THEOREMS The Journal of Mathematics

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THEOREMS The Journal of Mathematics"

Transkripsi

1

2

3 THEOREMS The Journal of Mathematics Penerbit: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Pelindung: Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben, Apt (Rektor) Penanggung Jawab: Dra. Rosmiyati, M.Pd. Pemimpin Redaksi: Hana Adhia, S.Si., M.Pd. Sekretaris: Adevi Murni Adel, S.Si., M.Pd. Penyunting Pelaksana: Dr. Zona Rida Rahayu, M.Pd. Fiti Handayani, M.Pd. Reno Warni Pratiwi, S.Si., M.Pd. Penyunting Ahli: Dr. Irwan, M.Si. Drs. Hendra Syarifudin, M.Si., Ph.D Dr. Rudi Candra, M.Pd. Produksi dan Distribusi: Gusnel Maneli, S.E. Mulida Etnawati, A.Md. Alamat Redaksi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMMY Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Solok Telp/Fax (0755) pend.matematika.ummy@gmail.com SEMUA TULISAN YANG ADA DALAM JURNAL THEOREMS BUKAN MERUPAKAN CERMINAN SIKAP DAN ATAU PENDAPAT DEWAN REDAKSI. TANGGUNG JAWAB TERHADAP ISI DAN ATAU AKIBAT TULISAN TETAP TERLETAK PADA PENULIS

4 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Swt, yang telah memberikan kemudahan bagi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok atas terbitan perdana jurnal elektronik yang diberi nama THEOREMS (The Journal of Mathematics). Jurnal ini diharapkan nantinya dapat memfasilitasi dosen di Program Studi Pendidikan Matematika maupun rekan dosen lainnya baik di lingkungan FKIP UMMY, lintas fakultas juga lintas universitas untuk mempublikasikan secara online penelitian yang telah dilakukan. Jurnal ini akan mempublikasikan hasil penelitian yang terkait dengan bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan. Jurnal THEOREMS ini bekerjasama dengan pihak LIPI sebagai lembaga yang menyetujui dan memberikan Nomor ISSN sebagai bukti keberadaan jurnal ini secara legal, sehingga nantinya dapat diakreditasi. Jurnal THEOREMS akan diterbitkan setiap enam (6) bulan, yaitu Januari dan Juli. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak LIPI, Mitra Bestari dan segenap Jajaran Dewan Redaksi serta berbagai pihak yang terlibat dari awal hingga akhir terbitnya jurnal ini. Berhubung karena ini terbitan perdana, tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan diberbagai sisi, demi peningkatan kualitas e-jurnal THEOREMS ini, maka kami dengan tangan terbuka siap menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk jurnal yang lebih berkualitas dan tentu diharapkan sekali dapat terakreditasi nanti di masa depan. Semoga isi dari jurnal ini memberi manfaat dan menambah wawasan kita dalam bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan. Amin. Selamat Membaca! Hormat Kami, Redaksi i

5 PEDOMAN BAGI PENULIS E-JURNAL THEOREMS 1. Tulisan merupakan hasil penelitian atau kajian yang bersifat analisis kritis di bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan yang belum pernah dipublikasikan. 2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan diketik pada kertas HVS ukuran A4 dengan jarak spasi 1,5 spasi dengan margins kiri, kanan, atas, dan bawah 3 cm. Panjang tulisan maksimal 12 halaman (termasuk daftar pustaka). 3. Naskah ditulis dan diketik dengan tata aturan sebagai beikut: a. Judul, harus singkat dan jelas, ditulis dengan Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang judul seyogyanya tidak melebihi 23 kata; b. Nama Penulis, dicantumkan tanpa menyebutkan gelar, di bawah nama penulis dicantumkan profesi dan instansi tempat bekerja dan alamat yang masih aktif; c. Abstrak, merupakan uraian singkat tentang isi tulisan, abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang maksimal 250 kata dan memuat kata kunci; d. Pendahuluan, berupa latar belakang masalah, alasan pentingnya dilakukan penelitian atau hipotesis yang mendasari, pendekatan umum dan tujuan diadakannya penelitian serta kajian pustaka yang relevan; e. Metode Penelitian, menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operassional, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian; f. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dikemukakan secara jelass, bila perlu disertai dengan tabel (tidak perlu diulangi dengan teks). Pembahasan hendakanya memuat tentang hasil penelitian yang telah diperoleh, bagaimana penelitian dapat memecahkan permasalahan dan kemungkinan pengembangannya yang disertai dengan teori pendukung atas hasil penelitian yang telah dihasilkan; g. Simpulan, berisi hal-hal penting dari hasil dan pembahassan penelitian yang disesuaikan dengan manfaat penelitian; h. Daftar Kepustakaan, mencantumkan semua referensi yang digunakan berikut semua keterangan yang lazim dengan menggunakan tata cara penulisan kepustakaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Naskah dikirim dalam format word ke redaksi pend.matematika.ummy@gmail.com paling lambat 1 (satu) bulan sebelum penerbitan beserta scan bukti pembayaran. 5. Naskah yang diterima redaksi akan dikoreksi terlebih dahulu oleh tim editor. Jika terdapat perbaikan dan kesalahan akan dikembalikan kepada penulis dengan mencantumkan kesalahan yang perlu diperbaiki. 6. Naskah yang telah dimuat dapat penulis lihat langsung di web dengan pemberitahuan terlebih dahulu melalui atau contact person penulis bahwa naskah telah dipublikasikan. ii

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PEDOMAN BAGI PENULIS E-JURNAL THEOREMS DAFTAR ISI Peningkatan Aktivitas Belajar Mahasiswa Melalui Straregi Learning Cycle disertai Main Map pada Perkuliahan Kalkulus II Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMMY Solok oleh Adevi Murni Adel (UMMY) Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SD melalui Pembelajaran dengan Menggunakan Strategi REACT oleh Elfi Rahmadhani (Jurusan Tarbiyah Prodi Tadris Matematika STAIN Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah, Aceh) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan Model STAD oleh Hana Adhia (UMMY) Tahap Design Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan Aljabar Linier Elementer di UMMY Solok oleh Reno Warni Pratiwi (UMMY) Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Struktur Aljabar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas 2013A Prodi Pendidikan Matematika UMMY Solok oleh Rita Oktavinora (UMMY) Persepsi dan Minat Mahasiswa Jurusan PMIPA Program Studi Pendidikan Matematika terhadap Pembelajaran Aktif Tipe Practice Rehearsal Pairs oleh Roza Zaimil (UMMY) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Kemampuan Pemecahan Konsep Matematis Mahasiswa pada Perkuliahan Logika Matematika di STKIP YPM Bangko oleh Sugeng Riyadi. STKIP Bangko. Penggunaan Jarak City-Block pada Analisis Cluster Single Linkage Berdasarkan Data Potensi Desa Sumatera Barat oleh Yeni Kurniawati 1, Mira Melisa 2 FMIPA UNP. Peningkatan Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Model Berbasis Kontruktivisme di Kelas C D Madrasah Aliyah Negeri Olak Kemang Jambi oleh Yusmarni 1, Hendra Bestari 2. (IAIN STS Jambi) Halaman i ii iii iii

7 PENINGKATAN AKTIVITAS MAHASISWA MELALUI STRATEGI LEARNING CYCLE DISERTAI MIND MAPP PADA PERKULIAHAN KALKULUS II PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UMMY SOLOK Adevi Murni Adel Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Solok Indonesia Abstract. This study aims to increase the activity of students taking Calculus II course using Learning Cycle (LC) Strategy with the Mind Map. This type of research is the Classroom Action Research (CAR), which has been implemented in two cycles. Each cycle consists of four steps, namely planning, action, observation, and reflection that will be used as a basis for improved planning in the next cycle. Data were analyzed quantitatively and qualitatively. Quantitatively derived from observation sheet student activities at each meeting. The qualitative data obtained by the data describing the percentage of student activity and supported by field notes and documentation. The results of the study concluded that by using LC strategy accompanied mind map can increase the activity of students in the lecture Calculus II FKIP UMMY Solok. Keywords : Activity, Learning Cycle Strategy, Mind Map. PENDAHULUAN Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Menurunnya aktivitas dalam proses pembelajaran, maka akan berdampak pada menurunnya hasil belajar. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 101) terdapat 177 macam aktivitas yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Namun kenyataan dilapangan, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kalkulus II, berdasarkan pengalaman penulis pembelajaran masih bersifat teacher center Mereka hanya menerima saja materi yang diberikan dosen, tanpa ada interaksi dengan dosen. Mahasiswa juga kelihatan belum siap dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran, ketika dosen mengajukan beberapa pertanyaan yang memotivasi rasa ingin tahu mahasiswa, mahasiswa hanya diam saja. Padahal sebelumnya dosen juga sudah membagikan silabus dan mengingatkan mahasiswa untuk membaca dan memahami materi sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat diberikan latihan dan diskusi, proses pembelajaran didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja yaitu Dessy, Depi dan Helmi Farida. Pada saat mempertanggung jawabkan latihan/tugas ke depan kelas, hanya beberapa mahasiswa yang bisa mempertanggungjawabkannya. Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 1

8 Selain itu berdasarkan wawancara dengan teman sejawat yang mengajar pada mahasiswa matematika 13 A, juga memberikan pendapat yang sama. Pada umumnya proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah, didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja dan mahasiswa masih banyak yang takut bertanya, karna kurang memahami materi yang dibahas dan tugas yang dibuat masih banyak yang belum dapat mempertanggung jawabkannya Berdasarkan wawancara dengan mahasiswa pendidikan matematika 13A, diperoleh informasi bahwa mereka kurang menguasai materi ini. Hal ini dikarenakan, mereka pada umumnya berasal dari SMK atau SMA jurusan IPS. Matematika yang diperolehnya masih pada kemampuan dasar. Mereka juga telah terbiasa dengan proses pembelajaran teacher center. Berdasarkan permasalahan di atas, berbagai usaha yang telah dilakukan penulis yaitu memotivasi mahasiswa dengan memberikan nilai plus kepada mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Membentuk pembelajaran kelompok, agar proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja, namun hasilnya belum maksimal. Selain itu penulis juga meminta mahasiswa untuk untuk meringkas materi sebelum pembelajaran dimulai. Namun hasilnya masih kurang memuaskan, karena mahasiswa hanya menyalin apa saja yang ada pada buku wajib. Menyikapi kondisi tersebut, perlu adanya usaha lain yang harus dilakukan dosen untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, terutama aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas dan mengerjakan latihan/tugas. Salah satu strategi yang sesuai dengan kemampuan dosen, kondisi mahasiswa dan lingkungan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran serta membuat pembelajaran menjadi efektif, efisien yaitu strategi Learning Cycle(LC) disertai mind mapp. Strategi LC merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontruktivis. LC adalah srategi yang berpusat kepada mahasiswa. Pengembangan strategi ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun Startegi dilandasi pandangan kontruktivis dari piaget yang beranggapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. Mind mapp adalah suatu peta pikiran yang merupakan cara termudah untuk mendapatkan informasi ke otak dan mengambil informasi keluar otak (Buzan, 2007:4). Menurut Surya (2011:360) cara membuat Mind Mapp atau melukis pikiran adalah: (a) Tuliskan penyataan pokok masalah (tema) yang sedang kamu pikirkan, (b) Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 2

9 Diagramkan masalah tersebut dengan menulis pokok masalah di pusat selembar kertas dan gambarkan sebuah kotak atau lingkaran di sekelilingnya, (c) Gambarkan cabang-cabang yang mengurai dari tema pusat (pokok masalah) seperti cabang-cabang sebatang pohon yang melebar dari pokok utama untuk setiap topik dan titik kunci, (d) Cetak semua jawaban potensial dari unsur-unsur yang membangun maupun mempengaruhi pokok masalah di atas cabang yang berasal dari tema pusat, (e) Dan seterusnya. Berdasarkan hal di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: mendeskripsikan data peningkatan aktivitas mahasiswa melalui strategi LC disertai mind mapp pada perkuliahan Kalkulus II. Rumusan Masalah dan Pemecahannya yaitu; Bagaimana peningkatan aktivitas mahasiswa melalui strategi LC disertai mind mapp pada Perkuliahan Kalkulus II?. Berdasarkan rumusan masalah, maka pemecahan masalahnya adalah: menggunakan stratregi LC disetai mind mapp. Strategi learning cycle ini ada 5 tahap yaitu: (1) tahap engagement (pembangkit minat), (2) tahap exsploration (eksplorasi), (3) tahap explanation (penjelasan), (4) tahap elaboration (perluasan), (5) tahap evaluation (evaluasi). Sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dengan indikator: (1) bertanya, (2) menjawab pertanyaan, (3) presentasi ke depan kelas, (4) mengerjakan latihan/tugas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP UMMY Solok. Subjek pada penelitian ini adalah 20 orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kalkulus II pada semester II. Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), (4) Refleksi (Reflection). Alat untuk mengumpul data dalam penelitian ini yaitu Lembar observasi aktivitas, catatan lapangan dan dokumentasi. Lembar observasi aktivitas berguna mencatat aktivitas mahasiswa pada setiap pertemuan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Catatan lapangan berguna sebagai bahan kelengkapan data. Ini juga sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi pada setiap siklus. (4) Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi foto dan rekaman untuk memberikan gambaran secara nyata mengenai kegiatan kelompok mahasiswa dan menggambarkan suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 3

10 Data di analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan. Data diproses dengan menggunakan rumus = 100% Yaitu banyaknya mahasiswa yang aktivis dibagi dengan jumlah mahasiswa. Indikator aktivitas yang digunakan yaitu 70% dari jumlah mahasiswa telah melakukan aktivitas yang diinginkan. Data kualitatif diperoleh dengan mendeskripsikan data persentase aktivitas mahasiswa pada lembar observasi, catatan lapangan dan dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pada siklus I dibagi dalam dua kali dan siklus II dibagi dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 SKS tiap pertemuan sesuai Satuan Acara Perkuliahan. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa berdasarkan indicator yang telah ditetapkan. Pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa dilihat dari berbagai aspekpemahaman konsep mahasiswa dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: Lembar Observasi Mahasiswa, Catatan lapanagan dan Dokumentasi. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa. Aktivitas yang dilihat selama penelitian ini yaitu bertanya, menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas dan mengerjakan latihan/tugas. Adapun aktivitas mahasiswa untuk siklus I dan siklus II yang diperoleh dari lembar obervasi aktivitas mahasiswa, dapat dilihat pada Tabel 1 dantabel 2. Berikut. Tabel 1. Aktivitas Mahasiswa siklus I Aktivitas Pertemuan I Pertemuan II Orang % Orang % Bertanya ,8 Menjawab Pertanyaan ,5 Presentasi ke depan ,6 kelas Mengerjakan latihan/tugas Jumlah Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 4

11 Terlihat pada Tabel 1. aktivitas bertanya mahasiswa pada pertemuan I belum ada, Hal ini diduga mereka masih malu dan takut untuk bertanya. Untuk itu dosen terus memotivasi mahasiswa untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami. Selanjutnya pada pertemuan ke 2 aktivas bertanya mahasiswa meningkat 11,8%(sebanyak 2 orang). Selanjutnya untuk akivitas menjawab pertanyaan pada pertemuan I masih 10,0% (sebanyak 2 orang), yaitu pada saat menjawab contoh soal dan latihan. Pada pertemuan ke 2 aktivitas menjawab pertanyaan sebanyak 23,5% atau meningkat sebanyak 13,5%. Selanjutnya pada aktivitas presentasi ke depan pada pertemuan I sebanyak 10,0% (sebanyak 2 orang) dan pertemuan ke 2 sebanyak 17,6% atau meningkat 7,6%. Aktivitas ini paling sedikit daripada aktivitas yang lain, karena mahasiswa masih banyak yang belum mempunyai keberanian dan percaya diri untuk tampil ke depan kelas,dosen terus memotivasi mahasiswa untuk berani tampil ke depan karena anda adalah calon guru. Pada aktivitas mengerjakan latihan, pada pertemuan I ada 3 orang mahasiswa tidak mengerjakan latihan,yaitu Fitri Meltika, Egi Anjani dan M.Ravi. untuk itu dosen terus memotivasi mahasiswa untuk mengerjakan latihan, karena latihan termasuk dalam bobot penilaian. Sedangkan pada pertemuan II, semua mahasiswa telah mengerjakan latihan. Tabel 2. Aktivitas Mahasiswa Siklus II Aktivitas Pertemuan III Pertemuan IV Pertemuan V Orang % Orang % Orang % Bertanya 5 29, , ,7 Menjawab 8 47, , ,4 Pertanyaan Presentasi ke depan 6 35,3 8 42, ,6 kelas Mengerjakan 16 94, ,9 latihan/tugas Jumlah Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 5

12 Pada Tabel 2, terlihat aktivitas mahasiswa secara keseluruhan meningkat dari sebelumnya. Berikut ini beberapa aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran: Mahasiswa Bertanya kepada dosen Mahasiswa Menjawab pertanyaan dan menjekaskannya Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Siklus I dan Siklus II Siklus Aktivitas (%) Ket: A B C D I 11,8 23,5 17,6 100 II 73,7 68,4 52, A: Bertanya kepada dosen B: Menjawab pertanyaan C: Presentasi ke depan kelas D: Mengerjakan latihan/tugas Berdasarkan Tabel 3, terlihat aktivitas secara keseluruhan meningkat. Aktivitas menjawab pertanyaan sudah mendekati indicator yang diinginkan, namun aktivitas dalam presentasi ke depan kelas masih belum mencapai indikator yang diinginkan. Hal ini disebabkan masih ada mahasiswa yang ragu untuk tampil ke depan dan juga dibatasi oleh waktu. Keterbatasan dalam Penelitian: Penulis menyadari untuk melihat aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran. Penulis memiliki ketebatasan dalam penelitian: Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 6

13 1. Selama melaksanakan penelitian ini, penulis hanya dibantu oleh satu obsever dalam menuliskan data yang direfleksi, sehingga refleksi untuk siklus berikutnya belum maksimal. 2. Secara keseluruhan aktivitas mahasiswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Namun aktivitas menjawab pertanyaan dan presentasi ke depan kelas belum mencapai 70%. Penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dapat disimpulkan: Pembelajaran matematika menggunakan strategi LC disertai mind mapp dapat meningkatkan Aktivitas mahasiswa pada perkuliahan Kalkulus II prodi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok. Saran Berdasarkan dari kesimpulan dapat disarankan: 1. Dosen dapat menggunakan strategi learning cycle disertai mind mapp dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada perkuliahan Kalkulus II prodi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok. 2. Peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian yang sama dengan indikator yang berbeda, dengan lebih memperhatikan waktu dan jumlah obsever, agar aktivitas yang diamati lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Buzan, Tony Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT: Gramedia Pustaka Utama. Bakri, Dapit Joni Perbandingan penggunaan mind mapp pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TAI terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Kota Solok. Solok:UMMY. Depdiknas Permendiknas No 22 tentang SI dan SKL. Jakarta Sinar Grafika. Depdiknas Kurikulum Pendidikan Dasar Bidang Studi Matematika. Jakarta:Dikdasmen. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 7

14 Delvia, Nella Martha Perbandingan penggunaan strategi pembelajaran Learning Cycle dengan Fire-up terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bukit Sundi. Solok:UMMY Hamdani Strategi Belajar Mengajar.Bandung:CV Pustaka Setia. Hamalik, Oemar Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Lie, Anita Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Muliyardi Strategi Pembelajaran Matematika. Padang:FMPIA UNP. Noviarni Upaya Peningkatan Aktivitas dan Kemampuan Matematika siswa melalui pembelajaran Kontekstual di Kelas X SMA 3 Muhammadiyah Padang. Padang: UNP. Sumarmo Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Makalah disampaikan pada Pelatuhan Nasional Training of Trainer bagi guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung. Surya, Hendra Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wena, Made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika. Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa... 8

