BAB I PENDAHULUAN. dengan keandalan yang tinggi. Keandalan pada sistem distribusi yang dimaksud

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan keandalan yang tinggi. Keandalan pada sistem distribusi yang dimaksud"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keandalan penyaluran energi listrik ke konsumen sangat dipengaruhi oleh sistem pendistribusiannya. Untuk itu diperlukan sistem distribusi tenaga listrik dengan keandalan yang tinggi. Keandalan pada sistem distribusi yang dimaksud adalah ukuran tingkat ketersediaan pasokan listrik dan seberapa sering sistem mengalami pemadaman serta berapa lama pemadaman terjadi (berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi pemadaman yang terjadi) dan kualitas energi listrik yang dihasilkan dalam hal ini tingkat kestabilan frekuensi dan tegangan (Hartati, 2007). Dalam penyaluran tenaga listrik, tingkat keandalaan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sangat diperlukan karena ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesinambungan penyaluran energi listrik sampai ke konsumen. Untuk mendapatkan keandalan yang tinggi, penerapan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Aquisition) pada jaringan distribusi tenaga listrik sangatlah diperlukan, dimana kelebihan dari sistem SCADA yang diterapkan pada jaringan ditribusi jika dibandingkan dengan sistem yang telah sebelumnya (konvensional) sangat berpengaruh signifikan terhadap efisiensi dari sistem pendistribusian tenaga listrik, adapun kelebihan dari sistem SCADA yaitu dapat memantau, mengendalikan, mengkonfigurasi dan mencatat kerja sistem secara real time (setiap saat), serta mampu menangani gangguan yang bersifat ada 1

2 2 permanen ataupun yang bersifat sementara/temporer dalam waktu yang singkat secara remote (jarak jauh) dari pusat kontrol. Sehingga diharapakan dengan diterapkannya integrasi sistem SCADA dengan jaringan distribusi tenaga listrik dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik (efektif dan efesien) kepada konsumen listrik, dan dari pihak penyedia tenaga listrik sendiri (dalam hal ini PT.PLN persero) bisa meminimalisir terjadinya kerugian finansial akibat keandalan sistem yang rentan gangguan. Di samping itu, pemeliharaan jaringan secara rutin terjadwal dan evaluasi kerja sistem melalaui data-data harian yang ada, baik data gangguan maupun data pembacaan metering dari peralatan sistem juga sangat diperlukan karena hal ini dapat membantu meningkatkan keandalan pada jaringan distribusi tenaga listrik. Pada jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu sebagian besar penyulang-penyulang yang ada sudah terintegrasi dengan sistem SCADA, namun jika ditinjau dari segi infrastruktur pendukung terintegrasinya sistem SCADA dengan jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu masih belum maksimal, oleh karena itu dalam skripsi ini akan membahas mengenai evaluasi kinerja sistem SCADA terhadap peningkatan keandalan jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu dengan parameter indeks yaitu nilai keluaran SAIDI (system average interruption duration index) atau rata-rata gangguan sistem distribusi tenaga listrik dalam indeks durasi, SAIFI (system average interruption frequency index ) atau rata-rata gangguan sistem distribusi tenaga listrik dalam indeks frekuensi dan CAIDI (customer average interruption duration index) atau rata-rata gangguan pada pelanggan dalam indeks durasi.

3 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai beikut: 1. Berapa besar pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu. 2. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam memaksimalkan peningkatan indeks keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu setelah terintegrasi dengan sistem SCADA. 1.3 Batasan Masalah Analisis indeks tingkat keandalan Jaringan Distribusi yang diteliti pada skripsi ini berada di wilayah Kota Palu dengan pengambilan data pada penyulangpenyulang prioritas yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap peningkatan indeks keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (Persero) Area Palu dengan parameter indeks nilai SAIDI (system average interruption duration index), SAIFI (system average interruption frequency index) dan CAIDI (customer average interruption duration index), kemudian mengevaluasi hasil dari keluaran parameter indeks tersebut dengan standar yang ditetapkan oleh PT. PLN (Persero)..

4 4 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Manfaat secara akademik yaitu dapat dijadikan sebagai referensi mata kuliah sistem ketenagalistrikan. 2. Sedangkan secara praktis manfaat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam perencanaan jaringan distribusi yang belum menggunakan sistem SCADA. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas maka proposal skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I BAB II BAB III BAB IV Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka dan landasan teori atau teori pendukung dari pembuatan skripsi ini. Bab ini yang membahas tentang bahan dan alat penelitian serta cara penelitian. Bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan. BAB V Pada bab ini, terdapat kesimpulan yang dapat diambil penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran yang diharapkan berguna untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

5 5 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Jaringan distribusi tenaga listrik akan bekerja lebih efektif dan efisien jika telah terintegrasi dengan sistem SCADA, yaitu suatu sistem yang mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem pendistribusian tenaga listrik yang masih konvensional. Adapun kelebihan dari penerapan sistem SCADA pada jaringan distribusi tenaga listrik yaitu, sistem SCADA dapat memantau kerja dan performa pendistribusian tenaga listrik secara real time (setiap saat), serta mampu menangani gangguan dalam waktu yang singkat secara remote control (jarak jauh) dari pusat kontrol/pusat pengaturan beban (Hartati, 2007). Penelitian mengenai pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik telah banyak dilakukan, akan tetapi tempat dan pola jaringan distribusi yang diteliti serta metode yang digunakan berbeda-beda. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik akan dijelaskan pada beberapa paragraf selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Fardiana (2003) membahas mengenai sistem operasi jaringan distribusi loop yang menggunakan teknologi SCADA di PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang. Penerapan sistem SCADA untuk gardu induk membuat efisiensi waktu pengendalian jaringan listrik, menjadi lebih baik yaitu dapat memperkecil area pemadaman dan meningkatkan pelayanan 5

6 6 penyaluran listrik kepada konsumen, terutama sangat berguna pada operasi jaringan distribus loop. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fardiana dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pola jaringan distribusi yang diteliti, yakni Fardiana melakukan penelitian pada jaringan distribusi dengan pola loop di PT. PLN (Persero) Area Pendistribusian Jakarta Raya dan Tanggerang, sedangkan penulis akan melakukan penelitian pada jaringan distribusi dengan pola spindel di PT. PLN (Persero) Area Palu. Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan oleh Fardiana dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada jaringan distribusi yang diteliti, yakni masing-masing telah terintegrasi dengan sistem SCADA. Penelitian mengenai analisa keandalan sistem distribusi PT. PLN (Persero) Wilayah Kudus pada Penyulang KDS 2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5. Menggunakan metode Section Technique dan running keandalan pada Software ETAP oleh Wicaksono (2012). Penelitian ini lebih mengkosentrasikan pada analisa keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik dengan cara manual menggunakan metode Section Technique kemudian di simulasikan pada software ETAP (Electric Transient Analysis Program). Persamaan penelitian yang dilakukan Wicaksono dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mempunyai kesamaan pada analisa yang dilakukan yakni menganalisa keandalan jaringan distribusi tenaga listrik PT. PLN (Persero). Sedangkan perbedaannya adalah pada metode yang digunakan dalam masingmasing penelitian, yakni penulis menganalisa keandalan jaringan distribusi

