BAB 2 TINJAUAN UMUM TRANSAKSI DERIVATIF VALUTA ASING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN UMUM TRANSAKSI DERIVATIF VALUTA ASING"

Transkripsi

1 22 BAB 2 TINJAUAN UMUM TRANSAKSI DERIVATIF VALUTA ASING 2.1. Transaksi Derivatif Over the Counter Definisi Transaksi Derivatif Sebelum membahas lebih jauh lagi mengenai transaksi derivatif, hal yang paling penting untuk diketahui ialah definisi dari transaksi derivatif itu sendiri. Dalam ketentuan SKBI No. 28/119/KEP/DIR Tahun 1995, transaksi derivatif adalah: Suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument yang mendasarinya seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi ekuiti dan nilai indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana/instrumen. 23 Definisi lain Transaksi Derivatif adalah: A derivative instrument is one whose performance is based (or derived) on the behavior of the price of an underlying asset, (often simply known as the underlying). The underlying itself does not need to be bought or sold. A premium may be due. 24 Bob Reynolds mendefinisikan sebagai: an agreement between two parties known as the counterparties. Dealers and endusers overwhelmingly say that the function of a derivatives 23 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia, No. 28/119/KEP/DIR t1hun 1995, ps.1 (b) 24 Francesca Taylor, Mastering Derivatives Market, A Step-By-Step Guide to the Products, Applications, and Risks, (Great Britain: Pitman Publishing, 1996), hal. 2.

2 23 transaction is to hedge particular types of risk, these include market risk, credit risk and liquidity risk. 25 David Lynch mendefinisikan Derivatif sebagai: an instrument primarily for trading risk. Its current value is ultimately derived from, or varies in accordance with, the value of underlying goods, instrument, rate or index, or some combination of these. 26 Sementara itu International Swaps and Derivatives Association (ISDA) mendefinisikan Transaksi Derivatif sebagai: 10 Derivatives are bilateral contracts involving the exchange of cash flows and designed to shift risk between parties. When transactions mature, the amount owed by each party are determined by the prices of underlying commodities, securities, or indices. 27 Sedangkan menurut Dian E. Rae, pengertian pokok dari apa yang dimaksud transaksi derivatif yaitu: a. Transaksi derivatif merupakan instrumen keuangan (financial instrument); b. Transaksi derivatif merupakan instrumen untuk memperdagangkan risiko (trading risk); c. nilai transaksi derivatif merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasarinya; d. Transaksi derivatif dapat diikuti dengan atau tanpa pergerakan dana; e. Transaksi derivatif merupakan suatu kontrak Bob Reynolds, Understanding Derivatives, (London: Pitman Publishing, 1995), p David Lynch, Growth in Asia Pasific Markets, Derivatives The Risks that Remain, eds. Elizabeth Sheedy & Sheelagh McCracken, (Australia: Allen & Unwin, 1997), hal Dian E. Rae, op. cit., hal Ibid., hal

3 Over the Counter Sebagai Salah Satu Pasar Transaksi Derivatif Derivatif over the counter adalah kontrak yang dinegosiasikan secara privat diantara dua pihak atau lebih yang dibuat sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh para pihak, yang nilainya bergantung pada nilai dari aset-aset yang mendasarinya, tingkat referensi, atau indeks. Transaksi melalui over the counter tidak dilakukan melalui bursa dan melalui clearing house. Produk yang diperdagangkan melalui pasar over the counter biasanya dijual oleh bank atau dealer lainnya kepada nasabahnya. Begitu pun sebaliknya, bank dapat membeli produk-produk derivatif dari nasabahnya, baik dari perusahaan dan non-bank lainnya, akan tetapi setiap pembeli harus mengambil risiko kredit dari counter party. 29 Jenis transaksi derivatif induk yang diperdagangkan meliputi Forward, Swap, dan Option. Untuk kegiatan over the counter pada bank, pengaturan dilakukan dengan tunduk pada Undang- Undang Perbankan dan ketentuan serta pengawasan Bank Indonesia. Selain pada pasar over the counter, transaksi derivatif dapat dilakukan pada Bursa. Transaksi derivatif di bursa hanya dapat diikuti oleh anggota bursa, mempunyai syarat dan kondisi kontrak yang standar, penyelesaian transaksi melalui lembaga kliring (clearing house) tersendiri untuk menjamin terpenuhinya kewajiban pembeli dan penjual serta persyaratan margin deposit. Ciri-ciri umum transaksi derivatif melalui bursa antara lain: a. transaksi bersifar standar (satuan nominal, jangka waktu, harga, dan tingkat bunga); b. terdapat clearing house yang berfungsi menyelesaikan transaksi antara buyer dan seller; c. transaksi harus dilakukan melalui broker (peserta bursa); d. setiap transaksi memerlukan margin account; e. jenis transaksi futures dan option, warrant 30. Bursa terdiri dari bursa berjangka komoditi dan pasar modal. Bursa berjangka komoditi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka 31 dan Opsi atas Kontrak Berjangka. 29 Ibid., hal Ibid., hal. 71.

4 25 Dengan demikian, maka transaksi derivatif terdiri dari: a. Transaksi derivatif kurs atau valuta asing b. Transaksi derivatif suku bunga c. Transaksi derivatif saham d. Transaksi derivatif komoditi Transaksi derivatif yang dibahas dalam penelitian ini ialah transaksi derivatif yang dilakukan antara nasabah dengan bank. Oleh karena itu pembahasannya dalam penelitian ini hanya transaksi derivatif pada over the counter Pihak-pihak Terkait Dalam Transaksi Derivatif Berlangsungnya transaksi derivatif tidak terlepas dari pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Adapun secara garis besar, pihak yang terkait dalam transaksi derivatif yaitu End User dan Dealer. a. End User Pada umumnya end user (nasabah) terdiri dari individual dan badan hukum. i. Individual (Individual Investor) lebih pada mengurang risiko usaha akibat fluktuasi harga dan suku bunga yang berdampak merugikan serta memenuhi kebutuhan pribadi akan valuta asing. ii. Institusi (Institutional Investor) iii. Pemerintah (Governmental Entities) Derivatif dapat digunakan untuk pengelolaan pinjaman, terutama bagi negara yang mendapat pinjaman dalam bentuk mata uang asing. iv. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Finansial Institution) 31 Kontrak berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual komoditi dalam jumlah, mutu, jenis, tempat, dan waktu penyerahan di kemudian hari yang telah ditetapkan, dan termasuk dalam pengertian kontrak berjangka ini adalah Opsi atas Kontrak Berjangka (Indonesia, Undang-Undang Kontrak Berjangka, UU No. 32 tahun 1997, LN No. 31 tahun 1992, TLN No. 3472, Pasal 1 angka 4).