15 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SDMELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI REACT Elfi Rahmadhani Jurusan Tadris Matematika STAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah, Aceh Abstract. This article was written aimed to determine (1) understanding of mathematical concepts of students who use the REACT strategy better than students using the conventional learning model, (2) understanding of mathematical concepts of students who have prior knowledge of high, medium and low with using REACT strategy better than the students who used conventional learning models, and (3) the interaction between early learning approach with the ability of students to affect an improved understanding of mathematical concepts of students. Samples were fifth grade elementary school students 03 and 04 Solok City academic years 2012/2013 as many as 56 people. Research data on study result of the students were collected through initial skills test, pretest and posttest. To see the improvement, the analysis used the gain. Based on the results of this study concluded that an increased understanding of mathematical concepts of students using REACT strategy is better than using the conventional learning, and there is no interaction between early learning approach with the ability of students to affect an improved understanding of mathematical concepts of students. Keyword: REACT strategy, understanding of mathematical concepts. PENDAHULUAN Pada abad ke-21, siswa dituntut untuk memiliki skill (keahlian) dalam hal berpikir kritis, kreatif, inovatif, berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan permasalahan serta keterampilan dalam bidang teknologi dan informasi.salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mempelajari matematika.matematika merupakan pelajaran yang penting diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran matematika, ada beberapa kemampuan matematis yang perlu dikembangkan, yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), penelusuran pola atau hubungan (connections), pemahaman konsep dan representasi (representtation) (Jihad, 2008).Namun, pemahaman konsep siswa belum berkembang secara optimal. Berdasarkan observasi yang dilakukan di beberapa SDN Kota Solok, didapat bahwa kemampuan siswa dalam memahami suatu soal cerita masih kurang.hal ini terlihat dari analisis terhadap lembar jawaban ujian Mid Semester 1 siswa.sebagian siswa mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan permasalahan dalam bentuk soal cerita.mereka melakukan operasi perhitungan tanpa memahami maksud dari soal.mereka juga mencantumkan hasil akhir tanpa memberikan penjelasan jawaban yang mereka dapatkan, Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 9

16 sehingga guru tidak dapat melihat ide atau gagasan yang digunakan oleh siswa dalam membantu mereka menyelesaikan permasalahan.ketika diberikan soal yang menuntut pemahaman, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya, karena kurang memahami materi dengan baik. Kesulitan siswa ini dikarenakan mereka kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan konsep materi. Pemahaman siswa terhadap konsep materi yang diajarkan memiliki peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan seorang siswa. Jika mereka tidak paham dengan materi yang diajarkan, maka mereka akan kesulitan menyelesaikan masalah yang diberikan. Dalam pembelajaran, pemahaman konsep ditunjukkan oleh hasil belajar siswa, dengan melihat kemampuan mereka dalam (1) menyatakan ulang konsep; (2) mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; (6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep serta (7) mengaitkan konsep dengan konsep lainnya (NCTM, 2000: 223). Pemahaman konsep siswa dapat dikembangkan dengan baik jika didukung dengan strategi yang digunakan oleh guru.akan tetapi, guru lebih cenderung menggunakan pendekatan konvensional.pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan dan lebih didominasi oleh guru. Gambaran pendekatan konvensional yaitu: (a) guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, (b) defenisi dan rumus diberikan oleh guru, (c) penurunan rumus atau pembuktian dilakukan sendiri oleh guru, (d) diberitahukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara menyimpulkan, (e) contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru, (f) langkah-langkah guru diikuti oleh siswa, (g) siswa meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. (Suherman, 2003:201). Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa lebih banyak menghafal daripada menemukan sendiri.siswa hanya aktif dalam menyalin catatan dan meniru langkah-langkah yang dijelaskan oleh guru. Melihat pentingnya pemahaman konsep siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa, dengan melibatkan dunia nyata mereka dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep dengan berdiskusi dan bekerja sama. Pembelajaran bermakna merupakan pembelajaran yang membantu siswa menemukan konsep sendiri dan dapat menerapkan konsep tersebut dalam permasalahan kehidupan nyata. Hal ini tentunya akan mengindikasikan bahwa matematika merupakan bagian dari aktivitas siswa dan berguna Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 10

17 bagi kehidupan mereka. Pembelajaran yang diduga cocok untuk kondisi tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT. Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk menciptakan pembelajaran matematika yang lebih bermakna. Strategi ini terdiri atas lima aspek yaitu Relating, Eksperiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (Crawford, 2001). Pertama, Relating berarti menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau menghubungkan konsep materi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Relating merupakan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup atau membuat kaitan, merupakan suatu bentuk pembelajaran kontekstual yang biasanya dilakukan oleh anak-anak. Siswa sebagai anak-anak harus bisa melihat dan memperhatikan materi-materinya ke dalam informasi baru atau yang akan dipecahkan. Kedua, Experiencingberarti memberikan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan membangun dan menemukan pengetahuan sendiri. Pembelajaran dalam konteks eksplorasi dan invention, kegiatan belajar yang dilakukan siswa lebih ditekankan pada penggalian (eksplorasi) dan penemuan (invention). Siswa diharapkan akan mempunyai pengalaman berupa langkah-langkah dalam mempelajari konsep. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga siswa akanlebih mudah mengerti dan memahami konsep (Ni mah, 2007). Relating dan Experiencing mampu membantu siswa lebih memahami materi yang diberikan, karena materi dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, dan mereka mengalami sendiri proses penemuan konsep. Ketiga, Applying berarti menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada Applying ini pemahaman konsep siswa dapat dilihat. Mengaplikasi konsep dan informasi ke dalam suatu konteks pemanfaatannya. Dalam hal ini siswa tidak sekedar mempelajari suatu teori-teori tertentu saja, melainkan siswa juga dituntun untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam konteks pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Keempat, Cooperating berarti mendiskusikan teknik, metode, strategi dan solusi yang telah diperoleh dengan teman sekelompok.pembelajaran dalam konteks kelompok dan komunikasi dengan siswa lain untuk saling berbagi pengetahuan (sharing). Ketika siswa belajar di labolatoriumpun para siswa bekerja-sama dengan kelompoknya untuk melakukan percobaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar. Cara belajar dengan berkerja sama, tukar pendapat, dan komunikasi dengan siswa lain dapat membantu siswa Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 11

18 menguasai konsep. Pengalaman bekerja sama juga berguna bagi siswa untuk kehidupannya di masyarakat (Rohati, 2011). Kelima, Transfering berarti menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh pada konteks permasalahan yang baru. Pembelajaran merupakan isi dalam konteks pengetahuan yang ada atau memindahkannya berlandaskan apa yang telah diketahui pelajar. Setelah siswa paham terhadap suatu konsep yang dipelajarinya, maka selanjutnya siswa menerapkan atau memanfaatkan pengetahuan yang telah diperolehnya ke dalam konteks yang baru. Strategi REACT menjadi pilihan karena pembelajaran difokuskan pada pemberdayaan siswa melalui masyarakat belajar dan tanggung jawab bersama. Pembelajaran menggunakan REACT ini memberi peluang kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Karena REACT merupakan pembelajaran yang berbasis pada pembelajaran kontekstual, yang membantu siswa memahami konsep matematis dan menemukan makna dalam pembelajaran, dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka (Cord, 1999). Dalam penelitian ini, diterapkanstrategi REACT dengan memperhatikan kelima aspek tersebut. Pembelajaran menggunakan strategi REACT menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa dan melibatkan sumber belajar yang nyata dan ada di sekitar siswa. Penerapan prinsip-prinsip strategi REACT sangat cocok dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Penerapan strategi REACT di SD yang bertujuan untuk mengembangkan sikap siswa menjadi seorang anak yang berfikir logis, sistematis, kritis dan memecahkan masalah serta mengkomunikasikan ide secara baik dan benar. Matematika merupakan ilmu yang bersifat hierarki, yaitu konsep dalam matematika saling berhubungan satu sama lain. Untuk memahami suatu konsep matematika, siswa terlebih dahulu memahami konsep yang menjadi prasyarat dari materi tersebut.pada proses pembelajaran, kemampuan awal siswa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan mereka. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan diberikan oleh guru berupa materi prasyarat yang harus mereka kuasai sebelum masuk ke materi yang baru. Teori Thorndike mengatakan bahwa kesiapan merupakan prasyarat untuk belajar selanjutnya (Slameto, 2003:114). Kemampuan ini penting diketahui oleh guru untuk mengetahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 12

19 Penelitian ini dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan strategi REACT, dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa juga dilihat, untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi Experimental, danrancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Kedua kelas sampel diberikan pretest pada awal pertemuan untuk melihat pemahaman konsep siswa sebelum materi diberikan. Siswa kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi REACT dan siswa kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Variabelvariabelnya terdiri dari (1) variabel bebas yaitu penerapan strategi REACT dan pendekatan konvensional (2) variabel terikat yaitu hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep siswa, dan (3) variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Kota Solok yang terdaftar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 20 buah sekolah. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 03 Kampung Jawa Solok sebanyak 32 orang siswa, dan siswa kelas V SD Negeri 04 IX Korong Solok sebanyak 24 orang siswa. Sampel dipilih secara Random Sampling. Data yang diambil pada penelitian ini adalah (1) data tes kemampuan awal siswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mereka mempelajari materi Pecahan.Tes ini diberikan sebelum pelaksanaan penelitian.tes kemampuan awal dianalisis dan digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal mereka, yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. (2) datapretest dan posttest yang digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa. Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa, digunakan analisis gain (Hake, 1999): skor posttest - skor pretest g skor ideal - skor pretest Sebelum tes digunakan sebagai instrumen pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap tes kemampuan awal dan pretest dan posttest tersebut. Uji coba tersebut dilakukan di SDN 05 Kampung Jawa Solok. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 13

20 dianalisis validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui kelayakan dari tes yang akan diberikan kepada kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil analisis instrument, diketahui bahwa pretest dan posttest untuk melihat pemahaman konsep dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Teknik analisis data yang digunakan selanjutnya adalah melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis untuk melihat peningkatan pemahaman konsep. Data yang telah terkumpul, dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk menjawab hipotesis peningkatan pemahaman konsep siswa, dan ANAVA dua arah, digunakan untuk melihat interaksi antara kemampuan awal dan pendekatan pembelajaran dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Sebelum pembelajaran, siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan awal siswa, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan awal ini didapat dengan memberikan tes kemampuan awal kepada siswa sebelum materi diberikan. Pada awal pertemuan, siswa diberikan pretest untuk melihat pemahaman konsep siswa untuk materi Pecahan sebelum diberikan perlakuan. Pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi REACT.Pada awal pembelajaran, guru mengaitkan materi kepada situasi dunia nyata siswa dengan memberikan pertanyaan memicu atau benda konkrit terkait dengan materi tersebut. Setelah itu, siswa dibimbing untuk mengkonstruksi ide-ide mereka dalam menemukan konsep melalui langkah-langkah yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi dengan cara memberikan pertanyaan kepada beberapa orang siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest untuk melihat pemahaman konsep siswa setelah diberi perlakuan. Posttest memilikisoal yang sama dengan pretest. Hasil penelitian dideskripsikan dan dianalisis untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest siswa. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data peningkatan pemahaman konsep dan homogenitas variansi.uji normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan terbukti bahwa data peningkatan pemahaman konsep siswa berdistribusi normal. Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 14

21 Tahap selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dari hasil uji homogenitas diperoleh bahwa variansi kelas sampel, baik siswa kelompok tinggi, sedang maupun siswa kelompok rendah mempunyai variansi yang homogen. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas kelas sampel diketahui bahwa data peningkatan pemahaman konsep siswa pada kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Untuk analisis mengenai perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol digunakan uji-t dan diperoleh bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi REACT, lebih tinggi daripada rata-rata nilai siswa dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep secara keseluruhan siswa kelas eksperimen untuk materi Pecahan lebih baik daripada kelas kontrol.selain itu, pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol lebih beragam.hal ini terjadi karena strategi REACT dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep mereka. Dilihat dari segi kemampuan awal siswa, diperoleh bahwa rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas eksperimen, lebih tinggi daripada rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas kontrol. Dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini didukung dari hasil analisis interaksi, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa strategi REACT dapat digunakan oleh siswa tanpa memperhatikan kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Peningkatan pemahaman konsep ini terjadi, karena siswa kelas eksperimen terbiasa dengan pembelajaran menggunakan strategi REACT yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri, melalui diskusi kelompok. Siswa secara berkelompok bekerja sama dan berbagi ide, untuk menemukan konsep dari materi pecahan Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 15

22 dengan menyelesaikan kegiatan yang ada pada LKS yang telah disediakan, yaitu pada tahap cooperating dan experiencing. Dengan kegiatan diskusi kelompok, terjalin interaksi antar siswa, dan siswa dengan guru. Salah satu faktor pendukung agar strategi REACT terlaksana dengan baik adalah merancang suatu LKS yang berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep dari materi yang diberikan. Dengan menggunakan LKS siswa akan aktif dalam pembelajaran, dan dapat melatih siswa memahami konsep sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam menyelesaikan soal tes yang diberikan, siswa dituntut untuk dapat memahami soal berdasarkan indikator pemahaman konsep. Berdasarkan analisis terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dilihat dari indikator soal, didapatkan bahwa ratarata peningkatan untuk pemahaman konsep siswa kelas eksperimen,lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol untuk indikator soal nomor 1, 3, 4, dan 6. Indikatornya adalah (1) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (2) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, (3) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep serta (4) menyatakan ulang suatu konsep. Keunggulan siswa kelas eksperimen ini dikarenakan mereka telah dibiasakan menemukan konsep sendiri serta berbagi pengetahuan dengan siswa lain, sehingga mereka lebih memahami konsep dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang diberikan. Berdasarkan analisis terhadap lembar jawaban siswa, terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mampu memahami konsep, dilihat dari indikator pemahaman konsep yang dapat dicapai oleh siswa dengan baik. Namun beberapa siswa masih ada yang salah dalam melakukan perhitungan.hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami soal dengan baik dan tidak hati-hati dalam melakukan perhitungan. Hal ini terlihat dari indikator kedua pemahaman konsep. Siswa kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan siswa kelas eksperimen untuk indikator mengaitkan suatu konsep dan konsep lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak selalu lebih baik daripada kelas kontrol untuk semua kondisi. Indikator kedua dapat dicapai oleh siswa kelas eksperimen, namun mereka kurang memahami maksud dari soal, sehingga tujuan yang diinginkan dari permasalahan yang diberikan tidak tercapai. Hal ini hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir penelitian. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebutdapat dikatakan bahwa strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga mereka dapat menggunakan Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 16

23 konsep matematika terutama konsep Pecahan dalam memecahkan permasalahan dunia nyata, dan mereka yakin bahwa matematika sangat berguna bagi kehidupan mereka. Hal ini terjadi karena strategi REACT bukan hanya menuntut siswa menemukan konsep saja, tetapi juga dapat menghubungkan konsep tersebut ke situasi dunia nyata terutama dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga siswa memiliki keyakinan akan kegunaan matematika dalam kehidupan mereka. Dengan membiasakan siswa menemukan sendiri konsep materi pelajaran, dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan ilmu yang didapatkan akan lebih tahan lama dalam ingatan siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa, pemahaman konsep antara siswa yang menggunakan strategi REACT, dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional, ditinjau dari: a. Keseluruhan. Pemahaman konsep siswa yang menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. b. Kemampuan awal siswa. 1) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan menggunakan strategi REACT,lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 2) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 3) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. c. Interaksi. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa. Hal ini menunjukkan bahwa strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa baik untuk siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.strategi REACT merupakan strategi yang dapat membantu guru untuk mengaitkan materi ke situasi kehidupan nyata siswa.siswa dapat belajar sendiri dan menemukan konsep dengan mengkonstruksi ide-ide mereka. Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 17

24 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) guru matematika SD Negeri 03 Kampung Jawa dan 04 IX Korong Solok dapat menjadikan strategi REACT sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan (2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran menggunakan strategi REACT, untuk pokok bahasan lain. DAFTAR RUJUKAN Crawford, L.M. (2001). Teaching Contextually: Research, Rational, and Technique for Imploving Student Motivation and Achievement in Mathematics Science. Texas: CCI Publishing, INC Cord Teaching Mathematics Contextually. Online ( Diakses tanggal 8 Sepetember 2012) Hake, R. R Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. Of Physics, Indiana University. Online ( Change-Gain.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2013) Jihad, Asep Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung: Multi Pessindo NCTM Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: Authur Ni mah, Nunin Penerapan Pembela-jaran Kontekstual Strategi REACT untuk Meningkatkan Prestasi Bela-jar pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi di Kelas VII SMP Kartika IV-8 Malang.Skripsi. Malang: UIN Malang. Online ( Diakses tanggal 8 Sepetember 2012) Rohati Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang dengan Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) di Sekolah Mengenah Pertama. Jurnal Edumatica. I (2): Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Suherman, Erman Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (edisi revisi). Bandung: UPI. Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep... 18

25 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XII TKR SMK ADZKIA PADANG DENGAN MODEL STAD Hana Adhia Program Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok Abstract. The implementation process of mathematics learning in schools often experience many obstacles. One of them is the low learning outcomes of students. This phenomenon is visible at the time of the teaching-learning process. The students tend to chat with their friend during the process. Moreover, they often ask permission out. These behaviors show the lack of students desire to learn. It will affect the students understanding about the subject matter. Resulting in student participation in mathematics learning is low. To help improve the quality of education, effort required of teachers in improving students' learning outcomes. This study aims to explain the process of improving the results of mathematics learning and describes how high achievement and learning outcomes of students in the class XII TKR SMK Padang Adzkia STAD model. The research is classroom action research conducted in two cycles. Technique of data analysis used alur model. This technique consists or 3 alur; data reduction, data of the description, and transformation raw data which comes from field note. The data analysis used is descriptive analysis. The results showed that an increase in student learning outcomes. This is evident from an improved learning outcomes in this study that is equal to 85,7% students had thoroughly studied already reached the end of cycle II. One of factors causes improving students learning achievement by using STAD model is cooperative between group member to understand the material. It can be concluded that the implementation of STAD model to increase results of mathematics. Keyword: Learning Outcomes, STAD Model PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, setiap negara dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 19

26 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang mempunyai peranan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat melatih kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Ketepatan dalam penggunaan model mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi, aktivitas, dan minat terhadap mata pelajaran matematika yang diberikan, serta terhadap proses dan pencapaian hasil belajar siswa. Model mengajar yang baik adalah model yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya. Menurut Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standar proses, fungsi guru sebagai narasumber, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Kenyataannya yang terjadi di kelas XII TKR (Teknik Kendaraan Ringan) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Adzkia Padang proses pembelajaran matematika masih belum berjalan sesuai yang diharapkan. Proses belajar mengajar masih didominasi dan berpusat kepada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif, dan guru belum cukup kreatif untuk menciptakan susana belajar yang dapat memotivasi, mengaktifkan dan membuat siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Ketika proses belajar mengajar berlangsung banyak siswa masuk terlambat, bercerita dengan temannya, kurangnya kerja sama antar siswa dalam memahami materi pelajaran, dan siswa sering minta izin keluar. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika masih rendah. Sangat sedikit siswa yang mau bertanya, mengeluarkan pendapat atas permasalahan yang dikemukakan guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, serta kurang kemauan siswa untuk saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran. Akibatnya, hasil belajar matematika sebagian besar siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 60. Nilai Ulangan Harian matematika siswa kelas XII TKR untuk Standar Kompetensi memecahkan masalah berkaitan dengan dengan konsep teori peluang yang penulis ajar pada tahun 2010/2011 ini dapat dilihat pada Tabel 1. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 20

