ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK ANTARA SURAT KEPUTUSAN BI NO. 23 TAHUN 1993 DAN SURAT KEPUTUSAN BI NO.
|
|
- Suharto Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK ANTARA SURAT KEPUTUSAN BI NO. 23 TAHUN 1993 DAN SURAT KEPUTUSAN BI NO. 30 TAHUN 1997 Oleh : Erni Karyati Abstrak Bank Indonesia sudah menentukan peraturan berkaitan dengan masalah sistem penilaian kesehatan bank. Ukuran kesehatan suatu bank didasarkan pada analisis CAMEL ( Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity ). Dalam penelitian ini penulis menganalisis perbedaan antara 2 (dua) surat keputusan Bank Indonesia tentang penilaian kesehatan bank, yang dititik beratkan pada perbedaan struktur surat keputusan dan substansinya. Untuk substansinya yang berbeda, misalnya faktor manajemen, peraturan tahun 1993 terdiri atas lima bagian, sedangkan peraturan 1997 hanya dua bagian yaitu manajemen umum dan manajemen resiko. Penulis juga menjelaskan kondisi perbankan Indonesia pada periode diberlakukannya sistem penilaian kesehatan bank, yaitu antara tahun 1993 dan tahun Pada penelitian ini analisisnya lebih dititik beratkan pada perubahan komponen atau substansi penilaiannya. Penulis menggunakan metode analisa kuantitatif yang meliputi data-data sekunder, untuk mendeskripsikan kondisi perbankan sebelum dan sesudah pemberlakuan sistem penilaian tahun Data-data sekunder ini meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dan masalah perkreditan. Kata Kunci : Sistem Penilaian; Kesehatan Bank PENDAHULUAN Industri perbankan Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat, terutama
2 setelah deregulasi perbankan Paket Oktober 1988, sejalan dengan perkembangan perekonomian selama satu dasawarsa terakhir ini. Bank sebagai lembaga perantara keuangan (Financial Intermediary) mempunyai posisi strategis dan penting dalam mendukung pertumbuhan dan stabilitas perekonomian Indonesia, mengingat fungsi dan peranannya sebagai agent of trusth, agent of development, dan agent of equality maupun sebagai instrumen moneter yang memberikan kontribusi terhadap situasi dan kebijakan moneter yang telah dilakukan selama kurun waktu 10 tahun terakhir ini tentunya terkait dengan usaha untuk memperkuat posisi sektor perbankan tersebut dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Salah satu tonggak yang penting dalam perkembangan perbankan Indonesia adalah Paket Oktober 1988, yang mendorong jumlah bank yang relatif pesat. Sehingga sampai Oktober 198,8, tercatat jumlah bank di Indonesia sebanyak 124 buah yang meningkat menjadi 238 buah bank pada akhir tahun 1997, atau terjadi peningkatan sebesar 192 persen. Secara kuantitas, pertumbuhan yang luar biasa itu tentunya menunjukkan keberhasilan pakto tersebut yang tujuannya adalah untuk meningkatkan peranan dana masyarakat dalam pembangunan melalui sektor perbankan yang tangguh yang berlandaskan prinsip kehati-hatian (prudential banking). Bank sebagai perantara keuangan mempunyai potensi untuk memobilisasi dana masyarakat yang merupakan sebagian besar sumber dana bank (source of fund), yang melalui mekanisme keperantaraan selanjutnya dana tersebut dialokasikan kembali (Use of fund) ke masyarakat untuk digunakan secara produktif (untuk menunjang perkembangan sektor riil. Namun paket Oktober 1988 yang menumbuh suburkan pendirian dan perkembangan bank swasta tidak memberikan batasan tentang tindakan apa yang akan di ambil apabila nantinya perkembangan bank melebihi jumlah kebutuhan. Akhirnya tahun 1997, perekonomian Indonesia mulai mengalami goncangan yang diawali dengan krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi. Dan tahun 1998 merupakan tahun paling buruk dari seluruh tahun sepanjang tiga dasawarsa terakhir. Menurut data Biro Riset Info Bank, pada awal tahun 1998, jumlah bank masih 215
3 buah. Tetapi hingga akhir 1998 jumlah itu menyusut menjadi 208 bank karena adanya pembekuan bank. Jumlah itu terus merosot, sebab pada Maret 1999, kembali terjadi pembekuan terhadap 38 bank swasta dan 2 bank campuran menyerahkan izinnya sehingga tinggal 168 bank. Tapi kini berdasarkan Info Bank Edisi Juli 2000 yang diperingkat tinggal 162 bank. Sebanyak 54 bank diantaranya ada yang dilikuidasi, diambil alih oleh pemerintah dan dimerger. Dalam triwulan 111/2000 jumlah bank berkurang sebanyak 8 bank menjadi sebanyak 153 bank karena proses merger 8 BTO ke bank Danamon. Sejalan dengan kondisi tersebut, jumlah kantor bank juga berkurang sebanyak 436 kantor menjadi 6522 kantor bank. Penurunan ini disamping dipengaruhi oleh proses merger 8 BTO dengan Bank Danamon juga dipengaruhi oleh usaha efisiensi dan konsolidasi yang dilakukan oleh bank-bank. Bank itu harus sehat. Sebagaimana layaknya manusia dimana kesehatan itu merupakan hal-hal yang paling penting didalam kehidupan manusia. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani nasabahnya. Disamping itu kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik maupun pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Oleh karena itu pesatnya perkembangan yang terjadi dibidang keuangan dan perbankan yang menimbulkan perubahan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengau kesehatan bank, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun apakah ada peningkatan atau penurunan bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak terjadi masalah karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat teguran dan sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank. Pada Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 (UU No. 10/1998) bank sebagai lembaga perantara dan agen pembangunan yang dapat menghimpun dana dari
4 masyarakat dan jumlah yang sesuai dengan kemampuan manajemen bank bersangkutan untuk memobilisasi, mengelola dan menyalurkan kembali ke masyarakat, menjadi sangat penting. Peraturan pemerintah nomor 40 tahun 1997 (PP 40/1997) merupakan senjata untuk melakukan pembenahan dan penyehatan bank. Tetapi imbauan saja tampaknya kurang diperhatikan atau ditanggapi oleh bankir-bankir kita. Penilaian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dikenal dengan penilaian analisis CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity. Selain dengan analisis CAMEL, yang bisa mempengaruhi hasil penilaian terhadap bank adalah penilaian terliadap pelanggaran BMPK ( Batas Maksimum Pemberian Kredit ) dan pelanggaran Posisi Devisa Netto. Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dianalisa dalam penelitian yang ditinjau dari aspek yuridisnya, yaitu membandingkan tata cara penilaian tahun 1993 dan tahun Jadi dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada "perbandingan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank antara tahun 1993 dan tahun 1997 ditinjau dari aspek yuridisnya" Didalam penelitian ini penulis bertujuan untuk membandingkan ketentuan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek yuridisnya yang berkisar antara tahun 1993 dan tahun Serta apa yang menyebabkan adanya perubahan - perubahan yang terjadi. LANDASAN TEORI Fungsi dan Peranan Bank Umum Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (UU No. 10/1998) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Boediono (1998) menyatakan bahwa bank merupakan penyalur dana dan unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana (surplus) unit kepada unit-unit ekonomi
5 yang kekurangan dana (defisit) unit. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi intermediasi (perantaraan) keuangan atau financial intermediation dari bank dan lembaga keuangan yang serupa. Menurut Cathcart (1982), sebagian besar lembaga keuangan terlibat dalam perantaraan modal (equity intermediation). Dan bank merupakan lembaga keuangan yang paling dominan dalam keperantaraan kredit. Sumber Dana dan Penanaman Modal Sebagai lembaga keuangan (UU Perbankan No. 10/1998), bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi untuk mencari dan selanjutnya menghimpun dana dalam bentuk simpanan (deposit) sangat menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan, misalnya dalam bentuk pemberian kredit, pembelian efek-efek atau surat berharga dalam pasar uang. Dalam usaha menghimpun dana tersebut, sudah barang tentu bank harus mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda-beda pula. Dalam garis besarnya sumber dana bagi sebuah bank ada tiga, yaitu : Dana yang bersumber dari bank sendiri, Dana yang berasal dari masyarakat luas dan Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank maupun non bank. Dana yang terhimpun tersebut selanjutnya diputar kembali untuk ditanam atau dipergunakan oleh masyarakat yang membutuhkan atau oleh bank sendiri sebagai suatu penanaman dana bai menghasilkan (non earing assets). Dalam memilih alternatif penanaman dana tersebut, tentunya bank disamping memperhitungkan segi hasilnya (keuntungan) juga harus memperhitungkan besar resikonya. Penanaman dana bank dapat dilakukan dalam bentuk pinjaman atau kredit, penanaman dalam bentuk surat-surat berharga, penyertaan dan penanaman dalam harta tetap atau inventaris. Jasa-jasa Perbankan