5 26 Biasanya mengelola risiko atas suku bunga mereka melalui suatu manajemen asset/likuiditi karena keefisienannya dan hubungannya erat dengan pembiayaan. Pada umumnya tujuan end user melakukan transaksi derivatif adalah untuk menurunkan biaya pendanaan dan meningkatkan hasil, melakukan proteksi, dan diversifikasi sumber pembiayaan. b. Dealer Dealer adalah pihak yang bertindak sendiri secara langsung sebagai pihak pembeli atau penjual dalam suatu transaksi sebagai pihak lawan dari end-user. Dealer melakukan transaksi pembelian dan penjualan dengan inisiatif dan atas asetnya sendiri sehingga ia pun menghadapi risiko transaksi. Dealer menetapkan harga penawaran dalam pembelian dan harga jual yang dipersiapkannya untuk ditransaksikan dengan sejumlah instrumen dengan mengharapkan keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual tersebut. Dealer memanfaatkan derivatif untuk: i. Mengontrol resiko sedemikian rupa agar dapat menyesuaikan aktivitas dengan kebutuhan nasabah ii. Menyesuaikan diri dengan transaksi yang dilakukan oleh nasabah agar mudah menentukan dan mengendalikan risiko. iii. Melakukan fungsi arbitrase guna menaikkan likuiditas dan efisiensi pasar Macam-macam Transaksi Derivatif a. Forward Transaksi forward merupakan kesepakatan atau kontrak antara dua pihak yang memberikan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak untuk membeli dan menjual suatu underlying assets pada harga, jumlah dan tanggal tertentu di masa yang akan datang. Transaksi yang terjadi (underlying) dapat berupa komoditas, valuta asing, suku bunga dan indeks. Dalam kontrak ini, kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban untuk menjual atau membeli pada saat jatuh tempo dengan harga tertentu yang sebelumnya telah disepakati bersama dalam kontrak. Pembeli setuju untuk membayar dan menerima underlying assets sementara penjual menyetujui untuk mengirimkan underlying assets berdasarkan harga yang

6 27 akan datang sebagaimana telah ditetapkan dalam perjanjian. Adapun contoh dari forward adalah Forward Foreign Exchange contract dan Forward Rate Agreement (FRA). Forward foreign exchange contract merupakan kontrak antara bank dengan nasabahnya, atau dengan bank lain, yang memungkinkan lindung nilai (hedging) secara forward untuk pergerakan tingkat suku bunga. Forward Rate Agreement (FRA) merupakan persamaan dengan forward foreign exchange contract dalam pasar uang (bank). Forward Rate Agreement (FRA) adalah suatu kontrak dimana salah satu pihak (pihak A) menyetujui untuk membayar kepada pihak lainnya (pihak B) manakala tingkat suku bunga mengambang (floating interest rate) berada di atas tingkat suku bunga yang telah disetujui bersama (strike rate). Yang harus dibayar oleh para pihak adalah selisih antara settlement rate (floating interest rate) dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan bersama. Jadi Forward Rate Agreement (FRA) merupakan instrumen yang digunakan oleh nasabah untuk melindungi dirinya dari pergerakan tingkat bunga yang kurang menguntungkan. b. Future Pada dasarnya transaksi future tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan transaksi forward. Seperti halnya transaksi forward, transaksi future juga merupakan kontrak untuk membeli atau menjual underlying assets tertentu pada saat tertentu dengan/pada harga tertentu dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Adapun perbedaan antara forward dan future yaitu untuk forward diperdagangkan di luar bursa (over the counter market) sedangkan untuk future diperdagangkan di bursa yang terorganisir. Karena itu, untuk ketentuan-ketentuan terhadap future sudah terdapat dalam bentuk baku (standard terms), sedangkan untuk terms dan condition pada forward tidak baku dan merupakan hasil negosiasi atau kesepakatan para pihak yang dilakukan secara kasus per kasus. Selain itu, forward merupakan kontrak bilateral antara dua pihak yang terlibat (end user dan dealer). Sedangkan pada future terdapat lebih dari dua pihak yang terkait dalam kontrak, yaitu (selain end user dan dealer) clearing division atau clearinghouse independen. Clearinghouse berperan sebagai fasilitator atau penengah diantara kedua pihak yang melakukan kontrak. Pada dasarnya, masing-masing pihak melakukan kontrak secara langsung pada clearinghouse. Jadi masing-masing pihak tidak melakukan kontak secara langsung. Hal ini

7 28 berbeda pada forward dimana hanya merupakan kontrak pribadi antara dua pihak, pembeli dan penjual. 32 Adapun contoh dari transaksi future sebagai berikut: PT. X bermaksud untuk membeli dollar USA dalam waktu 3 (tiga) bulan dan khawatir akan kemungkinan naiknya suku bunga selama waktu tersebut. Untuk melakukan lindung nilai (menghedge) kemungkinan ini, PT. X melakukan perjanjian untuk menjual, di masa depan, sejumlah kontrak futures atas obligasi jangka pendek pemerintah yang harganya terikat dengan suku bunga 3-month Euro-deposits. Dikuotasikan dengan diskon dari 100 (yaitu, 100 kurang suku bunga dari instrumen dasar pada tanggal pengiriman), harga dari masing-masing kontrak akan jatuh jika suku bunga meningkat. Laba yang dihasilkan dari kontrak-kontrak futures, yang sebenarnya mewakili short-sale obligasi berjangka waktu 3 bulan, akan menutupi kenaikan biaya bunga PT X. PT X pada tanggal 1 Mei 2007 membeli kontrak futures atas komoditas pertanian dengan tanggal jatuh tempo kontrak 30 Oktober Kontrak futures sebesar per kontrak dengan harga sebesar US $ 5 per kontrak. Apabila PT X tersebut menjual kontrak futures tersebut pada tanggal tertentu (misalnya 20 Oktober 2007) pada harga yang berlaku pada tanggal tersebut (misalnya US $ 6) maka PT X tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar (US $ 6 US $ 5) X = US $ Sebaliknya jika harga futures yang berlaku untuk tanggal tersebut sebesar US $ 4, maka PT X tersebut menderita kerugian sebesar (US $ 5 US $ 4) X = US $ Oleh karena instrumen futures kebanyakan digunakan untuk lindung nilai maka transaksi futures bukan dimaksudkan untuk dapat memiliki underlying asset-nya (dalam hal ini komoditas pertanian). Dengan demikian, transaksi futures selalu diselesaikan sebelum berakhirnya masa kontrak transaksi futures tersebut. c. Swap Swap adalah kontrak untuk mempertukarkan serangkaian aliran kas (cash flows) yang dihitung berdasarkan referensi terhadap tingkat harga atau indeks yang telah ditetapkan di muka (fixed in advance) atau referensi terhadap harga atau indeks tertentu yang telah diketahui (known price or indeks). Dengan kata lain, swap merupakan perjanjian yang 32 Ibid., hal. 58.

8 29 disepakati oleh dua pihak untuk saling mempertukarkan dua mata uang negara yang berbeda secara tunai dan periodik di masa yang akan datang. Pada umumnya, swap terdiri dari: i. Currency Swap Transaksi currency swap adalah suatu transaksi atau kontrak mengenai pembelian atau penjualan valuta asing terhadap valuta domestik (atau terhadap valuta asing lainnya), pada tanggal valuta tertentu sekaligus dengan perjanjian untuk menjual atau membeli kembali pada tanggal valuta berbeda di masa yang akan datang, dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak. Kedua transaksi (menjual dan membeli kembali, atau sebaliknya) tersebut dilaksanakan sekaligus dan dengan counterparty yang sama. ii. Interest Rate Swap Interest rate swap adalah perjanjian kontraktual untuk mempertukarkan atau swap serangkaian alur kas (cash flows). Salah satu bentuk interest swap dasar memungkinkan pihak yang menerima pembayaran berdasarkan atas tingkat bunga tetap (fixed interest rate) untuk menukarkan aliran pembayaran dengan aliran dana yang berdasarkan tingkat bunga mengambang (floating rate). Interest rate swap pada dasarnya merupakan suatu persetujuan antara dua pihak untuk menukarkan pembayaran bunga untuk suatu periode tertentu atas dasar suatu notional value yang disetujui bersama dan dicirikan, sebagai tujuan utamanya, oleh konversi pembayaran bunga tetap (fixed rate) ke dalam pembayaran bunga mengambang (floating rate). Interest rate swap merupakan inovasi keuangan yang dirancang untuk mengakomodasi para debitur yang mungkin merasa perlu untuk meminjam dengan syarat-syarat yang bertentangan dengan preferensi mereka. 33 Berikut ini adalah contoh dari interest rate swap: PT. X meminjam uang kepada Bank B sebesar Rp (dua ratus juta rupiah) dengan tingkat suku bunga mengambang (misalnya LIBOR ) per tahun. Untuk 33 Dian E. Rae, op. cit., hal Dalam transaksi derivatif, ada beberapa bunga yang sering dijadikan patokan, misalnya untuk kurs dan suku bunga yaitu LIBOR (London Interbank Offered Rate) merupakan tingkat bunga utama yang digunakan dalam pinjaman bank internasional. LIBOR merupakan tingkat bunga dimana bank-bank di London bersedia untuk meminjamkan Eurodollars diantara bank-bank utama tersebut (Dian E. Rae, op. cit., hal. 68.). Selain itu, ada pula SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) merupakan transaksi suku bunga yang berlaku di Singapura dan JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) yang berlaku di Jakarta.