7 7 dengan cara membandingkan indeks nilai SAIDI,SAIFI dan CAIDI sebelum dan sesudah menggunakan sistem SCADA, sedangkan Wicaksono menganalisa keandalan jaringan distribusi dengan cara mengunakan metode Section Technique yang disimulasikan pada software ETAP. Penelitian yang dilakukan oleh Wildawati (2011), Analisis Dampak Pemasangan SCADA Terhadap Penyelamatan Energi dan Kulitas Pelayanan di Jaringan Distribusi PT. PLN (persero) APJ Yogyakarta. Dengan diterapkannya sistem SCADA pada jaringan distribusi, usaha penyelamatan energi listrik dan kualitas pelayanan ke konsumen menjadi lebih efektif dan efesien (meningkatnya keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik). Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Wildawati dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada analisa yang dilakukan, yakni menganalisa pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik. Adapun perbedaannya adalah Wildawati lebih mengkosentrasikan pada dampak penggunaan SCADA terhadap usaha penyelamatan energi listrik dan kualitas pelayanan ke konsumen, sedangkan penulis lebih berorientasi pada evaluasi penggunaan SCADA terhadap peningkatan indeks keandalan jaringan distribusi secara umum. Dalam tinjauan pustaka yang telah di lakukan banyaknya penelitianpenelitian Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang meneliti tentang keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik yang menggunakan sistem SCADA, masih berorientasi pada jaringan distribusi loop yang kompleks dengan metode Section Technique atapun simulasi pada software ETAP. Oleh karena itu penulis

8 8 melakukan penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan SCADA Terhadap Peningkatan Indeks Keandalan Jaringan Distribusi PT. PLN Area Palu, dengan cara membandingkan indeks nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI Sistem Distribusi Area Kota Palu, sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA. 2.2 Landasan Teori Pendistribusian Tenaga Listrik Pada dasarnya energi listrik dibangkitkan oleh beberapa pusat-pusat pembangkit (PLTA, PLTD, PLTU, PLTGU, dan pembangkit lainnya) dengan tegangan keluaran yang bervariasi 6-20 KV. Umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat pengguna listrik (pusat beban) oleh karena itu diperlukan sebuah sistem transmisi tenaga listrik dengan tegangan tinggi, mulai dari 70 KV 500 KV, tergantung besar daya dan jarak antara pusat pembangkit dengan gardu induknya (Marsudi, D. 2006). Tujuan menaikan tegangan generator dari pusat pembangkit melalui trafo step up menjadi tegangan tinggi dan disalurkan pada sistem transmisi adalah untuk efisiensi penyaluran tenaga listrik, efisiensi yang dimaksud antara lain pengunaan penampang penghantar, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil apabila tegangan transmisi dinaikan. Setelah sampai pada gardu induk (GI) teg angan transmisi kemudian diturukan kembali melalui trafo step down menjadi tegangan 20 KV. Sebuah gardu induk (GI) pada dasarnya adalah pusat beban suatu pembangkit tenaga listrik, dimana energi listrik yang ada pada gardu induk (GI) akan disuplai ke

9 9 pengguna beban melalui jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV untuk industri-industri besar dan diturunkan kembali menjadi tegangan rendah 220/380 V untuk pengguna beban sedang dan kecil. Ilustrasi penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit hingga sampai ke jaringan tegangan menengah di tunjukan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Penyaluran tenaga listrik (Sumber : Siregar, D. : 2011) Komponen- Komponen Jaringan Distribusi Jaringan distribusi tenaga listrik secara umum jika dilihat dari urutan jalur komponen terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: a.) Gardu Induk b.) Jaringan Distribusi Primer c.) Gardu Distribusi d.) Jaringan Distribusi Sekunder

10 10 a.) Gardu Induk Gardu induk menghubungkan sistem transmisi dengan sistem distribusi tenaga listrik untuk disalurkan ke konsumen. Adapun urutan letak peralatan-peralatann listrik yang ada pada gardu induk, dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah. Gambar 2.2. Urutan Letak Peralatan-Peralatan Listrik di Gardu Induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Keterangan: 1. Incoming 150 kv 2. Kawat pentanah (ground) 3.Overhead lines 4. Trafo instrumen (potential transformer) 5.Sakelar Pemisah (Disconnect switch ) 6. Pemutus Tebaga/PMT (Circuit breaker) 7. Current Transformer 8.Lightning arrester, 9.Main transformer 10. Gedung kontrol, 11. Pagar pengaman 12. Saluran ke area lain Pada Gardu Induk, komponen-komponen utama yang ada saling terintegrasi dan bekerja sesuai dengan fungsinya, adapun komponen-komponen utama Gardu Induk yang dimaksudd antara lain yaitu: Rel (Busbar) merupakan tempat instalasi peralatan listrik yang Rel atau busbar adalah titik pertemuan/hubungan tranformator tenaga, saluran udara tegangan tinggi/saluran kabel tegangan tinggi dan peralatan tenaga listrik lainnya yang ada pada switch yard untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.

11 11 Untuk memperoleh fleksibilitas dan keandalan operasi, maka berdasarkan konstruksi hubungann busbar dengan peralatan tenaga listrik lainnya terdapat beberapa busbar yaitu; 1. Busbar Rel Tunggal Rel GI G2 Gambar 2.3. Busbar Gardu Induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013) G3 Saluran Keluar PMS Seksi Tr G4 G5 Rel PS Gambar 2.4. Busbar Rel tunggal dengan PMS Seksi (Sumber: Sarjan, M. : 2013)

12 Busbar Ganda PMT Tunggal Rel G1 G2 G3 Gambar 2.5. Busbar Ganda PMT Tunggal (Sumber: Sarjan, M. : 2013) 3. Busbar Ganda PMT Ganda Rel G1 G2 G3 Saluran Keluar Trafo Pemakaian Sendiri Transformator Pemakaian Sendiri Gambar 2.6. Busbar Ganda PMT Ganda (Sumber: Sarjan, M. : 2013) PMT Kopel Saluran Keluar

13 13 Transformator Tenaga Fungsi utama (merubah) tegangan pembebanan dalam suatu system tenaga listrik pada berbagai Karena peranan transformator tenaga yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik, sehingga perlu perlakuan dan penanganan khusus dalam penentuan jenis dan spesifikasi teknis yang sesuai dengan aplikasinya. Pemilihan kapasitas (kva) Transforamator harus didasarkan pada pengaruh siklus pembebanan, factor beban dan temperature sekeliling. transforamator tenaga dirancang untuk penggunaan pada suhu lingkungan maksimum 40 0 C. transformator tenaga adalah untuk mentransformasikan system dari satu level tegangan ke level tegangan lainnya. Transformator tenaga harus mampu mengalirkan daya listrik ke suatu lokasi kondisi operasi. Umumnya Gambar 2.7. Transformator Tenaga dan Komponen Utama (Sumber: Sarjan, M. : 2013)

14 14 Hukum utama yang mendasari prinsip kerja transformator adalah hukum induksi Faraday. Menurut hukum ini apabila jumlah garis gaya magnet (fluks) yang melalui kumparan berubah, maka akan diinduksi suatu gaya gerak listrik pada belitan. Besar gaya gerak listrik induksi yang dibangkitkan berbanding lurus dengan kecepatan perubahan jumlah garis gaya magnet yang melalui belitan tersebut. Sebuah transformator pada dasarnya terdiri dari inti besi lunak yang dilaminasi sebagai lintasan magnet, belitan primer dan sekunder yang terisolasi dari inti besi maupun antara belitan, tangki, minyak, minyak transformator dan bushing sebagai terminal belitan. Disamping itu dilengkapi pula dengan peralatan lain untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan melindungi transformator dari kerusakan jika terjadi gangguan di dalam maupun diluar transformator. Pemutus Tenaga (CB/Circuit Breaker) Pemutus tenaga merupakan peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyambung dan memutuskan suplai tenaga listrik melalui pemisahan/atau penutupan kontak dalam kondisi operasi normal maupun dalam kondisi gangguan. Berdasarkan media yang digunakan sebagai media isolasi dan pemadam busur api, terdapat beberapa jenis pemutus tenaga seperti; Minyak, Udara, Hampa Udara, SF6