6 Sebagaimana telah dijelaskan dalam UU Perbankan No. 10/1998, yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dalam memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dengan demikian usaha pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan (jasa perbankan) dalam penanaman dana seperti yang telah diuraikan di atas, sedangkan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran terdiri dari lalu lintas pembayaran dalam negeri dan lalu lintas pembayaran luar negeri. Lalu lintas pembayaran Dalam Negeri dapat berupa : Penerimaan uang ( transfer ), Inkaso (collection) dan Pembukaan Letter of Credit Dalam Negeri (L/C DN). Lalu lintas pembayaran Luar Negeri dapat berupa Pembukaan L/C Luar Negeri (L/C LN) yaitu suatu cara pembayaran dalam perdagangan luar negeri dengan penarikan suatu wesel dalam suatu jumlah yang telah ditentukan dan Inkaso (collection) yaitu warkat-warkat yang dapat diinkasokan dari dan ke luar negeri berupa wesel bank (bank draft), cek terbatas (limited cheque), cek perusahaan (company cheque), cek perorangan (personal cheque), cek kasir (chasier cheque), pesanan dana internasional (international money order), cek peerjalanan / turis (travellers cheque) yang telah ditandatangani oleh pemiliknya ataupun warkat-warkat berharga valuta asing lainnya, yang belum/ tidak dapat segera ditunaikan pada bank, melainkan harus diinkasokan / ditagih dana / coveernya terlebih dahulu dari bank tertarik (drawee bank). Jasa-jasa bank lainnya dapat berupa : Jual beli cek perjalanan / turis (travellers cheque), Jual-beli uang kertas (bank note), Kartu kredit (credit card), Bank garansi artinya garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank, Aktivitas jual-beli surat berharga, Kotak pengaman simpanan (safe deposit box), Jual beli atau perdagangan valuta asing, Transaksi dalam perdagangan valuta asing, Pengawas di bidang penerbitan obligasi, Penanggung di bidang penerbitan obligasi, Penjamin emisi efek (underwriting), Pengesahan (endosement) dan Mendiskonto. Fungsi dan Peranan Bank Indonesia Keberadaan Bank sentral yang independen di Indonesia merupakan suatu pra syarat untuk dapat dilakukannya pengendalian moneter yang efektif dan efisien.
7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah diundangkan pada tanggal 17 Mei 1999 diharapkan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi terselenggaranya bank sentral yang efektif. Bank Indonesia adalah badan hukum, dimana pengertian badan hukum disini meliputi badan hukum publik dan badan hukum perdata. Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri didalam dan diluar pengadilan. Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai kedudukan yang khusus dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia tetapi tidak sejajar dengan DPR, MA, BPK atau pun presiden, namun dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK serta pemerintah. Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat lebih efektif. Implikasi Bank Indonesia harus lebih transparan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas utama yaitu: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi Bank. Pengaturan dan Pengawasan Bank Dalam rangka melaksanakan tugasnya mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan bank oleh Bank Indonesia terdiri dari pengawasan langsung dan tidak langsung. Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan
8 kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/ atau membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana disebutkan akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember Sepanjang lembaga pengawasan sebagaimana yang dimaksud belum terbentuk, tugas pengaturan dan pengawasan Bank Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia. METODE PENELITIAN Didalam penelitian ini data dan informasi yang diperlukan sebagian besar merupakan data kuantitatif yang diambil dari kumpulan surat keputusan Bank Indonesia antara tahun , dari laboratorium perbankan Universitas Gunadarma, serta dari internet pada web site Bank Indonesia. Teknis analisa data dilakukan dengan mengkaji secara mendalam dari berbagai data yang sudah ada dengan menggunakan Analisa Kwalitatif dan Analisa Kwantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penilaian Kesehatan Bank Untuk menilai apakah bank itu sehat atau tidak, Bank Indonesia memberikan tata cara melalui 3 unsur, yaitu faktor, komponen dan bobot. Faktor yang dimaksud disini adalah permodalan kualitas aset produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Yang dimaksud dengan komponen adalah rasio CAR; rasio aktiva, dan rasio penghapusan terhadap aktiva dikualifikasikan, manajemen umum dan manajemen resiko, rasio laba terhadap rata-rata volume usaha dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasi, resiko kewajiban bersih call money terhadap aktiva dalam rupiah dan rasio kredit terhadap dan yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valuta asing. Selanjutnya yang disebut dengan bobot, Bank Indonesia membuat kategori dalam persentase.
9 Capital Adequacy Ratio/ CAR yang sudah ditentukan Bank Indonesia adalah 8 (delapan) persen, ternyata belum disanggupi oleh sebagian banyak pemilik bank. Karena para pemegang saham perbankan nasional saat ini diperkirakan enggan menyuntikan dana guna menambah modal. Hal itu disebabkan investasi dibidang perbankan sangat berisiko ditengah situasi ekonomi makro yang belum pulih, sehingga tingkat rentabilitasnya sangat rendah. Disamping itu juga terkait erat dengan kondisi ekonomi yang belum memungkinkan dunia perbankan berkembang baik, karena saat ini aturan bank semakin ketat, rambu-rambu makin banyak namun rentabilitasnya kecil. Dan buruknya iklim usaha menyebabkan ekspansi kredit tidak bertambah. Sehingga pemegang saham berfikir lebih baik dananya untuk investasi di sektor lain. Menurut pengamat dan praktisi perbankan, Rijanto Sastroatmodjo ada sekitar 20 bank yang tidak sanggup memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal. Selain faktor-faktor yang sudah dijelaskan diatas, faktor lain yang terkait dengan komponen penilaian adalah masalah Legal Lending Limit (BMPK), yaitu batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh Bank kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu. Penyediaan dana adalah pemberian fasilitas kredit, fasilitas jaminan, pembelian surat berharga atau hal yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam. BMPK bagi satu peminjam dan bagi satu kelompok peminjam yaitu 20 % dari modal bank. Sejak akhir Maret 1997, ketentuan 20 % dari modal disetor bank ini harus dipenuhi oleh bank-bank yang memberikan kredit. Sedangkan BMPK bagi pihak-pihak yang terkait dengan bank, baik untuk satu peminjam maupun keseluruhan, setinggi-tingginya 10 % dari modal bank. Selain faktor BMPK, juga ada faktor posisi Devisa Netto, serta faktor judgement yang mencakup perselisihan intern, windows dressing, praktek dalam bank, konsistensi pelaporan, dan lain-lain. 2. Perbandingan Sistem Penilaian Tahun 1993 dan tahun 1997 Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pernah beberapa kali terjadi perubahan. Misalnya tata cara penilaian tahun 1993 dan
10 tahun 1997 yang memang menjadi bahan penulisan bagi penulis dalam menyusun penelitian ini. Dalam ketentuan tahun 1993 dan tahun 1997, disamping terdapat persamaan-persamaan isi dan jumlah pasal dalam artian tidak ada perubahan juga tentunya terdapat perbedaan-perbedaan isi dan jumlah pasal (ada perubahan) secara garis besarnya dapat dapat penulis dapat kemukakan bahwa peraturan (ketentuan) tahun 1993 seluruh pasal berjumlah 9 pasal yang terdiri dari 9 ayat, sedangkan peraturan (ketentuan) tahun 1997 seluruh pasal ada 16 dan ayatnya berjumlah 35. Disamping ini peraturan tahun 1993 tidak terbagi atas bab per bab, tetapi langsung pasal demi pasal yang terbagi atas ayat demi ayat sedangkan peraturan tahun 1997 terbagi atas bab per bab, yaitu terdiri atas 4 bab. Bab I tentang ketentuan umum terdiri atas pasal 1 sampai dengan pasal 6. Bab II yaitu mengenai pelaksanaan penilaian yang dimulai dari pasal 7 sampai dengan pasal 12 (6 pasal). Bab III tentang hasil penilaian yang terdiri hanya satu pasal saja, yaitu pasal 13. Sedangkan bab IV yaitu merupakan bab penutup terdiri dari pasal 14 sampai dengan pasal Tata Cara Umum Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu bank maka kita harus mengetahui tata cara penilaiannya. Surat keputusan tahun 1993 terdiri atas dua (2) ayat sedangkan surat keputusan tahun 1997 tidak terbagi atas ayat-ayat, tetapi hanya berupa isi pasal saja dan diawali dengan Bab I sebagai ketentuan Umum. Pada dasaranya perubahan-perubahan yang terjadi pada pasal 1 hanya pada letak pasalnya saja, karean isi dari pasal 1 tahun 1993 tetap berlaku di tahun 1997 hanya saja letaknya bukan di pasal 1 lagi, tetapi berubah menjadi pasal 2, sedangkan isi dari pasal 1 tahun 1997 adalah pengertian dari pada bank dan tambahannya adalah bahwa pasal 1 termasuk pada bab 1 tentang ketentuan umum. Jadi pada pasal 1 dapat penulis jelaskan bahwa pada dasarnya tidak ada pengaruh yang sangat berarti atas
11 perubahan-perubahan tersebut. Didalam surat keputusan 1997 ternyata isi ayatnya menjadi 3 karena pada tahun 1993 hanya 2 ayat saja itupun terletak pada pasal 1. Ayat tambahan pada pasal 2 yaitu ayat ayat (3) tahun 1997 ini menjelaskan bahwa setiap faktor yang dinilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri atas beberapa komponen, ternyata terdapat perubahan pada faktor komponen manajemen beserta bobotnya. Pada tahun 1993 pada faktor manajemen komponen nya terdiri atas 5 (lima) bagian. Sedangkan ketentuan tahun 1997 faktor komponen manajemen dipersingkat (dipersempit) menjadi dua bagian saja. Perubahan yang terjadi pada ayat-ayatnya, yaitu dimana ketentuan tahun 1993 terdiri dari 3 ayat sedangkan tahun 1997 tidak memakai ayat, jadi ketentuan tahun 1997 lebih singkat dan padat. Didalam pasal 5 ketentuan tahun 1997, ini pasal tidak ada yang berubah, jadi tetap seperti ketentuan pasal 4 tahun 1993, yaitu terdiri dari 2 ayat. Begitu pula dengan ketentuan tahun 1993 berlaku ditahun 1997 tetapi menjadi pasal 6 adapun empat predikat tingkat kesehatan bank sebagai berikut : a. Predikat sehat, antara nilai kredit 81 sampai dengan 100 b. Predikat cukup sehat, antara nilai kredit 66 sampai dengan 81 c. Predikat kurang, antara nilai kredit 51 sampai dengan 66 d. Predikat tidak sehat antara nilai kredit 0 sampai dengan 51 Ketentuan tahun 1993 menjelaskan tentang belum berlakunya surat keputusan tersebut bagi jenis Bank Perkreditan Rakyat Tertentu. Sedangkan ketentuan tahun 1997 merupakan pengalihan dari pasal 5 tahun 1993, jadi untuk isi pasalnya tidak ada yang berubah hanya letaknya saja. Bahkan ditahun 1997 bertambah satu abjad yaitu f, karena tahun 1993 diawali dari a sampai e saja Penilaian Modal Didalam aspek permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (capital Adeqnaci Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
12 Perbandingan ratio tersebut adalah rasio modal terhadap aktiva ketimbang menurut resiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah CAR. Tahun 1999 minimal harus 8 %.Penilaian permodalan tersebut secara lengkapnya dapat dilihat pada pasal 7 surat keputusan Bank Indonesia nomor 30 tahun 1997 dihalaman lampiran Penilaian Kwalitas aktiva produktif Didalam aspek kwalitas aktiva produktif ini yang dinilai adalah jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang dikalkulasikan. Rasio ini dapat dilihat dengan neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. Hanya saja ketentuan rasio PPAP tahun 1993 yang sebesar 1,5 % untuk setiap kenaikan ditahun 1997 berubah menjadi 1 % Penilaian Faktor Manajemen Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kwalitas manajemennya. Kwalitas manajemen dapat dilihat dari kwalitas manajemen dalam bekerja, Kwalitas manajemen juga di lihat dari pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi dalam aspek ini yang dinilai adalah faktor manajemen umum dan faktor manajemen resiko. Penilaian berdasarkan kepada jawaban dari 185 pertanyaan/ pernyataan yang diajukan mengenai manajemen yang bersangkutan. Adapun pertanyaan/pernyataan berdasarkan ketentuan tahun 1997 adalah sebagai berikut : a. bagi Bank Devisa sebanyak 100 b. bagi Bank bukan Devisa sebanyak 85 Jika dibandingkan dengan ketentuan tahun 1993 terdapat perubahan pada jumlah komponen penilaiannya. Tahun 1993 terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu : manajemen permodalan, manajemen kwalitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas Penilaian Faktor Rentabilitas Aspek rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
13 profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Adapun penilaian terhadap faktor rentabilitas berdasarkan pasal 10 SK BI. No. 30/1997 adalah penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu : 1) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a sebesar 0 % atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015 % mulai dari 0 % nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Untuk setiap kenaikan 0,015 % mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum ) Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum Penilaian Faktor Likuiditas Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Untuk lebih lengkapnya mengenai penilaian faktor likuiditas ini, maka bisa dilihat dalam ketentuan pasal 1 SK. BI. No yaitu : ( 1 ) Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) yaitu : a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dalam rupiah. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf a sebesar 100 % atau lebih dari nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1 % mulai dari 100 %. b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, dalam rupiah dan valuta asing. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf b sebesar 115 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1 % mulai dari rasio 115 % nilai kredit
14 ditambah 4 dengan maksimum 100. ( 2 ) Aktiva lancar sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf a meliputi kas, giro pada Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) dan Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ) yang telah di endos oleh bank lain. ( 3 ) Dana yang diterima sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ( i ) huruf b meliputi: a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia b. Giro, deposito dan tabungan masyarakat c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman sub ordinasi. d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. f. Modal inti dan modal pinjaman Penilaian faktor-faktor ketentuan lain. Semua aspek penilaian diatas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital, Aset, Management, Earning dan Liquidity). Disamping dengan penilaian analisis CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan Bank adalah penilaian terhadap : - Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut Legal Lending Limit. - Pelanggaran Posisi Devisa Netto (PDN). 3. Analisa Kondisi Perbankan sebelum dan sesudah Penerapan Sistem Penilaian Tahun Paket Oktober 1998 (Pakto 88) merupakan salah satu tonggak yang penting dalam perkembangan perbankan di Indonesia yang mendorong pertumbuhan jumlah bank yang relatif pesat, melalui kemudahan prosedur perizinan pendirian bank, persyaratan pemodalan yang diperingan, serta peraturan perbankan yang lebih longgar. Setiap
15 individu atau badan usaha di Indonesia memperoleh kesempatan dan kemudahan besar untuk mendirikan sebuah bank. Sampai Oktober 1988, tercatat jumlah bank di Indonesia sebanyak 124 buah yang meningkat menjadi 238 buah bank yang pada akhir tahun 1997, atau terjadi peningkatan sebesar 192 persen. Secara kuantitas, pertumbuhan yang luar biasa tersebut tentunya menunjukkan keberhasilan pakto tersebut yang tujuannya adalah untuk meningkatkan peran dana masyarakat dalam pembangunan melalui sektor perbankan yang tangguh yang berlandaskan prinsip kehati-hatian (prudential banking). Berdasarkan angka-angka sumber dan penggunaan dana bank, sektor perbankan telah menunjukkan keberhasilannya dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan peran serta dana masyarakat dalam negeri dalam pembiayaan pembangunan. Namun walaupun perkembangan sektor perbankan tersebut menunjukkan perkembangan luar biasa secara kuantitatif setelah Pakto 1988, ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pengelolaan perbankan, sehingga perekonomian Indonesia mulai mengalami goncangan yang diawali dengan adanya krisis moneter yang sampai sekarang belum menunjukkan perbaikan. Sektor perbankan mengalami goncangan yang berat dan menjadi sorotan utama dalam krisis ini, yang ditandai dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan dengan sering terjadinya penarikan dan penagihan dana besar-besaran. Dengan adanya booming bank maka terjadi kesulitan likuidasi, kesalahan pengelolaan valuta asing, peningkatan kredit bermasalah, alokasi kredit yang menyalahi legal lending limit atau persyaratan permodalan yang sangat rendah. Berbagai masalah tersebut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan mengenai tata cara penilaian kesehatan bank melalui Paket Pebruari 1991 yang disempurnakan dengan Paket Mei Askep-askep yang tercakup dalam sistem penilaian tersebut secara umum meliputi: 1. Analisis CAMEL, yaitu menyangkut aspek permodalan (Capital), aspek kualitas kekayaan bank (Asset), aspek pengelolaan operasional bank (Management), aspek profitabilitas bank ( Earing) dan aspek likuiditas bank (Liquidity).
16 2. Faktor penambah atau pengurang yang terdiri dari persyaratan, kredit ekspor, Kredit Usaha Kecil (KUK), Legal Lending Limit dan Posisi Devisa Netto. 3. Faktor judgement yang mencakup perselisihan intern, Windows dressing, praktek bank dalam bank, konsistensi pelaporan, dan lain-lain. Peningkatan Biaya dana dan Interest Spread Walaupun rambu-rambu praktek perbankan yang sehat dan hati-hati tersebut relatif sudah baik, tetapi dalam kenyataannya masih terdapat berbagai masalah-masalah praktek perbankan yang menunjukkan kinerja bank nasional yang masih rendah. Booming bank menyebabkan terjadinya perang tingkat suku bunga yang mendorong semakin mahalnya biaya dana bank sehingga menghambat ekspansi dunia usaha. Booming bank setelah pakto 1988 menyebabkan tingkat persaingan antar bank dalam memobilisasi dan menyalurkan dana semakin meningkat. Kondisi persaingan tersebut mendongkrak tingkat bunga simpanan masyarakat dibank. Perang tingkat suku bunga tersebut disertai dengan iming-iming hadiah, yang pada prinsipnya akan dibebankan kembali melalui metode perhitungan Cost of fund, kepada masyarakat yang memanfaatkan kredit yang disalurkan oleh bank. Perbedaan tingkat suku bunga simpanan dengan tingkat suku bunga kredit di kenal dengan interest spread, merupakan salah satu ukuran efisiensi perbankan. Semakin besar perbedaan tersebut menunjukkan semakin tidak efisien bank tersebut pada tingkat profit margin yang tetap. Kecukupan Modal Bank Persyaratan kecukupan modal merupakan masalah yang fundamental bagi perbankan, terutama dikaitkan dengan fungsinya sebagai agent of trust dan international trust. Kriteria yang digunakan untuk kemampuan kecukupan modal menurut peraturan BI untuk penilaian kesehatan bank pada Paket Mei 1993 yang mengacu pada Bank for International Settlement (BIS) adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Secara matematis, sebuah bank yang sumber dan penyalurannya dananya
17 meningkat tanpa dibarengi penambahan modal akan mengakibatkan nilai CAR-nya menurun. Atau semakin berisiko investasi bank maka harus di imbangi dengan kenaikan kecukupan modalnya. Nilai CAR minimal yang harus dipenuhi bank di Indonesia sampai tahun 1993 adalah sebesar 8 persen. Kondisi nilai CAR perbankan Indonesia sampai tahun 1991 dapat dilihat pada gambar 3. Terlihat bahwa kemampuan pemodalan perbankan nasional masih relatif rendah, yang 61 persen diantaranya mempunyai CAR yang kurang dari 8 persen. Loan To Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio antara total kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat yang dimobilisasi. Semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat yang tetap, maka nilai LDR bank tersebut akan meningkat. Nilai LDR yang tinggi (dan juga likuiditas rendah). Selain masalah tingginya biaya dana yang dipengaruhi tingkat suku bunga kredit yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah lain yang terkait dengan perkreditan perbankan adalah kemampuan analisis kredit yang masih rendah dan ketidakadilan dalam pengalokasiannya. Kedua faktor tersebut memberikan sumbangan yang besar terhadap kredit macet. Masalah lain yang lebih erat adalah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit), yang menurut Paket Mei 1993 ditetapkan sebesar 10 persen terhadap modal bank untuk debitur atau kelompok debitur yang terkait dengan bank, dan 20 persen untuk debitur/kelompok debitur yang terkait dengan bank. Parahnya pelanggaran tersebut menyebabkan otoritas moneter memberikan toleransi pemberlakuan aturan selama 5 tahun, atau mulai berlaku pada tahun 1998 sekarang. Ada kecenderungan setiap bank menyalurkan kreditnya ke kelompoknya sendiri dengan jumlah yang relatif besar. Contoh klasik pelanggaran legal lending limit adalah kredit yang disalurkan BAPINDO sebesar 800 milyar rupiah kesalah satu debiturnya. Secara teknis perbankan, penyaluran kredit itu seharusnya adalah maksimal sebesar 120 milyar (20 persen dari modal BAPINDO sebesar 600 milyar).
18 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diperoleh, maka dapat disimpulan sebagai berikut : 1. Untuk menilai apakah bank itu sehat atau tidak, Bank Indonesia memberikan tatacara penilaian tingkat kesehatan bank melalui 3 (tiga) unsur, yaitu faktor, komponen dan bobot. Faktornya adalah permodalan, kualitas asset produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Komponennya adalah rasio CAR, rasio aktiva dan rasio penghapusan terhadap aktiva yang dikualifikasikan, manajemen umum dan manajemen resiko, rasio laba terhadap rata-rata volume usaha dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasi, rasio kewajiban bersih call money terhadapaktivalancardalam rupiah dan rasio kredit dan valuta asing. Dan bobotnya, Bank Indonesia membuat kategori dalam presentase untuk setiap komponen penilaian. 2. Ternyata setelah diberlakukan sistem penilaian kesehatan bank, baik melalui paket Mei 1993 ataupun melalui paket April 1997 tatacara penilaian tingkat kesehatan bank belum banyak disanggupi dan dilaksanakan dengan efektif oleh para pemilik bank. 3. Evaluasi kondisi perbankan di Indonesia, menunjukkan bahwa walaupun rambu-rambu pengawasan bank sudah tersedia, perkembangan perbankan Indonesia belum menunjukkan kinerja yang baik. Terlepas dari aspek penegakan hokum dan kemandirian bank sentral dalam membuat kebijakan moneter, sistem penilaian kesehatan belum bias mewujudkan perbankan nasional yang tangguh dan sehat.
19 DAFTAR PUSTAKA Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE, Yogyakarta, Cathcart, Charles D. Money Credit and Economy Activity, Richard D Irwin, Inc, Illinouis, Undang-undang Bank Indonesia Sinar Grafika, Jakarta, Undang-undang Perbankan. Sinar Grafika, Jakarta, Perkembangan Perbankan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta, Evaluasi Kebijakan dan Perkembangan.Bank Indonesia, Jakarta Perkembangan Ekonomi dan Moneter. Bank Indonesia, Jakarta, Indikator Ekonomi Indonesia. BPS, Jakarta, 1998.
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama
Lebih terperinciPENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL
KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 dan 11 EMAIL: rowland dot pasaribu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi
Lebih terperinciKegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:
BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank memiliki peranan yang sangat strategis dalam menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi menghimpun dana dari masyarakat (to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu Negara. Hal ini tercermin dalam pengertian perbankan secara teknik yuridis, yaitu sebagai badan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan lembaga perbankan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting
Lebih terperinciPENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2008-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasional. Di sisi lain, pasar keuangan global masih menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat memprihatinkan karena telah mengakibatkan sendi-sendi dan potensi ekonomi mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis moneter sebagai akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan
Lebih terperinciAnalisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2009-2014 Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi Pendahuluan Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Perbankan Definisi Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian Bank BCA, atau BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis dan keberadaannya mutlak dalam kegiatan atau pembangunan ekonomi. Lembaga ini berperan sebagai perantara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciSistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku
PENGENALAN BANK DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku Menurut UU no. 10 th 1998 Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk PERIODE DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk PERIODE 2010 DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL Pandy Pramadie, LCA Robin Jonathan dan ibu Rina Masithoh Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia mengakibatkan menurunnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Dari tingginya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perbankan a. Pengertian Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciSri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma
ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN PT. BANK BUKOPIN Tbk PERIODE 2006-2008) Sri Pujiyanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Perbankan a. Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, bank telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
23 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif karena menghitung nilai dengan desain kausal yang menyatakan hubungan sebab-akibat dan berpengaruh. Metode kuantitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)
Lebih terperinciMANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM
MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE.MM BAB III KEGIATAN PERBANKAN 1. KEGIATAN PERBANKAN 2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA 3. KOMPONEN DALAM MENENTUKAN BUNGA KREDIT 4. FUNGSI BANK SECARA SPESIFIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tinjauan dari dua penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan dalam penelitian, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini sangat diperlukan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam ulasan penelitian. Studi kepustakaan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Perbankan Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan
Lebih terperinciBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47
amanitanovi@uny.ac.id Makalah ini akan membahas tentang aktivitas-aktivitas dan produk-produk bank konvensional atau umum. Pertama akan dibahas mengenai aktivitas bank dan akan dilanjutkan dengan mengulas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri dan dalam pengelolaannya disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Salah satu karakteristik yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bank
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek dan data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan perbankan periode 2005-2009 dari Bank Indonesia. Objek penelitian untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
Lebih terperincipenting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Dalam perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan yang sangat penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dalam perekonomian di dunia pasti berhubungan dengan lembaga keuangan. Di mana lembaga keuangan merupakan penghubung antara pihak yang memerlukan dan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip semua pelaku usaha adalah mencari laba yang maksimal atau berusaha untuk meningkatkan labanya. Hal ini menyebabkan laba menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita Yuliani (2012) yang berjudul Pengaruh LDR, IPR,LAR,APB,NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, FACR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adequacy ratio), batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit), kualitas aktiva
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin maju yaitu sebagai penggerak perekonomian. Dengan melalui bank unit-unit ekonomi yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Bank didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian sebuah negara tidak mungkin lepas dari berbagai peran penting dan strategis lembaga keuangan terutama lembaga perbankan. Bank memiliki peran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau tempat untuk menukarkan uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh : 1. Tan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara
Lebih terperinciRUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS
RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS TUJUAN MATA KULIAH Mahasiswa paham dan menguasai teori perbankan. Mahasiswa dapat menerangkan konsep-konsep utama bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan
Lebih terperinci