9 30 mengantisipasi adanya perubahan tingkat suku bunga di masa yang akan datang, PT. X melakukan kontrak interest rate swap dengan suku bunga tetap sebesar 7% kepada Bank B. Dengan demikian, apabila suku bunga LIBOR sebesar 7%, maka tingkat suku bunga mengambang menjadi 7% + 1% = 8%, PT X tetap membayar bunga sebesar 7%, dengan demikian terdapat keuntungan sebesar 8% - 7% = 1%. Sebaliknya jika suku bunga LIBOR menjadi 5%, maka tingkat suku bunga mengambang menjadi 5% + 1% = 6%, dengan PT X menderita rugi sebesar 7% - 6% = 1%. iii.currency-interest Rate Swap (Cross Currency Swap) Currency-Interest Rate Swap (Cross Currency Swap) adalah bentuk kombinasi antara swap tingkat suku bunga (interest rate swap) dengan swap mata uang (currency swap), sehingga dalam transaksi Cross Currency Swap dipergunakan, baik tingkat suku bunga (interest rate) maupun nilai tukar (exchange rate). 35 Jadi Currency-Interest Rate Swap adalah kontrak untuk saling mempertukarkan arus kas dari dua macam mata uang yang berbeda dimana salah satu dari mata uang itu berbunga tetap (fixed rate) dan yang lainnya berbunga mengambang (floating rate). 36 Pada sektor keuangan, motivasi utama menggunakan swap adalah return (pengembalian yang diharapkan) dan risk (kemungkinan pengembalian diharapkan meleset). Perusahaan menggunakan swap untuk mengurangi biaya pembiayaannya (return motivation). Perusahaan juga menggunakan swap untuk mengelola ancaman risiko suku bunga dan risiko kurs jangka panjang 37. d. Option Option atau opsi adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli atau menjual suatu instrumen (underlying assets) pada 35 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern: Buku Kedua (Tingkat Advance), (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti: 2001), hal Hinsa Siahaan, Seluk Beluk Perdagangan Instrumen Derivatif Dari Perspektif Lindung Nilai dan Spekulasi, (Jakarta: Elex Media Computindo, 2008), hal Ibid., hal. 307.

10 31 tingkat harga tertentu yang telah ditetapkan (strike/exercise price) untuk penyerahan pada waktu tertentu di masa yang akan datang (maturity/expiration date). Jadi pemilik option memiliki hak dan bukan kewajiban. Pada umumnya option terdiri dari: i. Call Option, yaitu option yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk membeli atau tidak membeli instrumen dasar. ii. Put Option yaitu option yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk menjual atau tidak menjual instrumen dasar. Option diperdagangkan baik di bursa maupun dilakukan di pasar over the counter (OTC). Pada pasar OTC, kontrak option merupakan hasil langsung dari negosiasi antara pembeli dan penjual. Pembeli dan penjual dapat menyetujui setiap strike price (harga tertentu), expiration date dan setiap premi. Oleh karena itu, keuntungan option OTC adalah bahwa kontrak tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan para pihak (pembeli dan penjual). 38 Berikut ini adalah contoh dari transaksi option: PT X membeli call option dari pihak Y terhadap mata uang dollar USA seharga Rp ,- (sebelas ribu rupiah) per 1(satu) USA dollar untuk 3 (tiga) bulan ke depan, dengan uang premi (yang harus dibayar di muka) sebesar Rp.300,00 (tiga ratus rupiah) per 1 (satu) USA dollar. Misalkan dalam waktu 3 (tiga) bulan mendatang nyatanya harga dollar USA menjadi Rp ,00 (sepuluh ribu lima ratus rupiah). Dalam hal ini pihak X tentu tidak akan melakukan exercise terhadap optionnya dan membiarkan option tersebut kadaluwarsa. Akibatnya, dia hanya kehilangan Rp.300,00 (tiga ratus rupiah) per USA dollar. Sebaliknya, pihak Y akan mendapat keuntungan sebesar Rp.300,00 (tiga ratus rupiah) per 1 (satu) USA dollar. Akan tetapi, jika dalam kasus tersebut harga dollar USA 3 (tiga) bulan ke depan menjadi Rp ,00 (tiga belas ribu rupiah) per 1 (satu) USA dollar, tentu pihak X akan melakukan exercise terhadap optionnya, sehingga X akan mendapat keuntungan per 1 (satu) USA dollar sebesar Rp.700,00 (diperoleh dari Rp ,00 - Rp ,00-38 Dian E. Rae, op. cit., hal. 64.

11 32 Rp.300,00 = Rp.700,00). Sebaliknya, dalam hal ini pihak Y akan menderita kerugian sebesar Rp.700,00 (tujuh ratus rupiah) per 1 (satu) USA dollar. Secara hukum, perbedaan mendasar antara forward, future, swap dengan option adalah bahwa forward, future, dan swap merupakan kewajiban yang mengikat secara hukum bagi kedua belah pihak. Sedangkan pada option, pembeli atau penjual option memiliki hak hukum dan tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan option sesuai dengan persyaratannya. Begitu pun dengan perbedaan risiko yang ditimbulkan. Pada transaksi forward/future risiko bersifat simetrik, yaitu risiko kerugian untuk satu pihak berarti keuntungan untuk pihak lainnya. Sementara pada transaksi option didasarkan pada prinsip asuransi. Dengan membayar sejumlah premi, seorang nasabah memiliki kemungkinan untuk untung dan juga memberikan asuransi untuk transaksi yang dilakukannya. Transaksi option ini menggambarkan konsep risiko asimetris, yakni kerugian maksimum yang akan diderita oleh pembeli hanyalah sejumlah asuransi yang dibayarnya, akan tetapi keuntungan yang mungkin di dapatnya tidak terbatas 39. Future, Forward, Swap, dan Obligasi merupakan jenis transaksi derivatif yang paling mendasar. The Comptroller of the Currency telah menemukan lebih dari 1200 (seribu dua ratus) jenis produk derivatif keuangan. 40 Banyaknya jenis produk derivatif tersebut dikarenakan adanya penyesuaian terhadap kebutuhan pelaku atau pihak terkait dengan transaksi derivatif itu sendiri dan tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah Fungsi dan Tujuan Transaksi Derivatif a. Fungsi Transaksi Derivatif i. Kondisi Mismatching 39 Ibid., hal Jerry W. Markham, Confederate Bonds, General Custed, and the Regulation of Derivative Financial Instruments, ( 25 Seton Hall L. Rev1, 1994), p. 2.