15 15 Gambar 2.8. Pemutus Tenaga (PMT/CB) (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Konstruksi pemutus tenaga ini biasanya diklasifisikan kedalam Pemutus Tenaga Live Tank dan Dead Tank. Tanki mati artinya bahwa tanki dan seluruh aksesori peralatan ini i ditanahkan untuk menjaga tegangan pada tegangan tanah. Berdasarkan diklasiikasikan ke dalam beberapa tipe; media pemadaman busur api, pemutus tenaga ini 1. Pemutus Tenaga Udara (Air Circuit Breaker) 2. Pemutus Tenaga Minyak (Oil Circuit Breaker) 3. Pemutus Tenaga Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker) 4. Pemutus Tenaga Hampa Udara(Vacuum Circuit Breaker) 5. Pemutus Tenaga SF6 (SF6 Circuit Breaker)

16 16 Pemutus tenaga harus mempunyai kapasitas hantar arus nominal pada tegangan nominal, juga mampu memutuskan arus pada kondisi gangguan. Disamping itu, dapat mengalirkan arus gangguan untuk waktu singkat serta mampu menahan gaya elektromagnetik yang timbul pada kondisi arus gangguan yang besar. Pemisah (PMS/Disconnect Switch) Pemisah adalah peralatan yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam kondisi tidak berbeban, dimana dalam suatu gardu pemisah ni dipasang pada Transformator Bay (TR Bay), Transmission Line Bay (TL-Bay), Rel (busbar) dan pada Bus Couple. induk peralatan Gambar Pemisah (DS/Disconnecting Switch) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)

17 17 Oleh karena pemisah hanya dapat dioperasikan pada kondisi jaringan tidak berbeban, maka yang terlebih dahulu dioperasikan adalah Pemutus Tenaga (PMT/CB) baru pemisah ini dioperasikan, Sebaliknya penyambungan, makaa pemisah yang dimasukkan terlebih dahulu baru pemutus tenaga dimasukkan. Transformator Arus (CT/ Current Transformer) Adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk merubah besaran arus dari arus besar (arus ukur dan proteksi. Peralatan ini juga berfungsi mengisolasi rangkaian sekunser terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi. Bentuk transformator arus untuk tegangan tinggi disajikan pada gambar berikut. pada operasi beban) ke arus yang lebih kecil yang akan menyuplai alat Gambar Transformator Arus (CT) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)

18 18 Transformator Tegangan (PT/Potential Transformer) Transformator Tegangan merubah besaran tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi. Disamping itu mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer yang bertegangan tinggi dengan memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi. Bentuk Transformator Tegangan disajikan pada gambar berikut. Gambar Transformator Tegangan (PT) (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Penangkal Petir (LA/Lightning Arrester) Merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk melindungi (peralatan tenaga listrik lainnya di dalam gardu induk dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (Ligtning Surge) pada kawat transmisi maupun

19 19 tegangan lebih karena surja hubung (swit ching Surge). Bentuk dari arester petir disajikan pada gambar berikut. Gambar Arester Petir (Lightning Arrester) (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Salah satu terminalnya dihubungkan dengan konduktor bertegangan dan terminalnya dihungkan dengan tanah. Pada kondisi normal, makaa Arester bersifat isolatif dan tidak menyalurkan arus listrik. Tetapi pada saat terjadi gangguan petir atau surja hubung, dimana terjadi kenaikan tegangan tegangan arrester), maka arester tersebut bersifat konduktif dan mengalirkan arus- arus petir atau surja hubung ke tanah (bumi). Dengan demikian kenaikan tegangan akan dibatasi sehingga tidak melampai batas ketahanan isolasi (tegangan tembus) peralatan tenaga listrik yang terpasang. secara drastis (tegangan yang timbul melampaui rating

20 20 Tahanan Pentanahan Netral (NGR/Neutral Grounding Resistance) Netral Grounding Resistor (NGR) merupakan salah satu peralatan proteksi yang fungsinya adalah untuk membatasi besar arus hubung singkat ke tanah. Alat ini dipasang antara a titik netral transformator tenaga dengan tanah. Besar tahanannya akan mempengaruhi besar arus gangguan tanah yang terjadi dan karakteristik rele gangguan tanah. Bentuk neutral grounding resistor ini disajikan pada gambar berikut. Gambar Neutral Grounding Resistance (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Transformator Pemakaian Sendiri Transformator ini berfungsi sebagai sumber listrik untuk melayani kebutuhan internal gardu induk seperti, Kebutuhan catu daya gedung kontrol, penerangan di switchyard, halaman gardu induk dan penerangan di sekeliling gardu induk. Juga untuk melayani alat penyejuk udara (ac), penyearah (rectifier)/

21 21 pengisi baterai, pompa air dan motor-motor listrik serta peralatan lain yang memerlukan listrik tegang rendah. Gambar Transformator Pemakaian Sendirii (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Bangunan Kontrol Bangunan kontrol merupakan bangunan yang menjadi pusat pengoperasian gardu induk. Di dalam ruangan pada bangunan ini, para operator mengontrol dan mengendalikan serta mengoperasikan seluruh perlatan tenaga listrik yang ada pada gardu induk. Juga sebagai tempat panel-panel proteksi dan panel pengukuran serta panel (cubicle) untuk feeder.distribusi.

22 22 Panel Kontrol Berfungsi untuk mengontrol kondisi gardu induk dan merupakan pusat pengendali lokal gardu induk. Didalamnya berisi peralatan; saklar, indikator- indikator, meteran-meteran ukur, tombol-tombol komando operasional dari Pemutus Tenaga (PMT/CB), P emisah (PMS/DS ), alat ukur besaran listrik serta announciator., Gambar Bangunan Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Gambar Panel Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013)

23 23 Panel Proteksi Panel ini merupakan lemari rele-rele proteksi yang dikelompokkan dalam bay sehingga memudahkan dalam pengontrolannya Sumber Arus Searah (Direct Current Power Suply) Sumber energi listrik arus searah disimpan melalui proses kimiawi. Sumber menggerakkan peralatan kontrol, rele proteksi, motor penggerak Circuit Breaker (CB), Disconnecting Switch (DS) dan penggerak mekanik peralatan tenaga listrik lainnya. Gambar Panel Proteksi (Sumber: Sarjan, M. : 2013) energi ini merupakan perangkat penyimpan tenaga listrik yang berfungsi untuk Rectifier/penyearah, Peralatan listrik yang berfungsi untuk mengkonversi (merubah) arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) untuk pengisian baterai. Oleh karenaa peraatan kontrol dan rele proteksi sangat fital, sehingga sumber DC ini harus dirawat dan dijaga sehingga kegagalan operasi pengaman dan pemutus tenaga dapat dihindari.

24 24 Cubickle 20 KV Gambar Sumber DC gardu induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013) Lemari atau cubicle 20 kv merupakan sistem switchgear untuk tegangan menengah (TM) yang berasal dari keluaran (output) transformator daya. Lemari ini menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke daerah pelayanan listrik melalui feeder-feeder/penyulang. Komponen atau pealatan yang terpasang di dalam cubicle antara lain; Panel penghubung (couple), Incoming cubicle, pemutus tenaga, koponen/peralatan proteksi dan pengukuran, bus sections dan feeder/penylang. Gambar cubicle 20 kv disajikan berikut ini.