27 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn Tabel 1. Nilai Ulangan Harian siswa kelas XII TKR SMK Adzkia Padang tahun 2010/2011, untuk Standar Kompetensi memecahkan masalah berkaitan dengan konsep teori peluang Kelas Jumlah Siswa Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 6,00 Jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 6,00 XII TKR orang 17 orang Persentase 39,3% 60,7 % Ket KKM= 60 Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa kelas XII TKR dengan persentase 60,7% nilai siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan untuk tahun pelajaran 2010/2011 yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal dan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya. Berkaitan dengan masalah tersebut, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal. Sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Berdasarkan permasalahan yang ditemui maka model STAD (Student Teams Achievement Divisions), sebagai model pembelajaran kooperatif efektif jika diterapkan pada materi hitungan yang memerlukan pemahaman konsep pada materi statistika. Siswa pada umumnya kesulitan dalam menerapkan aturan konsep statistik dalam pemecahan masalah. Berdasarkan Model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen menurut prestasinya dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi dengan model STAD. Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai narasumber, fasilitator, dan mediator dalam proses belajar mengajar. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa Berdasarkan latar belakang masalah, dalam pembelajaran matematika ditemukan beberapa kendala. Berawal dari model pembelajaran matematika yang selama ini masih terpusat dan didominasi oleh guru sehingga hasil belajar siswa belum maksimal, masih ada di bawah KKM. Untuk itu, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan menggunakan Model Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 21

28 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn STAD dan penulis tertarik melaksanakan penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII SMK Adzkia Padang dengan Model STAD Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran metematika seperti yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi pada: motivasi siswa dalam belajar matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD. Berdasarkan permasalahan di atas perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: bagaimana proses meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD? dan seberapa tinggi, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang?. Tujuan penelitian ini adalah: menjelaskan proses meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD; menjelaskan seberapa tinggi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang. METODE Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara guru dan teman sejawat dengan upaya peningkatan motivasi Belajar siswa. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari: a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Penelitian ini menerapkan model penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas bersifat deskriptif kualitatif. Pada peneltian ini peneliti menggunakan model STAD dalam pembelajaran. Berdasarkan Model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen menurut prestasinya dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi dengan model STAD. Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai narasumber, fasilitator, dan mediator dalam proses belajar Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 22

29 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn mengajar. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswanya. Model pembelajaran STAD akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan di kelompok maka dapat dipecahkan bersama-sama dengan bimbingan guru. Pada penilitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar yang berkaitan dengan ranah kognitif yaitu hasil belajar intelektual. Keberhasilan siswa dapat diukur dari tes materi pelajaran yang telah mereka pelajari. Hasil belajar siswa dinyatakan dengan nilai atau angka. Indikator keberhasilan peningkatan siswa akan tercapai jika minimal 75% siswa sudah tuntas belajar yaitu apabila secara individu penguasaan materi pelajaran sama atau lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus I Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus I diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti 26 orang siswa dengan jumlah soal sebanyak 8 buah berbentuk uraian. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguassan siswa terhadap materi yang telah dipelajari selama siklus I. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Persentase Siswa Tuntas dan tidak Tuntas Belajar pada Siklus I No Tuntas Tidak Tuntas Ket f % f % ,2 8 30,7 26 Siswa yang Hadir Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa, dari 26 siswa, 18 orang (69,2%) sudah bernilai sama atau di atas KKM yaitu 60, sisanya 8 orang (30,7%) masih bernilai di bawah KKM. Rara-rata nilai siswa pada siklus I adalah 67,1. Hasil ini sudah di atas KKM pada semester ini yaitu 60. Jawaban tes I siswa dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 23

30 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn Gambar 1. Jawaban Tes I Siswa Dari Gambar 1 terlihat bahwa telah dapat mengerjakan tes dengan baik. Meskipun masih ada jawaban yang kurang sempurna. Salah satu permasalahan yang ditemui di kelas yang diteliti sebelum tindakan dilaksanakan adalah rendahnya hasil belajar siswa. Dari catatan yang peneliti miliki dari dua kelas yang diajarkan persentase nilai siswa pada kelas yang diteliti untuk Standar Kompetensi memecahkan masalah berkaitan dengan dengan konsep teori peluang 60,7% nilai siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan untuk tahun pelajaran 2010/2011 yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal dan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya. Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 66,1, dengan KKM 60. Persentase siswa yang tuntas belajar adalah 69,2%. Terjadinya peningkatan nilai rata-rata siswa mungkin disebabkan secara berangsur-angsur siswa sudah mulai terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari sebagian siswa sudah mulai bertanya jika ada materi yang tidak mereka pahami. Diharapkan dengan model STAD ini, pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan lebih baik, sehingga diharapkan berimbas pada peningkatan hasil belajar. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 24

31 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn Sesuai dengan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa yang ditetapkan pada penelitian ini 75% siswa sudah tuntas belajar belum lagi tercapai, maka dapat dikatakan tindakan yang dilakukan pada siklus I belum menyelesaikan permasalahan di kelas yang diteliti. Perlu dilakukan tindakan lanjutan dengan memperbaiki hal-hal yang belum berjalan menurut semestinya. b. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus II Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus II dilaksanakan diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti oleh 28 orang siswa dengan jumlah soal 4 buah. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus II dan peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Persentase Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar pada Siklus II No Tuntas Tidak Tuntas Ket 24f % f % ,7 4 14,3 28 Siswa yang Hadir Dari Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa dari 28 siswa, 24 orang (85,7%) sudah bernilai sama atau di atas KKM, sisanya 4 orang (14,3%) masih berniali di bawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar (bernilai sama atau diatas KKM) idealnya 75%. Rata-rata nilai siswa pada siklus II adalah 80,2. Persentase siswa yang nilainya sama atau di atas KKM mengalami kenaikkan sebesar 16,5% dan nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 14,1% dibandingkan dengan siklus I. Pada akhir siklus II, dari 28 orang siswa yang mengikuti tes, sebanyak 85,7 siswa sudah tuntas belajar. Rata-rata nilai siswa adalah 80,2. Ketuntasan belajar siswa sudah mencapai minimal 75%. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II meningkat karena sudah terlihat kesungguhan siswa dalam belajar. Siswa sudah mulai terbiasa mencatat materi yang dijelaskan guru dan bertanya jika ada bagian-bagian yang belum mereka pahami. Mereka juga sudah berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan temannya serta mereka sudah mulai terbiasa untuk saling berdiskusi dalam memahami materi pelajaran dengan kelompoknya. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 25

32 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn Sesuai dengan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa sudah tuntas belajar sudah tercapai, maka dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus II sudah dapat menyelesaikan permasalahan di kelas yang diteliti. Berikur ini perkembangan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II, yang dapat dilihat pada: Gambar 3 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata Dari hasil analisis evaluasi belajar setelah siklus I dan II dilaksanakan terlihat bahwa terjadi peningkatan banyaknya siswa yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu dari 18 orang (69,2%) pada siklus I menjadi 24 orang (85,7%) pada akhir siklus II atau mengalami kenaikkan 16,5% dan sebaliknya terjadi penurunan siswa yang belum mencapai KKM sebesar 16,4%. Nilai rata-rata juga mengalami kenaikkan sebesar 14,1. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II sudah berhasil meningkatkan persentase nilai siswa yang sudah mencapai KKM. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh setelah tindakan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XII TKR SMK Adzkia Padang; peningkatan hasil belajar sebesar 85,7% orang siswa tuntas Saran Saran untuk peneliti berikutnya mengenai penelitian ini adalah: diharapkan kepada guru matematika untuk menerapkan model STAD pada proses pembelajaran karena model STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 26

33 THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-issn DAFTAR RUJUKAN Ary Ginanjar ESQ. Jakarta: Arga Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Herman Hudojo Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Ibrahim, muhsin, dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. John A. Van De Walle Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga. Nana Sudjana Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya NCTM Devoloping Mathematical Reasoning in Grade K-12. New York: United States of America M. Subana, dkk Statistika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Made Wena. 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Muhsin Ibrahim, dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA- University Press. Prayitno dan Marjohan Modul Pengembangan Profesi Pendidik. Padang: UNP. R. Soedjadi. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional. Reigeluth Introductional-Design Theories and Models An Overview of Their Current Status. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publishers Sardiman A.M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Slavin Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Allyn and Bacon: Boston Solikhin Abu Izzuddin Deadline Your Life. Solo: Pustaka Iltizam. Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar... 27

34 TAHAP DESIGN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA PERKULIAHAN ALJABAR LINIER ELEMENTER DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Reno Warni Pratiwi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Solok, Indonesia Abstract. After doing Define stage that is sylabus, literature, and students need analysis, it is found that the students need constructivism based worksheet in Elementary Linier Aljabar lecture in Math Program of FKIP UMMY Solok. This methode is descriptive research by explaining the worksheet design. The result of the research is the worksheet design, cover design, cover page, introduction, table of content, chapter, biblioghraphy, answer key, and writer page. Cover is dominated with orange and pink colour, entittle Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan Aljabar Linier Elementer. There is the name of the writer on the cover page with the Elementary Linier Aljabar lecture background. There are eight Chapter and every chapter consists of introduction, Main competence, and supported competence and some sub materials. Every sub material consists of material explanation, example, task, and feedback. The conclusion of this research is it has been designed a students constructivism based worksheet in Elementary Linier Algebra lecture in Math Program of FKIP UMMY Solok. Key Words: Design stage, Worksheet, Constructivism, Elementary Linier Algebra PENDAHULUAN Bahan ajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang dapat digunakan oleh pendidik termasuk dosen dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan suatu media yang dapat membantu pemahaman materi oleh mahasiswa sehingga semua kompetensi tercapai. Oleh karena itu, bahan ajar sangat penting dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengembangan bahan ajar dilakukan sesuai dengan kebutuhan setiap pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan selama ini adalah buku Aljabar Linier Elementer karangan Howard Anton. Materi perkuliahan yang disusun pada silabus sebetulnya sudah lengkap pada buku ini. Cuma tidak semua materi yang ada pada buku dipelajari. Penyajian materi juga kurang detail sehingga mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok mampu memahami dengan baik. Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 28

35 Mahasiswa sebagai pembelajar di perguruan tinggi dianggap sudah dewasa seharusnya bisa mengoptimalkan potensi mereka, mengakses pengetahuan yang sudah mereka miliki untuk membentuk pengetahuan baru. Sehingga mahasiswa bisa belajar secara aktif, dan mandiri. Menurut Zaini (2002: 4) Mahasiswa pada umumnya telah mempunyai kematangan dalam berpikir dan menentukan pilihan. Dari segi umur pun, mahasiswa telah dianggap dibandingkan dengan siswa sekolah menengah. Selanjutnya Suherman (2004: 2) menyatakan Setiap mahasiswa adalah individu yang memiliki potensi untuk belajar mandiri, baik dari sumber tertulis, media masa atau lingkungannya. Dosen lebih bersifat memfasilitasi dan menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga potensi tersebut bisa berkembang secara optimal. Salah satu penyebab kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap materi adalah aktivitas belajar mahasiswa yang rendah. Pendukung aktivitas belajar mahasiswa salah satunya adalah tersedianya bahan ajar, karena bahan ajar merupakan media yang sangat penting pada pembelajaran. Bahan ajar yang sering digunakan dalam kegiatan perkuliahan selama ini adalah buku teks dari penerbit. Tetapi, mahasiswa belum mampu memanfaatkan buku tersebut dengan baik untuk menunjang aktivitas belajar mereka. Bentuk paham yang sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa adalah paham konstruktivisme. Nurhadi (2003:36) menyatakan bahwa Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Jadi mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya ke dalam pengalaman baru. Sehingga mahasiswa mampu memperoleh pengalaman belajar baru dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah dimilikinya. Langkah-langkah penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas menurut Nurhadi (2003:39-40) adalah sebagai berikut: 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dilakukan secara keseluruhan, tidak dalam paket-paket terpisah-pisah. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dapat dilakukan mahasiswa dengan cara menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru itu. 4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh (applying knowledge) dengan cara menggunakannya secara otentik melalui problem solving. 5) Melakukan refleksi (reflecting on knowledge) Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 29

36 Berdasarkan tahap define bertujuan untuk menganalisis permasalahan, kebutuhan, dan karakteristik mahasiswa dalam mengembangkan bahan ajar pada perkuliahan Aljabar Linier Elementer di UMMY Solok. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui analisis silabus, analisis buku yang berkaitan dengan aljabar linier elementer, serta wawancara dengan mahasiswa. Hasil analisis diperoleh bahwa mahasiswa membutuhkan bahan ajar berbasis Konstruktivisme pada perkuliahan Aljabar Linier Elementer di UMMY Solok. Langkah selanjutnya adalah tahap Design (perancangan), pada tahap ini akan dirancang bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika UMMY solok. METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model pengembangan dalam penelitian menurut Thiagarajan dan Semmel dalam Trianto (2012:93) Model pengembangan produk seperti yang disarankan adalah model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, dan Desseminate atau diadaptasi menjadi model 4-P yaitu Pendefenisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Tahap Design bertujuan untuk mengahasilkan suatu rancangan bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika UMMY solok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1. Penyusunan kerangka bahan ajar. Penyusunan kerangka bahan ajar yang akan dikembangkan. 2. Penentuan Sistematika Materi. Sistematika atau urutan penyajian materi didasarkan pada penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan menjadi indikator-indikator di pendidikan matematika UMMY Solok. 3. Perencanaan alat evaluasi. Perencanaan alat evaluasi yang akan disusun dalam bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika UMMY solok. 4. Penyusunan Desain Instrumen Penilaian. Penyusunan desain instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian. Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 30

37 5. Perancangan Draft awal bahan ajar. HASIL Perancangan draft awal bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika UMMY solok berdasarkan kerangka bahan ajar yang telah disusun. Hasil analisis pada tahap define (pendefenisian), maka tahap selanjutnya adalah tahap design (Perancangan). Pada tahap ini dilakukan: 1. Penyusunan kerangka bahan ajar. Penyajian bahan ajar ini disusun secara urut yang terdiri dari cover (halaman judul), halaman sampul dalam, kata pengantar, daftar isi, Bab, daftar rujukan, kunci jawaban, dan halaman penulis. 2. Penentuan sistematika materi. Sistematika atau urutan penyajian materi didasarkan pada penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan menjadi indikator-indikator. Urutan materi yang akan disajikan dalam bahan ajar adalah sebagai berikut. Bab I : Matriks Bab II : Eliminasi Gaus Bab III : Invers Matriks Bab IV : Determinan Matriks Bab V : Ruang Vektor Bab VI : Ruang Hasil Dalam Bab VII : Nilai dan Vektor Eigen Bab VIII : Transformasi Linier 3. Perencanaan alat evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan dalam bahan ajar ini meliputi tugas-tugas. Evaluasi pada bahan ajar ini terletak pada latihan terbimbing dan latihan mandiri yang dilengkapi dengan kunci jawaban pada bagian akhir bahan ajar. Latihan terbimbing dirancang dengan tujuan membimbing mahasiswa untuk mengingat konsep, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada latihan. Latihan mandiri berbentuk soal uraian yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengorganisasikan dan menuliskan jawaban mereka sendiri. Hal ini akan melatih keruntutan pola pikir mereka dalam menuliskan langkah-langkah dalam menjawab soal, dan melatih logika mereka. Soal-Mahasiswa dapat mengecek kebenaran hasil jawaban latihan terbimbing maupun mandiri menggunakan kunci jawaban. Soal-soal yang ada pada latihan terbimbing dan latihan mandiri berupa soal essay atau uraian. Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 31

38 4. Penyusunan Desain Instrumen Penilaian Instrumen penilaian bahan ajar berupa angket dengan skala Likert. Angket tersebut terdiri dari 4 pilihan jawaban, yaitu 1, 2, 3, dan 4 yang masing-masing menyatakan tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik yang digunakan untuk menilai kualitas kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Terdapat empat komponen kelayakan pada angket ini, yaitu: kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan dan memodifikasi angket sesuai dengan kebutuhan peneliti, yaitu dengan menambahkan aspek konstruktivisme pada kelayakan isi karena bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar yang berbasis konstruktivisme. Selain itu juga terdapat angket respon mahasiswa yang di dalamnya terdapat poin-poin yang disesuaikan dari syarat-syarat bahan ajar yang baik dan diambil dari tujuan pengembangan modul. 5. Perancangan draft awal bahan ajar. Perancangan draft awal bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika UMMY solok berdasarkan kerangka bahan ajar yang telah disusun. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut: a. Cover Cover didesain dengan dominasi warna oranye dan merah muda. Pada cover terdapat judul Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan Aljabar Linier Elementer. Judul diketik berwarna merah dengan font Britannic Bold dengan ukuran 18. Cover menyertakan nama penulis dan diberi latar yang mencirikan perkuliahan Aljabar Linier Elementer. Nama penulis diketik berwarna biru dengan font Britannic Bold dengan ukuran 14. Sedangkan dibagian bawah cover ditulis Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin. Yang diketik berwarna biru dengan font Britannic Bold dengan ukuran 14. b. Halaman sampul dalam Halaman sampul dalam sebetulnya tidak jauh berbeda dengan cover. Judul pada halaman sampul dalam yaitu Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan Aljabar Linier Elementer. Judul diketik berwarna hitam dengan font Britannic Bold dengan ukuran 18. Halaman sampul dalam menyertakan nama Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 32

39 penulis dan diberi latar yang mencirikan perkuliahan Aljabar Linier Elementer. Nama penulis diketik berwarna hitam dengan font Britannic Bold dengan ukuran 14. Sedangkan dibagian bawah halaman sampul dalam diketik Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin dengan warna hitam font Britannic Bold dengan ukuran 14. Halaman sampul dalam diberi latar belakang berwarna putih. c. Kata Pengantar Kata pengantar diketik dengan warna hitam font Times New Roman ukuran 12. d. Daftar Isi Daftar isi diketik dengan warna hitam font Times New Roman ukuran 12. e. Bab Setiap Bab terdiri dari Pengantar, kompetensi utama, dan kompetensi penunjang, dan beberapa sub materi. Setiab sub materi terdiri dari uraian materi, contoh soal, latihan terbimbing, latihan mandiri, dan umpan balik. Uraian materi dimulai dengan masalah yang kontekstual dan analisis pertanyaan yang membutuhkan penalaran mahasiswa untuk menjawab permasalahan sehingga mendapatkan teori dari topik yang akan dipelajari. Contoh soal memberikan contoh berdasarkan uraian materi dan memberikan pembahasan secara utuh. Mahasiswa dapat menguji tingkat pemahamannya dengan latihan yang ada pada bahan ajar, baik itu latihan terbimbing maupun latihan mandiri. Sub materi ditulis dengan font Times New Roman dengan ukuran 12. f. Daftar Pustaka Daffar pustaka berisi buku-buku yang menjadi rujukan pada penulisan bahan ajar ini. Daftar pustaka ditulis dengan font Times New Roman dengan ukuran 12. g. Kunci jawaban Kunci jawaban berisi jawaban akhir dari setiap soal yang ada pada latihan terbimbing, maupun latihan mandiri yang ada pada setiap bab. Kunci jawaban dapat digunakan mahasiswa untuk mengecek jawaban dari latihan terbimbing maupun latihan mandiri yang mereka buat. Kunci jawaban ditulis dengan font Times New Roman dengan ukuran 10. h. Halaman penulis Berisi profil penulis. Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 33