12 33 Mismatching adalah suatu kondisi atau keadaan dimana tidak ada keserasian antara sumber penggunaan dana. Jadi sumber dana yang diperoleh tidak seimbang dengan jumlah asset dan kewajiban tidak seimbang, asset yang tersedia tidak cukup untuk melunasi kewajiban sehingga untuk menyeimbangkannya si penerima dana terpaksa harus meminjam kekurangannya dari pasar uang. Jika pergerakan harga sesuai dengan perkiraan dan menghasilkan keuntungan, maka keadaan ini disebut matching. Jika keadaan tersebut menimbulkan kerugian maka dapat dikatakan telah terjadi mismatching. ii. Opportunity Cost Opportunity Cost adalah suatu keuntungan yang diperoleh dengan tidak mengerjakan suatu kegiatan tertentu. Transaksi derivatif sebagai salah satu jenis asuransi bagi dunia usaha dan fund manager, kalau asuransi umum lebih ditujukan unuk mengatasi risiko kebakaran, kehilangan nyawa, tenggelamnya kapal dll, maka derivatif adalah asuransi terhadap interest rate risk, comodity price risk, dan stock price risk, karena bersifat sebagai asuransi, derivatif sanggup mengurangi beban kerja perusahaan dalam mengelola risiko, sehingga perusahaan dapat berkomunikasi penuh pada usaha intinya 41. b. Tujuan Transaksi Derivatif Adapun tujuan dari transaksi derivatif yaitu: i. Sebagai pengganti investasi lain, dimana keuntungan dan resiko yang diharapkan dari investasi asal tidak berubah. ii. Sebagai alat untuk mencari informasi tentang harga suatu komoditi tertentu di kemudian hari. 41 J.E. Wijaya, Mengawasi Transaksi Derivatif Dan Penyelamatan Investasi, Bisnis Indonesia (21 maret 1995), hal. 6.

13 34 iii. iv. Sebagai alat spekulatif yang dapat meningkatkan resiko dan sekaligus keuntungan yang besar. Spekulasi dilakukan oleh mereka yang dapat mengambil risiko dan berharap memperoleh keuntungan dari naik turunnya harga. Sebagai lindung nilai (hedging) atas investasi lain. Sebagai sarana lindung nilai, maka dapat dipastikan bahwa kuantitas hedging mempunyai korelasi positif dengan gejolak moneter, dalam artian bahwa hedging makin banyak dilakukan dalam situasi moneter bergejolak, karena biasanya akan diikuti oleh gejolak nilai mata uang atau gejolak tingkat suku bunga, sehingga posisi seseorang peminjam perlu diamankannya dengan menggunakan sarana lindung nilai (hedging). 42 Tujuan dari hedging ialah untuk menetralkan risiko atas posisi terbuka terhadap harga pasar yang berlawanan dengan posisi terbuka tersebut dengan cara mengalihkan resiko kepada pihak lain. Jadi transaksi derivatif merupakan suatu cara yang dapat membebaskan dari kerugian atau ketidakuntungan yang diharapkan karena suatu kejadian yang tidak pasti di kemudian hari Risiko Dalam Transaksi Derivatif Transaksi derivatif memiliki beberapa risiko yang memiliki implikasi cukup berpengaruh bagi para pihak, yaitu: 44 a. Risiko Hukum Banyak risiko dalam hubungan dengan transaksi derivatif yang berhubungan langsung dengan sektor hukum, sehingga disebut dengan risiko hukum. Diantara risiko hukum dalam transaksi derivatif dapat disebutkan sebagai berikut: i. Salah satu pihak wanprestasi terhadap kontrak yang telah dibuatnya. 42 Ibid., hal Dian E. Rae, op. cit., hal Ibid., hal

14 35 ii. Kontrak tidak mempunyai kekuatan hukum. iii. Penafsiran ganda terhadap klausula, kekuatan berlaku bahkan eksistensi dari kontrak. iv. Kepailitan para pihak. 45 Sementara itu, untuk mengidentifikasi risiko hukum, Warren Edwardes menggunakan apa yang disebut sebagai matrik risiko hukum (legal risk matrix) yang membedakan masalah-masalah hukum menjadi empat bagian, yaitu: i. Counterparty risk, meliputi ultravires/capacity issues dan principal/agent. ii. Product risk, meliputi netting dan collateralization dan product life cycle and globalization. iii. Documentation risk. iv. Other risks, meliputi litigation risks, regulatory risks, dan coorporate culture risks. 46 Risiko hukum adalah risiko dimana kontrak tidak dapat dipaksakan (enforced) atau dilaksanakan. Berbagai permasalahan utama yang timbul dalam berbagai kasus yang telah masuk menunjukkan bahwa risiko hukum yang ditimbulkan terhadap transaksi derivatif telah menimbulkan kerugian cukup besar, sehimgga aspek ini perlu mendapat perhatian yang sama besarnya dari para pelaku transaksi derivatif. b. Risiko Pasar Risiko pasar dibedakan menjadi: i. Risiko Delta Risiko delta merupakan risiko sedagai akibat dari perubahan rate atau harga yang mengakibatkan nilai dari transaksi atau portofolio berubah sejalan dengan perubahan harga dari underlying. ii. Risiko Gamma 45 Fuady, op. cit., hal Warren Edwardes, Key Financial Instruments: Understanding and Innovating in the World of Derivatives, (Financial Times, Prentice Hall: 2000), hal. 120.

15 36 Risiko gamma adalah risiko yang timbul sebagai akibat perkembangan harga transaksi dengan underlying tidak berjalan secara lurus (linear). Semakin besar penyimpangan harga underlying dengan transaksi derivatif semakin besar risiko yang timbul. Gamma didefinisikan sebagai tingkat perubahan delta untuk setiap unit perubahan pada harga underlying. iii. Risiko Vega Risiko vega adalah volatilitas yang merupakan exposure terhadap perubahan dalam nilai transaksi atau portofolio sebagai akibat volatilitas harga underlying. iv. Risiko Theta Risiko theta adalah risiko yang timbul sebagai akibat perubahan nilai transaksi atau portofolio yang timbul dengan berlalunya waktu. Theta menjelaskan secara pasti banyaknya time value akan hilang dari hari ke hari dan merupakan ukuran harga untuk kerugian waktu (time decay). 47 Pada dasarnya risiko pasar yang paling signifikan adalah gejolak pasar yang tidak terduga yang mengakibatkan naik turunnya harga secara drastis yang berlawanan seperti yang diharapkan oleh pelaku transaksi. Risiko pasar lainnya yaitu merosotnya tingkat likuiditas pasar secara tiba-tiba, berkurangnya volume permintaan atau penawaran, dan lainnya. 48 c. Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko dimana salah satu pihak yang telah mengikatkan diri dalam kontrak gagal membayar kewajibannya pada pihak lain (counterparty). Jadi risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat pihak lain yang telah mengikatkan diri dalam perjanjian tidak memenuhi kewajibannya. Perusahaan besar dan dealer (termasuk bank) yang bertindak sebagai counterparties, melakukan pengendalian risiko kredit dengan cara marking to market setiap hari dan 47 Ibid., hal Fuady, loc. cit.

16 37 kontrak dapat mewajibkan counterparty yang kehilangan uang berdasarkan kontrak untuk memberikan jaminan yang memadai untuk menjamin kerugian. d. Risiko Operasional Risiko operasional merupakan risiko dalam transaksi derivatif yang terjadi pada saat pelaksanaan transaksi derivatif. Risiko operasional meliputi kerugian yang timbul sebagai akibat tidak memadainya sistem pengendalian, kesalahan manusia atau kegagalan manajemen (management failure). Selain itu, tidak memadainya teknologi atau manpower juga merupakan contoh lain dari risiko operasional. e. Risiko Sistemik Risiko lainnya dari transaksi derivatif yaitu risiko sistem. Risiko sistem adalah risiko yang mengancam keseluruhan sistem. Kekhawatiran terhadap risiko sistemik tersebut disebabkan karena pasar transaksi derivatif yang sedemikian besar, kecepatan pertumbuhan transaksi derivatif yang demikian tinggi, dapat digunakannya leverage yang tinggi, dan konsentrasi kegiatan transaksi derivatif pada sejumlah kecil dealers. Selain itu, kekhawatiran juga terjadi karena transaksi derivatif ditakutkan akan semakin mendekatkan keterkaitan ekonomi dunia melalui penggunaan yang sangat meluas dari swaps dan instrumen keuangan lainnya yang berdasarkan kepada berbagai indeks nasional. Sedangkan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/15/UD tanggal 8 Februari 1996, risiko yang mungkin timbul dalam transaksi derivatif hanya terdiri dari risiko kredit (credit risk), risiko penyelesaian (settlement risk), dan risiko pasar (market risk) Pengaturan Transaksi Derivatif Dalam Peraturan Bank Indonesia Ketentuan mengenai Transaksi derivatif diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/74/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Margin Trading yang dicabut dan diganti dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif dan telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005. Pengaturan mengenai transaksi derivatif diawali dengan ditetapkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/74/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Margin Trading. Berdasarkan

17 38 ketentuan dalam peraturan tersebut (Pasal 1 butir b), margin trading adalah transaksi jual beli valuta asing yang tidak diikuti dengan pergerakan dana dan yang diperhitungkan adalah selisih bersih antara harga beli/jual suatu jenis valuta pada saat transaksi dengan harga jual/beli valuta yang bersangkutan pada akhir masa transaksi. Margin trading merupakan perdagangan tanpa proses penyerahan (future non delivery trading). Jadi margin trading yaitu transaksi jual beli valuta asing yang tidak diikuti dengan pergerakan dana dengan menggunakan dana (cash margin) dalam prosentase tertentu (misalnya 10% sebagai jaminan) dan yang diperhitungkan sebagai keuntungan atau kerugian adalah selisih bersih (margin) antara harga beli/jual suatu jenis valuta pada saat tertentu dengan harga jual/beli valuta yang bersangkutan pada akhir masa transaksi. Dari pengertian atau definisi tersebut, dapat dilihat bahwa margin trading hanyalah transaksi jual beli valuta asing yang tidak diikuti dengan perubahan harga. Berbeda dengan definisi transaksi derivatif yang merupakan perubahan istilah dari margin trading yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif (perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/74/KEP/DIR Tanggal 28 Februari 1991 tentang Margin Trading). Transaksi derivatif adalah suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasarinya seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen. Berbeda dengan margin trading, transaksi derivatif memiliki pengertian atau cakupan yang lebih luas. Jika pada margin trading hanya dilakukan untuk transaksi jual beli valuta asing, pada transaksi derivatif transaksi dilakukan pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasarinya seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks dimana bank dapat melakukan transaksi derivatif yang berkaitan dengan valuta asing dan bunga (termasuk saham jika ada izin dari Bank Indonesia secara kasus per kasus). Pelaksanaan atau unsur-unsur dari margin trading tidak sama kompleksnya dengan pelaksanaan atau unsur-unsur dari transaksi derivatif. Selain itu, margin trading dilakukan tanpa diikuti pergerakan dana. 49 Berbeda dengan transaksi derivatif yang dapat dilakukan baik dengan atau tanpa diikuti pergerakan dana. Perbedaan atau perubahan lainnya yaitu terletak pada: 49 Transaksi tanpa diikuti pergerakan dana adalah transaksi yang tidak disertai dengan penyerahan dana pokok (notional amount), dan yang bergerak hanya margin yang merupakan hasil perhitungan antara notional amount dengan selisih kurs jual dan kurs beli.

18 39 i. Prinsip kehati-hatian bank dalam melakukan transaksi derivatif yang diwujudkan dalam ketentuan mengenai keharusan bagi bank dalam membuat pedoman pelaksanaan transaksi derivatif tidak ada pada margin trading. Hal ini diatur pada Pasal 3 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif. ii. Pada margin trading, tidak ada ketentuan mengenai standar isi kontrak yang harus dibuat oleh bank dalam hal melakukan transaksi untuk kepentingan nasabah. Sedangkan pada transaksi derivatif diatur dalam Pasal 5 ayat (2) dan (3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif. iii. Pada margin trading, unsur perlindungan terhadap nasabah kurang memadai. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan mengenai keharusan penjelasan dari bank pada nasabah yang akan melakukan transaksi derivatif. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif diatur dalam Pasal 5 ayat (1). Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaturan transaksi derivatif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 lebih memperhatikan adanya prinsip kehati-hatian bank yang memiliki implikasi penting dalam rangka terciptanya iklim perbankan yang sehat tanpa mengesampingkan perlindungan terhadap nasabah sebagai pelaku transaksi derivatif. Pada tahun 2005, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang Transaksi Derivatif yang mencabut atau menggantikan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember Pada PBI tersebut, terdapat beberapa perbedaan dengan ketentuan pada SKDIR BI, antara lain: i. Pada Pasal 4 ayat (6) PBI Nomor 7/31/PBI/2005, ketentuan yang menyatakan bahwa agar kontrak sebagaimana dimaksud ayat (4) dan (5) wajib dicetak dalam ukuran huruf yang besar sehingga mudah dibaca. Sedangkan pada SKDIR BI Nomor 28/119/KEP/DIR ketentuan tersebut

19 40 ii. iii. menyatu pada Pasal 5 ayat (3) huruf c yang berbunyi bahwa hak-hak dan kewajiban-kewajiban nasabah yang harus dicetak dalam ukuran huruf yang besar sehingga mudah dibaca. Perbedaan tersebut memiliki penafsiran yang berbeda karena pada SKDIR BI yang harus dicetak dalam ukuran huruf yang besar hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban nasabah saja. Sedangkan pada PBI Nomor 7/31/PBI/2005, yang harus dicetak dalam ukuran huruf yang besar sehingga mudah dibaca adalah seluruh ketentuan atau pasal dalam kontrak yang dibuat oleh bank dengan nasabah. Hal ini karena pada PBI Nomor 7/31/PBI/2005 ketentuan tersebut berdiri sendiri (pada Pasal 4 ayat (6)). Adanya ketentuan mengenai jenis-jenis transaksi derivatif pada Pasal 7 ayat (2) PBI Nomor 7/31/PBI/2005 yaitu transaksi forward, swap, option, currency futures, dan transaksi dengan valuta today dan tomorrow yang disintesiskan sebagai transaksi derivatif dan atau interest rate swap, interest rate option, FRAs dan interest rate futures. Ketentuan mengenai sanksi bagi bank yang melakukan pelanggaran terhadap beberapa pasal dalam PBI Nomor 7/31/PBI/2005 diatur lebih jelas atau lengkap dibandingkan dengan ketentuan dalam SKDIR BI Nomor 28/119/KEP/DIR. Kasus Bank Duta melawan National Bank of Kuwait merupakan kasus mengenai transaksi derivatif yang pertama terjadi di Indonesia, bahkan sebelum pengaturan mengenai transaksi derivatif itu sendiri ada atau dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Akibat transaksi derivatif yang dilakukannya dengan National Bank of Kuwait, Bank Duta mengalami kerugian sebesar US $419 Juta. Kala itu, Bank Duta melakukan transaksi derivatif valuta asing dengan National Bank of Kuwait. Bank Duta mengalami kerugian karena pada waktu itu melakukan tindakan close out terhadap posisi long dengan National Bank of Kuwait dalam permainan valuta asingnya. 50 Sebagai dampaknya, banyak nasabah Bank Duta yang dirugikan. Hal ini karena Bank Duta melakukan transaksi derivatif valuta asing tersebut 50 Fuady, op. cit., hal. 60.