25 25 Komponen Peralatan atau Gambar Cubicle 20 kv pada Gedung Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013) peralatan dan komponen tenaga listrik dari kerusakan yang diseebabkan karena adanya gangguan teknis, gangguan alam (petir), kesalahan operasi atau penyebab lain. Gangguan ini dapat berakibat fatal bagi manusia, harta benda dan lingkungan jika tidak segera diputuskan dan dikeluarkan dari rangkaian sistem tenaga listrik. Beberapa peralatan Proteksi komponen proteksi merupakan suatu sistem pengamanan dan komponen tenaga lisrik yang harus diamankan dari kerusakan karena terjadinya gangguan antara lain adalah; 1. Transformator Daya 2. Rel (busbar) 3. Penghantar (konduktor) 4. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT). dilindungi dan

26 26 5. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 6. Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 7. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) b.) Jaringan Distribusi Primer Jaringan distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk (GI) ke distribusi primer dapat menggunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM) atau melalui saluran kabel tegangan menengah (SKTM) dengan tegangan 20 KV. Jaringan distribusi primer berada antara sisi primer trafo distribusi dan sisi sekunder trafo gardu induk (GI), dan direntangkan sepanjang daerah pusat beban seperti pada Gambar pusat -pusat beban. Penyaluran tenaga listrik pada jaringan Gambar Jaringan distribusi primer (Sumber : Siregar, D. : 2011) Berdasarkan pola penyalurannya (Siregar, D. : 2011) adaa beberapa jenis jaringan distribusi primer antara lain sebagai berikut;

27 27 Pola radial Sistem distribusi dengan pola radial, seperti ditunjukan pada Gambar 2.22 adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi tetapi penyulang ini tidak saling berhubungan. Kelemahan type jaringan ini yaitu ketika jalur utama pasokan terputus maka seluruh penyulang akan padam dan mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling akhir kurang baik, hal ini dikarenakan besarnya rugi-rugi pada saluran, sehingga tingkat keandalan jaringan distribusi dengan pola ini dikategorikan dengan keandalan sistem yang rendah ( low reliability system). Pola loop Gambar Jaringan distribusi pola radial (Sumber : Siregar, D. : 2011) Pada pola jaringan seperti ini terdapat penyulang yang terkoneksi membentuk loop atau rangkaian tertutup untuk menyuplai gardu distribusi (Gambar 2.23). Gabungan dari dua struktur radial menjadi keuntungan pada pola loop karena pasokan daya lebih terjamin dan memiliki keandalan yang cukup,

28 28 sedangkan kelemahan dari sistem ini yaitu bila beban yang dilayani semakin bertambah maka kualitas pelayanan akan semakin buruk, yakni drop tegangan yang terjadi akan semakin besar pula, sehingga tingkat keandalan jaringan distribusi dengan pola ini dikategorikan dengan keandalan sistem yang menengah (medium reliability system). Pola spindel Sistem spindle merupakan suatu pengembangan dari pola konfigurasi jaringan pola radial Gambar Jaringan distribusi pola loop (Sumber : Siregar, D. : 2011) dan loop. Pada pola ini terdiri dari beberapa penyulang (Gambar 2.24), yang tegangannya diberikan dari gardu induk dan tegangan tersebut berakhir pada gardu hubung (GH). Pada sebuah spindle biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangann ( express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung, kelebihan dari pola inii yaitu sederhana

29 29 dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial, kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi. Sehingga pola jaringan ini bisa dikategorikan sebagai sistem dengan keandalan yang tinggi ( high reliability system). Pola interkoneksi radial maupun pola loop, serta sangat cocok diterapkan di Gambar Jaringan distribusi pola spindle (Sumber : Siregar, D. : 2011) Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus-menerus, walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perenacanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu Pusat Pembangkit Tenaga Listrik mengalami kerusakan, maka penyaluran

30 30 tenaga listrik dapat dialihkan ke Pusat Pembangkit lain. Untuk Pusat Pembangkit yang mempunyai kapasitas kecil dapat dipergunakan sebagai pambantu dari Pusat Pembangkit Utama (yang mempunyai kapasitas tenaga listrik yang besar). Apabila beban normal sehari-hari dapat diberikan oleh Pusat Pembangkit Tenaga Listri tersebut, sehingga ongkos pembangkitan dapat diperkecil. Pada sistem interkoneksi ini Pusat Pembangkit Tenaga Listrik bekerja bergantian secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga tidak ada Pusat Pembangkit yang bekerja terus-menerus. Cara ini akan dapat memperpanjang umur Pusat Pembangkit dan dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan, sehingga pola jaringan seperti ini termasuk dalam kategori sistem dengan keandalan yang tinggi (high reliability system). Gambar Jaringan distribusi pola interkoneksi (Sumber : Siregar, D. : 2011)

31 31 c.) Gardu Distribusi Gardu distribusi merupakan tempat instalasi tenaga listrik yang didalamnya terdapat beberapa perlatan listrik seperti pemutus tenaga, pengaman dan trafo distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan tegangan konsumen. Peralatan-peralatan ini digunakan untuk menunjang pendistribusian tenaga listrik agar terjaganya kontinuitas pasokan tenaga listrik sampai ke konsumen. Adapun secara umum fungsi gardu distribusi adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan tegangan menengah (20 KV) menjadi tengan rendah (380/220 V) 2. Menyalurkan atau mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan rendah 3. Menyalurkan atau mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu distribusi lainnya atau ke gardu hubung. Gardu distribusi secara umum mempunyai beberapa type yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan suplai energi listrik dan area dimana gardu distribusi itu ditempatkan, adapun type-type gardu distribusi tersebut adalah sebagai berikut: Gardu Hubung Gardu hubung adalah gardu yang berfungsi untuk membagi beban pada sejumlah gardu atau untuk menghubungkan satu penyulang tegangan menengah dengan penyulang tegangan menengah yang lain, oleh karena itu pada gardu ini hanya dilengkapi peralatan hubung serta alat pembatas dan pengukur.

32 32 Gardu Portal Gardu Portal adalah gardu yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik pada konsumen tegangan rendah. Pada gardu trafo terdapat beberapa peralatan-peralatan listrik seperti Light Aresster, Cut Out, Panel Distribusi, Konduktor pembumian serta peralatan lainnya. Gardu Cantol Gardu Cantol mempunyai kemiripan dengan gardu portal yakni sama-sama dipasang pada tiang distribusi 20 KV dengan perlengkapan perlatan yang sama, hanya berbeda dari segi kapasitas beban yang ditanggung oleh kedua Gardu tersebut, yakni Gardu Portal biasanya memikul beban yang lebih besar dibandingkan dengan Gardu Cantol. Gardu Beton Sesuai dengan namanya, konstruksi gardu ini terbuat dari beton. Type dari gardu ini bermacam-macam sesuai dengan lokasi dan kebutuhannya. Sedangkan kapasitas transformator yang dipasang pada gardu ini lebih besar dibandingkan dengan gardu trafo. Jumlah transformator yang dapat ditampung pada gardu ini dapat lebih dari satu buah, dimana hal ini bargantung dari kebutuhan dan lokasi yang ada. Kapasitas transformator maksimal untuk gardu ini adalah 400 KVA s/d 630 KVA, tetapi pada tempat-tempat tertentu seperti kawasan industri bisa mancapai 1000 KVA.

33 33 d.) Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi ini digunakan untuk menyalurkan tenagaa listrik dari trafo distribusi ke beban-beban yang ada pada konsumen untuk 1 fasa dan 380 V untuk 3 fasa. Gambar 2.9 memperlihatkan keadaan jaringan distribusi sekunder, yang terletak antara sisi sekunder trafo distribusi sampai ke titik penyambungan tenaga listrik konsumen. Gambar Jaringan distribusi sekunder (Sumber : Siregar, D. : 2011) Gangguan Pada Jaringan Distribusi Jaringan distribusi merupakan jaringan pangkal yang berada paling dekat dengan beban atau konsumen, pada jaringan ini juga rentan terhadap gangguan- gangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem yang berdampak pada kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang di salurkan. dengan tegangan 220 V Gangguan padaa jaringan distribusi tenaga listrik dapat bersifat temporer dan permanen. Pada gangguan temporer sifatnya hanya sementara hal ini biasanya diakibatkan oleh flash over antara penghantar dan tiang, sambaran petir ataupun flash over dengan pohon-pohon yang berada di sekitar jaringann distribusi. Saat

