga dengan ketidakefektifan koping. b) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan pada anggota keluarga dengan hipertensi. c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. a) Identifikasi lingkungan yang tepat untuk anggota keluarga yang mengalami ketidakefektifan koping. b) Motivasi keluarga untuk mengatur pola makan anggota keluarga yang mengalami ketidakefektifan koping. c) Jelaskan diit yang tepat untuk penderita hipertensi. d) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya. 5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. a) Diskusikan dengan keluarga tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada. b) Tanyakan fasilitas kesehatan mana yang dipilih keluarga kaitannya dengan sakit yang diderita anggota keluarga. c) Beri respon positif atas jawaban yang benar.

26 b. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan pada keluarga Ibu M khususnya Ibu M berhubungan dengan ketidakmampuuan keluarga mengenal masalah hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 7x pertemuan diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan dapat teratasi. Kriteria Hasil : 1. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi. 2. Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. 3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan kesehatan rumah. 5. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Intervensi : 1. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi. a) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda gejala hipertensi. b) Diskusikan bersama pasien dan anggota keluarga mengenai faktor penyebab, tanda gejala hipertensi. c) Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya dan mengajukan pertanyaan. d) Beri reinforcement positis atas tanggapan pasien. 2. Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

27 a) Jelaskan mengenai penanganan yang tepat supaya tidak terjadi hipertensi lebih lanjut / komplikasi. b) Jelaskan mengenai penanganan hipertensi yang harus menggunakan obat hipertensi. c) Memberikan pengertian pada pasien untuk jangan merasa cemas atau banyak pikiran. 3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. a) Jelaskan pada keluarga cara perawatan pasien hipertensi. b) Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang pentingnya mengubah gaya hidup untuk mengurangi faktor penyebab hipertensi. 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan kesehatan rumah. a) Jelaskan pada keluarga untuk mengurangi ketegangan atau emosi yang dapat meningkatkan tekanan darah. b) Anjurkan pada keluarga untuk memodifikasi gaya hidup dalam mengatasi hipertensi dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dalam keluarga. 5. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri pasien hipertensi yang disertai nyeri kepala, berdebar-debar, dan sesak nafas. b) Anjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan secara teratur untuk memonitor tekanan darah.

28 c. Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur pada keluarga Ibu M khususnya Ibu M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 7x pertemuan gangguan pola tidur dapat teratasi. Kriteria Hasil : a) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan. b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat. c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan. e) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Intervensi : 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. a) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda, dan gejala gangguan pola istirahat. b) Beri motivasi keluarga untuk menerangkan kembali penjelasan yang telah diberikan. c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga yang benar. 2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. a) Diskusikan dengan keluarga tentang akibat gangguan pola istirahat. b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah diberikan. c) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

29 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. a) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan pencegahan gangguan istirahat. b) Evaluasi kebali penjelasan yang telah diberikan. c) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga menjawab dengan benar. 4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. a) Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi lingkungan yang harus dijaga. b) Beri motivasi keluarga untuk menerangkan kembali penjelasan yang sudah diberikan. c) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan jawaban yang benar. 5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. a) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat mengunjungi pelayanan kesehatan serta sarankan keluarga untuk pergi ke pelayanan kesehatan. b) Evaluasi tentang manfaat mengunjungi pelayanan kesehatan. c) Berikan reinforcement positif atas tindakan keluarga yang sudah tepat dan benar.

30 d. Diagnosa 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 7x pertemuan intoleransi aktifitas dapat teratasi. Kriteria Hasil : a) Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi. b) Keluarga mampu mengatasi masalah dengan hipertensi. c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi. e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Intervensi : 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi a) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian istirahat b) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian istirahat c) Beri pujian atas jawaban yang benar 2. Ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah hipertensi a) Motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi intileransi aktivitas.

31 b) Berikan pujian atas jawaban yang benar. 3. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan intioleransi aktivitas. b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan c) Berikan pujian atas jawaban yang benar 4. Ketidakmampuann keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi. a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang sehat b) Motivasi keluarga untuk menjaga pola makan c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan d) Berikan pujian atas jawaban yang benar 5. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. a) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan yang ada b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan dan dating bila ada anggota keluarga yang sakit c) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan kesehatan yang ada.

32 9. Evaluasi yang diharapkan a. Keluarga mengetahui dan memahami tentang : 1) Pengertian hipertensi 2) Penyebab serta tanda dan gejala penyakit 3) Bagaimana cara pencegahan hipertensi 4) Bagaimana cara perawatan hipertensi 5) Apa komplikasi dari hipertensi b. Keluarga dapat menentukan tindakan yang tepat yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakitnya. c. Keluarga mencapai pemahaman terhadap perawatan / cara merawat anggota keluarga yang sakit. d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dengan sehat. e. Keluarga dapat mengenal, termotifasi serta akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmhg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmhg atau lebih tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Defenisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Definisi keluarga Family (yunani) kumpulan individu yang hidup di bawah seorang KK dan di dalam rumah terdiri dari org tua, org dewasa, anak-anak, saudara & pembantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR Disusun Oleh Sigit Bangun H P17320308067 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga 5 2.2. Cara Kerja Jantung Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap induvidu dapat hidup secara

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal 19-01-2009 A. Data identitas Data yang diperoleh dari pasien adalah : Nama kepala keluarga Tn. G, pendidikan SD dan beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman di abad ini, berbagai macam penyakit mulai menyerang kondisi manusia tanpa melihat usia yang ada. Beragam pula penyebab yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad KEDOKTERAN KELUARGA SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HIPERTENSI LAPORAN KASUS FEBRUARI 2008 OLEH : ANITA AMIR C111 03 172 RIZKI AMALIAH RIFAI C111 03 210 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh dunia, Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana terbebas dari suatu penyakit. Di Indonesia mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan keluarga. Pada tahap ini menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP KELUARGA 1) Pengertian Keluarga Friedman tahun,(2010) mendefinisikan keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI KELUARGA

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI KELUARGA KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI KELUARGA 1. Duvall dan Logan ( 1986 ) : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] 2015 copyright@saricipta2015 [BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] Buku saku ini berisi informasi terkait Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang sangat bermanfaat dalam rangka pengendalian mandiri oleh jamaah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon & Maglaya dalam (Friedman, 2010) keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon & Maglaya dalam (Friedman, 2010) keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Menurut Departemen Kesehatan (2008) mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

Lebih terperinci