20 41 untuk kepentingan nasabah (selain untuk kepentingan Bank Duta sendiri). Dapat dikatakan bahwa kasus ini merupakan salah satu alasan pemerintah (dalam hal ini Bank Indonesia) untuk menetapkan adanya suatu pengaturan mengenai transaksi derivatif (kala itu margin trading). Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995, transaksi derivatif memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam praktek perbankan di Indonesia. Selain dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995, pengaturan lainnya terkait transaksi derivatif yaitu adanya Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan dan Prosedur Kegiatan Transaksi Derivatif yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 2.2 Transaksi Derivatif Sebagai Suatu Kontrak Syarat Sahnya Suatu Kontrak Berdasarkan KUHPerdata Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perjanjian yang diadakan secara tertulis lebih dikenal dengan nama kontrak 51. Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; Para pihak yaitu orang-orang yang merupakan subyek dalam suatu perjanjian harus bersepakat artinya setuju atau seia-sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang telah diadakan. Jadi apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, dikehendaki pula oleh yang lain. Para pihak menginginkan sesuatu yang sama secara timbal-balik. Ketika kontrak 51 Subekti, op. cit., hal. 11.

21 42 ditandatangani, terjadi salah satu dari unsur-unsur paksaan, penipuan, dan kekhilafan, maka terhadap kontrak tersebut tidak terpenuhi syarat adanya kesepakatan kehendak. b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; Berdasarkan Pasal 1329 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan, kecuali bagi mereka yang dinyatakan tidak cakap untuk itu sebagaimana diatur dalam Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu: i. Orang-orang yang belum dewasa; ii. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; iii. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undangundang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, ketentuan bahwa istri yang dinyatakan tidak cakap untuk membuat perikatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1330 angka (3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata sudah tidak berlaku lagi. Dalam Pasal 31 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 diatur ketentuan bahwa: i. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. ii. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. iii. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga Berdasarkan ketentuan tersebut, walaupun suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga, tetapi baik suami maupun istri memiliki hak dan kedudukan yang seimbang dan masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum (termasuk membuat perjanjian). c. Mengenai suatu hal tertentu; Suatu perjanjian haruslah memiliki objek tertentu. Khususnya jika obyek kontrak tersebut berupa barang sebagai berikut:

22 43 i. Barang yang merupakan objek kontrak haruslah barang yang dapat diperdagangkan (Pasal 1332 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata); ii. Pada saat kontrak dibuat, minimal barang tersebut sudah dapat ditentukan jenisnya (Pasal 1333 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; iii. Jumlah barang tersebut boleh tidak tertentu, asal saja jumlah tersebut kemudian dapat ditentukan atau dihitung (Pasal 1333 ayat (2) Kitab Undang- Undang Hukum Perdata); iv. Barang tersebut dapat juga barang yang baru akan ada di kemudian hari (Pasal 1334 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ); v. Tetapi tidak dapat dibuat kontrak terhadap barang yang masih ada dalam warisan yang belum terbuka (Pasal 1334 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). 52 d. Suatu sebab yang halal. Sebab yang halal adalah isi dari perjanjian itu sendiri, bukan sesuatu yang menyebabkan seseorang yang membuat perjanjian. Dalam hal ini undang-undang hanya memperhatikan atau mengawasi isi dari perjanjian saja dan apabila tujuan yang hendak dicapai dengan perjanjian ternyata bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan, maka perjanjian tersebut adalah tidak halal. Dua syarat yang pertama (adanya kesepakatan dan kecakapan para pihak) dinamakan syarat subyektif dan dua syarat yang terakhir (suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal) dinamakan syarat obyektif. Apabila syarat-syarat atau salah satu syarat dari empat syarat tersebut di atas tidak dipenuhi maka dapat berakibat batal demi hukum atau dapat dimintakan pembatalannya. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atau dituntut pembatalannya (voidable). Dan sepanjang belum ada pihak yang mengajukan permohonan kepada hakim untuk membatalkan perjanjian, maka perjanjian ini tetap mengikat para pihak. Yang berhak menuntut pembatalan terhadap perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif ini adalah pihak yang memberikan sepakat tidak bebas atau pihak yang tidak cakap. Dalam hal perjanjian yang dilakukan oleh seorang anak yang belum 52 Munir Fuady, Hukum Kontrak ( Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 72.

23 44 dewasa, maka anak itu dapat dapat menuntut pembatalannya bila ia sudah menjadi dewasa atau orang tua/walinya. Dalam hal seorang yang berada di bawah pengampuan, pengampunyalah yang dapat meminta pembatalan dan dalam hal seorang yang telah memberikan sepakat atau perijinannya secara tidak bebas, dia sendiri yang dapat meminta pembatalan perjanjiannya. Berdasarkan Pasal 1454 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hak untuk meminta pembatalan ini dibatasi yaitu selama atau dalam jangka waktu waktu 5 (lima) tahun. Selain itu, dalam Pasal 1456 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditentukan bahwa hak tuntutan untuk membatalkan suatu perjanjian menjadi gugur apabila terdapat penguatan (affirmation) secara tegas atau secara diam-diam oleh orang tuanya, wali atau pengampu dari suatu pihak yang tidak memenuhi syarat subyektif. Sedangkan untuk perjanjian yang tidak memenuhi syarat obyektif, maka perjanjian tersebut ialah batal demi hukum (null and void). Jadi dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Dengan demikian tidak ada dasar untuk saling menuntut di depan hakim Kontrak Transaksi Derivatif Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagaimana telah diatur dalam dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/74/KEP/DIR Tanggal 28 Februari 1991 tentang Margin Trading yang telah dicabut dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif dan dicabut kembali dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang Transaksi Derivatif bahwa transaksi derivatif adalah suatu kontrak atau perjanjian pembayaran, maka ketentuan tentang transaksi derivatif harus tunduk pada syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Demikian pula dengan aspek lainnya dari hukum perjanjian yaitu: a. Asas konsensualisme, yakni perjanjian telah mengikat ketika ada kata sepakat dari para pihak. Jadi perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang 53 Ibid.

24 45 pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu yang formalitas (Pasal 1458 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata). b. Sistem terbuka dari hukum perjanjian pada prinsipnya. Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja yang dikehendaki, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan (Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). c. Wanprestasi, yang terdapat dalam empat macam yaitu: i. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; ii. melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan; iii. melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; iv. melakukan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. 54 d. Akibat tidak dipenuhinya perjanjian, dikenakan beberapa sanksi yaitu: i. membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti rugi; ii. pembatalan perjanjian atau juga dinamalan pemecahan perjanjian; iii. peralihan risiko; iv. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim. 55 Kontrak derivatif adalah transaksi sui generis. Transaksi derivatif tidak dapat ditundukkan kepada jenis kontrak dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang disebut sebagai kontrak bernama dan berbeda dengan transaksi yang telah dikenal dalam perekonomian seperti kredit dan surat berharga. Tingkat kecanggihan transaksi dan potensi risiko yang ditimbulkan merupakan faktor yang membedakan transaksi derivatif dengan transaksi lainnya. Transaksi derivatif juga bukan termasuk dalam transaksi untung-untungan (perjudian) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berdasarkan Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun pihak tertentu saja, bergantung pada suatu kejadian yang belum 54 Subekti, op. cit., hal Ibid.

25 46 tentu. Perjanjian untung-untungan hanya berlaku terhadap perjanjian pertanggungan, perjanjian bunga cagak hidup dan kontrak perjudian atau petarungan. Transaksi derivatif tidak termasuk dalam perjanjian perjudian karena transaksi derivatif dan kontrak perjudian memiliki konsekuensi hukum yang berbeda. Kontrak yang terjadi dalam perjudian tidak dapat dipaksakan atau dituntut secara hukum (pemenuhannya secara sukarela) dan jika seseorang telah membayar kewajibannya, maka ia tidak boleh menuntut kembali apa yang telah dibayarnya. Selain itu, adanya konsep trading dalam transaksi derivatif yang membedakan dan tidak dimiliki oleh kontrak perjudian. Konsep trading dalam transaksi derivatif meliputi strategi trading, faktor perubahan harga, analisis fundamental (prinsipnya berdasarkan supply dan demand), analisis teknik (chart based), cara-cara mengatasi kerugian, dan penentuan waktu. 56 Dengan demikian, alasan bahwa transaksi derivatif tidak termasuk dalam perjanjian untung-untungan atau perjudian menurut pengertian Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu: i. Terhadap berbagai jenis kontrak derivatif, para pihak tidak berpegang pada hal-hal yang bersifat untung-untungan semata-mata, tetapi dapat diperhitungkan dan diprediksi secara rasional, bahkan secara matematis dan statistik, walaupun prediksinya dapat berubah-ubah. Untuk memperhitungkan pergerakan harga, bahkan pihak trader menggunakan analisis matematis yang disebut dengan Mathematical Charting Analysis. ii. Sudah merupakan praktek yang lazim secara universal di dunia bisnis dan modern untuk melakukan transaksi derivatif sehingga tidak pantas lagi digolongkan sebagai suatu bentuk perjudian. iii. Dalam dunia perbankan, Bank Indonesia telah mengatur rambu-rambu terhadap pelaksanaan transaksi derivatif, sehingga diharapkan praktek transaksi derivatif dapat dilakukan secara fair, tertib, dan sesuai dengan kaidah-kaidah hukum pada umumnya. iv. Terhadap jenis transaksi tertentu, transaksi derivatif bahkan sangat bermanfaat dan merupakan suatu kebutuhan dalam praktik, yaitu bagi para pihak yang akan melakukan transaksi derivatif untuk kepentingan lindung nilai (hedging) sehingga 56 Fuady, op. cit., hal

26 47 pihak tersebut dapat terhindar misalnya dari risiko mata uang atau fluktuasi tingkat suku bunga. 57 Transaksi derivatif juga bukan merupakan perjanjian jual beli. Hal ini karena transaksi derivatif tidak memenuhi unsur-unsur perjanjian umum sebagaimana terdapat dalam Pasal 1459 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimana salah satunya berupa syarat penyerahan (dalam perjanjian jual beli dipersyaratkan terjadinya penyerahan). Berdasarkan Pasal 1 huruf b Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif disebutkan bahwa transaksi derivatif adalah suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasarinya seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ini perjanjian/kontrak derivatif tidak perlu dilakukan dengan pergerakan dana/instrumen. Pergerakan dapat diartikan sebagai bentuk penyerahan dalam transaksi derivatif Kontrak Baku Pada Transaksi Derivatif Dalam Praktek Perbankan Perjanjian sebagaimana pada umumnya dibuat oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan dari masing-masing pihak. Para pihak menyepakati perjanjian yang dibuat tanpa adanya paksaan dari siapapun dan dalam keadaan apapun. Kontrak baku merupakan perjanjian yang tidak dibuat atas dasar kesepakatan para pihak. Hal ini dikarenakan kontrak baku sudah ada atau sudah dibuat oleh salah satu pihak sebelum perjanjian dengan pihak lain dilakukan. Jadi kontrak baku dibuat tanpa mempertimbangkan kepentingan atau tanpa adanya kesepakatan secara menyeluruh dari pihak lain mengenai isi perjanjian (kontrak). 57 Ibid. 58 Transaksi tanpa diikuti pergerakan dana adalah transaksi yang tidak disertai dengan penyerahan dana pokok (notional amount), dan yang bergerak hanya margin yang merupakan hasil perhitungan antara notional amount dengan selisih kurs jual dan kurs beli atau selisih suku bunga (Dian E. Rae, op. cit., hal ).

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI,

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI, 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank sebagai badan usaha yang menjalankan fungsi utamanya selaku penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung upaya Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah-masalah yang timbul akibat nilai kurs mata uang yang menyatakan hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Resiko Risiko merupakan kerugian yang diakibatkan oleh sebuah kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan

Lebih terperinci

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan Nanang Hendarsah Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan Jakarta, 1 Juni 2015 2 1 2 3 4 5 Tujuan Penyempurnaan Ketentuan Skema Transaksi Cross Currency Swap (CCS) Skema Transaksi Dengan Settlement

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT By MAHSINA, SE, MSI Email: sisin@suryasoft.com Mahsina_se@hotmail.com TUJUAN UTAMA MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN Meminimalkan Potensi kerugian yang timbul dari perubahan

Lebih terperinci

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Perbedaan pasar uang dan pasar modal yaitu: 1. Instrumen yang diperjualbelikan pasar modal yang diperjualbelikan adalah adalah surat-surat berharga jangka panjang seperti

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.116, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Domestik. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5701). PERATURAN BANK

Lebih terperinci

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru No.117, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Asing. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5702). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar Pengelolaan Risiko Pasar Manajemen Risiko, Sesi 7 Latar Belakang Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang makin berkembang telah membuka peluang dalam dunia bisnis semakin lebar dan luas. Aset dan modal yang dimiliki perusahaan di Indonesia juga mengalami

Lebih terperinci

Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0. Pertemuan 15 CORPORATE ACTION

Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0. Pertemuan 15 CORPORATE ACTION Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0 Pertemuan 15 CORPORATE ACTION 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/6/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 45 /DPD tanggal 15 September 2005 PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF Laporan Transaksi Derivatif yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/7/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 13.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 13. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 13 OPSI VERSUS FUTURES Kontrak berjangka (futures) merupakan salah satu bentuk sekuritas derivatif. Perbedaan mendasar karakteristik kontrak futures dari opsi,adalah

Lebih terperinci

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing Sehubungan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Pihak Domestik. Bank. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5926) PERATURAN

Lebih terperinci

derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying asset).

derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying asset). XXIV. Instrumen Kuangan Derivatif 1. Pendahuluan Instrumen keuangan derivatif bisa diartikan sebagai instrumen keuangan yang nilainya tergantung dari (diturunkan, derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya

Lebih terperinci

SWAP. Arum H. Primandari

SWAP. Arum H. Primandari SWAP Arum H. Primandari LIBOR LIBOR merupakan rata-rata suku bunga deposito atau simpanan dari beberapa bank terpilih dengan waktu jatuh tempo bervariasi antara 1 malam sampai dengan 1 tahun LIBOR (London

Lebih terperinci

Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk menukar aliran dana atau suku bunga untuk jangka waktu yang sudah ditetapkan

Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk menukar aliran dana atau suku bunga untuk jangka waktu yang sudah ditetapkan Swap Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk menukar aliran dana atau suku bunga untuk jangka waktu yang sudah ditetapkan Jenis swap yang paling umum: Plain Vanilla Swap atau Interest Rate Swap Currency

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN HEDGING, SWAPS CONTRACT DENGAN FORWARD CONTRACT UNTUK MEMINIMALISASI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR

ANALISIS PERBANDINGAN HEDGING, SWAPS CONTRACT DENGAN FORWARD CONTRACT UNTUK MEMINIMALISASI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR Journal Applied Buisiness and Economics Volume 1 Nomor 4 Juni 2015 ANALISIS PERBANDINGAN HEDGING, SWAPS CONTRACT DENGAN FORWARD CONTRACT UNTUK MEMINIMALISASI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008. S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008. S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku binis mengenai currency (mata uang) yang akan dipakai dalam kontrak