34 34 gangguan temporer terjadi dispatcher atau operator distribusi tidak perlu melakukan tindakan recovery (pemulihan) yang signifikan, karena gangguan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan sistem distribusi tenaga listrik akan kembali berjalan normal. Sedangkan pada saat gangguan permanen terjadi, dispatcher atau operator distribusi harus melakukan tindakan recovery (pemulihan) jaringan untuk menjaga stabilitas, kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang disalurkan kepada konsumen. Gangguan permanen dapat disebabkan oleh banyak faktor, adapun diantaranya adalah menurunnya ketahanan isolasi minyak trafo akibat overload yang mengakibatkan kerusakan permanen pada trafo tersebut, gangguan permanen juga dapat disebabkan oleh hubung singkat antar fasa yang menyebabkan terbukanya pemutus daya (PMT), dan gangguan permanen yang disebabkan oleh faktor lainnya Keandalan Jaringan Distribusi Menurut Hartati (2007), keandalan jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat dari ukuran ketersediaan atau penyediaan pasokan energi listrik dari sisetm ke pengguna. Ukuran tingkat keandalan dapat dinyatakan dalam seberapa sering sistem mengalami pemadaman, berapa lama pemadaman terjadi, dan berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi dari pemadaman yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Pabla (2007), mendefenisikan keandalan sebagai kemungkinan dari satu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada keadaan

35 35 tertentu pada waktu yang ditentukan. Serta menurut Momoh (2008), keandalan jaringan distribusi tenaga listrik adalah kemampuan dari jaringan tersebut untuk menyalurkan tenaga listrik secara kontinyu ke pelanggan pada satu standar yang telah ditetapkan sesuai dengan mutu dan jaminan keamanannya. Berdasarkan dari beberapa defenisi mengenai keandalan diatas, maka dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan distribusi tenaga listrik secara umum adalah suatu sistem yang bekerja pada keadaan tertentu (dalam hal ini sistem distribusi tenaga listrik) yang dituntut untuk mampu menyalurkan tenaga listrik secara kontinyu ke pelanggan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan jaminan keamanan dan mutu tenaga listrik yang disalurkan. Tingkatan keandalan dalam pelayanan penyaluran tenaga listrik menurut Hartati (2007), dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: Keandalan sistem yang tinggi ( High Reliability system), Keandalan sistem yang menengah ( Medium Reliability System) dan Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System ). Menurut Yulius (2007) indeks keandalan dapat diukur pada suatu sistem baik dari sisi Gardu Induk ( substasion) maupun dari sisi penyulang ( Feeder). Tingkat keandalan dalam suatu sistem dapat ditentukan dengan menghitung SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI ( System Average Interruption Duration Index). Menurut standar IEEE std , SAIFI menyatakan karakteristik banyak gangguan dan SAIDI menyatakan karakteristik lama gangguan yang diukur selama periode tertentu (per tahun)

36 36 Indeks keandalan berbasis sistem dengan parameter banyaknya gangguan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (per tahun) pada sisi pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan atau yang lebih dikenal dengan istilah SAIFI dapat di hitung dengan menggunkan persamaan berikut; SAIFI =...(1) dimana : Ci = Jumlah Pelanggan Padam N = Jumlah Pelanggan Sedangkan untuk Indeks keandalan berbasis sistem dengan parameter lamanya gangguan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (per tahun) pada sisi pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan atau yang lebih dikenal dengan istilah SAIDI dapat di hitung dengan menggunkan persamaan berikut; SAIDI= dimana :....(2) Ci = Jumlah Pelanggan Padam N = Jumlah Pelanggan ti = Durasi padam dan untuk mengetahui perbandingan tingkat keandalan berdasarkan banyaknya gangguan dan lamanya gangguan dalam suatu sistem yang berdampak pada kualitas pelayanan ke konsumen atau yang lebih dikenal dengan istilah CAIDI ( Customer Average Interruption Duration Index), dapat dihitung dengan menggunkan persamaan berikut; CAIDI= SAIDI...(3)

37 Sistem SCADAA Jaringan Distribusi PT. PLN Kota Palu Di era teknologi sekarang ini, sistem komputerisasi padaa operasi sistem tenaga listrik dituntutt untuk mampu menangani permasalahan-permasalahan yang ada baik dari segi pembangkitan tenaga listrik sampai pada prosess pendistribusian dan pengaturan beban tenaga listrik ke konsumen. Komputer yang digunakan untuk operasi sistem tenaga listrik mempunyai tugas utama menyelengarakan supervisi dan mengendalikan operasi ini, komputer mengumpulkan data dan informasi dari sistem yang kemudian diolah menurut prosedur dan protokol tertentu, prosedur ini akan diatur oleh software komputer, dan fungsi semacam ini disebut Supervisory Control and Data Aquisition (SCADA ), ( Andrian, R. C. : 2013). Gambar Arsitektur SCADA (Sumber: Andrian, R. C. : 2013) Gambar 2.27 diatas menjelaskan bahwa SCADA merupakan suatu sistem pengawasan, pengendalian dan pengolahan data sistem tenaga listrik secara real time. Komponen SCADA meliputi Master Station, media telekomunikasi, dan

38 38 Remote Station/Remote Terminal Unit (RTU). SCADA mendapatkan data secara real time baik dari Remote Terminal Unit (RTU) atau sumber komunikasi lainnya yang ada di lapangan, sehingga operator ( dispatcher) memungkinkan untuk melakukan pengawasan ( supervisory) operasi jaringan tenaga listrik dan pengendalian peralatan pemutus beban jarak jauh (remote controle operation). Sistem SCADA pada jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu mulai terintegrasi pada akhir tahun 2010, dimana sebagian besar PMT yang ada pada unit-unit pembangkit dan Gardu Induk serta Gardu Hubung yang ada sudah terintegrasi dengan sistem SCADA, namun disisi jaringan distribusi primer 20 KV peralatan-peralatan listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA masih sangat minim, yakni hanya ada satu unit Load Break Switch (LBS) yang sudah bisa di operasikan secara remote control atau kontrol jarak jauh melalui sistem SCADA (LBS TMP Jln.Basuki Rahmat, Penyulang Anggrek), dan tiga unit Load Break Switch (LBS) dalam tahap pengembangan dan uji coba untuk terintegrasi dengan sistem SCADA, yakni LBS Jakarta (Jln. Kartini Atas, Penyulang Tulip), LBS Moh. Hatta (Jln. Moh Hatta, Penyulang Aster) dan LBS Hasrat ( Jln. Diponegoro, Penyulang Express 4), sedangkan LBS lainya masih beroperasi secara konvensional.

39 39 Gambar LBS Remote Control Motorized SCADA PT. PLN (Persero) Area Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012) Kelebihan dari LBS yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA via Remote Control Motorized yakni mempunyai kemampuan kontrol jarak jauh dengan prinsip kerja yaitu ketika terjadi gangguan pada jaringann distribusi maka LBS tersebut akan mengirim signal ke pusat kontrol via frekuensi radio ( MHz untuk frekuensi kerja LBS SCADA Palu), sehingga pihak dispatcher akan segera mengetahui bahwa telah terjadi gangguan dan segera melakukan tindakan recovery, yakni dengan cara mengirim perintah dari server SCADA ke penerima di LBS SCADA untuk melakukan open/close di jaringan distribusi tanpa datang langsung ketempat dimana LBS berada, sehingga waktu recovery gangguan akan lebih cepat dibandingkan dengan LBS konvensional.