40 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analis pada tahap Design, maka telah dirancang bahan ajar berbasis konstruktivisme pada perkuliahan aljabar linier elementer di program studi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok. Selanjutnya akan dilakukan tahap develop dimana bahan ajar yang telah dirancang akan dikembangkan mulai dari penyusunan draft bahan ajar, validasi ahli, dan uji coba. DAFTAR PUSTAKA Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk Pembelajaran Kontekstual (Contextual Taeching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman dkk Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Trianto Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Zaini, Hisyam dkk Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga. Reno Warni Pratiwi: Tahap Design Pengembangan... 34

41 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS 2013A PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Rita Oktavinora Dosen Pendidikan Matematika, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Solok Abstract. In particular Solok UMMY student enrollment year 2013 A researcher interviewed, most students said the difficulty in studying subjects algebraic structure. The reason given students include: subject algebraic structure is subject elusive and too abstract. Study results subject algebraic structure low. This is caused by kurangtepatnya learning model used. The research problems is the extent STAD cooperative learning model can improve student learning outcomes subject algebraic structures in mathematics education Prodi 13A MAT UMMY Solok. This research is a classroom action research (classroom action research) conducted three cycles. Each cycle consists of four phases: planning, action, observation and reflection. Subjects were students of mathematics education Prodi MAT 13A UMMY Solok with the number of students 22 people. Data was collected through field notes and test results belajar.teknik data analysis used is descriptive analysis. The results showed that the learning outcomes of students increased from the first cycle to the third cycle. The percentage of student results on the first cycle of 59.10%, an increase of 3.63% in the second cycle into 72.73%. From the second cycle to the third cycle increased by 4.54%, so at the end of the study reached 77.27%. So learning STAD Cooperative Learning Model can improve learning outcomes of the course structure 13A MAT algebra math education Prodi UMMY Solok. Keywords: Algebraic Structures Cooperative Learning STAD, Learning Outcomes. PENDAHULUAN Struktur Aljabar merupakan salah satu cabang matematika abstrak, yang umumnya akan lebih sulit dibandingkan dengan cabang lain yang lebih kongkrit. Di dalam mata kuliah ini akan dibicarakan tentang himpunan dengan satu operasi dan dua operasi yang berupa Grup dan Ring (Gelanggang) yang merupakan suatu aljabar modern yang standar. Mahasiswa diharapkan untuk mengambil terlebih dahulu mata kuliah Teori Bilangan dan Aljabar Linear Elementer agar lebih mudah memahami mata kuliah ini. Struktur Aljabar merupakan materi tentang matematika abstrak, maka dalam hal ini kita tidak melakukan perhitungan, tetapi belajar tentang konsep abstrak, fakta serta prinsip yang saling berkaitan. Di UMMY Solok khususnya mahasiswa tahun masuk 2013 A yang peneliti wawancarai, sebagian besar mahasiswa mengatakan kesulitan dalam mempelajari matakuliah struktur aljabar. Alasan yang disampaikan mahasiswa diantaranya: matakuliah struktur aljabar adalah matakuliah yang sulit dipahami dan terlalu abstrak. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 35

42 Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti melihat aktivitas belajar mahasiswa terhadap matakuliah struktur aljabar masih rendah. Hal ini ditandai dengan 1) sangat sedikit mahasiswa yang berani menjawab pertanyaan dari dosen, maupun mengajukan pertanyaan kepada dosen, 2) pada saat diberikan latihan, beberapa mahasiswa mengerjakan dengan kurang serius, 3) beberapa mahasiswa menghindari mengerjakan soal yang sulit, 4) mahasiswa cenderung untuk bekerja secara individual, 5) beberapa orang mahasiswa tidak membuat tugas rumah, 6) mahasiswa cenderung tidak berani untuk menampilkan hasil pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena buku sumber yang digunakan bahasanya masih abstrak sehingga susah untuk dipahami mahasiswa. Dari studi dokumentasi terhadap hasil Ujian Akhir Semester (UAS) mahasiswa angkatan 2012, menunjukkan persentase pencapaian nilai mahasiswa >65 masih rendah. Masih banyak mahasiswa yang belum memenuhi nilai >65. Persentase keberhasilan mahasiswa yang mencapai nilai >65 dari nilai UAS ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase Pencapaian nilai mahasiswa MAT 12A Banyak mahasiswa yang Persentase Ketercapaian Kelas mencapai nilai >65 MAT 12A 12 orang 44,44% Dari hasil UAS terlihat bahwa nilai mahasiswa masih tergolong rendah. Demikian pula jika dilihat dari kemampuan yang dimiliki, mahasiswa di MAT12A ini memiliki adanya kemampuan yang beragam. Ada mahasiswa yang berkemampuan tinggi, ada yang berkemampuan sedang dan ada yang berkemampuan rendah. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama ini menggunakan metode demonstrasi, ceramah dan tanya jawab secara klasikal dengan gaya yang monoton. Seperti biasanya pembelajaran diawali dengan penjelasan materi, pemberian contoh soal dan dilanjutkan dengan pemberian tugas berupa soal latihan bagi mahasiswa. Peneliti merasakan lebih banyak mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran. Mahasiswa hanya mendengar, mencatat dan menuruti apa yang diperintahkan. Akibatnya potensi yang ada pada diri mahasiswa tidak dapat berkembang secara maksimal. mahasiswa menjadi pasif dan tidak dapat mengkonstruk pemahaman terhadap materi pembelajaran yang diterimanya, melainkan hanya menirukan apa yang telah dicontohkan oleh peneliti. Hal ini juga disebabkan karena faktor buku sumber yang masih abstrak sehingga mahasiswa susah memahami bahasanya. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 36

43 Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti pernah melakukan beberapa upaya di antaranya dengan melakukan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok. Namun dalam kegiatan belajar berkelompok hanya sedikit mahasiswa yang aktif memberikan tanggapan atas pertanyaan dari dosen. Semua upaya yang telah dilakukan ternyata belum dapat mencapai hasil yang memuaskan. Hasil belajar mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan masih dalam ranah kognitif, sebagian besar masih banyak nilainya yang di bawah <65. Peneliti menduga penyebab rendahnya hasil belajar mahasiswa diantaranya adalah model pembelajaran yang diterapkan selama ini belum begitu bervariasi dan belum sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang ada di kelas. Dan juga buku sumber yang digunakan masih abstrak sehingga mahasiswa susah untuk memahami bahasanya. Berdasarkan fenomena di atas dapat dikatakan bahwa ada 4 masalah pokok dalam proses pembelajaran di MAT 13A UMMY Solok yaitu (1) model pembelajaran yang belum bervariatif, (2) aktivitas belajar mahasiswa masih rendah dan (3) hasil belajar mata kuliah struktur aljabar belum memuaskan, (4) buku sumber yang masih abstrak. Untuk mengatasi masalah yang ada tersebut, peneliti mencoba menerapkan Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MAT 13A. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena model ini dapat memfasilitasi dosen untuk membimbing mahasiswa melakukan proses pembelajaran dalam kelompok kecil, dengan harapan akan membuat mahasiswa menjadi lebih aktif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat membangkitkan interaksi yang efektif di antara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered). Aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan struktur aljabar dapat meningkat karena mahasiswa dapat dengan mudah memahami modul ini karena sudah dijadikan bahasa buku yang sederhana. Dengan interaksi yang efektif antar sesama mahasiswa tersebut diharapkan dapat menumbuhkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar mahasiswa meningkat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dimungkinkan dapat membantu mahasiswa untuk saling terbuka mengemukakan permasalahan dalam perkuliahan dan dapat melatih mahasiswa untuk lebih peduli terhadap kesulitan belajar yang dialami teman-temannya. Mahasiswa yang bermasalah dalam belajar struktur aljabar, dimungkinkan akan termotivasi dengan baik. Adanya bimbingan dosen dan bantuan sesama teman akan memperkecil Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 37

44 kesulitan belajar struktur aljabar, khususnya bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan kognitif rendah. Rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini yaitu Sejauhmana model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa matakuliah struktur aljabar pada MAT 13A prodi pendidikan matematika UMMY Solok? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah mahasiswa matematika 2013 kelas A program studi pendidikan matematika jurusan PMIPA semester genap tahun akademik 2014/2015 yang berjumlah 22 orang. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif dan spiral. Siklus dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation), dan melakukan refleksi (reflection). Instrumen penelitian ini adalah: 1) tes, dan 2) catatan lapangan. Teknik analisis data hasil belajar yang digunakan yaitu, Mahasiswa dikatakan berhasil belajar bila mahasiswa mendapatkan skor nilai 65 keatas. Dalam penelitian ini diharapkan jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai 65 keatas adalah 75% dari jumlah mahasiswa yang ada dalam kelas tersebut. Untuk menentukan keberhasilan belajar mahasiswa secara individu digunakan rumus: Dimana. NI : Keberhasilan belajar secara individu T : Skor yang diperoleh mahasiswa SM : Skor maksimum dari tes. Dengan demikian, mahasiswa dikatakan berhasil jika NI 65. Untuk mengetahui persentase banyaknya mahasiswa yang telah mencapai nilai 65 keatas, digunakan rumus: Dengan T NI = X 100% SM ST NT N X 100% NT : Persentase banyaknya mahasiswa yang mencapai nilai di atas 65 ST : jumlah mahasiswa mencapai nilai di atas 65 N : jumlah seluruh mahasiswa dalam kelas Selanjutnya kelas dikatakan berhasil apabila NT 75% Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 38

45 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil ujian siklus I dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Ujian Siklus I No Kode Nama Hasil Ujian Keberhasilan Siklus I Belajar 1 DN 75 Berhasil 2 DK 81 Berhasil 3 HS 68 Berhasil 4 NS 80 Berhasil 5 DD 100 Berhasil 6 IA 74 Berhasil 7 MR 40 Belum Berhasil 8 HI 45 Belum Berhasil 9 AN 50 Belum Berhasil 10 DT 78 Berhasil 11 FM 85 Berhasil 12 JN 50 Belum Berhasil 13 MR 60 Belum Berhasil 14 EN 63 Belum Berhasil 15 AZ 90 Berhasil 16 JS 56 Belum Berhasil 17 MS 55 Belum Berhasil 18 EA 45 Belum Berhasil 19 HF 100 Berhasil 20 IA 74 Berhasil 21 IS 78 Berhasil 22 MM 100 Berhasil Jumlah yang berhasil = 13 Jumlah yang belum berhasil = 9 Persentase mahasiswa yang berhasil pada ujian siklus I = 59,09% Pada Tabel 3 berikut ditunjukkan data jumlah maahasiswa yang berhasil pada siklus I berdasarkan nilai ujian siklus I sebagai berikut: Tabel 3. Persentase Mahasiswa yang Mencapai Keberhasilan Siklus I Mahasiswa Yang Persentase Mahasiswa Yang Belum Mencapai Mahasiswa yang Mencapai Indikator Siklus Indikator Mencapai Keberhasilan Keberhasilan Keberhasilan Siklus I Angka Persen Angka Persen 59,09 % I 13 59, ,90 Dari data pada Tabel 3, jumlah mahasiswa yang mencapai keberhasilan sebanyak 13 orang atau 59,03% dan jumlah mahasiswa yang belum mencapai KKM sebanyak 9 orang atau Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 39

46 40,03%. Seorang mahasiswa dikatakan berhasil jika mendapat nilai ujian siklus I lebih dari atau sama dengan 65. Dari data di atas dapat dilihat bahwa indikator keberhasilan jumlah mahasiswa yang mencapai keberhasilan belum tercapai yaitu 75%. Dari hasil analisis terhadap pekerjaan mahasiswa dalam mengerjakan soal tes dan wawancara peneliti dengan beberapa orang mahasiswa diperoleh informasi bahwa kesulitan mahasiswa dialami ketika menyelesaian soal grup faktor mencari koset kiri dan koset kanan jika diketahui generatornya. Peneliti mengatakan kepada mahasiswa untuk lebih banyak lagi berlatih di rumah dalam menyelesaikan soal-soal. Berdasarkan hasil yang telah didapat pada siklus I, mahasiswa yang sudah mendapat nilai 65 baru mencapai 59,09%, oleh karena itu observer bersama peneliti sepakat untuk melanjutkan tindakan pada siklus ke-ii. Semua tindakan yang sudah baik akan dipertahankan dan ditingkatkan. Kekurangan yang dilakukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hasil ujian siklus II dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Ujian Siklus II No Kode Nama Hasil Ujian Siklus II Keberhasilan Belajar 1 DN 35 Belum Berhasil 2 DK 92 Berhasil 3 HS 58 Belum Berhasil 4 NS 87 Berhasil 5 DD 100 Berhasil 6 IA 95 Berhasil 7 MR 63 Belum Berhasil 8 HI 45 Belum Berhasil 9 AN 86 Berhasil 10 DT 95 Berhasil 11 FM 78 Berhasil 12 JN 40 Belum Berhasil 13 MR 50 Belum Berhasil 14 EN 90 Berhasil 15 AZ 85 Berhasil 16 JS 85 Berhasil 17 MS 100 Berhasil 18 EA 82 Berhasil 19 HF 87 Berhasil 20 IA 95 Berhasil 21 IS 88 Berhasil 22 MM 90 Berhasil Jumlah yang berhasil = 16 Jumlah yang belum berhasil = 6 Persentase mahasiswa yang berhasil pada ujian siklus II = 72,73% Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 40

47 Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa dalam mengikuti perkuliahan selama siklus II ini masih ada 6 mahasiswa yang belum mencapai indikator keberhasilan, sedangkan 16 mahasiswa lainnya sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Persentase pencapaian indikator keberhasilan mahasiswa selama siklus II dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Persentase Mahasiswa yang Mencapai Keberhasilan Siklus II Siklus Mahasiswa Yang Mencapai Indikator Keberhasilan Mahasiswa Yang Belum Mencapai Indikator Keberhasilan Angka Persen Angka Persen II 16 72, ,27 Persentase Mahasiswa yang Mencapai Keberhasilan Siklus II 72,73 % Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada siklus II ini sudah 16 orang mahasiswa yang memperoleh nilai 65 yang selanjutnya dinyatakan berhasil dan hanya 6 orang mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 65. Dengan memperhatikan hasil ujian siklus II di dapat sebesar 72,73% mahasiswa yang sudah mencapai indikator keberhasilan, hanya sedikit di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75%. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa secara umum sudah cukup baik memahami materi perkuliahan yang diikuti selama siklus II. Dari hasil ujian siklus II dan wawancara dengan beberapa orang mahasiswa mengatakan bahwa materi ring faktor dan homomorfisma ring membuat mahasiswa cepat memahaminya karena mahasiswa sudah mempelajarinya juga sebelumnya yaitu pada materi grup faktor dan homomorfisma grup selain itu dengan metode STAD membuat mahasiswa lebih tertarik untuk belajar. Berdasarkan hasil yang telah didapat pada siklus II, observer bersama peneliti sepakat untuk melanjutkan tindakan pada siklus ke-iii.untuk melihat hasil belajar yang lebih baik lagi sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Semua tindakan yang sudah baik akan dipertahankan dan ditingkatkan. Kekurangan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Untuk melihat ketuntasan hasil belajar mahasiswa pada siklus III, dilakukan perhitungan dari nilai ujian siklus III. Perhitungan terhadap nilai ini dapat dilihat pada Tabel 6. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 41

48 Tabel 6. Hasil Ujian Siklus III No Kode Nama Hasil Ujian Siklus III Keberhasilan Belajar 1 DN 50 Belum Berhasil 2 DK 90 Berhasil 3 HS 65 Berhasil 4 NS 90 Berhasil 5 DD 100 Berhasil 6 IA 95 Berhasil 7 MR 60 Belum Berhasil 8 HI 55 Belum Berhasil 9 AN 86 Berhasil 10 DT 100 Berhasil 11 FM 70 Berhasil 12 JN 65 Berhasil 13 MR 50 Belum Berhasil 14 EN 90 Berhasil 15 AZ 85 Berhasil 16 JS 85 Berhasil 17 MS 90 Berhasil 18 EA 63 Belum Berhasil 19 HF 90 Berhasil 20 IA 95 Berhasil 21 IS 85 Berhasil 22 MM 90 Berhasil Jumlah yang berhasil = 17 Jumlah yang belum berhasil = 5 Persentase mahasiswa yang berhasil pada ujian siklus III = 77,27% Berdasarkan hasil ujian siklus III, persentase keberhasilan yang didapat mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Mahasiswa yang Mencapai Keberhasilan Siklus III Siklus Mahasiswa Yang Mencapai Indikator Keberhasilan Mahasiswa Yang Belum Mencapai Indikator Keberhasilan Angka Persen Angka Persen III 17 77, ,73 Persentase Mahasiswa yang Mencapai Keberhasilan Siklus III 77,27% Dari data pada Tabel 7 diketahui sebanyak 17 mahasiswa memperoleh nilai 65 dan hanya 5 mahasiswa saja yang memperoleh nilai dibawah 65. Jadi pada siklus III ini banyak mahasiswa yang mencapai indikator keberhasilan sebesar 77,27%, ini sudah berada di atas indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni sebesar 75%. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 42

49 Wawancara yang dilakukan pada siklus III untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan. Di dapat hasil wawancara dari mahasiswa mengatakan dengan belajar kooperatif tipe STAD dapat membuat mereka saling bertukar pikiran, saling bertanya sehingga lebih mudah memahami materi jika dibandingkan dengan belajar secara individu. Sehubungan dengan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dipelajari, mahasiswa menyatakan bahwa pemahaman mereka tentang materi struktur aljabar semakin baik, hal ini disebabkan pada perkuliahan yang dilakukan sangat membantu mereka dalam memahami konsep-konsep materi termasuk juga dalam menyelesaikan soalsoal. Dari hasil pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada matakuliah struktur aljabar dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa MAT 13A prodi pendidikan matematika UMMY Solok. Dengan memperhatikan hal di atas, maka peneliti bersama observer sepakat menghentikan penelitian sampai pada siklus III. Hal ini dikarenakan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk hasil belajar mahasiswa telah terpenuhi. Rekap Hasil Belajar Mahasiswa Siklus I, II, dan III Data hasil belajar mahasiswa yang dilakukan setiap akhir siklus. Pencapaian indikator keberhasilan mahasiswa dari hasil belajar yang telah didapat pada setiap akhir siklus, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Keberhasilan Belajar Mahasiswa Setiap Siklus Siklus Mahasiswa yang Telah Berhasil Belajar Mahasiswa yang Belum berhasil Belajar Orang Persen Orang Persen I 13 59, ,90 II 16 72, ,27 III 17 77, ,73 Hasil belajar siswa pada Tabel 8 ini dapat pula ditampilkan dalam bentuk diagram batang, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 43

50 berhasil belum berhasil siklus I siklus II siklus III Gambar 1. Diagram Batang Pencapaian KKM Hasil belajar mahasiswa yang mencapai indikator keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup memuaskan hingga mencapai 77,27%. Peningkatan terjadi dari siklus I hingga siklus III. Demikian pula sebaliknya, mahasiswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan semakin berkurang. Persentase mahasiswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan hanya sebanyak 22,73%. Pembahasan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah dilaksanakan di kelas MAT 13A prodi pendidikan matematika UMMY Solok dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dalam pembelajaran, dosen membimbing mahasiswa berada di samping mereka yang membutuhkan bimbingan, membuat mahasiswa merasa puas dan senang dan merasa diperhatikan sehingga mahasiswa menjadi bersemangat belajar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Goleman, dkk dalam Suradi, (2005:130) bahwa Emosi memegang peranan yang penting dalam proses belajar, karena keterlibatan emosi menjadikan saraf otak dapat bekerja dengan baik, sehingga konsep yang dipelajari mudah masuk ke dalam ingatan. Hal ini tampak dari hasil belajar mahasiswa berdasarkan persentase pencapaian indikator keberhasilan mahasiswa yang meningkat. Pada akhir tindakan penelitian, hasil belajar mahasiswa cukup memuaskan. Tercatat data persentase pencapaian indikator keberhasilan sebesar 77,27%. Persentase pencapaian mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Ini berarti sudah lebih dari 75% mahasiswa yang telah berhasil mencapai indikator keberhasilan. Peningkatan ini tentu akibat dari beberapa perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan sebagai implementasi dari refleksi Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 44