BAB I PENDAHULUAN. pelaku binis mengenai currency (mata uang) yang akan dipakai dalam kontrak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan antar negara pada umumnya menimbulkan pilihan bagi pelaku binis mengenai currency (mata uang) yang akan dipakai dalam kontrak dagang yang akan dilakukan.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dinilai baik apabila memiliki tingkat pengembalian yang baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. investasi dinilai baik apabila memiliki tingkat pengembalian yang baik pada tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko dan Pengembalian (Return) dari sebuah investasi adalah 2 indikator yang paling umum digunakan dalam mengukur kinerja dari sebuah investasi. Sebuah investasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pinjaman luar negeri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1) Landasan Teori 2.1.1 Hedging Hedging adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan multinasional untuk melindungi perusahaan dari eksposur terhadap valuta

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

PRODUK PASAR MODAL. 1. SAHAM Surat bukti pemilikan modal pada suatu perusahaan

PRODUK PASAR MODAL. 1. SAHAM Surat bukti pemilikan modal pada suatu perusahaan PASAR MODAL PASAR MODAL Pasar Modal (Capital Market) adalah pasar yang mempertemukan penjual dana dan pembeli dana jangka panjang baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri PRODUK PASAR MODAL 1. SAHAM

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017 Yth. Direksi Bank Umum Konvensional, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TAGIHAN BERSIH TRANSAKSI DERIVATIF DALAM PERHITUNGAN ASET

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING 1. Q : Apa latar belakang dikeluarkannya SE No.18/35/DPPK tentang Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI

MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/65 Pengertian opsi Mekanisme perdagangan opsi. Karakteristik keuntungan dan kerugian opsi. Strategi perdagangan opsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 12 SEKURITAS DERIVATIF: OPSI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/65 Pengertian opsi Mekanisme perdagangan opsi. Karakteristik keuntungan dan kerugian opsi. Strategi perdagangan opsi.

Lebih terperinci

OVERVIEW PENGERTIAN OPSI PENGERTIAN OPSI TERMINOLOGI OPSI TERMINOLOGI OPSI 10/16/2015

OVERVIEW PENGERTIAN OPSI PENGERTIAN OPSI TERMINOLOGI OPSI TERMINOLOGI OPSI 10/16/2015 1/16/215 OVERVIEW 1/65 Pengertian opsi Mekanisme perdagangan opsi. Karakteristik keuntungan dan kerugian opsi. Strategi perdagangan opsi. Penilaian opsi. PENGERTIAN OPSI 2/65 Opsi adalah suatu perjanjian/kontrak

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB III CALLABLE FORWARD

BAB III CALLABLE FORWARD BAB III CALLABLE FORWARD 0. Pengertian Callable forward Sebelum melangkah lebih jauh tentang pengertian callable forward, callable forward sendiri ada hubungannya tentang forward dan option, sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opsi Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli atau menjual aset kepada penjual opsi pada harga tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan asing yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas

Lebih terperinci

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta No.212, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Transaksi Valuta Asing. Bank Umum. Domestik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5581) PERATURAN

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 188

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 188 A. PENGERTIAN Foreign exchange market atau sering pula disebut dengan bursa valas adalah suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli antar negara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk

Lebih terperinci

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum. UTANG NEGARA i : PEMERINTAH BUKA HEDGING ii UTANG VALUTA ASING (VALAS) Nasional.kontan.co.

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum. UTANG NEGARA i : PEMERINTAH BUKA HEDGING ii UTANG VALUTA ASING (VALAS) Nasional.kontan.co. UTANG NEGARA i : PEMERINTAH BUKA HEDGING ii UTANG VALUTA ASING (VALAS) Nasional.kontan.co.id Pemerintah tak mau terus tekor gara-gara fluktuasi nilai tukar. Maka itu, pemerintah akan melakukan hedging

Lebih terperinci

Materi 13 FINANCIAL DERIVATIVE OPTION

Materi 13 FINANCIAL DERIVATIVE OPTION Materi 13 FINANCIAL DERIVATIVE OPTION Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OPSI PENGERTIAN OPSI - Terminologi Opsi - Mekanisme perdagangan Opsi KARAKTERISTIK KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN OPSI STRATEGI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen derivatif di Indonesia saat ini sudah semakin banyak diminati serta dimanfaatkan penggunaannya oleh banyak perusahaan dan investor. Namun, krisis keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

Manajemen Investasi.  SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA Manajemen Investasi SUTIA BUDI sutia_budy@yahoo.com sutiabudi19@gmail.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA INVESTMENT MANAGEMENT Session 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times Chapter Introduction

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING CONTRACT FORWARD UNTUK MENGURANGI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING CONTRACT FORWARD UNTUK MENGURANGI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING CONTRACT FORWARD UNTUK MENGURANGI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR Jevi Enggawati Moch. Dzulkirom A.R Raden Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

RISIKO VALUTA ASING ANDRI HELMI M, SE., MM. MANAJEMEN RISIKO

RISIKO VALUTA ASING ANDRI HELMI M, SE., MM. MANAJEMEN RISIKO RISIKO VALUTA ASING ANDRI HELMI M, SE., MM. MANAJEMEN RISIKO A. Pengertian Pasar Uang Pasar uang (money market) di Indonesia masih relatif baru jika dibandingkan dengan negaranegara maju. Namun, dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu berikut ini beberapa persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini : a.

Lebih terperinci

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun.

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun. Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

No.16/5/DPM Jakarta, 8 April Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No.16/5/DPM Jakarta, 8 April Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No.16/5/DPM Jakarta, 8 April 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD tanggal 8 Juli 2005 perihal

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Bank Umum Konvensional, di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TAGIHAN BERSIH TRANSAKSI DERIVATIF DALAM PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0. Pertemuan 5 PASAR KEUANGAN (FINANCIAL MARKET)

Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0. Pertemuan 5 PASAR KEUANGAN (FINANCIAL MARKET) Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0 Pertemuan 5 PASAR KEUANGAN (FINANCIAL MARKET) 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta II. Pasar Keuangan 1. Pendahuluan Pasar keuangan bisa didefinisikan sebagai bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus dana) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit dana). Sehingga di pasar

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

MATERI 1 PASAR KEUANGAN. deden08m.com

MATERI 1 PASAR KEUANGAN. deden08m.com MATERI 1 PASAR KEUANGAN deden08m.com 1 Pendahuluan LULUS UNIVERSITAS BISNIS BENGKEL MODAL SUMBER MODAL? Sumber Modal Tabungan pribadi Bagaimana jika tidak mencukupi? Sumber dana lain Meminjam 2 SEKELOMPOK

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi

Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi BANDI Maksi, MM FE UNS Bandi, 2010 FE UNS 1 DERIVATIF (Idx.co.id) Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Bandi, 2010 FE UNS 2 PENDAHULUAN Definisi Efek turunan

Lebih terperinci

2 Proses pemurnian kegiatan usaha Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tersebut diberikan masa transisi sampai dengan tanggal 31 Desember Selain itu,

2 Proses pemurnian kegiatan usaha Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tersebut diberikan masa transisi sampai dengan tanggal 31 Desember Selain itu, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Penukaran Valuta Asing. Bukan Bank. Kegiatan Usaha. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 206) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Instrumen Keuangan Derivatif 2.1.1 Pengertian Instrumen Keuangan Derivatif Pada jaman sekarang ini perusahaan menghadapi berbagai jenis risiko pasar. Risiko ini timbul karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank No. 7/23/DPD Jakarta, 8 Juli 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank Sehubungan dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang sudah melebihi jumlah produksi, mengakibatkan pemerintah harus mencari cara pemenuhan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci