TRADISI PANTANG LARANG PADA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK. Deskripsi Umum Pantang Larang Masyarakat Melayu Pontianak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRADISI PANTANG LARANG PADA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK. Deskripsi Umum Pantang Larang Masyarakat Melayu Pontianak"

Transkripsi

1 52 TRADISI PANTANG LARANG PADA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK Deskripsi Umum Pantang Larang Masyarakat Melayu Pontianak Bagi masyarakat Melayu Pontianak dalam berbagai tradisi yang mereka lakukan merupakan tradisi yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Tradisi pantang larang dalam masyarakat Melayu Pontianak terdapat dalam setiap siklus kehidupan yang mempunyai makna pesan bagi masyarakat agar tetap melaksanakan nilai-nilai yang ada pada tradisi tersebut. Tradisi pantang larang ini telah ada sejak nenek moyang mereka dahulu sehingga tetap dipertahankan oleh orang tua-tua. Menurut Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Kota Pontianak, Lisyawati Nurcahyani, tradisi pantang larang yang cenderung mengenai daur hidup yang berkaitan dengan kebudayaan. Sebelum Islam datang sudah punya kebudayaan sendiri, jadi punya warisan nenek moyang. Tahap pertama, berdasarkan sejarah sebelum ada proses sekarang ada proses yang terdahulu, dimana yang pertama itu kepercayaan dengan animisme dan dinamisme, munculnya kebudayaan itu karena baru mempunyai sebatas kemampuan untuk itu. Jangkauan pemikiran manusia pada saat itu mengatakan bahwa ada kekuatan lain selain dirinya, ada kekuatan yang lebih besar, ini terjadi karena pengalaman-pengalaman yang mereka alami setiap hari. Kemudian ada perkembangan dimana muncul suatu keyakinan, suatu agama, agama Hindu, Budha, Kristen dan akhirnya orang masuk Islam. Penyebaran agama Islam yang lebih lunak, mengikuti adat dan tradisi masyarakat, sehingga mudah diterima. Saat ini selama tradisi pantang larang tidak melanggar aturan-aturan dalam Al-Qur an maka tradisi pantang larang boleh dilakukan. Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang gererasi tua dan generasi muda masyarakat Melayu Pontianak menyatakan bahwa tradisi pantang larang masyarakat Melayu Pontianak yaitu : 1. Tradisi pantang larang sebagai suatu sistem kepercayaan pada masyarakat Melayu Pontianak dapat dilihat pada pantang larang yang menjadi suatu pengalaman dari orang-orang tua mereka pada zaman dahulu, sehingga

2 53 mereka menyakini tradisi pantang larang tersebut sesuai dengan ajaran yang diberikan oleh orang tua mereka. Unsur kepercayaan pada pantang larang bagi masyarakat Melayu Pontianak, diungkapkan oleh salah seorang warga masyarakat, yaitu : Kite percaya same pantangan yang diberikan oleh orang tua karne pantangan itu udah ade dari duloknye, kamek ikot jak, contoh pantangan yang sehari-hari sering kite dengar kalo anak gadis tak boleh dudok ditepi pintu, sampai sekarang pon maseh kamek sampaikan seme anak-anak kamek, Pantang larang ini menjadi suatu kepercayaan karena diyakini oleh masyarakat. Kepercayaan akan adanya pantang larang diungkapkan juga oleh generasi muda masyarakat Melayu Pontianak, ibu Salma, yaitu : Ade pantangan dan larangan yang maseh kamek ikot tu, waktu kamek hamel, kate orang tue orang hamel tak boleh macammacam,apelagi sampai bunuh binatang Kepercayaan akan tradisi pantang larang masyarakat Melayu Pontianak menjadi unsur budaya yang dipandang penting untuk dilakukan. 2. Tradisi pantang larang sebagai suatu nilai pada masyarakat Melayu Pontianak karena dilihat dari batasan nilai sebagai ukuran perasaan seseorang yang berhubungan dengan pesan yang disampaikan apa berupa baik buruk, benar salah atau suka tidak suka terhadap suatu pantang larang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini dilihat pada pandangan anak untuk memaknai pesan pantang larang yang diberikan oleh orang tua sebagai suatu yang baik buat dirinya. 3. Tradisi pantang larang sebagai unsur sikap dari suatu kebudayaan pada masyarakat Melayu Pontianak dilihat dari sikap masyarakat yang memandang dari kepercayaan atau keyakinan serta nilai-nilai yang melandasi perkembangan dan isi dari sistem sikap. Sikap yang merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya, jadi sikap seseorang melaksanakan pantang larang karena adanya kepercayaan dan nilai yang terkandung pada pantangan dan larangan tersebut. 4. Tradisi pantang larang sebagai unsur personal, norma dan tata kelakuan pada masyarakat Melayu Pontianak yang menjadikan pantang larang sebagai suatu kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat. Unsur kebudayaan ini merupakan

3 54 komponen yang penting dalam menjalani tradisi pantang larang oleh masyarakat. Dari unsur kebudayaan personal atau individu, norma dan tata kelakuan masyarakat membuat suatu proses komunikasi. Dalam melaksanakan siklus kehidupan tersebut, terdapat tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Pontianak, seperti pada prosesi tradisi perkawinan, ketika seorang wanita hamil dan melahirkan, pada masa itu diberlakukan pantang larang bagi calon pengantin, calon ibu dan ayah. Tetapi tidak semua tradisi yang ada dalam masyarakat Melayu Pontianak diberlakukan pantang larang. Dari hasil pengamatan peneliti tradisi pantang larang pada masyarakat Melayu Pontianak dalam masa perkawinan, masa kehamilan dan kelahiran sangat sarat dengan pantang larang pada nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Pantang Larang dalam Prosesi Perkawinan Masyarakat Melayu Pontianak bila sudah ditetapkan hari perkawinan berarti pantang larang juga juga dibuat untuk calon pengantin. Apa yang telah ditetapkan harus diikuti oleh calon pengantin untuk kebaikan mereka. Pantang larang bukanlah menjadi kewajiban tetapi sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Melayu khususnya Melayu Pontianak. Pesan pantang larang perkawinan selalu ada pada prosesi tradisi perkawinan, di mana setiap prosesi perkawinan yang dilaksanakan akan terdapat pantang larang bagi calon pengantin untuk mempermudah menjalani proses awal perkawinan sampai selesai menjalani prosesi perkawinan. Pantang larang yang dibuat untuk menjaga agar calon pengantin menjaga diri dari bahaya-bahaya sebelum mereka menikah. Adapun prosesi perkawinan yang didalamnya sarat dengan nilai-nilai budaya berupa pantang larang pada masyarakat Melayu Pontianak, seperti : 1. Meminang Meminang pada masyarakat Melayu Pontianak, lazimnya dilakukan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan, apakah pinangnya ditolak atau diterima. Kalau ditolak biasanya dilakukan secara halus agar pihak laki-laki tidak tersinggung, kalau diterima maka persiapan alat-alat dan kelengkapan untuk meminang, baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang dipinang, berupa :

4 55 1) Pembicaraan waktu yang telah disepakati untuk acara peminangan tersebut, berapa orang yang akan datang dari pihak laki-laki, agar pihak perempuan dapat melakukan persiapan. 2) Tempat sirih lengkap dengan isinya seperti sirih, pinang, kapur, gambir serta tembakau. 3) Kesepakatan dua belah pihak mengenai antar tanda. 4) Menetapkan hari akad nikah dan hari pesta perkawinan (resepsi). Setelah acara meminang selesai, pantang larang kepada kedua calon pengantin diharapkan dapat menjaga diri masing-masing agar jangan sampai terpikat dengan gadis atau perjaka lain, karena jika hal ini terjadi akan memalukan kedua belah pihak calon pengantin. Selain itu pantang larang ini dibuat agar calon pengantin lebih memaknai nilai-nilai agama Islam sebelum menjadi suami istri. Prosesi perkawinan pada acara meminang yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Pontianak karena menjalankan tradisi sesuai syariat Islam sehingga terjadi keterhubungan antara agama dan tradisi dalam budaya masyarakat. 2. Berinai Berinai atau berpacar dalam bahasa Melayu Pontianak adalah memasang inai yang sudah digiling halus dan lumat pada kuku jari tangan dan kuku kaki serta telapak tangan, kaki dan tumit. Dalam tradisi Melayu Pontianak berinai termasuk rangkaian prosesi perkawinan. Berinai biasanya di mulai empat hari sebelum upacara pernikahan, berinai dilakukan baik oleh calon pengantin laki-laki maupun calon pengantin perempuan. Acara ini dilakukan bersamaan walaupun terpisah di rumah masingmasing. Berinai ini dimaksudkan agar menolak bala, supaya tubuh dan wajah calon pengantin tampak bercahaya, cantik dan menarik sebagai lambang siap meninggalkan hidup membujang untuk berumah tangga. Menginai ibu jari dimaksudkan agar sifat egois dan merasa hebat sendiri dapat dijauhi. Menginai jari telunjuk dimaksudkan agar jangan hanya suka memerintah saja, tetapi dapat membuktikan dalam kelakuannya. Menginai jari tengah agar dapat menghilangkan rasa takut karena salah dan berani karena benar. Menginai jari manis agar terbiasa berbuat yang baik-baik saja. Menginai jari

5 56 kelingking dimaksudkan agar dalam diri muncul rasa kebersamaan dan tolong menolong. Berinai dilakukan karena tradisi ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Melayu Pontianak bila akan melangsungkan perkawinan, berinai dilakukan sebagai petanda bahwa mereka telah menikah. 3. Berbedak Berbedak atau luluran di masyrakat Melayu Pontianak wajib dilakukan oleh calon pengantin, khususnya pengantin perempuan. Berbedak dimaksudkan agar membersihkan badan dari kotoran dan agar badan calon pengantin wangi. Berbedak biasanya dilakukan seminggu sebelum acara akad nikah. Pantang larang kalau sudah berbedak tidak boleh lagi keluar rumah bagi calon pengantin. Pantang larang ini di buat agar calon pengantin dapat menjaga tubuhnya dengan tidak boleh lagi melihat cermin karena akan hilang cahaya wajah dan tidak boleh memakai emas. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang generasi tua masyarakat Melayu Pontianak, ibu Jamilah, yaitu : Pantang misalnye kite nak kawen, kalo nak jatohkan bebedak tu tak boleh bekace, ilang cahaye muke, kedua tak boleh makai emas, kalo pakai mas tu cahaye tak ade, ketige barulah kite jatohkan bedak, udah jatohkan bedak, setelah bebedak kite pon betanggas Pantang larang ini sudah belangsung lama, sehingga bila tidak dilakukan maka dalam menjalani proses perkawinan tidak lengkap. Berbedak ini juga masih sering dilakukan oleh generasi muda sekarang pada waktu mereka menikah, sebagaimana mana yang dikatakan oleh Ibu Salma, yaitu Dulok waktu saye kawen, saye juga disuroh bebedak karne kate orang tue saye dengan bebedak,badan kita akan wangi, orang yang nak kawen tuh harus wangi, selain itu bebedak udah menjadi kewajiban kalo orang mau kawen Dari hasil pengamatan peneliti pada salah satu calon pengantin pada masyarakat Melayu Pontianak, bila berbedak ini sudah dilakukan khsususnya pada calon pengantin perempuan, maka pantang larang yang diberlakukan yaitu calon pengantin tidak boleh lagi keluar rumah, karena calon pengantin sudah harus masuk dalam masa di pinggit.

6 57 Bebedak merupakan tradisi yang sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Melayu Pontianak dalam melaksanakan perkawinana. Bebedak sudah dilakukan oleh orang tua-tua dahulu sebagai suatu tradisi yang wajib dilakukan sebelum melakukan pernikahan. Pada saat ini, tradisi bebedak juga masih tetap dilakukan oleh generasi muda tapi tidak dilakukan selama satu bulan seperti orang tua dahulu, mereka hanya melakukan paling lama satu minggu saja sebagai syarat dalam prosesi perkawinan pada masyarakat Melayu Pontianak. 4. Betangas Betangas yang dilakukan oleh calon pengantin untuk membersihkan badan atau mengeluarkan keringat agar badan menjadi wangi menjelang perkawianan. Betangas umumnya dilakukan oleh pihak calon pengantin perempuan, tetapi biasanya juga dilakukan oleh calon pengantin laki-laki. Bahan-bahan atau peralatan yang digunakan untuk betangas pertama kali yang harus disiapkan adalah paku, keminting, pucuk lidik, danti, kesuri, pala sari dan daun-daun wewangian, dimasukkan dalam periuk atau belangga yang ditutup dengan daun pisang kemudian direbus sampai mendidih. Selanjutnya calon pengantin dimasuk dalam gulungan tikar pandan yang ditutup rapat dengan menggunakan kain, kemudian menusuk periuk tersebut secara perlahan hingga menguarkan aroma yang wangi. Bagi calon pengantin yang sudah melakukan berbedak dan betangas maka pantang larang untuk keluar rumah, dikhawatirkan akan terjadi apa-apa pada calon pengantin karena aroma pengantin yang sudah wangi. Sebagaimana yang dikatakan oleh dukun kampung, ibu Syarifah Rohani, yaitu : Kalo calon penganten udah betangas, calon penganten tak boleh agik keluar rumah,karne penganten udah wangi, selaen itu kalo pun udah betangas calon penganten tak boleh mandi dengan sabun, ditakutkan wangi tangas akan ilang, jadi mandi dengan bersehkan gitu jak, dulok ade orang yang melanggar itu, mandi dengan sabun tibe-tibe badannye jadi biru-biru lebam Betangas ini dilakukan selama tiga hari sampai empat hari sebelum perkawinan. Bagi masyarakat Melayu Pontianak, baik generasi tua dan generasi muda betangas wajib dilakukan sebelum perkawinan karena tradisi ini sudah berlangsung dari zaman dahulu.

7 58 5. Makan-makan Tradisi makan-makan dilakukan sebelum akad nikah bagi calon pengantin, dimaksudkan untuk mempermudah menjalin rumah tangga, atau sebagian menganggap ini merupakan nafkah atau makanan terakhir yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Tradisi makan-makan yang harus disiapkan, yaitu : a. Empat jenis pulut atau ketan. b. Ayam panggang. c. Nasi kuning. d. Pisang berangan. e. Telur ayam kampung yang diatasnya dikasih emas. f. Air putih. g. Lilin merah dan lilin kuning. h. Beras kuning. i. Berteh. j. Minyak bau. k. Kelapa. l. Benang. Makanan ini ditelakkan di atas pahar. Sebelum acara makan-makan dimulai diadakan dulu pembacaan Do a Selamat dan Do a Tolak Bala oleh tokoh Agama. Dalam tradisi makan-makan, empat jenis pulut mempunyai arti atau makna, yaitu: a. Pulut atau ketan berwarna kuning melambangkan keturunan Melayu. b. Pulut warna merah dimaksudkan penghormatan terhadap orang-orang tua dahulu. c. Pulut warna putih dimaksudkan bersih. d. Pulut warna hitam dimaksudkan keras hati. Empat warna pada ketan ini juga melambangkan empat elemen dalam kehidupan. Merah dilambangkan merupakan unsur api, kuning dilambangkan merupakan unsur udara, hitam dilambangkan merupakan unsur tanah atau bumi, putih dilambangkan merupakan unsur air. Waktu pertama yang diambil oleh calon pengantin untuk dimakan melambangkan sifat dari calon pengantin tersebut.

8 59 Pantang larang untuk makan-makan dilakukan agar calon pengantin terhindar dari berbagai macam bahaya sebelum dan sesudah perkawinan. Makanini dilakukan oleh dukun atau bahasa Melayu Pontianak dikatakan tukang beri makan-makan. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang dukun yang memberi makan-makan bagi calon pengantin, yaitu : Kalo tak dibawa tu, pantangnye yang udah didapat tu, kite pasti dapat anok ye, balak, biase pantangannye kalo tak dilaksanakan nampak dalam kite nak kawen, macam-macam terjadi tu, ade lah entah ape-apelah dirumah, cekcok-cekcok lah di rumah, ntah dari penganten lah, ntah ape-apelah, pasti tu, makenye harus dibuat biar sikit, adat tu harus dibawa Tradisi makan-makan ini bagi calon pengantin wajib bagi yang mau melakukan tradisi Melayu. Dalam pelaksanaan tradisi makan-makan, calon pengantin harus duduk di atas tujuh macam kain, salah satunya adalah kain kuning. Kain kuning ini melambangkan atau simbol bagi orang Melayu. Pahar untuk sajian makan-makan juga di alaskan dengan kain kuning. Tradisi makan-makan tidak semua dilakukan oleh masyarakat Melayu Pontianak karena tergantung kepada orang tua masing-masing. Bila orang tua masih memegang kuat tradisi makan-makan, maka wajib dilakukan oleh setiap keturunannya tetapi bila orang tua sudah tidak lagi memegang kuat tradisi ini maka tidak dilakukan. Bagi generasi tua tradisi makan-makan dilakukan sebagai tradisi untuk menghormati nenek moyang mereka karena bila tidak dilakukan makan-makan maka calon pengantin akan mengalami berbagai macam permasalahan dalam menjalani hidup berumah tangga tetapi bagi generasi muda tradisi makan-makan sebagai sebuah tradisi dalam menjalani prosesi perkawinan saja dan mereka menganggap sebagai pemberian makan terakhir dari orang tua kepada anaknya. 6. Penikahan Setelah tiba pada hari yang telah ditetapkan, diadakan acara akah nikah. Rombongan calon pengantin laki-laki ke rumah calon pengantin perempuan dengan membawa perlengkapan baik menurut syariat maupun adat yaitu berupa mahar (mas kawin) yang telah disepakati. Upacara akad nikah biasanya diawali

9 60 dengan penyambutan calon pengantin laki-laki dengan pembacaan Maulid dan Sholawat Nabi. Penyambutan calon pengantin ditandai dengan penaburan beras kuning oleh nenek atau seorang perempuan yang dianggap tua dari calon pengantin perempuan, selanjutnya dilakukan ijab kabul. Setelah selesai proses ijab kabul, undangan dan rombongan pihak laki-laki pulang setelah makan, dilanjuti dengan undangan untuk para perempuan. Undangan kepada perempuan akan dilakukan proses upacara jamu besan, dalam rangkaian jamu besan ini biasanya masyarakat Melayu Pontianak akan memperlihatkan hantaran dari pihak laki-laki dan diteruskan dengan upacara cucur air mawar. Kegiatan cucur air mawar ini diawali dengan tepung tawar kepada kedua mempelai kemudian baru mencucurkan air mawar ke telapak tangan kedua mempelai, cucur air mawar ini dilakukan oleh tujuh orang dari pihak laki-laki dahulu baru tujuh orang dari pihak perempuan. 7. Mandi-mandi Mandi-mandi dilaksanakan setelah selesai semua prosesi perkawinan. Mandi-mandi dilaksanakan waktu siang, upacara ini dengan menyandingkan kedua mempelai, mereka didudukan di atas kursi di tempat terbuka, misalnya di teras rumah atau halaman rumah. Pelaksanaan ini dilaksanakan di tempat pengantin perempuan dan tidak mengundang orang lain kecuali kerabat dekat atau sanak famili yang membantu pada upacara perkawinan. Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam mandi-mandi, yaitu : a. Cermin b. Benang c. Lilin d. Satu buah telur e. Air tujuh bunga f. Rangkaian bunga yang dibuat pakai daun kelapa Kedua mempelai yang telah duduk lalu dilakukan proses tepung tawar oleh orang-orang yang telah diminta sebelumnya, orang-orang yang akan memandikan kedua mempelai berjumlah ganjil, bisa tiga orang atau tujuh orang. Setelah tepung tawar, lalu kedua mempelai melaksanakan mandi-mandi, setelah

10 61 mandi kedua mempelai disuruh berdiri, kemudian dilingkarkan benang dan disuruh melangkah sebanyak tiga kali, setelah itu cermin kecil bersama lilin yang dibuat dipasangkan api, kemudian diputar kepada kedua mempelai sebanyak tiga kali, lalu pada putaran ketiga berlomba untuk meniup lilin. Proses yang terakhir kedua mempelai harus menginjak telur yang telah disiapkan secara bersama-sama. Makna dalam rangkaian terakhir pada waktu meniup lilin dan memecahkan telur, diyakini akan lebih kerasnya dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Setelah melaksanakan berbagai macam prosesi upacara perkawinan yang didalamnya terdapat pantang larang, maka upacara mandi-mandi menjadi upacara yang terakhir bagi calon pengantin setelah itu pantang larang sudah tidak ada lagi, karena mereka sudah masuk dalam kehidupan yang baru yaitu kehidupan berumah tangga. 8. Pantang Larang Lain dalam Perkawinan Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Melayu Pontianak dan pengamatan peneliti, maka ada beberapa tradisi pantang larang yang harus dilakukan oleh calon pengantin selain pantang larang pada prosesi perkawinan diatas, berupa : 1) Calon pengantin tidak boleh memakai emas atau perhiasan agar tidak hilang cahaya wajah pada waktu melaksanakan perkawinan. Pesan ini dimaksukan pada saat melaksanakan akad nikah atau pesta perkawinan calon pengantin harus kelihatan bercahaya wajahnya agar indah dipandang oleh orang atau tamu, terutama bagi calon pengantin laki-laki. Pantang larang ini masih dilakukan oleh calon pengantin pada masyarakat Melayu Pontianak. 2) Calon pengantin tidak boleh memandang cermin ketika berhias dan setelah berhias oleh juru rias pengantin karena dikhawatirkan akan hilang cahaya wajah waktu melaksanakan perkawinan. Bagi masyarakat Melayu Pontianak tradisi berhias yang dilakukan oleh juru hias merupakan adat yang wajib dilakukan, bila calon pengantin sudah berhias sampai waktu akad nikah tidak boleh melihat cermin, karena wajah calon pengantin sudah berubah. Makna pesan ini agar pengantin tidak terkejut melihat perubahan bentuk wajahnya yang telah di rias oleh juru rias, pelaksanaan berhias pengantin ini biasanya

11 62 dilakukan tiga atau dua hari sebelum akad nikah. Tradisi berhias bagi calon perempuan dilengkapi dengan bahan-bahan sebagai syarat untuk berias, yaitu : a. Satu kilogram padi atau berteh dalam bahasa Melayu Pontianak b. Satu bungkus garam c. Satu buah gula merah d. Satu buah lilin kuning e. Satu buah kelapa f. Satu bungkus asam Jawa g. Satu meter kain putih h. Satu sisir pisang i. Empat jenis kue-kue khas Melayu Pontianak Bahan-bahan ini mengandung makna untuk memberikan keindahan kepada calon pengantin sehingga para tamu akan senang melihat pengantin. Adapun bahan-bahan sebagai syarat tersebut bila telah selesai proses upacaranya akan diserahkan kepada juru rias pengantin. Tradisi pantang larang ini pada masyarakat Melayu Pontianak ada yang masih melaksanakan dan ada juga yang tidak lagi, biasanya pantang larang ini terngantung pada juru rias pengantin yang masih memakai tradisi ini atau tidak. 3) Calon pengantin tidak boleh makan makanan sembarangan, seperti nanas, pepaya agar tubuh dalam kondisi baik menjelang perkawinan. Pantang larang tidak boleh makan sembarang bagi calon pengantin mempunyai pesan agar pengantin selalu dalam kondisi sehat sampai menjelang perkawinan, bagi masyarakat Melayu Pontianak biasanya makanan calon pengantin dibuatkan khusus oleh orang tuanya. 4) Hindarkan terkena cahaya matahari karena dikhawatirkan hitam dan tidak bercahaya pada saat perkawianan. Pantang larang ini bermakna pesan kalau pengantin yang sudah di pinggit oleh orang tua jangan keluar rumah sampai terkena sinar matahari, karena calon pengantin sudah melaksanakan serangkaian prosesi pada perkawinan seperti berbedak, bertangas dimana badan calon pengantin sudah wangi sehingga dikhawatirkan akan hilang aura seorang pengantin.

12 63 5) Perbanyak minum jamu agar pengantin dalam kondisi kuat. Dalam tradisi masyarakat Melayu Pontianak sebelum upacara perkawinan, calon pengantin akan dibuatkan jamu khusus yang namanya jamu pengantin oleh orang tuatua, diharapkan calon pengantin dalam kondisi sehat dan kuat tubuhnya menjelang perkawinan. 6) Pantang larang untuk tidak keluar rumah ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ini juga menjaga nama baik keluarga. Pantang larang ini bagi calon pengantin sudah diberlakukan oleh orang tua zaman dahulu karena ditakutkan akan terjadi kecelakaan atau niat orang yang kurang baik terhadap calon pengantin. Sebagaimana yang diceritakan oleh salah seorang masyarakat Melayu Pontianak dalam bahasa Melayu, yaitu : Dulok-dulok tu maseh kuat pantangan, orang pengenten tak boleh turon, baru-baru pengenten gitu jak karne maseh wangi, takot di anok orang, takot ade buaya kate cakap orang dulok-dulok, karne kamek yakin, kemek ikot jak ape kate orang tue-tue. Saat ini pantang larang untuk tidak keluar rumah bagi calon pengantin sudah tidak belangsung lama, biasanya calon pengantin tidak boleh keluar rumah selama sepuluh hari atau tujuh hari saja. Tetapi pantang larang ini tetap dilakukan pada masyarakat Melayu Pontianak. 7) Perbanyak baca Al-Qur an untuk menghindarkan gangguan syetan, senantiasa selalu menginnggat Allah. 8) Calon Pengantin selalu berbicara yang baik-baik. 9) Jangan makan atau minum seperti sayur bersifat sejuk seperti kangkung, bayam, ketimun, jambu batu dan air kelapa agar wajah tampak segar. 10) Melemparkan baju di atas bumbung atau atap rumah tanpa diketahui oleh orang dimaksudkan mengelakkan hujan turun ketika pesta akan berlangsung. 11) Sebelum menjadi pengantin, tempat tidur antaran tidak boleh tiduri oleh calon pengantin karena tidak baik. Seperti yang diceritakan oleh salah seorang generasi muda yang melaksanakan pantang larang pada waktu perkawinan, Ibu Alawiyah, yaitu : Proses pra nikah yang diberitahukan oleh orang tua saya, pada saat pra nikah biasanya karna saya dari pihak calon mempelai perempuan, penganten perempuan itu dilarang keluar rumah, ye minimal tujuh hari, kalo dulu mungkin sebulan, di pinggit

13 64 istilahnye. Tak boleh keluar kemane-mane, tapi sekarang karne tak mungkin lagi berlaku sebulan, minimal tujuh hari jak, kite dilarang keluar, kemudian penganten perempuan tu selama proses sebelum dia ada acaranye berias, dilarang melihat cermin dikhawatirkan auranya akan hilang, kemudian penganten perempuan juga dilarang makan-makanan laut, terus pengenten perempuan juga tak boleh tidur ditempat tidur atau ranjang yang menjadi hantaran dari pihak laki-laki, kemudian penganten perempuan juga tidak boleh terlalu sering kena sinar matahari atau angina sehingga kamar tu dibuat tertutup mungkin gitu Pantang larang pada perkawinan bagi masyarakat Melayu Pontianak merupakan tradisi yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang jumlah cukup banyak. Mereka percaya dengan mematuhi pantang larang itu, berarti mereka sudah menanamkan nilai-nilai budaya dan norma sosial masyarakat kepada anaknya. Tradisi pantang larang masyarakat Melayu Pontianak yang merupakan sistem nilai budaya yang ada sejak lama dari generasi ke generasi. Didalam fungsinya sebagai pedoman kelakuan dan tata kelakuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya. Unsur budaya pada pantang larang prosesi perkawinan masyarakat Melayu Pontianak dapat dilihat melalui pola sikap, pola kelakuan dan pola sarana. Pola sikap merupakan wujud idiil dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat dari penerimaan masyarakat Melayu Pontianak baik itu generasi tua dan generasi muda terhadap tradisi pantang larang. Pola kelakuan dan bertindak dalam kegiatan bermasyarakat merupakan wujud kelakuan dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat dari pelaksanaan masyarakat Melayu Pontianak baik itu generasi tua dan generasi muda terhadap tradisi pantang larang. Sedangkan pola sarana atau kebendaan merupakan wujud fisik dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat pada penggunaan bahan-bahan atau peralatan pada tradisi pantang larang di masyarakat Melayu Pontianak. Pola Bersikap Pola sikap merupakan wujud idiil dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat dari penerimaan masyarakat Melayu Pontianak baik itu generasi tua dan generasi muda terhadap pantang larang.

14 65 Pantang larang calon pengantin tidak boleh keluar rumah apabila telah melaksanakan serangkaian prosesi perkawinan, berupa berinai, berbedak, betangas, dan makan-makan serta pantang larang lain pada perkawinan ini ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pantang larangan ini muncul karena untuk menjaga nama baik keluarga. Pantang larang untuk tidak keluar rumah bagi calon pengantin sudah diberlakukan oleh orang tua zaman dahulu karena ditakutkan akan terjadi kecelakaan atau niat orang yang kurang baik terhadap calon pengantin. Perubahan pola sikap pada masa lalu dimana pantang larang untuk tidak keluar rumah selama satu bulan menjadi suatu yang harus ditaati karena sudah menjadi tradisi orang tua dahulu sehingga pantang larang ini menjadi suatu kewajiban buat mereka untuk dilaksanakan. Masa kini pantang larang bagi calon pengantin untuk tidak keluar selama satu bulan sudah tidak lagi menjadi kewajiban buat generasi muda karena bagi mereka banyak hal yang harus mereka lakukan dalam menjelang perkawinan. Pantang larang calon pengantin tidak boleh makan makanan sembarangan, seperti nanas, pepaya agar tubuh dalam kondisi baik menjelang perkawinan. Pantang larang tidak boleh makan sembarang bagi calon pengantin mempunyai makna pesan agar pengantin selalu dalam kondisi sehat sampai menjelang perkawinan. Pada masa dahulu pantang larang ini dibuat oleh orang-orang tua karena calon pengantin harus menjaga dirinya agar tidak sakit pada saat hari pernikahan mereka. Pola sikap pada masa dahulu tidak membolehkan calon pengantin makan makanan yang sembarangan karena mereka menganggap penting untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam melaksanakan pesta perkawinan. Masa dahulu prosesi menjelang perkawinan dilakukan selama satu minggu secara penuh oleh calon pengantin sehingga mereka tubuh calon pengantin harus sehat jasmani, makanan calon pengantin dibuatkan khusus oleh orang tua mereka selama dua minggu menjelang perkawinan. Pada masa kini sikap calon pengantin untuk tidak makan makanan sembarangan hanya dilakukan pada waktu menjelang hari pernikahan saja. Masa kini, generasi muda lebih memilih makanan yang praktis-praktis saja buat mereka, begitu juga makanan yang mereka makan menjelang perkawinan,

15 66 walaupun begitu untuk tidak makan makanan sembarangan masih selalu diingatkan oleh orang tua mereka. Pantang larang bagi calon pengantin untuk menghindari terkena cahaya matahari karena dikhawatirkan hitam dan tidak bercahaya pada saat perkawianan. Pantang larang ini bermakna pesan kalau pengantin yang sudah di pinggit oleh orang tua jangan keluar rumah sampai terkena sinar matahari, karena calon pengantin sudah melaksanakan serangkaian prosesi dalam perkawinan sehingga dikhawatirkan akan hilang aura seorang pengantin. Pada masa dahulu pola sikap mereka untuk tidak keluar rumah karena serangkaian prosesi yang telah dilakukan oleh calon pengantin, calon pengantin sudah tidak boleh lagi terkana sinar matahari sampai didalam kamar tidur pun tidak boleh terkena sinar matahari. Adanya kepercayaan akan hilangnya cahaya pada wajah bila terkena matahari membuat calon pengantin pada masa dahulu menjaga dirinya secara hati-hati. Pada masa kini pola sikap generasi muda untuk tidak menghindari terkena cahaya matahari hanya pada saat-saat menjelang hari pernikahan saja. Adanya perubahan pola sikap dari masa dahulu dan masa sekarang diatas memberikan perubahan terhadap pola kelakuan masyarakat Melayu Pontianak dalam menjalankan tradisi pantang larang. Pola Kelakuan Pola kelakuan dan bertindak dalam kegiatan bermasyarakat merupakan wujud kelakuan dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat dari pelaksanaan masyarakat Melayu Pontianak baik itu generasi tua dan generasi muda terhadap tradisi pantang larang. Segala aktivitas tradisi pantang larang sampai saat ini tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Pontianak. Tradisi yang masih tetap dilakukan dari dahulu sampai sekarang pada tradisi makan-makan, betanggas dan mandi-mandi. Tradisi ini dilakukan pada saat prosesi menjelang perkawinan. Apabila telah dilakukan berbagai macam kegiatan prosesi perkawinan maka setiap pantang larang juga mempengaruhi pola kelakuan masyarakat Melayu Pontianak. Pola kelakuan pada masa dahulu pada pantang larang untuk tidak keluar rumah selama satu bulan dilakukan dengan mengikuti apa yang diajarkan oleh

16 67 orang tua mereka, sedangkan masa kini pola kelakuan tersebut dilakukan dalam waktu yang singkat yaitu dalam masa satu minggu saja karena mereka juga harus membantu dalam melaksanakan perkawinan mereka, misalnya harus menyebarkan undangan sendiri dan kelengkapan-kelengkapan lain. Perubahan pola kelakuan pada masa dahulu untuk menjalani pantang larang tidak makan sembarangan menjelang perkawinan karena menjadi suatu keyakinan bagi mereka sehingga harus dilakukan oleh mereka secara penuh, sedangkan pada masa kini pola kelakuan generasi muda tidak makan sembarangan menjelang perkawinan tidak begitu penting, karena kesibukan yang banyak dalam menjelang perkawinan membuat mereka hanya ingin makan yang praktis atau mudah dilakukan. Pada masa dahulu kelakuan calon pengantin untuk tidak keluar rumah agar tidak terkena cahaya matahari dalam melaksanakan pantang larang didukung oleh orang tua mereka, sehingga mereka melaksanakan pantang larang secara hati-hati. Pada masa kini adanya kesibukan calon pengantin maka tindakan atau kelakuan generasi muda untuk tidak terkena cahaya matahari sangat susah dilakukan karena banyak kesibukan dalam menjalankan aktivitas dalam menjelang perkawinan, sehingga pantang larang tidak sepenuhnya dilakukan, mereka melakukan pantang larang ini semampu mereka saja, buat generasi muda pelaksanaan berbagai macam tradisi masih bisa dilakukan walaupun tidak sepenuhnya seperti generasi dahulu. Terjadinya perubahan pola sikap dan kelakuan pada masyarakat Melayu Pontianak juga mempengaruhi terhadap pola sarana (wujud fisik), yaitu pendukung dalam menjalankan pantang larang. Pola Sarana Pola sarana atau kebendaan merupakan wujud fisik dari kebudayaan, pada penelitian ini dapat dilihat pada penggunaan bahan-bahan atau peralatan pada pantang larang di masyarakat Melayu Pontianak. Pantang larang ini bagi masyarakat Melayu Pontianak mempunyai pola sikap yang berbeda setiap generasi. Adanya pola sikap untuk melaksanakan pantang larang memberikan pengaruh terhadap pola tindakan atau kelakuan bagi calon pengantin. Pola sikap dan pola kelakuan yang berbeda pada setiap generasi

17 68 mempengaruhi terhadap pola sarana dalam melaksanakan tradisi pantang larang perkawinan. Sarana atau peralatan yang digunakan pada prosesi perkawinan, dapat dilihat pada alat-alat yang dipersiapkan untuk melakukan prosesi betangas, bebedak dan makan-makan. Pada berbagai macam prosesi perkawinan peralatan atau bahan-bahan yang digunakan berupa : 1. Belangga atau panci yang berisi paku, kemiting, pucuk lidik, danti, kesuri, pala sari dan daun-daun wewangian. Peralatan dan bahan-bahan ini digunakan untuk melaksanakan prosesi betangas pada masyarakat Melayu Pontianak. Masa dahulu persiapan pada peralatan atau bahan-bahan ini telah disiapkan oleh orang tua atau keluarga calon pengantin sehingga betangas bisa dilakukan dalam waktu seminggu. Pada masa kini untuk mempersiapkan hari pernikahan calon pengantin juga ikut membantu dalam menyiapkan peralatan-peralatan sehingga untuk betangas calon pengantin membeli atau minta dibuatkan oleh orang lain sehingga betangas hanya dilakukan tiga hari atau dua hari menjelang perkawinan. 2. Pahar. Peralatan ini pada prosesi makan-makan pada masyarakat Melayu Pontianak. Pahar merupakan tempat untuk meletakkan berbagai sajian untuk makan-makan. Pada masa kini pelaksanaan makan-makan terngantung kepada orang tua masing-masing. Bila orang tua yang masih kuat memegang adat maka anak yang akan melangsungkan pernikahan harus tetap melaksanakan prosesi makan-makan, karena mereka takut akan terjadi bala atau sanksi bila tidak melakukan prosesi makan-makan. 3. Kain kuning. Pada prosesi perkawinan masyarakat Melayu Pontianak, kain kuning harus selalu ada. Kain kuning merupakan simbol masyarakat Melayu Pontianak, kain kuning digunakan dalam berbagai prosesi perkawinan. Pola sarana ini pada generasi muda sekarang masih digunakan sebagai petanda tetap melaksanakan nilai-nilai budaya pada masyarakat Melayu Pontianak. 4. Berias bagi calon perempuan yang harus dilengkapi dengan bahan-bahan atau peralatan sebagai pola sarana harus memenuhi syarat, yaitu: satu kilogram padi atau berteh, satu bungkus garam, satu buah gula merah, satu buah lilin kuning, satu buah kelapa, satu bungkus asam Jawa, satu meter kain putih, satu

18 69 sisir pisang, empat jenis kue-kue khas Melayu Pontianak. Adapun bahanbahan atau peralatan tersebut bila telah selesai proses berias akan diserahkan kepada juru rias pengantin. Tradisi pantang larang ini pada generasi muda masyarakat Melayu Pontianak ada yang masih tetap melaksanakan dan ada juga yang tidak lagi, biasanya pantang larang ini terngantung pada juru rias pengantin yang masih memakai atau tidak. Pantang Larang Pada Kehamilan Bagi masyarakat Melayu Pontianak pentingnya nilai-nilai budaya, berbagai cara dan upaya dilakukan untuk menanamkannya kepada anak sejak dini. Upaya itu bahkan sudah dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya. Berbagai pantang larang, upacara dan lambang-lambangnya memberi petunjuk adanya upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada anak. Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Melayu Pontianak, pada masa selama kehamilan calon ibu diberikan pantang larang karena kalau tidak akan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik, bukan saja terhadap dirinya sendiri, tetapi dapat pula mempengaruhi kesehatan anaknya. Pantang larang kehamilan itu antara lain : 1. Dilarang berbicara yang kurang baik, mencaci, membuat fitnah, mengumpat, berbicara seenaknya tanpa memikirkan akibatnya apa orang tersakiti atau tidak. Apabila seorang ibu tidak dapat menahan pantangan ini, maka diyakini anak yang dikandungnya itu kelak akan bersifat seperti ibunya pula, bahkan mungkin lebih parah lagi. Oleh karena itu, seorang calon ibu dituntut untuk menjaga mulutnya, bersifat sabar dan lapang dada. Sifat-sifat ini akan melekat ke dalam jiwa anak yang dikandungnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang masyarakat Melayu Pontianak, ibu Jamilah, yaitu : Dulok-dulok waktu ibu hamil, kate orang tue dilarang ngomong yang jelek-jelek, menghine orang apalagi mencaci orang, karne kate orang tue takot anak yang dikandung akan same sifatnye dengan orang yang kite omongkan, pantangan ini juga ibu kasih tau same anak ibu yang lagi hamil, karna takot juga hal yang burok terjadi, dulok kalo pantangan ini harus benar-benar di kerjekan,karne kite ikot ape kate orang tue jak.

19 70 Pantang larang ini bagi masyarakat Melayu Pontianak masih kuat dilakukan, apalagi pada awal-awal kehamilan, seorang ibu harus menjaga kehamilannya dengan baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh generasi muda masyarakat Melayu Pontianak, Ibu Salma, yaitu : Saye dikasih tau same orang tue, kalo hamil jangan nak ngomong yang macam-macam, takot anak yang ade dalam perot kena imbasnye, saye percaya dan yakin apa yang dikatekan oleh orang tue saye, karne kalo diliat sekarang banyak hal-hal yang aneh, jadi mulot emang harus dijage waktu hamil, buat amannye jak Pantang larang ini mengajarkan seorang ibu menjadi seorang yang sabar dalam mendidik anak pada dimulai pada masa kehamilan. 2. Dilarang menyapu rumah sangkut-sangkut, dikhawatirkan tersangkut tali tembuni bayi dalam perut. Pantangan ini sangat diyakini oleh calon ibu karena kalau menyapu rumah tidak bersih ditakutkan anak dalam kandungan akan tersangkut pula tali tembuni anaknya. Sebagaimana mana yang dikatakan oleh Ibu Alawiyah, yaitu : Kite kalo nyapu ndak boleh setengah-setengah atau sangkutsangkut, takot tali tembuni akan melilit bayi Pantang larang ini bagi ibu hamil masih diyakini, oleh sebab itu bagi seorang ibu pada masyarakat Melayu Pontianak kalau sedang menyapu rumah harus sebersih mungkin. 3. Pantang larang melilit kain ditakutkan bayi terlilit tali tembuni. Pantang larang ini bagi masyarakat Melayu Pontianak menjadi hal yang paling diingat oleh calon ibu, bagaimana pun keadaannya. Diharapkan calon ibu mempunyai sifat yang waspada dan hati-hati dalam bertingkah laku sehari-hari. 4. Dilarang menganiaya dan membunuh binatang ditakutkan anak akan mengalami kecacatan anggota badannya. Pantang ini sangat berlaku bagi masyarakat Melayu Pontianak baik oleh istri atau suami pun yang akan menjadi ayah dan ibu, ketakutan mereka dikarenakan bisanya hal itu akan terjadi kepada anaknya. Oleh karena itu, perilaku seorang suami dan istri harus sangat dijaga pada waktu istri hamil. Sebagaimana yang diceritakan oleh salah seorang Ustadz di Pontianak, yaitu : Aturan orang dulok-dulok tu yang berkaitan dengan agama, dapat diterima yang tadak ade tadak diterima, seperti orang dulok-dulok

20 71 memantangkan orang hamil tu jangan bunuh-bunuh binatang, jangan metak-metak ikan, nanti die ngiman, ngiman tu artinye same dengan anak yang dihamilkan itu. Sebenarnye bukan ikan yang di tetak-tetak itu menyebabkan anak tu ngiman, sebenarnye perilaku dari suami istri, jangan macam-macam, jangan nak bertingkah. Calon ibu dituntut untuk bersikap pengasih dan penyayang, suka membantu dan memberi pertolongan. Sifat mulia ini juga akan mempengaruhi kepada anak yang dilahirkan. 5. Dilarang berbicara bohong. Pantangan ini berlaku bila sedang hamil suka berbohong, maka anak yang dikandungnya itupun kelak akan menjadi orang yang pembohong juga. Oleh sebab itu calon ibu dituntut memiliki sifat jujur, berkata benar, ikhlas dan penyabar. Sifat ini akan tertanam dan melekat pada jiwa anak yang dikandungnya itu. 6. Dilarang memaku, mengunci, menggali lubang dan duduk di atas tanah ditakutkan anak yang akan lahir akan mengalami cacat anggota tubuhnya. 7. Dilarang melihat gerhana bulan maupun matahari ditakutkan anak yang lahir akan cacat atau berkulit hitam. Ada ungkapan pada masyarakat Melayu Pontianak dikatakan : taat memegang pantang larang, yang pantang dibuang jauh, yang larang ditanam dalam, yang budi ditanam tumbuh, yang niat dihajat dapat, yang pintak turun ke anak. Sebaliknya seorang ibu yang tidak mengikuti pantang larang dianggap menyia-yiakan hidup anaknya. Bila kelak anaknya tidak menjadi orang, maka kegagalan itu pada dasarnya selalu dikaitkan dengan sikap orang tuanya yang melanggar pantang larang. Kesemua pantang larang mengandung makna bahwa seorang calon ibu yang sedang hamil mestilah menjadi orang yang selalu memelihara diri dari segala perbuatan yang tidak baik. Ada ungkapan orang Melayu terlanggar ke pantang larang, yang pantang menjadi hutang, yang larang membawa malang, yang hajat tak berkesampaian, yang niat tak terkabulkan. Masa pantang larang kehamilan pada masyarakat Melayu Pontianak, biasanya berlaku dari awal kehamilan sampai pada masa tujuh bulan kehamilan, karena bulan-bulan awal kehamilan sampai tujuh bulan dikatakan disitulah awal pembentukan manusia, terutama pada bulan keempat, roh seorang manusia

21 72 ditiupkan ke bayi. Biasanya setelah masa kehamilan mencapai tujuh bulan, masyarakat Melayu Pontianak mengadakan acara tujuh bulanan. Tradisi yang umum dilakukan adalah tradisi tujuh bulan, yang dalam bahasa Melayu disebut juga dengan upacara melenggang perut. Tradisi ini dilakukan setelah kandungan berusia tujuh bulan, terutama hamil pertama. Tradisi dilaksanakan dengan berbagai bentuk dan variasi, melibatkan hampir semua lapisan masyarakat sekitarnya. Tujuan yang mendasar dari upacara ini ialah untuk mendo akan keselamatan ibu dan anaknya, agar kelak dapat melahirkan dalam keadaan sehat dan sempurna. Melenggang perut atau disebut juga menggoyang-goyang perut dengan cara, calon ibu disuruh baring di kasur yang beralaskan kain sebanyak tujuh helai. Setelah itu dukun beranak menggoyang-goyang perut calon ibu sambil menarik selembar kain pengalas itu satu persatu sampai habis. Maksudnya menggoyanggoyang perut calon ibu ini ialah untuk mendudukkan keletakkan bayi dalam perut pada posisi yang benar, agar kelak akan mudah melahirkan. Adapun tujuh helai kain menandakan hamil pertama sudah tujuh bulan, dengan harapan juga tujuh hari setelah bayi lahir, tali pusarnya akan lepas. Selesai melenggang perut, dukun beranak mendudukkan calon ibu, kemudian memotong anak rambut, agar anak yang akan lahir kelak akan menyukai kebersihan dan kerapian. Upacara ditutup dengan menyampaikan pesan atau nasehat kepada calon ibu, dan diakhiri dengan pembacaan Do a Selamat dan Do a Tolak Bala. Pelaksanaan pantang larang pada kehamilan oleh masyarakat Melayu Pontianak oleh generasi tua dan generasi muda dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya. Unsur budaya pada pantang larang pada kehamilan masyarakat Melayu Pontianak dapat dilihat melalui pola sikap, pola kelakuan dan pola sarana. Pola Bersikap Pantang larang dalam masa kehamilan bagi masyarakat Melayu Pontianak merupakan pantang larang yang sangat diyakini. Pantang larang untuk berbicara yang kurang baik, mencaci, membuat fitnah, mengumpat, berbicara seenaknya tanpa memikirkan akibatnya apa orang tersakiti atau tidak, misalnya. Apabila seorang ibu tidak dapat menahan pantangan ini, maka diyakini anak yang dikandungnya itu kelak akan bersifat seperti ibunya pula, bahkan mungkin lebih

22 73 parah lagi. Oleh karena itu, seorang calon ibu dituntut untuk menjaga mulutnya, bersifat sabar dan lapang dada. Sifat-sifat ini akan melekat ke dalam jiwa anak yang dikandungnya. Sikap orang tua masa dahulu melihat pantang larang ini dibuat karena mereka takut akan terjadi hal buruk pada bayi mereka dan agar calon ibu dapat menjaga diri dan bayinya dalam hal yang kurang baik sehingga anaknya menjadi anak yang baik. Sikap orang tua masa dahulu menjalani pantang larang ini karena pantang larang ini telah ada dari zaman nenek moyang mereka, sehingga kelakuan orang tua dahulu untuk manjalani pantang larang tidak mencaci, membuat fitnah, mengumpat orang tua menjadi kepercayaan atau keyakinan buat mereka. Pada masa kini, sikap generasi muda memandang pantang larang untuk tidak mencaci, membuat fitnah, mengumpat orang lain juga masih diyakini karena mereka juga takut akan hal-hal yang kurang baik menimpa anaknya nanti. Pantang larang yang paling ditakuti masyarakat Melayu Pontianak pada masa kehamilan adalah menganiaya dan membunuh binatang karena ditakutkan anak akan mengalami kecacatan anggota badannya. Pantang larang ini sangat berlaku bagi istri atau suami yang akan menjadi ayah dan ibu, ketakutan mereka dikarenakan bisanya hal itu akan terjadi kepada anaknya. Adanya pantang larang untuk tidak membunuh atau menganiaya binatang karena sudah banyak kejadian yang lihat oleh masyarakat bila ada yang membunuh atau menganiaya binatang bila istri dalam keadaan hamil. Sikap orang tua masa dahulu percaya bahwa dengan membunuh atau menganiaya binatang maka anak yang akan lahir akan mengalami kecacatan bahkan mungkin sampai menyerupai binatang yang dibunuh tersebut. Sikap generasi tua juga mempengaruhi sikap generasi muda muda pada masyarakat Melayu Pontianak yang sedang hamil. Adanya pantang larang ini menjadikan generasi muda baik suami atau istri sangat menjaga diri mereka dari hal-hal yang tidak baik. Pola Kelakuan Pola sikap generasi tua mempengaruhi pola sikap generasi muda masyarakat Melayu Pontianak. Pola sikap generasi muda juga mempengaruhi pola kelakuan mereka dalam menjalani pantang larang masa kehamilan. Kelakuan

23 74 generasi muda dalam menjalani pantang larang masa kehamilan menjadi sesuatu yang sangat dijaga agar walaupun berbagai kesibukan calon ibu yang sedang bekerja. Kepercayaan akan pantang larang masa kehamilan baik generasi tua dan generasi muda maka perilaku seorang suami dan istri harus sangat dijaga pada waktu istri hamil. Kelakuan suami atau istri harus benar-benar dijaga bila istri sedang hamil, pada masa dahulu kelakuan seorang suami dan istri selalu diingatkan oleh orang tua untuk tidak berbuat macam-macam atau sampai membunuh binatang karena sanksi atau akibat akan didapat bila kelakuan mereka yang menyimpang terhadap anak yang akan lahir. Pada masa kini kelakuan generasi muda dalam menjaga kelakuan mereka sudah masih diingatkan oleh orang tua mereka, karena mayoritas masyarakat Melayu Pontianak setelah menikah menetap di rumah orang tua perempuan. Kelakuan calon suami dan istri dalam menjaga anak yang masih dikandungkan diikuti dengan banyak membaca Al-Qur an, jadi antara agama dan nilai-nilai budaya berjalan bersamaan, sehingga anak yang lahir diharapkan akan mempunyai sifat yang baik. Pola Sarana Sikap dan kelakuan generasi tua masa dahulu dan generasi muda masa sekarang masyarakat Melayu Pontianak memandang pantang larang pada masa kehamilan masih menjadi kepercayaan atau keyakinan yang masih diikuti, hanya saja perubahan terhadap sarana dalam menjalani aktivitas. Pada masa dahulu kemajuan teknologi tidak seperti masa kini, kemajuan teknologi yang canggih masa kini mempengaruhi pola hidup generasi muda selain itu masa kini mobilitas penduduk juga yang tinggi. Sehingga pengaruh teknologi dan mobilitas penduduk mempengaruhi terhadap sarana dan prasarana pada masyarakat. Adanya aktivitas yang sibuk pada generasi muda masyarakat Melayu Pontianak mempengaruhi terhadap pola sarana dalam menjalani pantang larang. Masa kini sarana dalam masa kehamilan begitu banyak, adanya susu tambahan buat kehamilan dan teknologi untuk mengetahui janin bayi dapat diketahui pada masa kehamilan. Walaupun pantang larang tetap dilakukan oleh generasi muda sekarang tetapi mereka juga memberikan berbagai macam

24 75 tambahan buat calon bayi dan bisa mengikuti perkembangan calon bayi dalam kandungan. Pantang Larang Pada Kelahiran Pemulihan seorang ibu setelah melahirkan dalam pantang larang sama pentingnya pada waktu ibu sedang hamil. Seorang ibu harus memiliki tubuh yang sehat baik jasmani dan rohani. Pantang larang setelah kelahiran saat ini sangat terngantung pada diri ibu itu sendiri. Pantang larang yang dibuat oleh orang tua mengisyaratkan bahwa seorang ibu diberikan waktu yang cukup buat beristirahat selama empat puluh hari setelah mengalami proses kehamilan. Adapun makna pesan pantangan dan larangan bagi seorang ibu yang habis melahirkan, yaitu : 1. Pantang larang makan yang pedas-pedas atau bercabe supaya tidak menganggu proses menyusui. Pantang larang makan yang pedas-pedas di maknai supaya seorang ibu harus memperhatikan kondisi diri dan bayinya yang sedang menyusui karena makanan seorang ibu sangat mempengaruhi kesehatan bayinya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Khadijah, yaitu : ehh, kite dulok-dulok kalo lagi melahirkan tak boleh makan macam-macam, karena ibu yang menyusui anaknya. Pantangan ini kalo kamek liat budak-budak sekarang jarang agik yang mau ikot. 2. Seorang ibu harus membawa paku dan melilitkan benang hitam pada jempol kaki kanan dan kiri supaya anak jangan kemasukkan atau kesambat makhluk halus. Kepercayaan orang Melayu Pontianak akan hal-hal yang gaib pada seorang bayi yang baru dilahirkan akan ganggguan-gangguan makhluk halus sangat besar. Pesan pantang larang ini bagi seorang ibu harus mampu melindungi dan menjaga anaknya dari makhluk halus dan seorang ayah harus sering menbacakan ayat-ayat Al-Qur an pada anaknya selama empat puluh hari dimaksudkan agar anaknya terbiasa mendengarkan ayat-ayat Al-Qur an. Seperti yang dikatakan salah seorang warga Pontianak, yaitu : Biasanya seorang ibu menyusui memakai benang hitam di jempol kaki kiri dan kanan, eh sepengetahuan saya itu diharapkan ibu-ibu yang menyusui ini jauh dari gangguan, ehh baik gangguan makhluk halus atau setan, karena dalam keadaan empat puluh hari mereka tidak sholat, mereka dalam keadaan nifas, dan menurut kepercayaan orang Melayu, ehh ibu yang baru melahirkan dan bayinya dalam keadaan yang sangat harum untuk makhluk-

25 76 makhluk halus lain sehingga mereka dikhawatirkan sering didekati, dan pada anaknya juga diberi kain hitam di atas kepalanya. 3. Pantang larang keluar rumah selama empat puluh hari di takutkan akan rentan urat rahim. Pantang larang ini bermakna seorang ibu harus benar-benar istirahat total buat dirinya agar pemulihan setelah melahirkan cepat kembali normal. Kepercayaan tidak boleh keluar rumah bagi masyarakat Melayu Pontianak masih kuat apalagi bila melahirkan anak pertama, kesehatan ibu benar-benar dijaga baik oleh orang tua maupun keluarga dekatnya. Selain pantang larang bagi seorang ibu setelah melahirkan, pada masyarakat Melayu Pontianak masih ada beberapa tradisi dalam menyambut sang anak yang dilakukan oleh orang tua. Adapun acara setelah kelahiran anaknya adalah tradisi memotong rambut bayi, terlebih dahulu biasanya dilakukan Aqiqah bagi anaknya. Acara memotong rambut dilaksanakan setelah tali pusar bayi telah tanggal. Memotong rambut diawali dengan membaca Maulid oleh masyarakat yang di undang. Peserta acara berdiri, sedangkan orang tua membawa anaknya mengelilingi para tetua masyarakat atau tokoh agama untuk memotong rambut anaknya, di awali dengan tepung tawar, memasukkan rambut yang telah dipotong kedalam air kelapa. Peserta yang memotong rambut berjumlah ganjil, biasanya tujuh orang atau empat belas orang. Tradisi masyarakat Melayu Pontianak nama anak diberikan setelah tujuh hari kelahiran. Nama diberikan oleh para ulama atau orang yang dituakan dalam keluarga. Kecenderungan nama yang diberikan dengan mengambil nama-nama Nabi dan para sahabatnya dan orang terkenal lainnya. Kalau anak perempuan diberikan nama-nama Islam, dan nama-nama yang mengandung unsur do a lainnya, biasanya merujuk pada kosa kata Arab (Al-Qur an) dan Asmaul Husna. Pemberian nama ini biasanya di akhiri dengan pembacaan do a Selamat. Pelaksanaan pantang larang pada masa kelahiran oleh masyarakat Melayu Pontianak oleh generasi tua dan generasi muda dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya. Unsur budaya pada pantang larang pada kehamilan masyarakat Melayu Pontianak dapat dilihat melalui pola sikap, pola kelakuan dan pola sarana.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan tradisi pingit pengantin Tradisi pingit pengantin adalah kebiasaan yang telah biasa dilakukan oleh masyarakat di Desa Urung Kampung Dalam Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta. Bumi Aksara.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta. Bumi Aksara. 103 DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. 1992. Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta. Bumi Aksara. Alqadrie, Syarif Ibrahim. 1992.. Etnisitas, Religiusitas dan Perubahan Sosial dan Faktor-Faktor Yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara adat

Lebih terperinci

SOSIALISASI KELUARGA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA NAIK AYUN PADA ETNIS BUGIS

SOSIALISASI KELUARGA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA NAIK AYUN PADA ETNIS BUGIS SOSIALISASI KELUARGA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA NAIK AYUN PADA ETNIS BUGIS Ayu Lestari, Yohanes Bahari, Fatmawati Program StudiPendidikanSosiologi FKIP UNTAN Pontianak Email: Ayu_Lestari1292@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi salah satu goal dalam program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

5.1. KESIMPULAN FAKTUAL

5.1. KESIMPULAN FAKTUAL BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. KESIMPULAN FAKTUAL 1. Upacara Tingkapan di Desa Sipaku Area diartikan sebagai pitulungan, yang memiliki maksud bahwa tujuan dilaksanakannya upacara adalah untuk memohon

Lebih terperinci

Kang, sebenarnya khitbah sama tunangan itu sama gak sih?

Kang, sebenarnya khitbah sama tunangan itu sama gak sih? Kang, sebenarnya khitbah sama tunangan itu sama gak sih? BEDA DONG! Hehehe Banyak orang yang salah mengartikan antara tunangan dan khitbah. Istilah tunangan itu sebenarnya tidak dikenal dalam istilah islam.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28 Tradisi Ultah di Beberapa Negara Tiap negara punya menu khusus untuk merayakan ulang tahun. Menu itu biasanya turun-temurun terus berjalan. Misal, di Indonesia setiap ulang tahun orang menyediakan tumpeng.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, suku, dan kebudayaan di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH A. Prosesi Pelaksanaan Ritual Molang Areh Terdapat suatu aspek solidaritas primordial dari tradisi ritual molang areh adalah adat istiadat yang secara turun temurun dilestarikan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu hingga sekarang walaupun

Lebih terperinci

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan GUIDE INTERVIEW No. 1. 2. 3. Uraian Pertanyaan Berapa usia Anda ketika menikah dengan suami? Pada saat anda hamil apakah anda masih berstatus siswa (masih aktif sekolah)? Bagaimana tanggapan orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu waktu dilahirkan, waktu menikah atau berkeluarga dan ketika meninggal dunia. Meskipun semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut James Danandjaja (1997:52), terdapat fakta dan data yang ditemukan dalam masyarakat Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terdapat mitos-mitos yang berkaitan

Lebih terperinci

PROSESI PRANIKAH DAN NIKAH HERVI FIRDAUS

PROSESI PRANIKAH DAN NIKAH HERVI FIRDAUS بسم االله الرحمن الرحيم PROSESI PRANIKAH DAN NIKAH HERVI FIRDAUS MOTIVASI MENIKAH Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia adalah Dia memberikan pahala bagi semua bentuk ikatan cinta yang mengeratkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN DAN ADAT WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Objek 1. Keadaan Geografis Kecamatan Duduk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol LAMPIRAN 69 Lampiran 1 Pedoman Observasi Tanggal observasi : Tempat/ waktu : No Aspek yang diamati Keterangan 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di Kecamatan Ngombol 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol 3.

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN KALENDER DOA PROYEK HANA FEBRUARI 2013 DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN Para wanita dan para gadis yang merindukan romantika, cinta, penerimaan, dan keamanan. Akibatnya, berkali-kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. membangun rumah tidak dapat diketahui secara pasti, karena tradisi dilaksanakan

BAB V PENUTUP. membangun rumah tidak dapat diketahui secara pasti, karena tradisi dilaksanakan BAB V PENUTUP Setelah penulis menguraikan tentang Tradisi Membangun Rumah di Desa Sungai Rangas Ulu Kecamatan Martapura Barat, maka sampailah kini kepada bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PROSESI PENGUBURAN TEMBUNI. A. Penguburan Tembuni dan Upacara Ritualnya

BAB IV MAKNA PROSESI PENGUBURAN TEMBUNI. A. Penguburan Tembuni dan Upacara Ritualnya BAB IV MAKNA PROSESI PENGUBURAN TEMBUNI A. Penguburan Tembuni dan Upacara Ritualnya Pada bab sebelumnya telah disinggung masalah penguburan tembuni. Tradisi penguburan tembuni adalah tradisi pasca kelahiran

Lebih terperinci

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Bab 5 Jual Beli Peta Konsep Jual Beli Membahas tentang Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah Meliputi Meliputi Toko Pasar Warung Supermarket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritual injak telur merupakan salah satu ritual yang dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Pelaksanaan ritual injak telur berbeda-beda tergantung dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Pada masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang, misalnya tradisi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu: PROSESI PERKAWINAN ADAT SASAK 1 Oleh : I Gusti Ngurah Jayanti 2. PENDAHULUAN Perkawinan merupakan sebuah fenomena budaya yang hampir terdapat di semua komunitas budaya, khususnya di Indonesia. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

SEHAT dan CANTIK NATURAL. 45 Bahan Alami Paling Penting yang Perempuan Harus Tahu

SEHAT dan CANTIK NATURAL. 45 Bahan Alami Paling Penting yang Perempuan Harus Tahu SEHAT dan CANTIK NATURAL dengan BAHAN-BAHAN ALAMI 45 Bahan Alami Paling Penting yang Perempuan Harus Tahu SEHAT dan CANTIK NATURAL dengan BAHAN-BAHAN ALAMI 45 Bahan Alami Paling Penting yang Perempuan

Lebih terperinci

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Tentang Desa Kepuh Teluk 1. Letak Geografis Desa Kepuh Teluk Desa atau Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan tahapan penting dan sakral dalam kehidupan seseorang. Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu diwarnai dengan serangkaian upacara

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penulis mengambil kesimpulan tentang Peraktek Pengobatan Magis Murningsih di

BAB IV PENUTUP. penulis mengambil kesimpulan tentang Peraktek Pengobatan Magis Murningsih di BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan tentang Peraktek Pengobatan Magis Murningsih di Desa Kunyit Kecamatan Bajuin

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. media dan alat upacara, 4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara Syarat-syarat melakukan mandi hamil tujuh bulan

BAB V ANALISIS. media dan alat upacara, 4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara Syarat-syarat melakukan mandi hamil tujuh bulan BAB V ANALISIS A. Analisis Perspektif Antropologis Menurut ahli antropologi, dalam upacara mengandung empat aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu: 1) tempat upacara, 2) waktu upacara, 3) media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

UPACARA PENDAHULUAN

UPACARA PENDAHULUAN www.ariefprawiro.co.nr UPACARA PENDAHULUAN I Pasang Tarub & Bleketepe Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam digunakan sebagai atap atau tambahan atap rumah. Tarub yang biasanya disebut

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan budaya merupakan suatu perpaduan yang indah jika diteliti lebih lanjut. Suatu hubungan yang tidak terpisahkan antara keduanya, bahasa melambangkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat DPC Harpi Melati Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat DPC Harpi Melati Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat DPC Harpi Melati Kota Bandar Lampung Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Perias Pengantin (DPC Harpi) Melati Kota Bandar Lampung tidak bisa dilepaskan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna 1. Geografis Desa Balam Sempurna Desa Balam Sempurna merupakan salah satu Desa dari sekian banyak desa yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang

BAB IV ANALISIS. berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang BAB IV ANALISIS Pada bagian analisis ini, penulis akan menguraikan kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yaitu mengenai prosesi upacara mandi hamil dan motivasi serta tujuan dilaksanaknnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN 60 BAB IV ANALISIS A. Pantangan diyakini Masyarakat Karanggadung Lazimnya manusia yang hidup di tengah-tengah alam liar yang bebas beraktifitas. Penduduk pulau Jawa adalah para pengembara handal di alam

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi BAB V DINAMIKA PROSES AKSI A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi Kompos Dalam proses aksi yang akan pendamping lakukan bersama masyarakat. Pendamping berkonsultasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

#11 Amalan Mudah Ketika Berpantang Selepas Bersalin

#11 Amalan Mudah Ketika Berpantang Selepas Bersalin #11 Amalan Mudah Ketika Berpantang Selepas Bersalin Aspek penjagaan diri bagi ibu-ibu bersalin semakin dipandang remeh dan diambil ringan oleh ramai wanita hari ni terutama amalan berurut, bertuam, bertungku,

Lebih terperinci