51 yang dilakukan. Mahasiswa sudah mencapai kemajuan dalam belajar, yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar yang diraih. Dengan kemajuan hasil belajar yang diraih mahasiswa dapat diketahui kedudukan mereka baik sebagai individu maupun bagian dari kelompoknya Chabib Thoha, (2003:6). Perbandingan persentase pencapaian indikator keberhasilan pada siklus I, II dan III adalah sebesar 59,09 %, 72,73 % dan 77,27%. Ketercapaian indikator keberhasilan ini terjadi setelah mahasiswa memahami dan dapat menyelesaikan soal melalui proses pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adanya pendekatan semi konkrit dan berakhir dengan pendekatan secara abstrak ketika dihadapkan pada beberapa masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1996) yang mengatakan bahwa ada tiga tingkatan modus belajar, yaitu pengalaman langsung, pengalaman pictorial/gambar dan pengalaman abstrak. Ketiga pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya mengkonstruk pengetahuan. Dari peningkatan hasil belajar matakuliah struktur aljabar setiap siklus, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa kelas MAT 13A prodi pendidikan matematika UMMY Solok. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata kuliah Struktur aljabar mahasiswa MAT 13A prodi pendidikan matematika UMMY Solok. Persentase pencapaian indikator keberhasilan belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 59,10 %, meningkat sebesar 3,63% pada siklus II menjadi 72,73%. Dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 4,54% sehingga pada akhir penelitian mencapai keberhasilan belajar sebesar 77,27%. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian tindakan kelas ini, dapat dikemukakan beberapa saran: 1. Bagi dosen prodi pendidikan matematika, penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam perkuliahan, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. 2. Bagi peneliti perkuliahan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat meningkatkan minat dalam mengembangkan jenis model perkuliahan yang lain yang dapat diterapkan pada pokok bahasan mata kuliah yang sesuai. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 45

52 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Suharjono dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asma, Nur. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ibrahim, Muslimin dan Nur, Muhammad. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Lufri Kiat Memahami Metodologi dan Melakukan Penelitian.. Padang : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang. Nur, Mohamad. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa. Silberman. (1996). Active Learning 101 Cara Belajar Mahasiswa Aktif. Terjemahan oleh Raisul Muttaqien Bandung: Nusamedia. Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. Massachusetts: Allyn and Bacon. Suradi. (2005). Menfasilitasi Mahasiswa dalam Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pembelajaran, 2 (28): 130. Universitas Negeri Padang. (2004). Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang: PPs UNP. Wardani, I.G.A.K. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Rita Oktavinora : Peningkatan Hasil Belajar... 46

53 PERSEPSI DAN MINAT MAHASISWA JURUSAN PMIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PRACTICE REHEARSAL PAIRS DI UMMY SOLOK Roza Zaimil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Solok Abstract: high mathematics learning achievement, especially at the University Mahaputra Muhammad Yamin Solok is the desire of all parties, both from students, parents and the college. Achievement of optimal learning in the learning process of students affected by two factors: internal and external factors. Some examples of them are their perceptions of students about methods of teaching in the lecture which is still not good so it will affect student achievement is low. In addition to students' perceptions on teaching methods, other factors that can affect the level of learning achievement is the interest in learning. One of the learning strategies that can maximize the potential of academic owned students and improve learning interest manifested in active learning type Practice Rehearsal Pairs. Formulation of the problem in this research is "What are the perceptions and interests of students majoring in Mathematics Education PMIPA towards active learning type of practice rehearsal pairs in Solok UMMY? This research is a descriptive study with a sample is math student VI semester 2014/2015 academic year which numbered 70 people at the Department of PMIPA FKIP UMMY Solok who has done active learning types Rehearsal Practice pair. The sampling technique using total sampling. To obtain the data necessary data collection techniques used in the form of a questionnaire. The type of questionnaire used type of questionnaire enclosed with the form of rating scale. Data analysis technique used is descriptive statistical analysis. Keywords: Perceptions, Interest, Practice Active Learning Types Rehearsal pair. PENDAHULUAN Prestasi belajar matematika yang tinggi khususnya di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok merupakan dambaan semua pihak baik dari mahasiswa, orangtua maupun pihak kampus. Pencapaian prestasi belajar yang optimal dalam proses belajar mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Beberapa contoh diantaranya ialah adanya persepsi mahasiswa mengenai metode mengajar dalam proses perkuliahan yang masih kurang baik. Pada umumnya mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap metode mengajar akan merasa senang dalam mengikuti pelajaran sehingga mahasiswa akan berusaha untuk memperhatikan ketika disampaikan materi pelajaran dan ikut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika mahasiswa memiliki persepsi negatif terhadap metode mengajar, maka mahasiswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 47

54 dan sulit untuk memahami apa yang akan diajarkan sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu menjadi rendah. Selain persepsi mahasiswa tentang metode mengajar, faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar adalah minat belajar. Minat merupakan kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dalam belajar adalah suatu yang sangat penting untuk dibahas. Mengingat pentingnya hal tersebut adalah hal yang sangat mutlak dalam setiap aktivitas khususnya dalam belajar. Hasil observasi penulis selama mengajar di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin terlihat bahwa minat belajar mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari aktivitas mahasiswa datang terlambat, tidak adanya perhatian yang penuh dalam belajar. Mahasiswa masih sering minta izin pada jam pelajaran. Belum begitu terlihat rasa keingintahuan mahasiswa dalam belajar. Mahasiswa masih menunggu materi pelajaran yang disampaikan dosen. Sebahagian mahasiswa masih mengumpulkan tugas tidak tepat waktu dengan berbagai alasan. Berdasarkan temuan tersebut, perlu adanya suatu kajian khusus untuk mencari penyebab rendahnya minat belajar mahasiswa. Karena minat yang rendah sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Untuk memperbaiki persepsi dan minat mahasiswa ini, perlu adanya upaya pendekatan pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa melakukan observasi dan eksplorasi agar dapat membangun minat mahasiswa dalam belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi akademik yang dimiliki mahasiswa dan meningkatkan minat belajar terwujud dalam pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pairs. Practice Rehearsal Pairs (latihan praktek berpasangan) adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif (Active Learning) yang termasuk dalam bagian Skill Development (pengembangan kecakapan). Tipe ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan lebih banyak kemampuan diri yang ada, baik kemampuan akademis maupun kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu juga memberi kesempatan untuk bertindak mendengarkan dengan penuh perhatian dan juga berbicara dengan jelas. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan (PMIPA) Program Studi Pendidikan Matematika dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang paling besar ditunjukkan untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang ada. Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 48

55 Populasi yang digunakan adalah semua mahasiswa matematika semester VI tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 70 orang di Jurusan PMIPA FKIP UMMY Solok yang telah melakukan proses pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal pair. Sedangkan sampel adalah mahasiswa matematika semester VI tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 70 orang di Jurusan PMIPA FKIP UMMY Solok yang telah melakukan proses pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal pair. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di kelas Matematika Semester VI FKIP UMMY Solok tahun pelajaran 2014/2015. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa angket. Dalam penelitian ini yang digunakan jenis angket tertutup dengan bentuk rating scale, yaitu kuesioner yang telah tersedia jawabannya yang ada. Bentuk rating scale yang dimaksud adalah dengan memberi tanda centang ( ) pada kolom kolom yang sudah disediakan. Penskorannya menggunakan skala Likert yaitu (1) SL = Selalu, (2) SR = Sering, (3) KD = Kadang-kadang, (4) J = Jarang, (5) TP = Tidak Pernah. Adapun langkah-langkah penulisan instrumen sebagai berikut. a. Membuat Kisi-kisi Angket Langkah-langkah dalam membuat kisi-kisi angket adalah menentukan variabel dan sub variabel. Seperti yang terdapat pada Tabe1 l berikut. Tabel 1. Kisi-kisi Angket Pesepsi dan Minat Mahasiswa terhadap Pembelajaran Aktif Tipe Practice Rehearsal Pair. Variabel Sub Variabel No item Jumlah Minat Keinginan untuk belajar 12, 13, 15, 6 16, 17, 22, Keinginan untuk mendapatkan 10, 11, 18, 4 prestasi yang baik 21 Pemusatan perhatian 2, 4, 20 3 Kebutuhan 19, 23, 2 Kesiapan sebelum belajar 1, 3 2 Motivasi 8, 14 2 Persepsi Persepsi tentang kemampuan dosen 24, 25, 26, 6 b. Prosedur Penelitian Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut. 27, 28, 29, 5,6,7,9, 30 5 Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 49

56 membuat instrumen penelitian. menyebarkan angket kepada responden menganalisa data. Berdasarkan tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan menggunakan rumus berikut. Jumlah Skor Mean Banyak Data Kriteria persepsi dan minat belajar terdapat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kriteria Persepsi dan Minat belajar Koefisien Persepsi dan Minat Belajar Kriteria 4,00 < PM 5,00 Baik Sekali 3,00 < PM 4,00 Baik 2,00 < PM 3,00 Cukup 1,00 < PM 2,00 Kurang 0,00 PM 1,00 Sangat Kurang Dimodifikasi dari Arikunto, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Angket Persepsi dan Minat Mahasiswa Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka persepsi dan minat mahasiswa terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair dapat dikelompokkan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Data Angket persepsi dan minat mahasiswa terhadap terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair Variabel Sub Variabel Rataan Kriteria Minat Keinginan untuk belajar 3,88 Baik Keinginan untuk mendapatkan prestasi yang baik 4,06 Baik sekali Pemusatan perhatian 4,25 Baik sekali Kebutuhan 4,08 Baik sekali Kesiapan sebelum belajar 4,32 Baik sekali Motivasi 3,85 Baik Persepsi Persepsi tentang kemampuan dosen 4,21 Baik sekali Persepsi tentang pelaksanaan pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair. 3,79 Baik B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dari data dapat diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair berada dalam kategori baik. Sedangkan Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 50

57 minat mahasiswa terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair berada dalam kategori sangat baik. Apabila dianalisis maka dapat diketahui bahwa keinginan untuk belajar dan motivasi belajar berada dalam kategori baik yaitu 3,88 dan 3,85. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah mulai ada kemajuan. Keinginan untuk mendapatkan prestasi berada dalam kategori sangat baik, yaitu 4,06. Keinginan ini juga ditunjang oleh adanya pemusatan perhatian dalam belajar, adanya rasa kebutuhan terhadap materi pelajaran, sehingga kesiapan siswa sebelum belajar juga berada dalam kategori baik sekali. Keinginan, minat, dan usaha yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa. Apabila dilihat dari persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair berada dalam kategori baik. Sementara itu persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dosen dapat dilihat berada pada kategori baik sekali yaitu 4,21. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa persepsi dan minat mahasiswa terhadap pembelajaran aktif tipe Practice Rehearsal Pair di FKIP UMMY Solok berada pada kategori baik. SARAN Diharapkan dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap proses perkuliahan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dalyono Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gunarso Meningkatkan Minat Belajar Anak. Jakarta: LPTK dan ISPI. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Icuk Rangga Bawono Persepsi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Reguler dan Non Reguler tentang Pendidikan Profesi Akuntansi.Jurnal JAAI 10(2): h: Nursalam Teori-teori Belajar dan Model-model Pembelajaran untuk Peningkatan Minat Siswa. Jakarta: Ditjen DIKTI. Siswoyo Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 51

58 Slameto Educational Psychology for Effective Teaching. Boston: Wadsworth Publishing Company. Sri Tjahjorini Sugiharto Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Sumarmo, U Bahan Belajar Mata Kuliah Proses Berpikir Matematik Program S2 Pendidikan Matematika. STKIP Siliwangi Bandung. Suranta, Sri and Syafiqurrahman, Muhammad Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) di Karesidenan Surakarta.EMPIRIKA,Jurnal Penelitian Ekonomi, Bisnis dan Pembangunan, 19(1) Syah, Muhidin Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yulia Fridani Skripsi Pengaruh Persepsi dan Minat Mahasiswa Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan Publik terhadap Pilihan Kariernya sebagai Akuntan Publik pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Zaini, Hisyam, dkk Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani. Roza Zaimil: Persepsi dan Minat Mahasiswa... 52

59 EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA PERKULIAHAN LOGIKA MATEMATIKA DI STKIP YPM BANGKO Sugeng Riyadi STKIP YPM Bangko Abstract. The purposed of this research were to know and describe about student s ability mathemathical draft in studies about mathematichs logical who by learning model problem based instruction taught better than learning model convensional on STKIP YPM Bangko. This research used quantitatif approachment with experiment method. The sample was token by probability technique sampling with random sampling. The sample consist by two classes, they where class A in fourth semester as a control class and class B fourth semester as a experiment class. Technique of data collection used essay. Technique of data analysis used Uji-U (Uji Mann-Whitney) and the calculated helped by IBM SPSS. The result of data analysis showed probability value (P-value/sig) as big as 0,046. If it being compared real standard α as big as 0,05, then can concluded H 0 rejected because probability value (Pvalue/sig) α or 0,046 0,05. It means significance as student s ability mathematical draft in studies about mathematics logical who taught by learning model problem based instruction better than learning model covensional on STKIP YPM Bangko. Keywords: problem based instruction, pemahaman konsep. PENDAHULUAN Penggunaan matematika itu akan menjadi salah satu unsur yang ikut membentuk kepribadian. Dengan belajar matematika, seseorang sedikit banyaknya akan dibentuk menjadi orang yang diharapkan mampu untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama, yang menjadi bagian dari kepribadiannya. Kepribadian itu, tentu sangat berperan dalam kemajuan atau kemunduran manusia tersebut. Sehubungan dengan matematika itu bersifat universal, Kline dalam Suherman (2003) mengatakan bahwa adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan, maka sepatutnya diberikan perhatian yang lebih terhadap pembelajaran matematika disetiap jenjang pendidikan, agar siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang konsep matematika. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya pembelajaran matematika bagi suatu masyarakat, termasuk didalamnya Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 53

60 masyarakat Indonesia, khususnya bagi generasi yang akan datang, sangat penting dan perlu terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Permendiknas No. 22 tahun 2006 menjelaskan bahwa muatan matematika memiliki banyak ruang lingkup diantaranya logika yang dipelajari di tingkat kelas XII SMA. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, kompetensi yang diharapkan untuk muatan matematika tingkat satuan kelas XII bagian logika adalah: menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah. Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan ilmunya. Tujuan pembelajaran yang diharapkan agar para lulusannya dapat menguasai dasar-dasar keahlian dan keterampilan dalam bidangnya. Hal ini senada dengan Kepmendiknas Nomor 232 tahun 2000 menyatakan bahwa: program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang salah satunya harus mampu menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya Berdasarkan Kepmendiknas tersebut, maka perguruan tinggi sebagai salah satu tempat lahirnya calon guru, diharapkan mampu mencetak guru matematika yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam bidangnya yaitu kemampuan matematis. Bagian dari Kemampuan matematis adalah pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematis. Pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematis perlu dimiliki dan dikembangkan agar mahasiswa mampu mengatasi setiap permasalahan dalam bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat. STKIP YPM Bangko sebagai bagian dari sekolah tinggi yang menggeluti di bidang pendidikan memiliki tugas penting untuk mengantarkan mahasiswanya menjadi calon guru yang profesional. STKIP YPM Bangko menawarkan beberapa program studi. Salah satunya Pendidikan Matematika. Kurikulum yang ditawarkan di Prodi Pendidikan Matematika mengacu pada tujuan pembelajaran matematika. Salah satu mata kuliah tersebut adalah logika matematika. Logika matematika merupakan salah satu mata kuliah yang wajib di kontrak oleh mahasiswa pendidikan matematika STKIP YPM Bangko pada semester IV. Deskripsi dari mata kuliah logika matematika adalah mengenal lambang, simbol dan bahasa matematika untuk meningkatkan penalaran dan penarikan kesimpulan serta aplikasinya dalam Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 54

61 kehidupan sehari-hari. Mata kuliah logika matematika menjadi dasar dalam mengambil mata kuliah lanjutan seperti analisis real. Mata kuliah logika matematika memiliki peran yang cukup penting sebagai bekal mahasiswa sebelum terjun menjadi guru di sekolah terkhusus di SMA. Pemahaman konsep akan materi logika sangat dituntut untuk menjadi seorang guru. Negoro (2011:35) ada tujuh ciri-ciri soal kemampuan pemahaman konsep. Ciri-ciri tersebut antara lain: menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non contoh dari konsep, menanyakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Hasil latihan mahasiswa untuk soal no 3, 20 dari 30 orang mahasiswa belum bisa mencapai indikator menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, sedangkan untuk no 5, 22 dari 30 orang mahasiswa belum bisa mencapai indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Hasil analisis jawaban latihan mahasiswa tersebut dapat diduga bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa masih tergolong rendah, karena mahasiswa dalam menjawab soal latihan diberikan belum mampu memenuhi indikator-indikator pemahaman konsep. Ciri dari model pembelajaran problem based instruction adalah permasalahan yang ada di dunia nyata dan perspektif ganda. Dengan adanya permasalahan yang ada di dunia nyata diharapkan mahasiswa terstimulus untuk menyelesaikan masalah tersebut. Permasalahan yang diberikan biasanya mengandung perspketif ganda sehingga mahasiswa perlu berpikir dalam menyelesaikan permasalahan. Adanya pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan diharapkan mampu merangsang mahasiswa dalam berpikir sehingga pemahaman konsep mahasiswa menjadi meningkat. Rusman (2011:232) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Sintaks pengajaran berbadasarkan masalah dapat dilihat pada Tabel 1. Trianto (2011:98) menjelaskan ada 5 tahap yang menjadi sintaks dalam pengajaran berdasarkan masalah. Rusman (2011: 232) menjelaskan karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 55

62 1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar 2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata 3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda 4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan Orientasi siswa pada logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau masalah demonstrasi cerita untk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vidio, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Fauzan (2012:2) pemahaman konsep merupakan kunci pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika siswa mampu memahami materi yang diajarkan guru. Siswa tidak sekedar mengingat atau menghafalkan rumus saja tetapi mampu memahami konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Negoro (2011:34-35) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain dan mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan stuktur kognitif yang dimilikinya. Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 56

63 Menurut Negoro (2011:35-36) langkah-langkah dalam menanamkan konsep matematika berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar adalah sebagai berikut: 1. Pengajar memberi pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif peserta didik. 2. Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan. 3. Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami konsep tersebut. 4. Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri. 5. Peserta didik diberi lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep. 6. Peserta didik diberi drill untuk memperkuat konsep tersebut. Menurut Negoro (2011:36-37) indikator kemampuan pemahaman konsep diantaranya: 1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya; 2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaannya; 3. Mampu mengklasifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhiatau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; 4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dengan prosedur; 5. Mampu memberi contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari; 6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma; 7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran team game tournament dan konvensional sedangkan pemahaman konsep sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk desain posttes-only control group design. Adapun rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Desain Penelitian Kelompok Perlakuan Post-test Kelas eksperimen X Kelas kontrol - Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 57

64 Keterangan : X = perlakuan menggunakan model team game tournament - = perlakuan menggunakan model konvensional = Tes akhir Populasi penelitian adalah mahasiswa semester IV pendidikan matematika STKIP YPM Bangko yang mengontrak perkuliahan logika matematika tahun akademik 2014/2015. Penarikan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes yang berbentuk essay. Uji validitas butir soal menggunakan rumus pearson product-momen dan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach, proses perhitungan dibantu dengan sofware IBM SPSS. Untuk perhitungan daya beda dan indek kesukaran soal dibantu sofware Microsoft Excel. Uji normalitas data menggunakan rumus kolmogorov smirnov, dan uji homogenitas menggunakan uji levene. Pengujian hipotesis menggunakan statistik non parametrik tepatnya uji-u (Uji Mann Witney). Proses perhitungan dibantu oleh sofware IBM SPSS. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Skor rata-rata hitung, skor terendah dan tertinggi dari hasil penelitian tentang kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa pendidikan matematika Di STKIP YPM Bangko kelas eksperimen dan kontrol dapat dideskripsikan seperti Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil Penelitian Kelompok Min Max Mean Standar Deviasi Kelas eksperimen ,48 10,040 Kelas kontrol ,04 11,459 Berdasarkan Tabel 3 diperoleh data untuk kelas eksperimen memiliki skor terendah (min) sebesar 16, skor tertinggi (max) sebesar 48, skor rata-rata sebesar 35,48 dan standar diviasi sebesar 10,040. Kelas kontrol diperoleh skor terendah (min) sebesar 0, skor tertinggi (max) sebesar 42, skor rata-rata sebesar 30,04 dan standar deviasi sebesar 11,459. Untuk lebih jelasnya perbandingan antara kelas ekperimen dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 1. Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 58

65 Pemahaman Konsep Matematis 0 Min Max Mean Std Deviasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 1. Diagram data hasil penelitian Uji syarat instrumen bertujuan untuk mendapatkan instrumen berupa soal yang baik. Soal yang dapat dikatakan baik jika soal tersebut valid, memiliki daya beda dan indek kesukaran serta relibel. Soal dapat dikatakan valid jika t hitung > t tabel. Hasil analisis uji syarat instrumen diperoleh 13 dari 15 item soal dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan perhitungan daya beda soal dan diperoleh 12 item soal yang signifikan. Untuk indek kesukaran soal diperoleh bahwa dari 9 butir soal tergolong kategori sedang dan 3 soal tergolong kategori mudah. Uji reliabilitas soal diperoleh r 11 > r tabel atau 0,885 > 0,396 sehingga dapat dinyatakan bahwa 12 butir soal reliabel. Dengan demikian diperoleh 12 butir soal yang memenuhi kriteria soal yang baik sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Uji persyaratan analisis data bertujuan untuk mengetahui uji statistik yang tepat dalam menganalisis data. Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov- Smirnov yang perhitungannya dibantu dengan sofware IBM SPSS. Data berdistribusi normal jika nilai sig > α, dan data berdistribusi tidak normal jika nilai sig α. Untuk kelas eksperimen diperoleh nilai sig sebesar 0,014 dan kelas kontrol diperoleh nilai sig sebesar 0,200. Jika kita bandingkan dengan taraf nyata (5%) atau α = 0,05 maka untuk kelas eksperimen data berdistribusi tidak normal karena 0,014 < 0,05 sedangkan untuk kelas kontrol data berdistribusi normal karena 0,200 > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4. Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 59

66 Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Sig α Kriteria Kelas Eksperimen 0,03 0,05 Data tidak berdistribusi normal Kelas Kontrol 0,05 0,05 Data tidak berdistribusi normal Uji homogenitas digunakan untuk melihat hasil tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol apakah variansnya bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji levene yang perhitungannya dibantu sofware IBM SPSS.Data mempunya varian yang homogen jika nilai sig > α, dan data mempunyai varian yang tidak homogen jika nilai sig α. Dari perhitungan diperoleh nilai sig sebesar sebesar 0,998. Kedua kelas memiliki varian yang homogen karena nilai sig > α atau 0,998 > 0,05. Analisis data menggunakan uji-u (Uji Mann-Whitney) karena untuk uji normalitas kedua kelas berdistribusi tidak normal. Perhitungan uji-u menggunakan sofware IBM SPSS. Jika prababilitas (P-Value/ Sig.)>α maka H 0 diterima, dan jika prababilitas (P-Value/ Sig.) α maka H 0 ditolak. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai prababilitas (P-Value/ Sig.) sebesar 0,046. Jika (P-Value/ Sig.) α atau 0,046 0,05 maka H 0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa pada perkuliahan logika matematika yang diajar denganmodel pembelajaran problem based instruktion lebih baik daripada model pembelajaran konvensional Di STKIP YPM Bangko. KESIMPULAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang membandingkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran problem based instruction dan model pembelajaran konvensional. Penelitian bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based instruction lebih baik daripada mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menekankan pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa. Berdasarakan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dari temuan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 60

67 1. Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa. 2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untukdilakukan penelitian yang sejenis untuk mata kuliah, dan model pembelajaran yang berbeda. 3. Bagi ketua STKIP YPM Bangko dan jajarannya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan atau referensi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di STKIP YPM Bangko DAFTAR PUSTAKA Fauzan, Ahmadi Kemampuan Matematika. Padang: UNP. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Repupblik Indonesia Nomor 232 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional Nasution, S Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Negoro, Sukerto dkk Kemampuan Kognitif, Afektif & Psikomotirik. Jakarta: Pustaka Gramedia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repupblik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Rusman Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (edisi pertama). Jakarta: Rajawali Pers Suherman, Erman Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sugeng Riyadi: Eksperimentasi Model... 61

68 PENGGUNAAN JARAK CITY-BLOCK PADA ANALISIS CLUSTER SINGLE LINKAGE BERDASARKAN DATA POTENSI DESA SUMATERA BARAT Yenni kurniawati (1), Mira Meilisa (2) (1) Jurusan Matematika FMIPA UNP, (2) Prodi Pendidikan Matematika STKIP Ahlussunnah, Abstract. Grouping regency/city in West Sumatra by the Village Potential ( Podes ) present important note by the goverment so they can determine so well targeted policy retrieval. The potential availability of an infrastructure based on the observed village owned by village / urban / rural of the five sectors, namely education, health, market building, electricity and roads. Based on the potential of the village will be clustered Regency/ City which has the closest relationship using distance Manhattan (city block). Distance Manhattan has the ability to detect the existence of outliers better. Results of research clustered regency / city in West Sumatra into 3 groups: Group 1 (Mentawai Islands ) which is the area of infrastructure conditions of the area under average conditions the potential of the area in general. Group 2 are areas that have potential for relatively similar in terms of infrastructure, where this group of potential villages located around the central value of observed variables. While group 3 (Pasaman Barat Regency) have an infrastructure that is above the average value of the potential of the area in general. Keywords: Cluster Analysis, Single Linkage Method, City-Block distance. PENDAHULUAN Setiap daerah memiliki perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan kondisi kondisi geografis, sumber daya alam dan sumber daya manusia (kondisi masyarakat) di suatu daerah. Sejak otonomi daerah mulai diimplemenatasikan pada tahun 2001, pamerintah daerah berusaha membuat formulasi kebijakan pembangunan yang tepat [1]. Tentunya perencanaan pembangunan juga tidak terlepas dari kondisi masyarakat dan potensi daerah yang dimilikinya. Kebijakan pembangunan bersifat spesifik dapat dilaksanakan oleh pemerintah di level daerah misalnya kabupaten/kota, kecamatan atau desa [1]. Kebijakan pembangunan yang tepat sasaran tentunya dapat memberikan dampak positif terdapat jalannya perekonomian suatu daerah. Provinsi Sumatera Barat sendiri termasuk salah satu provinsi yang berada ditepi barat pulau Sumatera. Berdasarkan topologi desa, mayoritas wilayah pemerintahan di Sumatera Barat berupa lembah (63%), sisanya berupa lereng/puncak dan dataran dengan nilai masing-masing Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 62

69 sebesar 19% dan 18% [1]. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Sumatera Barat memiliki nilai Indeks Kesulitan Geografis (IKG) yang bervariasi antar desa dengan rentang 12,51 sampai dengan 87,49 [2]. IKG menunjukkan tingkat kesulitas geografis, jika nilai IKG suatu daerah besar maka tingkat kesulitan geografisnya juga tinggi. Oleh karena itu, pemerintah dalam menggambil sebuah kebijakan pembangunan harus mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Podes diamati bedasarkan ketersedian infastruktur yang dimiliki oleh desa/kelurahan/nagari dari lima sektor, yaitu 1) Pendidikan 2) Kesehatan 3) Pasar dengan Bangunan 4) Listrik 5) Jalan [2]. Pemerintah provinsi dapat menyetarakan kebijakan pada daerah (kabupaten/kota) yang memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Sehingga terjadi pemerataan pembangunan di setiap daerah yang memiliki karakteristik yang relatif sama. Pengelompokkan daerah (Kabupaten/Kota) berdasarkan potensi desa yang milikinya secara statistik dapat menggunakan analisis gerombol (Cluster Analysis). Analisis gerombol merupakan teknik peubah ganda bertujuan mengelompokkan objekobjek berdasarkan kemiripan karakteristik yang dimilikinya [3]. Kemiripan antar objek diukur dengan menggunakan ukuran jarak. Beberapa ukuran jarak yang dapat digunakan antara lain jarak Euclid, jarak Mahalanobis, jarak City-block (Manhattan) [3]. Jarak City-block sering digunakan karena kemampuannya dalam mendeteksi keadaan khusus seperti keberadaaan outliers dengan lebih baik [4]. Jarak city-block ditulis dengan rumus: Jarak (x,y)= (1) dimana : p : dimensi data. : nilai absolut Ada tiga metode umum yang digunakan dalam penggerombolan objek, yaitu metode grafik, metode berhirarki dan metode tak berhirarki [3]. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan daerah (Kabupaten/Kota) di Sumatera Barat berdasarkan potensi desa yang dimiliki oleh setiap kabupaten/kota menggunakan jarak city-block. Metode penggerombolan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode berhirarki, disebabkan gerombol yang diinginkan belum dikatuhi banyaknya. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 63

70 METODE Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang mengkaji penggunaan jarak city-block pada analisis cluster single linkage berdasarkan data potensi desa Sumatera Barat. Data potensi desa diperoleh dari Badan Pusat Statistik dari hasil pendataan hasil Potensi Desa (Podes) pada bulan April Berdasarkan hasil pendataan tersebut tercatat wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa yang terdiri dari 126 desa, 259 kelurahan, dan 760 nagari. Keseluruhan wilayah tersebut berada dalam 179 kecamatan dan 19 Kab/Kota yang ada di Sumatera Barat [2]. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh BPS adalah dengan cara wawancara langsung dengan kepala desa/aparat desa. Tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data sekunder dari BPS mengenai potensi desa berdasarkan infrastruktur yang dimiliki oleh 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. 2. Menghitung nilai proporsi infrastruktur yang dimiliki oleh setiap kabupaten/kota berdasarkan lima sector yang diamati, yaitu: 3. Menghitung jarak city-block antar daerah menggunakan persamaan Melakukan analisis gerombol menggunakan metode berhirarki keterhubungan tunggal (Single Linkage/Nearest Neighbor) dengan cara penggabungan (algomerative). 5. Membentuk dendogram dari metode yang ada. 6. Mengelompokkan kabupaten/kota berdasarkan dendogram yang dihasilkan dari perhitungan langkah 3 dan 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Provinsi Sumatera Barat memiliki wilayah administarasi pemerintahan setingkat desa/kelurahan/nagari yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota (Tabel 1). Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 182 wilayah administrasi pemerintahan setingkat Desa/Kelurahan/Nagari terbanyak diantara Kab/Kota lainnya. Semua wilayah administrasi pemerintahan di Kabupaten Pesisir Selatan disebut dengan Nagari, berbeda halnya dengan Kota Padang dimana semua wilayah administrasi pemerintahan setingkat Desa/Kelurahan/Nagari disebut dengan Kelurahan. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 64

71 Sementara Kota Solok hanya memiliki 13 Kelurahan, Kota ini merupakan kota yang memiliki paling sedikit jumlah wilayah administrasinya. Tabel 1. Banyaknya Wilayah Administrasi Pemerintahan Setiap Kab/Kota di Sumatera Barat tahun 2014 Banyaknya Wilayah No Kabupaten/Kota Administrasi (Desa/Kelurahan/Nagari) 1 Kab. Kep. Mentawai 43 2 Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok 74 4 Kab. Sijunjung 62 5 Kab. Tanah Datar 75 6 Kab. Padang Pariaman 60 7 Kab. Agam 82 8 Kab. Lima Puluh Kota 79 9 Kab. Pasaman Kab. Solok Selatan Kab. Dharmasraya Kab. Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman 71 Jumlah 1145 Potensi yang miliki oleh setiap Kab/Kota berbeda, dikarenakan dengan kondisi geografis maupun administratif dari daerah tersebut. Oleh karena itu, jumlah infrastruktur yang dimiliki oleh setiap daerah tentunya juga berbeda. Pada penelitian ini akan mengelompokkan Kab/Kota berdasarkan jumlah infrastruktur yang miliki oleh setiap Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di Kab/Kota. Peubah rata-rata infrastruktur yang dimiliki oleh setiap Kab/Kota dinyatakan sebagai berikut: Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 65

72 1. Pendidikan (X1) Infrastruktur dalam bidang pendidikan yang diamati adalah persentase desa yang memiliki fasilitas pendidikan dari tingkat SD sederajat sampai ke tingkat Akademi/Perguruan Tinggi. Pada Provinsi Sumatera Barat terdapat 11 Kab/Kota yang setiap Desa/Kelurahan/Nagarinya sudah mempunyai fasilitas pendidikan tingkat SD, namun fasilitas pendidikan tingkat lebih tinggi sepenuhnya belum dimiliki oleh setiap desa yang ada di Kab/Kota. Hanya Kab. Pasaman Barat yang setiap nagarinya memiliki fasilitas pendidikan dari tingkat SD sederajat sampai SMP sederajat, hal ini ditunjukakan dengan nilai persentase 100%. Lima daerah yang memiliki nilai persentase tertinggi untuk fasilitas pendidikan tingkat Akademi/Perguruan Tinggi adalah Kota Bukittinggi, Solok, Padang Panjang, Padang dan Kab. Pasaman Barat. Persentase Kab. Kep. Mentawai Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok Kab. Sijunjung Kab. Tanah Datar Kab. Padang Pariaman Kab. Agam Kab. Lima Puluh Kota Kab. Pasaman Kab. Solok Selatan Kab. Dharmasraya Kab. Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman Kabupaten/Kota SD sederajat SMP sederajat SMU sederajat SMK sederajat Akademi/Perguruan Tinggi Gambar 1. Persentase Desa yang mempunyai fasilitas pendidikan SD sampai Akademi/Perguruan Tinggi di Kab/Kota Sumatera Barat. 2. Kesehatan (X2). Infrastruktur dalam bidang kesehatan yang diamati adalah persentase desa yang memiliki fasilitas Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik/Balai Pengobatan. Fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit di Kota Bukittinggi rata-rata tersebar pada seperempat bagian (25 %) daerahnya. Fasilitas puskesmas di Kabupaten Pasaman Barat juga tersebar hampir di seluruh desa/kelurahan/nagari yang ada, dengan nilai persentase sebaran sebesar 78,95 %. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 66

73 Begitu juga dengan poliklinik/balai pengobatan yang juga tersebar lebih dari seperempat daerah tersebut (36,84 %), seperti yang terlihat pada Gambar 2. Persentase Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik/Balai Pengobatan Kabupaten/Kota Gambar 2. Persentase Desa yang memiliki fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik/Balai Pengobatan) di setiap Kab/Kota Sumatera Barat. 3. Pasar dengan Bangunan Infrastruktur yang diamati pada sektor pasar dengan bangunan adalah persentase desa yang memiliki mini market/toko swalayan, restoran/rumah makan, dan warung/kedai makanan minuman di setiap Kab/Kota. Kabupaten/Kota yang fasilitas mini market/toko swalayannya tersebar lebih dari separoh daerah tersebut adalah Kota Bukittinggi, Padang, Solok, dan Kab. Pasaman Barat dengan nilai persentase masing-masing 79,17%, 67,31%, 53,85% dan 52,63%. Sementara untuk fasilitas warung/kedai makanan minuman hampir merata ada disetiap desa/kelurahan/nagari masing-masing Kab/Kota. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 67

74 Persentase Kab mentawai Kab. Pesisir selatan Kab. Solok Kab. Sawahlunto/sijunjung Kab. Tanah datar kab. Padang Pariaman Kab. Agam Kab. 50 kota Kab. Pasaman Kab. Solok Selatan Kab. Dhamasraya Kab. Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman Kabupaten/Kota Mini Market/Toko swalayan Restoran/rumah makan Warung/Kedai Makanan Minuman Gambar 3. Persentase Desa yang memiliki fasilitas pasar dengan bangunan di setiap Kab/Kota Sumatera Barat. 4. Listrik (X3) Secara umum seluruh desa/kelurahan/nagari di Provinsi Sumatera Barat telah dialiri listrik baik yang bersumber dari PLN maupun Non PLN. Bardasarkan Gambar 4 hanya terdapat 1 Kab. Kepulauan Mentawai yang seluruh desanya belum sepenuhnya dialiri listrik. Pada Kep. Mentawai masih terdapat 2 dari 43 (4,65 %) desa yang tidak menggunakan aliran listrik baik dari PLN atau Non PLN. Persentase Listrik PLN dan Non PLN Kabupaten/Kota Gambar 4. Persentase Desa yang memiliki fasilitas listrik PLN dan Non PLN di setiap Kab/Kota Sumatera Barat. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 68

75 5. Jalan (X5). Infrastruktur jalan yang diamati adalah persentase desa yang jalannya telah diaspal/dibeton. Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa hampir semua Kabupaten/Kota, jalan desanya sudah yang diaspal/dibeton. Namun di Kepulauan Mentawai hanya 41,86 % saja desa yang jalannya sudah diaspal/dibeton. Persentase Aspal/Beton Gambar 5. Persentase Desa yang memiliki fasilitas listrik PLN dan Non PLN di setiap Kab/Kota Sumatera Barat. Berdasarkan kelima peubah infrastruktur diatas maka dihitung jarak Mahattan dari 19 Kabupaten/Kota dengan menggunakan persamaan 1 diperoleh matrik jarak Mahattan berukuran sebagai berikut: = { } =, i = 1, 2, 19 = 0 66,56 10,43 66, ,67 10,43 40,67 0 Pengelompokkan dilakukan dengan menggabungkan dua daerah (Kab/Kota) yang memiliki terpendek. Objek yang pertama kali digabungkkan adalah Kabupaten Solok dan Kabupaten Agam dengan jarak Mahattan = 7,51, kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan daerah berikutnya yang memiliki jarak terpendek dengan (Kab.Solok dan Kab. Agam), selanjunya terlihat pada Tabel 2. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 69

76 Tabel 2. Tahapan penggabunggan (clustering) wilayah Kab/Kota Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Potensi Infrastruktur desa. Tahapan Penggabungan Objek Objek Jumlah objek Jarak Mahattan Kelompok i j dalam Kelompok Baru Pengelompokkan dari proses yang terdapat dalam Tabel 2 memperihatkan bahwa berdasarkan jarak Mahattan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok seperti dendogram pada Gambar 6. Kelompok 1 yaitu Kepulauan Mentawai, kelompok 2 terdiri atas 17 Kabupaten/Kota (Kab. Pesisir Selatan, Kab. Solok, Kab. Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sijunjung, Kab. Lima Puluh Kota, Kab Padang Pariaman, Kab. Pasaman, Kab. Solok Selatan, Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, Kab. Dharmasraya) dan kelompok 3 adalah Kabupaten Pasaman Barat. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 70

77 Analisis Cluster Single Linkage (Manhattan) Distance Kab. Kep. Mentawai Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok Kab. Agam Kab. Tanah Datar Kab. Sijunjung Kab. Lima Puluh Kota Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Solok Selatan Kota Padang Kota Bukittinggi Kota Solok Observations Kota Padang Panjang Kota Sawahlunto Kota Pariaman Kota Payakumbuh Kab. Dharmasraya Kab. Pasaman Barat Gambar 6. Dendogram Pengelompokkan Kab/Kota berdasarkan Potensi Infastruktur Desa Karakteristik ketiga kelompok tersebut dapat diamati melalui nilai tengah peubah yang diteliti. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa Kelompok 3 yaitu Kab. Pasaman Barat unggul pada setiap peubah yang diamati, nilai peubahnya lebih tinggi dari nilai pusat (rata-rata) 5 peubah dari 19 Kab/Kota Sumatera Barat, selanjutnya diikuti dengan kelompok 2. Kelompok 2 memiliki karakteristik yang unggul dalam kondisi infrastrukstur jalan. Kondisi jalan pada daerah kelompok 2 paling baik diantara kelompok lainnya dimana rata-rata 89,98% jalan di wilayah setingkat desa sudah diaspal/dibeton. Tabel 3. Karakteristik setiap Kelompok dengan Nilai Tengah Peubah Peubah Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Nilai Pusat X X X X X Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 71

78 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Daerah (Kabupaten/Kota) di Sumatera Barat berdasarkan potensi desa yang dimilikinya dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pengelompokkan menggunakan jarak Mahattan dimana, jarak ini dapat mendikteksi keberadaan outlier, seperti pada kelompok 1 dan 3. Kelompok 1 (Kepulauan Mentawai) yaitu daerah yang kondisi infrastruktur daerahnya berada dibawah kondisi rata-rata potensi daerah pada umumnya. Begitu juga dengan Kelompok 3 (Kab. Pasaman Barat) memiliki infrastruktur yang berada diatas nilai rata-rata potensi daerah pada umumnya. Sedangkan Kelompok 2 merupakan daerah-daerah yang memiliki potensi segi infrastruktur yang relatif sama, dimana kelompok ini potensi desanya berada disekitar nilai tengah peubah yang diamati. Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pemerintah untuk dapat meningkatkan potensi desa pada Kelompok 1 yaitu Kepulauan Mentawai. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengamati kaerakteristik daerah berdasarkan potensi yang dimiliki dengan analisis multivariate lainnya seperti analisis biplot, analisis multidimensional scaling, dan lainnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Badan Pusat Statistik Profil Desa/Nagari Di Sumatera Barat BPS : Provinsi Sumatera Barat. [2]. Berita Resmi Statistik Topologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 (No. 15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015). BPS : Provinsi Sumatera Barat. [3]. Mattjik AA, dan Sumaterjaya IM Sidik Peubah Ganda. IPB : Bogor. [4]. Suyanto, Wawan Teknik Pengukuran Jarak Manhattan pada Anlisis Kelompok menggunakan Berbagai Metode Pautan (Linkage). Jurnal Mahasiswa Statistik Volume 3 No.2. Universitas Brawijaya : Malang. Yenni Kurniawati dan Mira Meilisa : Penggunaan Jarak City-Block... 72

79 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHANMASALAHMATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BERBASISKONSTRUKTIVISME DI KELAS X DMADRASAH ALIYAH NEGERI OLAK KEMANG JAMBI Yusmarni 1), Hendra Bestari 2) 1,2) Dosen Jurusan Pendidikan Matematika, IAIN STS Jambi (Mhs Pend. Mat Pascasarjana, UNP) 1) . mareyus2293@gmail.com Abstract. This study aims to determine the increase in activity and mathematical problem solving ability of students through Konstruktivismedi Model X class D MAN megrim Kemang Jambi. This research is a classroom action research conducted collaboratively with teachers. Actions performed two cycles including: planning, action, observation and reflection. The subjects were 37 students of class X DMAN megrim Kemang Jambi. Data were collected by observation sheet, field notes and test mathematical problem solving ability. Data were analyzed deskriptif.dari results of this research note that the learning of mathematics through the Model Konstruktivismedapat improve the activity and mathematical skills of students of class X DMAN megrim Kemang Jambi. The results of data analysis showed that an increase in students' learning activities for each indicator concerned. Increased activity of the student in question is the increased activity of students during the learning process. Students actively responding to questions teachers solve the problems, stating the reason, explained to the group, presented the results of group discussions and make conclusions. The percentage of students who achieve KKM for mathematical problem solving ability in the first cycle is 26%, and then increased to 75% in Cycle II. Keywords: Activities, Model Constructivism, Problem Solving Ability,. PENDAHULUAN Berdasarkan observasidi kelas, wawancara dengan beberapa orang guru matematika di Madrasah Aliyah Negeri Olak Kemang (MAN OK) Jambi ditemukan beberapa hal. Pertama, guru matematika mengajar dengan memakai buku Lembar Kerja Siswa, kemudian baru dijelaskan dengan pembelajaran konvensional. Guru memberikan tugas tanpa diberikan contoh kongkrit, sehingga siswa banyak bertanya dan kebingungan. Pada sebagian materi ada yang sempat diajarkan ada yang tidak diajarkan karena waktunya tidak cukup. Tentu saja hal ini akan menghambat siswa untuk berkreasi dan mengembangkan gagasan dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang kurang mengetahui dan kurang menghargai matematika. Kedua, guru matematika sudah dilatih dalam pendidikan dan latihan yang diadakan oleh kementeria Agama, namun kualitas luaran (prestasi belajar siswa) belum memuaskan secara signifikan, kreativitas siswa belum optimal, terbukti waktu diadakan tes try out untuk ujian nasional sekitar bulan Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 73

80 Februari 2015 hanya sekitar 10 % siswa yang lulus. Kemudian penulis mencoba lagi memberikan tes kemampuan awal untuk kelas XI ternyata banyak yang belum mampu menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah, hal ini menjadi suatu masalah yaang harus segera dibenahi. Dari hasil penelitian pendahuluan di MAN Olak Kemang penulis mencoba memberikan tes kemampuan matematika kepada dua kelas siswa kelas XI jurusan IPA dan dua kelas siswa kelas XI jurusan IPS pada bulan April 2015, ditemukan indikasi bahwa lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dibuktikan dengan analisis jawaban siswa terhadap soal pemecahan masalah berikut : Anisa bekerja 8 Jam perhari setiaphari Senin, Rabu dan Jum at, dan 6 jam setiap hari Selasa dan Kamis.Ia tidak bekerja pada hari Sabtu dan Minggu.ia mendapatkan penghasilan Rp setiap minggu. Berapa penghasilan yang ia peroleh untuk setiap jamnya? Berdasarkan hasil jawaban 56 siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 yang diuji, ternyata penguasaan klasikal terhadap soal pemecahan masalah hanya 55 % dan dari hasil jawaban 59 siswa kelas XI IPS1 dan Kelas XI IPS 2 penguasaan klasikal terhadap soal pemecahan masalah hanya 7 %. Dari hasil jawaban pada gambar 1 terlihat siswa tidak mau berpikir lebih mendalam dan menjawab secara mudah tetapi salah karena hanya melihat soal dari angka yang terlihat tetapi kurang memahami masalah dalam soal tersebut. Dibawah ini terlihatalah satu contoh jawaban siswa. Gambar 1 Temuan ini menunjukkan siswa kurang mampu untuk memecahkan masalah dengan kemampuan sendiri, kurang mampu untuk mengkonstruksikemampuan yang ada dalam dirikarena sudah terbiasa dengan contoh yang sudah diberikan oleh guru dan jika siswa lupa dengan rumus, siswa tidak biasa berpikir secara kreatif,dan tidak bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapat ke masalah-masalah yang lain serta mudah menyerah. Kondisi ini menandakan bahwa kemampuan pemecahan dan kebiasaan berpikir atau Habits of Mind(HOM)siswa masih sangat rendah dan belum bisa memecahkan masalah yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking (HOT). Hal ini di duga akibat pendekatan konvensional yang selama ini masih dipakai oleh guru, mengakibatkan siswa tergantung pada prosedur hafalan untuk memecahkan masalah, mengikuti pola dan model prosedur yang sama dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 74

81 atau dalam buku teks, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal lain yang tidak sama dengan contoh, siswa kesulitan untuk memecahkannya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (ClassroomAction Research). Penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian partisipatory (collaborative) yang dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, yaitu antara penulis dengan guru bidang studi matematika MAN Olak Kemang Jambi untuk membantu mencari solusi yang efektif untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran dan kinerja guru. Jadi penelitian ini dilakukan oleh guru matematika yang dibimbing oleh penulis dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dan pelaksanaan tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Olak Kemang Jambi. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Ddengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Penulis mengambil kelas ini, dan berdasarkan kenyataan bahwa di kelas X D, siswanya banyak memiliki kemampuan menengah ke bawah baik dari segi ekonomi maupun akademis, kalaupun ada siswa yang cepat itupun jumlahnya sedikit, jadi siswa perlu penekanan lebih serius tentang pemahaman konsep dasar matematika dan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa terbiasa di matematika selanjutnya. Berdasarkan jenis penelitian yang dilaksanakan, maka prosedur dalam penelitian ini dikemas dalam bentuk siklus. Dalam penelitian ini terdiri atas beberapa siklus sesuai dengan kebutuhan informasi data, dimana siklus akan dihentikan setelah melihat/terlihatnya peningkatan aktivitas belajar siswa sesuai dengan indikator yang diinginkan dan meningkatnya tes kemampuan matematika siswa dalam hal ini pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Secara garis besar suatu siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan,tindakan,observasi/pengamatan, dan refleksi.berikut diagram alur desain penelitian oleh Hopkins (dalam Masnur Muslich, 2009:43) pada Gambar 2. Gambar 2.DiagramAlur Desain Penelitian Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 75

82 1. Tahap Perencanaan (Planning) Perencanaan tindakan dilakukan secara berkolaborasi dengan guru matematika, yaitu menyusun rencana penelitian tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Perencanaan disusun sesuai dengan situasi saat ini yang bersifat fleksibel dan dapat diubah dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa persiapan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut. a. Menyusun perangkat pembelajaran, RPP disusun disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran Model Konstruktivisme b. Menyusun panduan observasi, c. Merancang Lembaran Kerja Siswa (LKS). d. Merencanakan pelaksanaan siklus I, e. Menentukan observer. Tahap awal sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru merencanakan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Anggota kelompok direncanakan heterogen dari segi kemampuan yang relatif sama. Dalam kelas X D terdapat 31 siswa sehingga dapat dibagi menjadi 8 kelompok. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Tindakan yang dilaksanakan adalah pembelajaran dengan model Model Konstruktivisme Pembelajaran dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut. a. Padatahappertamapengajaran.Pada tahap orientasi ini, guru menyajikan informasi yang berkaitan dengan masalah realistik, meliputi materi prasyarat, konsep, fakta yang diketahui dan terkait lainnya. b. Tahapkeduaadalah mengorganisasi siswa untuk belajar. c. Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan secara individual maupun kelompok. d. Tahapkeempatadalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. e. Tahap kelima adalah menganalisis, mengevaluasi proses pemecahan masalah realistik. 3. Tahap Pengamatan (Observation) Pembelajaran dilaksanakan dengan metode pembelajaran matematika realistik. Dalam pendekatan matematika realistik materi ajar dikaitkan dengan masalah kontekstual atau masalah sehari-hari. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data dengan melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran berlansung. Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui adanya antara perencanaan, pelaksanaan Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 76

83 tindakanndan untuk mengetahui seajuh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang dikehendaki. Pengambilan data sebagian dilakukan oleh teman sejawat (berkolaborasi) dan sebagian dilakukan oleh peneliti sendiri pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk pengambilan data tentang aktivitas siswa dilakukan oleh kolaborator dan peneliti. Sedangkan laporan hasil presentasi, nilai latihan dan nilai hasil tes dilakukan guru dan peneliti. 4. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi, dilakukan analisa dan diskusi terhadap data hasil observasi. Data yang diperoleh dianalisis, dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dalam mencapai tujuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1. Lembar observasi a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar ini digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator untuk menunjukan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan konstruktivismeyang akan diamati adalah sebagai berikut. 1) Menuliskan keterkaitan antara materi yang dipelajari pada soal LKS langkah demi langkah. 2) Menyelidiki, membaca, mencermati, dan menemukan solusi pada LKS, 3) Bertanya kepada teman sekelompok atau guru 4) Mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu,. 5) Menyajikan hasil kerja kelompoknya kedepan kelas. 6) Menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil di depan kelas. 7) Mengerjakan latihan individu secara optimal. b. Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar ini digunakan untuk melihat aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung. Indikator untuk menunjukan aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model konstruktivismeadalah sebagai berikut. 1) Mengajukan masalah kontekstual 2) Bertanya kepada siswa 3) Meminta siswa memodelkan masalah 4) Meminta pendapat Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 77

84 5) Meminta siswa menjelaskan kepada teman 6) Memotivasi atau menghargai pendapat siswa 7) Membimbing siswa membuat kesimpulan Lembar ini digunakan untuk melihat aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan model konstruktivisme. 2. Tes Kemampuan pemecahan masalah matematis Kemampuan pemecahan masalah diukur dengan memberikan kuis kepada siswa, dimana soal kuis disusun berdasarkan indikator-indikator pemecahan masalah. Lembar tes digunakan untuk mengukur keberhasilan dan ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan Konstruktivisme, yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 3. Catatan lapangan Catatan lapangan ini berguna sebagai kelengkapan data. Catatan lapangan memuat deskripsi tentang semua kejadian pada saat melakukan kegiatan yang tidak terdapat pada lembar observasi selama pembelajaran berlangsung.peneliti dan observer mencatat seluruh aktivitas siswa dan guru agar informasi yang didapatkan bisa dianalisis. Ini digunakan juga sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi pada setiap siklus. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data observasi aktivitas siswa, aktivitas guru, LKS, data catatan lapangan dan data hasil tes kemampuan matematika siswa. Data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan rumus berikut ini. F P % (Sudijono, 1997) N Dengan ketentuan: P=Persentase siswa yang terlibat secara aktif F=Frekuensi siswa yang terlibat secara aktif N=Banyak siswa keseluruhan Untuk Menentukan kategori aktivitas digunakan klasifikasi Suharsimi (1996) setelah dimodifikasi oleh penulis sebagai berikut. Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 78

85 Tabel 1. Interpretasi Aktivitas Belajar Persentase aktivitas belajar 0 % P < 20,5 % 20,5 % P < 40,5% 40,5 % P < 60,5 % 60,5 % P < 80,5 % 80,5 % P < 100 % Kategori Kurang sekali Kurang Cukup Baik Baik sekali Selanjutnya indikator keberhasilan untuk masing-masing aktivitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menuliskan keterkaitan antara materi yang dipelajari pada soal LKS langkah demi langkah.60,5 P < 80,5 % ( Baik). 2. Menyelidiki, mencermati, dan menemukan solusi, serta menemukan jawaban dengan benar60,5 P < 80,5 % ( Baik). 3. Bertanya kepada teman atau guru60,5 P < 80,5 % ( Baik). 4. Mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu,.40,5% P < 60,5%(Cukup) 5. Menyajikan hasil kerja kelompoknya kedepan kelas40,5 % P < 60,5 % (Cukup). 6. Menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil di depan kelas.mencapai40,5 % P < 60,5 % (Cukup). 7. Mengerjakan latihan individu secara optimal, mencapai 80,5% P < 100 % ( Baik sekali) Data yang diperoleh dari LKS, presentasi siswa, dan catatan lapangan dianalisis secara kualitatif, dimana data dianalisis dengan mendeskripsikannya ke bentuk kalimatkalimat dan diagram. Sedangkan untuk data hasil tes kemampuan matematika siswa diukur sesuai dengan standar ketuntasan (KKM) yang telah ditetapkan. Siswa dianggap tuntas apabila skor tes kemampuan matematika siswa mencapai 75 ke atas (KKM 75) kemampuan pemecahan masalahnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Temuan Siklus I Aktivitas belajar siswa secara keseluruhan meningkat, yaitu menuliskan keterkaitan antara materi yang dipelajari pada soal lks langkah demi langkah.,menyelidiki, membaca, mencermati, dan menemukan solusi pada lks, bertanya kepada teman sekelompok atau guru, mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu,menyajikan hasil kerja kelompoknya Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 79

86 kedepan kelas.menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil di depan kelas,.mengerjakan latihan individu secara optimal. Berdasarkan hasil catatan lapangan, dapat diungkapkan aktivitas yang dilakukan guru pada siklus I. Beberapa aktivitas guru pada pertemuan pertama belum begitu maksimal, karena kegiatan ini dilakukan guru secara klasikal yaitu aktivitas menjelaskan materi yang akan dipelajari, mengajukan masalah kontekstual, bertanya kepada siswa, meminta memodelkan masalah, meminta pendapat, meminta menjelaskan kepada teman, meminta siswa mencatat kesimpulan dan mengerjakan soal atau tugas. Sedangkan aktivitas guru yang berinteraksi langsung secara individu atau kelompok, belum terlihat seperti yang diharapkan, namun sampai pertemuan keempat sudah mengalami peningkatan. Untuk melihat kemampuan matematika siswa pada siklus I, guru memberikan kuis pertama yang terdiri dari dua butir soal essai, dengan kategori soal pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah.jumlah siswa yang tuntas untuk kemampuan pemecahan masalah hanya 8 siswa (26% dari 31 siswa). Dari hasil analisis jawaban siswa terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah belum begitu maksimal. Pemecahan masalahterlihat belum memuaskan. Siswa banyak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan persamaan kuadrat. Pada pertemuan pertama masih ada siswa yang belum memahmi masalah persmaan kuadrat dalam kehidupan sehari-hari, siswa belum mampu memecahkan masalah, hal ini terlihat pada waktu meminta siswa perkalian aljabar dari soal berikut ini Hari ini Anti berulang tahun yang ke 16. Orangtuanya akan memberikan kado cincin yang dibungkus dalam sebuah dalamdalam sebuah kotak, yang akan dibuat dari kertas karton berbentuk empat persegi pada keempat sudutnya. Apabila luas alas untuk menyimpan cicncin tersebut 96 cm. Hitunglah panjang sisi dari keempat persegi yangakan digunting pada sudut karton tersebut. Soal tersebut sulit dijawab oleh siswa karena siswa tidak biasa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu persoalan. Soal non rutin ini yang tidak biasa dikerjakan siswa. Selain kurang memahami konsep, siswa juga banyak yang salah dalam mengoperasikan hitungan aljabarnya, siswa masih ragu-ragu menjawab soal dan menunggu jawaban dari teman serta penjelasan dari guru, siswa cenderung menjawab soal berdasarkan daya ingat tanpa memahami konsep matematika, siswa juga ragu menyelesaiak soal. Baru sebagian kecil saja yang benar mengerjakan soalnya. Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 80

87 Dalam mengerjakan tes pemecahan masalah matematika, siswa kesulitan menterjemahakan soal siswa juga kesulitan dalam mencari perkalian. Dari jawaban siswa terlihat bahwa materi aljabar juga kurang dikuasai siswa, kesulitan dalam memahami soalsoal cerita serta bagaimana memecahkan masalah matematika, hal ini disebabkan siswa juga belum menguasai konsep matematika dengan sempurna. Siswa terlihat bingung bagaimana mencari panjang dan lebar dari soal cerita tersebut, apa langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita, siswa cenderung langsung menjawab kadang-kadang tampa memodelkan masalah terlebih dulu, ini sudah menjadi kebiasaan sebelumnya walaupun sudah ada petunjuk bagaimana menjawab soal. Refleksi Siklus I Setelah selesai pembelajaran masing-masing pertemuan direfleksi oleh guru berdasarkan catatan lapangan pada pertemuan itu.pada pertemuan pertama, ditemukan masih banyak siswa yang takut menjawab pertanyaan, bertanya atau mengemukakan pendapat. Refleksi dari guru, juga kelihatan susah merobah kebiasaan yaitu menerangkan, menyuruh siswa memperhatikan dengan tenang, kemudian memberikan latihan. Hasil Temuan Siklus II Pada pertemuan keempat ini aktivitas siswa rata-rata agak menurun dan belummencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya.dalam mengerjakan soal pemecahan masalah matematika juga belum memuaskan. Banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika mencari soal yang berhubungan dengan perkalian dan pembagian yang merupakan hal penting dalam menyelesaikan persamaan kuadrat, bagi siswa yang agak lamban butuh waktu lama untuk memahaminya. Untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah lebih siswa sulitmenemui kesulitan karena konsep matematikanya juga masih kurang apalagi dalam menghitung aljabarnya. Siswa juga kesulitan mengubah soal cerita ke bentuk model matematika, siswa banyak yang keliru dalam perhitungan dan memahami soal yang berbentuk gambar, masih banyak yang tidak bisa menyelesaikan soal pemecahan masalah dalam memodelkan banyak yang salah sehingga perhitungan juga salah. Dari informasi yang diperoleh, siswa kekurangan waktu dalam menyelesaikan soal tes. Siswa juga membutuhkan waktu yang agak lama menyelesaikan soal cerita sedangkan kuis diadakan pada akhir pembelajaran, siswa terburu-buru menjawab soal dan merasa soal terlalu banyak untuk waktu yang sedikit. Pada pertemuan kelima dan kenam, penulis, guru dan observer melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk melihat aktivitas apa saja Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 81

88 yang sudah berhasil atau sebaliknya. Hasil refleksi terhadap aktivitas siswa terlihat sebagai berikut ini. Aktivitas siswa seluruhnya sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya. Tetapi guru juga harus memperhatikan terus aktivitas belajar dengan melakukan inovasi pembelajaran terutama pada pertemuan akhir pelajaran.kemampuan matematika siswa sudah sangat memuaskan. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Konstruktivismesemakin membaik. Mereka menyenangi pembelajaran seperti ini. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, penulis, guru dan observer sepakat untuk menghentikan tindakan sampai pada siklus II.Hal ini karena seluruh indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya sudah terpenuhi. Pembahasan Pemahaman guru terhadap Konstruktivismetelah dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran matematika. Peningkatan aktivitas guru ternyata berdampak positif terhadap peningkatan aktivitas dan kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika siswa kelas X DMAN Olak Kemang Jambi. Untuk lebih jelasnya, peningkatan tersebut dibahas pada uraian berikut. Aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan, yang mana siklus I pada pertemuan ke-4 dalam kategori kurang tapi pada pertemuan ke-6 pada siklus II menjadi kategori baik.hal ini disebabkan meningkatnya aktivitas guru bertanya kepada siswa mulai siklus I sampai siklus II. Pada tiap pertemuan terlihat aktivitas siswa terus meningkat, walaupun awal-awalnya belum berani bertanya kepada guru, tetapi akhirnya siswa sudah berani menjawab pertanyaan atau merespon apa yang ditanyakan guru, berarti pembelajaran berlangsung dengan interaksi melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan konstruktivisme, telah dapat membuat siswa berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru serta menumbuhkan sikap positif terhadap guru, sekolah dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peningkatan usaha siswa dalam belajar matematika dengan bertanya kepada teman atau guru adalah disebabkan penggunaan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Tetapi sedikit siswa yang bertanya pada siklus ini kemungkinan siswa juga mulai bosan karena mulai terganggu dengan ujian kenaikan kelas.jadi untuk hal-hal yang sudah dipahami tidak perlu ditanyakan lagi. Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 82

89 Aktivitas siswa menjelaskan kepada temannya pada pertemuan pertama hanya dua orang yang mampu menjelaskan, namun pada akhir Siklus I sudah mengalami peningkatan terus menerus.aktivitas ini meningkat terus sampai akhir Siklus II, ini peningkatan yang sangat menggembirakan. Dengan menjelaskan kepada teman akan dapat membantu siswa yang lemah. Hal ini menunjukkan pembelajaran matematika telah berlangsung dengan konstruktivisme, karena pembelajaran matematika berlangsung dengan kerjasama.dengan demikian pembelajaran matematika dengan konstruktivisme dapat membantu siswa yang lemah. Aktivitas siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama hanya dua orang yang mau ke depan mempresentasikan hasil diskusi kelompok pada pertemuan berikutnya sudah mulai berani wakil dari tiap kelompok tampil ke depan serta memberi tanggapan dari hasil presentasi teman-temannya. Dari pembahasan di atas dapat dimaknai bahwa peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika disebabkan oleh penggunaan konstruktivisme di Kelas X DMAN Olak Kemang Jambi. Selain melakukan analisis terhadap aktivitas siswa, melalui aktivitas siswa penulis juga melakukan analisis terhadap tes kemampuan matematika siswa.dari data yang diperoleh, secara keseluruhan tes kemampuan matematika siswa mengalami peningkatan, baik dari pemahaman konsep maupun kemampuan pemecahan masalahnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Dengan adanya model Konstruktivisme dan mendekatkan penbelajaran ke bendabenda dalam kehidupan sehari-hari siswa menjadi lebih paham apa yang dipelajari. Dengan kata lain bahwa siswa telah mengerti dengan apa yang telah dipelajarinya. Dan tidak takut salah untuk menjawab karena siswa merasa dihargai. Dari peningkatan tes kemampuan tes matematika ini, dapat dilihatbahwadengan model Konstruktivismedapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan matematik siswa yaitu pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah, dan tidak menutup kemungkinan kemampuan lain meningkat. Dengan kata lain, apabila aktivitas belajar siswa baik maka kemampuan matematikanya juga baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut. 1. Pembelajaran matematika melalui model konstruktivismedapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas X DMAN Olak Kemang Jambi. Hal ini disebabkan aktivitas Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 83

90 yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan model Konstruktivisme adalah dengan melakukan menuliskan keterkaitan antara materi yang dipelajari pada soal lks langkah demi langkah.,menyelidiki, membaca, mencermati, dan menemukan solusi pada lks, bertanya kepada teman sekelompok atau guru, mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu,menyajikan hasil kerja kelompoknya kedepan kelas.menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil di depan kelas, mengerjakan latihan individu secara optimal. 2. Pembelajaran matematika melalui model Konstruktivismedapat meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa kelas X DMAN Olak Kemang Jambi. Peningkatan pemecahan masalah matematika siswa disebabkan oleh pembelajaran dengan Konstruktivisme, yang membuat siswa berkesempatan untuk mengkonstruksi ideidenya, tanpa takut salah. Guru juga sangat menghargai pendapat siswa, serta pembelajaran dekat dengan lingkungan sehari-hari siswa.persentase siswa yang mencapai KKM untuk kemampuan pemecahan masalah matematis pada Siklus I adalah 26%, dan kemudian meningkat menjadi 75 % pada Siklus II. DAFTAR PUSTAKA Masnur Muslich Melaksanakan Peneltian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. NCTM.2000.PrinciplesandStandardsforSchoolMathematics. Reston, VA: Authur. Needham Children s Learning in Science Project di sebut-5 Fase karena terdiri dari lima langkah ( 30 Agustus 2015 Suharsimi Arikunto Evaluasi pembelajaran Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: Tim MKBPM JICAUPIBandung Suparno, Paul (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: PenerbitKanisius. Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 84

91 THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-issn Yusmarni dan Hendra Bestari : Peningkatan Aktivitas dan... 85

THEOREMS The Journal of Mathematics

THEOREMS The Journal of Mathematics THEOREMS The Journal of Mathematics Penerbit: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Pelindung: Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XII TKR SMK ADZKIA PADANG DENGAN MODEL STAD

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XII TKR SMK ADZKIA PADANG DENGAN MODEL STAD PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XII TKR SMK ADZKIA PADANG DENGAN MODEL STAD Hana Adhia Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMMY Solok Email: hanaadhia2013@gmail.com. ABSTRAK.

Lebih terperinci

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 2 No. 1, hal. 35-40, Maret 2016 Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI Vol. 3 No. 1 (214) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 26-3 PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI Fadhila El Husna 1),

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Wina Novitasari 1), Suherman 2), Mirna 3) 1 ) FMIPA UNP : email:

Lebih terperinci

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Komarudin Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Al Islam Tunas Bangsa Email: qhomar8@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG Novi Harista Putri 1, M. Nursi 2, Hendrizal 1 1 Program

Lebih terperinci

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep. PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Dosen Tetap Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG Widya Danu Fadilah 1, Edrizon 1, Hendra Hidayat 1 1

Lebih terperinci

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw 188 Nurdin SMA Negeri 3 Majene nurdin.chem@gmail.com Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) 50 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Yunie Nurhazannah SMP Negeri 21 Pontianak E-mail: yunienurhazannah@gmail.com

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3  Contact : 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMPN 10 TAPUNG Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Seprotantobest@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG Vol. 3 No. 1 (214) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 41-45 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 3 SOLOK SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 oleh: Rini Novia*), Minora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan sumber dari segala disiplin ilmu dan kunci ilmu pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

Utari Ramadhani S*, R.Usman Rery**, Johni Azmi*** No. Hp :

Utari Ramadhani S*, R.Usman Rery**, Johni Azmi***   No. Hp : 1 THE APPLICATION OF REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING AND TRANSFERRING) STRATEGY TO IMPROVE STUDENTS LEARNING RESULTS ON THE SUBJECT OF THERMOCHEMICAL IN CLASS XI IPA OF SMAN 14 PEKANBARU

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Marthina 1), Pentatito Gunowibowo 2), Arnelis Djalil 2) marthinajayasironi@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING 1 PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NERGERI 5 KUBUNG KABUPATEN SOLOK Tiva Rahmadayanti 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN 1 PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN Meysi Tri Dasya ¹, Dr. Erman Har, M.Si², Wirnita Eska,

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi: PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG Dini Yulian 1, Niniwati 1, Edrizon 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN Mira Maryulis 1, Erman Har 1, Edrizon 1. 1 Program Studi Pendidikan Guru

Lebih terperinci

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 6 SMA NEGERI 5 PEKANBARU Riwa Giyantra *) Armis,

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG Afdanis ¹, Yusrizal ¹, Yulfia Nora ¹ Program studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Nofrida Solvia 1 Fazri Zuzano 1 Puspa Amelia 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) Yelda Regesti 1, Fazri Zuzano 1, Arlina Yuza 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKAPESERTA DIDIK KELAS VIII.2 SMP NEGERI 21 PEKANBARU Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING DI SDN 09 IV KOTO AUR MALINTANG OLEH: REPSA YUNITA NPM. 1110013411250 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Diajukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA 1 Desiy Patrani (1), Rini Asnawati (2), M. Coesamin (3) Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI Azbar Tanjung 1), Edwin Musdi 2), Dewi Murni 3) 1) FMIPA UNP, email:

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi 1 Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di SDN Kepatihan 06 Jember (Implementation of

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DI SDN 03 BATUNG Disusun Oleh: RENI FIRMASARI

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI Oleh: DEDE KURNIA YUZA NPM. 1010013411153 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN ARTIKEL Oleh ZULFARIDA PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN BAGI

Lebih terperinci

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP OPERASI PERKALIAN BILANGAN MELALUI MEDIA BENDA KONGKRIT SISWA KELAS IV SD NEGERI SLAWI KULON 06 KABUPATEN TEGAL Noviana Kusumawati

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN Suci Uliana 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3  No. Hp. 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 4 TAPUNG Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG Oleh: YOSEP RIANTI NPM : 1210013411037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN Wegga Maulina 1, Nurharmi 2, Yulfia Nora 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP

PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP Trysa Gustya Manda 1), Mukhni 2), Atus Amadi Putra 3) 1) FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Mega Oktaviana, Nurhanurawati, Arnelis Djalil Pendidikan Matematika, Universitas Lampung megao@rocketmail.com

Lebih terperinci

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA BERNOMOR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 1 RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Anita Susanti Lubis*, Melisa**,

Lebih terperinci

Muhammad Gufron*, Dra. Sefna Rismen **, Villia Anggraini **

Muhammad Gufron*, Dra. Sefna Rismen **, Villia Anggraini ** Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Keliling Kelompok Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas IX SMPN 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2012-2013 Muhammad Gufron*,

Lebih terperinci

Oleh: Key word: Chained-Greeting and Question technique accompanied, Handout, Comprehension of mathematical concept.

Oleh: Key word: Chained-Greeting and Question technique accompanied, Handout, Comprehension of mathematical concept. PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL DISERTAI HANDOUT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rida

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN Marya Dalva 1, Gusmaweti 2, Ashabul Khairi 3. 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV-A SDN PATRANG 01 JEMBER PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) Improving

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Cooperative Learning, understanding of mathematical concepts, TAI PENDAHULUAN

ABSTRAK. Keywords: Cooperative Learning, understanding of mathematical concepts, TAI PENDAHULUAN PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPS SMAN 12 SIJUNJUNG Melia Sari Hermawan *), Sefna Rismen

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT)

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT) PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJER Ika Serfiani

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD Oleh: Anggit Sriwidodo, A.Y. Soegeng IKIP PGRI SEMARANG Abstract Learning

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V.B PADA TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V.B PADA TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V.B PADA TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DI SD KARTIKA 1-11 SIMPANGHARU KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE Aan Pirta Wijaya 1, Arnelis Djalil 2, M. Coesamin 2 aan_pirtawijaya@yahoo.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SD NEGERI 14 LABAN SALIDO

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SD NEGERI 14 LABAN SALIDO PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SD NEGERI 14 LABAN SALIDO Rukmini. R. 1, Erman Har, M.Si.. 1, Erwinyah Satria, ST.

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research. 1 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII 6 SMP NEGERI 20 PEKANBARU Andita

Lebih terperinci

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 1 KECAMATAN MALALAK KABUPATEN AGAM 1 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG Ari Rahmawati 1, Fazri Zuzano 1, Niniwati 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI BAIQ HIDAYAH E1R113012 PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 4 PASAMAN Rina*, Sofia Edriati**), Hamdunah**) *)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN Nurhaidah, Japet Ginting, Suhermi Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Monif Maulana 1),

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS Yuniawatika Ni Luh Sakinah Nuraeni Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5 Malang Email: yuniawatika.fip@um.ac.id

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI SDN 05 TARAM KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Oleh: PRIMA YULITA NPM: 1110013411128 PROGRAM

Lebih terperinci

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika materi

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika materi ABSTRAK Skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V MI Al Irsyad Karangbendo

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Mimi Handayani 1), Mukhni 2), Mirna 3) 1) FMIPA UNP, email : mimi_handayani39@yahoo.co.id 2,3) Dosen

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN Fitri Handayani 1, Wince Hendri 2, Darwianis 3 Program

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun oleh: EFIE ARINI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun oleh: EFIE ARINI PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI SNOWBALL THROWING (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap MTs Muhammadiyah Tawangsari Sukoharjo

Lebih terperinci

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII.3 SMP NEGERI 11 PEKANBARU Oleh: Mutiara Rizky

Lebih terperinci

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok. 1 Pendahuluan Penerapan Teori Bruner dalam Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang Siswa Kelas III SDN Kemuningsari

Lebih terperinci

Irma Khairoes 1, Zulfa Amrina 1, Fazri Zuzano 1. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Irma Khairoes 1, Zulfa Amrina 1, Fazri Zuzano 1. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS IVC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TEKA-TEKI SILANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KARTIKA 1-10 PADANG Irma Khairoes 1, Zulfa Amrina 1, Fazri Zuzano 1

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG Rika Purwati 1), Dr. Erman Har, M.Si. 2), Daswarman, ST.,M.Pd. 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG Nicke Septriani 1), Irwan 2), Meira 3) 1) FMIPA UNP : email: nick3.c7@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW ISSN Cetak 2476-9886 ISSN Online 2477-0302 Jurnal EDUCATIO, Hlm 52-58 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) Info

Lebih terperinci

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS III A SDN 008 SALO KECAMATAN SALO KABUPATEN KAMPAR TP 0-0 Oleh: Dewi Sri Yuliati, Zuhri D, Sehatta

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL TREFFINGER DI KELAS VA SD NEGERI 08 SURAU GADANG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL TREFFINGER DI KELAS VA SD NEGERI 08 SURAU GADANG ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL TREFFINGER DI KELAS VA SD NEGERI 08 SURAU GADANG Oleh: GUSNI MARYULI NPM: 1210013411152 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING Novitana Sundora, Teti Rostikawati, Triasianingrum Afrikani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN e-issn: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp P-ISSN: 2502-6437 September 2017 Abstract PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Sulis Widarti 1, Tina Yunarti 2, Rini Asnawati 2 sulis_widarti@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Cita Bhekti Laksana Ria (1), Rini Asnawati (2), M.Coesamin (2) Citabhekti24@gmail.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 7 (2), 2015, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 7 (2), 2015, 202-208 Research Artikel PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU METODE

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 01 KAMPUNG JAWA 1 KOTA PARIAMAN Riza Herdila 1, Niniwati 1, Asrul Thaher 1 1) Program

Lebih terperinci

,, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas BungHatta

,, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas BungHatta PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA TEMA SEHAT ITU PENTING MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR DI SDN 12 PISANG KECAMATAN PADANG,, Pendidikan Guru

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISIWA KELAS VIII SMPN 1 BATANG ANAI PADANG PARIAMAN

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISIWA KELAS VIII SMPN 1 BATANG ANAI PADANG PARIAMAN Fitri, Aima, & Muhlisin p-issn: 2086-4280; e-issn: 2527-8827 PENGARUH PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISIWA KELAS VIII SMPN 1 BATANG ANAI PADANG PARIAMAN THE EFFECT OF SPOTLIGHT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING RamaYuliza 1, Khairudin 1, Fazri Zuzano 1 E-mail :ramayuliza7@gmail.com

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement Division) PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-B MTs. NEGERI 3 MATARAM TAHUN

Lebih terperinci

Oleh: Sesna Fitri*), Rahmi**), Zulfitri Aima**)

Oleh: Sesna Fitri*), Rahmi**), Zulfitri Aima**) PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN I BASA AMPEK BALAI Oleh: Sesna Fitri*), Rahmi**), Zulfitri Aima**)

Lebih terperinci

Elsa Camelia 1, Edrizon 1

Elsa Camelia 1, Edrizon 1 PENGARUH TEKNIK THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 PADANG Elsa Camelia 1, Edrizon 1 1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 9 PADANG Luchsyah Asdianti, Mukhni Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Nurhayati 1, Irwan 2 Pendidikan Matematika, Universitas Asahan, Email: nurhayati95@gmail.com Abstract The purpose of

Lebih terperinci

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3  Contact : 1 IMPLEMENTATION OF THINK TALK WRITE (TTW) STRATEGY IN COOPERATIVE LEARNING TYPE OF STAD TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING RESULT IN GRADE VII D SMP NEGERI 18 PEKANBARU Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CELL DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 13 PADANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Cici Edrawati *),

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Rizka Silvianti 1, Haninda Bharata 2, M. Coesamin 2 rizkasilvi.11@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH 1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH Hanifah Amatullah, Sehatta Saragih, Atma Murni Email: hanifahamatullah57@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PRACTICE REHEARSAL PAIRS DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XII IPS SMAN 9 SIJUNJUNG Mela Wulandari 1, Melisa 2, Hafizah Delyana

Lebih terperinci