40 40 Adapun konfigurasi sistem SCADA di PT. PLN (Persero) Area Pal u dapat dilihat pada gambar 2.29, dimana pada gambar tersebut menjelaskan bahwa peralatan-perlatan listrik yang terhubung dengan RTU sistem SCADA mengirim data metering (nilai frekuensi, tegangan, arus, daya) ke server SCADA melalui media komunikasi data fiber optic (FO), kemudian data tersebut diolah dan di tampilkan ke komputer-komputer dispatcher (operator SCADA), begitu pula sebaliknya komputer dispatcher dapat mengirim perintah ke RTU, yang kemudian akan di teruskan ke peralatan-peralatan listrik yang di kontrol, misalnya untuk melakukan open/close peralatan akibat trip/gangguan. Server SCADA sistem palu sendiri sudah dilengkapi dengan intergrasi perangkat seluler, dimana fungsi dari fitur ini adalah untuk mendapatkan data terkini dan tersebar ke semua operator SCADA, pripsip kerjanya yaitu, apabila peralatan listrik yang dikontrol (PMT,LBS) mengalami trip/ganggunan, maka akan ada pemberitahuan ke perangkat seluler/hand Phone (HP) masing-masing operator SCADA dalam bentuk Short Message Service (SMS), namun sebelumnya nomor perangkat seluler tersebut harus di register terlebih dahulu pada server SCADA. Selain server untuk menerima data, pada pusat kontrol sistem SCADA Palu juga dilengkapi dengan server history, yakni fungsi dari server ini adalah untuk mencatat semua kejadian yang terjadi pada perlatan listrik yang dikontrol dan disimpan secara otomatis di Hard Drive komputer HIS Server.

41 41 Gambar Konfigurasi Sistem SCADA PT. PLN (Persero) Area Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012) Pada pusat kontrol sistem SCADA palu juga terdapat logger atau pencatat kejadian yang langsung tercetak oleh sebuah mesin printer otomatis yang sudah terintegrasi dengan sistem SCADA. Logger pada pusat kontrol ini pada dasarnya ada dua jenis yakni, logger pencetak manual hanya digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu, dalam hal ini logger pencetak manual tidak bekerja secara real time, namun hanya bekerja saat dispatcher membutuhkan catatan data gangguan, dalam hal ini bisa juga dikatakan logger pencetak manual berfungsi sebagai back up dari logger pencetak otomatis. logger pencetak otomatis dan logger pencetak manual, untuk Selain terdapat logger pencetak data gangguan, pada pusat kontrol sistem SCADA palu juga dilengkapi dengan fitur voice logger, dimana fungsi dari voice

42 42 logger ini adalah untuk menyadap atau merekam semua komunikasi suara (percakapan lewat telepon resmi pusat kontrol atau radio handy talky) antar dispatcher, baik dari pusat kontrol ke gardu induk, gardu hubung, unit-unit pembangkit yang ada ataupun tempat-tempat strategis lain yang terintegrasi dengan sistem SCADA. Catatan rekaman tersebut tersimpan secara otomatis di Hard Drive komputer pusat kontrol, dan kemudian nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam usaha peningkatan keandalan sistem distribusi tenaga listrik di PT. PLN (Persero) Area Palu. Selain beberapa fitur diatas, pusat kontrol sistem SCADA palu juga dilengkapi dengan fitur Motorized Screen, fungsi dari fitur ini adalah menampilkan semua informasi yang berkaitan dengan sistem SCADA palu, yang ditampilkan kedalam sebuah wide screen room. Dari bererapa fitur yang ada pada pusat kontrol sistem SCADA palu, terdapat juga fitur Closed Circuit Television (CCTV), namun masih dalam tahap perencanaan dan pengembangan. Dimana nantinya akan digunakan sebagai kamera pengintai atau pengawasan terhadap semua aktivitas yang terjadi di ruang pusat kontrol sistem SCADA palu. Komunikasi data pada sistem SCADA palu dari pusat kontrol ke Gardu induk, Gardu hubung atau ke unit-unit pembangkit begitu juga sebaliknya, sudah menggunakan komunikasi data via Fiber Optic (FO). Sedangkan untuk komunikasi data dari pusat kontrol ke LBS ataupun sebaliknya masih menggunakan frekuensi radio. Adapun konfigurasi komunikasi data fiber optic sistem SCADA palu dijelaskan pada gambar di bawah ini.

43 43 Gambar Konfigurasi Fiber Optic Sistem SCADA Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012) Pada sistem SCADA palu semua data-data yang di terima dari RTU yang terpasang pada perlatan listrik yang dikontrol akan dikirimkan ke pusat kontrol melalui komunikasi data FO begitu juga sebaliknya, pusat kontrol dapat mengirim perintah ke semua RTU yang ada. Adapun kelebihan menggunakan komunikasi data FO dibandingkan dengan menggunakan komunikasi data frekuensi radio yakni waktu dan tingkat transfer data menggunakan FO jauh lebih cepat dan lebih besar serta lebih akurat Pengaruh Penggunaan SCADA Pada Sistem Distribusi Gangguan yang besifat permanen pada sistem distribusi dapat menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Untuk memperbaiki jaringan listrik agar dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan perbaikan (recovery) dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Proses perbaikan ini terkadang memerlukan

44 44 waktu yang relatif lama, sehingga terpaksa melakukan pemadaman di belakang titik gangguan. Untuk sistem distribusi loop yang masih konvensional, proses manuver manual ini memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan suplai tenaga listrik ke beban di belakang titik gangguan dari sumber menjadi terhambat dan terjadi pemadaman. Proses produksi pun tidak dapat dilakukan secara optimal karena tidak tersedianya suplai tenaga listrik. Kerugian yang dialami oleh perusahaan listrik sangatlah besar karena adanya pemadaman listrik, yang mengakibatkan banyaknya energi listrik yang hilang dan tidak dapat disalurkan/dijual kepada konsumen. Penerapan sistem SCADA pada jaringan distribusi tenaga listrik diharapkan dapat mengefesiensikan waktu pengendalian dan pemulihan jaringan listrik, dapat memperkecil area pemadaman dan meningkatkan pelayanan penyaluran listrik kepada konsumen. Dengan sistem SCADA dapat dilakukan manuver beban apabila terjadi gangguan. Beban yang dibelakang titik gangguan dari arah gardu induk yang semula mensuplai kearah gangguan dapat dipindahkan ke gardu induk lainnya, sehingga suplai energi listrik ke beban yang bebas gangguan tetap dapat di distribusikan. Tanpa adanya pemadaman listrik maka kualitas pelayanan konsumen menjadi lebih baik karena suplai tenaga listrik dapat dilakukan. Konsumen tidak lagi mengalami kerugian, produksi tetap berjalan, produktivitas meningkat, quota terpenuhi dan kontinuitas pelayanan energi listrik menjadi lebih baik. Dari segi ekonomis energi listrik yang hilang akibat pemadaman dapat terselamatkan dan perusahaan listrik tidak mengalami kerugian.

45 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian Evaluasi Penggunaan SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (persero) Area Palu adalah sebagai berikut a. Bahan Penelitian Single line Jaringan Distribusi Kota Palu Peta jalur penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi kota palu Data detail penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi kota palu Data gangguan jaringan distribusi kota palu menggunakan SCADA. b. Alat Penelitian sebelum dan sesudah Notebook Acer intel atom CPU N GHz, OS Windows 7 Ultimate RAM 1 GB, Hard Drive 250 GB beserta software pendukung untuk kalkulasi data. 45

46 Cara Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, berlokasi di jaringan distribusi PT. PLN kota palu spesifik pada penyulang-penyulang prioritas yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penulis melakukan studi literarur yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik dari berbagai sumber, baik dari materi kuliah dan kepustakaan maupun artikel-artikel jurnal online. 2. Setelah studi literatur dianggap cukup, penulis melakukan observasi terhadap objek yang akan penulis teliti (dalam hal ini penyulang-penyulang prioritas pada jaringan distribusi PT. PLN kota Palu yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA). 3. Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data, dimana data yang diambil meliputi jalur jaringan distribusi, berapa kapasitas beban yang ditanggung oleh masingmasing penyulang prioritas, jumlah Load Break Switch (LBS) yang dioperasikan, jumlah pelanggan yang dibebani pada masing-masing penyulang prioritas, jumlah trafo distribusi sepanjang jalur distribusi penyulang prioritas, dan data-data gangguan sebelum dan sesudah menggunakan SCADA serta data-data lain penunjang penelitian skripsi ini. Data-data observasi bersumber dari data primer maupun dari data sekunder. 4. Pengolahan data-data hasil observasi. Tujuan dari pengolahan data-data ini adalah untuk membandingkan indeks SAIDI (System Average Interruption

47 47 Duration Index) dan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) serta CAIDI ( Customer Average Interruption Duration Index) Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu, sebelum dan sesudah menggunakan SCADA, sehingga bisa disimpulkan seberapa besar pengaruh penggunaan SCADA pada keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Kota Palu. 5. Tahap terakhir yaitu penulisan laporan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

48 48 Adapun diagram alir rencana penelitian yang akan dilakukan pada penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi PT. PLN dilihat pada Gambar 3.1. Cabang Palu dapat Gambar 3.1 Diagram alir Rencana Penelitian

49 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan pada jaringan distribusi Rayon Kota Palu mengenai Evaluasi Penggunaan SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu, maka didapat data -data yang menggambarkan kondisi sistem kelistrikan kota palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA. Adapun data-data yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1, dimana pada data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 6 unit penyulang prioritas yang ada pada Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu, penyulangpenyulang yang dimaksud adalah Penyulang Anggrek, Mawar, Tulip, Cempaka, Aster dan Penyulang Raflesia, penyulang-penyulang tersebut dikategorikan sebagai penyulang prioritas karena menanggung beban yang lebih besar dari penyulang-penyulang lainya, serta berada pada wilayah pusat kota dan juga melayani pusat-pusat perkantoran strategis yang ada di Kota Palu. Dari data 6 unit penyulang tersebut juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah pelanggan dari tahun sebanyak 380 sambungan baru. Pada jaringan ini juga terdapat 10 unit LBS ( Load Break Switch), 6 Main Line (Jalur Utama), 3 unit CO (Cut Out) dan 1 unit ABS (Air Break Switch) serta 176 trafo distribusi. Sedangkan untuk intensitas pemadaman yang terjadi pada 6 unit penyulang prioritas pada Jaringan Distribusi Area Kota Palu sebelum dan sesudah 49

50 50 terintegrasi dengan sistem SCADA dapat dilihat pada Lampiran 2-7, dimana tabel tersebut memperlihatkan bahwa intensitas pemadaman yang terjadi sangat bervariasi, namun cenderung lebih mengalami penurunan pemadaman setelah diintegrasikannya sistem SCADA. Data yang penulis gunakan adalah data gangguan jaringan distribusi rayon kota palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA periode oktober 2011 september Pembahasan Indeks keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu secara garis besar ditentukan oleh banyaknya gangguan yang terjadi pada jaringan tersebut dalam kurun tempo waktu tertentu, yang meliputi lamanya gangguan terjadi, frekuensi gangguan, dan jumlah pelanggan yang mengalami gangguan, selain itu ketersediaan pasokan energi listrik yang mencukupi juga mempunyai peran dalam menjaga kontinunitas penyaluran tenaga listrik yang berimplikasi pada indeks keandalan suatu jaringan distribusi tersebut. Dengan adanya sistem SCADA yang telah terintegrasi dengan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu maka diharapkan mampu meningkatkan indeks tingkat keandalan jaringan distribusi tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka indeks tingkat keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu dapat dilihat dengan cara membandingkan tingkat keandalan jaringan distribusi sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA, dimana parameter yang digunakan adalah indeks nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI.

51 51 Untuk menghitung indeks nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI digunakan persamaan (1), (2) dan (3) yang ada pada landasan teori BAB II skripsi ini. dari persamaan tersebut beserta data-data gangguan pada jaringan distribusi yang ada pada Lampiran 2-7, maka dapat ditentukan seberapa besar indeks keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA. Adapun perhitungan nilai SAIDI,SAIFI, dan CAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu adalah sebagai berikut: Indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIFI bulan oktober 2011 SAIFI = Jumlah Pelanggan Padam = Jumlah Pelanggan = = 0, Kali Padam/Bulan oktober 2011 Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2011 bulan September 2012, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.1 dibawah ini.

52 52 No Tabel 4.1 Indeks nilai SAIFI Sebelum terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2011-September 2012) Jumlah Bulan Pelanggan padam (Ci) Jumlah pelanggan (N) SAIFI (Ci/N) Oktober , Nopember , Desember , Januari ,81916 Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus , September , INDEKS TOTAL NILAI SAIFI SEBELUM SCADA 9, Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIFI pada tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami 9, kali padam/ tahun.

53 53 Indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIFI bulan oktober 2012 SAIFI = Jumlah Pelanggan Padam = Jumlah Pelanggan = = 0,36552 Kali Padam/Bulan oktober 2012 Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2012 bulan September 2013, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.2 dibawah ini. No Tabel 4.2 Indeks nilai SAIFI Sesudah terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2012-September 2013) Jumlah Bulan Pelanggan padam (Ci) Jumlah pelanggan (N) SAIFI (Ci/N) Oktober , Nopember , Desember , Januari , Februari ,305263

54 Maret , April ,3974 Mei , Juni , Juli ,42657 Agustus , September , INDEKS TOTAL NILAI SAIFI SESUDAH SCADA 6, Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIFI pada tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami 6, kali padam/tahun Indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIDI bulan oktober 2011 SAIDI = = , = 0, Jam/ Bulan Oktober 2011

55 55 Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2011 bulan September 2012, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.3 dibawah ini. No Tabel 4.3 Indeks nilai SAIDI Sebelum terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2011-September 2012) Jumlah Bulan (Pelanggan padam) x (Durasi padam) (Ci. ti) Jumlah pelanggan (N) SAIDI (Ci.ti/N) Oktober 27407, , Nopember 21357, , Desember 27697, , Januari 22914, , Februari 41118, , Maret 11894, , April 47382, , Mei 31678, , Juni , Juli 64107, , Agustus 25982, , September 19590, , INDEKS TOTAL NILAI SAIDI SEBELUM SCADA 12,37687

56 56 Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIDI pada tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami pemadaman selama 12,37687 jam/tahun Indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIDI bulan oktober 2012 SAIDI = ,9 = = 0,3289 Jam/ Bulan Oktober 2012 Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2012 bulan September 2013, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.4 dibawah ini. No Tabel 4.4 Indeks nilai SAIDI Sesudah terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2012-September 2013) Jumlah 1 Bulan (Pelanggan padam) x (Durasi padam) (Ci. ti) Jumlah pelanggan (N) SAIDI (Ci.ti/N) Oktober ,3289

57 57 2 Nopember 15466, , Desember 49974, , Januari 13443, , Februari 5881, , Maret 24333, , April 15733, , Mei 14305, , Juni 5902, , Juli 11058, , Agustus , September 19705, ,65665 INDEKS TOTAL NILAI SAIDI SESUDAH SCADA 7, Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIDI pada tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami pemadaman selama 7, jam/tahun Indeks nilai CAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA CAIDI Sebelum SCADA = =,, ` = 1,335 jam/tahun

58 58 CAIDI Sesudah SCADA = =,, = 1,154 jam/tahun Tabel 4.5 perbandingan indeks nilai SAIDI,SAIFI dan CAIDI sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA SAIDI SAIFI CAIDI Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 12,376 jam/tahun 7,240 jam/tahun 9,268 kali padam/tahun 6,273 kali padam/tahun 1,335 jam/tahun 1,154 jam/tahun Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu mengalami peningkatan indeks keandalan setelah terintegrasi dengan sistem SCADA, yakni sebesar: Untuk indeks SAIDI Untuk indeks SAIFI Untuk indeks CAIDI x 100% =,, x 100% =,, x 100% =,,,,, x 100 = 41,49 % x 100 = 32,31 % x 100 = 13,55 %

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

GARDU INDUK TRANSFORMATOR Bab 4 GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN SCADA PADA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) AREA PALU

EVALUASI PENGGUNAAN SCADA PADA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) AREA PALU Jurnal MEKTRIK Vol. 1 No. 1, September 201 ISSN 235-792 EVALUASI PENGGUNAAN PADA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) AREA PALU 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Tadulako, 2) Dosen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk PROGRAM BEASISWA D1 JURUSAN TRAGI PT PLN (PERSERO) SEKTOR ASAM ASAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Bagan dari letak komponen gardu induk KOMPONEN KOMPONEN GI Bagian dari gardu induk yang di jadikan sebagai peletakan komponen utama. Bagian yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Agung Arief Wibowo dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Keandalan Transformator Gardu Induk Wilayah Surabaya Menggunakan Metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT.PLN (Persero) Merupakan perusahaan listrik terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang pendistribusian dan berusaha men-suplay energi listrik dengan seoptimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak dibutuhkan sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia teknologi baik di bidang industri, usaha, maupun rumah tangga yang mana semua kebutuhan tersebut membutuhkan adanya daya listrik, hampir

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL Oleh : SEMUEL MASRI PONGKORUNG NIM : 13021003 Dosen Pembimbing Reiner Ruben Philipus Soenpiet, SST NIP. 1961019 199103 2 001 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Sistem Listrik Idustri

Sistem Listrik Idustri Skema Penyaluran Tenaga Listrik Sistem Listrik Idustri Oleh: Tugino, ST, MT Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Tugino, ST MT STTNAS Yogyakarta 2 Sistem Listrik Industri Meliputi Generator Pembangkit

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) Oleh : Hery Setijasa Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang 50275 Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Gardu Distribusi Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA

POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA AGUNG TRI VITARIANTO 112012054 DIKKY HASAN M 112012059 RANGGA OKZADIKA F P 112012060 DELFAN T SITOHANG 112012063 FADHLILAH RAHMAN 112012070 HARISMA AKHMAD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan 7 BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dari pembahasan penelitian ini, terdapat beberapa referensi dari beberapa sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA Distribusi sistem tenaga listrik memiliki peranan penting dalam penyaluran daya ke beban atau konsumen, terutama kualitas energi listrik yang diterima konsumen sangat

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-issn: -736 Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique Aditya Mulianda #1, Syahrizal #, Mansur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM SISTEM SCADA DALAM KOMUNIKASI RADIO

BAB III TINJAUAN UMUM SISTEM SCADA DALAM KOMUNIKASI RADIO BAB III TINJAUAN UMUM SISTEM SCADA DALAM KOMUNIKASI RADIO 3.1 Tinjauan Umum Sistem Scada Sistem integrasi adalah jaringan tenaga listrik yang terpadu yang meliputi pembangkit-pembangkit tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Bangunan Gardu Pada sistem distribusi kita ketahui terdiri dari beberapa macam gardu distribusi yang digunakan oleh PLN : Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO S-1 Konsentrasi: TEKNIK TENAGA LISTRIK AJUAN JUDUL TUGAS AKHIR BERIKUT GARIS BESAR BAHASANNYA INSTITUT SAINS

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian dalam tugas akhir ini yaitu penelitian kuantitif dengan melakukan analisis keandalan penggunaan SCADA pada jaringan distribusi

Lebih terperinci

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : PEMELIHARAAN GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER PEMELIHARAAN PERALATAN GI : 138 HARI KERJA (6

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 38 BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 3.1 Unit Station Transformator (UST) Sistem PLTU memerlukan sejumlah peralatan bantu seperti pompa, fan dan sebagainya untuk dapat membangkitkan tenaga

Lebih terperinci

Yulius S. Pirade ABSTRAK

Yulius S. Pirade ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 29 33, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 STUDI KEANDALAN KELISTRIKAN KOTA PALU 2007 BERDASARKAN SYSTEM AVERAGE INTERRUPTION DURATION INDEX (SAIDI) DAN SYSTEM AVERAGE INTERRUPTION

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Instalasi Listrik Dari Pusat Listrik Generator atau altenator merupakan komponen utama dari suatu pembangkit listrik, baik pembangkit tersebut berasal dari energi air, uap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kenyamanan dan keamanan pada konsumen perusahaan maupun rumah tangga sangat ditentukan oleh keandalan sistem distribusi tenaga listrik. Indeks keandalan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang berkembang saat ini, energi listrik merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan

Lebih terperinci

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan jaringan distribusi

BAB III DASAR TEORI. pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan jaringan distribusi 18 BAB III DASAR TEORI 3.1 Tinjauan Umum Sistem SCADATEL Sistem integrasi adalah jaringan tenaga listrik yang terpadu yang meliputi pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan jaringan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON

STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON I. N. Partawan 1, I. G. Dyana Arjana 2, A. I. Weking 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor

Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor Okki Dwi Bagus A. 1), Sulistyono, ST, MM 2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan pada transformator 20 kv mendapatkan nilai error 13,33 % transformator adalah 4 tahun 4 bulan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan pada transformator 20 kv mendapatkan nilai error 13,33 % transformator adalah 4 tahun 4 bulan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 1. Safriyudin (2011), penelitian terhadap transformator jaringan distribusi 20 kv di APJ Yogyakarta. Dalam perhitungan regresi linier yang

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu induk adalah sub sistem dari sistem penyaluran (tranmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran, gardu induk memiliki peran yang

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN PESERTA

2. PERSYARATAN PESERTA BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : OPERASI GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER OPERASI REAL TIME : 138 HARI KERJA (6 BULAN) 1. TUJUAN/MANFAAT:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun juga akan terus meningkat. Hal ini akan

Lebih terperinci

MAKALAH GARDU INDUK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN KATA PENGANTAR. Nama : Alek Susi Putra NPM :

MAKALAH GARDU INDUK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN KATA PENGANTAR. Nama : Alek Susi Putra NPM : MAKALAH GARDU INDUK Nama : Alek Susi Putra NPM : 054108014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN 2010 2011 KATA PENGANTAR Puji sukur ats kehadiran tuhan yang maha esa, ats berkat dan rehmatnya juga makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang sedang berkembang, energi listrik merupakan aspek sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metodologi yang ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian 38 39 3.2 Studi Literatur

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PHB TM (Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian kerja praktek

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. batasan-batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. batasan-batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa refrensi dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) Berdasarkan topik usulan tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman teknologi sekarang ini kehidupan masyarakat sangatlah bergantung dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi kebutuhan pokok industri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teoremateorema

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. beberapa studi dan penelitian telah dilakukan. Robi (2008) melakukan studi

BAB II DASAR TEORI. beberapa studi dan penelitian telah dilakukan. Robi (2008) melakukan studi BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Terkait dengan analisis susut energi pada sistem jaringan distribusi 20 kv beberapa studi dan penelitian telah dilakukan. Robi (2008) melakukan studi dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam proses penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif yang menganalisa suatu keandalan sistem distribusi 20 kv menggunkan metode RIA (Reliability

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut: 1. Perangkat

Lebih terperinci

BAB III GARDU DISTRIBUSI

BAB III GARDU DISTRIBUSI BAB III GARDU DISTRIBUSI 3.1 Pendahuluan Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada suatu sistem tenaga listrik dibutuhkan suatu sistem proteksi handal yang mampu mendeteksi gangguan dan kesalahan yang terjadi pada sistem. Hal ini diperlukan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang

BAB IV PEMBAHASAN. Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Kentungan Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang Km 6,5 Yogyakarta. Ditinjau dari peralatannya Gardu Induk Kentungan merupakan Gardu Induk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan

BAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah PT PLN APD Jatim membawahi 98 Gardu Induk yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Ditambah dengan jumlah pelanggan yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci